• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU ALAMIAH DASAR

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA DAN

DUNIA ISLAM

Disusun o

l

e

h

Ahmad Zaman Huri

Pembimbing : Febrina Arfi, S.Si., M.Si.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

(2)

A. Pendahuluan

Manusia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti halnya hewan dan tumbuhan, itu disebabkan karena ciri khas yang hanya ada pada manusia saja, yaitu “akal”. Dengan akal, manusia bisaberfikir akan hal yang baik atau buruk dan menyadari bahwa segala yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, maka muncullah dalam diri manusia itu kesadaran untuk tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Ini disebut dengan naluri beragama.

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, satu-satunya makhluk yang dibekali akal fikiran oleh Allah SWT yang kemudian diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan yang terkumpul semakin banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya. Hal ini tidak hanya meliputi tentang kebutuhan praktis hidupnya sehari-hari tetapi juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan dan seni.

Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, lalu semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya tukar-menukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki masing-masing.

(3)

B. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa

Perkembangan pola piker manusia di Eropa ini mulai pada masa abad permulaan ke-14. Di Eropa mulai berkembang dalam ilmu pengetahuan sejak zaman itu dan sampai sekarang Eropa masih menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan bagi umat manusia umumnya. Permulaan perkembangan itu dipelopori oleh Roger Bacon (1214-1240) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan juga penelitian.1

Tokoh-tokoh lain yang juga berperan sebagai pelopor di Eropa yaitu Copernicus, Tico Beoche, Kepper, dan Galileo. Mereka juga mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pengalaman. Perkembangan menjadi sangat pesat setelah di tulisnya buku “Novum Organum” oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dengan menguraikan metode yaitu semua itu di dasarkan pada :

1. Pengamatan dan pengalaman

2. Pengumpulan data yang secara sistematis

3. Analisis, ada 3 jenis pembagian dari metode ini :

a. Langsung

b. Perbandingan

c. Matematis

Sejarah keilmuan di Eropa lebih berkembang mulai abad 14 dan 15 melalui ekspedisi-ekspedisi besar, seperti vasco de Gama ke India Timur, dan Christopher Colombus ke India Barat, dan mesin cetak ditemukan oleh Johann Gutenberg. Para tokoh filsafat seperti Francis Bacon, Descartes, Lavoiser, Muller, Darwin, Koch, Pasteur, Galileo, Kepler dan kawan-kawan mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia.2

(4)

Di abad pertengahan, banyak orang Yahudi yang mempelajari karangannya kemudian menyalinnya ke dalam bahasa ibrani yang salinannya masih tersimpan di perpustakaan-perpustakaan Eropa hingga sasat ini.

C. Perkembangan Pola pikir Manusia Dalam Dunia Islam

Perkembangan pemikiran Islam telah tumbuh jauh sejak abad ke-2 H atau abad ke-8 M. Sejak masa Nabi Muhammad SAW, benih-benih pertumbuhan pemikiran Islam telah ada hingga pada masa Khulafah Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal pada abad ke-3 H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (260 H), yang dianggap sebagai filusuf Islam pertama.3

Sejarah peradaban Islam mengenal empat disiplin keilmuan, yaitu kalam, fiqih, tasawuf dan falsafah. Ilmu kalam dalam pembahasannya diarahkan pada segi ketuhanan berserta eksisten-Nya. Ilmu fiqih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum sehingga tekanan orientasinya mengenai hal-hal yang dzahiriah. Ilmu tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan keagamaan yang bersifat pribadi, mengenai hal-hal batiniah. Adapun filsafat membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang kehidupan dan lingkungan secara luas.4

Kemajuan yang pesat dalam hal pemikiran, memunculkan konflik baru, dimana adanya gejala penekanan yang berlebihan dalam salah satu bidang disiplin ilmu. Muncul klaim-klaim kebeneran di kalangan pengikut disiplin ilmu tertentu. Bahkan, menurut Al-Ghazali, mereka mengklaim disiplin ilmunya sebagai ilmu yang hukumnya fardhu/wajib untuk dipelajari umat Islam. Penekanan tersebut menyebabkan berkurangnya pandangan tentang ketentuan dan keutuhan kebenaran.

Pemikiran ilmiah manusia terus berkembang. Banyak orang Arab yang mempelajari filsafat sekaligus ilmu alam, misalnya kedokteran, kimia, fisika dan matematika. Salah satunya

Al Harits bin Kaldah yang belajar ilmu kedokteran di Jundisabur, Persia. Ia adalah dokter yang menjadi rujukan kesehatan Nabi saat Sa’ad bi Abi Waqqash sakit. Dari perguruan Jundisabur tersebut, telah lahir sejumlah pemikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolomeus,

3 Paryono, Joko, dkk

(5)

dan lain lain yang telah berhasi meletakkan dasar dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak, ilmu kedokteran, kimia, fisika dan Matematika.5

D. Proses Perkembangan Pola Pikir Di Dunia Islam

Dalam perkembangan pola pikir di dunia Islam, terdapat masa dimana para dianggap berjasa karena telah membawa Ibn Bakhtyashu, seorang tabib yang berkecimpung dalam kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, ke kota Baghdad. Al-Mansyur juga meminta bantuan kepada Ibnu Batriq, salah satu dari para penerjemah yang menjadi pionir dalam penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, dan terkenal karena penerjemahannya terhadap banyak karya Galen dan Hippocrate s. Al Mansyur berhasil membangun kota Baghdad yang kemudian menjadi mercusuar di Timur dan menjadi jantung peradaban Islam dalam waktu kurun yang sangat panjang. Kota Baghdad yang ia dirikan mampu menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan.6

Kaum Muslimin mengenal banyak macam ilmu pengetahuan sejak zaman pertengahan kerajaan Bani Umayyah, diawali dengan diterjemahkannya ilmu kedokteran oleh Warwan bin Al Hakam (64-65 H) dan kemudian dilanjutkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia menginginkan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, dikeluarkan dari perpustakaan uhntuk dipelajari dan dikembangkan oleh para muslimin. Sejak saat itulah berbagai cabang ilmu pengetahuan sedikit-sedikit mulai diserap oleh dunia Islam. Dan pada puncaknya pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah, penerjemahan dari buku-buku Yunani Sangat gencar dilakukan karena para Khalifahnya pun turut membantu dan mendukung upaya tersebut sehingga dapat menghasilkan

5 Paryono, Joko, dkk

(6)

gerakan penerjemahan paling besar dalam sejarah, sampai-sampai zaman tersebut dikenal dengan Zaman Penerjemahan.

Gerakan penerjemahan berlangsung terus sejak abad ke 3 Hijriyah. Beberapa jenis buku diterjemahkan lebih dari satu kali. Jika terjemahan pertama dinilai kurang baik karena lebih bersifat harfiah dan kurang mengutamakn makna, maka buku yang telah diterjemahkan itu diulang kembali penerjemahannya. Dengan cara itu, maka sebagian besar pusaka pemikiran asing selesai diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan sempurna.

Masa penerjemahan ( The age of Translation) yang berlangsung hampir 150 tahun (750-900 M), merupakan masa bagi berlangsungnya kreatifitas murni dan pengaruh intelektual muslim. Dan secara garis besar ada dua periode penerjemah pada masa Abbasiyah.7

Banyak buku-buku ilmiah yang muncul pada masa dulu membuat para ilmuan maupun masyarakat merasa tertarik untuk mempelajarinya semua. Pembahasan dalam buku-buku tersebut juga terdapat perbdaan pembahasan yang bisa dipilih langsung oleh para peminat bidang di masa itu. Diantara buku buku ilmiah adalah tentang aritmatik dan ilmu geometri. Orang arab menaruh perhatian pada buku yang mereka sebut dengan Al Ushul karangan Euclide, ahli ilmu geometri yang hiudup pada abad ke 3 sebelum masehi. Di kota Iskandariyah di zaman Ptolomeus I, ia menulis sebuah buku yang dibagi kedalam 13 makalah. 6 makalah pertama mengenai geometri, makalah ke-7 hingga ke-10 mengenai aritmatika. Buku yang ditulisnya itu tetap menjadi pegangan bagi opera ahli matematika dikalangan perguruan di Iskandariyah. Dan ketika datang zaman Islam, buku tersebut diterjemahkan dan diuraikan lebih dalam oleh para filsuf muslim. Bukan hanya tentang angka, namun juga banyak buku-buku ilmiah yang ada tentang hal lainnya, seperti ilmu kedokteran, ilmu falak, dan lain-lain.

Ibnu Sina, ilmuwan kesehatan islam itu juga banyak membuat karangan dalam mengartikan masalah pola pikir atau proses perkembangan pemikiran dari setiap individu dengan menjelaskan maksud dari arti “hikmah”. Tampak jelas bahwa Ibnu Sina mengikuti jejak Aristoteles dan para ahli urai filsafat Aristoteles dari perguruan Iskandariyah sebelum membagi bagi ilmu, Akan tetapi Ibnu Sina berbeda pendapat secara esensial dengan Aristoteles dalam ilmu semantik. Aristoteles memasukkan pengetahuan turunnya wahyu Ilahi sebagai salah satu cabang

(7)

dari ilmu Ilahiyat atau matafisiska, sedangkan Ibnu Sina memasukkannya kedalam ilmu keagamaan, bukan ilmu filsafat.8

Selain Ibnu Sina, Khawarizmi lebih tegas lagi dalam menetukan pembagian jenis ilmu pengetahuan, ia memisahkan ilmu keagamaan dari ilmu keduniaan dan filsafat yang disebutnya dengan ilmu pengetahuan ‘Ajam. Demikian pula sikap Al Farabi dalam bukunya yang berjudul

Ishlahul ‘Ulum. Ibnu Khaldun juga mengikuti jejak tersebut dalam buku Muqaddimahnya dan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian besar,: ‘ilmu ‘Aqli, hikmah dan fisafat dan ilmu naqly, ilmu syariat dan agama.9

Diantara berbagai aliran filsafat yang ada, Aristoteles adalah filosof yang karyanya paling banyak diterjemahkan dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemikiran Islam yang filsafatnya terkenal dengan sebutan Massya’iyyah di kalangan orang Arab. Massyaiyyah berasal dari dua kata Ma sya ya artinya berjalan, karena Aristoteles selalu mengajar murid muridnya sambil berjalan-jalan.10

Buku Aristoteles tentang semantik ada enam buah:

1. AL Muqawwalat atau Catgegorias

Orang orang Arab mengenal buku buku Aristoteles dengan judul aslinya, judul tersebut masih tetap hingga zaman kita dewasa ini. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran orang orang Yunani terhadap pemikiran Arab. Ini tidak mengherankan karena orang orang Arab dalam kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat telah mengambil dari mana saja dan telah menerjemahkan berbagai jenis peradaban.

E. Penutup

8 Abdullah Aly 9 Ibid

(8)

Perkembangan ilmu pengetahuan yang berawal dari zaman purba hingga pemikiran ilmiah zaman modern yang serba canggih ini telah menjadikan manusia memperoleh kejayaan. Perkembangan pola pikir manusia di Barat sejak renaisans hingga hari ini, agama Kristen dan juga dalam beberapa hal agama Yahudi di Barat, setelah terlibat dalam pertempuran terus-menerus melawan berbagai ideologi, filsafat, lembaga dan praktek yang bersifat sekuler dan yang menentang otoritas agama dan kenyataan hal itu sangat valid serta terlegitimasi.Saat ini peran agama di Barat sangat berbeda dibandingkan perannya dalam dunia Islam. Seluruh masyarakat Barat mengklaim dirinya sekuler dan memberlakukan hukum bukan dari agama tetapi dari pemungutan suara setidaknya di negara-negara demokrasi.

Peradaban islam yang menyebar sangat luas dari Atlantik ke Pasifik dan mencakup banyak kelompok etnis termasuk Arab, Persia, Indo-Pakistan, Malaysia Cina, Afrika, dan lain-lain. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan Islam pada saat dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peran penerjemahan yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim. Penerjemahan telah terbukti menjadi sesuatu yang memainkan peranan utama. Aktivitas penerjemahan memungkinkan suatu kebudayaan dapat mempelajari kebudayaan lainnya dan hasil yang diperoleh melalui penerjemahan ini lebih menakjubkan dari pada kemenangan dan penguasaan wilayah-wilayah lain. Sebagaimana proses penerjemahan telah membawa Islam ke puncak kepemimpinan budaya dan peradaban, maka proses penerjemahan itu pula yang telah membangunkan eropa dari tidur panjangnya dan membawa dunia barat meraih kemajuannya, yaitu ditandai dengan masa renaissance.

(9)

Aly, Abdullah. dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Herabudin. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Paryono, Joko. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, Pustaka Setia, 1998.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pikir mahasiswa kelas VE Pendidikan Matematika FKIP UMS dalam menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial ditinjau dari

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pola pikir mahasiswa dalam menyelesaikan

Adapun yang menjadi faktor perubahan pola pikir kehidupan sosial yaitu adanya kontak dengan masyarakat Kajang Luar yang sudah terkontaminasi dengan perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa perubahan pola pikir masyarakat di desa Pulau Lemukutan dengan literasi ekonomi, bahwa dengan tingkat

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pola pikir masyarakat nelayan terhadap pendidikan di Desa Panimbawang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten

Pada abad Islam ketiga belas di Mesir, sejumlah pemikir keagamaan muncul, yang paling penting di antaranya adalah Jamal Al-Din Al- Afghani dan Muhammad ‘Abduh,

Hasil penelitian mencakup tiga hal, yakni gejala bahasa Sunda sebagai cerminan pola pikir, sitem kognitif bahasa Sunda, dan cara berpikir orang Sunda dalam

Pola pembinaan pendidikan agama Islam di keluarga dalam mengembangkan kesalehan sosial anak dari orang tua adalah dengan penanaman karakter sejak kecil pada anak, meningkatkan