• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konteks konteks yang ada dalam kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual di SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konteks konteks yang ada dalam kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual di SMP"

Copied!
313
0
0

Teks penuh

(1)

KONTEKS-KONTEKS YANG ADA DALAM KEGIATAN EKONOMI DI KALANGAN MASYARAKAT PESISIR JUWANA YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Yohana Kristin Anggraeni (121414058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS SANATA DHARMA

(2)

i

KONTEKS-KONTEKS YANG ADA DALAM KEGIATAN EKONOMI DI KALANGAN MASYARAKAT PESISIR JUWANA YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Yohana Kristin Anggraeni (121414058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa bersyukur, skripsi ini kupersembahan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Orang tuaku tercinta Paulus Sukelan dan Sumiati Kakakku tersayang Samuel Kurniawan dan Kurniati

Keponakanku Jocelyn Kurniawati Semua sahabat dan teman-temanku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Yohana Kristin Anggraeni (121414058). Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juni 2017.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP; 2) mengetahui materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.

(9)

viii ABSTRACT

Yohana Kristin Anggraeni (121414058). Contexts of Economic Activity in Juwana Coastal Society Used for Contextual Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis, Mathematics and Science Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, June 2017.

The objectives of this research are: 1) To know the economic activities of Juwana coastal society that contained junior high school mathematics materials; 2) To know the mathematic materials of junior high school which are applied on those economic activities; 3) To know the example of lesson plan and learning media that can be arranged based on junior high school mathematics materials appropriate with the economic circumstance of Juwana coastal society. The research was qualitative which used data collecting method of observation, interview and documentation.

The result of this research showed that the economic activity of Juwana coastal society was based on the dominant job; milk fish cultivation, trade, and presto food process. Those activities contain different junior high school mathematics materials that are realized by making the example of lesson plan and learning media as one of the utilizations of further research result. Lesson plan and learning media are planned in a lesson with contextual approach.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP”. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat saran, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R. Rohandi, Ph. D. Selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

6. Para narasumber dan masyarakat pesisir Juwana yang telah berkenan menjadi subyek penelitian.

(11)

x

8. Sahabatku, Nova, Ika, Cindy, Ayas, Lintang, Putri, Glo dan Ricat yang tidak pernah lelah memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan dalam Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012.

10.Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan pada penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

(12)

xi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 23

C. Bentuk Data ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(13)

xii

F. Keabsahan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 34

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 38

D. Pembahasan Data Penelitian dan Analisis Data ... 61

E. Hasil Analisis Data ... 71

F. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Materi-materi matematika ... 20

Tabel 3.1 Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Mata Pencaharian ... 22

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng ... 25

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Perdagangan Ikan ... 28

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Pengolahan Bandeng Presto ... 29

Tabel 3.5 Pedoman Observasi ... 31

Tabel 3.6 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan ... 36

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Petani Tambak dalam Penyediaan Lahan Budiaya ... 62

Tabel 4.2 Materi Bilangan Bulat yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi diatas ... 67

Tabel 4.3 Materi Bilangan Pecahan yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi diatas... 68

Tabel 4.4 Rincian Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

Tabel 4.5 Lembar Validasi Kesesuaian Soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Kegiatan Ekonomi yang Dilibatkan ... 87

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang Memuat Materi Matematika SMP

... 104

Lampiran 2 Materi-Materi Matematika SMP yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana ... 169

Lampiran 3 Data monografi Kecamatan Juwana ... 202

Lampiran 4 Transkrip Wawancara ... 206

Lampiran 5 Hasil Observasi ... 258

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian ... 264

Lampiran 7 Validasi Soal dan RPP ... 266

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ... 288

Lampiran 9 Slide Presentasi Ms.Power Point ... 292

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah salah satu proses dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan hal yang paling penting dan pokok karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Pembelajaran sendiri merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, salah satunya yaitu materi pelajaran atau bahan ajar yang digunakan guru.

Dewasa ini, banyak pertanyaan peserta didik yang belum terjawab berkisar pada permasalahan pembelajaran, yaitu peserta didik sering mempertanyakan alasan, arti, dan relevansi materi yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Menanggapi hal tersebut, seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar peserta didik mampu menerima dan menemukan makna materi bagi kehidupannya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, antara lain yaitu berbagai ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi, industri, dan kegiatan ekonomi. Misalnya dalam bidang ekonomi, matematika menjadi pendekatan untuk analisis ekonomi, dimana para ahli ekonomi akan menggunakan simbol matematika dan model matematika untuk menggambarkan suatu fenomena atau permasalahan.

(18)

2

kehidupan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti ingin mengambil sampel lingkungan ekonomi yang berfokus pada mata pencaharian penduduk di salah satu wilayah pesisir utara pulau Jawa yaitu kota Juwana. Juwana adalah sebuah kecamatan di kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Sumber daya ekonomi di wilayah Juwana yang sangat melipah adalah ikan bandeng, sehingga mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana adalah petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng dan pengolah makanan berbahan dasar ikan bandeng khususnya bandeng presto. Lingkungan ekonomi kota Juwana menjadi bahan pertimbangan karena peneliti berasal dari wilayah tersebut sehingga mempermudah proses penelitian, serta berharap penelitian ini akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik dan masyarakat di wilayah Juwana.

(19)

3

Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana apa saja yang memuat materi matematika SMP?

2. Materi matematika SMP apa saja yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut?

3. Bagaimana contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut :

1. Kegiatan ekonomi yang disebutkan dalam rumusan masalah adalah kegiatan ekonomi yang didasarkan pada mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana, yaitu budidaya ikan bandeng, perdagang ikan bandeng, dan pembuatan bandeng presto.

2. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 (sembilan) penduduk asli kecamatan Juwana.

3. Materi matematika yang dicari kaitannya dengan kegiatan ekonomi di wilayah Juwana adalah materi matematika SMP.

(20)

4

5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP.

2. Mengetahui materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi diatas.

3. Mengetahui contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran di kalangan pembaca terhadap istilah-istilah dalam judul “Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP”, penulis memberikan penegasan arti dan batasan mengenai beberapa istilah, yaitu:

1. Kegiatan ekonomi.

(21)

5 2. Materi pelajaran

Materi pelajaran merupakan sarana atau bahan yang digunakan untuk belajar yang relevan atau sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam menerima dan mengolah materi tersebut.

3. Pembelajaran konteksual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik, untuk mendorong peserta didik menemukan makna materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penelitian pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan matematika.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran yang lebih kontekstual, terutama untuk kalangan guru SMP di daerah Juwana. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam upaya meningkatkan kontekstualisasi pemahaman matematis peserta didik.

b. Bagi Peserta didik

(22)

6

mempelajari matematika karena matematika selalu mereka dapat dan alami dalam kehidupan kesehari-hari.

c. Bagi Pembaca

(23)

7 menjelaskan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas, tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.

Sedangkan menurut Multifiah dalam bukunya yang berjudul Teori Ekonomi Mikro (2011: 1) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang menaruh perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, dan tidak terbatas.

Kebutuhan manusia timbul karena adanya kebutuhan biologis untuk hidup yang meliputi makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Selain itu, kebutuhan juga timbul dari peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia menjadi salah satu penyebab terjadinya kegiatan ekonomi.

Menurut Boediono dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Mikro (1992: 1) menjelaskan bahwa kegiatan manusia dalam suatu masyarakat di bagi menjadi tiga macam kegiatan pokok atau disebut dengan kegiatan ekonomi, yaitu:

a. Kegiatan produksi

(24)

8 b. Kegiatan pertukaran atau distribusi

Kegiatan distribusi adalah kegiatan menyebarkan dan menyalurkan suatu barang dan jasa yang dihasilkan produsen kepada konsumen. Pelaku kegiatan distribusi disebut distributor.

c. Kegiatan konsumsi

Kegiatan konsumsi adalah kegiatan memakai, mengurangi, dan menghabiskan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pelaku kegiatan konsumsi disebut konsumen.

Berdasarkan penjelasan mengenai kegiatan ekonomi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia dalam menggunakan sumber daya yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan tidak terbatas, yang termasuk dalam kegiatan ekonomi adalah produksi, distribusi dan konsumsi.

Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia mengkonsumsikan barang atau jasa yang ia butuhkan, sedangkan kemampuan setiap orang atau masyarakat untuk memenuhi barang atau jasa selalu mempunyai batas. Hal ini dikarenakan sumber daya ekonomi yang tersedia selalu terbatas jumlahnya. Menurut Multifah (2011: 1), sumber daya ekonomi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber daya manusia, meliputi semua usaha manusia baik pikiran maupun fisik yang ditunjukan untuk menghasilkan komoditi (barang dagangan atau benda niaga).

b. Sumber daya bukan manusia, meliputi semua sumber daya kecuali manusia yang turut berperan dalam menghasilkan komoditi untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

2. Peranan Matematika dalam Ekonomi

(25)

9

untuk menganalisis teori-teori ekonomi yang kompleks menjadi lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari teori tersebut. Adanya konsep-konsep matematis memungkinkan kita untuk menerjemahkan argumentasi yang bersifat verbal ke suatu bentuk yang ringkas dan jelas.

Matematika merupakan pendekatan untuk analisis ekonomi, dimana para pakar ekonomi akan menggunakan simbol matematika, model matematika serta kurva untuk menggambarkan suatu fenomena atau permasalahan. Matematika kalkulus dan sistem persamaan merupakan alat yang sering digunakan untuk memudahkan perhitungan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang kompleks. Secara umum, matematika berperan untuk memahami, menganalisis, menyajikan dan memecahan suatu masalah dalam ekonomi.

3. Deskripsi Kota Juwana

Juwana adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota Juwana merupakan Kota terbesar kedua di Kabupaten Pati dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 90.000 jiwa dan luas wilayahnya yaitu 5.407 Ha. Letak geografis Kota Juwana berada di wilayah pesisir utara pulau jawa, yaitu terletak di jalur pantura yang menghubungkan Kota Pati dan Kota Rembang.

Masyarakat Juwana biasa dikenal dengan sebutan “wong pantura” yang artinya orang pantai utara atau “wong pesisir” yang artinya orang pinggiran pantai. Hampir seluruh wilayah pemukiman masyarakat Juwana terletak di pinggiran pantai sehingga mayoritas masyarakat berkulit coklat sawo matang dan coklat tua. Orang Juwana mempunyai dialeg yang lebih kasar serta volume suara yang lebih keras dibandingkan orang Jawa lainnya.

(26)

10

makanan khas Kota Semarang yang cukup terkenal. Bandeng Juwana mempunyai cita rasa yang lebih unggul dibandingkan daerah lain karena rasa dagingnya yang gurih dan tidak beraroma lumpur.

Selain bandeng presto, salah satu potensi yang menjadi sumber perekonomian masyarakat Juwana adalah budidaya ikan bandeng. Lokasi budidaya ikan bandeng sekitar 2.400 Ha dari luas wilayah kecamatan Juwana yaitu 5.407 Ha, sehingga mayoritas masyarakat Juwana bermata pencaharian sebagai petani tambak ikan bandeng. Beberapa desa di wilayah Juwana yang menjadi pusat budidaya ikan bandeng yaitu Bakaran, Growong, Bajomulyo, Gadingrejo dan Doropayung.

Tambak-tambak di wilayah Juwana setiap harinya mampu menghasilkan puluhan ton ikan bandeng, biasanya hasil panen tersebut dibawa ke pasar Porda Juwana. Pasar Porda Juwana adalah pasar ikan yang menyediakan segala jenis ikan hasil dari tambak Juwana maupun dari luar Kota Juwana. Transaksi jual-beli ikan bisa terjadi pagi, siang, sore maupun malam hari tergantung keberadaan pedagang di pasar Porda Juwana.

Selain budidaya ikan bandeng dan perdagangan ikan, tidak sedikit masyarakat yang terjun di bidang pertanian dan industri makanan. Salah satu makanan yang banyak diproduksi di Juwana adalah bandeng presto atau bandeng duri lunak. Namun seiring berkembangnya zaman membuat masyarakat Juwana lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah ikan bandeng, sehingga bandeng tidak hanya diolah menjadi bandeng presto. Ikan bandeng dapat diolah menjadi beraneka ragam makanan, yaitu otak-otak bandeng, bandeng cabut duri, bandeng crispy, bakso bandeng, bandeng cripsy, nugget bandeng, sempolan bandeng, pepes waleran bandeng dan krupuk bandeng.

(27)

11

Sleman, Jogja, Lamongan dan beberapa daerah lain. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Kota Juwana terkenal dengan kota bandeng.

Sumber daya ekonomi di wilayah Juwana yang sangat melipah adalah ikan bandeng. Hal ini yang mengakibatkan mata pencaharian yang dominan di wilayah Juwana adalah petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng dan industri makanan berbahan dasar ikan bandeng khusunsnya bandeng presto.

4. Indikator Kegiatan Ekonomi Kota Juwana

Berdasarkan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana, kegiatan ekonomi di Juwana dikelompokan menjadi dua, yaitu produksi dan distribusi. Kegiatan produksi meliputi budidaya ikan bandeng dan pembuatan bandeng presto, sedangkan distribusi meliputi perdagangan ikan bandeng. Berikut penjelasan dari kegiatan ekonomi (terkait mata pencaharian yang dominan) di kalangan masyarakat pesisir Juwana.

a. Budidaya ikan bandeng

Kegiatan budidaya ikan bandeng di tambak telah dikembangkan untuk waktu yang lama, hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang baik terutama di daerah pesisir pantai. Berikut adalah tahapan dalam budidaya bandeng.

1) Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam 2) Penempatan saluran air

3) Pengeringan tambak 4) Pemupukan

5) Pengisian air

6) Penebaran benih atau nener 7) Pemberian pakan

8) Panen ikan bandeng

(28)

12 b. Perdagangan ikan bandeng

Berikut adalah tahapan dalam perdagangan ikan bandeng dari petani sampai ke pedagang eceran di pasar Porda Juwana.

1) Penerimaan pasokan ikan bandeng 2) Penentuan harga beli ikan bandeng 3) Pemilihan ikan bandeng

4) Penentuan harga jual ikan bandeng 5) Memaksimalkan keuntungan 6) Mengelola keuntungan

c. Pengolahan bandeng presto

Berikut adalah tahapan penting yang harus diperhatikan dalam mengolah bandeng presto Juwana.

1) Penyediaan bahan, bumbu dan alat masak

2) Pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu 3) Proses mempresto ikan bandeng

4) Memaksimalkan keuntungan 5) Mengelola keuntungan

5. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

(29)

13

Komalasari dalam buku Pembelajaran Kontekstual: Teori dan Aplikasi (2011: 6) menjelaskan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Trianto dalam buku yang berjudul Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (2011: 107) menjelaskan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pemanduan materi pembelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konteksual adalah suatu sistem pengajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, untuk mendorong siswa menemukan makna materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual

Komkom Komalasari (2011: 19-23) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar tertentu, yaitu:

1) Teori Perkembangan dari Piaget

(30)

14

keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana seseorang secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka (Trianto. 2011: 29).

2) Teori Discovery Learning dari Bruner

Bruner menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Teori Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.

Perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:

a) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya.

b) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal atau melalui perumpamaan.

c) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

3) Teori Meaningful Learning dari Ausebel

(31)

15

Belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika materi pelajaran diurutkan dari umum ke khusus dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mempelajari konsep baru.

4) Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial. Vygotsky menjelaskan proses pembelajaran akan terjadi jika orang bekerja dan menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka, yakni sedikit di atas daerah tingkat perkembangan orang tersebut (Trianto. 2011: 39).

Pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa seseorang bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi juga menekankan pentingnya peran aktif orang lain dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain. Kokom Komalasari (2011: 13-14) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada relating, experiencing, applying, coorperating, transfering, dan authentic assessment. Penjelasan masing-masing konsep adalah sebagai berikut:

1) Keterkaitan (Relating)

(32)

16

2) Pengalaman langsung (Experiencing)

Pembelajaran menerapkan konsep pengalaman langsung adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung.

3) Aplikasi atau penerapan (Applying)

Pembelajaran menerapkan konsep aplikasi adalah proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa. 4) Kerja sama (Coorperating)

Pembelajaran menerapkan konsep kerja sama adalah proses pembelajaran yang mendorong kerja sama diantara siswa, diantara siswa dengan guru dan sumber belajar.

5) Alih pengetahuan (Transfering)

Pembelajaran menerapkan konsep pengaturan diri adalah proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri.

6) Penilaian autentik (Authentic Assessment)

Pembelajaran menerapkan konsep Asesmen autentik adalah proses pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik), baik tampak sebagai hasil akhit dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

d. Strategi Pembelajaran Kontekstual

(33)

17

1) Pembelajaran berbasis masalah, pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan ketrampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi: mengumpulkan dan menyatukan informasi dan mempresentasikan penemuan.

2) Pembelajaran kooperatif, pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil, dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3) Pembelajaran berbasis proyek, pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. 4) Pembelajaran pelayanan, pendekatan yang menyediakan suatu

aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

5) Pembelajaran berbasis kerja, pendekatan di mana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi kelas untuk kepentingan para siswa dan bisnis.

e. Pengembangan Materi dalam Pembelajaran Kontekstual

Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual menghendaki materi pembelajaran tidak semata-mata dikembangkan dari buku teks, tetapi materi dikembangkan dari lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial, budaya, ekonomi maupun psikologis, dan keterpaduan antar materi pelajaran.

(34)

18

memiliki karakteristik tersendiri, di mana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa hendaknya memerhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu lingkungan. Keterkaitkan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada, meliputi:

1) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik berkenaan dengan aspek alamiah seperti sumber daya alam, flora, fauna, sungai, limbah, iklim, termasuk pula pelestarian lingkungan yang ada disekitar kehidupan siswa. 2) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan bermasyarakat, misalnya: (1) mengenai pola interaksi dan kehidupan keluarga, masyarakat, sekolah; (2) mempelajari organisasi sosial yang ada di lingkungan rumah, dan di masyarakat sekitar sekolah; (3) mempelajari berbagai pemasalahan sosial yang ada di dalam kehidupan siswa.

3) Lingkungan budaya

Lingkungan budaya berkenaan dengan budaya materi dan materi yang ada di lingkungan sekitar siswa. Budaya materi berkaitan dengan bangunan, gedung, candi, prasasti, cagar alam, peralatan senjata, peralatan mata pencaharian, alat transportasi, dan sebagainya. Lingkungan budaya berupa nonmateri, meliputi: sistem kepercayaan dan agama yang dianut masyarakat, sistem norma yang berlaku di masyarakat, sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, kesenian bahasa, keberagaman suku dan ras.

4) Lingkungan politis

(35)

19 5) Lingkungan psikologis

Lingkungan psikologis berkenaan dengan suasana psikologis manusia yang hidup dan bertempat tinggal pada wilayah tertentu misalnya suasana ramai, gaduh, tenang, dan tertib, indah, bersih, kerusuhan, bising, gerah, suasana konflik, dampak bencana alam.

6) Lingkungan ekonomi

Lingkungan ekonomi berkenaan dengan mata pencaharian penduduk sekitar, rata-rata penghasilan penduduk, status ekonomi penduduk, pemenuhan kehidupan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.

Kesemua lingkungan tersebut seyogianya menjadi bahan pertimbangan guru ketika mengorganisasikan materi pembelajaran, sehingga materi pembelajaran terkait dengan kehidupan siswa, digali dari kehidupan siswa, bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah dilingkungan kehidupannya, sesuai dengan kebutuhan, sehingga materi pembelajaran bermakna secara luas bagi kehidupan siswa dan masyarakat di sekitarnya.

6. Materi Pelajaran Matematika SMP

(36)

20

(37)
(38)

22

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif naturalistik. Pada hakekatnya penelitian ini dilakukan dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia dan sekitarnya. Penelitian naturalistik bersifat induktif, mencoba mencari dan menemukan suatu teori berdasarkan data yang dikumpulkan (Nasution. S, 1988: 5-7). Penelitian ini bersifat deskripsif dan cenderung menggunakan analisis. Peneliti sebagai instrumen penelitian akan menganalisis kegiatan ekonomi yang didasarkan pada mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana untuk mencari unsur matematika yang terkandung dalam kegiatan tersebut dan menggali materi-materi matematika yang termuat dalam kegiatan tersebut.

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu 9 (sembilan) penduduk asli kecamatan Juwana, kabupaten Pati, provinsi Jawa tengah. Penelitian akan dilaksanakan dengan melibatkan petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng, dan pemilik industri makanan berbahan dasar bandeng khususnya bandeng presto.

Tabel 3.1

Subyek penelitian pada masing-masing mata pencaharian

No. Mata Pencaharian Responden

(40)

24

2. Pedagang ikan bandeng Kurniati Anik Arik 3. Pembuatan bandeng presto Suritno

Temok Jumiati

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP serta materi-materi matematika SMP yang termuat dalam kegiatan tersebut.

Penelitian akan dilakukan di wilayah pesisir utara pulau jawa yaitu kota Juwana, kabupaten Pati, provinsi Jawa Tengah. Beberapa desa yang akan menjadi pusat penelitian yaitu; Bakaran Wetan, Bakaran Kulon, Growong, dan Bajomulyo.

3. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan November tahun 2016.

C. Bentuk Data

(41)

25 D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan ekonomi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana adalah wawancara terbuka. Wawancara terbuka memiliki jumlah pertanyaan yang tidak terbatas dan jawaban narasumber tidak terikat pada pertanyaan yang diberikan.

2. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) yang berlangsung di wilayah Juwana.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mencari informasi mengenai hal-hal berkaitan dengan topik penelitian, yaitu berupa artikel, surat kabar, gambar, foto serta sumber lain yang relevan dengan kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) di wilayah Juwana.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Salah satu karakteristik dari metode penelitian naturalistik yang diungkapkan oleh Nasution (1988: 9), instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen yang lain merupakan instrumen bantu. Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi.

1. Instrumen utama penelitian

(42)

26

a. Kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) yang memuat atau membutuhkan materi matematika SMP.

b. Materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana) diatas.

c. RPP dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana.

2. Instrumen bantu penelitian

Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informasi yang tidak diperoleh dari hasil wawancara. Berikut adalah indikator dalam pedoman wawancara dan observasi.

Tabel 3.2

Pedoman wawancara pada kegiatan budidaya ikan bandeng

Indikator Pertanyaan

Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam

a. Berapa ukuran tambak yang anda gunakan untuk budidaya ikan bandeng? b. Tambak yang anda dikelola milik pribadi

atau sewa?

c. Berapa harga sewa tambak yang dikelola pertahunnya?

Penempatan saluran air a. Saluran air untuk tambak dibuat dari apa?

b. Bagaimana penempatan saluran air untuk tambak?

Pengeringan tambak a. Apakah anda melakukan proses pengeringan tambak?

(43)

27

a. Apakah anda melakukan pemupukan dasar tambak?

b. Bagaimana proses pemupukan dasar tambak yang biasa dilakukan?

c. Apa saja yang diperlukan untuk pemupukan dasar tambak?

d. Adakah perbedaan jika tidak dilakukan pemupukan dasar tambak?

Pengisian air a. Bagaimana proses pengisian air tambak yang biasa anda lakukan?

b. Apa saja alat yang diperlukan untuk pengisian air tambak?

c. Berapa waktu yang diperlukan agar tambak terisi penuh?

Penebaran benih ikan bandeng atau nener

d. Bagaimana proses penebaran benih ikan bandeng atau nener yang biasa dilakukan?

e. Bagaimana cara anda memperkirakan jumlah benih atau nener yang ditebar sesuai dengan kapasitas tambak yang dikelola?

(44)

28

Panen ikan Bandeng a. Kapan ikan bandeng siap dipanen? b. Apa saja alat yang diperlukan untuk mengakibatkan anda mengalami gagal panen?

b. Apa yang dilakukan jika mengalami gagal panen?

c. Bagaimana cara anda menutupi kerugian jika terjadi gagal panen?

d. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? e. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

Mengelola keuntungan a. Apa yang biasa anda lakukan setelah mendapat keuntungan dari hasil panen? b. Bagaimana cara anda mengelola

keuntungan dari hasil panen? Tabel 3.3

Pedoman wawancara pada kegiatan perdagangan ikan bandeng

Indikator Pertanyaan

Penerimaan pasokan ikan bandeng

a. Dari mana anda mendapat pasokan ikan bandeng?

(45)

29 Penentuan harga beli

ikan bandeng

a. Bagaimana cara anda menentukan harga beli ikan bandeng dari pemasok?

b. Apakah ada persaingan harga diantara pemasok?

Pemilahan ikan bandeng a. Apakah anda melakukan pemilahan sebelum menjual kembali ikan bandeng? b. Bagaimana proses pemilahan ikan

bandeng sebelum dijual? Penentuan harga jual

ikan bandeng

a. Bagaimana cara anda menentukan harga jual ikan bandeng?

b. Apakah ada persaingan harga diantara pedagang?

Memaksimalkan keuntungan

a. Apakah anda pernah mengalami kerugian? Jika pernah, hal apa yang mengakibatkan anda mengalami kerugian?

b. Bagaimana cara anda menutupi kerugian tersebut?

c. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? d. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

Mengelola keuntungan a. Apa yang biasa anda lakukan setelah mendapat keuntungan dari hasil penjualan?

b. Bagaimana cara anda mengelola keuntungan dari hasil penjualan?

Tabel 3.4

Pedoman wawancara pada kegiatan pengolahan bandeng presto

Indikator Pertanyaan

Penyediaan bahan dan alat masak

a. Apa bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat bandeng presto?

b. Dari mana mendapat bahan dan alat tersebut?

(46)

30

bandeng)? Pembersihan ikan

bandeng dan peracikan bumbu

a. Bagaimana cara anda membersihkan ikan bandeng sebelum diolah menjadi bandeng presto?

b. Siapa saja yang biasa berperan dalam pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu?

c. Kapan ikan bandeng siap dibumbui? d. Bagaimana proses membumbui ikan

bandeng?

c. Bagaimana cara mengetahui bahwa ikan bandeng yang sedang dipresto sudah matang? pernah mengalami kegagalan? Jika pernah, hal apa yang mengakibatkan kegagalan tersebut?

b. Apa yang anda lakukan jika ikan bandeng yang dipresto mengalami kegagalan?

c. Bagaimana cara anda menutupi kerugian setelah mengalami kegagalan saat mempresto?

d. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? e. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

(47)

31

pembuatan bandeng presto?

b. Bagaimana cara anda mengelola keuntungan dari hasil pembuatan bandeng presto?

Tabel 3.5 Pedoman observasi

Kegiatan Ekonomi Indikator

Budidaya ikan bandeng Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam

Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan

Mengelola keuntungan Perdagangan ikan

bandeng

Penerimaan pasokan ikan bandeng Penentuan harga beli ikan bandeng Pemilihan ikan bandeng

Penentuan harga jual ikan bandeng Memaksimalkan keuntungan Mengelola keuntungan Pengolahan bandeng

presto

Penyediaan bahan, bumbu dan alat masak Pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu

(48)

32 F. Teknik Analisis Data

Prof. Dr. S. Nasution, M.A. (1988: 128-130) menjelaskan bahwa teknik analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan harus dianalisis sejak awal penelitian, data diketik atau ditulis dalam bentuk laporan yang terinci. Laporan tersebut perlu direduksi, artinya dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan topik penelitian. Laporan disusun secara sistematis, dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek tertentu agar mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Display data

Data yang sudah dikelompokan berdasarkan aspek-aspek tertentu disajikan atau dipaparkan dengan berbagai macam, yaitu matriks, grafik, networks dan charts agar mudah melihat hubungan antara aspek-aspek atau bagian-bagian secara keseluruhan dari penelitian.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kegiatan penarikan kesimpulan dapat dilakukan sejak awal penelitian dengan mencoba mencari makna dan mencoba mengambil kesimpulan sementara atau hipotesis. Peneliti dapat mencari pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul. Kesimpulan mula-mula masih kabur dan diragukan, namun dengan bertambahnya data maka kesimpulan harus selalu diverifikasi agar kesimpulan tersebut grounded.

(49)

33 G. Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan salah satunya adalah teknik triangulasi. Tiangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi peneliti, metode, dan sumber data.

Trianggulasi peneliti digunakan untuk menguji kejujuran, subyektivitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti dilapangan. Hal ini untuk menghindari subyektivitas tanpa kontrol yang dilakukan peneliti. Trianggulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan peneliti lain dalam pengecekan langsung, wawancara ulang, serta merekam data yang sama di lapangan sebagai verifikasi terhadap hasil penelitian.

Trianggulasi metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi dan sebaliknya. Tujuan umum metode ini adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.

(50)

34

H. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan

Berikut adalah pedoman yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

1. Memilih sumber data dan lokasi penelitian.

2. Memasuki lokasi atau tempat penelitian, kemudian meminta izin untuk melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara (interview) dengan subyek penelitian.

3. Selama pengumpulan data tidak ada campur tangan atau manipulasi peneliti terhadap data yang diungkapkan oleh subyek penelitian.

4. Melakukan triangulasi untuk membuktikan keabsahan data atau validitas data yang diperoleh.

5. Melakukan analisis data secara keseluruhan, yaitu reduksi data, display data dan pengambilan keputusan.

6. Penulisan laporan sebagai hasil penelitian.

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Berikut adalah penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian. Tabel 3.6

Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Keterangan

(51)

35

5. 31 Oktober 2016 Observasi mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi. bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi. dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 04/03, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

8. 4 November 2016 Observasi mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi. bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 01/07, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

10. 5 November 2016 Wawancara dengan Suritno mengenai pembuatan bandeng

(52)

36

presto dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Jawa Tengah.

11. 5 November 2016 Observasi mengenai pembuatan bandeng

12. 6 November 2016 Observasi mengenai perdagangan ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi

Observasi dilakukan di Pasar Porda Juwana, Pati, Jawa Tengah.

(53)

72 37 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota Juwana merupakan Kota terbesar kedua di Kabupaten Pati dengan jumlah penduduk mencapai 96.686 orang. Jumlah penduduk terbanyak menurut mata pencahariannya adalah petani yaitu 17.725 orang. Terdapat dua jenis petani di wilayah Juwana yaitu petani tambak dan petani sawah, petani tersebut terdiri dari petani pemilik tanah, petani penggarap tanah, dan petani penggarap atau penyekap.

Luas wilayah Kecamatan Juwana adalah 5.407,50 Ha, dimana luas wilayah tambak yaitu 2.408 Ha, luas wilayah sawah yaitu 1.567 Ha, dan sisanya adalah wilayah bangunan dan fasilitas umum. Letak geografis Kota Juwana berada di wilayah pesisir utara pulau jawa, yaitu terletak di jalur pantura yang menghubungkan Kota Pati dan Kota Rembang. Jarak pusat Kecamatan Juwana dengan Kabupaten Pati adalah 12 km.

Kecamatan Juwana terdiri dari 29 desa. Desa yang menjadi tempat penelitian yaitu Desa Bakaran Wetan, Desa Bakaran Kulon, dan Desa Dukutalit. Tempat penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi dan kesedian narasumber yang berkerja sebagai petani tambak ikan bandeng, pedagang bandeng dan pembuatan bandeng presto.

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan

(54)

38

kegiatan distribusi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di wilayah Juwana. Kegiatan produksi meliputi budidaya ikan bandeng dan pembuatan bandeng presto, sedangkan kegiatan distribusi meliputi penjualan ikan bandeng. Pengumpulan data dengan observasi dilaksanakan dengan cara terjun langsung ke lapangan, yaitu di tambak budidaya ikan bandeng, Pasar Porda Juwana, dan rumah-rumah industri pembuatan bandeng presto. Peneliti tinggal di daerah dilaksanakannya penelitian sehingga peneliti hanya mencatat beberapa hal khusus untuk melengkapi data dan menverifikasi data yang diperoleh dari hasil wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui letak geografis, demografis, desa atau kelurahan, dan pendidikan di wilayah Juwana. Dokumentasi juga dilakukan dalam wawancara dan observasi yaitu berupa pengambilan video dan foto.

C. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian disajikan berdasarkan dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan sampel 3 (tiga) petani tambak, 3 (tiga) pedagang ikan bandeng dan 3 (tiga) pengolah bandeng presto. Deskripsi data penelitian merupakan hasil penelitian secara ringkas. Data lengkap disajikan pada lampiran 4 adalah transkrip wawancara, lampiran 5 adalah hasil observasi dan lampiran 6 adalah dokumentasi penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 (sembilan) narasumber dan hasil observasi dapat diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Budidaya ikan bandeng a. Penyediaan lahan budidaya

(55)

39

narasumber pertahun berkisar Rp5.000.000,00/Ha sampai Rp7.000.000,00/Ha.

Salah satu narasumber mengatakan bahwa tambak yang ia kelola adalah tambak lelang. Tambak lelang adalah tambak milik desa yang disewakan kepada masyarakat dan harga sewanya ditentukan dengan sistem lelang. Harga sewa tambak dengan sistem lelang tidak bisa dipastikan karena tergantung dari minat petani saat pelelangan harga sewa. Narasumber menjelaskan bahwa selama 4 tahun berturut-turut atau selama 2 periode telah mengelola tambak lelang berukuran 2,5 Ha, dimana harga sewa tambak pada periode pertama yaitu Rp38.000.000,00 sedangkan pada periode kedua yaitu Rp35.000.000,00.

(56)

40

Gambar 4.1. Denah tambak secara keseluruhan

Lahan yang digunakan untuk budidaya ikan bandeng berukuran 1 Ha atau 10.000 m2 yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu “ipukan”, “caren”, “jagalan”, dan tambak budidaya. Beberapa bagian tersebut dibatasi dengan benteng yang disebut benteng tambak, benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan. Benteng tambak adalah pembatas antara tambak yang satu dengan tambak yang lain. Benteng tambak dibuat lebih tinggi dari permukaan air untuk menghindari luapan air dari sungai maupun tambak yang lain. Benteng tambak digunakan sebagai jalan oleh petani untuk menuju tambak yang satu dengan tambak yang lain dan memudahkan petani pada saat proses pemberian makan. Panjang benteng tambak sama dengan panjang tambak, tinggi benteng sesuai dengan kedalaman tambak dan lebar benteng tambak yaitu . Ukuran benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan lebih kecil dibandingkan ukuran benteng tambak. Panjang benteng disesuaikan dengan panjang caren, ipukan, dan jagalan yang dibuat petani tambak. Tinggi benteng caren, ipukan, dan jagalan dibuat lebih rendah dari benteng tambak yaitu sekitar sedangkan lebar benteng yaitu sekitar .

(57)

41

Umumnya, ukuran ipukan menyesuaikan ukuran tambak budidaya, semakin luas tambak budiaya maka semakin luas pula ipukan. Misal ukuran tambak budidaya adalah 1 berarti petani membutuhkan ipukan yang cukup luas untuk memelihara lebih dari 10.000 nener.

Caren adalah parit kecil yang berada disalah satu sisi tambak budidaya yang berfungsi untuk mempercepat proses pengaliran air ke tambak. Caren juga mempunyai pintu air yang untuk mengontrol air yang mengalir dari caren ke tambak budidaya dan sebaliknya. Pintu air tersebut terletak di benteng yang membatasi caren dan tambak budidaya atau biasa disebut benteng caren.

Jagalan adalah kolam kecil yang berisi air. Jagalan digunakan pada saat panen ikan bandeng dengan cara dibedah. Air tambak yang dibuang melalui saluran air akan menuju ke jagalan kemudian air tambak turun ke sungai. Saat air tambak surut, semua ikan bandeng akan berkumpul di jagalan sehingga memudahkan petani untuk memanen ikan bandeng. Lebar jagalan biasanya sama dengan lebar ipukan.

Sirihan yaitu parit-parit kecil di dalam tambak budidaya yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu sirihan besar dan sirihan kecil. Sirihan digunakan petani saat panen ikan bandeng, prosesnya yaitu saat air mulai surut maka semua ikan bandeng akan turun ke sirihan kemudian baru turun ke jagalan. Sirihan besar adalah sungai di dalam tambak yang hampir berbentuk diagonal, sedangkan sirihan kecil berbentuk persegi panjang. Masing-masing mempunyai lebar

dengan jarak setiap sirihan adalah. b. Penempatan saluran air

(58)

42

tanggul tersebut disekat dengan papan kayu yang berfungsi sebagai pintu. Petani hanya perlu mengangkat pintu tersebut saat akan melakukan pengisian air dan pembuangan air.

Terdapat dua jenis pintu air atau panggilan, yaitu panggilan utama dan panggilan bantuan. Umumnya, suatu tambak hanya mempunyai satu panggilan utama. Panggilan utama ditempatkan disalah satu sisi benteng tambak yang dekat dengan sungai. Jika jarak tambak dengan sungai jauh maka petani membuat parit-parit kecil untuk membantu mengalirkan air dari sungai ke tambak. Panggilan bantuan berfungsi untuk membantu mengalirkan air dari sungai yang turun menuju ke jagalan, ke ipukan, ke caren, dan ke tambak budidaya sehingga berjumlah lebih dari satu.

(59)

43

Gambar 4.2 Kerangka Panggilan c. Pengeringan tambak

Tahap pertama sebelum melakukan pengeringan tambak yaitu membuang air dari tambak ke sungai. Proses pembuangan air tambak tergantung posisi tambak dengan sungai. Jika posisi tambak lebih tinggi dari sungai maka petani hanya perlu membuka pintu air atau panggilan sehingga air tambak akan turun ke sungai. Sebaliknya, jika posisi tambak lebih rendah dari sungai maka petani harus menggunakan pompa air untuk memompa air dari tambak ke sungai, namun hanya sedikit tambak yang memiliki posisi lebih rendah dari sungai.

(60)

44

dan berwarna putih atau “nelo”. Proses pengeringan tergantung cuaca, jika cuaca cerah dan panas akan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, namun jika curah hujan tinggi akan membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu. Selama proses pengeringan, petani selalu memantau kondisi dasar tambak, jika dasar tambak tergenang air karena curah hujan terlalu tinggi maka air harus dikeluarkan melalui saluran air. Pengeringan tambak akan membantu meningkatkan kadar garam air tambak setelah pengisian air.

Pengeringan tambak tidak harus selalu dilakukan saat memulai budidaya ikan bandeng. Pengeringan tambak bisa dilakukan satu kali dalam setahun dengan perkiraan untuk 2 kali budidaya ikan bandeng. Hal tersebut dilakukan petani untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya pengeringan tambak sehingga petani dapat memaksimalkan keuntungan hasil panen.

Selama proses pengeringan, petani memanfaatkan waktu untuk memasang “pracek”. Pracek adalah bambu-bambu yang dibenamkan di dalam tambak yang berfungsi untuk melindungi ikan bandeng dari serangan burung. Dibidang pertanian, pracek memiliki fungsi yang sama dengan orang-orangan sawah. Pracek dibuat dari bambu berukuran yang dibelah kecil-kecil dan salah satu ujungnya dibuat runcing. Ujung bambu yang runcing dibenamkan di tanah sedangkan ujung yang lain diikat dengan benang plastik atau benang layang-layang untuk menyambungkan pracek yang satu dengan yang lain. Jarak setiap pracek sama dengan jarak pracek dengan benteng tambak yaitu .

d. Pemupukan dasar tambak

(61)

45

menggemburkan tanah sedangkan urea bertujuan untuk menyuburkan klekap atau pakan alam. Penggunaan urea dan TS tergantung kebutuhan, petani bisa menggunakan urea atau TS atau keduanya.

Pemupukan dasar tambak tidak harus selalu dilakukan, sebab kadar air tambak yang asin bisa menumbuhkan klekap secara alami hanya saja pertumbuhannya tidak maksimal. Pada jaman dahulu petani belum menggunakan urea dan TS, jumlah nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 3000 nener/Hayang telah melalui proses “ngipuk”. Jika dibandingkan dengan tambak yang melakukan pemupukan, nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 6000 nener/Ha yang telah melalui proses ngipuk. Pertumbuhan klekap dapat mempengaruhi perkembangan ikan bandeng dikarenakan kebutuhan pakan yang tidak mencukupi sehingga akan mengakibatkan perkembangan ikan menjadi lamban.

Jumlah urea atau TS yang ditebar yaitu sekitar 100 kg/Ha, namun jika menggunakan keduanya maka jumlah urea dan TS diperkirakan sesuai dengan kebutuhan petani. Harga urea yaitu Rp116.000,00/karung sedangkan harga TS yaitu Rp95.000/karung, masing-masing karung berisi 50 kg Setelah penaburan urea dan TS tambak bisa langsung dialiri air.

e. Pengisian air

(62)

46

sodok yaitu bensin atau solar dengan perhitungan bahan bakar yang digunakan saat memompa yaitu 1 liter/jam.

(63)

47

bisa mengakibatkan ketinggian air bertambah atau berkurang. Misalnya, pada saat musim kemarau, cuaca sangat panas sehingga air tambak berkurang. Mengatasi hal tersebut maka petani harus melalukan pengisian air tambak, tetapi biasanya penambahan air hanya 2 cm sampai 3 cm.

f. Penebaran benih atau nener

Benih ikan bandeng atau nener biasa didapatkan dari para pedagang nener. Harga nener sekitar Rp15,00/ekor sampai Rp20,00/ekor tergantung jumlah nener dipasaran, jika jumlah nener dipasaran sedikit maka harga nener mencapai Rp20,00/ekor. Cara memperkirakan jumlah benih ikan bandeng atau nener yang ditebar sesuai dengan kapasitas tambak yang dikelola yaitu 10.000 nener/ Ha. Proses penebaran yaitu nener ditaruh di tambak kecil atau ipukan terlebih dahulu sebelum ditebar di tambak besar. Setelah nener didalam ipukan berumur 36 hari baru dipindah di tambak yang besar atau tambak budidaya. Setelah 36 hari kemungkinan jumlah nener yang masih hidup yaitu sekitar 6.000 nener dari jumlah sebelumnya yaitu 10.000 nener.

g. Pemberian pakan

(64)

48

saat ukuran ikan bandeng mulai besar atau sekitar berumur 3 bulan keatas, pemberian pakan trembel tenggelam akan membuat tanah mudah rusak. Harga trembel yaitu Rp250.000,00/karung, bedanya trembel apung berisi 30 kg/karung sedangkan trembel tenggelam 50 kg

/karung sehingga harga trembel apung lebih mahal dibandingkan trembel tenggelam.

Pemberian pakan ikan bandeng dimulai saat ikan berumur sekitar 1 bulan sampai 2 bulan atau menyesuaikan pertumbuhan ikan bandeng. Setiap pertumbuhan ikan berarti ada perbedaan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan untuk 6.000 nener berumur 1 – 2 bulan yaitu sekitar 2 kg/hari, nener berumur 2 – 3 bulan yaitu tidak menutup kemungkinan ikan bandeng dipanen saat berumur kurang dari 4 bulan karena terjadinya gagal panen. Umumnya, ikan bandeng beumur 4 bulan mencapai 6 ekor/kg atau tergantung dari pertumbuhan ikan bandeng. Ukuran ikan bandeng 6 ekor/kg sampai 7 ekor

/kg adalah ukuran yang laris dipasaran. Jika terjadi gagal panen pada ikan bandeng yang berumur sekitar 3 bulan biasanya hanya mencapai 10 ekor/kg,

(65)

49

Ikan bandeng dapat dipanen dengan cara dijaring dan dibedah. Sistem panen dibedah yaitu air tambak dibuang melalui saluran air. Pembuangan air saat panen tergantung ketinggian air sungai. Meskipun posisi tambak lebih tinggi dari sungai, tetapi jika air sungai sedang meluap maka petani menyiasati hal tersebut dengan menggunakan pompa air. Waktu dan bahan bakar yang digunakan selama mempompa tergantung ketinggian air tambak saat akan dipanen. Jika ikan bandeng dipanen saat ukuran ikan mencapai 6 ekor/kg artinya ketinggian air tambak mencapai 50 cm. Air tersebut dipompa sampai air tambak habis kemudian ikan akan berkumpul di jagalan dan diangkat ke benteng tambak lalu dipindahkan ke krondo. Alat yang digunakan untuk panen ikan bandeng dengan sistem bedah yaitu pompa air, seser dan krondo. Sistem panen kedua yaitu di jaring. Alat yang digunakan untuk panen ikan bandeng dengan sistem jaring yaitu jaring selebar ukuran tambak, seser, dan krondo. Jaring selebar ukuran tambak akan digerakan dari ujung tambang ke ujung tambak yang lain. Harga sewa jaring yaitu Rp300.000,00 untuk sekali panen. Saat jaring telah dipenuhi ikan bandeng, jaring akan diangkat ke benteng tambak dan dipindahkan ke krondo. Proses menjaring dilakukan berkali-kali hingga semua ikan bandeng di dalam tambak telah terjaring. Kelebihan dari sistem panen dijaring yaitu air tambak dapat digunakan untuk budidaya selanjutnya, waktu yang diperlukan lebih singkat sebab tidak perlu melakukan pengeringan tambak.

(66)

50

Setiap kuli akan membawa 2 krondo yang masing-masing dapat memuat 50 kg ikan bandeng, jadi setiap kuli akan membawa sekitar 100 kg ikan bandeng. Gaji kuli atau pocokan yaitu Rp100.000,00/orang, namun sesuai dengan tradisi di daerah Juwana kuli akan mendapat tambahan berupa “lawuhan” atau ikan hasil panen dari petani. Jumlah lawuhan yang didapat tergantung ukuran ikan bandeng yang dipanen. Jika ukuran ikan bandeng yang dipanen sekitar 6 ekor/kg maka masing-masing kuli akan mendapat 10 ekor sampai 15 ekor. Selain kuli, tukang jaring juga mendapat lawuhan dari petani. Jumlah lawuhan yang didapat tukang jaring lebih banyak dari kuli yaitu 15 ekor sampai 20 ekor sebab tukang jaring tidak mendapat gaji dari petani. Petani tidak menggaji kuli sebab gaji kuli ditanggung oleh pemilik jaring sehingga petani cukup membayar sewa jaring. Biaya sewa jaring yaitu Rp300.000,00 untuk sekali panen.

i. Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan

(67)

51

kemarau panjang, jika kadar garam dalam air terlalu tinggi maka petani dapat menambah air tambak. Namun hal tersebut tergantung apakah masih ada air sungai yang dapat dialirkan ke tambak.

Beberapa usaha yang dilakukan petani tambak untuk memaksimalkan hasil panen atau keuntungan yaitu; pertama menyewa tambak minimal 2 tahun, sebab jika budiaya ikan bandeng pada tahun pertama tidak mendapat untung maka dapat memaksimalkan hasil panen pada tahun kedua. Selain itu, jika petani hanya menyewa 1 tahun maka petani akan dirugikan oleh biaya pemasangan pintu air, pembuatan gubuk, pengeringan tambak dan sebagainya. Kedua, petani tambak tidak hanya budidaya ikan bandeng namun juga budidaya udang. Terkadang petani membagi lahan untuk budidaya ikan bandeng dan budidaya udang, namun ada juga petani yang membudidaya udang setelah budidaya ikan bandengnya telah mengalami kerugiaan atau gagal panen. Jenis udang yang dibudidayakan oleh para petani tambak di daerah Juwana ialah udang windu dan udang paname.

j. Memanfaatkan keuntungan

Para petani menfaatkan sebagian besar keuntungan hasil budidaya untuk kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jika kebutuhan rumah tangga telah tercukupi maka petani menyisihkan uang untuk menyewa tambak dan membeli kebutuhan tambak. Petani tidak melakukan manajemen keuangan dan pembukuan untuk mengelola keuntungannya.

2. Penjualan ikan bandeng

a. Penerimaan pasokan ikan bandeng

(68)

52

kepada pelelang yang biasa disebut juragan. Juragan menjual ikan bandeng dalam jumlah yang besar kepada pedagang sehingga pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu mengambil pasokan dari juragan akan mengambil pasokan dari pedagang lain atau pedagang pemasok atau disebut distributor kedua.

Pedagang mempunyai kriteria mengenai kualitas ikan bandeng yang memiliki daya jual tinggi dipasaran. Pertama, ada dua macam sistem panen ikan bandeng yaitu dijaring dan dibedah. Ikan bandeng yang dipanen dengan cara dijaring mempunyai kualitas yang kurang bagus sebab sisik ikan bandeng banyak yang terlepas atau rusak sehingga mempengaruhi harga jual. Kesegaran ikan bandeng yang dipanen dengan cara dijaring tidak bertahan lama sebab dagingnya mudah lembek sehingga ikan bandeng harus dibekukan. Sedangkan ikan bandeng yang dipanen dengan cara dibedah mempunyai kualitas yang lebih bagus sebab sisik ikan mulus sehingga harga jual lebih mahal dibandingkan ikan bandeng yang dipanen dengan cara dijaring.

Selain itu, ada dua jenis ikan bandeng yang dijual di pasar Porda Juwana yaitu bandeng Juwana dan bandeng Tayu. Peminat bandeng Tayu lebih sedikit di bandingkan peminat bandeng Juwana karena perut ikan bandeng Tayu kadang mengembang dan rasanya tidak segurih ikan bandeng Juwana. Tetapi saat pasokan ikan bandeng dari petani Juwana tidak ada, pedagang memilih ikan bandeng Tayu.

(69)

53

bandeng. Jika 12 kg ikan bandeng ditimbang menggunakan basket putih maka berat keseluruhan yaitu 13,2 kg. Berat krondo sendiri ialah 5 kg dan mampu memuat 60 kg ikan bandeng. Jika 60 kg ikan bandeng ditimbang menggunakan krondo maka berat keseluruhan yaitu 65 kg.

b. Penentuan harga beli ikan bandeng

Beberapa petani menjual hasil panen ikan bandeng kepada pelelang yang biasa disebut juragan. Juragan mengadakan lelang harga untuk menentukan harga jual ikan bandeng. Ikan bandeng akan menjadi milik beberapa padagang yang mampu membeli dengan harga yang telah disepakati saat pelelangan. Jika pedagang tidak mampu membeli dengan harga yang ditentukan maka pedagang mencari pasokan dari juragan lain atau menunggu lelang selanjutnya. Demikian juga dilakukan oleh pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu mengambil pasokan dari juragan, mereka akan memilih pedagang-padagang para pemasok yang menawarkan harga sesuai yang dengan kemampuan mereka.

Beberapa hal yang mempengaruhi harga beli ikan bandeng yaitu jumlah pasokan ikan bandeng di pasar Porda Juwana dan daya jual dipasaran. Jika jumlah pasokan ikan bandeng dari petani tambak sedikit maka harga beli ikan bandeng saat tinggi, namun jika pasokan ikan bandeng terlalu banyak maka harga beli ikan bandeng rendah. Selain itu, daya jual ikan bandeng dipasaran mempengaruhi harga beli ikan bandeng dari pemasok. Jika penjualan ikan bandeng dipasaran sedang rendah dan permintaan konsumen sedikit maka harga beli ikan bandeng menjadi rendah.

Gambar

Gambar 4.2  Kerangka Panggilan ....................................................................
Tabel 2.1
Tabel 3.2 Pedoman wawancara pada kegiatan budidaya ikan bandeng
Tabel 3.3 Pedoman wawancara pada kegiatan perdagangan ikan bandeng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel dalam penelitian ini adalah minat siswa SMK Negeri dan Swsta kelas XI Program Keahlian Teknik Informatika di Wonosari untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan

Bahasa pengantar di sekolah rendah Inggeris telah ditukar kepada bahasa kebangsaan Penubuhan Universiti Kebangsaan Malaysia 1977 Pada tahun 1982, Bahasa Melayu menjadi bahasa

Radioisotop 198Au yang dihasilkan dikarakterisasi dengan mengukur aktivitas, waktu paruh, energi, yield, kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia serta ukuran

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

5 Antara yang berikut, yang manakah berkaitan dengan perniagaan dalam negeri.. I Menggunakan sistem ukuran dan timbangan yang sama II Membuat pembayaran secara tunai

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dengan mengacu pada hipotesis taraf signifikansi , maka dapat disimpulkan bahwa (1)

bahwa pada saat ini mereka belum dapat menunjukkan prestasi akademik di kelas masing–masing, akan tetapi mereka tetap punya semangat dan motivasi yang tinggi untuk meraih

Saya selaku Kepala Dusun sejahtera Kecamatan Tompobulu Maros mengucapkan banyak terima kasih kepada anak-anak mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar berhubung dengan