• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MATERI SEJARAH LOKAL TENTANG PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG DI TOLITOLI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN KEBANGSAAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MATERI SEJARAH LOKAL TENTANG PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG DI TOLITOLI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN KEBANGSAAN."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Klasifikasi Konsep... 12

D. Tujuan penelitian... 15

E. Manfaat Penelitian... 16

F. Pradigma Penelitian... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPS... 19

B. Tujuan Pembelajaran IPS... 22

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah Lokal... 25

D. Mengajarkan Sejarah Lokal... 30

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 77

B. Teknik Pengumpulan Data... 78

C. Subjek dan Lokasi Penelitian... 83

D. Teknik Analisis Data... 83

E. Prosedur dan Tahap Penelitian... 89

F. Validasi Data... 91

BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 94

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan... 103

C. Pembahasan... 127

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 145

B. Saran-saran... 146

(3)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Keadaan Tenaga Pengajar atau Pegawai MAN Tolitoli

(1980)... 101

4.2 Jumlah siswa keseluruhan MAN Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah Januari 2011... 103

4.3 Keadaan Siswa MAN Tolitoli berdasarkan Jurusan... 104

4.4 Gambaran Sejarah Nasional sebelum diajarkan sejarah

lokal... 109

4.5 Mengaitkan Sejarah Nasional dengan Perlawanan La’Noni (Sejarah Lokal)... 112

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Judul Halaman

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

A. Pedoman Wawancara Guru ... 148

B. Pedoman Wawancara Siswa ... 149

C. Lembar Observasi aktivitas guru dan siswa ... 150

D. Dokumen RPP guru... 151

E. Foto Penelitian... 170

F. Lambang Daerah... 182

G. Rumpun Bahasa Tolitoli... 186

H. Roster Pelajaran... 187

I. Surat Keputusan Pembagian Tugas Guru... 188

J. Surat Keterangan Pengangkatan Pembimbing Tesis.... 194

K. Surat Keterangan Penelitian SPs UPI... 196

L. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dikeluarkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tolitoli... 201

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada beberapa permasalahan yang menjadi keresahan-keresahan selama ini

diantaranya adalah pembelajaran sejarah hanya menyentuh atau membahas materi

sejarah nasional di sisi lain sejarah lokal terabaikan. Hal ini terjadi pada siswa di

MAN Tolitoli. Guru dalam melaksanakan tugasnya hanya terfokus pada buku

paket sejarah nasional, dan metode yang digunakan hanya menggunakan interaksi

satu arah. Para siswa diberikan tugas hafalan sehingga efektivitas dan tujuan yang

akan dicapai tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran yang

ada siswa kurang memahami sejarah lokal bahkan tidak mengetahui sejarah

daerahnya sendiri. Adapun yang menjadi harapan peneliti, adalah guru dapat

mengaplikasikan pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli.

Masalah selanjutnya yang juga menjadi keresahan saat ini ialah kurangnya

kesadaran kebangsaan yang dimiliki oleh para siswa. Nilai-nilai kepahlawanan,

nilai nasionalisme, patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal sendiri tidak

dipahami. Adapun yang menjadi dasar pernyataan tersebut, kurangnya siswa yang

mengetahui dan memehami tokoh-tokoh pergerakan yang ada di daerahnya.

Harapan terbesar saat ini adalah siswa memahami nilai-nilai kejuangan yang di

wariskan oleh para pahlawan, dan tak kalah penting nilai-nilai kearifan lokal yang

(8)

Kajian sejarah lokal tidak lagi dapat dipandang tidak menarik, kurang luas

dampaknya, atau alasan lain yang tradisional kajian sejarah lokal adalah kajian

yang menuntut kesungguhan, dukungan keahlian antara lain dengan pendekatan

“total history”, struktural, multidisipliner, baik dalam visi dirinya sendiri,

maupun dalam kerangka nasional. Rohyati (2007: 220).

Pendidikian sejarah lokal dan sejarah nasional merupakan proses

enkulturasi dalam rangka nation charactert building. Melalui proses

pelembagaan nilai-nilai yang positif seperti nilai-nilai warisan leluhur,

heroisme, dan nilai-nilai ideologi dijadikan alat perekat solidaritas bangsa.

(Kartodirjo dalam Supardan, 2004: 29). Jiwa nasionalisme sangat diandalkan

untuk menghindari disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh faktor-faktor

tersebut diatas. Untuk itu masih diperlukan peranan pemerintah untuk membuat

kebijakan dalam bidang pendidikan agar semua mata pelajaran-pelajaran yang

membentuk rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, sehingga sejarah lokal

mendapat perhatian yang cukup banyak. Terutama dalam proses pembelajaran

baik didalam maupun diluar kelas. Maka sudah saatnya kita mengembangkan

kurikulum sejarah yang memperhatikan kondisi-kondisi mutakhir negeri ini, baik

dari segi sosio kultural, kebijakan politik dalam bidang pendidikan yang

mengarah pada otonomi daerah, dalam cakupan yang lebih kecil adalah otonomi

sekolah, maka model pembelajaran pun harus bersifat inovatif. Satu diantaranya

yang harus dikembangkan adalah penanaman kesadaran kebagsaan terhadap siswa

(9)

Masalah diatas dan untuk menjawab berbagai perubahan tersebut, maka

pemerintah memberikan serta memberlakukan kurikulum yang sifatnya

keleluasan pada guru dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada di

daerah itu sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat

dengan memperhatikan kekhasan daerah yang disebut dengan muatan lokal.

Menurut Desfina (dalam Supriatna dan Wiyanarti 2008: 208) mengatakan bahwa :

Kurikulum memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya. Ini menandakan bahwa salah satu upaya pemerintah untuk menggali serta mengembangkan potensi daerah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah/masyarakat setempat.

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya, kemudian dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa yang Maha kuasa, berahlak mulia, cakap, kreatif inovatif, mandiri lalu menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Uraian di atas jelas, bahwa pendidikan IPS memegang peranan penting

dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena

mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana yang menjadi tujuan

pendidikan nasional, juga merupakan tujuan pendidikan IPS. Dengan

perkembangan ilmu pengertahuan dan tehnologi, yang berdampak pada derasnya

arus informasi menembus dan melintas antar negara.

Akibatnya berbagai pengaruh baik positif maupun negatif tanpa disadari

(10)

perlu meningkatkan sumberdaya manusia agar memiliki indentitas berdasarkan

niali-nilai luhur perjuangan bangsa sebagai tolak ukur serta mempunyai landasan

pijak dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan sejarah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya guna melakukan filterisasi

terhadap pengaruh negativ, sehingga peradaban bangsa yanag dirumuskan dalam

tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. Saat ini perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan arus globalisasai telah membawa perubahan di semua

aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan

yang ditimbulkan oleh proses globalisasi pada satu pihak, dan proses

demokratisasi pada pihak lain, sangat membutuhkan sumberdaya manusaia yang

lebih berkualitas melalui pembaharuan sistem pendidikan dan penyempurnaan

kurikulum, termasuk kurikulum sejarah yang berlandaskan muatan sejarah lokal

untuk memasukkan ke dalam sejarah nasional.

Adanya suatu perubahan yang lebih baik dan harus menyesuaikan tujuan

pembelajaran sejarah nasional yaitu memotivasi siswa untuk berpikir

kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa yang telah

lampau guna memahami secara baik kehidupan masa kini dan masa

yang akan datang. Perubahan serta pembenahan pembelajaran sejarah yang

mencakup berbagai aspek baik aspek metodologis maupun aspek lain

yang memang mempengaruhi kualitas pembelajaran sejarah.

Robinson dalam Sjamsuddin,2007: 199) yang menganggap perlu

perubahan dari sejarah lama (the old history) ke sejarah baru (the new history),

(11)

sejarah yang juga memperhatikan aspek-aspek sosial- ekonomi, budaya,

pertanian, teknolgi, pendidikan, dan psikologi.. The new history berarti lebih luas,

dan itu merupakan sejarah sosial.

Perubahan sebuah paradigma tersebut, juga terjadi dalam pendidikan

sejarah (Hasan, 1999: 9) sebagai konsekwensi logis adanya pergeseran filsafat

dalam pembelajaran sejarah. Hasan berpendapat bahwa perubahan itu mencakup :

1 Pemahaman serta kesadaran dalam cerita sejarah belum bersifat final. 2 Adanya saling keterkaitan antara pelajaran sejarah dalam kehidupan

sehari-hari.

3 Perlunya perluasan sejarah politik dengan tema-tema sejarah sosial,sejarah budaya, sejarah ekonomi dan yang menyangkut dengan teknologi.

Adanya perubahan paradigma pembelajaran sejarah maupun pada

pembelajaran lainnya, merupakan salah satu tujuan untuk menjawab tantangan

globalisasi termasuk masalah-masalah sosial yang sifatnya mengacu pada

disintegrasi bangsa. Dengan demikian pelajaran sejarah berlandaskan rekonstruksi

sosial dengan menggunakan paradigma new history artinya dalam proses belajar

mengajar sejarah, guru sangat dituntut membawa siswanya dalam lingkungan

kehidupan guna untuk mudah memahaminya. Pelajaran sejarah sering dirasakan

(12)

Proses pengajaran sejarah dalam bentuk hafalan serta terlalu banyak

menekankan pada “chalk and talk” di kelas sangat lemah dalam hal mendorong

keterlibatan murid dalam proses belajar aktif karena sulit dimengerti pada

peristiwa sejarah yang terlalu memperhatikan tingkah laku orang dewasa yang ada

diluar jangkauan pengalaman siswa (Partington dalam Widja, 1991: 92).

Tantangan bagi guru sejarah agar dapat berupaya mengembangkan pola

atau metode yang beragam dalam proses belajar mengajar. Salah satu alternatif

tentunya melalui pembelajaran sejarah lokal dengan cara membawa siswa pada

lingkungan sekitarnya. Dengan adanya usaha pengembangan metode yang

bervariasi dalam pembelajaran sejarah lokal semoga siswa lebih termotivasi

dalam mengikuti pelajaran serta mendapat manfaat yang lebih besar dari proses

belajarnya, dan juga pembelajaran yang dihasilkan lebih bermakna bagi peserta

didik. Berdasarkan pemikiran Douch (1981) dalam Widja (1998) mengemukakan

bahwa pembelajaran sejarah lokal lebih mudah dihayati oleh para siswa,

disebabkan berkaitan dengan lingkungan mereka. Sejarah lokal dapat membawah

langsung siswa dalam mengenal masyarakatnya. Sebagai usaha pengembangan

wawasan dalam pengajaran sejarah lokal tersebut, maka realisasinya pokok

bahasan sejarah lokal sudah di tuangkan pada suplemen kurikulum yang disebut

dengan kurikulum muatan lokal. Lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta

kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu (Lampiran

(13)

Pentingnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, bukan saja

dalam mempermudah pemahaman serta penyerapan bahan pengajaran yang

disajikan, akan tetapi juga lebih dari itu, untuk mendekatkan siswa dengan

lingkungan serta menghindarkan diri dari keterasingan dengan lingkungan.

(Lampiran keputusan menteri P & K No. 0412/U/1987) menyebutkan

tujuan diterapkannya kurikulum muatan lokal adalah :

a) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan

budaya yang terdapat di daerahnya.

b) Murid dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai daerahnya sendiri.

c) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya serta menolong dirinya

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

d) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan serta keterampilan yang

dipelajarinya dalam memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.

e) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari

keterasingan (Lampiran keputusan Menteri P & K no. 0412/U/1987)

f) Bahan pengajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa

g) Sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk

kepentingan pendidikan itu sendiri

Bila diperhatikan dari tujuan penerapan kurikulum muatan lokal ini maka

didalamnya dapat kita lihat bahwa dasar-dasar yang menunjang pengembangan

sejarah lokal, sudah dimasukkan di dalam suplemen kurikulum KTSP (2006).

Belajar dari lingkungan setempat membawah anak pada dunia nyata yang

dihadapinya.sehingga guru dan siswa dapat memaknai keadaan sekarang dengan

(14)

Peran aktif Guru sangat dituntut memiliki kemampuan untuk menggali

potensi minat anak sehingga dapat mengembangkan berpikir kritis sekaligus

menumbuhkan kebanggaan serta penghargaan melalui pembelajaran sejarah lokal.

Sebagaimana dalam Penelitian Supardan, (2004: 262) mengungkapkan

tentang pentingnya pembelajaran sejarah lokal dapat diajarkan dalam mata

pelajaran sejarah nasional, terutama untuk menunjang sejarah Indonesia di dalam

upaya meningkatkan kesadaran kebangsaan. dalam penelitian yang

berjudul: “ Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan

perspektif Sejarah lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa”.

Ia menegaskan bahwa pembelajaran sejarah lokal perlu diperkenalkan pada siswa

untuk mengenali identitas kelokalannya maupun menghargai identitas

etnis/daerah lain yang ada di Indonesia. Arti penting dari studi sejarah lokal,

dalam lingkungan suatu bangsa seperti bangsa Indonesia yang sangat menekankan

pentingnya persatuan yang kokoh dalam menjaga integritas bangsa. Karena itu,

apabila kita sadari bahwa hubungan sejarah lokal dengan sejarah nasional saling

keterkaitan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk mengetahui kesatuan yang

lebih besar, bagian yang kecil itupun harus dimengerti dengan baik.

Menurut Kartodirjdo, hal-hal yang ada di tingkat nasional baru bisa

dimengerti dengan lebih baik, apabila kita mengerti dengan baik pula

perkembangan di tingkat lokal. Dan situasi yang kongkrit serta mendetil baru bisa

(15)

Kepentingan yang lain dari penulisan sejarah lokal, yaitu “ memperluas

pandangan tentang dunia Indonesia” Lapian (dalam Widja 1991 : 16). Maksudnya

ialah untuk meningkatkan saling pengertian di antara kelompok-kelompok etnik

di Indonesia dengan jalan meningkatkan kesejarahan dari masing-masing

kelompok terhadap kelompok lainnya.

Menurut Jordan (dalam Widja,1968:7) sebenarnya lokalitas atau lingkungan

terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar karena yang

kecil hakikatnya adalah bagian dari yang lebih besar. Yang kecil akan kurang bisa

dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang lebih besar. Demikian juga

sebaliknya, yang besar lingkupnya akan kurang dipahami apabila yang kecilpun

tidak diketahui. Berbagai peristiwa sejarah lokal terjadi di beberapa daerah yang ada

di Provinsi Sulawesi Tengah dengan ditandai adanya pergerakan atau perlawanan yang

dilakukan oleh rakyat akibat tindakan semena-mena tentara Jepang hingga

membangkitkan semangat perjuangan rakyat dimana-mana. Perlawanan rakyat yang

terjadi di Sulawesi Tengah, menurut Nurhayati Nainggolan antara lain :

1. Balantak dan rangga-rangga di wilayah Kabupaten Banggai dan tokoh

pemimpinnya bernama Mantide.

2. Di Desa Wuasa dan Watu Maeta di Kecamatan Lore Utara Kabupaten

Poso pimpinan pergerakannya bernama Abe Pande.

3. Di Salinggoha Kecamatan Walea Kepulauan pada tahun 1944

(2694 tahun Jepang) terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang yang

dipimpin oleh Talhata Dariseh.

4. Di Tolitoli tepatnya di Desa Malomba pada tanggal 18 Juli 1945

(16)

Perilaku tentara pendudukan Jepang sudah tidak manusiawi lagi, sebagaimana

dalam penelitian Baso Siodjang, (1994:44) Perlawanan Rakyat Tolitoli terhadap

penjajah (1919-1945), bahwa : Pemukulan sewenang-wenang kepada rakyat dan

pemerkosaan terhadap wanita-wanita bahkan istri-istri orang pun diambil secara paksa

dari tangan suami untuk pemuas nafsu para kaki tangan Jepang dan ini menjadi

kebiasaan sehari-hari.

Umumnya rakyat sudah menderita dengan tindakan pihak Jepang, sehingga

timbul gerakan anti jepang yang dipelopori oleh putra-putra bangsa.

(17)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peristiwa perlawanan rakyat

Malomba di Sulawesi Tengah (1942-1945) terhadap pendudukan Jepang ada

hubungannya dengan peristiwa sejarah lokal lainnya.Sehingga kedudukan sejarah

lokal sangat penting apabila dimasukkan kedalam kurikulum muatan lokal.

Berbagai hasil penelitian dan permasalahan di atas berkaitan dengan

pembelajaran sejarah lokal dalam rangka meningkatkan kesadaran kebangsaan

jika dikaitkan dengan menumbuhkan sikap menghargai sejarah lokal dan pejuang,

sikap seseorang dapat terbentuk melalui intensitas pengalaman atau proses belajar,

termasuk belajar menghargai sejarah serta pahlawan (pejuang) di lingkungan

tempat mereka berada. Menurut Soedijarto (1998 : 11) menumbuhkan kesadaran

serta menanamkan nilai-nilai melalui pembelajaran sejarah adalah melalui proses

pendidikan sejarah perjuangan bangsa dalam membentuk sikap serta perilaku.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini secara umum dapat dirumuskan dengan beberapa

permasalahan maka peneliti menetapkan judul penelitian ini yaitu:“ Penggunaan

Materi Sejarah Lokal Tentang Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang di

Tolitoli Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran

(18)

Mengacu pada masalah tersebut penulis akan memfokuskan penelitian

pada pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah merencanakan pembelajaraan sejarah lokal di MAN

Tolitoli?

2. Bagaimana mengintegrasikan peranan La’Noni dalam Pembelajaran

Sejarah Lokal di MAN Tolitoli?

3. Bagaimana mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dalam RPP

di MAN Tolitoli ?

C. Klasifikasi Konsep

1. Sejarah Lokal

Menurut Abdullah (Supardan, 2004: 109) ‘sejarah lokal’, adalah sejarah

dari suatu tempat atau “locality”, yang batasannya ditentukan oleh ‘perjanjian’.

Sejarah lokal secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kisah di kelampaun dari

kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda pada ‘daerah geografis’ yang

terbatas baik yang menyangkut komunitas township, county, maupun village, dan

(19)

Sejarah lokal yang dimaksud disini adalah untuk memperluas pandangan

tentang Indonesia dan saling meningkatkan pengertian di antara

kelompok-kelompok etnis di Indonesia dengan jalan meingkatkan pengetahuan

kesejarahan dari masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya. Sebagai

contoh menurut Lapian, (Widja,1991: 19):

Kita sering lupa misalnya bahwa sementara Belanda di Jawa masih menghadapi invansi Jepang, di Gorontalo dan Aceh telah berkibar Dwiwarna kita, di Tarakan dan Minahasa penduduk telah disuruh menyanyi lagu kebangsaan Nippon. Sementara pemuda-pemuda kita brerbaris sebagai pasukan Seinendan ataupun Haiho dan yang lain menjalankan Romusya, bendera Belanda masih berkibar di Marauke. Pada waktu kemerdekaan diproklamsikan 17 Agustus 1945 di Jakarta, Jayapura yang pada waktu itu masih bernama Hollandia, bersama Biak, Morotai dan Kalimantan Timur sudah diduduki tentara Sekutu.

Hal-hal seperti di atas ini sering tidak terekam dalam sejarah yang bersifat

makro, sehingga bisa terjadi masing-masing kelompok masyarakat kita berpikir

yang kurang tepat terhadap perkembangan sejarah di bagian-bagian lain di

Indonesia, yang selanjutnya bisa menumbuhkan visi-visi sejarah yan kurang wajar

di antara sesama anggota bangsa Indonesia. Sejarah lokal pada dasarnya bukanlah

studi terisolir, tapi cenderung meyentuh bidang lingkup yang lebih luas.

Pernyataan ini kiranya sejalan dengan apa yang telah dikutip sebelumnya dari

Finberg & Skipp, bahwa lingkungan-lingkungan sejarah dari yang paling

sempit/terbatas (Widja,1991: 15). Ini sama saja dengan mengatakan tidak ada

batas yang tegas sebenarnya anatara sejarah lokal dengan sejarah yang lebih luas

lingkupnya seperti sejarah nasional. Pernyataan di atas perlu dijelaskan lebih jauh,

jika tidak seperti mengingkari apa yang sudah disimpulkan terdahulu, yaitu yang

(20)

Pernyataan di atas sebenarnya mengacu pada pikiran bahwa lokalitas atau

lingkungan terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar

karena yang lebih kecil hakekatnya, adalah bagian dari yang lebih besar. Dengan

demikian, yang kecil akan kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan

keseluruhan yang lebih besar. Tetapi sebaliknya, yang lebih besar lingkupnya

akan kurang dipahami apa bila yang lebih kecil juga tidak diketahui.

2. Kesadaran Kebangsaan

Pentingnya sebuah bangsa memiliki kesadaran kebangsaan positif

digambarkan pula oleh Bung Karno dengan mengutip pendapat pemimpin Mesir

yang termashur, Mustafa Kamil, sbb.:

Karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terbelakang lekas

mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi

darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa-bangsa yang kuat dan rasa

kebangsaanlah yang memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup.

Soekarno dalam buku sebab kebangkitan nasional (Sapriya, 2008: 49).

Pernyatan dua proklamator kemerdekaan Republik Indonesia Bung Karno

dan Hatta ini semakin jelas karakter bangsa Indonesia yang diharapkan jauh

sebelum lahir bangsa dan berdirinya negara kesatuan repoblik indonesia (NKRI).

Lebih lanjut Hatta, dalam bukunya sebab kebangkitan nasional. Sapriya

(2008: 51) menegaskan bahwa ”selain mengusahakan kerukunan yang lebih erat,

juga harus menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan diantara orang-orang

(21)

Apabila dihubungkan dengan kehidupan masa kini maka nilai-nilai

tersebut tampaknya masih tetap relevan untuk diterapkan dan diwariskan kepada

generasi kini yang hidup di era perubahan yang begitu cepat. Bangsa Indonesia

yang memprokalmirkan diri menjadi suaru negara yang berdaulat telah memiliki

konstitusi dan bertekat untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara

secara demokratis. Sistem pemerintahan maupun praktik hidup bermasyarakat

yang dicita-citakan dalam UUD 1945 tidak diragukan memiliki semangat

demokratis.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagaimana

menanamkan sejarah lokal dalam pelajaran sejarah nasional guna meningkatkan

kesadaran kebangsaan serta menumbuhkan sikap menghargai sejarah dan nilai

juang Lanoni di kelas X1 MAN Tolitoli. Selain itu, juga diharapkan supaya siswa

mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksikan nilai-nilai kearifan lokalnya

sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana merencanakan pembelajaran

sejarah lokal di MAN Tolitoli

2. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana mengaitkan peranan La’Noni

dalam pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli

3. Untuk mendapatkan bagaimana mengembangkan sejarah lokal dalam RPP

(22)

E. Manfaat Penelitian bagi Pendidik dan Pemerintah Daerah

1. Manfaat bagi Pendidik

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pegangan

terhadap dunia pendidikan dalam hal ini khusus bagi guru sejarah. Sehingga dapat

mengembangkan strategi belajar yang efisien dan efektif dalam merancang dan

mengevaluasinya terhadap nilai-nilai sejarah lokal. Secara praktis dari hasil

penelitian ini nantinya menjadikan bahan masukan terhadap guru, khususnya guru

sejarah di Tolitoli Sulawesi Tengah dalam mengembangkan wawasan tentang

sejarah lokal.

2. Manfaat bagi Pemerintah Daerah

Bagi Pemerintah Daerah penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan

informasi tambahan dalam menggali fakta-fakta sejarah yang selama ini belum

terungkap dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian bisa memperkaya khasanah

Daerah lalu mengembangkan pogram integrasi sejarah lokal ke dalam sejarah

Nasional.

F. Paradigma Penelitian

Penelitian ini berangkat dari kenyataan, bahwa banyak siswa di Madrasah

Aliayah Negeri yang tidak tahu apalagi menghargai sejarah dan pejuang Sulawesi

Tengah. Padahal siswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah lokal (Sulawesi Tengah).

Pemahaman tentang sejarah lokal akan menjadi bekal bagi siswa untuk memaknai

nilai-nilai sejarah dan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah masa lalu sehingga

(23)

Tingkat pemahaman nilai-nilai sejarah lokal Sulawesi Tengah bagi siswa

MAN Tolitoli yang rendah diharapkan dapat diatasi melalui (Pendidikan formal),

khusus melalui mata pelajaran sejarah lokal Untuk itu dituntut kemampuan guru

dalam menentukan komponen pembelajaran yang tepat, sehingga dapat

menunjang keberhasilan kegiatan pembelajarannya.

(24)
(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

Studi Kasus. Penelitian kualitatif (Qualitative Reaseach) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun

kelompok Syaodih (2005:60). Sementara itu Bogdan dan Taylor dalam

L.J.Moleong (2007:4). Mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut, Moleong (2007:44)

menjelaskan sebagai berikut:

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan tiori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan focus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersitfat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Selanjutnya pelaksanaan metode kualitatif menempuh beberapa langkah kerja,

yaitu pengumpulan data, klarifikasi data, pengolahan atau penganalisisan data,

penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama membuat

gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai sejarah lokal Tolitoli,

(26)

kemudian di lakukan klarifikasi berupa materi sejarah Tolitoli yang diperoleh dari

bagian sejarah nasional (peranan sejarah Tolitoli sebagai bagian sejarah nasional).

Kemudian diintegrasikan ke dalam pokok dan sub pokok bahasan sejarah

nasional. sejarah perjuangan rakyat Tolitoli di bawah pimpinan La’Noni dalam

menentang pendudukan Jepang 1942-1945, adalah sejarah lokal yang bersifat

daerah. Kemudian pengolahan atau penganalisisan data yaitu dengan cara

membandingkan materi sejarah lokal Tolitoli dengan sejarah nasional lalu dibuat

dalam bentuk laporan. Dari keseluruhan rangkaian penelitian terhadap

pengintegrasian sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, dan ditarik simpulan

sebagai gambaran dari proses pembelajaran sejarah lokal ke dalam sejarah

nasional untuk membangun Integritas bangsa serta menghargai terhadap pejuang

lokal yang juga dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan bagi para siswa.

B. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi pengamat dan pengumpul

data. Data dikumpulkan melalui pengamatan dengan menggunakan pedoman

lembaran observasi dan wawancara terhadap keadaan sebelumnya, sehingga data

yang dimiliki bersifat alami (natural). Karena peneliti bertindak sebagai

pengumpulan data, maka data yang dimilikinya bersifat data kulitatif dan

kemudian diinterpretasikan. Tehnik Pengumpulan data merupakan langkah yang

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data . Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti

(27)

Adapun Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Apabila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer, dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik pengumpulan data, maka tehnik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) inteview

(wawancara), dokumentasi dan gabungan ketiganya.

1. Observasi

Menurut Patton dalam Nasution (1998), manfaat observasi adalah sebagai

berikut.

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atua pandangan sebelumnya.

c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap ”biasa” dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.

2. Wawancara

Wawancara mendalam, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya

untuk memperoleh data dari informan yang berupa pemahaman, persaan dan

makna sesuatu. Dalam wawancara dengan informan, peneliti memberikan

keleluasan kepada mereka untuk menjawab segala pertanyaan, sehingga

(28)

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan memaknai pedoman

wawancara. Nasution, (1999:69) mengemukakan bahwa observasi saja tak

memadai dalam penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan

wawancara. Hubungannya dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan

wawancara kepada guru sejarah dan siswa dengan dilakukan berulang kali, yang

kemudian dapat memperoleh data yang valid tentang sejarah lokal tentang tokoh

Lanoni di Tolitoli.

3. Dokumentasi

Arikunto, (1998: 236) mengemukakan bahwa studi dokumenter

merupakan suatu tehnik yang digunakan dan mencari data mengenai hal-hal atau

cacatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan

sebagainya.

Lincon dan Guba, (1985: 276-277) mengatakan bahwa dokumentasi dan

catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:

1. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relative lebih murah.

2. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

3. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.

4. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal.

5. tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.

Selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang

kemampuan guru dalam melakukan pengintegarsian sejarah lokal kedalam sejarah

nasional, dan informasi-informasi yang berguna terhadap implementasinya

(29)

Adapun dokumen yang peneliti maksudkan yakni arsip daerah,

perpustakaan daerah, serta catatan-catatan yang dibuat oleh pemerintah daerah

setempat, yang dapat memberikan gambaran tentang inti dari penelitian ini. Hal

ini dimaksudkan demi menjaga validitas data serta kredibilitas data yang nantinya

akan dikumpulkan oleh penelitian.

Kemudian, Creswell (1998:15) mendefinisikan Penelitian Kualitatif :

Qualitatif reasearch is an inquiry process of understanding based on distinct

methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem.

The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes word, reports detailed

views of informats, and conduct the study in a natural setting.

Creswell ( 1998 : 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian

kualitatif sebagai berikut :

1. Perpanjang tangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged engagement dan persistent observastion) dilapangan termasuk

membangun kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting / menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.

2. Triangulasi ( triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber

yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence ).

3. Review sejawat (peer review) atau dibreifing menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari pemeliti.

4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan

setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman

(30)

5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/ memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang

kredibilitas dari temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari

cerita/narasi.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, sampel sumber data dipilih secara purposive dan

bersifat snowball sampling. Sumber data atau subjek penelitian adalah sebagai

berikut ; dokumen pembelajaran sejarah, guru, dan siswa. Selanjutnya lokasi

penelitian disini adalah sebagai obyek atau tempat yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah di laksanakan di MAN

Tolitoli Provinsi Sulawesi tengah .

D. Teknik Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dengan proses pelaksanaan pembelajaran

melalui diskusi kelas, dalam hal ini peneliti berada pada posisi mengamati saja

terhadap bagaimana aktivitas siswa dalam mencari dan memberi informasi (atau

tidak mengetahui sama sekali) tentang sejarah lokal Tolitoli, lalu memperhatikan

tentang kemampuan siswa dalam mengintegrasikan antara sejarah Tolitoli sebagai

bagian sejarah nasional. Selanjutnya pelaksanaan analisis data dilakukan

sepanjang penelitian dan secara terus menerus dimulai dengan tahap pengumpulan

(31)

Analisis tersebut merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan

data, dalam hal ini peneliti mencoba memberikan penafsiran terhadap keseluruhan

temuan hasil penelitian yang di dasarkan pada kerangka tioritik yang menyangkut

dengan pembelajaran sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah nasional.

Penafsiran yang dilakukan tujuannya untuk mendapatkan sebuah gambaran

permasalahan dalam penelitian kemudian mempunyai pemahaman

dari hasil analisis dengan berbagai penjelasan, perbandingan/komparatif,

sebab akibat serta deskriptif.

Menurut (Miles dan Huberman, dalam Sugiono,1984:337) mengumukakan

bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan

conclutin:drawing/verification.

1. Data Reduction ( Reduksi Data)

Adapun data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan

pada hal-hal yang penting, dicri tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan selanjutnya,

(32)

Reduksi data dapat dibantu dengan berbagai perlatan elektronik seperti

komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kemudian

dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.

Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau

peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang

asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan

perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan suatu

proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta

kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peniliti yang masih baru, dalam melakukan

reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang

ahli. Melalui reduksi data, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga

dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori

yang signifikan

2. Data Display (penyajian data)

Pada penelitaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan ”the most frequent from

of display data for qualitative research data in the has been narrative tex”.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

(33)

3. Conclution Drawing/verification

Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kulitatif menurut

Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian

merupakan suatu kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam

penelitaian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah dikemukakan

bahwa rumusan masalah dalam penelitain kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Selanjutnya analisis data yang dilakukan secara bertahap, data di peroleh

selama proses pembelajaran sejarah lokal melelui observasi dan wawancara

dianalisis.. Nasution, (dalam Sugiyono, 2007:245) menyatakan ‘Analisis data

telah dimulai sejak merumuskan serta menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan

bersamaan dengan pengumpulan data, dalam kenyataannya, analisis data kuliatatif

berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai dalam

pengumpulan data’. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu anlisis

(34)

Berdasarkan yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data

lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang

dengan tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut

berkembang menjadi teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan.

Menurut Nasution (dalam Sugiono,1988: 89) menyatakan “Analisis telah

mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan,

dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in

qualitative research is an on going activity that occurs through out the

investigative process rather than afer process. Dalam kenyataannya, analisis data

kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai

pengumpulan data. Dalam penelitian kulitatif, data diperoleh dari berbagai

sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Data

yang diperoleh pada umumnya adalah data kulitatif (walaupun tidak menolak data

kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang

(35)

Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (dalam sugiyono 2007:87),

bahwa ” The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is

that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling serius dan sulit

dalam anlisis data kualitatif karena, metode analisis belum dirumuskan baik.

Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2007 : 88), menyatakan bahwa:

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahkan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Kemudian analisis data kualitatif, Bodgan menyatakan bahwa

“Data analysis is the process of systematically searching and arranging the

interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to

increase your own understanding of them and enable you to present what you

have discovered to others”. Analisis data adalah proses pencarian dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisirkan data, menjabarkannya

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat

(36)

Selanjutnya Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2007: 72) mengemukakan

bahwa “Data analysis is critical to the qualitative reaserch process. It is to

recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in your

data that hypotheses and assertions can be develoved and evaluated”.

Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif.

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga

hipotesis dapat dikembagkan dan dievaluasi. Selanjutnya Spradley dalam

Sugiyono, 2007: 67) menyatakan bahwa: “analysis of any kind involve a way of

thinking. It refers to systematic examination of something to determine its parts,

the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is search for

pattens” analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir.

Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk

menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan

keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisirkan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri

(37)

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan

tertentu atau hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data

tersebut, selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau

ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis

diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

E. Prosedur dan Tahap Penelitian

Untuk dapat dan mengumpulkan data dilapangan, maka dalam penelitian

ini dilaksanakan beberapa tahapan-tahapan antara lain:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa kegiatan yang penulis

tempuh yaitu diawali dengan melakukan seminar desain penelitian, setelah

memperoleh masukan dari pada dosen penguji, maka penulis menyempurnakan

dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing lalu kemudian dilanjutkan

dengan perbaiki. Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah administrasi

berupa surat-surat izin penelitian.

2. Tahap Orientasi

Selanjutnya tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal

mengenai rencana subjek penelitian hal ini pembelajaran sejarah lokal yang akan

diajukan serta mempertajam masalah dan fokus penelitian, sebelum desain

(38)

fokus penelitian sehingga memungkinkan dilakukannya penelitian selanjutnya

secara lebih mendalam sebagai dasar bagi tahap selanjutnya.

Tahap orientasi ini peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data

tentang apa yang diteliti, dalam hal ini tentang sejarah lokal di Tolitoli. Peneliti

merasa terbantu, karena daerah Tolitoli merupakan daerah kelahiran peneliti

sendiri, maka untuk pengambilan data dilapangan tidak akan menemui dalam

berbagai bentuk kendala yang dapat menghambat dalam proses penelitian ini.

3. Tahap Eksplorasi

Mengacu pada pengumpulan data pada tahap orientasi, diperoleh

gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan arah yang

semakain jelas dalam melakukannya tehnik pengumpulan data, baik melalui

observasi, wawancara maupun dokumentasi. Tahap ini penulis mulai melakukan

wawancara kepada subjek yang telah ditentukan, disamping melakukan observasi

secra langsung sehingga diperoleh data yang lengkap.

Subjek penelitian mulai berkembang sesuai dengan tuntutan informasi,

begitu juga tehnik-tehnik pengumpulan data semakin beragam. Tetapi pada

intinya tahap ini meliputi kegiatan :

a) Menyusun dan menentukan sumber data yang dapat dipercaya untuk

memberikan informasi tentang tema penelitian.

b) Menyusun pedoman wawancara dan observasi resmi yang

berkembang pada waktu dilapangan yang merupakan instrumen

(39)

c) Mengadaakan wawancara dengan subjek penelitian, disamping

melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan proses

pembelajaran sejarah lokal.

d) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema

penelitian untuk melengkapi data primer dari hasil wawancara dan

observasi.

e) Menysun hasil laporan yang meliputi kegiatan mendeskripsikan,

menaganalisis dan mentafsirkan data hasil penelitian secara terus

menerus sampai tuntas

F. Validasi Data

Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan

keabsahan data. Tehnik Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangualasi

Untuk tehnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tehnik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagaia tehnik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan

data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibitas data

dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Menurut Nasution (1996: 115-116), “ Triangulasi bukan sekedar mentes

kebenaran data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam

(40)

Proses ini ditandai dengan cara mencek kebenaran data tertentu dengan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam proses

penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan terhadap validasi data yang

diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.

b. Menbandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan

observasi yang telah dilakukan.

2. Member Check

Selanjutnya untuk mencek kebenaran dan kesahihan data temuan

penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi yang diperoleh

dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan

oleh informan Nasution, (1996: 117-118). Member chek adalah, proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data

tersebut valid, sehingga makin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang

ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi

data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila

perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan

memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam

(41)

Pelaksanaan memberchek dapat dilakukan setelah suatu periode

pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.

Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke

pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok pemberi data. Dalam diskusi

kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau

ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi

data diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai

bukti bahwa peneliti talah melakukan memberchek.

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian,

sehingga informasi yang ada mendapatkan pembenaran dari subjek penelitian.

Tahap member chek ini meliputi kegiatan:

a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari tahap eksplorasi

b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing responden

untuk diperiksa ulang kebenarannya.

3. Expert Opinion

Mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dilapangan kepada para ahli

yang mempunyai spesialisasi di bidangnya, termasuk dengan pembimbing dalam

penelitian ini. Untuk memperoleh arahan dan berbagaia masukan sehingga

validasi data penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan serta rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan untuk

menjadi bahan pertimbangan serta dapat dipergunakan terutama di sekolah pada tempat

peneliti melakukan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Hasil wawancara dengan guru sejarah bahwa, masalah guru dalam

merencanakan pembelajaran sejarah di MAN Tolitoli, tidak menemui kendala yang

besar. Dalam merencanakan pembelajaran sejarah lokal guru sejarah tetap mengacu

pada kurikulum 2006, ditambahkan pula bahwa untuk mengkolaborasikan sejarah lokal

dengan sejarah Nasional harus menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan

menyesuaikan setiap Standar Kompotensi, Kompotensi Dasar dan Indikator setiap

pembahasan. Selanjutnya guru juga menegaskan kendala yang dihadapi guru dalam

merencanakan antara sejarah lokal dan sejarah Nasional hanya pada masalah alokasi

waktu yang terbatas.

Guru sejarah dalam mengaitkan pembelajaran sejarah nasional ke sejarah lokal

dalam hal ini tokoh pergerakan La’Noni masih kurang maksimal, hal ini disebabkan

keterbatasan guru dalam menggali dan mencari informasi tentang tokoh-tokoh pejuang

yang ada di daerahnya. Ditambahkan lagi untuk mengaitkan peranan tokoh-tokoh lokal

dengan tokoh nasional selanjutnya membandingkan dan mencari persamaan dari

(43)

Dalam rumusan masalah ketiga berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

tentang pengembangan pembelajaran sejarah lokal dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran belum memenuhi kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006. Guru

sejarah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus memasukkan

indikator materi sejarah lokal. Selanjutnya dalam pengaplikasiannya guru sejarah

kurang kreatif dalam memadukan materi sejarah nasional kedalam sejarah lokal.

Tentunya hal ini masih jauh dari apa yang ingin dicapai.

B. Saran-saran

Rekomendasi ini di sampaikan pada guru, khusus guru sejarah terutama di

sekolah tempat peneliti melakukan penelitian dan secara umum di guru sejarah yang

mengabdi di kabupaten Tolitoli, agar dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk

mencari informasi sebanyak-banyaknya yang menyangkut dengan sumber sejarah lokal,

guna untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan pembelajaran sejarah

nasional termasuk sejarah lokal. Dengan kompotensi guru yang dapat merancang

skenario model pembelajaran yang bisa mengintegrasikan muatan-muatan sejarah lokal

ke dalam sejarah nasional, serta dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal

dalam pembelajaran agar tercapai suatu pelajaran yang bermakna. Sehingga siswa

mampu memahami makna dari pada terbentuknya sebuah suku bangsa yang

terpisah-pisah kemudian dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan pada dirinya, Dengan

memanfaatkan berbagai model serta pendekatan serta menggunakan berbagai alat bantu

(44)
(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah.Bandung: Satya Historika

________(Ed). (1990). Sejarah lokal di Indonesia.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Al Mucthar, Suwarma.(1996). Strategi Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Upaya peningkatan Mutu Pendidikan IPS pada FPIPS IKIP Bandung.

Alfian, Ibrahim. (1983). Sebuah cacatan Bagaimana Lokalnya sejarah lokal.Dalam Panel Sejarah Lokal.Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,depdikbud.

Anderson, Benedict (1983: 15) Imagined Communities. Komunitas-komunitas terbayang. Yogyakarta: Penerbit. INSIST, Blimbing Sari CT IV/83.

Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta

Budhisantoso. (1982/83). ”Etnohistori sebagai Pendekatan sejarah di Indonesia”. Paper dalam Seminar Sejarah Nasional 111 (Panel Etnohistori). Jakarta: Proyek IDSN, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud.

Cres Well, W. Jhon, (1998). Rearch desing Qualitative and Quantitative Approache. London : Sage Publication.

Guba, G.E. Dan Lincon, S. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage Publication

Hasan, S. Hamid. ( 2008 ). Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT.Rosdakarya

_______ (2004). Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah lokal. Makalah pada seminar Nasional kurikulum Berbasis kompetensi. Bandung: UPI.

________ (1999). Pendidikan Sejarah untuk membangun manusia baru indonesia. Mimbar pendidikan, 2/XIII, 4-11

Ibrahim, R dan Syaodih S.Nana (2003). Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kartodirjo, Sartono.(1993). Pendekatan ilmu Sosial Dalam metodologi seajarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(46)

Kuntoyowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah. (Historical Explanation). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Milles, Huberman (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.Universitas Indonesia: UI-Press

Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa.E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksra

Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rahmawati,Tien. (2006). ”Integrasi Pembelajaran Sejarah Lokal ke dalam Sejarah Nasional Untik Menumbuhkan Sikap Menghargai Sejarah dan Pejuang Indragiri Hilir Riau”. Tesis pada Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saodah, Tati. (2008). ”Internalisasi Konsep Nilai-nilai Hukum dalam Pendidikan Umum melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan. Tesis pada Sps.UPI Bandung: Tidak di terbitkan”

Nurhayati Nainggolan.(1981/1982). Sejarah Pendidikan Sulawesi Tengah. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah,Palu

--- .(1982/1983). Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional,Sulawesi Tengah.

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, (1997). Sejarah Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Penertbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Jakarta.

Sjamsuddin, Helius. (2001). Metologi Sejarah. Jakrta: depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

_______. (2007). Metologi Sejarah. Jakarta: DEPDIKDUD. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

(47)

Soedijarto. (1998 ). Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta: Depdikbud.

Soedjatmoko.(1976). Kesadaran Sejarah dan Pembangunan” dalam prisma (Penerbit kusus) No.7 tahun V. Jakarta: LP3ES

Sudarmadji Tjoek. (1983), Mengenal Buol Tolitoli, Pemerintah Daerah Tingkat II Buol Tolitoli.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,dan R&D.Bandung: Alfabeta.

________ (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukardi, Tanto. ( 2007), ”Perubahan Sosial di Banyumas (1830-1900): Aplikasi Pembelajaran Nilai-nilai Sejarah dalam Kerangka Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung tidak diterbitkan.

_______.(2008). Sejarah Sebuah Penilaian. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS. UPI

Sumantri, Endang. (2008). Seabad Kebangkitan Nasional: Revitalisasi dan Reaktualisasi Keangkitan Nasional Menuju indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera. Bandung: CV. YASINDA MULTI ASPEK bekerja sama dengan Pusat Kajian Wawasan Kebangsaan UPI.

Supardan, Dadang. (2000). ”Kreativitas guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Deskriptif-Analitis terhadap guru dan Implementasinya untuk pogram pengembangan kreativitas guru sejarah Sekolah Menengah Umum di Kabupaten Bandung)”. Tesis pada Sps. UPI Bandung: tidak diterbitkan

_______ (2004). Pembelajaran sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan perspektif sejarah Lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa.Disertasi doctor pada Sps. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

_______(2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Supriatna dan Wiyanarti, (2008). Sejarah dalam keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

(48)

Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Rinika Cipta.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Widja, I Gede. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.Bandung: Angkasa.

________ (1998). Sejarah Lokal Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

________ (1991). Menuju Wajah Baru Pendidikan. Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama

Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional dan Global.Bandung: Historia Uatama Press.

Zainul, Asnawi. (2004). Penerapan Assesmen Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Lokal. Dalam Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah, No, 5, Vol.V. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Referensi

Dokumen terkait

Jika kelima manfaat tersebut disadari dan dilaksanakan oleh bangsa Indonesia, niscaya tidak akan ada perselisihan yang menimbulkan perpecahan yang didasarkan pada perbedaan

This thesis is research about Grammatical Cohesion in Stephenie Meyer’s novel TheSecond Life of Bree Tanner by using discourse analysis approach.The purpose of

Irlinda Manggar Anugrahani. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

Mengolah limbah padat oil s ludge dengan menstabilkan kandungan logam berat yang terkandung dalam oil sludge menjadi material pencampur keramik sehingga dapat

Presentasi kedua dilakukan oleh Kie Tan dari Task Force Energy yang menjelaskan mengenai Desa emas dimana pembangunan energy dengan melakukan pembangkit energy tenaga surya,

Perkembangan pola pikir manusia di Barat sejak renaisans hingga hari ini, agama Kristen dan juga dalam beberapa hal agama Yahudi di Barat, setelah terlibat dalam

Dari hasil perhitungan persamaan diatas menunjukan koefisien daya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendekatan pengalaman anak dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar dan