• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR CERITA DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA PUTRI SENANG. Mahdeliza Peneliti pada Kantor Bahasa Jambi pos-el:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRUKTUR CERITA DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA PUTRI SENANG. Mahdeliza Peneliti pada Kantor Bahasa Jambi pos-el:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

54

STRUKTUR CERITA DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA PUTRI SENANG Mahdeliza

Peneliti pada Kantor Bahasa Jambi pos-el: mahdeliza_sikumbang@yahoo.co.id

Abstrak: Tulisan ini menganalisis struktur cerita dan nilai budaya dalam cerita Puti Senang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur cerita dan nilai-nilai budaya apa saja yang terdapat dalam cerita Puti Senang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan struktur cerita yang membentuk cerita Puti Senang dan mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita tersebut. Teori yang digunakan adalah teori Struktural dan nilai budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu pendekatan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat tentang fakta dan karakteristik mengenai masyarakat, bidang tertentu dengan menekankan pada deskripsi yang menghubungkan satu sama lain. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa cerita rakyat Puti Senang memiliki struktur cerita dengan unsur-unsur tokoh dan penokohan, alur, latar, tema dan amanat. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat ini adalah kecerdikan, suka menolong, ketamakan, dan pantang menyerah.

Kata kunci: cerita rakyat, struktural, nilai budaya

Abstract: The title of this study is Structure and Culture Values Analysis in Puti Senang Folklore. The problem of study, what is structure and educational that contains in Puti Senang folklore. The purposes is to describes and explain the structure that formed Puti Senang folklore and to find out culture norm in that folklore. The researcher used structural and culture value theory. This study used descriptive method, descriptive quantitative method is a approach that describe systematically and accurate fact and society characteristic, specific part that focused to natural description by using relationship concepts each other. The result of this study is Puti Senang folklore has structure and character substances, substance, setting, and theme and messages.Culture values in this folklore are cleverness, auxiliaries, greedy and not surrender.

Keywords: folklore, structure, culture values

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam dan beraneka ragam kebudayaan. Setiap daerah memiliki ciri khas budayanya masing-masing. Salah satu bagian dari kebudayaan daerah itu adalah cerita rakyat yang merupakan bagian dari kesusastraan Indonesia yang meliputi puisi (syair) dan

prosa. Prosa biasanya berbentuk dongeng, legenda, dan mite (mitos).

Cerita rakyat adalah bentuk cerita tertua dari sastra romantik dan imajinatif, fiksi, tak tertulis dari manusia masa lampau dan manusia primitif di semua belahan dunia (Bunanta, 1998:22). Cerita rakyat merupakan cerita yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Cerita yang disampaikan dari mulut ke

(2)

55 mulut dan dituturkan dari generasi ke generasi seterusnya. Sebagai contoh seorang ibu yang biasa bercerita kepada anaknya saat menjelang tidur atau seseorang yang memang gemar bercerita dan menyampaikan ceritanya itu kepada penduduk. Demikianlah, hingga cerita itu dikenal, berkembang dan pada akhirnya ditulis. Namun, kebanyakan orang sudah tidak mengenal lagi siapa penutur aslinya.

Danandjaya (1997:2) mengatakan bahwa folklor termasuk di dalamnya cerita rakyat menjadi milik bersama (colecctive folklore). Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.

Menurut ukuran kesusastraan syair, prosa daerah jauh lebih menarik dari prosa yang membicarakan tema yang realitas dan lebih modern sifatnya (Teeuw, 1983:

78). Kebudayaan daerah (sastra daerah) yang hidup dan berkembang di masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan untuk memperkaya dan menunjang kebudayaan nasional yang kelak akan diwariskan kepada anak cucu kita.

Sejalan dengan pendapat di atas, pembinaan, pengembangan, dan pelestarian sastra daerah hendaknya selalu dilakukan. Jika tidak, mungkin karya sastra yang ada di Indonesia akan hilang dan anak cucu kita kelak tidak akan sempat mengenal sastra daerah yang merupakan bagian dari budaya bangsanya.

Cerita Puti Senang merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Kerinci, Jambi. Sepengetahuan penulis, cerita ini belum dibukukan ataupun dianalisis struktur karya dan nilai budayanya. Penulis tertarik untuk menggali nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat ini melalui penganalisisan strukturnya. Penulis berharap, dari nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam cerita ini dapat dijadikan panutan dalam melakoni kehidupan ini,

terutama bagi masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

Penelitian dengan kajian cerita rakyat Kerinci juga sudah pernah dilaksanakan oleh beberapa peneliti, diantaranya. 1) Penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin yang berjudul Struktur Sastra Lisan Kerinci; 2) Penelitian yang dilakukan oleh Efrison (2009) yang berjudul Jati Diri Masyarakat Kerinci dalam Sastra Lisan Kerinci; 3) Nilai-Nilai Budaya dalam Sastra Lisan Tale Kerinci:

Kajian Struktur dan Semantik. Struktur dan Nilai Budaya, oleh DR. Nazurty, M.Pd. 2013; 4) Kunaung Kumpulan Cerita Rakyat Kerinci oleh Ismail Zakaria 1981.

Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya. Analisis struktur dilakukan untuk mengetahui struktur cerita rakyat Kerinci, sedangkan analisis nilai budaya difokuskan pada nilai-nilai budaya apa saja yang terdapat pada cerita rakyat Kerinci. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur cerita dan nilai- nilai budaya apa saja yang terdapat dalam cerita Puti Senang.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang struktur cerita Puti Senang dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita Puti Senang.

Landasan teori merupakan landasan dasar atau tempat berpijak suatu pembahasan. Diperlukan landasan teori yang tepat, agar analisis terhadap cerita Puti Senang terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan teori nilai budaya.

1) Tema

Menurut Surana (2001:51), tema adalah pokok permasalahan suatu cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita. Tema terasa mewarnai cerita tersebut dari awal hingga akhir. Tema akan dapat diketahui jika pembaca membaca cerita secara keseluruhan.

(3)

56 Dengan kata lain, tema sebuah cerita biasanya merupakan sesuatu yang tersirat bukan yang tersurat.

Semi (1988:43) menyatakan tema dikatakan tersirat jika tema itu secara tidak tegas dinyatakan oleh pengarangnya, namun terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarangnya. Tema dikatakan tersurat jika dinyatakan pengarangnya dalam bentuk kalimat, baik yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita maupun pendapat pengarang dalam menanggapi suatu persoalan. Pengarang menggunakan dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, kejadian-kejadian maupun setting atau latar cerita untuk mempertegas tema. Seluruh unsur cerita mempunyai satu arti saja dan yang mempersatukan seluruh unsur cerita itu dalam tema.

Sedangkan untuk menilai tema tersebut baik atau tidak, William Hendy Hudson (dalam Esten, 1987:22) menyatakan bahwa suatu tema akan bernilai baik bilamana meletakkan landasan-landasan yang luas dan mendalam (terutama) dalam pertarungan kemanusiaan. Ini berarti tema dalam karya sastra dapat dikatakan baik bila mengungkapkan persoalan kemanusiaan yang universal.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tema atau gagasan, ide, atau pikiran utama pengarang merupakan yang mendasari penciptaan suatu karya sastra. Dalam suatu karya sastra, ada suatu

“yang dibungkus” pengarang melalui cerita, ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.

2) Amanat

Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui pemecahan permasalahan atau persoalan yang terdapat dalam suatu karya sastra (Sudjiman, 1991:57). Sedangkan menurut Suroto (1993:88), amanat adalah pemecahan

permasalahan atau persoalan yang berisi pandangan tentang bagaimanakah kita jika menghadapi persoalan tersebut.

Amanat dapat diungkapkan secara implisit (tersirat) dan dapat pula diungkapakan secara eksplisit (tersurat).

Hal ini diungkapkan Sudjiman (1988:57- 58) bahwa, “amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit dan secara eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir.

Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran peningkatan nasehat, larangan dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat yang dipaparkan di atas penulis menyimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca dalam sebuah cerita.

3) Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan unsur yang utama yang dapat dijadikan pumpunan pemahaman atas makna karya sastra yang dibaca. Melalui tokohlah pengarang mengungkapkan gaya dan pandangan kehidupan (Zaidan, 2001:17).

Di sini perlu dibedakan antara tokoh dalam cerita biasanya berupa manusia yang dihadirkan secara lengkap. Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1991:16). Sedangkan penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimanakah penokohan masing- masing tokoh-tokoh dalam cerita tesebut.

(Suroto, 1993:92).

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tokoh lebih mengacu kepada orang, sedangkan penokohan lebih mengacu kepada sifat.

Melalui watak itulah dapat dilihat bagaimana seorang tokoh menghadapi dan memecahkan permasalahan dihadapinya.

(4)

57 Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung wajah tokoh tersebut. Apabila penggambaran tokoh kurang dengan watak yang dimiliki tokoh atau bahkan sama sekali tidak mendukung watak tokoh yang digambarkan jelas akan mengurangi bobot cerita.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menampilkan watak tokoh dalam suatu cerita (Sudjiman, 1991:24).

1. Metode langsung 2. Metode tak langsung 3. Metode konstektual 4) Alur

Jalinan antara persoalan-persoalan dalam sebuah karya sastra disusun dengan suatu jalinan peristiwa yang diseleksi dan diatur dalam waktu. Jalinan peristiwa ini dapat dikatakan sebagai alur atau plot.

(Sudjiman, 1991:25).

Bagian awal cerita merupakan bagian penyampaian informasi awal tentang tokoh atau hal lain sebagai pembuka cerita. Pada bagian ini pendengar disiapkan dan sekaligus dirangsang untuk ingin tahu kelanjutan cerita. Selanjutnya pertikaian dalam cerita merupakan bagian yang menggambarkan perselisihan yang timbul antara para tokoh cerita karena adanya dua kekuatan yang berbeda.

Berikutnya cerita menggambarkan tentang suasana pertikaian menuju klimaks cerita. Pada bagian klimaks, pertikaian dan perumitan dalam cerita sampai pada tahap puncak sehingga terjadi perubahan nasib atau kehidupan tokoh cerita. Peleraian merupakan bagian cerita yang menjelaskan bagaimana tokoh cerita berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pada bagian akhir, cerita diselesaikan dalam bentuk keberhasilan tokoh cerita, ataupun kegagalan tokoh dalam cerita

Menurut Burhan Nurgiantoro (2000:155) mengatakan bahwa secara teoretis alur berdasarkan urutan waktu dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu kategori kronologis dan non kronologis.

1. Alur kronologis atau alur lurus

2. Alur non kronologis atau sorot balik (flash back)dan campuran

5) Latar

Cerita berkisah tentang seorang atau beberapa orang tokoh. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau didalam suatu rentang waktu tertentu dan pada suatu tempat tertentu.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra membangun latar cerita (Sudjiman, 1991:46).

Latar menjadi pangkal pijak dunia rekaan yang direalisasikan dengan tempat, waktu, dan sistem kehidupan, termasuk sarana kehidupan. Latar mengaktualkan atau lebih tepat “membumikan” kehadiran tokoh. Dengan latar yang bagus, cerita akan lebih hidup dan menyakinkan pembacanya (Zaidan: 2001:18).

Dalam sebuah karya sastra yang berbentuk prosa, latar mempunyai fungsi:

1) memberikan informasi tentang situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya.

2) berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spritual tokoh (Sudjiman, 1991:46).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa latar atau setting adalah tempat atau waktu serta keadaan yang menimbulkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita.

Sebuah cerita harus jelas di mana dan kapan berlangsungnya kejadian dalam sebuah cerita.

6) Nilai Budaya

Nilai budaya dalam karya sastra sudah berada di luar teori struktural, tetapi

(5)

58 mengarah pada makna sebuah teks sastra itu sendiri. Budaya itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia, dan makna-makna kebudayaan ini disampaikan satu sama lain dalam hidup manusia.

Koentjaraningrat (1980:15) ber- pendapat bahwa kebudayaan suatu bangsa terwujud dalam tiga unsur yang dapat ditemukan dalam berbagai segi kehidupan bangsa yaitu: 1) kompleks gagasan, nilai, norma, dan peraturan, 2) kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat, dan 3) benda hasil karya manusia. Ketiga unsur ini sebagian di antaranya akan tersimpan di dalam sebuah karya sastra, seperti ungkapan pikiran, cita-cita, serta renungan manusia terhadap keadaaan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan itu, dapat dipastikan bahwa banyak sekali nilai-nilai budaya yang tersimpan dalam sebuah karya sastra yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca karya sastra yang diciptakannya.

Oleh sebab itu, peneliti ingin menggali nilai budaya yang terkandung di dalam karya sastra yang berjudul Puti Senang.

Nilai budaya Puti Senang ini perlu kita gali karena dapat bermanfaat dalam kehidupan pembaca, seperti nilai kesabaran, gotong royong, menepati janji, bekerja keras, bermusyawarah, dan peduli terhadap penderitaan orang lain.

Nilai budaya merupakan suatu bentuk dari kehidupan dan memuat ketentuan-ketentuan yang telah dijadikan dasar mengenai tingkah laku yang menyangkut penilaian baik atau buruk dalam suatu kehidupan di dalam masyarakat. Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman masyarakat pendukung dalam bermasyarakat.

Mengenai hubungan antara nilai budaya dengan sastra, Tarigan (1986:194) mengemukakan bahwa dalam karya sastra terdapat bermacam-macam nilai. Nilai yang dimakud adalah sebagai berikut:

1) nilai hedonik, 2) nilai artistik, 3) nilai etis, moral, religius, 4) nilai praktis.

Karya sastra dapat memberikan hiburan, memanifestasikan suatu seni atau ketrampilan juga dapat memancarkan ajaran-ajaran etika, moral, dan religius, serta praktis karena dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa pendapat para ahli sastra di atas disimpulkan bahwa nilai budaya itu adalah nilai-nilai konsep hidup yang ada di dalam hidup dan kehidupan manusia.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai masyarakat, bidang tertentu dengan menekankan pada deskripsi alami yang menggunakan konsep-konsep dalam hubungannya satu sama lain.

Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan rekaman pada cerita rakyat Kerinci ini dilakukan dengan langkah pemilahan data berdasarkan kategori tertentu. Fakta-fakta yang ada di lapangan kemudian digolongkan dan diperiksa lalu peneliti mengarahkan dan menyisihkan data-data yang tidak perlu serta mengorganisasi data yang telah diperoleh dalam teknik wawancara dan rekaman.

Langkah selanjutnya adalah dilakukan dengan penyatuan dan penyederhanaan dari semua data, kemudian diseleksi dan disatukan untuk diambil data yang diperlukan dalam rumusan permasalahan dalam penelitian. Hasil data ini kemudian disajikan dalam bentuk penyajian data yaitu berupa data mengenai nilai budaya apa saja yang terdapat dalam cerita rakyat Kerinci, sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua jenis, yakni dengan

(6)

59 (1) wawancara, berupa daftar pertanyaan mengenai bentuk, nilai-nilai didaktis dari cerita rakyat. (2) rekaman saat berlangsungnya wawancara dengan nara sumber tentang cerita Puti Senang.

Hal yang terpenting sesudah data diperoleh pada tahap pengumpulan data adalah mengolahnya pada teknik analisis data. Kegiatan memproses pengelolaan data dimulai dengan mengelompokkan dari data-data yang telah terkumpul dan dicatat sebagai hasil observasi, wawancara dan perekaman tentang cerita Puti Senang.

Catatan yang dianggap menunjang data penelitian, selalu dicatat agar kejadian- kejadian tersebut tidak telupakan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang yang dapat dipakai untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.

Cara analisis data diletakkan dalam kerangka berfikir yang menyeluruh dan sistemik. Data yang sudah diperoleh dari hasil wawancara beberapa informan dan masyarakat pendukung yang berupa kata- kata, pernyataan-pernyataan ide, penjelasan-penjelasan ide, atau kejadian, dan data rekaman menggunakan tape recorder, disusun dalam teks yang diperluas dan dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan analisis cerita Putri Senang, penulis mendeskripsikan sinopsis cerita dimaksud.

Sinopsis

Pada suatu hari, sekitar pukul 11 siang ibu (Induk) Puti Senang menugaskan putrinya semata wayang untuk mengantarkan nasi ke sawah untuk ayahnya yang sedang bekerja. Dengan perasaan gembira Puti Senang berangkat ke sawah. Karena hari belum terlalu siang, Puti Senang pergi tidak terlalu tergesa-

gesa. Sambil berjalan, sekali-sekali Puti Senang berhenti untuk mengumpulkan daun paku (sejenis sayuran) yang sering dijadikan masakan sayur gula. Daun paku ini enak juga dimakan mentah, tetapi jika kita memakan daun paku mentah maka bibir akan menjadi putih. Puti Senang biasa memakan tanaman paku ini.

Setelah mengantar nasi ayahnya, Puti Senang langsung pulang. Ketika Puti Senang memasuki halaman pekarangan rumah, secara kebetulan ia berpapasan dengan ibunya yang baru pulang dari sumur. Melihat bibir anaknya agak memutih, Puti Senang langsung bertanya apakah makan siangnya sudah diantar.

Puti Senangpun langsung menjawab sudah. Namun, karena ibu Puti Senang merasa curiga, beliaupun bertanya kembali tapi ibu tetap curiga, kecurigaan ini cukup beralasan karena melihat bibir Puti Senang yang memutih.

Namun ibu Puti Senang tidak percaya terhadap apa yang dikatakan anaknya. Dengan suara keras, ibu Puti Senang mengatakan ”Kamu ini anak Durhaka, nasi ayah tega dimakan, tetapi Puti Senang tetap bersikukuh bahwa nasi ayahnya sudah diantar, tetapi ibunya tetap tidak percaya. Karena Puti Senang tetap tak bergeming dengan ucapannya, membuat ibunya naik pitam dan marah besar. Emosi ibu Puti Senang tidak terkendali dan mengusir Puti Senang dari rumah.

Sebagai anak tunggal yang selama ini dimanja dan disayang, tetapi tiba-tiba mendapat perlakuan kasar dari ibunya, membuat Puti Senang sedih. Ia mengambil beberapa potong pakaiannya dan memutuskan pergi dari rumah. Saat ia melangkah keluar dari rumah, tiba-tiba hujan panas turun seperti pertanda hari ikut menangis. Seiring hari berganti hari, Puti Senang terus berjalan. Ia mendaki bukit dan berhenti pada sebuah batu untuk beristirahat. Di Atas batu itu, Puti Senang

(7)

60 kembali menangis. Ia tidak tahu lagi ke mana akan melangkah.

Setelah puas menangis, Puti Senang memohon kepada Yang Maha Kuasa dan meminta pertolongan. Setelah Puti Senang merasa lega ia melantunkan nyanyian.

Tinggay-tinggay kaaw batew Kaaw kuuraeh/kauw kusikat Mak sna atey indao?ku//

(artinya: tinggi-tinggilah kamu batu Kamu saya elus,kamu saya sisir upaya senang hati ibundaku)

Dalam bernyanyi itu, terasa batu tadi berangsur angsur naik dan meninggi, semakin sering Puti Senang bersenandung, semakin tinggi pula batu itu.

Sementara itu, ayah Puti Senang sangat sedih sekali semenjak kepergian anaknya. Setiap hari ayah Puti Senang berusaha mencari anaknya dengan bertanya pada orang yang dijumpainya.

Suatu ketika ayah Puti Senang berjumpa dengan beberapa orang petani yang baru pulang dari ladang. Petani itu mengatakan, bahwa mereka melihat dari kejauhan sosok wanita berambut panjang sedang di atas batu dan batu itu semakin hari semakin meninggi dan mereka mengira perempuan itu adalah peri atau bidadari yang baru turun dari langit.

Setelah mendengar cerita itu, ayah Puti Senang pergi ke arah bukit yang diceritakan petani itu dan melihat batu itu semakin tinggi. Ayah Puti Senang menyaksikan anaknya berada di atas batu yang semakin tinggi. Sayup-sayup mata ayah Puti Senang memandang dan terlihat anak gadisnya melambaikan tangan. Ayah Puti Senang menangis dan meminta anaknya turun ke bumi.

Lama kelamaan batu itu makin tinggi hingga mencapai pintu langit. Ayah Puti Senang tidak dapat berbuat apa-apa.

Terdengar suara Puti Senang bersenandung. Mendengar senandung Puti Senang, penjaga pintu langit segera

membuka pintu langit, dan mempersilakan Puti Senang untuk masuk ke dalam langit.

Saat Puti Senang akan melangkah dan masih menapak di atas batu. Pada saat itu Puti Senang kembali melantunkan senandung hatinya yang lara.

Tinggay-tinggay kaaw batew Kaaw kumino

Kaaw ku jungkon Kaaw kumino Kaaw kujungkon

(artinya tinggi-tinggilah kamu batu kau kemana

kau ku jungkal kau kemana kau kujungkal)

Kalo indouk sayang ka ana?

Ideak ana? Tbueng jaeouh Kalo bapeak, ndok ngimok ana?

Kimoklah batew di tngoh lamang (artinya kalau ibu sayang ke anak tidak ana? terbuang jauh

kalau bapak akan melihat anak lihatlah batu di tengah laman)

Setelah bersenandung, Puti Senang menendang batu yang didudukinya dan batu itu menjadi patah tiga. Pecahan batu itu berserakan di atas bukit terbakar (bukoik tepanggang), dan pecahan lainnya berserakan di atas bukit dan di bawah bukit di kawasan pinggiran kota Kerinci.

Saat melangkahkan kaki memasuki kawasan langit, Puti Senang sempat bingung. Ia tidak melihat adanya makhluk di dalam langit. Sejenak ia terheran. Di kejauhan Puti Senang melihat ada asap api yang membubung tinggi, segera ia melangkahkan kaki menuju arah sumber asap. Di sana Puti Senang bertemu dengan sebuah keluarga tinggal bersama mereka dan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Rio Budiman. Akhirnya mereka menikah.

Hampir dua tahun Puti Senang berada di sana. Suatu hari, ia berkata kepada sang suami, kalau ia ingin melihat ayah dan ibunda di bumi. Mereka berdua

(8)

61 akhirnya sepakat untuk mengunjungi orang tua Puti Senang. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya. Puti Senang bersama suaminya pergi ke bumi.

Sampai di bumi, Puteri Senang melihat kedua orang tuanya yang bersedih dan kurus karena terlalu lama duduk menunggu kehadiran buah hatinya.

Mereka tidak lagi bekerja dan untuk makan mereka harus menunggu belas kasih tetangga.Tetangga sangat paham sekali keadaan orang tua Puti Senang yang terpukul karena kehilangan anaknya.

Hati orang tua Puti Senang melihat bergembira anaknya kembali. Ibu Puti Senang meminta maaf pada Puti Senang yang telah menuduhnya berbohong.

Seandainya ibu Puti Senang mengerti kalau sering makan daun paku mentah akan mengakibatkan bibir anaknya putih, ia tidak akan menuduh anaknya berbohong.

Akhirnya mereka hidup bersama, dan Puti senang mempunyai seorang anak.

STRUKTUR CERITA Tema

Inti cerita Puti Senang ini mengisahkan tentang penderitaan seorang anak yang dituduh oleh ibunya sendiri karena tidak mengindahkan permintaannya. Puti Senang adalah seorang yang baik dituduh ibunya telah memakan makanan yang disiapkan ibunya untuk diantarkan kepada ayahnya yang sedang bekerja di sawah. Padahal ini tidak terbukti sama sekali. Begitu kecewanya Puti senang sehingga pergi dari rumah tanpa menghiraukan perasaan ayah yang sangat menyayangnya. Di sepanjang jalan Puti Senang menangis, sampai akhirnya dia berhenti di sebuah bukit. Karena Puti Senang menangis terus maka air matanya berubah menjadi batu dan Puti Senang terbang ke khayangan. Di sana dia menemukan laki-laki yang sangat mencintainya dan akhirnya menikah. Akan tetapi Puti Senang tidak lupa akan orang

tua yang tinggal di bumi. Puti Senang mengajak suaminya Rio Budiman untuk menemui orang tuanya yang terus merindukannya. Akhirnya Puti Senang berkumpul kembali dengan orang tuanya.

Amanat

Dari rangkaian peristiwa yang terjalin dalam cerita Puti Senang ini menyiratkan amanat sebagai berikut.

1. Janganlah menuduh seseorang itu walaupun itu anak sendiri tanpa ada bukti yang jelas. Hal ini terlihat dari tokoh ibu yang menuduh anaknya sendiri tanpa ada bukti yang jelas.

Padahal Puti Senang sendiri tidak pernah melakukan apa yang telah dituduhkan ibunya.

2. Jangan memikirkan perasaan sendiri tanpa memikirikan perasaan orang yang sayang pada kita. Hal ini dapat di lihat dari tokoh Puti Senang yang tidak memikirkan perasaan ayahnya yang sedih karena ditinggal Puti Senang yang pergi tanpa pamit pada ayahnya.Puti Senang pergi karena kecewa dengan ibunya.

3. Seorang anak tidak akan pernah lupa dengan orang tuanya sendiri dan juga dengan kasih sayang yang pernah diberikan orang tua pada anaknya. Hal ini dapat kita lihat dari Tokoh Puti Senang yang tidak pernah lupa dengan orang tuanya, walaupun dia sudah hidup senang di negeri khayangan.

Alur

Alur yang terdapat pada cerita Puti Senang ini adalah alur maju dan alur mundur. Cerita ini dimulai dengan penggambaran kehidupan keluarga Puti Senang. Keluarga yang terdiri atas ayah ibu dan ayah. Mereka hidup bahagia serta damai. Puti Senang adalah seorang perempuan yang cantik dan patuh pada orang tuanya. Puti Senang disuruh ibunya ke sawah untuk mengantarkan makan siang ayah. Setelah itu Puti Senang

(9)

62 mengambil tanaman paku untuk dimasak.

Setelah selesai Puti Senang langsung pulang. Sesampai di rumah, ibu Puti Senang menyangka kalau Puti Senang belum mengantar makan siang ayah dan menuduh Puti Senang telah memakan makanan tersebut. Ibu Puti Senang marah- marah dan memaki-maki Puti Senang. Puti Senang sedih telah dituduh oleh ibunya telah memakan makanan tersebut. Karena sedih dituduh demikian, Puti Senang pergi dari rumah. Sementara ayahnya sedih telah ditinggal oleh anaknya semata wayang.

Semenjak Puti Senang pergi dari rumah, ayah Puti Senang sibuk ke sana ke mari mencari keberadaan anaknya. Setiap yang bertemu dengannya ia tanyai, dan akhirnya ada yang memberi tahu kalau Puti Senang di atas bukit dan terus menangis. Air mata Puti Senang lama- lama menjadi batu dan Puti Senang terbang ke khayangan.

Di khayangan Puti Senang bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Rio Budiman. Mereka akhirnya menikah.

Walaupun telah hidup bahagia bersama suaminya Puti Senang tidak lupa dengan orang tuanya. Puti Senang mengatakan pada suaminya untuk melihat orang tuanya di bumi. Dengan senang hati suami Puti Senang memenuhi keinginan Puti Senang.

Akhirnya, Puti Senang dan Rio Budiman kembali ke bumi bertemu dengan orang tua Puti Senang. Mereka disambut dengan senang hati oleh orang tua Puti Senang. Mereka akhirnya hidup bahagia.

Tokoh dan Penokohan

Pada Cerita Puti Senang yang menjadi tokoh sentral adalah Puti Senang.

Puti Senang dijadikan tokoh sentral karena permasalahan atau peristiwa yang ada dalam cerita muncul dari tokoh sentral.

Sedangkan Bapak Puti Senang merupakan tokoh sentral yang protagonis dan Ibu Puti Senang adalah tokoh sentral yang antagonis. Untuk tokoh bawahan

diperankan oleh Rio Budiman. Selain itu, ayah dan ibu Rio Budiman juga dikategorikan sebagai tokoh bawahan.

Setiap tokoh yang berperan dalam cerita ini memiliki karakter masing- masing di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Puti Senang

Tokoh utama dalam cerita rakyat Puti Senang ini adalah Puti Senang sendiri. Ini dapat kita lihat dari permasalahan atau peristiwa yang terjadi dalam cerita ini dari kemunculan tokoh Puti Senang. Hal yang sama dikatakan Sudjiman (1991:18) bahwa salah satu cara menentukan tokoh protagonis adalah melalui intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang terdapat dalam sebuah cerita cukup tinggi. Di sini dapat di lihat intensitas keterlibatan tokoh Puti Senang dengan permasalahan yang ada sangat tinggi. Selain itu, tokoh Puti Senang juga berhubungan dengan seluruh tokoh yang ada dalam cerita rakyat ini.

Hal ini dapat di lihat dari penjelasan di bawah ini:

...Pada suatu hari, sekitar pukul 11.00 Wib ibu (Indouk) Puti Senang menugaskan putri semata wayangnya untuk mengantar nasi ke sawah untuk ayahnya yang sedang mencangkul lahan sawah untuk menanam padi.

Dengan perasan gembira, walaupun seorang diri Putri Senang berangkat ke sawah untuk mengantar nasi untuk makan siang ayahnya, dua ibat nasi dengan sambal kapanjang bercampur umbu penyelang , rebusan sayur pucuk daun cekeha (sayuran rebus khas Sungai Penuh) dan ditangan kirinya menenteng

“tabun air kawo” untuk menambah air daun kawo minuman kesukaan yang ayahanda... (PS. Hlm 1).

(10)

63 Dari kutipan di atas dapat di ketahui bahwa tokoh Puti Senang adalah seorang anak yang patuh kepada kedua orang tuanya. Puti Senang tidak pernah menolak apapun perintah yang diberikan kepadanya. Terkadang pekerjaan itu penuh dengan tantangan bagi seorang anak perempuan tetapi ia tetap melaksanakannya dengan hati yang gembira.

2. Ayah Puti Senang

Ayah Puti Senang adalah sosok seorang ayah yang baik hati dan sangat sayang pada anaknya. Ayah Puti Senang sangat terpukul ketika Puti Senang pergi dari rumah. Ayah Puti Senang berusaha mencari anaknya, tanpa mengenal lelah.

Beliau bertanya kian ke mari mencari anak semata wayangnya.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Duhai anak gadisku sibiran tulang belahan jiwaku, pulanglah wahai anakku Puteri Senang, pulanglah anakku, pinta ayahnya….Puteri senang, tidakkah engkau mencintai dan menyayangi ayahmu yang benar benar sangat mencintaimu?!pinta ayahnya berulang ulang. Engkau satu satunya anak ku yang akan melanjutkan trah keluarga kita, jika engkau tiada lagi pada siapa kasih dan sayangkku akan kucurahkan? Jika ayah sakit siapakah yang akan mengobati?

Jika putus siapakah yang akan menyambung? Engkau adalah buah hatiku, cintaku, kasihku dan tempat ayah menyandarkan hidup kelak dihari tua. (PS. Hlm. 3)

Dari kutipan di atas dapat di lihat betapa penyayang ayah Puti Senang terhadap Puti Senang. Beliau mencari Puti Senang yang hilang entah ke mana. Puti Senang anak semata wayangnya merupakan sandar hidupnya.

3. Ibu Puti Senang

Ibu Puti Senang sangat berbeda sekali dengan ayah Puti Senang. Ayah seorang yang sabar sementara ibunya tidak. Ibu Puti Senang adalah seorang ibu yang kasar, emosi, dan tidak percaya pada anaknya sendiri.

Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut.

Dengan nada keras, Ibunya mengatakan”Kamu ini anak durhaka,nasi ayah tega dimakan, tapi Puti Senang tetap bersikukuh bahwa nasi sudah diantar, tapi ibunya tetap tidak percaya.

Karena Puti Senang tetap tak bergeming dengan ucapannya membuat ibunya naik pitam dan marah besar, tanpa ampun ibunya secara bertubi tubi memukul Puti Senang. Pertama Puti Senang dilidi oleh ibunya, setelah di lidi berkali-kali, ibunya memukul lagi Puti Senang dengan kayu. Bahkan alu penumbuh padi dilesung ikut bicara dan bertindak memukul anak gadis tak berdosa itu. Tidak hanya dipukul, Puti Senang juga dicaci maki dengan kalimat yang tidak pantas, bahkan karena kalah dan emosi yang tidak terkendali Puti Senang di usir.

(PS. Hlm.2)

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana watak ibu Puti Senang yang kasar dan emosian. Padahal selama ini Puti Senang sangat di sayang oleh ibunya, tetapi karena beliau tidak percaya dengan Puti Senang, beliau akhirnya mengusir Puti Senang dari rumah. Hal ini dilakukan ibu Puti Senang karena dia adalah seorang isteri yang sangat berbakti kepada suaminya. Dia tidak ingin kewajibannya sebagai seorang isteri terabaikan.

Untuk saat ini tindakan yang dilakukan oleh ibu Puti Senang termasuk tindak kekerasan terhadap anak. Tapi bila

(11)

64 dilihat dari sudut ibu Puti Senang sebagai seorang Isteri dia ingin menunjukkan baktinya.

4. Rio Budiman

Tokoh Rio Budiman dalam cerita rakyat Puti Senang adalah suami Puti Senang. Rio Budiaman seorang pemuda yang baik dan suami yang mengerti isterinya.

Hal ini terlihat dari kutipan berikut Hampir dua tahun Puteri Senang berada di atas langit. Pada suatu hari ia berkata kepada sang suami wahai kanda sudah lama adinda tidak melihat ayah dan ibunda di bumi, andaikan engkau berkenan tolong antarkan adinda mengunjungi ayah dan ibunda di bumi.

Mereka berdua akhirnya sepakat untuk bersilaturahmi ke bumi untuk mengunjungi orang tua Puteri Senang lagi pula Rio Budiman juga ingin berjumpa dengan ayah dan ibu mertuanya di bumi. Setelah mempersiapkan bekal untuk sebuah perjalanan jauh ke bumi,maka berangkatlah mereka kearah pintu langit untuk transit ke bumi. (PS. Hlm. 9)

Dari kutipan di atas terlihat watak Rio Budiman sangat sayang dan mengerti dengan Puti Senang. Rio Budiman tidak pernah memutuskan hubungan Puti Senang dengan kedua orang tuanya. Rio Budiman dengan senang hati mengantar Puti Senang kembali ke bumi untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.

5. Bapak dan Ibu Rio Budiman

Tokoh Bapak dan Ibu Rio Budiman orang tua yang baik hati dan sangat sayang pada anaknya. Mereka adalah keluarga petani yang hidup rukun di negeri kahayangan.

Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut.

Mendengar pertanyaan itu, Puteri Senang memperkenalkan

dirinya dan menceritakan derita hidup yang tengah dia jalani yang membawa untung badannya ke tempat yang sangat jauh dari bumi.

Setelah mendengar cerita anak gadis yang malang itu, bapak dan Rio Budiman membimbing tangan anak gadis itu memasuki rumah,

dan dirumah Bapak

memperkenalkan Puteri senang kepada istrinya yang sedang mempersiapkan makanan untuk persiapan makan malam. (PS.

Hlm. 8).

Dari kutipan di atas dapat di lihat bahwa orang tua Rio Budiman adalah orang yang baik hati dan mereka hidup sederhana. Mereka menerima Puti Senang dengan tangan terbuka apalagi mereka tidak mempunyai anak perempuan.

Latar

Latar dalam cerita rakyat Puti Senang ini tidak dapat dijelaskan secara rinci, mengingat kalimat awal cerita ini diawali dengan kata “Pada zaman dahulu”

sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah cerita rakyat ini diperkirakan terjadi pada masa orang sudah mengenal tulis baca ataukah belum. Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut.

Pada masa dahulu kala di sebuah desa keluarga hidup bahagia bersama seorang anaknya yang cantik yng bernama Puti Senang. (PS. Hlm. 1)

Di sini dapat di lihat bahwa latar atau tempat kejadian dalam cerita ini tidak diketahui secara pasti.

Nilai Budaya

Setelah memahami tokoh, latar, alur cerita, tema dan amanat dalam cerita rakyat Puti Senang dapat diuraikan bahwa

(12)

65 ada nilai budaya di dalamnya, yaitu sebagai berikut

1. Kepatuhan

Nilai budaya yang terdapat dalam cerita Puti Senang ini adalah kepatuhan.

Nilai kepatuhan ini dapat di lihat dari sikap Puti senang, Ia menurut kepada perintah ibunya untuk mengantarkan makan siang ayah yang sedang bekerja di sawah.

Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut ini.

Pada suatu hari, sekitar pukul 11.00 Wib ibu (Indouk) Putri Senang menugaskan putri semata wayangnya untuk mengantar nasi ke sawah untuk ayahnya yang sedang mencangkul lahan sawah untuk menanam padi.

Dengan perasan gembira, walaupun seorang diri Putri Senang berangkat ke sawah untuk mengantar nasi untuk makan siang ayahnya, dua ibat nasi dengan sambal kapanjang bercampur umbu penyelang, rebusan sayur pucuk daun cekeha (sayuran rebus khas Kerinci) dan di tangan kirinya menenteng “tabun air kawo” untuk menambah air daun kawo minuman kesukaan yang ayahanda. (PS. Hlm. 1)

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana patuhnya Puti Senang atas perintah yang diberikan oleh ibunya. Puti Senang menerima tugas yang diberikan itu dengan senang hati.

Kalau di lihat pada kehidupan masyarakat Kerinci saat ini nilai kepatuhan ini masih dijunjung tinggi.

Contohnya, dalam perjodohan, mereka patuh menerima perjodohan atau perkawinan lingkungan keluarga. Tujuan dari kepatuhan mereka ini untuk menjaga warisan di keluarga mereka.

2. Menyayangi

Nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Puti Senang ini adalah menyayangi. Nilai budaya menyayangi ini terlihat dari sikap Puti Senang dan Ayah Puti Senang.

Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut ini.

Kedua anak beranak itu makan bersama dengan lahap, setelah makan siang, ayahanda Putri Senang menghisap rokok enau (ngudeouk ukok na) sambil menghirup kopi daun (daun sebuk kawo).

Setelah makan dan membersih- kan sisa sisa makanan, Putri

Senang pamit kepada

ayahandanya. Sambil menyalami dan mencium tangan ayahanda Putri Senang kembali ke dusun.

Sambil berjalan pulang, putri senang kembali mematahkan pucuk pucuk paku dan memakan paku paku muda yang masih segar.gadis kecil putri tunggal pasangan petani itu memang seorang gadis manis yang cerdas dan sangat patuh kepada kedua orangtuanya. (PS. Hlm. 2)

Dari kutipan di atas terlihat betapa sayang seorang ayah terhadap anaknya begitu juga sebaliknya. Puti Senang pamit pada ayahnya sambil menyalami dan mencium tangan ayahnya.

3. Taat beribadah

Nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Puti Senang ini adalah taat beribadah. Ayah Puti Senang sangat taat sekali beribadah, walaupun beliau sedang sibuk bekerja di sawah.

Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini.

Tanpa terasa Putri Senang telah sampai di (pelak) di tengah sawah tempat ayahnya bekerja,

(13)

66 pada saat Putri Senang sampai di

“Pelak”. Ia mendapatkan

ayahandanya sedang

melaksanakan ibadah shalat Dhuhur. Beberapa menit sambil menghidangkan makanan kiriman ibunda ia menunggu ayahanda selesai shalat. Setelah ayahnya selesai menunaikan shalat, ia mempersilakan ayahanda untuk makan siang.

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana taatnya ayah Puti Senang beribadah. Walaupun beliau sedang bekerja, beliau tidak lupa mengerjakan salat.

4. Kepasrahan

Nilai budaya kepasrahan ini dapat dilihat dari kepasrahan Puti Senang pada Yang Mahakuasa. Puti Senang memasrah- kan dirinya karena hanya kepada Allahlah Puti Senang meminta pertolongan,

Hal ini dapat di lihat dari kutipan berikut.

Puas menumpahkan air matanya, dengan pasrah Putri Senang memasrahkan dirinya kepada Allah, baginya tidak ada tempat bergantung dan meminta pertolonngan selain dari Allah, setelah berdoa. Untuk melegakan dadanya yang sesak, ia melantunkan nyanyian yang isinya adalah:

Tinggay-tinggay kaaw batew Kaaw kuuraeh/kauw kusikat

Mak sna atey indao?ku//

(artinya: tinggi-tinggilah kamu batu

Kamu saya elus, kamu saya sisir Supaya senang hati ibundaku)

(PS. Hlm. 3)

Dalam bernyanyi itu, terasa batu tadi berangsur angsur naik meninggi makin sering Putri Senang bersenandung, semakin tinggi pula batu itu.

Dari kutipan di atas dapat di lihat bagaimana Puti Senang memasrahkan dirinya pada Allah, karena Puti Senang tahu yang dapat menolongnya hanya Allah. Lewat nyanyian Puti Senang melepaskan sesak yang ada di hatinya.

SIMPULAN

Cerita rakyat merupakan cerita yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang disampaikan dari mulut ke mulut.

Dalam cerita rakyat terdapat unsur instrinsik yang membangunnya, seperti tokoh, latar dan alur. Unsur ini saling berkaitan dalam membangun sebuah cerita rakyat. Dalam sebuah cerita rakyat terdapat nilai-nilai budaya yang bermanfaat bagi pembacanya. Dalam cerita rakyat Puti Senang ada nilai-nilai budaya di dalamnya seperti kepatuhan, menyayangi, taat beribadah dan kepasrahan.

Penelitian cerita rakyat Puti Senang ini diharapkan bisa menambah khasanah pengetahuan tentang cerita rakyat Kerinci khususnya dan cerita rakyat Indonesia umumnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Danandjaya, James.1997. Foklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.

Bunanta, Murti. 1998. Problematika Cerita Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka.

Esten, Mursal. 1987. Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.

Koentjaraningat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta: University Press.

(14)

67

Nurqiyantoro, Burhan.2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada: University Press.

Semi, M Atar.1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Suroto.1993. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Zaidan, Abdul Rozak. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan sebagai upaya meningkatkan kemampuan keaksaraan awal menggunakan media pembelajaran letter sounds pada anak kelompok A TK Islam Bakti

menya takan bahwa skripsi saya berjudul “ PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN SCHEMA-BASED INSTRUCTION PADA SISWA

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis siswa yang memperoleh model

Pengetahuan peserta mengenai Perencanaan Bisnis dan Model Bisnis sebelum pelatihan ( pretest ) memiliki nilai cukup (13,04), sedangkan setelah pelatihan ( postest )

negatif yang signifikan terhadap tingkat efisiensi pada Bank Pembangunan. Daerah

Subyek penelitian ini adalah berkenaan adanya hibah terkait pembagian warisan yang banyak terjadi di Desa Bonomerto.Sering terjadi di masyarakat, dimana orang tua pada

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya Skripsi yang berjudul “PENILAIAN RISIKO

No.. Dengan melihat kondisi diatas, dapat diketahui tujuan pengembangan jaringan ini dikarenakan masih banyak jalan yang belum diperbaiki serta untuk