DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR BAGAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 11
C. Klasifikasi Konsep... 12
D. Tujuan penelitian... 15
E. Manfaat Penelitian... 16
F. Pradigma Penelitian... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPS... 19
B. Tujuan Pembelajaran IPS... 22
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah Lokal... 25
D. Mengajarkan Sejarah Lokal... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 77
B. Teknik Pengumpulan Data... 78
C. Subjek dan Lokasi Penelitian... 83
D. Teknik Analisis Data... 83
E. Prosedur dan Tahap Penelitian... 89
F. Validasi Data... 91
BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 94
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan... 103
C. Pembahasan... 127
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 145
B. Saran-saran... 146
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Keadaan Tenaga Pengajar atau Pegawai MAN Tolitoli
(1980)... 101
4.2 Jumlah siswa keseluruhan MAN Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah Januari 2011... 103
4.3 Keadaan Siswa MAN Tolitoli berdasarkan Jurusan... 104
4.4 Gambaran Sejarah Nasional sebelum diajarkan sejarah
lokal... 109
4.5 Mengaitkan Sejarah Nasional dengan Perlawanan La’Noni (Sejarah Lokal)... 112
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
A. Pedoman Wawancara Guru ... 148
B. Pedoman Wawancara Siswa ... 149
C. Lembar Observasi aktivitas guru dan siswa ... 150
D. Dokumen RPP guru... 151
E. Foto Penelitian... 170
F. Lambang Daerah... 182
G. Rumpun Bahasa Tolitoli... 186
H. Roster Pelajaran... 187
I. Surat Keputusan Pembagian Tugas Guru... 188
J. Surat Keterangan Pengangkatan Pembimbing Tesis.... 194
K. Surat Keterangan Penelitian SPs UPI... 196
L. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dikeluarkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tolitoli... 201
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada beberapa permasalahan yang menjadi keresahan-keresahan selama ini
diantaranya adalah pembelajaran sejarah hanya menyentuh atau membahas materi
sejarah nasional di sisi lain sejarah lokal terabaikan. Hal ini terjadi pada siswa di
MAN Tolitoli. Guru dalam melaksanakan tugasnya hanya terfokus pada buku
paket sejarah nasional, dan metode yang digunakan hanya menggunakan interaksi
satu arah. Para siswa diberikan tugas hafalan sehingga efektivitas dan tujuan yang
akan dicapai tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran yang
ada siswa kurang memahami sejarah lokal bahkan tidak mengetahui sejarah
daerahnya sendiri. Adapun yang menjadi harapan peneliti, adalah guru dapat
mengaplikasikan pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli.
Masalah selanjutnya yang juga menjadi keresahan saat ini ialah kurangnya
kesadaran kebangsaan yang dimiliki oleh para siswa. Nilai-nilai kepahlawanan,
nilai nasionalisme, patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal sendiri tidak
dipahami. Adapun yang menjadi dasar pernyataan tersebut, kurangnya siswa yang
mengetahui dan memehami tokoh-tokoh pergerakan yang ada di daerahnya.
Harapan terbesar saat ini adalah siswa memahami nilai-nilai kejuangan yang di
wariskan oleh para pahlawan, dan tak kalah penting nilai-nilai kearifan lokal yang
Kajian sejarah lokal tidak lagi dapat dipandang tidak menarik, kurang luas
dampaknya, atau alasan lain yang tradisional kajian sejarah lokal adalah kajian
yang menuntut kesungguhan, dukungan keahlian antara lain dengan pendekatan
“total history”, struktural, multidisipliner, baik dalam visi dirinya sendiri,
maupun dalam kerangka nasional. Rohyati (2007: 220).
Pendidikian sejarah lokal dan sejarah nasional merupakan proses
enkulturasi dalam rangka nation charactert building. Melalui proses
pelembagaan nilai-nilai yang positif seperti nilai-nilai warisan leluhur,
heroisme, dan nilai-nilai ideologi dijadikan alat perekat solidaritas bangsa.
(Kartodirjo dalam Supardan, 2004: 29). Jiwa nasionalisme sangat diandalkan
untuk menghindari disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh faktor-faktor
tersebut diatas. Untuk itu masih diperlukan peranan pemerintah untuk membuat
kebijakan dalam bidang pendidikan agar semua mata pelajaran-pelajaran yang
membentuk rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, sehingga sejarah lokal
mendapat perhatian yang cukup banyak. Terutama dalam proses pembelajaran
baik didalam maupun diluar kelas. Maka sudah saatnya kita mengembangkan
kurikulum sejarah yang memperhatikan kondisi-kondisi mutakhir negeri ini, baik
dari segi sosio kultural, kebijakan politik dalam bidang pendidikan yang
mengarah pada otonomi daerah, dalam cakupan yang lebih kecil adalah otonomi
sekolah, maka model pembelajaran pun harus bersifat inovatif. Satu diantaranya
yang harus dikembangkan adalah penanaman kesadaran kebagsaan terhadap siswa
Masalah diatas dan untuk menjawab berbagai perubahan tersebut, maka
pemerintah memberikan serta memberlakukan kurikulum yang sifatnya
keleluasan pada guru dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada di
daerah itu sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat
dengan memperhatikan kekhasan daerah yang disebut dengan muatan lokal.
Menurut Desfina (dalam Supriatna dan Wiyanarti 2008: 208) mengatakan bahwa :
Kurikulum memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya. Ini menandakan bahwa salah satu upaya pemerintah untuk menggali serta mengembangkan potensi daerah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah/masyarakat setempat.
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya, kemudian dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa yang Maha kuasa, berahlak mulia, cakap, kreatif inovatif, mandiri lalu menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Uraian di atas jelas, bahwa pendidikan IPS memegang peranan penting
dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena
mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana yang menjadi tujuan
pendidikan nasional, juga merupakan tujuan pendidikan IPS. Dengan
perkembangan ilmu pengertahuan dan tehnologi, yang berdampak pada derasnya
arus informasi menembus dan melintas antar negara.
Akibatnya berbagai pengaruh baik positif maupun negatif tanpa disadari
perlu meningkatkan sumberdaya manusia agar memiliki indentitas berdasarkan
niali-nilai luhur perjuangan bangsa sebagai tolak ukur serta mempunyai landasan
pijak dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan sejarah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya guna melakukan filterisasi
terhadap pengaruh negativ, sehingga peradaban bangsa yanag dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. Saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan arus globalisasai telah membawa perubahan di semua
aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan
yang ditimbulkan oleh proses globalisasi pada satu pihak, dan proses
demokratisasi pada pihak lain, sangat membutuhkan sumberdaya manusaia yang
lebih berkualitas melalui pembaharuan sistem pendidikan dan penyempurnaan
kurikulum, termasuk kurikulum sejarah yang berlandaskan muatan sejarah lokal
untuk memasukkan ke dalam sejarah nasional.
Adanya suatu perubahan yang lebih baik dan harus menyesuaikan tujuan
pembelajaran sejarah nasional yaitu memotivasi siswa untuk berpikir
kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa yang telah
lampau guna memahami secara baik kehidupan masa kini dan masa
yang akan datang. Perubahan serta pembenahan pembelajaran sejarah yang
mencakup berbagai aspek baik aspek metodologis maupun aspek lain
yang memang mempengaruhi kualitas pembelajaran sejarah.
Robinson dalam Sjamsuddin,2007: 199) yang menganggap perlu
perubahan dari sejarah lama (the old history) ke sejarah baru (the new history),
sejarah yang juga memperhatikan aspek-aspek sosial- ekonomi, budaya,
pertanian, teknolgi, pendidikan, dan psikologi.. The new history berarti lebih luas,
dan itu merupakan sejarah sosial.
Perubahan sebuah paradigma tersebut, juga terjadi dalam pendidikan
sejarah (Hasan, 1999: 9) sebagai konsekwensi logis adanya pergeseran filsafat
dalam pembelajaran sejarah. Hasan berpendapat bahwa perubahan itu mencakup :
1 Pemahaman serta kesadaran dalam cerita sejarah belum bersifat final. 2 Adanya saling keterkaitan antara pelajaran sejarah dalam kehidupan
sehari-hari.
3 Perlunya perluasan sejarah politik dengan tema-tema sejarah sosial,sejarah budaya, sejarah ekonomi dan yang menyangkut dengan teknologi.
Adanya perubahan paradigma pembelajaran sejarah maupun pada
pembelajaran lainnya, merupakan salah satu tujuan untuk menjawab tantangan
globalisasi termasuk masalah-masalah sosial yang sifatnya mengacu pada
disintegrasi bangsa. Dengan demikian pelajaran sejarah berlandaskan rekonstruksi
sosial dengan menggunakan paradigma new history artinya dalam proses belajar
mengajar sejarah, guru sangat dituntut membawa siswanya dalam lingkungan
kehidupan guna untuk mudah memahaminya. Pelajaran sejarah sering dirasakan
Proses pengajaran sejarah dalam bentuk hafalan serta terlalu banyak
menekankan pada “chalk and talk” di kelas sangat lemah dalam hal mendorong
keterlibatan murid dalam proses belajar aktif karena sulit dimengerti pada
peristiwa sejarah yang terlalu memperhatikan tingkah laku orang dewasa yang ada
diluar jangkauan pengalaman siswa (Partington dalam Widja, 1991: 92).
Tantangan bagi guru sejarah agar dapat berupaya mengembangkan pola
atau metode yang beragam dalam proses belajar mengajar. Salah satu alternatif
tentunya melalui pembelajaran sejarah lokal dengan cara membawa siswa pada
lingkungan sekitarnya. Dengan adanya usaha pengembangan metode yang
bervariasi dalam pembelajaran sejarah lokal semoga siswa lebih termotivasi
dalam mengikuti pelajaran serta mendapat manfaat yang lebih besar dari proses
belajarnya, dan juga pembelajaran yang dihasilkan lebih bermakna bagi peserta
didik. Berdasarkan pemikiran Douch (1981) dalam Widja (1998) mengemukakan
bahwa pembelajaran sejarah lokal lebih mudah dihayati oleh para siswa,
disebabkan berkaitan dengan lingkungan mereka. Sejarah lokal dapat membawah
langsung siswa dalam mengenal masyarakatnya. Sebagai usaha pengembangan
wawasan dalam pengajaran sejarah lokal tersebut, maka realisasinya pokok
bahasan sejarah lokal sudah di tuangkan pada suplemen kurikulum yang disebut
dengan kurikulum muatan lokal. Lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu (Lampiran
Pentingnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, bukan saja
dalam mempermudah pemahaman serta penyerapan bahan pengajaran yang
disajikan, akan tetapi juga lebih dari itu, untuk mendekatkan siswa dengan
lingkungan serta menghindarkan diri dari keterasingan dengan lingkungan.
(Lampiran keputusan menteri P & K No. 0412/U/1987) menyebutkan
tujuan diterapkannya kurikulum muatan lokal adalah :
a) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan
budaya yang terdapat di daerahnya.
b) Murid dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai daerahnya sendiri.
c) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya serta menolong dirinya
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
d) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan serta keterampilan yang
dipelajarinya dalam memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
e) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari
keterasingan (Lampiran keputusan Menteri P & K no. 0412/U/1987)
f) Bahan pengajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa
g) Sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan itu sendiri
Bila diperhatikan dari tujuan penerapan kurikulum muatan lokal ini maka
didalamnya dapat kita lihat bahwa dasar-dasar yang menunjang pengembangan
sejarah lokal, sudah dimasukkan di dalam suplemen kurikulum KTSP (2006).
Belajar dari lingkungan setempat membawah anak pada dunia nyata yang
dihadapinya.sehingga guru dan siswa dapat memaknai keadaan sekarang dengan
Peran aktif Guru sangat dituntut memiliki kemampuan untuk menggali
potensi minat anak sehingga dapat mengembangkan berpikir kritis sekaligus
menumbuhkan kebanggaan serta penghargaan melalui pembelajaran sejarah lokal.
Sebagaimana dalam Penelitian Supardan, (2004: 262) mengungkapkan
tentang pentingnya pembelajaran sejarah lokal dapat diajarkan dalam mata
pelajaran sejarah nasional, terutama untuk menunjang sejarah Indonesia di dalam
upaya meningkatkan kesadaran kebangsaan. dalam penelitian yang
berjudul: “ Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan
perspektif Sejarah lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa”.
Ia menegaskan bahwa pembelajaran sejarah lokal perlu diperkenalkan pada siswa
untuk mengenali identitas kelokalannya maupun menghargai identitas
etnis/daerah lain yang ada di Indonesia. Arti penting dari studi sejarah lokal,
dalam lingkungan suatu bangsa seperti bangsa Indonesia yang sangat menekankan
pentingnya persatuan yang kokoh dalam menjaga integritas bangsa. Karena itu,
apabila kita sadari bahwa hubungan sejarah lokal dengan sejarah nasional saling
keterkaitan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk mengetahui kesatuan yang
lebih besar, bagian yang kecil itupun harus dimengerti dengan baik.
Menurut Kartodirjdo, hal-hal yang ada di tingkat nasional baru bisa
dimengerti dengan lebih baik, apabila kita mengerti dengan baik pula
perkembangan di tingkat lokal. Dan situasi yang kongkrit serta mendetil baru bisa
Kepentingan yang lain dari penulisan sejarah lokal, yaitu “ memperluas
pandangan tentang dunia Indonesia” Lapian (dalam Widja 1991 : 16). Maksudnya
ialah untuk meningkatkan saling pengertian di antara kelompok-kelompok etnik
di Indonesia dengan jalan meningkatkan kesejarahan dari masing-masing
kelompok terhadap kelompok lainnya.
Menurut Jordan (dalam Widja,1968:7) sebenarnya lokalitas atau lingkungan
terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar karena yang
kecil hakikatnya adalah bagian dari yang lebih besar. Yang kecil akan kurang bisa
dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang lebih besar. Demikian juga
sebaliknya, yang besar lingkupnya akan kurang dipahami apabila yang kecilpun
tidak diketahui. Berbagai peristiwa sejarah lokal terjadi di beberapa daerah yang ada
di Provinsi Sulawesi Tengah dengan ditandai adanya pergerakan atau perlawanan yang
dilakukan oleh rakyat akibat tindakan semena-mena tentara Jepang hingga
membangkitkan semangat perjuangan rakyat dimana-mana. Perlawanan rakyat yang
terjadi di Sulawesi Tengah, menurut Nurhayati Nainggolan antara lain :
1. Balantak dan rangga-rangga di wilayah Kabupaten Banggai dan tokoh
pemimpinnya bernama Mantide.
2. Di Desa Wuasa dan Watu Maeta di Kecamatan Lore Utara Kabupaten
Poso pimpinan pergerakannya bernama Abe Pande.
3. Di Salinggoha Kecamatan Walea Kepulauan pada tahun 1944
(2694 tahun Jepang) terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang yang
dipimpin oleh Talhata Dariseh.
4. Di Tolitoli tepatnya di Desa Malomba pada tanggal 18 Juli 1945
Perilaku tentara pendudukan Jepang sudah tidak manusiawi lagi, sebagaimana
dalam penelitian Baso Siodjang, (1994:44) Perlawanan Rakyat Tolitoli terhadap
penjajah (1919-1945), bahwa : Pemukulan sewenang-wenang kepada rakyat dan
pemerkosaan terhadap wanita-wanita bahkan istri-istri orang pun diambil secara paksa
dari tangan suami untuk pemuas nafsu para kaki tangan Jepang dan ini menjadi
kebiasaan sehari-hari.
Umumnya rakyat sudah menderita dengan tindakan pihak Jepang, sehingga
timbul gerakan anti jepang yang dipelopori oleh putra-putra bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peristiwa perlawanan rakyat
Malomba di Sulawesi Tengah (1942-1945) terhadap pendudukan Jepang ada
hubungannya dengan peristiwa sejarah lokal lainnya.Sehingga kedudukan sejarah
lokal sangat penting apabila dimasukkan kedalam kurikulum muatan lokal.
Berbagai hasil penelitian dan permasalahan di atas berkaitan dengan
pembelajaran sejarah lokal dalam rangka meningkatkan kesadaran kebangsaan
jika dikaitkan dengan menumbuhkan sikap menghargai sejarah lokal dan pejuang,
sikap seseorang dapat terbentuk melalui intensitas pengalaman atau proses belajar,
termasuk belajar menghargai sejarah serta pahlawan (pejuang) di lingkungan
tempat mereka berada. Menurut Soedijarto (1998 : 11) menumbuhkan kesadaran
serta menanamkan nilai-nilai melalui pembelajaran sejarah adalah melalui proses
pendidikan sejarah perjuangan bangsa dalam membentuk sikap serta perilaku.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini secara umum dapat dirumuskan dengan beberapa
permasalahan maka peneliti menetapkan judul penelitian ini yaitu:“ Penggunaan
Materi Sejarah Lokal Tentang Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang di
Tolitoli Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran
Mengacu pada masalah tersebut penulis akan memfokuskan penelitian
pada pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah merencanakan pembelajaraan sejarah lokal di MAN
Tolitoli?
2. Bagaimana mengintegrasikan peranan La’Noni dalam Pembelajaran
Sejarah Lokal di MAN Tolitoli?
3. Bagaimana mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dalam RPP
di MAN Tolitoli ?
C. Klasifikasi Konsep
1. Sejarah Lokal
Menurut Abdullah (Supardan, 2004: 109) ‘sejarah lokal’, adalah sejarah
dari suatu tempat atau “locality”, yang batasannya ditentukan oleh ‘perjanjian’.
Sejarah lokal secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kisah di kelampaun dari
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda pada ‘daerah geografis’ yang
terbatas baik yang menyangkut komunitas township, county, maupun village, dan
Sejarah lokal yang dimaksud disini adalah untuk memperluas pandangan
tentang Indonesia dan saling meningkatkan pengertian di antara
kelompok-kelompok etnis di Indonesia dengan jalan meingkatkan pengetahuan
kesejarahan dari masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya. Sebagai
contoh menurut Lapian, (Widja,1991: 19):
Kita sering lupa misalnya bahwa sementara Belanda di Jawa masih menghadapi invansi Jepang, di Gorontalo dan Aceh telah berkibar Dwiwarna kita, di Tarakan dan Minahasa penduduk telah disuruh menyanyi lagu kebangsaan Nippon. Sementara pemuda-pemuda kita brerbaris sebagai pasukan Seinendan ataupun Haiho dan yang lain menjalankan Romusya, bendera Belanda masih berkibar di Marauke. Pada waktu kemerdekaan diproklamsikan 17 Agustus 1945 di Jakarta, Jayapura yang pada waktu itu masih bernama Hollandia, bersama Biak, Morotai dan Kalimantan Timur sudah diduduki tentara Sekutu.
Hal-hal seperti di atas ini sering tidak terekam dalam sejarah yang bersifat
makro, sehingga bisa terjadi masing-masing kelompok masyarakat kita berpikir
yang kurang tepat terhadap perkembangan sejarah di bagian-bagian lain di
Indonesia, yang selanjutnya bisa menumbuhkan visi-visi sejarah yan kurang wajar
di antara sesama anggota bangsa Indonesia. Sejarah lokal pada dasarnya bukanlah
studi terisolir, tapi cenderung meyentuh bidang lingkup yang lebih luas.
Pernyataan ini kiranya sejalan dengan apa yang telah dikutip sebelumnya dari
Finberg & Skipp, bahwa lingkungan-lingkungan sejarah dari yang paling
sempit/terbatas (Widja,1991: 15). Ini sama saja dengan mengatakan tidak ada
batas yang tegas sebenarnya anatara sejarah lokal dengan sejarah yang lebih luas
lingkupnya seperti sejarah nasional. Pernyataan di atas perlu dijelaskan lebih jauh,
jika tidak seperti mengingkari apa yang sudah disimpulkan terdahulu, yaitu yang
Pernyataan di atas sebenarnya mengacu pada pikiran bahwa lokalitas atau
lingkungan terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar
karena yang lebih kecil hakekatnya, adalah bagian dari yang lebih besar. Dengan
demikian, yang kecil akan kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan
keseluruhan yang lebih besar. Tetapi sebaliknya, yang lebih besar lingkupnya
akan kurang dipahami apa bila yang lebih kecil juga tidak diketahui.
2. Kesadaran Kebangsaan
Pentingnya sebuah bangsa memiliki kesadaran kebangsaan positif
digambarkan pula oleh Bung Karno dengan mengutip pendapat pemimpin Mesir
yang termashur, Mustafa Kamil, sbb.:
Karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terbelakang lekas
mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi
darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa-bangsa yang kuat dan rasa
kebangsaanlah yang memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup.
Soekarno dalam buku sebab kebangkitan nasional (Sapriya, 2008: 49).
Pernyatan dua proklamator kemerdekaan Republik Indonesia Bung Karno
dan Hatta ini semakin jelas karakter bangsa Indonesia yang diharapkan jauh
sebelum lahir bangsa dan berdirinya negara kesatuan repoblik indonesia (NKRI).
Lebih lanjut Hatta, dalam bukunya sebab kebangkitan nasional. Sapriya
(2008: 51) menegaskan bahwa ”selain mengusahakan kerukunan yang lebih erat,
juga harus menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan diantara orang-orang
Apabila dihubungkan dengan kehidupan masa kini maka nilai-nilai
tersebut tampaknya masih tetap relevan untuk diterapkan dan diwariskan kepada
generasi kini yang hidup di era perubahan yang begitu cepat. Bangsa Indonesia
yang memprokalmirkan diri menjadi suaru negara yang berdaulat telah memiliki
konstitusi dan bertekat untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara
secara demokratis. Sistem pemerintahan maupun praktik hidup bermasyarakat
yang dicita-citakan dalam UUD 1945 tidak diragukan memiliki semangat
demokratis.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagaimana
menanamkan sejarah lokal dalam pelajaran sejarah nasional guna meningkatkan
kesadaran kebangsaan serta menumbuhkan sikap menghargai sejarah dan nilai
juang Lanoni di kelas X1 MAN Tolitoli. Selain itu, juga diharapkan supaya siswa
mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksikan nilai-nilai kearifan lokalnya
sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana merencanakan pembelajaran
sejarah lokal di MAN Tolitoli
2. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana mengaitkan peranan La’Noni
dalam pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli
3. Untuk mendapatkan bagaimana mengembangkan sejarah lokal dalam RPP
E. Manfaat Penelitian bagi Pendidik dan Pemerintah Daerah
1. Manfaat bagi Pendidik
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pegangan
terhadap dunia pendidikan dalam hal ini khusus bagi guru sejarah. Sehingga dapat
mengembangkan strategi belajar yang efisien dan efektif dalam merancang dan
mengevaluasinya terhadap nilai-nilai sejarah lokal. Secara praktis dari hasil
penelitian ini nantinya menjadikan bahan masukan terhadap guru, khususnya guru
sejarah di Tolitoli Sulawesi Tengah dalam mengembangkan wawasan tentang
sejarah lokal.
2. Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Bagi Pemerintah Daerah penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan
informasi tambahan dalam menggali fakta-fakta sejarah yang selama ini belum
terungkap dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian bisa memperkaya khasanah
Daerah lalu mengembangkan pogram integrasi sejarah lokal ke dalam sejarah
Nasional.
F. Paradigma Penelitian
Penelitian ini berangkat dari kenyataan, bahwa banyak siswa di Madrasah
Aliayah Negeri yang tidak tahu apalagi menghargai sejarah dan pejuang Sulawesi
Tengah. Padahal siswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah lokal (Sulawesi Tengah).
Pemahaman tentang sejarah lokal akan menjadi bekal bagi siswa untuk memaknai
nilai-nilai sejarah dan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah masa lalu sehingga
Tingkat pemahaman nilai-nilai sejarah lokal Sulawesi Tengah bagi siswa
MAN Tolitoli yang rendah diharapkan dapat diatasi melalui (Pendidikan formal),
khusus melalui mata pelajaran sejarah lokal Untuk itu dituntut kemampuan guru
dalam menentukan komponen pembelajaran yang tepat, sehingga dapat
menunjang keberhasilan kegiatan pembelajarannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
Studi Kasus. Penelitian kualitatif (Qualitative Reaseach) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun
kelompok Syaodih (2005:60). Sementara itu Bogdan dan Taylor dalam
L.J.Moleong (2007:4). Mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut, Moleong (2007:44)
menjelaskan sebagai berikut:
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan tiori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan focus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersitfat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Selanjutnya pelaksanaan metode kualitatif menempuh beberapa langkah kerja,
yaitu pengumpulan data, klarifikasi data, pengolahan atau penganalisisan data,
penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama membuat
gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai sejarah lokal Tolitoli,
kemudian di lakukan klarifikasi berupa materi sejarah Tolitoli yang diperoleh dari
bagian sejarah nasional (peranan sejarah Tolitoli sebagai bagian sejarah nasional).
Kemudian diintegrasikan ke dalam pokok dan sub pokok bahasan sejarah
nasional. sejarah perjuangan rakyat Tolitoli di bawah pimpinan La’Noni dalam
menentang pendudukan Jepang 1942-1945, adalah sejarah lokal yang bersifat
daerah. Kemudian pengolahan atau penganalisisan data yaitu dengan cara
membandingkan materi sejarah lokal Tolitoli dengan sejarah nasional lalu dibuat
dalam bentuk laporan. Dari keseluruhan rangkaian penelitian terhadap
pengintegrasian sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, dan ditarik simpulan
sebagai gambaran dari proses pembelajaran sejarah lokal ke dalam sejarah
nasional untuk membangun Integritas bangsa serta menghargai terhadap pejuang
lokal yang juga dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan bagi para siswa.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi pengamat dan pengumpul
data. Data dikumpulkan melalui pengamatan dengan menggunakan pedoman
lembaran observasi dan wawancara terhadap keadaan sebelumnya, sehingga data
yang dimiliki bersifat alami (natural). Karena peneliti bertindak sebagai
pengumpulan data, maka data yang dimilikinya bersifat data kulitatif dan
kemudian diinterpretasikan. Tehnik Pengumpulan data merupakan langkah yang
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data . Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti
Adapun Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Apabila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik pengumpulan data, maka tehnik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) inteview
(wawancara), dokumentasi dan gabungan ketiganya.
1. Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1998), manfaat observasi adalah sebagai
berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atua pandangan sebelumnya.
c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap ”biasa” dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.
2. Wawancara
Wawancara mendalam, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
untuk memperoleh data dari informan yang berupa pemahaman, persaan dan
makna sesuatu. Dalam wawancara dengan informan, peneliti memberikan
keleluasan kepada mereka untuk menjawab segala pertanyaan, sehingga
Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan memaknai pedoman
wawancara. Nasution, (1999:69) mengemukakan bahwa observasi saja tak
memadai dalam penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan
wawancara. Hubungannya dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan
wawancara kepada guru sejarah dan siswa dengan dilakukan berulang kali, yang
kemudian dapat memperoleh data yang valid tentang sejarah lokal tentang tokoh
Lanoni di Tolitoli.
3. Dokumentasi
Arikunto, (1998: 236) mengemukakan bahwa studi dokumenter
merupakan suatu tehnik yang digunakan dan mencari data mengenai hal-hal atau
cacatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan
sebagainya.
Lincon dan Guba, (1985: 276-277) mengatakan bahwa dokumentasi dan
catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:
1. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relative lebih murah.
2. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.
3. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.
4. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal.
5. tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.
Selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang
kemampuan guru dalam melakukan pengintegarsian sejarah lokal kedalam sejarah
nasional, dan informasi-informasi yang berguna terhadap implementasinya
Adapun dokumen yang peneliti maksudkan yakni arsip daerah,
perpustakaan daerah, serta catatan-catatan yang dibuat oleh pemerintah daerah
setempat, yang dapat memberikan gambaran tentang inti dari penelitian ini. Hal
ini dimaksudkan demi menjaga validitas data serta kredibilitas data yang nantinya
akan dikumpulkan oleh penelitian.
Kemudian, Creswell (1998:15) mendefinisikan Penelitian Kualitatif :
Qualitatif reasearch is an inquiry process of understanding based on distinct
methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem.
The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes word, reports detailed
views of informats, and conduct the study in a natural setting.
Creswell ( 1998 : 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian
kualitatif sebagai berikut :
1. Perpanjang tangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged engagement dan persistent observastion) dilapangan termasuk
membangun kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting / menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.
2. Triangulasi ( triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber
yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence ).
3. Review sejawat (peer review) atau dibreifing menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari pemeliti.
4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan
setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman
5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/ memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang
kredibilitas dari temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari
cerita/narasi.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, sampel sumber data dipilih secara purposive dan
bersifat snowball sampling. Sumber data atau subjek penelitian adalah sebagai
berikut ; dokumen pembelajaran sejarah, guru, dan siswa. Selanjutnya lokasi
penelitian disini adalah sebagai obyek atau tempat yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah di laksanakan di MAN
Tolitoli Provinsi Sulawesi tengah .
D. Teknik Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dengan proses pelaksanaan pembelajaran
melalui diskusi kelas, dalam hal ini peneliti berada pada posisi mengamati saja
terhadap bagaimana aktivitas siswa dalam mencari dan memberi informasi (atau
tidak mengetahui sama sekali) tentang sejarah lokal Tolitoli, lalu memperhatikan
tentang kemampuan siswa dalam mengintegrasikan antara sejarah Tolitoli sebagai
bagian sejarah nasional. Selanjutnya pelaksanaan analisis data dilakukan
sepanjang penelitian dan secara terus menerus dimulai dengan tahap pengumpulan
Analisis tersebut merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan
data, dalam hal ini peneliti mencoba memberikan penafsiran terhadap keseluruhan
temuan hasil penelitian yang di dasarkan pada kerangka tioritik yang menyangkut
dengan pembelajaran sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah nasional.
Penafsiran yang dilakukan tujuannya untuk mendapatkan sebuah gambaran
permasalahan dalam penelitian kemudian mempunyai pemahaman
dari hasil analisis dengan berbagai penjelasan, perbandingan/komparatif,
sebab akibat serta deskriptif.
Menurut (Miles dan Huberman, dalam Sugiono,1984:337) mengumukakan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan
conclutin:drawing/verification.
1. Data Reduction ( Reduksi Data)
Adapun data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin
lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan
pada hal-hal yang penting, dicri tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan selanjutnya,
Reduksi data dapat dibantu dengan berbagai perlatan elektronik seperti
komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kemudian
dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau
peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan suatu
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta
kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peniliti yang masih baru, dalam melakukan
reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang
ahli. Melalui reduksi data, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga
dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori
yang signifikan
2. Data Display (penyajian data)
Pada penelitaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan ”the most frequent from
of display data for qualitative research data in the has been narrative tex”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
3. Conclution Drawing/verification
Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kulitatif menurut
Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian
merupakan suatu kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitaian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah dikemukakan
bahwa rumusan masalah dalam penelitain kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Selanjutnya analisis data yang dilakukan secara bertahap, data di peroleh
selama proses pembelajaran sejarah lokal melelui observasi dan wawancara
dianalisis.. Nasution, (dalam Sugiyono, 2007:245) menyatakan ‘Analisis data
telah dimulai sejak merumuskan serta menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan
bersamaan dengan pengumpulan data, dalam kenyataannya, analisis data kuliatatif
berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai dalam
pengumpulan data’. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu anlisis
Berdasarkan yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data
lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang
dengan tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan.
Menurut Nasution (dalam Sugiono,1988: 89) menyatakan “Analisis telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan,
dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in
qualitative research is an on going activity that occurs through out the
investigative process rather than afer process. Dalam kenyataannya, analisis data
kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai
pengumpulan data. Dalam penelitian kulitatif, data diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Data
yang diperoleh pada umumnya adalah data kulitatif (walaupun tidak menolak data
kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang
Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (dalam sugiyono 2007:87),
bahwa ” The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is
that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling serius dan sulit
dalam anlisis data kualitatif karena, metode analisis belum dirumuskan baik.
Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2007 : 88), menyatakan bahwa:
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahkan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Kemudian analisis data kualitatif, Bodgan menyatakan bahwa
“Data analysis is the process of systematically searching and arranging the
interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to
increase your own understanding of them and enable you to present what you
have discovered to others”. Analisis data adalah proses pencarian dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisirkan data, menjabarkannya
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
Selanjutnya Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2007: 72) mengemukakan
bahwa “Data analysis is critical to the qualitative reaserch process. It is to
recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in your
data that hypotheses and assertions can be develoved and evaluated”.
Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif.
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga
hipotesis dapat dikembagkan dan dievaluasi. Selanjutnya Spradley dalam
Sugiyono, 2007: 67) menyatakan bahwa: “analysis of any kind involve a way of
thinking. It refers to systematic examination of something to determine its parts,
the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is search for
pattens” analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir.
Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisirkan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan
tertentu atau hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data
tersebut, selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis
diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
E. Prosedur dan Tahap Penelitian
Untuk dapat dan mengumpulkan data dilapangan, maka dalam penelitian
ini dilaksanakan beberapa tahapan-tahapan antara lain:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa kegiatan yang penulis
tempuh yaitu diawali dengan melakukan seminar desain penelitian, setelah
memperoleh masukan dari pada dosen penguji, maka penulis menyempurnakan
dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing lalu kemudian dilanjutkan
dengan perbaiki. Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah administrasi
berupa surat-surat izin penelitian.
2. Tahap Orientasi
Selanjutnya tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal
mengenai rencana subjek penelitian hal ini pembelajaran sejarah lokal yang akan
diajukan serta mempertajam masalah dan fokus penelitian, sebelum desain
fokus penelitian sehingga memungkinkan dilakukannya penelitian selanjutnya
secara lebih mendalam sebagai dasar bagi tahap selanjutnya.
Tahap orientasi ini peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data
tentang apa yang diteliti, dalam hal ini tentang sejarah lokal di Tolitoli. Peneliti
merasa terbantu, karena daerah Tolitoli merupakan daerah kelahiran peneliti
sendiri, maka untuk pengambilan data dilapangan tidak akan menemui dalam
berbagai bentuk kendala yang dapat menghambat dalam proses penelitian ini.
3. Tahap Eksplorasi
Mengacu pada pengumpulan data pada tahap orientasi, diperoleh
gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan arah yang
semakain jelas dalam melakukannya tehnik pengumpulan data, baik melalui
observasi, wawancara maupun dokumentasi. Tahap ini penulis mulai melakukan
wawancara kepada subjek yang telah ditentukan, disamping melakukan observasi
secra langsung sehingga diperoleh data yang lengkap.
Subjek penelitian mulai berkembang sesuai dengan tuntutan informasi,
begitu juga tehnik-tehnik pengumpulan data semakin beragam. Tetapi pada
intinya tahap ini meliputi kegiatan :
a) Menyusun dan menentukan sumber data yang dapat dipercaya untuk
memberikan informasi tentang tema penelitian.
b) Menyusun pedoman wawancara dan observasi resmi yang
berkembang pada waktu dilapangan yang merupakan instrumen
c) Mengadaakan wawancara dengan subjek penelitian, disamping
melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan proses
pembelajaran sejarah lokal.
d) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema
penelitian untuk melengkapi data primer dari hasil wawancara dan
observasi.
e) Menysun hasil laporan yang meliputi kegiatan mendeskripsikan,
menaganalisis dan mentafsirkan data hasil penelitian secara terus
menerus sampai tuntas
F. Validasi Data
Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan
keabsahan data. Tehnik Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Triangualasi
Untuk tehnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tehnik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagaia tehnik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibitas data
dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Menurut Nasution (1996: 115-116), “ Triangulasi bukan sekedar mentes
kebenaran data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam
Proses ini ditandai dengan cara mencek kebenaran data tertentu dengan
membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam proses
penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan terhadap validasi data yang
diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.
b. Menbandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
observasi yang telah dilakukan.
2. Member Check
Selanjutnya untuk mencek kebenaran dan kesahihan data temuan
penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi yang diperoleh
dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan
oleh informan Nasution, (1996: 117-118). Member chek adalah, proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data
tersebut valid, sehingga makin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus
menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan
memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
Pelaksanaan memberchek dapat dilakukan setelah suatu periode
pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.
Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke
pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok pemberi data. Dalam diskusi
kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau
ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi
data diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai
bukti bahwa peneliti talah melakukan memberchek.
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian,
sehingga informasi yang ada mendapatkan pembenaran dari subjek penelitian.
Tahap member chek ini meliputi kegiatan:
a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari tahap eksplorasi
b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing responden
untuk diperiksa ulang kebenarannya.
3. Expert Opinion
Mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dilapangan kepada para ahli
yang mempunyai spesialisasi di bidangnya, termasuk dengan pembimbing dalam
penelitian ini. Untuk memperoleh arahan dan berbagaia masukan sehingga
validasi data penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan serta rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan untuk
menjadi bahan pertimbangan serta dapat dipergunakan terutama di sekolah pada tempat
peneliti melakukan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Hasil wawancara dengan guru sejarah bahwa, masalah guru dalam
merencanakan pembelajaran sejarah di MAN Tolitoli, tidak menemui kendala yang
besar. Dalam merencanakan pembelajaran sejarah lokal guru sejarah tetap mengacu
pada kurikulum 2006, ditambahkan pula bahwa untuk mengkolaborasikan sejarah lokal
dengan sejarah Nasional harus menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
menyesuaikan setiap Standar Kompotensi, Kompotensi Dasar dan Indikator setiap
pembahasan. Selanjutnya guru juga menegaskan kendala yang dihadapi guru dalam
merencanakan antara sejarah lokal dan sejarah Nasional hanya pada masalah alokasi
waktu yang terbatas.
Guru sejarah dalam mengaitkan pembelajaran sejarah nasional ke sejarah lokal
dalam hal ini tokoh pergerakan La’Noni masih kurang maksimal, hal ini disebabkan
keterbatasan guru dalam menggali dan mencari informasi tentang tokoh-tokoh pejuang
yang ada di daerahnya. Ditambahkan lagi untuk mengaitkan peranan tokoh-tokoh lokal
dengan tokoh nasional selanjutnya membandingkan dan mencari persamaan dari
Dalam rumusan masalah ketiga berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
tentang pengembangan pembelajaran sejarah lokal dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran belum memenuhi kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006. Guru
sejarah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus memasukkan
indikator materi sejarah lokal. Selanjutnya dalam pengaplikasiannya guru sejarah
kurang kreatif dalam memadukan materi sejarah nasional kedalam sejarah lokal.
Tentunya hal ini masih jauh dari apa yang ingin dicapai.
B. Saran-saran
Rekomendasi ini di sampaikan pada guru, khusus guru sejarah terutama di
sekolah tempat peneliti melakukan penelitian dan secara umum di guru sejarah yang
mengabdi di kabupaten Tolitoli, agar dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya yang menyangkut dengan sumber sejarah lokal,
guna untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan pembelajaran sejarah
nasional termasuk sejarah lokal. Dengan kompotensi guru yang dapat merancang
skenario model pembelajaran yang bisa mengintegrasikan muatan-muatan sejarah lokal
ke dalam sejarah nasional, serta dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal
dalam pembelajaran agar tercapai suatu pelajaran yang bermakna. Sehingga siswa
mampu memahami makna dari pada terbentuknya sebuah suku bangsa yang
terpisah-pisah kemudian dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan pada dirinya, Dengan
memanfaatkan berbagai model serta pendekatan serta menggunakan berbagai alat bantu
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah.Bandung: Satya Historika
________(Ed). (1990). Sejarah lokal di Indonesia.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Al Mucthar, Suwarma.(1996). Strategi Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Upaya peningkatan Mutu Pendidikan IPS pada FPIPS IKIP Bandung.
Alfian, Ibrahim. (1983). Sebuah cacatan Bagaimana Lokalnya sejarah lokal.Dalam Panel Sejarah Lokal.Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,depdikbud.
Anderson, Benedict (1983: 15) Imagined Communities. Komunitas-komunitas terbayang. Yogyakarta: Penerbit. INSIST, Blimbing Sari CT IV/83.
Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta
Budhisantoso. (1982/83). ”Etnohistori sebagai Pendekatan sejarah di Indonesia”. Paper dalam Seminar Sejarah Nasional 111 (Panel Etnohistori). Jakarta: Proyek IDSN, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud.
Cres Well, W. Jhon, (1998). Rearch desing Qualitative and Quantitative Approache. London : Sage Publication.
Guba, G.E. Dan Lincon, S. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage Publication
Hasan, S. Hamid. ( 2008 ). Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT.Rosdakarya
_______ (2004). Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah lokal. Makalah pada seminar Nasional kurikulum Berbasis kompetensi. Bandung: UPI.
________ (1999). Pendidikan Sejarah untuk membangun manusia baru indonesia. Mimbar pendidikan, 2/XIII, 4-11
Ibrahim, R dan Syaodih S.Nana (2003). Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Kartodirjo, Sartono.(1993). Pendekatan ilmu Sosial Dalam metodologi seajarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kuntoyowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah. (Historical Explanation). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Milles, Huberman (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.Universitas Indonesia: UI-Press
Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa.E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksra
Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rahmawati,Tien. (2006). ”Integrasi Pembelajaran Sejarah Lokal ke dalam Sejarah Nasional Untik Menumbuhkan Sikap Menghargai Sejarah dan Pejuang Indragiri Hilir Riau”. Tesis pada Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Saodah, Tati. (2008). ”Internalisasi Konsep Nilai-nilai Hukum dalam Pendidikan Umum melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan. Tesis pada Sps.UPI Bandung: Tidak di terbitkan”
Nurhayati Nainggolan.(1981/1982). Sejarah Pendidikan Sulawesi Tengah. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah,Palu
--- .(1982/1983). Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional,Sulawesi Tengah.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, (1997). Sejarah Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Penertbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Jakarta.
Sjamsuddin, Helius. (2001). Metologi Sejarah. Jakrta: depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
_______. (2007). Metologi Sejarah. Jakarta: DEPDIKDUD. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Soedijarto. (1998 ). Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta: Depdikbud.
Soedjatmoko.(1976). Kesadaran Sejarah dan Pembangunan” dalam prisma (Penerbit kusus) No.7 tahun V. Jakarta: LP3ES
Sudarmadji Tjoek. (1983), Mengenal Buol Tolitoli, Pemerintah Daerah Tingkat II Buol Tolitoli.
Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,dan R&D.Bandung: Alfabeta.
________ (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukardi, Tanto. ( 2007), ”Perubahan Sosial di Banyumas (1830-1900): Aplikasi Pembelajaran Nilai-nilai Sejarah dalam Kerangka Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung tidak diterbitkan.
_______.(2008). Sejarah Sebuah Penilaian. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS. UPI
Sumantri, Endang. (2008). Seabad Kebangkitan Nasional: Revitalisasi dan Reaktualisasi Keangkitan Nasional Menuju indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera. Bandung: CV. YASINDA MULTI ASPEK bekerja sama dengan Pusat Kajian Wawasan Kebangsaan UPI.
Supardan, Dadang. (2000). ”Kreativitas guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Deskriptif-Analitis terhadap guru dan Implementasinya untuk pogram pengembangan kreativitas guru sejarah Sekolah Menengah Umum di Kabupaten Bandung)”. Tesis pada Sps. UPI Bandung: tidak diterbitkan
_______ (2004). Pembelajaran sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan perspektif sejarah Lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa.Disertasi doctor pada Sps. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
_______(2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Supriatna dan Wiyanarti, (2008). Sejarah dalam keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Rinika Cipta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.
Widja, I Gede. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.Bandung: Angkasa.
________ (1998). Sejarah Lokal Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
________ (1991). Menuju Wajah Baru Pendidikan. Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama
Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional dan Global.Bandung: Historia Uatama Press.
Zainul, Asnawi. (2004). Penerapan Assesmen Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Lokal. Dalam Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah, No, 5, Vol.V. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI