PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN
RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN
(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
DEVY SWASTI ARGYARINI 0806897
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN
RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN
(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi)
Oleh
Devy Swasti Argyarini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Devy Swasti Argyarini 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
DEVY SWASTI ARGYARINI
PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA
PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN
(
Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 19611109 198703 1 001
Pembimbing II
Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si NIP. 19710614 199802 1 002
Diketahui Oleh
Ketua Jurusan PLS FIP UPI
ABSTRAK
DEVY SWASTI ARGYARINI, Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin (Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).
Penelitian ini mengkaji tentang peran yang dilakukan pengelola LPM
Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kepala keluarga yang belum memiliki rumah layak huni dan mayoritas masyarakat tersebut bermata pencaharian buruh dan pedagang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada program pembangunan rumah layak huni melalui: 1) kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni, 2) strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, 3) langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, dan 4) faktor pendukung dan penghambat dialami oleh pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.
Konsep dan teori yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat, partisipasi masyarakat, pembangunan rumah layak huni, dan PLS sebagai pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa angket diberikan kepada 20 orang sasaran, wawancara dilakukan kepada tiga orang, observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kondisi objektif LPM sudah memenuhi kelengkapan administrasi yang cukup baik, hanya visi misi yang belum lengkap. Strategi pengelola LPM adalah menciptakan suasana partisipasi melalui kepercayaan masyarakat untuk terlibat dalam program serta pelibatan perangkat masyarakat.untuk itu dibuat kontrak kerja agar sumber daya manusia dapat bekerja lebih efektif. Langkah-langkah pengelola LPM dilakukan melalui: 1) perencanaan yaitu peran edukasional pengelola LPM melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban dalam pelaksanaan program dan pelibatan dalam segala aspek kebutuhan program, 2) pelaksanaan yaitu peran fasilitatif pengelola LPM dengan memotivasi masyarakat untuk mencari dana tambahan merenovasi rumah dan keterlibatan organisasi sosial sebagai wadah pemeliharaan program, dan 3) evaluasi yaitu peran pengelola LPM melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat sehingga terlihat masyarakat yang sudah dan belum siap menerima bantuan program. Faktor pendukung pengelola LPM berasal dari SDM pengelola LPM dan kerja sama dengan
networking yang sudah lama terjalin. Faktor penghambat berasal dari
ABSTRACT
DEVY SWASTI ARGYARINI, The role of Manager Institute for Community Empowerment (LPM) in Improving Public Participation in the Development of Livable Home for the Poor (Studies in Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).
This study examines the role that made Setiamanah LPM managers in increasing public participation in an effort to create livable homes targeting the poor. This is because there are many families who do not have appropriate housing and the majority of the community livelihood of workers and traders. The purpose of this study was to obtain data and information to improve community participation in development programs appropriate housing through: 1) objective conditions LPM Sub Setiamanah development programs appropriate housing, 2) LPM management strategies to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, 3) LPM management measures to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, and 4) supporting factors and obstacles experienced by LPM manager to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor.
Concepts and theories used is community empowerment, community organizations, community participation, livable housing, and PLS as a community empowerment approach.
The method used in this study is a qualitative method. Data collection techniques such as questionnaires given to 20 people targeted, interviews were conducted at three people, observation, documentation studies, and literature study.
Daftar Isi 6. Peran Pelaku Perubahan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat…
B. Organisasi Masyarakat
3. Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan Rumah Layak Huni …
E. PLS Sebagai Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ………
B. Subjek Penelitian ……….
C. Definisi Operasional ………
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………..
E. Langkah-langkah Pengumpulan Data ……….
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak dan Luas ………..
2. Keadaan Penduduk ………
B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program
Pembangunan Rumah Layak Huni ……….
2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat
Miskin ……….
3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi
Masyarakat Miskin ……….
4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….
C. Pembahasan
1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program
Pembangunan Rumah Layak Huni ……….
2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat
Miskin ……….
3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi
Masyarakat Miskin ……….
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelola LPM dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Daftar Tabel
Tabel Halaman
4.1 Pendidikan Masyarakat ………. 71
4.2 Kemiskinan ……… 72
4.3 Mata pencaharian ………... 72
4.4 Latar Belakang Responden yang di Wawancarai …….. 74
4.5 Latar belakang Responden yang Mengisi Angket ……. 74
4.6 Kelengkapan Dokumentasi ……… 84
4.7 Strategi Pengelola LPM Melalui Sumber-Sumber …… 85
4.8 Waktu untuk Merenovasi Rumah ……….. 87
4.9 Jumlah masyarakat yang terlibat dalam proses pembangunan ……… 88
4.10 Strategi Pengelola Melalui Pengetahuan dan Pemahaman ………... 89
4.11 Strategi Pengelola Melalui Tujuan dan Kebutuhan yang Terasa ………... 91
4.12 Strategi Pengelola Melalui Nilai-Nilai ……….. 94
4.13 Strategi Pengelola Melalui Posisi dan Peran ………… 96
4.14 Peran Fasilitatif Melalui Animasi Sosial ……….. 98
4.15 Peran Fasilitatif Melalui Mediasi dan Negosiasi ……... 100
4.16 Peran Fasilitatif Melalui Pemberi Dukungan ………... 102
4.17 Peran Fasilitatif Melalui Pembentukan Konsensus …... 103
4.18 Pengambilan Keputusan ……… 104
4.19 Peran Fasilitatif Melalui Fasilitasi Kelompok ………... 106
4.20 Peran Fasilitatif Melalui Pemanfaatan Sumber Daya dan Keterampilan ……….. 108
4.21 Peran Fasilitatif Melalui Mengorganisasi ……….. 109
4.22 Peran Edukasional Melalui Kesadaran Masyarakat ….. 111
4.23 Peran Edukasional Melalui Penyampaian Informasi …. 113 4.24 Bentuk Evaluasi ……… 115
4.25 Waktu Evaluasi ………. 116
4.26 Keterlibatan Masyarakat ………... 117
4.27 Bentuk Keterlibatan Masyarakat ……….. 118
4.28 Pendekatan Pembinaan ………. 120
4.29 Frekuensi Evaluasi ……… 122
4.30 Hasil Evaluasi ………... 123
4.31 Jumlah Pengelola ………... 125
4.32 Latar Belakang Pendidikan ……….. 126
4.33 Kompetensi Pengelola ……….. 127
4.34 Motivasi Pengelola ………... 128
4.35 Dana ………. 129
Daftar Bagan
Bagan Halaman
4.1 Susunan Pengurus LPM Kelurahan Setiamanah Masa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih
dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara
Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan
masalah kemiskinan, akan tetapi hasilnya belum optimal. Menurut BPS (2012)
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang
(11,96%), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 8,78% dan
penduduk miskin di daerah perdesaan sebanyak 15,12%. Kondisi inilah yang
masih menjadi “pekerjaan rumah” yang masih harus diselesaikan oleh bangsa
Indonesia yang telah berusia 67 tahun sejak kemerdekaannya.
Salah satu tanda kemiskinan adalah kondisi pemukiman yang belum
terpenuhi dengan baik. Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan
masyarakat. Data dari Menteri Perumahan Rakyat (2012) jumlah masyarakat
miskin Indonesia mencapai angka 30,02 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak
13,6 juta kepala keluarga (KK) tidak memiliki rumah yang layak huni. Rumah
bukan hanya sebuah bangunan struktural, tetapi tempat kediaman yang harus
memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dari berbagai aspek kehidupan,
seperti sanitasi, kamar mandi, pencahayaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, rumah
layak huni akan membawa kenyamanan dalam hidup seseorang. Sebaliknya,
tempat tinggal yang tidak layak akan membawa permasalahan baru yang akan
berdampak negatif pada aspek kehidupan lainnya. Undang-undang nomor 11
Tahun 2011 menyebutkan:
Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.
Pendidikan Non Formal sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional
memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Non
Formal berperan dalam membawa perubahan menuju perubahan yang lebih baik
karena manusia adalah subjek pembangunan yang sebenarnya. Oleh karena itu,
Pendidikan Non Formal memberikan layanan khusus yang berbeda dengan
Pendidikan Formal dan Pendidikan Informal. Sebagaimana Sudjana (2010:1)
menyatakan:
Pendidikan Non Formal adalah setiap usaha yang dilakukan dengan sadar, sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.
Setiap program yang akan dilaksanakan harus berdasarkan kebutuhan
sehingga program tersebut tepat sasaran. Kebutuhan manusia yang semakin hari
semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman mengakibatkan tidak
semuanya bisa terpenuhi. Dengan keterbatasan yang dimilikinya menyebabkan
perlunya pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan apa yang terlebih dahulu
merupakan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai
kebutuhan lainnya. Sudjana (2010:168) mengemukakan, “Upaya untuk memenuhi
kebutuhan perlu dimulai dari tingkat kebutuhan yang paling kuat, yaitu kebutuhan
dasar, karena terpenuhinya kebutuhan dasar ini menjadi tonggak awal bagi upaya
memenuhi kebutuhan selanjutnya”.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang dahulu bernama Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) merupakan salah satu lembaga
kemasyarakatan yang ada di tengah masyarakat. LPM dibentuk atas prakarsa
masyarakat melalui musyawarah sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah desa dan lurah dalam memberdayan masyarakat. Sebagaimana di atur
dalam Permendagri nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga
Kemasyarakatan, yaitu:
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LKMD atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, untuk selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.
LPM Setiamanah merupakan LPM yang berada di Kelurahan Setiamanah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Jumlah masyarakat miskin di Kelurahan
Setiamanah sebanyak 209 KK (keluarga prasejahtera) tercatat memiliki tempat
tinggal yang belum layak huni. Hal ini mengakibatkan harus adanya upaya yang
dilakukan oleh pengelola LPM untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu
upaya tersebut dengan cara membangun rumah layak huni untuk masyarakat
miskin. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 Tahun 2008
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya”.
Letak Kelurahan Setiamanah yang berada di alun-alun kota Cimahi membuat
pengelola LPM harus dapat merencanakan program pembangunan yang dapat
melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat
diharapkan akan tumbuh rasa tanggung jawab sehingga masyarakat tidak hanya
berperan sebagai penikmat, tetapi pelaku dan pelaksana pembangunan. Karena
masyarakat sendirilah yang mengetahui permasalahan, potensi, kebutuhan yang
ada di daerahnya. Hal ini menuntut pengelola LPM perlu strategi dalam
menciptakan iklim yang dapat mengikutsertakan masyarakat dalam proses
pembangunan rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Penciptaan iklim
tersebut perlu di tata oleh pengelola dalam perencanaan dan pelaksanaan program
yang pada akhirnya masyarakat dapat mengevaluasi sendiri atas apa yang telah
mereka kerjakan.
Keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam suatu program tidaklah mudah
apabila tidak adanya kesadaran akan tujuan dari kegiatan tersebut. Kondisi
masyarakat yang cenderung individualis, terutama untuk masyarakat yang terletak
di daerah perkotaan yang terdiri dari manusia yang bermacam-macam
lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, dan lain-lain membuat pengelola LPM
Kelurahan Setiamanah harus menjalankan perannya dalam menciptakan suasana
yang nyaman sehingga masyarakat dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan
yang mereka miliki tanpa adanya rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian
tentang “Peran Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan
Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. LPM Kelurahan Setiamanah berada di lokasi perkotaan, yakni alun-alun Kota
Cimahi, akan tetapi masih adanya masyarakat miskin sebanyak 209 (2,67%)
kepala keluarga (KK) yang tercatat menempati rumah tidak layak huni dari
7820 KK yang ada.
2. Mayoritas mata pencaharian masyarakat miskin tersebut adalah buruh (2,9%)
dan pedagang (1,46%) dari jumlah penduduk sebanyak 27.503 orang.
3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengelola LPM mengadakan
program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.
Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan di lokasi masyarakat miskin
sesuai dengan pendataan yang tersebar di 18 RT dan 81 RW di Kelurahan
Setiamanah. Sehingga pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap
sesuai skala prioritas yang dibuat pengelola LPM dengan memperhatikan
dana, letak rumah, jumlah anggota keluarga dan kondisi rumah yang akan
4. Adanya bantuan yang di terima pengelola LPM dan swadaya masyarakat baik
berupa uang tunai, barang, dan jasa untuk pelaksanaan pembangunan rumah
layak huni bagi masyarakat miskin.
5. Dengan banyaknya jumlah penduduk dan karakteristik yang
bermacam-macam menyebabkan pengelola LPM yang berjumlah 12 orang perlu upaya
dalam pelaksanakan program tersebut dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.
6. Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam suatu kegiatan. Hal ini
ditandai dengan kehadiran dalam rapat dan keikutsertaan mereka dalam
menyumbangkan baik berupa harta, tenaga, maupun pikiran sesuai dengan
tingkatan sosial mereka pada kegiatan pembangunan rumah sebelumnya.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, masalah penelitian dapat
disusun dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program
pembangunan rumah layak huni?
2. Bagaimana strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?
3. Bagaimana langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola
LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: “Bagaimana Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang:
1. Kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan
rumah layak huni.
2. Strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada
pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.
3. Langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.
4. Faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola LPM dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni
bagi masyarakat miskin.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas
pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dan juga berbagai pihak lainnya yang
terlibat pada program Pendidikan Luar Sekolah.
Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep,
selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga dapat
dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengelolaan program
pemberdayaan masyarakat.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk pengelola LPM
Kelurahan Setiamanah dalam meningkatkan dan mempertahankan partisipasi
masyarakat di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengan Kota
Cimahi pada keberlanjutan program pembangunan masyarakat selanjutnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam rangka melanjutkan penelitiannya, maka peneliti memberikan
gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang
diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang uraian lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk
menganalisis masalah yang akan digalinya secara sistematis untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2012:3) bahwa,
“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan kecenderungan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran secara mendalam tentang peran pengelola LPM Kelurahan
Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan
rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan
kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan tidak dapat diramalkan. Oleh karena
itu, peneliti berupaya menggali informasi berdasarkan kenyataan-kenyataan yang
ada dengan berinteraksi langsung dengan sasaran penelitian.
Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4) mendefinisikan, “Metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Miles dan Huberman (1992:1-2) mengemukakan:
Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan
dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Moleong (2010:9-10) mengenai metode kualiatif, yaitu:
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:21-22) adalah
sebagai berikut:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).
Sugiyono (2012:35-36) mengemukakan kapan metode kualitatif digunakan,
yaitu:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin
malah masih gelap.
Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif,
2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak.
Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan
dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai
makna tertentu.
3. Untuk memahami interaksi sosial.
Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan
penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta,
wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.
4. Memahami perasaan orang.
Perasaan orang sulit dimengerti kalau diteliti dengan metode kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi
berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.
5. Untuk mengembangkan teori.
Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang
dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapamgan.
6. Untuk memastikan kebenaran.
Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif,
melalui teknik penggumpulan data secara trianggulasi/gabungan, maka
kepastian data akan lebih terjamin.
7. Meneliti sejarah perkembangan.
Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada
pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan
Mengacu pada berbagai pendapat di atas, penelitian ini memusatkan pada
pada peran pengelola LPM, sebagai pihak yang menyelenggarakan program
pembangunan rumah layak huni dan pada masyarakat miskin sebagai sasaran
programnya sebagai unit yang diteliti untuk diketahui partisipasi mereka pada
program tersebut.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian
(Sugiyono, 2012:298). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai
dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu,
karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk
menjadi sumber data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa
persyaratan. Sebagaimana yang dikemukakan Faisal (Sugiyono, 2012:303),
sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Berdasarkan kriteria sumber data tersebut maka yang menjadi subjek
penelitian adalah kepala keluarga miskin di Kelurahan Setiamanah. Informan
dalam penelitian ini adalah tiga orang pengelola LPM yaitu Dewan Fasilitator
LPM, Ketua LPM, dan anggota LPM. Kepala keluarga miskin yang menjadi
sasaran dalam program tersebut sebanyak 10 orang yang akan diberikan angket.
Angket diberikan pula untuk 10 orang bukan penerima program.
C. Definisi Operasional
1. Peran terkait dengan fungsi yang harus dijalankan seseorang sesuai dengan
kedudukannya. Peran pengelola LPM dalam penelitian ini ditunjukkan
melalui peran fasilitatif, edukasional, dan evaluasi.
2. Pengelola LPM yang di maksud dalam penelitian ini yaitu pengurus LPM
Kelurahan Setiamanah periode 2009-2014.
3. Partisipasi dapat berupa harta, pikiran, maupun tenaga yang didasarkan
kepada kemampuan seseorang. Partisipasi dinilai penting dikarenakan
orang-orang dalam masyarakat seharusnya berpartisipasi aktif dalam
perubahan masyarakat (Cary, 1970:145). Partisipasi masyarakat dalam
masyarakat untuk memberikan kemampuan, yakni bantuan tenaga dan
penyediaan sarana untuk membantu pelaksanaan program tersebut.
4. Rumah layak huni merupakan tempat tinggal yang mencakup aspek
kesehatan, keselamatan, dan luas hunian.
5. Masyarakat miskin dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang
rumahnya berada di bawah standar kelayakan pada umumnya dengan
memenuhi syarat-syarat penerima bantuan sehingga berhak mendapatkan
bantuan program pembangunan rumah layak huni.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrumen penelitian.
Moleong (2010: 168) menyebutkan bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Jadi dalam hal
peneliti berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data (sumber
informasi) dalam suatu wawancara bebas dan mengamati situasi sosial dan
kegiatan.
Penelitian kualitatif menyiratkan pentingnya peneliti sebagai alat pengumpul
data. Sebagaimana Moleong (2010:9) kemukakan yaitu:
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama… Selain itu, hanya manusia
sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataannya dilapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian
diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010:157), “Sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain”. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Angket
Kartono (1996:217) menyebutkan:
Angket atau questionnaire ialah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek, untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis seperlunya.
Metode angket dapat digunakan sebagai pelengkap dalam metode kualitatif.
Sebagaimana Kartono kemukakan, “…Metode angket juga dipakai untuk
memperoleh informasi-informasi yang kualitatif”. Angket ditujukan untuk sasaran
melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai program
pembangunan rumah layak huni.
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan kategori
pertanyaan tertutup. Konstruksi item pilihan ganda dengan pertanyaan beragam
orang pada tanggal 15 Desember 2012 ketika pelaksanaan program pembangunan
rumah layak huni dilaksanakan.
2. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2012:317) mengemukakan, “Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menjadi narasumber
yang dapat dipercaya, yaitu Dewan Fasilitator LPM yang dijabat oleh Lurah
Kelurahan Setiamanah, Ketua LPM Setiamanah, dan Anggota LPM yang diwakili
oleh seksi pembangunan dan lingkungan hidup.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Sebagaimana
menurut Sugiyono (2012: 319) yaitu:
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan.
Peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada tiga orang responden
dengan pertanyaan yang sama. Dalam melakukan wawancara, peneliti dibantu alat
pengumpul data, yaitu buku catatan, kamera untuk memotret rumah masyarakat
miskin sebelum dan sesudah program pembangunan rumah layak huni, dan alat
perekam suara sehingga informasi-informasi penting dapat terkumpul sesuai
dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 November 2012
yaitu seksi pembangunan dan lingkungan hidup. Tanggal 20 Desember 2012
kepada ketua LPM.
3. Observasi
Kartono (1996:157) menyebutkan bahwa, “Observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan”. Di sini peneliti mencoba mengobservasi peran
pengelola LPM dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah dalam
pembangunan rumah layak huni.
Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Sebagaimana
Sugiyono (2012:310) kemukakan:
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh nara sumber, dan ikut merasakan suka dukanya.
Jenis observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif, yaitu peneliti
ikut melakukan apa yang dilakukan oleh responden, yaitu upaya pengelola LPM
selama proses pembangunan. Peneliti mencoba untuk mengobservasi hasil
wawancara dengan kenyataan pada pelaksanaan program yang dilaksanakan.
Observasi pada keluarga miskin yang mendapatkan bantuan dan masyarakat yang
ikut terlibat dalam pelaksanaan program dengan tujuan hasil angket dengan
pelaksanaan program yang mereka lakukan. Observasi dilakukan selama program
pembangunan dilaksanakan, yaitu pada tanggal 15 Desember 2012-29 Desember
4. Studi dokumentasi
Sugiyono (2012:329) menyebutkan bahwa “Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang’. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang diperlukan untuk
melengkapi data penelitian, yaitu dengan cara membaca, menelaah, mengkaji
berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Dokumentasi yang dikaji adalah dokumen LPM (sejarah
pembentukan, sarana prasarana yang dimiliki, dan lain-lain), foto-foto
pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni yang sebelumnya telah
dilakukan, surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan program.
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahapan secara garis besar
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1) tahap persiapan/pra lapangan, 2) tahap
pelaksanaan, dan 3) tahap pelaporan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahap awal dalam penelitian. Pada tahap ini
peneliti mula-mula melakukan:
a) Menyusun rancangan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berangkat
dan bisa diamati. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan
orang-orang/organisasi.
b) Memilih lapangan. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber
data. Pemilihan lapangan didasarkan pada rekomendasi pihak-pihak yang
berhubungan langsung dengan lapangan. Selain itu pemilihan lapangan juga
mempertimbangkan teori substantif dan rumusan masalah penelitian.
c) Mengurus perijinan. Mempersiapkan surat ijin dari lembaga terkait untuk
pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari lingkungan UPI sampai ke lembaga
pemerintahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.
d) Menjajaki dan menilai lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengenal unsur
lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat
mempersiapkan diri, mental, maupun fisik.
e) Memilih dan memanfaatkan informan. Informan dapat membantu peneliti
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
f) Menyiapkan perlengkapan penelitian. Peneliti sejauh mungkin menyiapkan
segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum memasuki
lapangan, seperti buku catatan, alat tulis, kamera foto, tape recorder, dan
lain-lain.
g) Persoalan etika dalam penelitian. Peneliti harus menghormati dan mematuhi
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti hendaknya
menyesuaikan diri dengan adat, kebiasaan, dan kebudayaan setempat.
Tahap ini merupakan tahap penggalian informasi data secara keseluruhan dan
mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subyek penelitian. Pada tahap ini
peneliti melakukan:
a) Memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri. Memahami latar
penelitian; latar terbuka; di mana secara terbuka orang berinteraksi sehingga
peneliti hanya mengamati, sedangkan latar tertutup di mana peneliti
berinteraksi secara langsung dengan subjek yang perlu diamati secara teliti
melalui wawancara secara mendalam.
b) Menyiapkan instrumen penelitian berdasarkan hasil pra lapangan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan informasi yang akan digali.
c) Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan sebagai sumber data untuk
dimintai informasinya. Yaitu wawancara dengan satu orang pengelola LPM,
satu orang Lurah, dan tiga orang masyarakat miskin sebagai sasaran program
pembangunan rumah layak huni dan mengobservasi sesuai dengan tujuan
penelitian.
3. Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti. Pada tahap ini
peneliti melakukan penyusunan data sehingga menjadi sebuah laporan penelitian
yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu, data perlu diolah terlebih dahulu
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan berasal dari hasil angket yang telah diisi
oleh responden yang berjumlah 20 orang, hasil wawancara kepada tiga orang
pengelola LPM, dan hasil observasi yang peneliti amati selama pembangunan
dilaksanakan.
Miles and Huberman (1992:21) mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam
analisis kualitatif. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian-penyajian ini meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan
bagan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang
mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari
penyajian-penyajian tersebut.
3. Kesimpulan (conclusion)/verifikasi.
Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak akan muncul sampai
pengumpulan data berakhir, tergantung besarnya kumpulan-kumpulan catatan
lapangan. Kesimpulan-kesimpulan juga diversifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan serta tukar pikiran.
Analisis data yang telah terkumpul melalui angket diolah dengan
pengolahan statistik deskriptif yaitu persentase dengan berbagai tafsiran.
Langkah-langkah yang ditempuhnya adalah sebagai berikut :
a. Membuat tabel dengan kolom alternatif jawaban, frekuensi dan
presentasinya.
b. Membuat frekuansi yang di observasi (f) dengan jalan menjumlahkan tally
dari setiap alternatif jawaban
c. Mencari frekuensi seluruhnya (n) dengan jalan menjumlahkan
frekuensi-frekuensi yang diobservasi dari setiap alternatif jawaban.
d. Mencari presentase dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = persentase jawaban
n = jumlah responden yang menjawab pertanyaan
100 % = Bilangan tetap
Setelah data diolah dengan formula diatas, untuk memudahkan penarikan
kesimpulan menggunakan penafsiran dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
0 % = Tak Seorangpun
1 % - 24 % = Sebagian Kecil
25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya
50 % = Setengahnya
51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya
75 % - 99 % = Sebagian besar
100 % = Seluruhnya
(Arikunto, 1998:115)
Dengan berpedoman kepada perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang
diperoleh dapat diketahui persentasenya, dan akan mempermudah menafsirkan
data dalam penelitian ini. Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi
data presentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya
dianalisa berdasarkan teori dan konsep maupun hasil temuan yang telah ada dan
relevan dengan penelitian ini.
G. Validitas Hasil Penelitian
Moleong (2010:324-343) mengungkapkan uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas internal), transferability
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Hal ini
mencakup:
a) Perpanjangan keikutsertaan. Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Kelikutsertaan terebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.
b) Ketekunan pengamatan. Hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
c) Triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Maksud dari teknik ini yaitu: 1) untuk
membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, 2)
diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik
e) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan
mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan pembanding.
f) Kecukupan referensial. Bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat
digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan
penafsiran data, seperti alat perekam.
g) Pengecekan anggota. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan
mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan
situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
2. Keteralihan (transfersiblity)
Generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua
konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada
sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Hal ini mencakup uraian
rinci (thick description). Keteralihan bergantung pada pengetahuan seorang
peneliti tentang konteks pengirim dan penerima. Dengan demikian peneliti
bertanggung jawab terhadap penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan
seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan
adanya pembandingan.
3. Kebergantungan (dependability)
Peninjauan dalam kualitatif memperhitungkan segalanya-galanya, yaitu yang
ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan.
data mentah, data yang direduksi dan hasil kajian, catatan tentang proses
penyelenggaraan, dan lain-lain.
4. Kepastian (conformability)
Pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa
atau banyak orang, barulah dikatakan objektif. Jika sesuatu itu objektif, berati
dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini dilakukan dengan teknik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diperoleh temuan-temuan penelitian yang berjudul “Peran Pengelola
LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi” maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan rumusan
masalah, yaitu:
1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program
Pembangunan Rumah Layak Huni
LPM Setiamanah sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat telah
memiliki dasar yang cukup jelas ke mana arah organisasi ini akan bergerak. Pengelola
yang berjumlah 13 orang berasal dari masyarakat setempat memiliki tanggung jawab
yang jelas dalam struktur kepengurusan yang telah dibuat. Hanya saja kelengkapan
administrasi perlu diperhatikan agar tidak menggangu kinerja organisasi.
Pada dasarnya LPM Kelurahan Setiamanah sudah melaksanakan program
pembangunan rumah layak huni dengan baik. Program yang dikembangkan
menggunakan konsep “ALADIN” yaitu atap, lantai, dan dinding yang diterapkan
cukup efektif untuk membuat sasaran merenovasi rumah mereka dengan tepat dan
terarah. Hal ini sesuai tujuan dari program tersebut, yaitu memberdayakan
2. Strategi yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat
Miskin.
Strategi pengelola LPM dalam program pembangunan rumah layak huni bagi
masyarakat miskin memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan selama program
berlangsung sejak tahun 2008. Keterlibatan perangkat masyarakat seperti ketua RT
dan RW dapat meyakinkan masyarakat bahwa program yang ditawarkan oleh
pengelola LPM adalah untuk kepentingan masyarakat. Keyakinan inilah yang
membuat masyarakat mau ikut terlibat karena memiliki rumah layak huni akan
menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya dan diperlukan upaya untuk mencapai
hal tersebut. Pengelola LPM berperan untuk mengefektifkan sumber- sumber yang
telah ada terutama sumber daya manusia dengan membuat kontrak kerja agar tidak
ada pihak yang merasa dirugikan.
3. Langkah-langkah yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi
Masyarakat Miskin
Langkah-langkah yang dilakukan pengelola LPM untuk meningkatkan
partisipasi di lihat dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan yang dilakukan oleh pengelola LPM terlihat dari peran edukasional.
evaluasi dilihat dari peran pengelola melakukan tindak lanjut untuk melihat
keberlangsungan pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni.
Pengelola LPM melakukan perencanaan yang bertujuan mendidik masyarakat
untuk merasakan kondisi orang lain dengan cara melibatkan mereka dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kesadaran masyarakat untuk menolong
sesama dijadikan strategi untuk pelaksanaan pembangunan program rumah layak huni
dengan informasi yang menekankan bahwa program tersebut dari, oleh, untuk
masyarakat.
Pelaksanaan program dijalankan pengelola LPM melalui peran fasilitatif. Peran
fasilitatif ini dijalankan dengan cara menstimuli masyarakat bahwa mereka harus
mencari dana tambahan sebagai antisipasi dana yang diberikan tidak cukup untuk
merenovasi rumah. Pengelola LPM melibatkan organisasi-organisasi sosial yang ada
untuk membantu mengorgansasi masyarakat. Keterlibatan mereka dapat membantu
masyarakat mencapai keputusan yang mereka ambil sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
Pendekatan evaluasi yang dilakukan secara tatap muka langsung dengan semua
yang terlibat dalam pelaksanaan progrram menghasilkan keputusan bahwa program
hanya akan diberikan kepada masyarakat yang sudah siap menerima program.
Dengan langkah tersebut masyarakat harus lebih bertanggung jawab karena
menciptakan rumah layak huni merupakan tanggung jawab bagi setiap penghuninya.
wilayahnya “ditunda”, akan tetapi inilah upaya pengelola LPM untuk
memberdayakan masyarakat.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dialami oleh Pengelola LPM
dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah
Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.
Faktor pendukung dan penghambat bagaikan sisi mata uang yang saling
berkaitan dalam suatu program. Untuk itu pengelola perlu mengetahui hal-hal apa
saja yang dapat mendukung dan menghambat keberlangsungan program tersebut
Faktor internal yang mendukung dalam pelaksanaan program terlihat dari
kompetensi, kualifikasi, dan motivasi pengelola LPM Setiamanah yang cukup
mendukung keberlangsungan program pembangunan rumah layak huni. Hal ini
dikarenakan internal pengelola LPM berasal dari masyarakat setempat. Sedangkan
faktor eksternal yang mendukung terlihat dari networking dan kemitraan yang selama
ini berjalan dengan pengelola LPM Setiamanah, yakni Dinas PU dan Kemenpera
sangat mendukung keberlangsungan program.
Faktor internal yang menghambat pelaksanaan program berasal dari dana
dikarenakan program ini sangat tergantung pada turunnya dana yang diberikan setiap
periodenya. Tidak ada dana menandakan program terhenti dan berlanjut pada
program lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang menghambat berasal dari
penerimaan masyarakat yang menjadi faktor penghambat yang paling dominan
Ketidaksiapan ini terlihat dari tidak adanya respon positif terhadap program yang
telah diberikan sebelumnya dan malah mengeluhkan atas sejumlah dana yang harus
mereka tanggung akibat keterbatasan dana. Oleh karena itu, ada wilayah yang
“ditunda” untuk mendapatkan bantuan program.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti mengemukakan beberapa
saran (rekomendasi). Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak pengelola LPM Setiamanah
Peneliti mengharapkan pihak pengelola LPM terus melakukan upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program
yang dikeluarkan. Selain itu, konflik di masyarakat harus dituntaskan dengan
baik agar program yang akan dilaksanakan selanjutnya tidak mengalami
pertentangan dari masyarakat lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini difokuskan pada upaya pengelola LPM untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakt
miskin. Untuk penelitian selanjutnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk
meneliti tentang persepsi masyarakat tentang program yang telah dilakukan oleh
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:
Adi, I, R. (2008). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________ (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara.
Cary, L. J. (1970). Community Development As A Process. Columbia: Missouri.
Fahrudin, A. (2000). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Faisal, S. (1981). Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional.
Ife, J dan Tesoriero, F. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi: Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartono, K. (1996). Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process: With
Case Studies From Indonesia and Thailand. Massachusetts USA: Center
For Internasional Education University of Massachusetts.
Miles dan Huberman. (1992). Analisis Dara Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rasyad, A dam Suparna, B. (2003). Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat. Malang: UM Press.
Roesmidi dan Risyanti, R. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Sastropoerto, S. (1986). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: PT Alumni.
Stewart, A.M. (1998). Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya
Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan
Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah
Production.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Sumber internet:
Ari. (2012, 24 April). Payah! 13,9 Juta KK di Indonesia Tak Punya Rumah Layak Huni. Lensa Indonesia [Online], halaman 1. Tesedia:
http://www.lensaindonesia.com/2012/04/24/payah-139-juta-kk-di-indonesia-tak-punya-rumah-layak-huni.html [5 Juli 2012]
Badan Pusat Statistik. (2012). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. Jakarta: BPS.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.