• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI DAUR ULANG LIMBAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI DAUR ULANG LIMBAH."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN

KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA

MATERI DAUR ULANG LIMBAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

Iis Masitoh

0900267

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN

KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA

MATERI DAUR ULANG LIMBAH

Oleh Iis Masitoh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Iis Masitoh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

IIS MASITOH

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA

MATERI DAUR ULANG LIMBAH

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dra. Ammi Syulasmi, M.S NIP. 195408281986122001

Pembimbing II

Any Aryani, M.Si NIP.197105302001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA

MATERI DAUR ULANG LIMBAH

ABSTRAK

Kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan karena diharapkan siswa mampu menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian tentang “Kemampuan Memecahkan Masalah dan Penguasaan Konsep Siswa melalui Project Based Learning pada Materi Daur Ulang Limbah” dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan memecahkan masalah serta penguasaan konsep siswa SMA pada materi daur ulang limbah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan alat pengumpul data berupa tes dan angket. Sampel penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 24 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data kemampuan memecahkan masalah siswa termasuk kategori baik ( ̅ . Indikator kemampuan memecahkan masalah yang paling tinggi adalah tahap mengidentifikasi solusi yang memungkinkan dan tahap memilih solusi yang terbaik dengan rata-rata 100. Tahap menganalisis sebab-sebab potensial masalah memiliki rata-rata 94, indikator yang paling rendah adalah menyusun rencana tindakan memiliki rata-rata 60, sedangkan untuk tahap mendefinisikan masalah memiliki rata-rata-rata-rata 67 kemudian hasil dari penguasaan konsep yang memenuhi KKM setelah pembelajaran adalah 83,3%. Hampir seluruh siswa menyatakan respon yang positif terhadap pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

Kata kunci: kemampuan memecahkan masalah, penguasaan konsep, Project Based learning,

ABSTRACT

(5)

stated positive responses about the instruction that enable them to improve their problem solving skills.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian...4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH, PENGUASAAN KONSEP SISWA, PROJECT BASED LEARNING, LIMBAH A. Kemampuan Memecahkan Masalah... 6

B. Penguasaan Konsep... 8

C. Project Based Learning... 10

D. Limbah... 16

E. Penelitian Terkait... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel... 21

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 21

C. Metode Penelitian... 21

(7)

E. Instrumen Penelitian... 22

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian... 26

G. Analisis dan Pengolahan Data... 33

H. Prosedur Penelitian... 36

I. Alur Penelitian... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

B. Pembahasan... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 56

B. Saran... 56

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan utama dari pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal (Tirtarahardja & Sulo, 2005). Proses pembelajaran yang bervariasi dapat menghasilkan pengalaman belajar yang bervariasi pada siswa. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekataan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Menurut Permendiknas No.22, Tahun. 2006 dijelaskan bahwa pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bukan pada seorang guru yang menjadi pusat pembelajaran (BSNP, 2006). Pembelajaran yang mengedepankan siswanya sebagai center akan memberikan dampak yang positif pada siswanya, yakni akan menimbulkan keterampilan belajar yang kuat pada siswanya. Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar oleh siswa, dengan sendirinya akan dikuasai sejumlah aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup (Hidayanto, 2002).

Kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan berfikir tingkat tinggi yang sudah seharusnya dimiliki oleh siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Adanya pengembangan kemampuan memecahkan masalah ini akan membantu peserta didik atau siswa dalam mengembangkan kemampuan belajarnya, menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan dan memecahkan masalah secara kreatif (Anwar, 2004).

(9)

2

Belajar bermakna ini akan tercapai karena adanya pengalaman nyata siswa dalam mencari pemecahan masalah yang disajikan dalam kegiatan belajar.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian dari kecakapan berpikir. Adapun kecakapan berpikir merupakan cakupan dari Life Skill (kecakapan hidup) yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun 2004 untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan (Anwar, 2004). Kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh guru, akibatnya manakala siswa menghadapi masalah walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan dengan baik (Sanjaya, 2010).

Kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan karena diharapkan siswa mampu menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Masa depan memerlukan masyarakat yang didasarkan pada kemampuan bukan berdasarkan fasilitas dan kekuasaan, sehingga pendidikan ikut serta dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi lahirnya manusia-manusia yang dapat bertahan dan kreatif di dalam masyarakat global (Tilaar, 1997).

Kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu hasil dari belajar kognitif tingkat tinggi, karena siswa dituntut untuk menggunakan kaidah-kaidah yang sesuai untuk memecahkan suatu masalah. Dalam pembelajaran, memecahkan masalah dimaknai sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kesulitan karena itu pemecahan masalah merupakan intelektual tingkat tinggi (Purba, 2012).

Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek mengkondisikan siswa untuk menyelesaikan proyek-proyek secara mandiri dan bekerja sama dalam sebuah tim terhadap permasalahan yang ada di dunia nyata (Rais, 2010a). Menggunakan model pembelajaran Project Based Learning ini, siswa dapat mengembangkan berbagai macam

(10)

sehingga siswa lebih peka dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-harinya terutama terhadap lingkungan.

Pembelajaran melalui PBL memotivasi siswa lebih tinggi, karena siswa mendapatkan pengalaman langsung, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tidak hanya dalam tataran kognitif saja melainkan sudah mampu dalam tataran mensintesis (Muchtar & Susanti, 2008). Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan model yang menyelenggarakan pembelajaran dengan proyek. Proyek merupakan tugas yang kompleks, berdasarkan pertanyaan atau menantang masalah yang melibatkan siswa dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau kegiatan investigasi, memberikan siswa kesempatan untuk bekerja relatif otonom selama waktu yang lama, dan berujung pada produk yang realistis atau presentasi (Jones et.al., 1997).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka telah dilakukan penelitian mengenai kemampuan memecahkan masalah dan pembelajaran Project Based Learning yang dilakukan oleh Chanlin (2008) menyatakan bahwa

Project Based Learning telah terbukti bermanfaat bagi berbagai siswa dalam

mengembangkan keterampilan kolaboratif. Untuk contohnya, melalui Project Based Learning siswa SD belajar untuk memahami berbagai

perspektif dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

(11)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah dan penguasaan konsep siswa tentang daur ulang limbah melalui pembelajaran Project Based Learning (PBL). Pembelajaran Project Based Learning diharapkan memberikan dampak yang lebih baik terhadap pemahaman siswa serta dapat menggali kemampuan memecahkan masalah siswa melalui produk-produk yang dihasilkan berupa daur ulang limbah organik ataupun limbah anorganik.

B.Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan memecahkan masalah dan penguasaan konsep siswa pada materi daur ulang limbah melalui Project Based Learning? ”

Rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan memecahkan masalah siswa melalui pembelajaran Project Based Learning?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa mengenai daur ulang limbah melalui pembelajaran Project Based Learning?

3. Jenis produk apa yang dihasilkan oleh siswa sebagai salah satu usaha pengelolaan limbah?

4. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran Project Based Learning dalam konsep daur ulang limbah?

C.Batasan masalah

Supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah pada:

(12)

2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep daur ulang limbah (Penanganan limbah).

3. Penguasaan konsep pada siswa dievaluasi dengan meninjau hasil pretest dan posttest dengan soal kognitif.

4. Jenis produk yang dihasilkan oleh siswa merupakan produk yang bermanfaat dan dapat mengurangi atau mengatasi masalah.

5. Kemampuan memecahkan masalah pada siswa dijaring dengan soal essay yang mencakup enam indikator menurut Chang (1998) yaitu: a).

Mengindentifikasi masalah, b). Menganalisis sebab-sebab potensial masalah, c).mengidentifikasi solusi yang memungkinkan, d). Memilih solusi yang terbaik, e). Menyusun rencana tindakan, f). Mengimplentasikannya berupa produk.

D.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan memecahkan masalah dan penguasaan konsep siswa melalui Project Based Learning pada materi daur ulang limbah, serta mengetahui respons siswa mengenai pembelajaran yang berlangsung.

E.Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengasah kemampuan memecahkan masalah pada siswa agar lebih peka

terhadap lingkungan.

2. Menjadikan siswa berani dalam menghadapi problem kehidupan dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah

3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah serta membantu siswa mengembangkan kemampuan belajaranya.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN X di Kabupaten Bandung pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan dari penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas X . Siswa kelas X yang dijadikan partisipan dalam penelitian ini berjumlah 24 orang.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari satu kelas yang dipilih dari sebelas kelas pada sekolah tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Hal ini dilakukan karena setiap kelas X memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian adalah bulan Januari 2013 (Seminar Proposal), Januari – April 2013 (Persiapan), Mei 2013 (Pelaksanaan), Juni 2013 (Pasca Pelaksanaan). Tempat yang dijadikan penelitian adalah sebuah SMAN X di Kabupaten Bandung.

C.Metode Penelitian

(14)

D.Definisi Operasional

Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang ada pada penelitian ini, maka diperlukan penjelasan mengenai bebeapa istilah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan memecahkan masalah adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh setiap siswa dengan meliputi tahapan pemecahan masalah, antara lain: (1) Mendefinisikan masalah, (2) Menganalisis sebab-sebab potensial masalah, (3) Mengidentifikasi solusi yang memungkinkan, (4) Memilih solusi yang terbaik, (5) Menyusun rencana tindakan, (6) Mengimplementasikannya berupa produk.

2. Penguasaan konsep merupakan sebuah peningkatan nilai siswa yang diukur dengan menggunakan tes, baik itu tes pilihan ganda dan soal essay.

3. Project Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini memberikan masalah melalui gambar, kemudian siswa dalam hal menentukan cara pemecahan masalah dengan cara melaksanakan suatu proyek secara kelompok dan menghasilkan suatu produk. Guru hanya bersifat sebagai fasilitator serta pembimbing untuk siswa. Project Based Learning memiliki lima sintak yaitu: memulai pembelajaran dengan pertanyaan esensial, menentukan tema proyek, menyusun jadwal pelaksanaan proyek, memonitor aktivitas siswa dalam melaksanakan proyek, dan presentasi produk yang dihasilkan serta mengevaluasi kegiatan selama proyek dijalankan.

E.Instrumen Penelitian

(15)

23

1) Tes kemampuan memecahkan masalah

Tes kemampuan memecahkan masalah ini berupa soal studi kasus digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau gambar yang disajikan. Untuk kisi-kisi dari tes kemampuan memecahkan masalah ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kemampuan Memecahkan Masalah

No Sub Materi Tahapan Pemecahan Masalah Jumlah Soal

A B C D E

1

Hubungan antara pencemaran lingkungan dengan limbah

1 2 3 4 5

5 2 Daur ulang

limbah

Jumlah 1 1 1 1 1

Keterangan:

A. Mengidentifikasi masalah

B. Menganalisis sebab-sebab potensial masalah C. Mengidentifikasi solusi yang memungkinkan D. Memilih solusi yang terbaik

E. Menyusun rencana tindakan

2) Tes penguasaan konsep

Untuk mengetahui dampak model pembelajaran Project Based Learning terhadap penguasaan konsep siswa, maka digunakan dua macam test. Siswa akan mendapatkan pretest dan posttest. Hal semacam ini

(16)

Tabel 3.2. Kisi –Kisi Pengusaan Konsep

No Sub Materi

Jenjang Kognitif yang Diungkap Jumlah Soal Permateri

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 Kasifikasi

jenis limbah 4 13, 23 1 - - - 4

2 Limbah organik

2, 3, 10, 14, 22

- - - 5

3 Limbah

anorganik 6, 17 5, 15 20 - - - 5

4 Mafaat daur ulang limbah

7, 9, 11, 16, 21, 30

35 - - - 7

5 Proses daur ulang limbah

12, 18, 19, 24, 25

- - - 5

6 Hubungan limbah dengan lingkungan 27 8, 26, 28, 29, 34, 32, 33

31 - - - 9

Jumlah soal

berdasarkan jenjang kognitif

4 27 4 - - -

3) Penilaian produk

Untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah, tidak hanya dilakukan dengan menjaring siswa melalui soal essay, namun dilihat dari berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa sebagai implementasi dari tahapan memecahkan masalah yang keenam yaitu mengimplementasikannya dalam bentuk produk. Penilaian untuk produk siswa didasarkan pada lima kriteria yaitu:

1. Tingkat kesulitan dalam pembuatan produk 2. Manfaat dari produk yang dihasilkan 3. Nilai ekonomis dari produk

(17)

25

5. Harga dari bahan pembuatan produk

Setiap kriteria memiliki nilai tertinggi 5 dan nilai paling rendah adalah satu. Setiap kriteria yang dinilai memiliki bobot tertentu. Untuk tingkat kesulitan dalam pembuatan produk, semakin sulit pengerjaan proyeknya dari segi ketelitian, keindahan, kerapihan maka akan memiliki bobot nilai tinggi, sedangkan jika pengerjaannya tidak memerlukan tingkat ketelitian maka bobot nilainya rendah. Begitupun dengan kriteria lainnya berlaku hal yang sama. Untuk rubrik penilaian produk yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.5 halaman 88.

4) Angket

Angket ini digunakan untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran Project Based Learning. Angket ini diharapkan dapat menginterpretasikan respon siswa dalam penggunaan model pembelajaran ini.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Keterlaksanaan Project Based Learning

No Indikator No. Soal pada Angket

1 Mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran Project Based Learning 9,11,12 2 Mengetahui respon siswa pada materi daur ulang limbah dengan menggunakan Project

Based Learning

6,10,15

3 Mengetahui kemampuan memecahkan masalah pada siswa melalui model Project Based Learning

1,3,5,7

4

Mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi daur ulang limbah dengan menggunakan model Project Based Learning

2,4,8

5 Mengetahui respon siswa pada pembelajaran biologi dengan adanya Project Based Learning

(18)

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Menurut Mudhoffir (1987) menyatakan bahwa instrumen yang layak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah instrumen tersebut harus diujicobakan terlebih dahulu, agar dapat diketahui kelebihan kelemahan dan efisiensi/keefektifan instrumen tersebut.

Pengujian instrumen penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes yang akan digunakan. Adanya pengujian instrumen ini agar peneliti mengetahui kelebihan serta kelemahan yang ada pada instrumen. Selain itu, pengujian instrumen ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk perbaikan terhadap perangkat tes yang akan digunakan.

Hasil uji coba instrumen tersebut akan dianalisis agar kelemahan-kelemahan yang terdapat pada instrumen tersebut bisa diperbaiki. Analisis instrumen tersebut meliputi analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan efektivitas pengecoh untuk jenis soal piliha ganda. Pada penelitian ini digunkan software Annates versi 4.1.0 untuk menganalisis hasil dari uji coba tersebut.

Analisis butir soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek (Arikunto, 2009a). Adapun penjelasan mengenai setiap pengujian instrumen ini adalah sebagai berikut:

1. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya (Arikunto, 2009a).

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena berada di luar jangkauannya (Arikunto, 2009a). Taraf kesukaran butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

(19)

27

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2009a) Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Soal

0,70 – 1,00 Mudah

0,30 – 0,70 Sedang

0,00 – 0,30 Sukar

(Sumber: Arikunto, 2009a) Adapun rangkuman dari hasil analisis tingkat kesukaran dari uji coba instrumen soal pilihan ganda yang telah dilakukan dapat diuraikan pada Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian

Kriteria Tingkat Kesukaran

Pilihan Ganda Uji Coba Instrumen (Nomor soal)

Sukar

(0,00 – 0,30) 2 8, 30

Sedang

(0,30 – 0,70) 8 9,10,11,15,25,29,31,33 Mudah

( 0,70 – 1,00) 25

1,2,3,4,5,6,7,12,13,14,16, 17,18,19,20,21,22,23,24,

26,27,28,32,34,35

(20)

yang termasuk kategori mudah (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2).

2. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009a). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar).

Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-) tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif (Arikunto, 2009a).

Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok kurang pandai atau bawah (lower group) (Arikunto, 2009a).Pembagian kelompok tersebut berdasarkan dari rangking yang dimiliki oleh siswa dengan merangkingnya dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas dari kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

Keterangan:

D : Daya pembeda

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB : Banyak peserta kelompok bawah

(21)

29

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda

Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,71 ≤ D < 1,00 Baik sekali

0,41 ≤ D < 0,70 Baik

0,21 ≤ D < 0,40 Cukup 0,00 ≤ D < 0,20 Jelek

(Arikunto, 2009a) Rangkuman hasil analisis daya pembeda dari uji coba instrumen pilihan ganda yang telah dilakukan dapat diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian

Kriteria Daya Pembeda

Pilihan Ganda Nomor Soal (Uji Coba

Instrumen)

0,71 ≤ D < 1,00 (Baik sekali)

1 29

0,41 ≤ D < 0,70 (Baik)

2 15,30

0,21 ≤ D < 0,40 (Cukup)

6 2,11,19,26,32,33

0,00 ≤ D < 0,20 (Jelek) 26 1,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,16 ,17,18,20,21,22,23,24,25,27,2 8,31,34,35

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh hasil untuk instrumen pilihan ganda terdapat 1 soal termasuk kategori baik sekali, 2 soal kategori baik, 6 soal kategori cukup dan 26 soal kategori jelek (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2 halaman 100).

(22)

Setiap butir soal yang akan digunakan haruslah diuji terlebih dahulu. Salah satu betuk pengujian untuk instrumen adalah validitas. Validitas butir soal merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan suatu tes.

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009a). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Validitas sebuah tes dapat diukur dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar. Teknik korelasi product moment ini digunakan untuk mengetahui kesejajaran sebuah tes yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N : Jumlah siswa

X : skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba Y : Skor total tiap siswa uji coba

(Arikunto, 2009a)

(23)

31

Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Validitas

Kriteria korelasi Kriteria Validitas

0,800 – 1,00 Sangat Tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat Rendah

(Sumber: Arikunto, 2009a) Rangkuman hasil analisis validitas dari uji coba instrumen dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen Penelitian

Kriteria korelasi (Validitas)

Pilihan Ganda

Nomor Soal (uji coba instrumen )

0,81 – 1,00

(Sangat Tinggi) - -

0,61 – 0,80

(Tinggi) 1 3

0,41 – 0,60

(Cukup) 9

15, 16, 19, 24, 26, 29, 30, 32, 34

0,21 – 0,40

(Rendah) 4 2, 11, 28, 33

0,00 – 0,20

(Sangat Rendah) 21

1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 25,

27, 31, 35

(24)

soal yang termasuk kategori cukup, 4 soal yang termasuk kategori rendah dan 21 soal yang termasuk kategori sangat rendah (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2 halaman 100).

4. Reliabilitas

Reliabilitas sebuah tes adalah nilai yang menyatakan suatu keajegan sebuah tes, sehingga soal tersebut dapat diketahui sejauh mana soal tersebut dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diberikan pada keadaan yang berbeda. Adapun realiabilitas dapat dicari denga rumus yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabiltas dan banyak digunakan adalah K-R 20 dan K-R 21, sebagai berikut:

Keterangan:

: Reliabilitas tes secara keseluruhan

P : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

Q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p) ∑ : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : Banyaknya item

S : Standar deviasi tes dari tes ( standar deviasi adalah akar varians) (Sumber: Arikunto, 2009a) Adapun interpretasi derajat reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10. Interpretasi reliabilitas

Koefisien reliabiltas Kriterian reliabilitas

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

(25)

33

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

(Sumber: Arikunto, 2009a) Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang telah dilaksanakan, didapatkan nilai reliabilitas instrumen pilihan ganda adalah 0,52 dengan simpangan baku 2,34 (data selengkapnya pada lampiran C.1).

G.Analisis dan Pengolahan Data

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis serta mengolah data adalah sebagai berikut:

1. Data yang telah terkumpul diperiksa oleh peneliti kemudian diberikan skor. Pemberian skor pada setiap butir soal yang ada dalam soal tes pilihan ganda akan diberi skor 1 apabila jawabannya benar dan skor 0 apabila jawabannya salah. Perolehan skor maksimum yaitu 15 dan skor minimum yaitu 0

2. Untuk pemberian skor pada tes kemampuan memecahkan masalah didasarkan pada rubrik tertentu yang telah disusun oleh peneliti. Adapun rubrik penskoran instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran B.3 3. Skor yang telah diperoleh dikonversikan (diubah) dari setiap butir soal

ke dalam bentuk nilai, yang berdasarkan Arikunto (2009a):

4. Semua skor yang telah diubah ke dalam bentuk nilai kemudian dilakukan perhitungan gain, N-Gain dan presentase.

a) Menghitung rata-rata nilai pilihan ganda dan tes kemampuan memecahkan masalah. Untuk menghitung nilai rata-rata dapat menggunakan rumus berikut:

(26)

(Sudjana, 2005)

Keterangan:

̅ : Rata-rata hitung : Nilai ujian

: Frekuensi untuk nilai yang bersesuaian

b) Menghitung standar deviasi (simpangan baku) dari nilai pilihan ganda dan tes kemampuan memecahkan masalah. Menghitung standar deviasi, harus menentukan nilai varians dengan menggunakan rumus:

̅

Untuk mencari simpangan baku (standar deviasi) adalah: √ ̅

(Sudjana, 2005)

Keterangan:

S2 : Varians

S : Simpangan baku/standar deviasi Xi : Nilai ujian

̅ : Rata-rata hitung : Banyaknya data c) Gain

Gain adalah selisish skor pada saat pretest dengan skor posttest.

Untuk menentukan gain digunakan rumus: G = S2– S1

Keterangan:

G : Gain

(27)

35

d) N-Gain

Skor gain ternormalisasi merupakan perbandingan dari skor gain aktual dengan gain maksimum. Skor gain aktual adalah skor gain yang diperoleh oleh siswa, sedangkan gain maksimum yaitu skor tertinggi yang mungkin diperoleh oleh siswa. Rumus gain ternormalisasi sebagai berikut:

Adapun tabel interpretasi dari indeks gain adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Tabel Interpretasi Gain ternormalisasi(N-gain)

Gain ternormalisasi (g) Kategori

(g) ≥ 0,70 Tinggi 0,70 > (g) > 0,30 Sedang (g) ≤ 0,30 Rendah

(Hake, 1999) 5. Menghitung hasil angket siswa

Untuk menguji hasil angket siswa peneliti melakukan perhitungan tabulasi jawaban angket seluruh siswa. Menghitung presentase jawaban siswa dengan perhitungan sebagai berikut:

Angket yang diberikan pada siswa mula-mula dibuat kategori, kriteria kategori angket dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti mengukur kondisi variabel yang diukur, dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan, dan ukurannya dalam bentuk presentase (Arikunto, 2009a).

Tabel 3.12 Kriteria Angket

Presentase Kategori

1%- 33% Sebagian kecil 34% - 66% Setengahnya

67%- 99% Sebagian besar

(28)

6. Analisis data tes penguasaan konsep dan kemampauan memecahkan masalah

Setelah nilai yang diperoleh dicari rata-ratanya kemudian diubah ke dalam bentuk persentase agar dapat dilakukan kategorisasi. Untuk presentase dari setiap nilai agar dapat dikategorisasikan dan dapat diketahui jumlah siswa yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menggunakan rumus berikut ini:

Untuk kategorisasi penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah ditentukan dengan merujuk Tabel 3.13:

Tabel 3.13 Tafsiran Kategorisasi

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang

H.Prosedur Penelitian

Proses dalam pengumpulan data terjadi melalui tiga tahapan, tahapan tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

(29)

37

a. Merumuskan masalah b. Melakukan kajian pustaka

c. Penyusunan proposal yang kemudian akan dipresentasikan saat seminar proposal

d. Perbaikan proposal setelah melaksanakan seminar proposal yang mendapat masukan dari dosen

e. Melakukan penyusunan instrumen penelitian yang kemudian melalui proses judgment oleh dosen-dosen yang berkompeten

f. Perbaikan instrumen setelah mendapatkan berbagai masukkan dari dosen

g. Uji coba instrumen pada subjek uji coba instrumen

h. Perbaikan instrumen penelitian berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Memiliki beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Persiapan kegiatan penelitian berupa perizinan kepada tempat pelaksanaan penelitian

b. Penentuan kelas yang akan menjadi subjek penelitian

c. Melakukan pretest sebelum melaksankan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model Project Based Learning

d. Melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan model Project Based Learning

e. Melakukan posttest

3. Tahap Pasca Pelaksanaan

Tahap pasca penelitian meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: a. Melakukan analisis terhadap data hasil penelitian

b. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data

(30)

I. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

J.

K. L.

M.

N.

O.

P. Q.

Studi pendahuluan ke sekolah yang akan dijadikan sebagai

lokasi penelitian Perumusan masalah

Penyusunan proposal Kajian literatur

Pembuatan instrument dan pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Seminar proposal

Judgment instrument Revisi instrument

Penelitian Uji coba instrument

Pretest Pembelajaran materi daur ulang

limbah dengan menggunakan model Project Based Learning

(31)

39

[image:31.595.118.540.90.633.2]

R.

Gambar 3.1. Bagan Alur penelitian

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini terlihat bahwa kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMA kelas X setelah siswa melaksanakan pembelajaran diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah siswa meningkat menjadi 79,08 (kategori baik) dari nilai rata-rata sebelum pembelajaran adalah 60,29 (kategori cukup).

Adanya pembelajaran Project Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa, ini terbukti dari berbagai macam produk yang dihasilkan oleh siswa dengan nilai produk tertinggi adalah 88 dan terendah 64 dengan rata-rata nilai produk di kelas tersebut adalah 77,3. Untuk penguasaan konsep siswa didapatkan hasil rata-rata setelah pembelajaran pada materi daur ulang limbah yaitu 85,04 yang pada awalnya hanya memiliki nilai sekitar 57,38 ini membuktikan bahwa secara umum penguasaan konsep siswa berada pada kategori cukup menjadi kategori sangat baik. Untuk respon siswa, hampir seluruh siswa menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalahnya “meningkat” dengan adanya pembelajaran tersebut.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang perlu diperhatikan terkait dengan penelitian ini adalah:

(33)

57

2. Untuk penelitian lanjutan, sampel pada penelitian ini hanya 24 siswa. Jumlah sampel yang digunakan masih bisa dikembangkan lagi untuk memperoleh hasil yang lebih valid.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2009a). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2009b). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Chang, R.Y. (1998). Langkah-langkah Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Chanlin, L.J. (2008). Technology integration applied to project-based learning in science. Innovations in Education and Teaching

International Vol. 45, No.1, 55–65 [Online]. Tersedia :

http://plymouth21stcenturylearners.pbworks.com/f/Technology+integr ation+applied+to+project-based+learning+in+science.pdf [14 April 2013]

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum

Pendidikan Kecakapan Hidup. [Online]. Tersedia:

www.puskurbuk.net/.../Model+Kurikulum Pendidikan [ 2 Januari 2013]

(35)

59

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [ 16 Agustus 2013]

Hidayanto, D N. (2002). Keterampilan belajar vs belajar keterampilan.Jurnal ilmu pendidikan.Vol. 9, No.4. 273-280.

Hodidjah, dan Smith P.I dan Ragan, T. J. (2012). Tinjauan Pemecahan

Masalah Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/pemecahanmasalah.pdf [08 Desember 2012]

Hou et.al,. (2007). “An Analysis of Peer Assesment Online Discussion Within a Course that uses Project Based Learning”. Interactive Learning Enviroments, Vol 15 No.3, 237-251. [Online].Tersedia: http://ir.lib.ntnu.edu.tw/retrieve/21085/ [25 Juli 2013]

Jones, B. F., Rasmussen, C. M., & Moffitt, M. C. (1997). Real-life problem solving.: A collaborative approach to interdisciplinary learning. Washington, DC: American Psychological Association. [Online]. Tersedia:www.google.com/#q=project+based+learning+journal&psj= 1&ei=OMqAUYOIBsPSrQfJxYHAAQ&start=10&sa=N&bav=on.2,o r.r_qf.&fp=87b8d8408d966181&biw=962&bih=539. [01 Mei 2013]

Kent. (2010). Problem Solving and Analytical Skills. [Online]. Tersedia: http://www.kent.ac.uk/careers/sk/problem-solving-skills.htm [25 juli 2013]

Macklin, B. (2008). Pengolahan Limbah 3 – ReUSE Sebuah Cara

Memperlambat Kerusakan Lingkungan. [Online]. Tersedia:

(36)

Mahanal, S. et al., (2009). Pengaruh pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi ekosistem terhadap sikap dan hasil belajar siswa SMAN2Malang.[Online].Tersedia:

http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/1%20Susriyati%20Univ.Negeri %20Malang.pdf [06 November 2012]

Mantha, S.S., Varamakrishna, M. & Mohanty, P.K. (2001). Handbook on Problem Solving-Skills. India: Center For Good Governance. [

Online]. Tersedia:

http://www.cgg.gov.in/Handbook%20on%20Problem%20Solving%20 Skills.pdf [ 21 Juli 2013]

Migristine, R. (2009).Pengolahan Sampah Plastik. Bandung: Titian Ilmu

Mirawati, R. (2011). Profil Kemampuan Penalaran Ilmiah dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Kelas XI pada Konsep Sistem Pencernaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Mioduzer, D & Betzer N. (2007).”The contribution of Project Based Learning to high achievers acquisition of technological knowledge and skills”. Journal int J technol Des Educ. 18:59-77. [Online]. Tersedia: http://muse.tau.ac.il/publications/96.pdf [17 juli 2013]

Muaddab. (2011). Project Based Learning. [Online]. Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/03/22/pembelajaran-berbasis-proyek-project-based-learning [17 desember 2012]

Muchtar, Z & Susanti, E. (2008).”Pendekatan Project Based Learning untuk Pembelajaran Kimia Koloid di SMA”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ISSN : 1907-7175 [Online], Vol 3 (2), 106-112. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3208106116.pdf [06 November 2012]

(37)

61

Munandar, S.C. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia

Nurohman, S. (2008). Pendekatan Project Based Learning sebagai Upaya internalisasi scientific method bagi mahasiswa calon guru fisika. [Online].Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309687/project-based-learning.pdf [06 November 2012]

Purba, J.P. (2012). Pemecahan Masalah dan penggunaan strategi

pemecahan masalah. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTR

O/194710251980021-JANULIS_P_PURBA/Makalah_Seminar/Artikel_P.J.Purba.pdf [08 Desember 2012]

Purwanto, M.N. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung: Rosdakarya

Purwanto, M.N. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Rais, M. (2010a). “Model Project Based Learning sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan

dan Pengajaran Vol 43(3), 246-252. [Online]. Tersedia:

www.undiksha.ac.id/images/img_item/1179.pdf [8 Desember 2012]

Rais, M. (2010b). Project-Based Learning Inovasi Pembelajaran yang

Berorientasi Soft Skills. [Online]. Tersedia:

http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/1/universitas%20negeri%20makass ar-digilib-unm-drmuhraiss-20-1-makalah-a.pdf [01 Agustus 2013]

(38)

Salami, O.S & Aremu, A.O. (2006).”Relationship between problem solving ability and study behaviour among school going adolescents in southwestern Norwegia ”. Electronic journal of research in educational psychology ISSN 1696-2095 No.8 Vol 4 (1), 139-154. [online]. Tersedia: http://www.investigacion-psicopedagogica.com/revista/articulos/8/english/Art_8_77.pdf [17 juli 2013]

Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sudjana. (2005). Metode Statistika.Bandung:Tarsito

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama

Tilaar, M. (1997). Pendidikan masa depan. Jakarta: Rineka cipta.

Tirtarahardja, U & Sulo,S. (2005). Pengatar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Widayati et al.,.(2009). Biologi SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, A. (2006).”Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”.

Buletin Puspendik 3(2).18-29. [Online]. Tersedia:

(39)

63

Yussoff, D.H. (2006). Project Based Learning Handbook “Educating the

Millenial Learner”. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kemampuan Memecahkan Masalah
Tabel 3.2. Kisi –Kisi Pengusaan Konsep
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Keterlaksanaan Project Based Learning
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

However, our overall results demonstrate a high prevalence of malnutrition in the study population, both in terms of stunting and underweight, as well as adverse health effects in

Tetapi tampaknya kebijakan ini tidak cukup berhasil karena perempuan masih dianggap tidak capable sebagai anggota parlemen, dan adanya pemikiran yang lahir dari

Pengadilan Agama Taliwang melalui Unit Layanan Pengadaan Korwil Peradilan Provinsi Nusa Tenggara Barat Pokja Peradilan Agama III akan melaksanakan Prakualifikasi

Para filsuf dan ilmuwan besar pada masa Aufklarung, antara lain Issac Newton. Ia telah mengembangkan ilmu pengetahuan alam berdasarkan prinsip-prinsip matematika. Newton

Adapun dalam pembuktian kualifikasi ini, peserta yang di undang wajib membawa serta memperlihatkan Dokumen yang disyaratkan dalam dokumen lelang kepada Panitia yang telah

Langkah-langkah untuk mencari simpul tertentu pada linked list yang sudah terbentuk di atas adalah sebagai berikut:.. Inisialisasi sebuah variabel bertipe struct

KESABARAN, SUPORT, NASEHAT, SEMANGATNYA SLAMA INI BERSAMA-SAMA QTA LALUI UNTUK KULIAH BARENG, SUSAH BARENG, SENENG BARENG, NGOBROL BAREANG, JALAN BARENG,

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel..