• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing negara. Adapun motifnya adalah memperoleh manfaat perdagangan atau gains off trade. Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting saat ini, maka tidak ada negara-negara di dunia yang tidak terlibat di dalam perdagangan baik perdagangan antar regional, antar kawasan ataupun antar negara. Perdagangan ini melakukan transaksi jual-beli ke luar negeri, kalau kita membeli disebut impor sedangkan kalau kita menjual disebut ekspor. Menurut Roselyne Hutabarat (1991:1) Transaksi ekspor-impor adalah “transaksi perdagangan internasional (international trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara yang berbeda”.

2.1.2 Organisasi Perdagangan Internasional

Organisasi internasional yang bergerak di bidang perdagangan internasional memainkan peran yang signifikan. Organisasi internasional dibentuk oleh dua atau lebih negara guna mencapai tujuan bersama. Untuk mendirikan suatu organisasi internasional,

(2)

10 perlu di bentuk suatu dasar hukum yang biasanya adalah perjanjian internasional. Dalam perjanjian inilah termuat tujuan, fungsi dan struktur organisasi perdagangan internasional yang bersangkutan. Biasanya peran organisasi internasional dalam perdagangan internasional kurang begitu signifikan. Memang organisasi internasional membeli kebutuhan-kebutuhannya dari penjual (procurement), misalnya computer, peralatan kantor/administrasi telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain. Namun, procurement organisasi internasional tidak terlalu besar kuantitasnya. Dari segi hukum perdagangan internasional pun organisasi seperti ini lebih banyak bergerak sebagai regulator. Dalam kapasitasnya ini, organisasi internasional lebih banyak mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat rekomendasi dan guideline. Biasanya pun aturan-aturan seperti rekomendasi atau guidelines tersebut lebih banyak ditujukan kepada negara. Aturan-aturan tersebut jarang dimaksudkan untuk mengatur individu.

2.1.2.1 GATT

Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum perdagangan internasional adalah Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariff and Trade atau GATT). Muatan di dalamnya tidak saja penting dalam mengatur kebijakan perdagangan antar negara, tetapi juga dalam taraf tertentu aturannya

(3)

11 menyangkut pula aturan perdagangan antara pengusaha. GATT dibentuk pada Oktober tahun 1947.

Organisasi perdagangan internasional yang berpengaruh luas dengan ke-38 pasalnya yang semula hanya mengatur perdagangan ini, pada tahun 1994 perannya digantikan oleh World Trade Organization (WTO). Dengan lahirnya WTO, bidang pengaturannya menjadi sangat luas. Hampir semua sektor perdagangan, jasa, penanaman modal, hingga hak atas kekayaan intelektual, menjadi bidang cakupan pengaturan (perjanjian) WTO.

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU Nomor 7 Tahun 1994. WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 untuk menggantikan GATT. WTO mempunyai anggota 149 negara serta 32 negara pengamat yang sudah mendaftar untuk jadi anggota.

(4)

12 Tugas utamanya adalah mendorong perdagangan bebas, dengan mengurangi dan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan seperti tarif dan non tarif.

Tujuan pembentukkan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang sehat. Untuk mencapai tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang diupayakan GATT adalah sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi dan pembangunan di seluruh dunia.

Tujuan utama GATT dapat tampak dengan jelas pada preambulnya. Pada pokoknya ada empat tujuan penting yang hendak dicapai GATT

a. meningkatkan taraf hidup umat manusia; b. meningkatkan kesempatan kerja;

c. meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam dunia; d. meningkatkan produksi dan tukar-menukar barang.

Ada tiga fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya yaitu Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan (aturan) multilateral yang mengatur transaksi perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota GATT dengan

(5)

13 memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan. Kedua, sebagai sesuatu forum (wadah) perundingan perdagangan. Ketiga GATT adalah sebagai suatu pengadilan internasional dimana para anggotanya menyelesaikan sengketa dagangnya dengan anggota-anggota GATT lainnya.

Seperti diketahui dalam perdagangan internasional, antara eksportir dan importir berjauhan secara geografis, berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum antara kedua negara juga berbeda. Karena itu perdagangan internasional termasuk kegiatan yang mengandung risiko tinggi. Bila terjadi penyimpangan maupun pembatalan kontrak akan lebih mudah dibuktikan bila ada kontrak tertulis.

Perdagangan ekspor impor lazim juga disebut dengan perdagangan berdokumen karena hampir seluruh aktivitasnya dibuktikan atau direpresentasikan dalam bentuk dokumen. Penawaran dilakukan dalam bentuk tertulis. Surat pesanan juga tertulis. Kontrak jual beli atau kontrak dagang ekspor juga tertulis. Bukti pengiriman barang juga dalam bentuk dokumen yang disebut bill of lading. Pembayaran juga lazim dalam bentuk dokumen yang disebut letter of credit. Dokumen yang terpenting, yang juga disebut

(6)

14 dokumen induk adalah kontrak dagang ekspor sebagai rumusan akhir dari suatu transaksi ekspor.

Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam pertemuan double WTO, tidak terlepas dari rangkaian kebijakasanaan disektor perdagangan. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota organisasi perdagangan internasional, Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang disepakati dalam perundingan GATT-WTO. Konsekuensi internal Indonesia harus melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO, artinya dalam melakukan harmonisasi Indonesia harus tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak melanggar rambu-rambu ketentuan WTO.

2.1.2.2 ASEAN Free Trade Area

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi

(7)

15 Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Tujuan dari AFTA ialah menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI), dan meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).

2.1.3 Pengertian Bea dan Cukai

Istilah Bea dan Cukai terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu bea dan cukai. Bea berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ongkos. Menurut Adrian Sutedi (2012:88) bea dipakai sebagai istilah ongkos barang yang keluar atau masuk suatu negara, yakni bea masuk dan bea keluar. Berdasarkan kamus ekonomi, pengertian bea adalah pajak yang dikenakan oleh suatu pemerintah atas barang impor dan ekspor. Berdasarkan kamus ekonomi bea berasal dari istilah uang sewa, bea, pajak yang menurut kebiasaan dibayar kepada bangsa feodal, terutama bea-bea yang dibayarkan untuk privilese memindahkan barang ke suatu pasar. Sudjatmiko (2008:21) berpendapat bahwa

Bea adalah suatu jenis pungutan yang dikenakan terhadap barang-barang yang melintasi perbatasan daerah pabean yang merupakan bea masuk dan bea keluar dikenakan atas barang-barang yang dikeluarkan atau diekspor dan barang-barang-barang-barang yang dimasukkan.

(8)

16 Adapun perundang-undangan Indonesia menyebutkan beberapa contoh bea yaitu bea materai, bea Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan bea masuk.

Definisi cukai menurut Siti Resmi (2009) bahwa “cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu”. Ada dua jenis struktur cukai yang digunakan, yaitu struktur cukai ad valorem dan spesifik. Struktur cukai ad valorem berarti besarnya cukai yang dikenakan dihitung berdasarkan nilainya. Sedangkan struktur cukai spesifik berarti besarnya cukai yang dikenakan dihitung berdasarkan kuantitasnya.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik: a. konsumsinya perlu dikendalikan;

b. peredarannya perlu diawasi;

c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup;

d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan (terhadap barang yang dikategorikan sebagai barang mewah dan atau bernilai tinggi) dikenai cukai.

(9)

17 Cukai merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung, namun pada dasarnya cukai mempunyai perbedaan yang mendasar dengan pajak tidak langsung lainnya. Hal ini dikarenakan:

a. cukai dikenakan terhadap barang-barang tertentu secara selektif; b. tujuan pengenaan cukai adalah untuk setiap jenis barang

berbeda-beda, sedangkan pajak biasanya dikenakan secara umum;

c. tarif cukai berbeda-beda antara satu obyek dengan obyek yang lain, sedangkan pajak biasanya mempunyai satu tarif untuk seluruh obyek cukai.

Berdasarkan penjelasan diatas bea dipergunakan untuk barang-barang yang akan diekspor dan diimpor, sedangkan cukai selain untuk barang tertentu yang diimpor juga dikenakan untuk barang yang tidak diimpor, barang tersebut adalah rokok, miras, dan etil alkohol.

Instansi pemungutnya disebut pabean dan hal-hal yang berkaitan dengannya disebut kepabeanan. Filosofi adanya pabean memang pengawasan. Naluri pertahanan suatu negara atau entitas kekuasaan tentu akan melakukan pengawasan terhadap apapun yang masuk ke dalam wilayahnya. Tentu sang penguasa tidak ingin di wilayah kekuasannya dimasuki barang-barang yang dapat meracuni masyarakatnya seperti alkohol atau candu. Namun, sang penguasa juga ingin menciptakan stabilitas ekonomi, dengan kontrol pasar,

(10)

18 sekaligus meraup pendapatan. Disinilah bea dipungut. Kesemuanya tentu demi melindungi kepentingan nasional masing-masing.

2.1.4 Aspek-Aspek Kepabeanan

Secara istilah, dan filosofi kepabeanan berarti segala sesuatu yang terkait dengan pengawasan atau lalu lintas barang antarnegara. Aspek yang terdapat dalam suatu organisasi didasarkan atas konsep dan filosofi dari suatu institusi publik, seperti halnya dengan Direktorat jenderal Bea dan Cukai. Menurut Ali Purwito M, (2013 : 28): Aspek berkaitan erat dengan sumber daya manusia moral dan digabungkan dengan tujuan organisasi kepabeanan, yang bersifat universal dan terkait dengan konvensi internasional, perjanjian multilateral dan bilateral. Sesuai dengan jiwa perpajakan, aspek kepabeanan terdiri dari:

a. Aspek Keadilan

Pada aspek ini kewajiban kepabeanan hanya kepada anggota masyarakat yang melakukan kegiatan kepabeanan dan terhadap mereka diperlakukan sama dalam hal dan kondisi yang sama (non discriminative). Aspek ini melindungi semua yang melakukan pengguna jasa kepabeanan seperti: importir, eksportir, perusahaan pengurusan jasa kepabeanan (PPJK), forwarder, pengangkut, masing-masing mempunyai hak yang sama dalam pelayanan, kewajiban dan tanggung jawab.

(11)

19 b. Pemberian Insentif

Terutama bagi investor dan produsen. Insentif tersebut misalnya Tempat Penimbunan Berikat, Gudang Berikat, yang diberikan pembebasan dan atau keringanan atas impor mesin dan bahan baku dalam rangka ekspor dan pemberian persetujuan impor barang sebelum pelunasan bea masuk dilakukan (pre notification). Meskipun sifatnya bertahap dan sementara waktu, tetapi diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan mendukung petumbuhan perekonomian nasional.

c. Netralitas

Tidak ada diskriminasi dalam pelayanan kepabeanan dan dalam pemungutan bea masuk untuk menghindari distorsi yang dapat mengganggu perekonomian nasional.

d. Kelayakan Administrasi

Administrasi kepabeanan dilaksanakan secara tertib, terkendali, sederhana, serta transparan. Tertib administrasi berdampak atas pengurangan penyimpangan-penyimpangan yang kemungkinan akan terjadi dan beresiko melalui peraturan yang jelas dan penegakan hukum. Pengendalian, Pengawasan, pemantauan, dan evaluasi atas apa yang terjadi di lapangan dapat diketahui dengan cepat dari bidang administrasi. Dengan kata lain, bahwa administrasi tersebut dapat dikelola dan merupakan sarana pengawasan yang baik. Penerapan pengawasan disertai sanksi

(12)

20 atas pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan. Praktik Kepabeanan internasional, sebagaimana diatur di dalam persetujuan perdagangan internasional, seperti dalam World Trade Organization atau di dalam ketentuan/peraturan yang diterbitkan oleh World Customs Organization.

Pada dasarnya institusi kepabeanan di dalamnya terdapat peraturan atau kebijakan masing-masing Departemen teknik. Kepabeanan atau Customs (inggris) atau Douane (Perancis) adalah instansi yang bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan administrasi penerimaan atau pendapatan negara dalam bentuk bea masuk, cukai, pajak pertambahan nilai (value added tax), pajak barang mewah dan pajak pengahasilan dalam rangka impor Pasal 22 Undang-undang Kepabeanan serta bea keluar yang mengatur mengenai pentarifan atas barang sesuai dengan klasifikasinya.

2.1.5 Fungsi dan Tugas Kepabeanan

Pada saat ini tidak ada lagi negara di dunia yang dapat melaksanakan politik autarki, sehingga atas dasar pertimbangan ekonomis dan faktor perkembangan teknologi di bidang produksi, transportasi, komunikasi, dan informasi, setiap negara dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi nasionalnya perlu melakukan perdagangan luar negeri yang terdiri atas impor dan ekspor. Pelaksanaan pergerakan fisik barang dalam rangka kegiatan

(13)

21 perdagangan impor dan ekspor itu harus dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin kepentingan nasional dari perdagangan luar negeri yang tidak terhindarkan melalui suatu sistem yang dikenal sebagai fungsi kepabeanan.

Faktor terpenting dalam pelaksanaan tugas-tugas pabean adalah pengawasan dan pemungutan bea masuk dan bea keluar. Peraturan di bidang kepabeanan diatur sesuai dengan standar pabean internasional, sehingga pengertian undang-undang kepabean diartikan sebagai ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan impor, ekspor, dan pergerakan atau penimbunan barang, dimana administrasi dan penegakan hukumnya dibebankan kepada Pabean. Semua peraturan yang dibuat pabean sesuai apa yang terjadi dalam kegiatan perdagangan internasional, dengan wewenang seperti yang diatur dalam undang-undang.

Kepabean mempunyai fungsi sebagai pengawas di satu pihak dan pelayanan di lain pihak dalam lalu lintas barang yang keluar atau masuk ke atau keluar daerah pabean. Sebagai tambahan yang dititipkan oleh instansi-instansi teknik, berupa peraturan mengenai pembatasan dan larangan serta tata niaga. Sebaliknya pabean (dalam hal ini Menteri Keuangan) dibebankan untuk memberikan insentif bagi pengguna jasa dengan cara memberikan pembebasan atau keringanan pajak lalu lintas barang. Dua hal yang sangat kontradiktif antara tugas pengawasan dan pemberian fasilitas, selain itu

(14)

22 menyelenggarakan perumusan dan fungsi kebijakan kepabeanan dan cukai, penyusuan norma, standar, prosedur dan kriteria kepabeanan dan cukai, dan pelaksanaan adminstrasi bea dan cukai. Pemberian fasilitas ini juga mengandung banyak risiko, misalnya dalam fasilitas ekspor yang disalahgunakan menjadi ekspor fiktif, atau fasilitas impor gula, beras telah terjadi penyimpangan, sehingga dalam penentuan tingkat risiko kedua bahan kebutuhan dimaksud dikenakan pengawasan yang ketat dan dikategorikan komoditi berisiko tinggi.

2.1.6 Daerah Pabean dan Kawasan Pabean

Daerah Pabean didefenisikan menurut Ali Purwito M, (2013 : 39) “Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang kepabeanan”. Dari Pengertian diatas, terdapat unsur-unsur sewaktu Ordonansi Bea diundangkan untuk wilayah Hindia Belanda hingga sebelum timbul prinsip wawasan nusantara batas pabean adalah pertengahan antar jarak pulau terluas dari garis pantai saat air laut surut, tidak termasuk udara diatasnya. Wilayah laut Indonesia yang demikian luas dan terdiri atas ribuan pulau, tidak memungkinkan pihak pabean untuk melaksanakan pengawasan langsung atas laut, udara, dan zona eksklusif. Oleh

(15)

23 karena itu, daerah pabean ini ditarik kedalam atau kedarat, menjadi kantor-kantor pabean, yang diartikan sebagai tempat untuk pemenuhan kewajiban pabean. Dalam kepabeanan dikenal adanya beberapa kegiatan yang terkait perdagangan Internasional, yaitu : a. Impor diartikan sebagai semua kegiatan memasukan barang dari

luar daerah pabean atau yang dipersamakan dengan itu ke dalam daerah pabean. Secara yuridis saat barang memasuki batas negara sebagaimana telah disetujui dalam hukum laut internasional atau ditetapkan oleh hukum laut nasional, dianggap berkewajiban untuk memenuhi kewajiban pabean dan untuk melunasi pajak lalu lintas barang yang terutang. Hal ini merupakan dasar yuridis bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan dan tindakan yang dianggap perlu. b. Ekspor merupakan semua kegiatan untuk mengeluarkan barang

dari daerah pabean untuk dibawa/dikirim ke luar negeri, dianggap sebagai ekspor.

c. Reimpor, kegiatan yang dilakukan oleh eksportir untuk memasukan kembali barang-barang yang telah diekspor, disebabkan terdapat cacat pada barang atau ditolak oleh importir di negara pemesanan.

d. Reekspor, kegiatan suatu keadaan atau peristiwa atas barang impor yang dilarang pemasukannya disebabkan salah pesan, salah kirim atau adanya tata niaga atau peraturan baru. Diekspor

(16)

24 kembali, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka impor sementara atas barang-barang yang dimasukan dan digunakan untuk sementara waktu dalam daerah pabean. Secara nyata ekspor terjadi pada saat barang melintasi daerah pabean. Tetapi mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan ekspor. Kegiatan ekspor dianggap telah terjadi, secara yuridis pada saat barang tersebut sudah selesai dimuat diatas sarana pengangkut yang akan berangkat keluar daerah pabean.

Konsep kawasan pabean berasal dari pemikiran bahwa pengendalian dan pengawasan atas barang yang dimasukan atau dikeluarkan ke atau dari daerah pabean sangat sulit untuk dilakukan. Selain terdiri dari kepulauan, juga perairan diantaranya, sangat sulit dalam mengawasi satu persatu, untuk mempermudah pengawasan, Daerah Pabean dibagi-bagi menjadi kawasan pabean yang merupakan kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Di dalam kawasan hanya petugas bea dan cukai mempunyai otoritas dan wewenang dalam penegakan hukum di bidang kepabeanan seperti melakukan pemeriksaan dan memberikan persetujuan atas pemasukan atau pengeluaran kewajiban kepabeanan

(17)

25 dilakukan saat barang masih berada dikawasan ini. Kawasan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan pengaturannya oleh Menteri Keuangan, terbagi atas kawasan pabean di dalam pelabuhan atau ditempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penunjukan sebagai kawasan pabean dapat dilakukan secara jabatan maupun atas permohonan penetapan sebagai kawsan pabean. Lokasi, batas dan luas area harus jelas. Dalam kawasan pabean ini, pemenuhan kepabeanan seperti pemberitahuan, pembayaran dan pelunasan bea masuk belum dilakukan. Barang-barang yang disimpan dalam kawasan pabean berasal dari pembongkaran dari sarana pengangkut atau dari tempat penimbunan sementara/pabean untuk disimpan sementara waktu. Tujuanya adalah untuk diproses atau dikirim kembali ke lokasi tertentu atau untuk tujuan lainnya. Objek dan Subjek Kepabeanan adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas pungutan cukai, dalam Undang-undang cukai subjek yang dimaksud adalah:

a. Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai (BKC). b. Pengusaha Tempat Penyimpanan Etil Alkohol (EA). c. Importir Barang Kena Cukai (BKC).

d. Penyalur Etil Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol. e. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol/Minuman

Mengandung Etil Alkohol.

(18)

26 a. Etil alkohol atau etanol dengan mengindahkan bahan yang

digunakan dan proses pembuatannya.

b. Minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dalam kadar berapapun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat mengandung atil alkohol.

c. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

Dalam Undang-undang bea cukai dimungkinkan penambahan atau pengurangan jenis BKC (Barang Kena Cukai) yang disampaikan oleh Pemerintah ke DPR yang membidangi Keuangan untuk mendapatkan persetujuan dan dimaksudkan dalam Rancangan Undang-undang tentang angggaran pendapatan dan belanja negara.

2.1.7 Kawasan Berikat

Menurut R. Felix Mulyanto, (2007 : 4) Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk

(19)

27 menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penagguhan Bea Masuk. Kawasan Berikat merupakan kawasan pabean dan sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dalam rangka pengawasan terhadap Kawasan Berikat berpendapat bahwa: Dapat dilakukan pemeriksaan pabean dengan tetap menjamin kelancaran arus barang, pemeriksaan pabean dilakukan secara selektif berdasarkan manajemen risiko, berdasarkan manajemen resiko tersebut dapat dilakukan pemeriksaan pabean dengan tetap menjamin kelancaran arus barang, pemeriksaan tersebut dapat diberikan kemudahan kepabeanan dan cukai berupa: a. Kemudahan pelayanan perizinan

b. Kemudahan pelayanan kegiatan operasional c. Pemberian pintu tambahan; dan/atau

d. Kemudahan kepabeanan dan cukai lainnya

Kawasan Berikat melakukan penyelenggaraan dan pengusahaan Kawasan Berikat diselenggarakan oleh Penyelenggaran Kawasan Berikat yang berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, penyelenggaraan tersebut meliputi kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk kegiatan pengusaha Kawasan Berikat. Penyelenggaraan Kawasan Berikat dapat dilakukan satu atau lebih pengusahaan Kawasan Berikat yang dilakukan oleh Pengusaha Kawasan berikat (PDKB). Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB melakukan kegiatan menimbun barang

(20)

28 impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB harus berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Kawasan Berikat harus berlokasi di kawasan industri atau Kawasan Berikat dapat berlokasi di kawasan budidaya yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, sepanjang Kawasan Berikat tersebut diperuntukkan bagi:

a. Perusahaan yang menggunakan Bahan Baku dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus;

b. Perusahaan industri mikro dan kecil; dan/atau

c. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri di daerah kabupaten atau kota yang belum memiliki kawasan industri atau yang telah memiliki kawasan industri namun seluruh kavling industrinya telah habis.

Luas lokasi untuk Kawasan Berikat di kawasan budidaya paling sedikit 10.000 m2 (sepuluh meter persegi) dalam satu hamparan, yang terdiri dari 1 (satu) atau lebih PDKB. Kawasan atau tempat yang akan dijadikan sebagai Kawasan Berikat harus memenuhi persyaratan berikut:

a. Terletak di lokasi yang dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan dapat dilalui oleh kendaraan pengangkut peti kemas;

(21)

29 b. Mempunyai batas-batas yang jelas berupa pagar pemisah dengan

tempat atau bangunan lain;

c. Tidak berhubungan langsung dengan bangunan lain;

d. Mempunyai satu pintu utama untuk pemasukan dan pengeluaran barang yang dapat dilalui kendaraan; dan

e. Digunakan untuk melakukan kegiatan industri pengolahan bahan baku menjadi barang hasil produksi.

Penetapan tempat sebagai Kawasan Berikat dan pemberian izin Penyelenggara Kawasan Berikat untuk menjaga waktu tertentu ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Dalam hal Kawasan Berikat berada di kawasan budidaya berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan tempat yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal atas nama Menteri diberikan jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal;

b. Penetapan tempat sebagai Kawasan Berikat dan izin Penyelenggara Kawasan Berikat sekaliigus izin Pengusaha Kawasan Berikat sebagaimana dengan jangka waktu yang telah ditetapkan yaitu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal.

Jangka waktu yang telah diberlakukan izin Pengusaha Kawasan Berikat atau izin PDKB tidak dapat melebihi jangka waktu

(22)

30 pemberlakuan penetapan tempat sebagai Kawasan Berikat dan izin penyelenggara Kawasan Berikat oleh Direktur Jenderal. Menurut R. Felix Mulyanto, (2007 : 8) Kawasan Berikat memiliki kewajiban dan larangan yaitu:

a. Memasang tanda nama perusahaan serta nomor dan tanggal izin sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat pada tempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh umum;

b. Menyediakan ruangan, sarana kerja, dan fasilitas yang layak bagi Petugas Bea dan Cukai untuk menjalankan fungsi pelayanan dan pengawasan;

c. Menyediakan sarana/prasarana dalam rangka pelayanan kepabeanan berupa:

1) Komputer; dan/atau

2) Media komunikasi dta elektronik yang terhubung dengan sistem komputer pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

d. Menyampaikan laporan tertulis kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi dalam hal terdapat PDKB yang belum memperpanjang jangka waktu sewa lokasi paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya jangka waktu sewa.

e. Melaporkan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi apabila terdapat PDKB yang tidak beroperasi;

f. Mengajukan permohonan perubahan keputusan penetapan tempat sebagai Kawasan Berikat kepada Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama apabila terdapat perubahan nama perusahaan yang bukan dikarenakan merger atau diakuisisi, dan luas Kawasan Berikat;

g. Mengajukan permohonan perubahan keputusan penetapan tempat sebagai Kawasan Berikat dan izin Penyelenggara Kawasan Berikat kepada Kepala Kantor Pabean apabila terdapat perubahan alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama dan alamat penanggung jawab;

h. Membuat pembukuan atau catatan serta menyimpan dokumen atas Barang Modal dan peralatan yang dimasukan untuk keprluan pembangunan/kontruksi dan peralatan perkantoran Kawasan Berikat;

i. Menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya buku dan catatan serta dokumen yang berkaitan dengan kegiatan usahanya selama 10 (sepuluh) tahun;

j. Menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; dan

(23)

31 k. Menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan

Kawasan Berikat apabila dilakukan audit oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan/atau Direktorat Jenderal Pajak sesuai ketentuan peraturan perundnag-undangan.

Penyelenggaran Kawasan Berikat, Pengusaha Kawasan Berikat, dan/atau PDKB bertanggung jawab terhadap Bea dan Masuk dan/atau Cukai, dan PDRI yang terutang atas barang asal luar daerah pabean yang berada atau seharusnya berada di Kawasan Berikat. Penyelenggara Kwasan Berikat, Pengusaha Kawasan Berikat, dan/atau PDKB bertanggung jawab terhadap Cukai dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang terutang atas barang asal tempat lain dalam daerah pabean yang berada atau seharusnya berada di Kawasan Berikat. Pemasukan dan Pengeluaran barang di Kawasan Berikat dapat dilakukan dari:

a. Luar daerah pabean; b. Kawasan Berikat lainnya; c. Gudang Berikat;

d. Tempat Penyelenggara Pameran Berikat (TPPB); e. Tempat Lelang Berikat (TLB);

f. Kawasan Bebas yang dilakukan oleh pengusaha di Kawasan bebas yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengusaha Kawasan Bebas; dan/atau

(24)

32 2.1.8 Kawasan Non Berikat

Kawasan Non Berikat dalam penelitian ini adalah kawasan yang berada diluar Kawasan Berikat yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Industri, dan Kawasan Ekonomi Khusus.

2.1.8.1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan, memiliki potensi untuk cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya, dan/atau memiliki potensi pengembalian investasi yang besar.

2.1.8.2 Kawasan Industri

Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Pembangunan kawasan industri bertujuan untuk:

(25)

33 b. meningkatkan upaya pembangunan industri yang

berwawasan lingkungan;

c. mempercepat pertumbuhan industri di daerah; d. meningkatkan daya saing industri;

e. meningkatkan daya saing investasi; dan

f. memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait.

2.1.8.3 Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

(26)

34 2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis perlakuan Bea dan Cukai telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti meninjau beberapa penelitian terdahulu dengan tujuan untuk memberitahu pembaca hasil penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilaporkan dan menghubungkan suatu penelitian dengan dialog yang lebih luas tentang suatu topik dalam pustaka, serta untuk mengisi kekurangan dan memperluas penelitian sebelumnya. Berikut ini penelitian sebelumnya yang digunakan peneliti sebagai bahan rujukan penelitian.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Irawan (2006) Pengaruh kebijakan Kawasan Berikat terhadap kinerja keuangan perusahaan: Studi kasus pada Kawasan

Berikat PT. Zone Star

Fasilitas Kawasan Berikat menunjukan pengaruh yang positif terhadap daya saing, tenaga kerja, devisa dan pajak. Sedangkan dari sisi keuangan perusahaan, berdasarkan perhitungan rasio keuangan dan analisa keuangan yang disertai dengan analisa komparasi, fasilitas Kawasan Berikat memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sebagai suatu kebijakan pemerintah yang berpengaruh positif bagi industri dalam negeri dan masyarakat, fasilitas Kawasan Berikat perlu ditingkatkan lagi untuk mendukung program pemerintah lainnya.

Mujib (2013) Implikasi Perubahan Kebijakan Pembatasan Kuota Penjualan dari Kawasan Berikat ke Pasar Dalam Negeri Terhadap Strategi

Hasil penelitian dengan menggunakan analisa rasio menunjukkan bahwa secara umum dengan adanya fasilitas Kawasan Berikat akan meningkatkan kinerja keuangan SPIJ dibandingkan apabila tidak ada pemberian fasilitas Kawasan Berikat. Hal ini dikarenakan perusahaan yang tidak memperoleh fasilitas Kawasan Berikat akan mempunyai penambahan biaya berupa bea masuk sebesar 5% dari

(27)

35 Program Restrukturisasi Bisnis (Kasus Di Pt. Seamless Pipe Indonesia Java)

pembelian import dan adanya cost of money terkait dengan proses restitusi (pengembalian) PPN dan PPh pasal 22 dari negara melalui proses pemeriksaan pajak atau bea cukai. Kewajiban kepabeanan yang harus dibayar oleh SPIJ apabila fasilitas Kawasan Berikat per bulan Februari 2012 dicabut adalah sebesar USD 28.606.902 (+/- USD 11.6 juta diantaranya dicatat sebagai biaya) dan akan terus berubah sesuai dengan perubahan inventory dan mesin yang diperoleh ketika masih memiliki fasilitas Kawasan Berikat menjadi tidak memiliki fasilitas Kawasan Berikat.

2.3 Kerangka Konseptual

Perusahaan yang melaksanakan kegiatan ekspor dan impor akan melakukan pembayaran Bea dan Cukai terhadap barang-barang dagangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan perlakuan apabila perusahaan tersebut termasuk dalam Kawasan Berikat ataupun bukan Kawasan Berikat. Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini menggunakan Kawasan Berikat dan kawasan tidak berikat sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi perubahan dalam perlakuan Bea dan Cukai.

Kerangka konseptual penelitian ini akan disajikan dalam gambar 2.1 berikut:

(28)

36 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian Perusahaan melaksanakan ekspor impor Kawasan Tidak Berikat Kawasan Berikat (Bonded Zone) Melakukan pembayaran pajak Pola Perlakuan Bea dan Cukai

Peraturan dan UU tentang Kawasan Berikat Yang berlaku sekarang dalam UU Kepabeanan Bea dan Cukai di

Kawasan Berikat

Bea dan Cukai di Kawasan Non

Berikat

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  Peneliti  Judul Penelitian  Hasil Penelitian  Irawan  (2006)  Pengaruh  kebijakan  Kawasan  Berikat terhadap  kinerja  keuangan  perusahaan:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan obesitas mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Riau angkatan 2014 menyatakan tidak terdapat hubungan yang

Perusahaan tersebut memilliki 3 tenaga penjual yang akan dialokasikan ke tiga wilayah tersebut tanpa membatasi. jumlah tenaga penjual di setiap wilayah sdrs hasil

komentar-komentar siswa pada lem- bar observasi, bahwa siswa merasa senang terhadap cara guru mengajar dan siswa tertarik dengan LKS ber- basis problem solving

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya

Tematik, bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi dan dikaitkan

lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar. Karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak it beralur dari

Bagian ini berisi tabel informasi dari jumlah setoran perusahaan kepada negara yang akan direkonsiliasi dengan angka penerimaan di sisi instansi Pemerintah

Semua Pengetua dan Guru Besar perlu memastikan pengisian data kehadiran murid dalam APDM dikemaskini dan dilengkapkan pada pukul 9.00 pagi (sesi pagi) dan 2.30 petang ( sesi