Yusuf Henu Pramudya, 2015. Miskonsepsi Terhadap Pembelajaran Matematika Materi Pengolahan Data (Modus, Median, Mean, Diagram Garis, Batang, Lingkaran) Pada Siswa Kelas V1 Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendektesi jenis dan faktor penyebab Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis bertujuan untuk mendektesi siswa yang mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran Matematika materi pengolahan data. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui jenis dan faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga subjek terpilih yang mengalami miskonsepsi, setelah dianalisis hanya terdapat dua subjek yang benar-benar mengalami miskonsepsi dalam menyajikan diagram batang. Jenis miskonsepsi yang dialami dua subjek tersebut adalah klasifikasional dan faktor penyebabnya subjek tersebut belajar konsep Matematika secara mandiri, tidak belajar memperhatikan konsep guru.
Kata Kunci : Tes tertulis, wawancara, jenis miskonsepsi, faktor penyebab miskonsepsi, miskonsepsi klasifikasional.
Yusuf Henu Pramudya, 2015. Misconceptions of Mathematics Learning Material Data Processing (mode, median, average, line chart, trunk, circle) In Grade V1 Elementary School Year 2015/2016. Thesis. Teacher Education Study Program Elementary School, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The aims of this study to detect the types and causes of misconception in learning Mathematics grade SDN V1 Ngablak Sleman school years 2014/2015 school. Descriptive qualitative method is used in this research.
Test and interview used to collect the data in this study. The test is aimed to detect students who have misconceptions in learning Mathematics in trem of data processing. Interview is used to determine the types and causes of misconceptions experienced by the students.
The results showed that there were three selected subjects who had misconceptions and after being analyzed there were only two actual selected subjects experiencing misconceptions. The type of misconceptions experienced by the subjects is classifikasional. It caused by self learning concept instead of teachers learning concept.
Keywords: Test, intervew, type of misconceptions, causes misconceptions, misconceptions classifikasional.
MISKONSEPSI TERHADAP PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI PENGOLAHAN DATA
(MODUS, MEDIAN, MEAN, DIAGRAM GARIS,
BATANG, LINGKARAN)
PADA SISWA KELAS V1 SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yusuf Henu Pramudya
NIM : 111134006
Oleh :
Yusuf Henu Pramudya
NIM : 111134006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku yang selalu menjadi semangat hidupku terima kasih atas doa dan
dukungannya selama ini. Kakakku, teman-teman, seluruh warga SD Negeri
Ngablak Sleman terima kasih atas bantuan, dan perhatian yang diberikan.
MOTTO
“HIDUP INI ADALAH PILIHAN”
“MAKA PILIHLAH YANG TERBAIK”
ABSTRAK
Yusuf Henu Pramudya, 2015. Miskonsepsi Terhadap Pembelajaran Matematika Materi Pengolahan Data (Modus, Median, Mean, Diagram Garis, Batang, Lingkaran) Pada Siswa Kelas V1 Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendektesi jenis dan faktor penyebab Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis bertujuan untuk mendektesi siswa yang mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran Matematika materi pengolahan data. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui jenis dan faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga subjek terpilih yang mengalami miskonsepsi, setelah dianalisis hanya terdapat dua subjek yang benar-benar mengalami miskonsepsi dalam menyajikan diagram batang. Jenis miskonsepsi yang dialami dua subjek tersebut adalah klasifikasional dan faktor penyebabnya subjek tersebut belajar konsep Matematika secara mandiri, tidak belajar memperhatikan konsep guru.
Kata Kunci : Tes tertulis, wawancara, jenis miskonsepsi, faktor penyebab miskonsepsi, miskonsepsi klasifikasional.
ABSTRACT
Yusuf Henu Pramudya, 2015. Misconceptions of Mathematics Learning Material Data Processing (mode, median, average, line chart, trunk, circle) In Grade V1 Elementary School Year 2015/2016. Thesis. Teacher Education Study Program Elementary School, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The aims of this study to detect the types and causes of misconception in learning Mathematics grade SDN V1 Ngablak Sleman school years 2014/2015 school. Descriptive qualitative method is used in this research.
Test and interview used to collect the data in this study. The test is aimed to detect students who have misconceptions in learning Mathematics in trem of data processing. Interview is used to determine the types and causes of misconceptions experienced by the students.
The results showed that there were three selected subjects who had misconceptions and after being analyzed there were only two actual selected subjects experiencing misconceptions. The type of misconceptions experienced by the subjects is classifikasional. It caused by self learning concept instead of teachers learning concept.
Keywords: Test, intervew, type of misconceptions, causes misconceptions, misconceptions classifikasional.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, cinta dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“MISKONSEPSI TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MATERI PENGOLAHAN DATA (MODUS, MEDIAN, MEAN, DIAGRAM GARIS, BATANG, LINGKARAN) PADA SISWA KELAS V1 SEKOLAH DASAR” dengan lancar sesuai dengan waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik,
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph. D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Kaprodi PGSD.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakaprodi PGSD.
4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dosen pembimbing I yang telah membimbing
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah
membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Dwi Atmianto, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri Ngablak Sleman, yang
telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
7. Sri Wulandari, S.Pd. guru kelas VI SD Negeri Ngablak Sleman yang telah
memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.
8. Siswa kelas VI SD Negeri Ngablak Sleman tahun pelajaran 2014/2015
yang telah berkerjasama selama penelitian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
1. Pengertian Konsep Klasifikasional... 10
2. Pengertian Konsep Korelasional... 11
3. Pengertian Konsep Teoritik... ... 11
C. Pengertian Konsepsi ... 11
D. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 12
E. Pengertian Matematika... 13
1. Karakteristik Matematika... 13
2. Macam-macam Pandangan Matematika... 14
F. Pengolahan Data ... 15
G. Pengertian Miskonsepsi ... 16
1. Penyebab Miskonsepsi... 17
2. Kiat Mengatasi Miskonsepsi... 18
3. Ciri-ciri Miskonsepsi... 22
H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24
I. Kerangka Berfikir ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian... 35
1. Instrmen Tes Tertulis ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 50
B. Deskripsi Pengumplan Data ... 51
C. Hasil Analisis Penelitian ... 52
1. Analisis N11 ... 52
2. Analisis N12 ... 54
3. Analisis N14 ... 56
D. Hasil Skor Instrumen ... 59
E. Pembahasan ... 65
BAB V PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Keterbatasan Penelitian ... 69
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penyebab Miskonsepsi ... 17
Tabel 2.2. Kiat Mengatasi Miskonsepsi ... 18
Tabel 3.1. Hasil Validasi ... 37
Tabel 3.2. Rentang Skor... 39
Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Tes ... 39
Tabel 3.4. Pedoman Wawancara ... 44
Tabel 4.1. Triangulasi Data N12 ... 55
Tabel 4.2. Triangulasi Data N14 ... 58
Tabel 4.3. SK,KD, dan Indikator ... 59
Tabel 4.4. Deskrepsi Skor,Nilai, dan Penjelasan ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Validasi Soal Tes... 73
Lampiran 2. Soal Tes Tertulis ... 104
Lampiran 3. Hasil Wawancara Subjek Terpilih ... 109
Lampiran 4. Hasil Pekerjaan Siswa yang menjadi Subjek Terpilih ... 113
Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 115
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 133
Lampiran 7. Biodata Penulis ... 134
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas
Nomer 2 tahun 2006 tentang Standar isi, pembelajaran Matematika
bertujuan supaya siswa memahami konsep Matematika dengan benar.
Siswa dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau logaritma secara luwes, akurat efisien, tepat dalam pemecahan
masalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat. Siswa dapat
melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi dan
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
Siswa dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah dan merancang model Matematika. Siswa dapat menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh dan mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah. Siswa memiliki sifat menghargai akan kegunaan
Matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah. Hakikat proses belajar bertitik
tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan-perbuahan
melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman. Ada dua faktor utama yang me
nentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah
bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan inteligensi, sedangkan aspek
lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur
manusia yang menciptkan lingkungan, yaitu guru dan orang tua. Faktor
lainnya susunan saraf, dan respons individu terhadap perangsang dengan
berbagai kekuatan dan tujuan. Kategori belajar terdiri atas keterampilan
sensormotor, yaitu tindakan yang bersifat tomatis, belajar asosiasi, yaitu
hubungan antara urutan kata dan objek (Hamalik 2009: 55).
Menurut Hudojo (1979: 45), Matematika adalah suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir. Matematika sangat diperlukan baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK
sehingga Matematika perlu dibekalkan pada setiap peserta didik sejak
Sekolah Dasar (SD), bahkan sejak TK. Matematika yang cara bernalarnya
sangat deduktif, formal dan abstrak, harus diberikan kepada siswa SD
yang cara berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Kita perlu
menanamkan konsep-konsep Matematika tersebut, karena siswa SD
memiliki pemikiran yang masih sangat terbatas. Cara guru mengajarkan
konsep yang tepat yaitu dengan benda-benda konkret atau gambar konkret
terutama dalam pembelajaran Matematika karena Matematika sebagai
objek-objek penalaran abstrak, yaitu hanya ada dalam pemikiran manusia
sehingga Matematika itu hanyalah suatu hasil karya dari kerja otak
Menurut Hudojo (1979: 135), mengajar adalah kegiatan
penyampaian pembelajaran yang dilakukan seorang pendidik atau guru
kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menanggapai, menguasai,
mengembangkan materi yang diajarnya dan tujuan dari pendidikan
tersampaikan. Guru memilih pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan,
serta sikap yang relevan dengan tujuan pendidikan. Matematika
merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk atau
struktur-struktur yang abstrak, untuk dapat memahami sruktur-struktur
serta hubungan-hubungan dalam pembelajaran Matematika, tentu saja
diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam
mata pelajaran Matematika. Belajar Matematika berarti belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep. Siswa
SD untuk pembelajaran Matematika harus memperhatikan konsep-konsep
Matematika, karena kesalahan konsep masih sering terjadi. Contohnya
dalam penelitian yang relevan yaitu membahas tentang miskonsepsi yang
dialami siswa kelas V11 SMP 34 Semarang dalam mata pelajaran
Matematika materi bangun datar. Kesalahan konsep yang terjadi adalah
konsep klasifikasional, korelasional, dan teoritik, maka miskonsepsi harus
segera diatasi dan dicari faktor penyebabnya agar tidak berpengaruh pada
Timbulnya miskonsepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
secara garis besar dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu siswa itu
sendiri, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Menurut Suparno
(2005: 8), miskonsepsi adalah satu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang tidak dapat diterima oleh pakar awal atau
kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan
intuitif atau pandangan naif. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep
awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.
Beberapa peneliti lebih suka menggunakan istilah konsep alternatif, karena
dengan istilah itu menunjukkan keaktifan dan peran siswa mengonstruksi
pengetahuan mereka. Jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi, bukan
pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep
awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal, tampak
pengalaman siswa dengan konsep-konsep sebelum pembelajaran formal di
kelas sangat mewarnai miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V1 SD Negeri
Ngablak Sleman pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2015 dari hasil
wawancara, siswa mengalami kesalahan dalam menghitung mean dan
menyajikan diagram batang dan didukung dari teori-teori di atas dapat
dikatakan siswa kelas V1 mengalami miskonsepsi dalam mata pelajaran
Matematika materi pengolahan data. Maka peneliti tertarik dan bermaksud
Sleman dalam materi pengolahan data tentang “Miskonsepsi Terhadap
Pembelajaran Matematika Materi Pengolahan Data (modus, median, mean,
diagram garis, batang, lingkaran)”. Tujuan penelitian ini untuk mendektesi
miskonsepsi siswa dalam pembelajaran Matematika, karena dalam
pembelajaran Matematika sering terjadi kesalahan konsep atau
miskonsepsi siswa. Penelitian ini lebih mengenal subjek terpilih untuk
menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Penelitian ini
bermaksud untuk mencari jenis miskonsepsi dan mencari faktor penyebab
miskonsepsi siswa.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada miskonsepsi
yang dilakukan siswa, jenis miskonsepsi siswa dan faktor penyebab
miskonsepsi pada pembelajaran Matematika kelas VI di SD Negeri
Ngablak Sleman tentang pengolahan data pada penyajian diagram dan
menghitung mean.
C. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa jenis miskonsepsi yang dialami siswa SD Negeri Ngablak
Sleman pada materi pengolahan data?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan siswa kelas V1 SD Negeri
Ngablak Sleman mengalami miskonsepsi pada materi pengolahan
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan maka secara
umum tujuan penelitian ini untuk mencari miskonsepsi atau kesalahan
konsep guru mengajar dalam mata pelajaran Matematika atau kesalahan
cara pandang siswa dalam memahami konsep Matematika materi
pengolahan data siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman :
1. Mencari jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa kelas V1 SD
Negeri Ngablak Sleman pada materi pengolahan data.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab miskonsepsi
yang dilakukan siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman pada
materi pengolahan data.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, dan sekolah :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti dalam penelitian
kualitatif tentang menganalisis miskonsepsi siswa, sehingga
peneliti ketika sudah menjadi seorang pendidik mampu
memberikan konsep Matematika secara benar.
b. Bagi Guru
Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat
masih sering terjadi, supaya guru memberikan tindak
lanjut untuk mengatasi miskonsepsi dalam pembelajaran
Matematika materi pengolahan data.
2. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan di bidang pendidikan SD
terutama tentang miskonsepsi pada pemahaman belajar siswa
dalam bidang studi Matematika.
F. Definisi Operasional
Pemahaman terhadap konsep Matematika sangat berpengaruh pada
kemampuan berpikir siswa. Oleh sebab itu dapat dijelaskan beberapa
istilah yang digunakan dalam penelitian ini beserta batasan-batasanya :
1. Konsep
Sekumpulan atau seperangkat sifat yang dihubungkan
oleh aturan-atuan tertentu, setiap aspek dari suatu objek,
kejadian yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan objek atau
kejadian yang lain.
2. Konsepsi
Konsep yang dimiliki siswa pada pengetahuan dan
penalaranya sendiri.
Suatu konsep atau salah pada konsep awal
(prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmu yang sekarang diterima.
4. Pembelajaran Matematika
Suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam
pembelajaran Matematika.
5. Materi Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan pokok bahasan pelajaran
Matematika yang dipelajari siswa kelas V1 semester ganjil dan
genap, materinya adalah menentukan modus median, mean,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Teori-teori yang mendukung a. Pengertian Konsep
Menurut Hulse (dalam Suharnan, 2005: 115),
pengertian konsep adalah sekumpulan atau seperangkat sifat
yang dihubungkan oleh aturan-atuan tertentu. Setiap aspek dari
suatu objek kejadian yang memiliki sifat-sifat yang sama
dengan objek atau kejadian yang lain. Konsep menunjuk pada
sifat-sifat umum yang menonjol dari satu kelas objek atau ide.
Pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau
mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang
serupa menurut sifat-sifat atau atribut nilai tertentu yang
dimilikinya ke dalam satu kategori.
Menurut Berg (1991: 8), menjelaskan bahwa konsep
merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia
untuk berpikir. Berg (1991: 11) menjelaskan seorang siswa
dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila :
(1) siswa tersebut mampu menjelaskan konsep yang
bersangkutan, (2) mampu menjelaskan konsep yang
bersangkutan dengan objek-objek lain, (3) menjelaskan
hubungan dengan objek-objek lain, (4) dapat menjelaskan
konsep dalam kehidupan sehari-hari. Konsep yang dibuat setiap
orang satu dengan yang lainya berbeda, hal ini dikarenakan
konsep yang dibentuk oleh setiap orang berdasarkan apa yang
dilihat atau berdasarkan pengalaman mereka hal ini yang
menjadikan konsep yang dibentuk setiap orang tidak pernah
sama.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat dikatakan konsep
adalah sekumpulan atau seperangkat sifat yang dihubungkan
oleh aturan-aturan tertentu yang mempermudah komunikasi
antar manusia.
b. Macam-Macam Konsep
Menurut Saliraswati (2010: 13), konsep dapat
dikelompokan berdasarkan bentuk dan tingkatanya, bentuk
konsep dibedakan menjadi tiga jenis :
1) Konsep Klasifikasional, mencakup bentuk konsep
yang didasarkan atas klasifikasi fakta-fakta ke
dalam bagan-bagan yang terorganisir. Contohnya
2) Konsep Korelasional, mencakup
kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan atau
observasi-observasi yang terjadi atas
dugaan-dugaan terutama berbentuk formulasi
prinsip-prinsip umum. Misal konsep luas persegi panjang
sebagai kali panjang dan lebar.
3) Konsep Teoritik, mencakup bentuk konsep yang
mempermudah kita dalam mempelajari
fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam sistem yang
terorganisir. Misalnya konsep titik, bilangan, dan
himpunan.
c. Pengertian Konsepsi
Menurut Berg (1991: 8), konsepsi merupakan tafsiran
perorangan atau individu terhadap suatu konsep. Sebelum
memasuki dunia sekolah ternyata sudah mempunyai konsepsi
atau teori mengenai konsep-konsep suatu pembelajaran yang
mereka dapat melalui pengalaman atau pengetahuan konsepsi.
Apabila konsepsi siswa sama dengan konsepsi para ahli, maka
konsepsi siswa tersebut dapat dikatakan benar.
Menurut Feldsine (dalam Salirawati, 2012: 120),
pemahaman setiap peserta didik mengenai suatu konsep disebut
berbeda-beda terhadap suatu konsep. Daya pikir dan daya
tangkap setiap peserta didik terhadap stimulus yang ada di
lingkungan. Apabila terjadi kesalahan konsepsi terhadap
pemahaman peserta didik dalam suatu pembelajaran, maka
peserta didik tersebut mengalami miskonsepsi. Ketidaklogisan
jawaban peserta didik disebabkan penguasaan suatu konsep
yang salah yang berakibat pada kesalahan keseluruhan konsep
yang ada, padahal ada keterkaitan yang erat antar konsep dalam
suatu materi ajar.
Berdasarkan teori-teori yang mendukung di atas dapat
dikatakan konsepsi adalah tafsiran atau pemahaman peserta
didik terhadap suatu konsep pembelajaran yang mereka dapat
melalui pengalaman atau pengetahuan.
d. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menurut Suyono (2011: 207), pembelajaran adalah
suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
Matematika. Pembelajaran dikondisikan agar mampu
mendorong kreatifitas siswa secara keseluruhan, membuat
berlangsung dalam kondisi menyenangkan dalam
pembelajaran Matematika.
e. Pengertian Matematika
Menurut Soedaji (2000: 11), Matematika merupakan
disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan dengan
disiplin ilmu-ilmu yang lain, karena itu kegiatan belajar dan
mengajar Matematika tidak disamakan begitu saja dengan ilmu
yang lain. Peserta didik yang belajar Matematika berbeda-beda
kemampuannya, maka kegiatan belajar dan mengajar haruslah
diatur sekaligus memperhatikan kemampuan siswa.
Matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur dan
hubungan-hubunganya yang diatur menurut urutan yang logis
dan berkenan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika
seringkali dilukiskan sebagai suatu ilmu yang terdiri dari suatu
kumpulan sistem Matematika yang masing-masing sistem itu
mempunyai struktur tersendiri yang sifatnya bersistem deduktif.
Menurut Soedaji (2000: 13), karakteristik Matematika sebagai
berikut.
1) Memiliki objek kajian abstrak,
2) Bertumpu pada kesepakatan,
3) Berpola pikir deduktif,
5) Memperhatikan semata pembicaraan,
6) Konsisten dalam sistemnya.
Menurut Adams dan Hamm (dalam Ariyadi wijaya,
2012: 5), menyebutkan empat macam pandangan tentang posisi
dan peran Matematika, yaitu :
a) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir
Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter
logis dan sistematis dari Matematika berperan dalam
proses mengorganisasikan gagasan, menganalisis
informasi, dan menarik kesimpulan antar data.
b) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan
hubungan (pattern and realitionship)
Dalam mempelajari Matematika, siswa perlu
menghubungkan suatu konsep Matematika dengan
pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan
pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan
konsep dalam Matematika, sehingga siswa dapat segera
menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari
memilki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang
sudah pernah mereka pelajari.
Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek
aplikasi dan aspek sejarah dari konsep Matematika.
Banyak konsep Matematika yang bisa kita temukan dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara
sadar maupun tidak, selain aspek aplikasi Matematika
pada masa sekarang, perkembangan Matematika juga
sebenarnya disebabkan adanya kebutuhan manusia.
d) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk
berkomunukasi
Matematika merupakan bahasa yang universial
karena simbol Matematika memiliki makna yang sama
untuk berbagai istilah dari bahasa yang berbeda.
Dari teori-teori di atas dapat dikatakan
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat
khas dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain,
karena peran Matematika sebagai bahasa atau alat
berkomunikasi.
f. Pengolahan Data
Menurut Zaini dan Sani (2006: 85), pengolahan data
dalam pembelajaran Matematika meliputi kompetensi 1)
pengumpulan data, membuat tabel frekuensi, membaca tabel, 2)
dan lingkaran, 3) menentukan modus, median, dan mean.
Materi pengolahan data dipelajari siswa kelas V1 pada
semester 1 dan 2 sesuai dengam KTSP. Konsep pengolahan
data sangat perlu diperhatikan dalam proses pengerjaan siswa
terutama kelas V1, karena konsep-konsep dalam materi
pengolahan data meliputi mencari modus, median, mean,
menyajikan diagram batang, garis, dan lingkaran. Di bawah ini
adalah pengrtian dari : modus, median, mean, dan penyajian
data ( Zaini dan Sani 2006: 85)
1. Modus adalah data yang paling sering muncul di antara
sekelompok data.
2. Median adalah data nilai yang ada di tengah. Nilai
diperoleh dengan cara menyusun nilai-nilai mulai dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi, sehingga
dari urutan nilai tersebut akan membatasi 50%
frekuensi bagian bawah dan 50% frekuensi bagian atas.
3. Mean adalah jumlah nilai dibagi banyak data.
4. Penyajian data adalah mengolah data dalam bentuk
tabel sesuai dengan nilai frekuensi.
g. Pengertian Miskonsepsi
Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi adalah suatu
konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para
alternatif, karena dengan istilah itu menunjukkan keaktifan
peran siswa mengkontruksi pengetahuan mereka. Konsep yang
diangap “salah” tersebut dalam hal dapat membantu orang
dalam memecahkan persoalan hidup mereka. Dari jenis
miskonsepsi yang paling banyak terjadi, bukan pengertian yang
salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal
(prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Secara garis
besar langkah-langkah yang digunakan untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi :
1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang
dilakukkan siswa,
2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi
tersebut,
3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.
Tabel 2.1 Penyebab miskonsepsi siswa (Suparno, 2005: 29)
2. Bukan lulusan dari bidang Matematika / fisika
3. Tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan / ide 4. Realisasi guru-siswa tidak baik Buku teks 1. Penjelasan keliru
2. Salah tulis, terutama dalam rumus
3. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa 4. Siswa tidak tahu membaca
buku teks
Konteks 1. Pengalaman siswa
2. Bahasa sehari-hari berbeda 3. Teman diskusi yang salah 4. Keyakinan dan agama
8. Model demontrasi yang sempit
9. Non-multiple intelligences
Tabel 2.2 Kiat mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2005: 55)
Sebab Utama
Sebab Khusus Kiat Mengatasi
tulisan
Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan miskonsepsi
adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang
diakui oleh para ahli. Penyebab miskonsepsi bisa terjadi oleh
siswa itu sendiri, guru atau pengajar, buku teks, konteks, dan
cara mengajar. Miskonsepsi dapat diatasi dengan cara
menunjukkan kemungkinan yang salah konsep dari hasil
pengerjaan siswa.
Menurut Berg (1991: 10), miskonsepsi adalah
kesalahan dalam hubungan antar konsep. Disamping istilah
misconceptions peneliti juga dapat menggunakan alternative
frameworks, altenative, conceptions, atau chlidren theories.
Ketiga istilah ini digunakan untuk menghindari label salah dan
untuk menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa seringkali
merupakan bagian dari suatu teori siswa yang dengan
sendirinya cukup logis dan lumayan konsisten, walaupun tidak
cocok dengan pendapat ilmuwan dan peristiwa-peristiwa fisika.
Istilah-istilah tersebut juga digunakan untuk menunjukkan
bahwa “kebenaran” dalam ilmu tidak mutlak menurut filsafat
ilmu sekarang, maka peneliti tidak mau menggunakan label
Menurut Osborne dan Freybeg (dalam Suharnan,
2005: 34) ciri-ciri miskonsepsi dapat diringkaskan sebagai
berikut.
a) Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki,
b) Seringkali „sisa‟ miskonsepsi terus menerus menganggu.
Soal-soal yang sederhana dapat dikejakan, tetapi soal
yang sedikit sulit, miskonsepsi muncul lagi,
c) Seringkali terjadi regresi, yaitu siswa yang sudah
pernah mengatasi miskonsepsi, beberapa bulan
kemudian salah lagi,
d) Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tak dapat
dihilangkan atau dihindari,
e) Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat
kena miskonsepsi,
f) Guru dan dosen pada umumnya tidak mengetahui
miskonsepsi yang lazim antara siswanya dan tidak
menyesuaikan poses belajar mengajar dengan
miskonsepsi siswanya,
g) Kebanyakan cara remidial yang dicoba, belum berhasil.
Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan
miskonsepsi adalah kesalahan hubungan antar konsep.
yang bagus miskonsepsi tidak dapat dihilangkan atau
h. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Ika Lailatul
Rohma pada tahun 2013, yang berjudul “Miskonsepsi Siswa
dalam menyelesaikan soal materi bangun datar segi empat
kelas V11 SMP Negeri 34 Semarang tahun ajaran 2013/2014”.
Miskonsepsi yang dialami siswa kelas V11-H SMP Negeri 34
Semarang pada materi bangun datar segi empat. Miskonsepsi
yang terjadi pada masing-masing subjek penelitian ini
beranekaragam. Diantaranya adalah kesalahan konsep
klasifikasional, korelasional, dan teoritik.
Penelitian tersebut relavan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu membahas tentang miskonsepsi pada materi
bangun datar segi empat. Penelitian tersebut membahas
pembelajaran Matematika SMP, sedangkan penelitian ini
membahas pembelajaran Matematika SD materi pengolahan
data (modus, median, mean, diagram garis, batang dan
lingkaran) dan mencari jenis-jenis miskonsepi yaitu kesalahan
klasifikasional, korelasional, dan teoritik. Persamaanya
penelitian tersebut membahas tentang miskonsepsi dalam
pembelajaran Matematika, untuk perbedaanya pada materi dan
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Petra
Daimana Febrine Setyaning Tyas pada tahun 2013, yang
berjudul “Tingkat Miskonsepsi pada aspek Bilangan di
Kalangan Siswa Baru SMP N 2 Wonosobo tahun ajaran
2013/2014”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tingkat
miskonsepsi pada aspek bilangan cacah, bilangan bulat,
pecahan sebenarnya, bilangan bulat, penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat serta bilangan bulat negatif, FPB
dan KPK, pecahan, pengoprasian sifat distribusif pada aspek
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan, operasi
campuran bilangan pecahan dalam pemecahan masalah.
Penelitian tersebut relavan yang dilakukan oleh peneliti
yaitu membahas tentang miskonsepsi pada materi bilangan.
Penelitian tersebut membahas pembelajaran Matematika SMP,
sedangkan penelitian ini membahas miskonsepsi pembelajaran
Matematika SD materi pengolahan data (modus, median, mean,
diagram garis, batang dan lingkaran). Persamaanya penelitian
tersebut membahas tentang miskonsepsi dalam pembelajaran
Matematika, untuk perbedaanya pada materi dan pembelajaran
untuk tingkatan SMP.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Diana Budi
miskonsepsi tentang kemagnetan pada siswa kelas X SMA
Gama Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi miskonsepsi pada konsep (1) pengertian magnet, (2)
interaksi benda yang didekatkan dengan magnet, (3) jenis-jenis
benda magnetik, (4) magnet buatan, (5) sifat-sifat magnet, (6)
magnet bumi, (7) medan magnet, (8) garis gaya magnet, (9)
elektromagnektik, (10) gaya Lorenz.
Penelitian tersebut relavan yang dilakukan oleh peneliti
yaitu membahas tentang miskonsepsi. Penelitian tersebut
membahas miskonsepsi tentang pembelajaran Matematika
materi kemagnetan pada kelas X SMA, sedangkan penelitian
ini membahas miskonsepsi pembelajaran Matematika SD
materi pengolahan data (modus, median, mean, diagram garis,
batang dan lingkaran). Persamaanya penelitian tersebut
membahas tentang miskonsepsi dalam pembelajaran
Matematika, untuk perbedaanya pada materi dan pembelajaran
untuk tingkatan SMA.
1. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan
ide, struktur, dan hubungan yang logis dari suatu konsep-konsep abstrak.
Siswa Sekolah Dasar yang salah konsep atau miskonsepsi akan
selanjutnya. Miskonsepsi dalam pembelajaran Matematika dapat dilihat
dengan siswa mengerjakan soal, kesalahan konsep siswa atau
langkah-langkah pengerjaan siswa. Maka peneliti bermaksud untuk mengungkap
miskonsepsi dalam pembelajaran Matematika materi pengolahan data pada
siswa kelas V1, tujuannya dilakukan penelitian ini untuk mencari jenis dan
faktor penyebab miskonsepsi. Analisis miskonsepsi siswa dilakukan
dengan uji tes tertulis dan wawancara untuk menemukan jenis miskonsepsi
dan faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa. Hasil tes selanjutnya
dianalisis dengan meneliti hasil pengerjaan siswa yang mengalami
kesalahan konsep pada soal Matematika materi pengolahan data untuk
dijadikan subjek terpilih dan dilakukan wawancara. Dari hasil wawancara
tersebut, selanjutnya dianalisis dengan mendiskripsikan hasil wawancara
tersebut dan untuk membuktikan kebenaran bahwa siswa tersebut memang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks sosial, secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti. Penelitian kualitataif muncul
karena adanya realitas sosial. Tujuan dilakukan penelitian kualitatif untuk
menemukan sifat atau pengalaman seseorang yang tersembunyi di balik
fenomena yang kadang merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau
dipahami. Penelitian kualitatif harus terjun langsung dan harus mengenal
subjek penelitian yang bersangkutan secara personal. Semaksimal
mungkin pemisah antara peneliti dengan subjek yang diteliti harus
dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti dapat benar-benar
memahami sudut pandang dan perasaan subjek penelitian dengan optimal
(Fatchan 2001: 22). Penelitian tersebut nantinya akan menghasilkan data
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan masalah
miskonsepsi di SD Negeri Ngablak Sleman terutama pada siswa kelas V1
yang berkaitan dengan meteri pengolahan data (modus, median, mean,
diagram garis, batang dan lingkaran).
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Ngablak
Turi Sleman yang beralamat di jalan Turi Sleman. Alasan peneliti
memilih SD Negeri Ngablak Sleman sebagai tempat penelitian
karena dari hasil wawancara dengan guru kelas, peneliti
menemukan permasalahan yang terdapat di SD tersebut yaitu
miskonsepsi dalam pembelajaran Matematika materi pengolahan
data, sehingga peneliti akan melakukkan penelitian.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran
2015/2016 bulan Januari. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
meminta ijin terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah SD Negeri
Ngablak Sleman dan selanjutnya wawancara pada guru kelas V1.
Peneliti melakukan pengumpulan data pada bulan Januari hari
Kamis tanggal 08 sampai Sabtu 27 Januari. Peneliti mengolah data
dan menganalisis data pada bulan Febuari, setelah itu peneliti
menyusun laporan selanjutnya dikonsultasikan pada dosen
April. Tahap terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan
ujian skripsi pada bulan Mei.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V1 SD Negeri
Ngablak Sleman Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Semester
Genap Tahun 2015 yang berjumlah 21 siswa. Alasanya pertama
peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas V1 SD Negeri
Ngablak Sleman dan menemukan permasalahan dalam
pembelajaran Matematika. Dari hasil wawancara menunjukkan
beberapa siswa yang salah dalam menyajikan diagram batang dan
menghitung mean pada materi pengolahan data.
4. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam miskonsepsi pembelajaran
Matematika materi pengolahan data terhadap siswa kelas V1 SD
Negeri Ngablak Sleman.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif yang menggambarkan suatu kejadian pada masa kini.
Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena yang
ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin 2007: 68).
hari Sabtu 27 Januari 2015. Penelitian tersebut berlangsung atas ijin dari
kepala sekolah, guru kelas V1 dan sebelumnya siswa sudah mendapatkan
materi pengolahan data. Berikut adalah perencanaan penelitian di SD
Negeri Ngablak Sleman :
1. Persiapan
Kegiatan penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam
persiapanya adalah :
1) Survai SD Negeri Ngablak Sleman
Pada hari Senin tanggal 05 Januari 2015, peneliti
sebelumnya datang ke lokasi sekolah SD Negeri Ngablak
Sleman untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada kepala
sekolah untuk melakukan penelitian di SD tersebut. Setelah
disetujui melakukan penelitian oleh bapak kepala sekolah,
selanjutnya wawancara dan diskusi dengan guru kelas V1
tentang pembelajaran Matematika pada materi pengolahan
data.
2) Meminta surat ijin penelitian
Pada hari Selasa tanggal 06 Januari 2015, peneliti
menulis judul penelitian dan SD yang akan digunakan untuk
penelitian di sekertariat prodi, setelah itu meminta tanda
3) Permohonan ijin penelitian di SD Negeri Ngablak Sleman
Setelah surat pengantar penelitian sudah sah
disetujui dan ditanda tangani oleh kepala prodi PGSD dan
Dekan Fakultas, peneliti menyerahkan surat pengantar dari
kampus kepada kepala sekolah SD Negeri Ngablak Sleman
agar dalam proses penelitian berjalan dengan lancar.
4) Membuat Instrumen Penelitian
Sebelumnya siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak
Sleman sudah mempelajari atau mendapatkan materi
pengolahan data secara luas. Peneliti membuat soal tes
tertulis untuk penelitian pada materi pengolahan data
(modus, median, mean, diagram garis, batang, dan
lingkaran) yang berjumlah 10 soal.
2. Pelaksanaan
Peneliti mengambil data dengan uji tes tertulis materi
pengolahan data dan wawancara kepada subjek terpilih dan guru
kelas V1.
3. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
a) Menganalisis Data Penelitian
Setelah peneliti mengujikan soal tes tertulis, soal
salah dalam pengerjaan konsep, akan diwawancarai oleh
peneliti, apakah benar terjadi miskonsepsi pada siswa tersebut.
Setelah itu wawancara kepada guru kelas V1, dari penelitian
ini peneliti akan mencari jenis-jenis miskonsepsi dan faktor
penyebab miskonsepsi.
b) Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh
peneliti, langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan
tersebut untuk menentukan dari keseluruhan penelitian yang
dilakukan untuk menjawab permasalahan miskonsepsi yang
dialami siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman pada
materi pengolahan data dan mencari jenis-jenis miskonsepsi
dan faktor penybabnya.
c) Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Penyusunan laporan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing untuk mendapatkan masukan, komentar, dan
saran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (dalam Andi Prastowo, 2014: 34), teknik
penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatan data. Teknik
pengumpulan data kualitatif terdiri dari, tes tertulis, dan wawancara.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini :
1. Tes Tertulis
Peneliti melakukan uji soal Matematika materi pengolahan
data setelah siswa sudah mempelajari materi tersebut secara
menyeluruh. Uji soal ini untuk menganalisis miskonsepsi tentang
pemahaman siswa dalam konsep materi pengolahan data. Uji soal
berlangsung pada hari Kamis tanggal 08 Januari 2015 pukul
07.00-09.00 WIB di ruang kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman. Siswa
yang mengikuti tes tersebut berjumlah 21 siswa. Siswa diberi
waktu 120 menit untuk mengerjakan 10 soal dengan teliti.
Masing-masing siswa harus mengerjakan soal tersebut secara mandiri dan
tidak boleh saling mencontek. Peneliti menjaga secara tertib agar
siswa tidak curang dalam mengerjakan soal karena hasil pekerjaan
masing-masing siswa tersebut harus murni pekerjaan sendiri
merupakan gambaran miskonsepsi yang dialaminya.
2. Metode Wawancara
Menurut Achmadi (2007: 83), wawancara adalah proses
tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di
mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
wawancara ini ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukanya
untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.
Wawancara ini dilakukan kepada subjek siswa terpilih dan guru
kelas dengan tujuan untuk memastikan adanya miskonsepsi dalam
hasil pekerjaan siswa tersebut. Peneliti berwawancara dengan
subjek siswa yang terpilih dan mencari jenis miskonsepsi dan
faktor penyebab miskonsepsi, untuk mencari subjek terpilih dengan
cara memeriksa hasil pekerjaan masing-masing siswa dengan
proses atau jawaban yang tidak masuk akal atau salah dalam proses
pengerjaan menjadi tolak ukur untuk dijadikan subjek terpilih.
Kegiatan wawancara berlangsung di kelas, guru kelas meluangkan
waktu untuk dipergunakan peneliti melakukan wawancara di kelas
pada subjek-subjek terpilih.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrumen yang digunakan adalah
peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2010: 306), mengungkapkan
bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif ini disebut sebagai “the research
is the key instrument” yang intinya peneliti merupakan instrumen kunci
dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mempunyai fungsi untuk
menetapkan fokus penelitian, memilih informasi, sebagai sumber data,
membuat kesimpulan atas temuanya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan instrumen tes dan pedoman wawancara.
1. Instrumen Tes Tertulis
Instrumen tes yang digunakan dengan uji soal
materi pengolahan data, bentuk soal uraian, soal berjumlah 10,
waktu untuk mengerjakan soal tersebut selama 2 jam atau 120
menit. Instrumen tes adalah sebagai pengumpul data, peneliti
menggunakan instrumen tes tertulis. Soal tes terdiri atas
banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu
jenis variabel (Arikunto 1998: 140). Instrumen ini akan
diberikan pada subjek penelitian yang sebelumnya diuji coba
dulu untuk mengetahui layak atau tidak untuk digunakan
sebagai alat untuk mengumpulkan data. Selanjutnya untuk uji
validitas instrumen dilakukan dengan pengkajian butir-butir
soal oleh validator yang ditentukan. Penilaian validasi ini
adalah dengan memberikan tanda cek pada kolom yang
tersedia yang sebelumnya lembar validasi telah disusun dengan
persetujuan dosen pembimbing. Validator yang dipilih adalah
orang-orang yang ahli dalam bidang Matematika. Berikut
Tabel 3.1 Hasil Validasi oleh 2 Dosen Pendidikan Matematika
3 Kesesuaian indikator 1 dengan item soal yang diberikan
4 3 7
4 Kesesuaian indikator 2 dengan item soal yang diberikan
4 2 6
5 Kesesuaian indikator 3 dengan item soal yang diberikan
4 2 6
6 Kesesuaian indikator 4 dengan item soal yang diberikan
4 3 7
7 Kesesuaian indikator 5 dengan item soal yang diberikan
4 4 8
8 Kesesuaian indikator 6 dengan item soal yang diberikan
4 3 7
9 Kesesuaian indikator 7 dengan item soal yang diberikan
4 1 5
10 Kesesuaian indikator 8 dengan item soal
11 Kesesuaian indikator 9 dengan item soal yang diberikan
4 3 7
12 Kesesuaian indikator 10 dengan item soal
yang diberikan 4 3 7
13 Bentuk instrument
tes yang disajikan 4 3 7
14 Penggunaan Bahasa Indonesia dan tata
3 soal atau indikator perlu diperbaiki. Validator memberikan
komentar atau saran dalam memperbaiki soal tersebut, untuk
nilai skor 4 indikator dan soal sudah sesuai, jadi validator tidak
memberikan komentar atau saran. Saran untuk validator 1
untuk soal nomer 8 indikator 1 adalah dalam menyajikan
diagram lingkaran menggunakan derajat sebaiknya jangan
terlalu sulit untuk menentukan besar kecil sudutnya. Kemudian
validator 2 memberikan komantar untuk pembuatan soal
jangan terlalu banyak. Dari saran dan komentar dua dosen
tersebut peneliti merevisi soal dan menerima saran dan
rentang skor untuk menilai validasi kisi-kisi soal yang dibuat
peneliti :
Tabel 3.2 Rentang skor
No Bobot Skor terbobot 1 Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan
80 – 100
2 Kesuluruhan instrumen sudah layak digunakan dengan revisi
50 – 70
3 Kesuluruhan instrumen kurang layak digunakan
20 – 40
Dari penilaian dua dosen validator dengan nilai
jumlah 87 dan rata-rata 6,21 dengan menggunakan pedoman
jumlah rentang skor di atas, menunjukkan kesuluruhan
instrumen sudah layak digunakan untuk penelitian. Karena
jumlah menunjukkan lebih dari 80 untuk nilai skor bobot. Dari
hasil validasi peneliti akan memperbaiki beberapa soal dengan
menambah gambar, bahasa atau kata-kata dalam soal untuk
diperbaiki. Kemudian mengganti beberapa soal yang sulit
dipahami oleh siswa. Di bawah ini adalah tabel kisi-kisi soal
tes yang sudah divalidasi dua dosen pendidikan Matematika.
Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes
masalah
Selanjutnya soal yang sudah direvisi oleh peneliti
kemudian diujikan ke subjek yang lain sebelum digunakan
untuk penelitian. Subjek yang lain yang dimaksud adalah siswa
kelas V1 SD Negeri Triharjo Sleman. Peneliti menggunakan
metode yang relevan, penelitian akan terhindar dari cara kerja
yang spekulatif dan bersifat trial and error. Metode yang tepat
akan meningkatkan objektifitas hasil penelitian dan
memungkinkan penemuan kebenaran yang memiliki tingkat
ketepatan (validitas) dan tingkat kepercayaan (reliabilitas) yang
tinggi. Suatu metode juga tidak bisa digunakan untuk meneliti
semua maslah, karena itu peneliti harus mampu memilih dan
menggunakan metode yang dapat mengungkapkan masalah
yang dihadapinya secara tuntas (Nawawi dan Martini, 1996:
71), maka untuk mengetahui kelayakan soal peneliti
Nawawi dan Martini (dalam Saifuddin Azwarv, 2008: 4),
validitas merupakan penerjemahaan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas tinggi disebut dengan pengukuran yang
reliabel (reliable). Dilakukannya uji validitas akan memberikan
kevalidan tinggi dari nilai soal, setelah soal diperiksa dan
selanjutnya dihitung menggunakan validitas manual. Hasil
menunjukkan kevalidan dari semua pengerjaan soal siswa kelas
V1. Nilai untuk kelompok tinggi yang telah dihitung
menggunakan rumus validitas menghasilkan nilai 0,33. Nilai
untuk kelompok rendah yang telah dihitung menggunakan
rumus validitas menghasilkan nilai 1,2. Selanjutnya dari data
kelompok tinggi dan kelompok rendah dihitung berdasarkan
rumus validitas hasilnya menunjukkan tingkat kesalahannya 9%
dan dk 16, diketahui t tabel untuk uji satu pihak (one tail test) =
1,860. Harga t hitung = 2,6 (t tabel = 1,860 < t hitung = 0 ) =
Valid. Berdasarkan hasil validitas di atas, menunjukkan
kevalidan dari semua soal tes yang dibuat peneliti. Sebagai
bahan pertimbangan kelayakan instrumen, selanjutnya peneliti
melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini dilihat dari uji
coba soal tes yang telah diujikan sebelum melakukan uji soal
interval koefisien reliabilitas soal-soal dalam taraf sangat
2. Pedoman Wawancara
Menurut Ahmadi (2014: 118), pedoman wawancara
ialah sebuah daftar pertanyaan yang diselediki dalam proses
suatu wawancara. Pedoman wawancara dipersiapkan agar
dapat meyakinkan bahwa pada dasarnya informasi yang sama
diperoleh dari sejumlah orang dengan mencakup materi yang
sama. Pedoman ini memberikan topik-topik atau
bidang-bidang subjek dimana pewawancara bebas untuk
mengembangkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
akan membentangkan atau menghilangkan subjek-subjek
khusus. Pewawancara masih bebas membuat suatu percakapan
di dalam suatu bidang subjek khusus dalam menyusun
kata-kata pertanyaan secara sepontan, dan membuat suatu gaya
percakapan, tetapi harus fokus pada suatu subjek khusus yang
telah ditentukan sebelumnya. Pedoman wawancara ini disusun
untuk memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara
secara dalam dan tidak memberikan pedoman wawancara yang
terlalu luas. Pedoman wawancara setelah tersusun selanjutnya
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebelum
diwawancarakan kepada guru dan subjek siswa terpilih. Tujuan
wawancara adalah untuk memastikan terjadinya miskonsepsi
miskonsepsi dan faktor penyebab miskonsepsi.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa, selanjutnya ditulis di
buku tulis oleh peneliti secara sistematis. Tabel di bawah ini materi pengolahan data kelas V1? 2. Apa saja teknik yang dipakai oleh guru
agar siswa bisa mengerjakan soal Matematika dengan baik?
3. Bagimana guru memberikan metode kepada siswa untuk bisa mengikuti pembelajaran Matematika?
4. Media apa saja yang digunakan guru ketika pembelajaran Matematika berlangsung?
5. Apakah guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa untuk materi pengolahan data kelas V1 per minggu atau per bulan?
6. Bagaimana guru menyikapi siswa yang belum menguasai materi pengolahan data (modus,median,mean,diagram batang,garis dan lingkaran) serta bagaimana guru menolong siswa tersebut?
7. Teknik apa saja yang dipakai guru untuk siswa agar dapat memahami konsep Matematika dengan baik? 8. Bagaimana guru menyusun soal-soal
Pertanyaan untuk siswa
1. Bagaimana persiapan siswa pada saat menghadapi pelajaran Matematika?
2. Apakah siswa belajar terlebih dahulu sebelum belajar Matematika di sekolah? 3. Apa saja yang dilakukan di sekolah dan di rumah, untuk bisa mengikuti dan memahami konsep-konsep Matematika yang diberikan guru?
4. Bagaimana cara siswa untuk memahami materi pengolahan data (modus,median,mean,diagram batang garis dan lingkaran) pada saat guru menjelaskan di kelas?
5. Apa saja teknik-teknik yang dilakukan siswa dalam memahami konsep pengolahan data?
Matematika dengan bertanya pada teman, guru atau belajar secara mandiri?
9. Bagaimana caranya agar bisa konsentrasi dalam belajar Matematika baik di sekolah maupun di rumah? 10.Apa yang dilakukan untuk bisa
mengerjakan soal-soal Matematika dengan tepat?
11.Apa yang dilakukan bila tidak bisa mengerjakan soal Matematika atau terdapat kekeliruan dalam mengerjakan soal Matematika?
F. Kredibilitas dan Transferabilitas
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk
lima teknik yang digunakan untuk mengecek kredibilitas diantaranya, (1)
memperpanjang pengamaatan terus menerus dan triangulasi, (2)
wawancara teman sejawat atau peer debrifieng, (3) analisis kasus negatif,
(4) kecukupan referensial dan, (5) pengecekan anggota (Ahmadi, 2014:
262).
Menurut Ahmadi (2014: 276), pengertian transferabilitas adalah
aspek-aspek konvensional (dan diharapkan) untuk membuat
pernyataan-pernyataan yang relatif tepat tentang validitas eksternal (misalnya,
dinyatakan dalam bentuk batas-batas kepercayaan statistik), naturalis
hanya dapat menentukan hipotesis yang sedang berjalan bersama-sama
dengan deskrepsi tentang waktu dan konteks yang ditemukan untuk
dipakai sebagai pegangan.
Dalam kredibilitas ini peneliti memilih menggunakan teknik
triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (ghoni dan Almanshur, 2012:
322). Teknik triangulasi ini memiliki beragam jenis, namun untuk
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik atau yang sering
disebut dengan triangulasi metode. Data dalam penelitian ini berupa tes
tertulis dan wawancara. Kedua data tersebut nantinya akan dilakukan
analisis untuk mengetahui apakah subjek mengalami miskonsepsi atau
tidak. Setelah hasil tes tertulis dan hasil wawancara selesai dianalisis,
Tujuan membandingkan kedua data tersebut adalah untuk mengetahui
lebih dalam masalah yang dialami oleh subjek dan untuk mempermudah
peneliti untuk mengambil kesimpulan. Peneliti melakukan penelitian
secara bertahap sehingga data yang diperoleh sangat lengkap dan akurat.
Penelitian yang dilakukan adalah miskonsepsi pada pembelajaran
Matematika kelas V1 pada materi pengolahan data. Penelitian ini akan
bermanfaat bagi peneliti lainya untuk mengenal miskonsepsi lebih dalam.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Juliansyah (2011: 163), teknik analisis data merupakan
cara menganalisis data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan
untuk digunakan dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan uji
soal tertulis dan wawancara, setelah data sudah terkumpul, peneliti
menganalisis data tersebut berdasarkan hasil tes dan wawancara. Analisis
jawaban / proses pengerjaan soal dijelaskan dengan wawancara oleh siswa
agar peneliti bisa mengetahui letak miskonsepsinya. Data yang sudah
terkumpul selanjutnya dianalis.
Analisis data dalam penelitian ini membahas mengenai
miskonsepsi pada pembelajaran Matematika siswa kelas V1 pada materi
pengolahan data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui
beberapa tahap. Tahap-tahap analisis data berikut ini dijelaskan oleh
1. Reduksi Data
Menurut Malik (1992: 67), reduki data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Tujuan reduksi data ini untuk
menentukan apakah siswa sudah memahami konsep atau belum
memahami konsep / miskonsepsi. Data hasil penelitian ini
kemudian dikelompokkan ke dalam kriteria-kriteria miskonsepsi
sehingga data yang diperoleh menghasilkan gambaran secara jelas
mengenai siswa mana yang mengalami miskonsepsi.
2. Penyajian Data (Hasil Tes dan Wawancara)
Data yang sudah direduksi selanjutanya disajikan. Dalam
penyajian data menggunakan hasil tes dan hasil wawancara dengan
siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman pada materi
pengolahan data. Penyajian data ini bertujuan untuk
mengelompokkan siswa yang mengalami miskonsepi dan tidak
mengalami miskonsepsi.
3. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dan disajikan
tahap selanjutnya menarik kesimpulan dari data-data yang sudah
terkumpul. Kesimpulan yang di dapat diharapkan dapat menjawab
miskonsepsi yang dialami siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Survai Lokasi Penelitian
SD Negeri Ngablak Sleman adalah salah satu SD yang
favorit di kecamatan Turi, SD tersebut berdiri pada tahun 1986.
Sekolah ini berada di jalan turi tempel, kecamatan turi, lebih
tepatnya sebelah selatan lapangan ngablak. Sekolah ini sangat
bermutu, siswa-siswi SD Negeri Ngablak Sleman sering menjuarai
berbagai lomba dalam pelajaran atau lomba cerdas cermat di antar
sekolah, kecamatan, dan kabupaten. Di sekolah ini terdapat
kegiatan ekstrakulikuler di bidang keterampilan, kesenian dan
keolahragaan yang berguna dan bermanfaat untuk siswa-siswi.
Ekstrakulikuler tersebut membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan dan bakatanya di bidang keterampilan, kesenian dan
keolahragannya. Letak sekolah ini sangat strategis dan nyaman
karena berada di sebelah pemukiman dan pohon-pohon yang
rindang sehingga suasana kelas sangat sejuk untuk proses belajar.
SD Negeri Ngablak Sleman terdiri dari kelas 1-V1 masing-masing
kelas rata-rata terdiri dari 23 siswa.
Siswa-siswi SD Negeri Ngablak Sleman sangat disiplin dan tertib
karena tata tertib dan peraturan sudah tertempel di dinding sekolah.
SD Negeri Ngablak Sleman dipimpin oleh bapak kepala sekolah
yang bernama Dwi Atmianto S.Pd, hubungan kepala sekolah, guru
dan tenaga pendidik serta siswanya terjalin dengan baik. Guru
kelas V1 yang bernama bu Sri orangnya sangat baik, ketika peneliti
minta bantuan dalam penelitian untuk tugas akhir kuliah
menggunakan siswa kelas V1 yang dibimbingnya. Bu Sri
mendukung peneliti dalam melakukan penelitian tersebut dengan
rasa senang, jadi peneliti melakukan penelitian kelas V1 dengan
rasa nyaman dan tenang.
2. Deskripsi Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini pada hari Kamis
tanggal 08 Januari 2015 pukul 07.00-09.00. Peneliti menguji
instrumen soal untuk siswa kelas V1 SD Negeri Ngablak Sleman,
selanjutnya pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2015 dan hari
Kamis tanggal 15 Januari dilanjutkan berwawancara pada subjek
terpilih. Wawancara ini dilakukan di dalam kelas dengan suasana
yang tenang. Subjek yang tidak terpilih ke luar kelas agar proses
wawancara berjalan dengan tenang dan nyaman, selanjutnya
peneliti berwawancara terhadap guru kelas V1 di ruang kantor guru.
ketika wawancara terhadap subjek terpilih dan guru kelas. Tujuan
dokumentasi dijadikan sebagai alat kontrol utama untuk
membuktikan kebenaran hasil wawancara dan memberikan hasil
atau bukti yang benar selama pengambilan data di SD Negeri
Ngablak Sleman.
3. Hasil Analisis Data Penelitian a) Analisis data untuk Subjek N11
Analisis tes tertulis untuk soal nomer 1b indikator 7.1.1
Menyajikan data dengan menggunakan diagram frekuensi
batang, lingkaran, dan garis dengan benar. Berdasarkan hasil
tes tertulis subjek N11 mengalami miskonsepsi materi
pengolahan data dalam menyajikan diagram batang, berikut