• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN :Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN :Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN

RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

DEVY SWASTI ARGYARINI 0806897

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN

RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi)

Oleh

Devy Swasti Argyarini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Devy Swasti Argyarini 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

DEVY SWASTI ARGYARINI

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)

DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA

PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(

Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 19611109 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si NIP. 19710614 199802 1 002

Diketahui Oleh

Ketua Jurusan PLS FIP UPI

(4)

ABSTRAK

DEVY SWASTI ARGYARINI, Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin (Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).

Penelitian ini mengkaji tentang peran yang dilakukan pengelola LPM

Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kepala keluarga yang belum memiliki rumah layak huni dan mayoritas masyarakat tersebut bermata pencaharian buruh dan pedagang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada program pembangunan rumah layak huni melalui: 1) kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni, 2) strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, 3) langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, dan 4) faktor pendukung dan penghambat dialami oleh pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

Konsep dan teori yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat, partisipasi masyarakat, pembangunan rumah layak huni, dan PLS sebagai pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa angket diberikan kepada 20 orang sasaran, wawancara dilakukan kepada tiga orang, observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kondisi objektif LPM sudah memenuhi kelengkapan administrasi yang cukup baik, hanya visi misi yang belum lengkap. Strategi pengelola LPM adalah menciptakan suasana partisipasi melalui kepercayaan masyarakat untuk terlibat dalam program serta pelibatan perangkat masyarakat.untuk itu dibuat kontrak kerja agar sumber daya manusia dapat bekerja lebih efektif. Langkah-langkah pengelola LPM dilakukan melalui: 1) perencanaan yaitu peran edukasional pengelola LPM melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban dalam pelaksanaan program dan pelibatan dalam segala aspek kebutuhan program, 2) pelaksanaan yaitu peran fasilitatif pengelola LPM dengan memotivasi masyarakat untuk mencari dana tambahan merenovasi rumah dan keterlibatan organisasi sosial sebagai wadah pemeliharaan program, dan 3) evaluasi yaitu peran pengelola LPM melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat sehingga terlihat masyarakat yang sudah dan belum siap menerima bantuan program. Faktor pendukung pengelola LPM berasal dari SDM pengelola LPM dan kerja sama dengan

networking yang sudah lama terjalin. Faktor penghambat berasal dari

(5)

ABSTRACT

DEVY SWASTI ARGYARINI, The role of Manager Institute for Community Empowerment (LPM) in Improving Public Participation in the Development of Livable Home for the Poor (Studies in Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).

This study examines the role that made Setiamanah LPM managers in increasing public participation in an effort to create livable homes targeting the poor. This is because there are many families who do not have appropriate housing and the majority of the community livelihood of workers and traders. The purpose of this study was to obtain data and information to improve community participation in development programs appropriate housing through: 1) objective conditions LPM Sub Setiamanah development programs appropriate housing, 2) LPM management strategies to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, 3) LPM management measures to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, and 4) supporting factors and obstacles experienced by LPM manager to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor.

Concepts and theories used is community empowerment, community organizations, community participation, livable housing, and PLS as a community empowerment approach.

The method used in this study is a qualitative method. Data collection techniques such as questionnaires given to 20 people targeted, interviews were conducted at three people, observation, documentation studies, and literature study.

(6)

Daftar Isi 6. Peran Pelaku Perubahan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat…

B. Organisasi Masyarakat

3. Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan Rumah Layak Huni …

E. PLS Sebagai Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ………..

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………

B. Subjek Penelitian ……….

C. Definisi Operasional ………

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………..

E. Langkah-langkah Pengumpulan Data ……….

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Luas ………..

2. Keadaan Penduduk ………

B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program

Pembangunan Rumah Layak Huni ……….

2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat

Miskin ……….

3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi

Masyarakat Miskin ……….

4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….

C. Pembahasan

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program

Pembangunan Rumah Layak Huni ……….

2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat

Miskin ……….

3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi

Masyarakat Miskin ……….

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelola LPM dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….

70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

Daftar Tabel

Tabel Halaman

4.1 Pendidikan Masyarakat ………. 71

4.2 Kemiskinan ……… 72

4.3 Mata pencaharian ………... 72

4.4 Latar Belakang Responden yang di Wawancarai …….. 74

4.5 Latar belakang Responden yang Mengisi Angket ……. 74

4.6 Kelengkapan Dokumentasi ……… 84

4.7 Strategi Pengelola LPM Melalui Sumber-Sumber …… 85

4.8 Waktu untuk Merenovasi Rumah ……….. 87

4.9 Jumlah masyarakat yang terlibat dalam proses pembangunan ……… 88

4.10 Strategi Pengelola Melalui Pengetahuan dan Pemahaman ………... 89

4.11 Strategi Pengelola Melalui Tujuan dan Kebutuhan yang Terasa ………... 91

4.12 Strategi Pengelola Melalui Nilai-Nilai ……….. 94

4.13 Strategi Pengelola Melalui Posisi dan Peran ………… 96

4.14 Peran Fasilitatif Melalui Animasi Sosial ……….. 98

4.15 Peran Fasilitatif Melalui Mediasi dan Negosiasi ……... 100

4.16 Peran Fasilitatif Melalui Pemberi Dukungan ………... 102

4.17 Peran Fasilitatif Melalui Pembentukan Konsensus …... 103

4.18 Pengambilan Keputusan ……… 104

4.19 Peran Fasilitatif Melalui Fasilitasi Kelompok ………... 106

4.20 Peran Fasilitatif Melalui Pemanfaatan Sumber Daya dan Keterampilan ……….. 108

4.21 Peran Fasilitatif Melalui Mengorganisasi ……….. 109

4.22 Peran Edukasional Melalui Kesadaran Masyarakat ….. 111

4.23 Peran Edukasional Melalui Penyampaian Informasi …. 113 4.24 Bentuk Evaluasi ……… 115

4.25 Waktu Evaluasi ………. 116

4.26 Keterlibatan Masyarakat ………... 117

4.27 Bentuk Keterlibatan Masyarakat ……….. 118

4.28 Pendekatan Pembinaan ………. 120

4.29 Frekuensi Evaluasi ……… 122

4.30 Hasil Evaluasi ………... 123

4.31 Jumlah Pengelola ………... 125

4.32 Latar Belakang Pendidikan ……….. 126

4.33 Kompetensi Pengelola ……….. 127

4.34 Motivasi Pengelola ………... 128

4.35 Dana ………. 129

(9)

Daftar Bagan

Bagan Halaman

4.1 Susunan Pengurus LPM Kelurahan Setiamanah Masa

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih

dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara

Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

masalah kemiskinan, akan tetapi hasilnya belum optimal. Menurut BPS (2012)

jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang

(11,96%), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 8,78% dan

penduduk miskin di daerah perdesaan sebanyak 15,12%. Kondisi inilah yang

masih menjadi “pekerjaan rumah” yang masih harus diselesaikan oleh bangsa

Indonesia yang telah berusia 67 tahun sejak kemerdekaannya.

Salah satu tanda kemiskinan adalah kondisi pemukiman yang belum

terpenuhi dengan baik. Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia

menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan

masyarakat. Data dari Menteri Perumahan Rakyat (2012) jumlah masyarakat

miskin Indonesia mencapai angka 30,02 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak

13,6 juta kepala keluarga (KK) tidak memiliki rumah yang layak huni. Rumah

bukan hanya sebuah bangunan struktural, tetapi tempat kediaman yang harus

memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dari berbagai aspek kehidupan,

seperti sanitasi, kamar mandi, pencahayaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, rumah

(11)

layak huni akan membawa kenyamanan dalam hidup seseorang. Sebaliknya,

tempat tinggal yang tidak layak akan membawa permasalahan baru yang akan

berdampak negatif pada aspek kehidupan lainnya. Undang-undang nomor 11

Tahun 2011 menyebutkan:

Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Pendidikan Non Formal sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional

memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Non

Formal berperan dalam membawa perubahan menuju perubahan yang lebih baik

karena manusia adalah subjek pembangunan yang sebenarnya. Oleh karena itu,

Pendidikan Non Formal memberikan layanan khusus yang berbeda dengan

Pendidikan Formal dan Pendidikan Informal. Sebagaimana Sudjana (2010:1)

menyatakan:

Pendidikan Non Formal adalah setiap usaha yang dilakukan dengan sadar, sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.

Setiap program yang akan dilaksanakan harus berdasarkan kebutuhan

sehingga program tersebut tepat sasaran. Kebutuhan manusia yang semakin hari

semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman mengakibatkan tidak

semuanya bisa terpenuhi. Dengan keterbatasan yang dimilikinya menyebabkan

perlunya pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan apa yang terlebih dahulu

(12)

merupakan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai

kebutuhan lainnya. Sudjana (2010:168) mengemukakan, “Upaya untuk memenuhi

kebutuhan perlu dimulai dari tingkat kebutuhan yang paling kuat, yaitu kebutuhan

dasar, karena terpenuhinya kebutuhan dasar ini menjadi tonggak awal bagi upaya

memenuhi kebutuhan selanjutnya”.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang dahulu bernama Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) merupakan salah satu lembaga

kemasyarakatan yang ada di tengah masyarakat. LPM dibentuk atas prakarsa

masyarakat melalui musyawarah sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra

pemerintah desa dan lurah dalam memberdayan masyarakat. Sebagaimana di atur

dalam Permendagri nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga

Kemasyarakatan, yaitu:

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LKMD atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, untuk selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

LPM Setiamanah merupakan LPM yang berada di Kelurahan Setiamanah

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Jumlah masyarakat miskin di Kelurahan

Setiamanah sebanyak 209 KK (keluarga prasejahtera) tercatat memiliki tempat

tinggal yang belum layak huni. Hal ini mengakibatkan harus adanya upaya yang

dilakukan oleh pengelola LPM untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu

upaya tersebut dengan cara membangun rumah layak huni untuk masyarakat

miskin. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 Tahun 2008

(13)

persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta

kesehatan penghuninya”.

Letak Kelurahan Setiamanah yang berada di alun-alun kota Cimahi membuat

pengelola LPM harus dapat merencanakan program pembangunan yang dapat

melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat

diharapkan akan tumbuh rasa tanggung jawab sehingga masyarakat tidak hanya

berperan sebagai penikmat, tetapi pelaku dan pelaksana pembangunan. Karena

masyarakat sendirilah yang mengetahui permasalahan, potensi, kebutuhan yang

ada di daerahnya. Hal ini menuntut pengelola LPM perlu strategi dalam

menciptakan iklim yang dapat mengikutsertakan masyarakat dalam proses

pembangunan rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Penciptaan iklim

tersebut perlu di tata oleh pengelola dalam perencanaan dan pelaksanaan program

yang pada akhirnya masyarakat dapat mengevaluasi sendiri atas apa yang telah

mereka kerjakan.

Keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam suatu program tidaklah mudah

apabila tidak adanya kesadaran akan tujuan dari kegiatan tersebut. Kondisi

masyarakat yang cenderung individualis, terutama untuk masyarakat yang terletak

di daerah perkotaan yang terdiri dari manusia yang bermacam-macam

lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, dan lain-lain membuat pengelola LPM

Kelurahan Setiamanah harus menjalankan perannya dalam menciptakan suasana

yang nyaman sehingga masyarakat dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan

yang mereka miliki tanpa adanya rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat

(14)

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian

tentang “Peran Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

dalam Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan

Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. LPM Kelurahan Setiamanah berada di lokasi perkotaan, yakni alun-alun Kota

Cimahi, akan tetapi masih adanya masyarakat miskin sebanyak 209 (2,67%)

kepala keluarga (KK) yang tercatat menempati rumah tidak layak huni dari

7820 KK yang ada.

2. Mayoritas mata pencaharian masyarakat miskin tersebut adalah buruh (2,9%)

dan pedagang (1,46%) dari jumlah penduduk sebanyak 27.503 orang.

3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengelola LPM mengadakan

program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan di lokasi masyarakat miskin

sesuai dengan pendataan yang tersebar di 18 RT dan 81 RW di Kelurahan

Setiamanah. Sehingga pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap

sesuai skala prioritas yang dibuat pengelola LPM dengan memperhatikan

dana, letak rumah, jumlah anggota keluarga dan kondisi rumah yang akan

(15)

4. Adanya bantuan yang di terima pengelola LPM dan swadaya masyarakat baik

berupa uang tunai, barang, dan jasa untuk pelaksanaan pembangunan rumah

layak huni bagi masyarakat miskin.

5. Dengan banyaknya jumlah penduduk dan karakteristik yang

bermacam-macam menyebabkan pengelola LPM yang berjumlah 12 orang perlu upaya

dalam pelaksanakan program tersebut dengan melibatkan partisipasi

masyarakat.

6. Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam suatu kegiatan. Hal ini

ditandai dengan kehadiran dalam rapat dan keikutsertaan mereka dalam

menyumbangkan baik berupa harta, tenaga, maupun pikiran sesuai dengan

tingkatan sosial mereka pada kegiatan pembangunan rumah sebelumnya.

Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, masalah penelitian dapat

disusun dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program

pembangunan rumah layak huni?

2. Bagaimana strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?

3. Bagaimana langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola

LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah

(16)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang:

1. Kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan

rumah layak huni.

2. Strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada

pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

3. Langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

4. Faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola LPM dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni

bagi masyarakat miskin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas

pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dan juga berbagai pihak lainnya yang

terlibat pada program Pendidikan Luar Sekolah.

Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep,

(17)

selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga dapat

dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengelolaan program

pemberdayaan masyarakat.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk pengelola LPM

Kelurahan Setiamanah dalam meningkatkan dan mempertahankan partisipasi

masyarakat di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengan Kota

Cimahi pada keberlanjutan program pembangunan masyarakat selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam rangka melanjutkan penelitiannya, maka peneliti memberikan

gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang

diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang uraian lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan

(18)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk

menganalisis masalah yang akan digalinya secara sistematis untuk mencapai

tujuan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2012:3) bahwa,

“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu”.

Berdasarkan kecenderungan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memperoleh gambaran secara mendalam tentang peran pengelola LPM Kelurahan

Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan

rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan

kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan tidak dapat diramalkan. Oleh karena

itu, peneliti berupaya menggali informasi berdasarkan kenyataan-kenyataan yang

ada dengan berinteraksi langsung dengan sasaran penelitian.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4) mendefinisikan, “Metode kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Miles dan Huberman (1992:1-2) mengemukakan:

(20)

Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan

dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Moleong (2010:9-10) mengenai metode kualiatif, yaitu:

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:21-22) adalah

sebagai berikut:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Sugiyono (2012:35-36) mengemukakan kapan metode kualitatif digunakan,

yaitu:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin

malah masih gelap.

Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif,

(21)

2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak.

Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan

dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai

makna tertentu.

3. Untuk memahami interaksi sosial.

Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan

penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta,

wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.

4. Memahami perasaan orang.

Perasaan orang sulit dimengerti kalau diteliti dengan metode kualitatif,

dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi

berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.

5. Untuk mengembangkan teori.

Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang

dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapamgan.

6. Untuk memastikan kebenaran.

Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif,

melalui teknik penggumpulan data secara trianggulasi/gabungan, maka

kepastian data akan lebih terjamin.

7. Meneliti sejarah perkembangan.

Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada

pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan

(22)

Mengacu pada berbagai pendapat di atas, penelitian ini memusatkan pada

pada peran pengelola LPM, sebagai pihak yang menyelenggarakan program

pembangunan rumah layak huni dan pada masyarakat miskin sebagai sasaran

programnya sebagai unit yang diteliti untuk diketahui partisipasi mereka pada

program tersebut.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian

(Sugiyono, 2012:298). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai

dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu,

karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk

menjadi sumber data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa

persyaratan. Sebagaimana yang dikemukakan Faisal (Sugiyono, 2012:303),

sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,

sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti.

(23)

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti

sehingga lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber.

Berdasarkan kriteria sumber data tersebut maka yang menjadi subjek

penelitian adalah kepala keluarga miskin di Kelurahan Setiamanah. Informan

dalam penelitian ini adalah tiga orang pengelola LPM yaitu Dewan Fasilitator

LPM, Ketua LPM, dan anggota LPM. Kepala keluarga miskin yang menjadi

sasaran dalam program tersebut sebanyak 10 orang yang akan diberikan angket.

Angket diberikan pula untuk 10 orang bukan penerima program.

C. Definisi Operasional

1. Peran terkait dengan fungsi yang harus dijalankan seseorang sesuai dengan

kedudukannya. Peran pengelola LPM dalam penelitian ini ditunjukkan

melalui peran fasilitatif, edukasional, dan evaluasi.

2. Pengelola LPM yang di maksud dalam penelitian ini yaitu pengurus LPM

Kelurahan Setiamanah periode 2009-2014.

3. Partisipasi dapat berupa harta, pikiran, maupun tenaga yang didasarkan

kepada kemampuan seseorang. Partisipasi dinilai penting dikarenakan

orang-orang dalam masyarakat seharusnya berpartisipasi aktif dalam

perubahan masyarakat (Cary, 1970:145). Partisipasi masyarakat dalam

(24)

masyarakat untuk memberikan kemampuan, yakni bantuan tenaga dan

penyediaan sarana untuk membantu pelaksanaan program tersebut.

4. Rumah layak huni merupakan tempat tinggal yang mencakup aspek

kesehatan, keselamatan, dan luas hunian.

5. Masyarakat miskin dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang

rumahnya berada di bawah standar kelayakan pada umumnya dengan

memenuhi syarat-syarat penerima bantuan sehingga berhak mendapatkan

bantuan program pembangunan rumah layak huni.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrumen penelitian.

Moleong (2010: 168) menyebutkan bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Jadi dalam hal

peneliti berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data (sumber

informasi) dalam suatu wawancara bebas dan mengamati situasi sosial dan

kegiatan.

Penelitian kualitatif menyiratkan pentingnya peneliti sebagai alat pengumpul

data. Sebagaimana Moleong (2010:9) kemukakan yaitu:

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan alat pengumpul data utama… Selain itu, hanya manusia

sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataannya dilapangan.

(25)

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian

diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan

penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010:157), “Sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain”. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti yaitu:

1. Angket

Kartono (1996:217) menyebutkan:

Angket atau questionnaire ialah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek, untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis seperlunya.

Metode angket dapat digunakan sebagai pelengkap dalam metode kualitatif.

Sebagaimana Kartono kemukakan, “…Metode angket juga dipakai untuk

memperoleh informasi-informasi yang kualitatif”. Angket ditujukan untuk sasaran

melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai program

pembangunan rumah layak huni.

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan kategori

pertanyaan tertutup. Konstruksi item pilihan ganda dengan pertanyaan beragam

(26)

orang pada tanggal 15 Desember 2012 ketika pelaksanaan program pembangunan

rumah layak huni dilaksanakan.

2. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2012:317) mengemukakan, “Wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menjadi narasumber

yang dapat dipercaya, yaitu Dewan Fasilitator LPM yang dijabat oleh Lurah

Kelurahan Setiamanah, Ketua LPM Setiamanah, dan Anggota LPM yang diwakili

oleh seksi pembangunan dan lingkungan hidup.

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Sebagaimana

menurut Sugiyono (2012: 319) yaitu:

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan.

Peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada tiga orang responden

dengan pertanyaan yang sama. Dalam melakukan wawancara, peneliti dibantu alat

pengumpul data, yaitu buku catatan, kamera untuk memotret rumah masyarakat

miskin sebelum dan sesudah program pembangunan rumah layak huni, dan alat

perekam suara sehingga informasi-informasi penting dapat terkumpul sesuai

dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 November 2012

(27)

yaitu seksi pembangunan dan lingkungan hidup. Tanggal 20 Desember 2012

kepada ketua LPM.

3. Observasi

Kartono (1996:157) menyebutkan bahwa, “Observasi adalah studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan

jalan pengamatan dan pencatatan”. Di sini peneliti mencoba mengobservasi peran

pengelola LPM dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah dalam

pembangunan rumah layak huni.

Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Sebagaimana

Sugiyono (2012:310) kemukakan:

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh nara sumber, dan ikut merasakan suka dukanya.

Jenis observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif, yaitu peneliti

ikut melakukan apa yang dilakukan oleh responden, yaitu upaya pengelola LPM

selama proses pembangunan. Peneliti mencoba untuk mengobservasi hasil

wawancara dengan kenyataan pada pelaksanaan program yang dilaksanakan.

Observasi pada keluarga miskin yang mendapatkan bantuan dan masyarakat yang

ikut terlibat dalam pelaksanaan program dengan tujuan hasil angket dengan

pelaksanaan program yang mereka lakukan. Observasi dilakukan selama program

pembangunan dilaksanakan, yaitu pada tanggal 15 Desember 2012-29 Desember

(28)

4. Studi dokumentasi

Sugiyono (2012:329) menyebutkan bahwa “Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang’. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang diperlukan untuk

melengkapi data penelitian, yaitu dengan cara membaca, menelaah, mengkaji

berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang

sedang diteliti. Dokumentasi yang dikaji adalah dokumen LPM (sejarah

pembentukan, sarana prasarana yang dimiliki, dan lain-lain), foto-foto

pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni yang sebelumnya telah

dilakukan, surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan program.

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahapan secara garis besar

dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1) tahap persiapan/pra lapangan, 2) tahap

pelaksanaan, dan 3) tahap pelaporan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

Tahap pra lapangan merupakan tahap awal dalam penelitian. Pada tahap ini

peneliti mula-mula melakukan:

a) Menyusun rancangan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berangkat

(29)

dan bisa diamati. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan

orang-orang/organisasi.

b) Memilih lapangan. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber

data. Pemilihan lapangan didasarkan pada rekomendasi pihak-pihak yang

berhubungan langsung dengan lapangan. Selain itu pemilihan lapangan juga

mempertimbangkan teori substantif dan rumusan masalah penelitian.

c) Mengurus perijinan. Mempersiapkan surat ijin dari lembaga terkait untuk

pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari lingkungan UPI sampai ke lembaga

pemerintahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.

d) Menjajaki dan menilai lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengenal unsur

lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat

mempersiapkan diri, mental, maupun fisik.

e) Memilih dan memanfaatkan informan. Informan dapat membantu peneliti

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

f) Menyiapkan perlengkapan penelitian. Peneliti sejauh mungkin menyiapkan

segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum memasuki

lapangan, seperti buku catatan, alat tulis, kamera foto, tape recorder, dan

lain-lain.

g) Persoalan etika dalam penelitian. Peneliti harus menghormati dan mematuhi

nilai-nilai yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti hendaknya

menyesuaikan diri dengan adat, kebiasaan, dan kebudayaan setempat.

(30)

Tahap ini merupakan tahap penggalian informasi data secara keseluruhan dan

mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subyek penelitian. Pada tahap ini

peneliti melakukan:

a) Memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri. Memahami latar

penelitian; latar terbuka; di mana secara terbuka orang berinteraksi sehingga

peneliti hanya mengamati, sedangkan latar tertutup di mana peneliti

berinteraksi secara langsung dengan subjek yang perlu diamati secara teliti

melalui wawancara secara mendalam.

b) Menyiapkan instrumen penelitian berdasarkan hasil pra lapangan mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan informasi yang akan digali.

c) Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan sebagai sumber data untuk

dimintai informasinya. Yaitu wawancara dengan satu orang pengelola LPM,

satu orang Lurah, dan tiga orang masyarakat miskin sebagai sasaran program

pembangunan rumah layak huni dan mengobservasi sesuai dengan tujuan

penelitian.

3. Pelaporan

Pelaporan merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti. Pada tahap ini

peneliti melakukan penyusunan data sehingga menjadi sebuah laporan penelitian

yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu, data perlu diolah terlebih dahulu

(31)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan berasal dari hasil angket yang telah diisi

oleh responden yang berjumlah 20 orang, hasil wawancara kepada tiga orang

pengelola LPM, dan hasil observasi yang peneliti amati selama pembangunan

dilaksanakan.

Miles and Huberman (1992:21) mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam

analisis kualitatif. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian-penyajian ini meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan

bagan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang

(32)

mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari

penyajian-penyajian tersebut.

3. Kesimpulan (conclusion)/verifikasi.

Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak akan muncul sampai

pengumpulan data berakhir, tergantung besarnya kumpulan-kumpulan catatan

lapangan. Kesimpulan-kesimpulan juga diversifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas

dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada

catatan-catatan lapangan serta tukar pikiran.

Analisis data yang telah terkumpul melalui angket diolah dengan

pengolahan statistik deskriptif yaitu persentase dengan berbagai tafsiran.

Langkah-langkah yang ditempuhnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat tabel dengan kolom alternatif jawaban, frekuensi dan

presentasinya.

b. Membuat frekuansi yang di observasi (f) dengan jalan menjumlahkan tally

dari setiap alternatif jawaban

c. Mencari frekuensi seluruhnya (n) dengan jalan menjumlahkan

frekuensi-frekuensi yang diobservasi dari setiap alternatif jawaban.

d. Mencari presentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = persentase jawaban

(33)

n = jumlah responden yang menjawab pertanyaan

100 % = Bilangan tetap

Setelah data diolah dengan formula diatas, untuk memudahkan penarikan

kesimpulan menggunakan penafsiran dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

0 % = Tak Seorangpun

1 % - 24 % = Sebagian Kecil

25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya

50 % = Setengahnya

51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya

75 % - 99 % = Sebagian besar

100 % = Seluruhnya

(Arikunto, 1998:115)

Dengan berpedoman kepada perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang

diperoleh dapat diketahui persentasenya, dan akan mempermudah menafsirkan

data dalam penelitian ini. Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi

data presentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya

dianalisa berdasarkan teori dan konsep maupun hasil temuan yang telah ada dan

relevan dengan penelitian ini.

G. Validitas Hasil Penelitian

Moleong (2010:324-343) mengungkapkan uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas internal), transferability

(34)

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Hal ini

mencakup:

a) Perpanjangan keikutsertaan. Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah

instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Kelikutsertaan terebut tidak hanya dilakukan dalam

waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian.

b) Ketekunan pengamatan. Hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.

c) Triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Maksud dari teknik ini yaitu: 1) untuk

membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, 2)

diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik

(35)

e) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan

mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan

kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai

bahan pembanding.

f) Kecukupan referensial. Bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat

digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan

penafsiran data, seperti alat perekam.

g) Pengecekan anggota. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan

mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan

situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.

2. Keteralihan (transfersiblity)

Generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua

konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada

sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Hal ini mencakup uraian

rinci (thick description). Keteralihan bergantung pada pengetahuan seorang

peneliti tentang konteks pengirim dan penerima. Dengan demikian peneliti

bertanggung jawab terhadap penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan

seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan

adanya pembandingan.

3. Kebergantungan (dependability)

Peninjauan dalam kualitatif memperhitungkan segalanya-galanya, yaitu yang

ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan.

(36)

data mentah, data yang direduksi dan hasil kajian, catatan tentang proses

penyelenggaraan, dan lain-lain.

4. Kepastian (conformability)

Pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa

atau banyak orang, barulah dikatakan objektif. Jika sesuatu itu objektif, berati

dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini dilakukan dengan teknik

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diperoleh temuan-temuan penelitian yang berjudul “Peran Pengelola

LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi” maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan rumusan

masalah, yaitu:

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program

Pembangunan Rumah Layak Huni

LPM Setiamanah sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat telah

memiliki dasar yang cukup jelas ke mana arah organisasi ini akan bergerak. Pengelola

yang berjumlah 13 orang berasal dari masyarakat setempat memiliki tanggung jawab

yang jelas dalam struktur kepengurusan yang telah dibuat. Hanya saja kelengkapan

administrasi perlu diperhatikan agar tidak menggangu kinerja organisasi.

Pada dasarnya LPM Kelurahan Setiamanah sudah melaksanakan program

pembangunan rumah layak huni dengan baik. Program yang dikembangkan

menggunakan konsep “ALADIN” yaitu atap, lantai, dan dinding yang diterapkan

cukup efektif untuk membuat sasaran merenovasi rumah mereka dengan tepat dan

terarah. Hal ini sesuai tujuan dari program tersebut, yaitu memberdayakan

(38)

2. Strategi yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat

Miskin.

Strategi pengelola LPM dalam program pembangunan rumah layak huni bagi

masyarakat miskin memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan selama program

berlangsung sejak tahun 2008. Keterlibatan perangkat masyarakat seperti ketua RT

dan RW dapat meyakinkan masyarakat bahwa program yang ditawarkan oleh

pengelola LPM adalah untuk kepentingan masyarakat. Keyakinan inilah yang

membuat masyarakat mau ikut terlibat karena memiliki rumah layak huni akan

menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya dan diperlukan upaya untuk mencapai

hal tersebut. Pengelola LPM berperan untuk mengefektifkan sumber- sumber yang

telah ada terutama sumber daya manusia dengan membuat kontrak kerja agar tidak

ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Langkah-langkah yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi

Masyarakat Miskin

Langkah-langkah yang dilakukan pengelola LPM untuk meningkatkan

partisipasi di lihat dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Perencanaan yang dilakukan oleh pengelola LPM terlihat dari peran edukasional.

(39)

evaluasi dilihat dari peran pengelola melakukan tindak lanjut untuk melihat

keberlangsungan pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni.

Pengelola LPM melakukan perencanaan yang bertujuan mendidik masyarakat

untuk merasakan kondisi orang lain dengan cara melibatkan mereka dari

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kesadaran masyarakat untuk menolong

sesama dijadikan strategi untuk pelaksanaan pembangunan program rumah layak huni

dengan informasi yang menekankan bahwa program tersebut dari, oleh, untuk

masyarakat.

Pelaksanaan program dijalankan pengelola LPM melalui peran fasilitatif. Peran

fasilitatif ini dijalankan dengan cara menstimuli masyarakat bahwa mereka harus

mencari dana tambahan sebagai antisipasi dana yang diberikan tidak cukup untuk

merenovasi rumah. Pengelola LPM melibatkan organisasi-organisasi sosial yang ada

untuk membantu mengorgansasi masyarakat. Keterlibatan mereka dapat membantu

masyarakat mencapai keputusan yang mereka ambil sesuai dengan kemampuan

masing-masing.

Pendekatan evaluasi yang dilakukan secara tatap muka langsung dengan semua

yang terlibat dalam pelaksanaan progrram menghasilkan keputusan bahwa program

hanya akan diberikan kepada masyarakat yang sudah siap menerima program.

Dengan langkah tersebut masyarakat harus lebih bertanggung jawab karena

menciptakan rumah layak huni merupakan tanggung jawab bagi setiap penghuninya.

(40)

wilayahnya “ditunda”, akan tetapi inilah upaya pengelola LPM untuk

memberdayakan masyarakat.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dialami oleh Pengelola LPM

dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.

Faktor pendukung dan penghambat bagaikan sisi mata uang yang saling

berkaitan dalam suatu program. Untuk itu pengelola perlu mengetahui hal-hal apa

saja yang dapat mendukung dan menghambat keberlangsungan program tersebut

Faktor internal yang mendukung dalam pelaksanaan program terlihat dari

kompetensi, kualifikasi, dan motivasi pengelola LPM Setiamanah yang cukup

mendukung keberlangsungan program pembangunan rumah layak huni. Hal ini

dikarenakan internal pengelola LPM berasal dari masyarakat setempat. Sedangkan

faktor eksternal yang mendukung terlihat dari networking dan kemitraan yang selama

ini berjalan dengan pengelola LPM Setiamanah, yakni Dinas PU dan Kemenpera

sangat mendukung keberlangsungan program.

Faktor internal yang menghambat pelaksanaan program berasal dari dana

dikarenakan program ini sangat tergantung pada turunnya dana yang diberikan setiap

periodenya. Tidak ada dana menandakan program terhenti dan berlanjut pada

program lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang menghambat berasal dari

penerimaan masyarakat yang menjadi faktor penghambat yang paling dominan

(41)

Ketidaksiapan ini terlihat dari tidak adanya respon positif terhadap program yang

telah diberikan sebelumnya dan malah mengeluhkan atas sejumlah dana yang harus

mereka tanggung akibat keterbatasan dana. Oleh karena itu, ada wilayah yang

“ditunda” untuk mendapatkan bantuan program.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti mengemukakan beberapa

saran (rekomendasi). Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak pengelola LPM Setiamanah

Peneliti mengharapkan pihak pengelola LPM terus melakukan upaya untuk

mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program

yang dikeluarkan. Selain itu, konflik di masyarakat harus dituntaskan dengan

baik agar program yang akan dilaksanakan selanjutnya tidak mengalami

pertentangan dari masyarakat lainnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini difokuskan pada upaya pengelola LPM untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakt

miskin. Untuk penelitian selanjutnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk

meneliti tentang persepsi masyarakat tentang program yang telah dilakukan oleh

(42)

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Adi, I, R. (2008). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

__________ (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara.

Cary, L. J. (1970). Community Development As A Process. Columbia: Missouri.

Fahrudin, A. (2000). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Faisal, S. (1981). Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional.

Ife, J dan Tesoriero, F. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi: Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, K. (1996). Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process: With

Case Studies From Indonesia and Thailand. Massachusetts USA: Center

For Internasional Education University of Massachusetts.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Dara Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyad, A dam Suparna, B. (2003). Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat. Malang: UM Press.

Roesmidi dan Risyanti, R. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Sastropoerto, S. (1986). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional. Bandung: PT Alumni.

Stewart, A.M. (1998). Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya

(43)

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Sumber internet:

Ari. (2012, 24 April). Payah! 13,9 Juta KK di Indonesia Tak Punya Rumah Layak Huni. Lensa Indonesia [Online], halaman 1. Tesedia:

http://www.lensaindonesia.com/2012/04/24/payah-139-juta-kk-di-indonesia-tak-punya-rumah-layak-huni.html [5 Juli 2012]

Badan Pusat Statistik. (2012). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. Jakarta: BPS.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Gambar

Tabel  4.1
gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut:
tabel dengan

Referensi

Dokumen terkait

Gagasan ini bukan berarti padanan yang dihasilkan merupakan padanan yang tidak mendekati makna leksikon bahasa sumber, tetapi pencarian padanan terjemahan harus dilakukan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Karya Tulis

Dari permasalahan ini maka muncul rumusan masalah yaitu bagaimana pola interaksi sosial antara keluarga miskin dan pelaksana program dalam penanggulangan kemiskinan

Potonglah pada bagian yang sudah ditandai, gambar-gambar binatang dari Alat Peraga 1b untuk digunakan sebagai kartu saat permainan “Binatang-Binatang Ciptaan Allah.” Pada

Dimana ̅ i adalah volume molal parsial dari komponen ke-i secara fisik, ̅ i berarti kenaikan dalam besaran termodinamik V yang diamati bila 1 mol senyawa ditambah ke

Ta’lîm al-Muta’allim merupakan kitab yang wajib dipelajari di banyak pesantren. Bahkan para santri wajib mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus pemasalahan dalam penelitian ini adalah :

Untuk memenuhi tujuan perusahan tersebut, maka perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh yaitu profitabilitas, likuiditas, kebijakan utang dan