SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh :
SONIA KUMALA NMP : 0941010008
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SONIA KUMALA NPM. 0941010008
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 12 J uni 2013
Menyetujui,
Pembimbing Tim Penguji :
1.
Dra. Sr i Wibawani, MSi Dra. Susi Hardjati, MAP
NIP. 196704061994032001 NIP. 196902101993032001
2. Sekretaris
Dra. Sr i Wibawani, MSi
NIP. 196704061994032001 3. Anggota
Dr s. Pudjo Adi,MSi
NIP. 195105101973031001
Mengetahui, DEKAN
Disusun Oleh :
SONIA KUMALA NPM. 0941010008
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dra. Sri Wibawani, MSi NIP. 196704061994032001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Disusun Oleh :
SONIA KUMALA NPM. 0941010008
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dra. Sri Wibawani, MSi NIP. 196704061994032001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
limpahan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Progr am J aminan
Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoar jo”.
Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program
Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Berkat Rahmat dan KaruniaNya, penelitian ini dapat terselsaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Segala kesulitan baik yang bersifat teknis
maupun non teknis serta berbagai kendala dan hambatan menyebabkan proses
penyelesaian Skripsi ini menjadi panjang dan memakan waktu namun berkat
bimbingan dan kesabaran dosen pembimbing, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skirpsi ini.
Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Dra. Sri Wibawani, M.Si selaku dosen
pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahanya kepada penulis. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
ErtienRining N, M.Si , dan Bapak Drs. Pudjo Adi, M.Si selaku dosen
penguji proposal yang membantu penulis menyempurnakan proposal
penelitian.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar
mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Ibu Anang selaku Bidan di desa Tenggulunan.
6. Bapak M Choirul Sholeh Efendie selaku Pengasuh Ponpes Millinium
Roudhotul Jannah.
7. Seluruh masyarakat yang telah bersedia menjadi keyperson dan informan,
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Suami, Kedua Orang Tuaku, Kakak, dan Adik yang selalu mendukung dan
mensupport dalam penyusunan laporan ini.
9. Serta Keluarga Besar Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan ini.
Demikian laporan peneliltian ini semoga dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan semua. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan
laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini, untuk itu penulis mengharap saran
dan kritik dalam penyempurnaannya.
Surabaya , Maret 2013
Kata Pengantar……… i
Daftar isi……….. iii
Daftar Gambar……… vi
Daftar Tabel……….... vii
Abstraksi………. viii
Bab I Pendahuluan……… 1
A Latar Belakang………. 1
B Perumusan Masalah……… 5
C Tujuan Penelitian………. 5
D Kegunaan Penelitian………... 5
Bab II Kajian Pustaka………. 7
A Penelitian Terdahulu……… 7
B Landasan Teori……… 10
1 Kebijakan Publik.……… 10
a Pengertian Kebijakan Publik….………. 10
b Sifat Kebijakan Publik……….. 11
c Manfaat Kebijakan Publik……….. 12
d Tujuan Kebijakan………... 13
e Faktor Penentu Dilaksanakan/Tidaknya Suatu Kebijakan Publik ………... 14 2 Implementasi Kebijakan ………. 15
a Pengertian Implementasi Kebijakan………. 15
kebijakan………..…………..…………..……..
e Pendekatan-pendekatan
Implementasi…………..……… 20
f Model-model Implementasi Kebijaksanaan Negara….. 22
3 Kebijakan bidang kesehatan....……… 26
4 Partisipasi 28 a Posisi dan Lingkup Partisipasi……….. 28
b Penggerak dan pembangkit Partisipasi………... 29
c Metode partispasi……… 29
d Peran media massa…………..…………..…………..… 29
5 Pengertian jaminan persalinan………. 29
6 Pelayanan…………..…………..…………..…………..… 29
a Pengertian pelayanan…………..……….. 29
b Sasaran Pelayanan…………..………... 30
c Pelayanan sebagai proses…………..………. 31
d Bentuk Pelayanan…………..…………..…………..… 32
e Sarana Pelayanan…………..…………..…………..….. 34
C Kerangka Berfikir……… 35
Bab III Metode Penelitian……… 37
A Jenis Penelitian………...………...………... 37
B Fokus penelitian ………...………...………... 38
C Lokasi penelitian……….. 39
Bab IV Hasil dan Pembahasan ……… 48
A Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 48
1 Desa Tenggulunan……….………. 48
2 Profil Bidan praktik Pemberi pelayanan jampersal di desa tenggulunan………...………...………...…… 49 a Riwayat Pelayanan………...………...………...………... 50
B Hasil Penelitian ……… 50
1 Pemeriksaan Kehamilan………...… 50
2 Jaminan persalinan………...……….. 54
3 Pelayanan Nifas………...………...………. 56
4 Bayi Baru Lahir………...………...………...………...… 58
C Pembahasan……….. 59
1 Pemeriksaan Kehamilan………. 60
2 Jaminan Persalinan………. 62
3 Pelayanan Nifas……….. 65
4 Bayi Baru Lahir……….. 67
BabV Kesimpulan dan Saran………. 70
A Kesimpulan……….. 70
B Saran………. 71
Daftar Pustaka ……… 72
Gambar 3 : Kerangka Berfikir... 36
Tabel 2 : jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin...48
Tabel 2 : jumlah penduduk berdasarkan agama ...………...49
Tabel 3 : Data sasaran dan peserta jampersal ...……….49
Tabel 5 : Data Peserta Jampersal yang ditangani Bidan Praktik Bu
Anang...51
Penelitian ini didasarkan pada fenomena Di kabupaten Sidoarjo khusunya di desa tenggulunan tidak terdapat adanya puskesmas tetapi di desa tenggulunan terdapat 2 bidan praktik yaitu bidan bu anang dan bidan bu ari. dimana satu diantaranya yaitu bidan bu anang mengimplementasikan program jampersal.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian: pemeriksaan kehamilan, jaminan persalinan, pelayanan nifas, bayi baru lahir.
Hasil penelitian adalah Bu Anang selaku bidan praktik yang bekerjasama dengan program Jampersal mempunyai kewenangan untuk menetapkan siapa yang dikelompokkan sebagai peserta jampersal dan faktor ekonomi sebagai pertimbangan. Dalam Pemeriksaan kehamilan belum terimplementasi karena peserta jampersal banyak yang melakukan pemeriksaan pada triwulan kedua dan ketiga karena peserta jampersal beranggapan bahwa pemeriksaan di triwulan pertama tidak terlalu penting karena kondisi kehamilan
yang masih muda.Jaminan persalinan dimana bidan bu anang mengutamakan
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta,
maupun pemerintah. Tujuan pembangunan Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/
100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35/ 1000
kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 34/ 1.000 kelahiran hidup. 5 Tingginya Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan masih sangat rendahnya
Provinsi Jawa Timur sebesar 83,19/100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 32,2/1000 kelahiran hidup.12 Untuk itu
pemerintah membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI dan
AKB, karena penurunan AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan
derajat kesehatan di suatu wilayah.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan
salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium
yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan
dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan
target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus.
Penyebab kematian Ibu Melahirkan adalah Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang
lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai
kejang-kejang,aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga
cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar
belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya
bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena
masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya
perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah
secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat
diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,
swasta,maupun masyarakat terutama suami.
Gambar 1 : Grafik Persentasi Penyebab Kematian Ibu
Sumber : Departemen Kesehatan
Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu
melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre
eklamasi dan infeksi.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan
AKB di Indonesia yang diarahkan dalam peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Sehingga pada tahun 2011 pemerintah meluncurkan program baru
yaitu Jaminan Persalinan. Diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan.
Berdasarkan data BPS, AKB Jawa Timur 2005-2011 turun dari 36,65
(tahun 2005) menjadi 29,99 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2011). Angka
tersebut masih jauh dari target MDG’s tahun 2015. Penurunan AKB wujud
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Dari laporan rutin tahun 2011
di Jawa Timur yang terdapat dalam publikasi profil kesehatan Provinsi Jatim
(2010), terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup. Kabupaten
Sidoarjo merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam kematian bayi di Jawa
Timur dengan jumlah 249 bayi.
No Cakupan Kabupaten Sidoarjo Target MDG’s
2015
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
1. AKI 91,8/100.000kh 112/100.000kh 92/100.000kh 102/100.000kh
2. AKB 12,65/1000kh 122,62/1000kh 11,12/1000kh 17/1000kh
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Sidoarjo 2007 s/d 2009
Kebijaksanaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, menuntut
adanya keterlibatan masyarakat, demi terciptanya tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan. Begitu juga dengan pelaksanaan program jampersal , yang
merupakan Program nasional bidang kesehatan yang dilaksanakan di seluruh
Indonesia.
Di kabupaten Sidoarjo khusunya di desa tenggulunan tidak terdapat
adanya puskesmas tetapi di desa tenggulunan terdapat 2 bidan praktik yaitu
bidan bu anang dan bidan bu ari dimana satu diantaranya yaitu bidan bu anang
sejak dicanangkan program jampersal pada tahun 2011 telah bekerjasama
dengan program jampersal untuk mengimplementasikan program jampersal
Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka penulis mengambil judul
penelitian ini adalah : “Implementasi Pr ogram J aminan Per salinan Oleh
Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoar jo “
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang terjadi disidoarjo khususnya adanya wanita Hamil
diluar nikah yang datang dan ditampung di pondok pesantren Roudhotul
Jannah kabupaten Sidoarjo. Dimana wanita hamil diluar nikah tersebut adalah
sasaran program jampersal yang mulai di implementasikan pada tahun 2011.
Dengan demikian dapat dinyatakan rumusan masalah ini adalah “Bagaimana
Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa
Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai uraian dalam latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian
maka dapat dinyatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui
Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa
Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi tambahan
bahan kajian yang berhubungan dengan kebijakan publik dan manfaat praktis
terutama sebagai bahan pertimbangan instansi tempat penelitian secara spesifik
diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman tentang
pemberdayaan masyarakat maupun teori administrasi negara. Selain itu
penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan teori yang didapat di
bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi dilapangan
atau pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat serta merupakan salah
satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), juga bentuk
pengaplikasian dari salah satu bentuk tri dha
rma Mahasiswa yaitu mahasiswa penelitian.
2. Bagi Instansi Pelaksana Program J aminan Per salinan
Sebagai bahan informasi tentangImplementasi Program Jampersal Oleh
Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo, sebagai bahan
masukan serta evaluasi kebijakan bidang kesehatan khususnya program
Jaminan Persalinan.
3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh
peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang berhubung
dengan kebijakan publik , analisa kebijakan publik, dan pembangunan
masyarakat, serta untuk menambah referensi perpustakaan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Khusunya Fakultas Ilmu
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Evariana Mandasari, Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2,
Nomor 1, Januari 2013, Analisis Perbandingan Pelaksanaan Jaminan
Persalinan (Jampersal) pada Bidan Praktek Swasta (BPS) Di Wilayah
Puskesmas Kota Semarang dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Jampersal
Tahun 2012.
Jaminan persalinan merupakan jaminan yang digunakan untuk
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir
yang pembiayaannya dijamin oleh pemerintah. Jampersal di Kota
Semarang dilaksanakan sejak bulan April 2011. Tujuan penelitian
membandingkan pelaksanaan jampersal pada bidan praktik swasta
dengan juknis jampersal tahun 2012 di Kota Semarang meliputi
pelaksanaan klaim, pelayanan dan evaluasi jampersal. Metode penelitian
adalah kualitatif. Subjek penelitian adalah bidan praktek swasta di
wilayah Bangetayu dan Karangdoro. Sebagai Triangulasi adalah
Pengelola Jaminan Persalinan Dinas Kesehatan Kota Semarang dan
koordinator bidan IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan jaminan
beberapa kendala pada aspek komunikasi dan sumber daya, pembuatan
partograf masih dirasa rumit oleh bidan hal ini membuat bidan enggan
untuk melaksanakan klaim dan bidan tidak memiliki asisten untuk
membantunya. Pelaksanaan pelayanan jampersal masih terkendala pada
aspek sikap atau disposisi dan struktur birokrasi, kurang adanya
pengawasan pada pasien yang telah menggunakan KB dan pada juknis
sudah dijelaskan bahwa pasien yang ikut jampersal wajib untuk berKB.
Evaluasi pelaksanaan jampersal memiliki kendala pada struktur
birokrasinya, masih adanya pasien yang belum pernah disupervisi oleh
pihak Dinas, hal ini membuat bidan kurang termotivasi untuk
melaksanakan jampersal.
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan pihak Dinas, IBI dan bidan
bisa lebih komunikatif agar tidak terjadi salah interpretasi dalam
pelaksanaan jampersal. Penelitian tersebut diatas memiliki kesamaan
dengan penelitian ini adalah mengkaji kebijakan yang sama yaitu bidang
kesehatan dengan program jampersal yang berbeda dimana penelitian
Evariana Mandasari menganalisis perbandngan pelaksanaan jampersal
pada bidan praktik dan puskesmas. Sedangkan dalam penelitian ini
adalah analisis program Jampersal pada Bidan praktik. Metode penelitian
yang digunakan adalah sama dengan penelitian ini yaitu deskriptif
kualitatif.
2.
Hastuty Purba dan Wan Asrida, Pelaksanaan Program JaminanBerbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan
AKI dan AKB di Indonesia yang diarahkan dalam peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan. Sehingga pada tahun 2011 pemerintah
meluncurkan program baru yaitu Jaminan Persalinan. Diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/Menkes/Per/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru
lahir. Sasaran dari program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
(sampai 42 hari pasca melahirkan), serta bayi baru lahir (sampai dengan
usia 28 hari). Dana Jampersal ini sendiri dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2011 dengan jenis belanja
Bantuan Sosial.
Penelitian ini dilakukan dengan analisa kualitatif, jenis penelitian
ini dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mangenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
pelaksanaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kota Pekanbaru
dilaksanakan dengan berbagai bentuk aktifitas-aktifitas yang mendukung
pelaksanaan program. Dimulai dari tahap sosialisasi, pelaksanaan baik di
pelayanan tingkat dasar maupun di pelayanan tingkat lanjutan, serta
mencakup kepada aparat FasKes yang ada untuk ikut terlibat dalam
melaksanakan program Jampersal. Koordinasi dan pengawasan yang
dilakukan sejalan dan secara terus menerus sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati bersama.
Pelayanan di tingkat dasar yang dilakukan oleh bidan memberikan
pelayanan yang sesuai dengan jenis pelayanan yang sudah ditetapkan
dalam petunjuk teknis yang mengatur. Selanjutnya pelayanan tingkat
lanjutan yang dilakukan di Rumah Sakit (RS) apabila tidak dapat
ditangani di pelayanan tingkat dasar.
Penelitian disini, nantinya akan berbeda dengan penelitian diatas.
Yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan saat ini adalah terletak pada fokus penelitian yang berbeda,
serta adanya perbedaan waktu dan tempat penelitian. Sedangkan
penelitian ini nantinya akan mengetahui Implementasi Program Jaminan
Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.
B. Landasan Teori
1. Kebijakan Publik
a. Pengertian Kebijakan Publik
Adapun definisi kebijakan publik menurut Santoso dalam Winarno
yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat dalam bidang
kebijakan publik menyimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan
mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori
1. Bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan
publik.
2. Kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang
mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu,dengan kata lain
kebijakan publik dapat dipandang sebagai proses perumusan,
implementasi dan evaluasi kebijakan.
Menurut Andreson dalam Agustino (2006:7) memberikan
pengertian tentang kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang
mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh seorang actor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan
suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.
Nugroho (2003:54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal
yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang
diputuskan pemerintah untuk dikerjakan atau dibiarkan.
Dari pengertian diatas dan menurut pemahaman bahwa kebijakan
publik harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat
disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang
ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah
yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi
kepentingan masyarakat.
b. Sifat Kebijakan Publik
Menurut Winarno (2002:19) sifat kebijakan publik sebagai arah
tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci
1. Tuntutan Kebijakan
Tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah,
ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem
politik.
2. Keputusan Kebijakan
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang
mngesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada
tindakan-tindakan kebijakan publik.
3. Pernyataan-pernyataan kebijakan
Pernyataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan)
kebijakan publik.
4. Hasil-hasil Kebijakan
Manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang
sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan
pernyataan-pernyataan kebijakan.
5. Dampak-dampak Kebijakan
Akibat bagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak
adanya tindakan pemerintah.
c. Manfaat Kebijakan Publik
Menurut Dye dan Andreson dalam Subarsono (2005:4), studi
kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :
1. Pengembangan ilmu pengetahuan
Dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik
menentukan variabel pengaruhnya (independent variabel). Studi ini
berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari
sebuah kebijakan publik.
2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah publik.
Dengan mempelajari kebijakn publik para praktisi akan memiliki
dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik
dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga
kedepan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat
menopang tujuan pembangunan.
3. Berguna untuk tujuan politik
Suatu kebijakan yang dibuat melalui proses yang besar dengan
dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik
dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat meyakinkan
kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan
publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan
kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.
d. Tujuan Kebijakan
Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam
Soenarko (2000:82) yaitu :
1. Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator).
2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara
sebagai perangsang, stimulator).
4. Memperutunkan dalam membagi berbagai materi (Negara sebagai
pembagi, alokator).
Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan guna
untuk mencapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan
kebijaksanaan itu adalah :
1. Memajukan kesejahteraan umum.
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
e. Faktor Penentu Dilaksanakan/Tidaknya Suatu Kebijakan Publik
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atau tidaknya
suatu kebijakan publik menurut Agustino (2006:157) yaitu :
a. Faktor Penentu Pemenuhan Kebutuhan
1. Respeknya anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan
pemerintah;
2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;
3. Adanya sanksi hukum;
4. Adanya kepentingan publik;
5. Adanya kepentingan pribadi;
6. Masalah waktu.
b. Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan
1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem yang ada;
2. Tidak adanya kepastian hukum;
3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi;
2. Implementasi Kebijakan
a. Pengertian Implementasi Kebijakan
sebelum memberikan pengertian implementasi kebijakan perlu
diuraikan tentang definisi atau pengertian implementasi. Pengertian
implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah Pelaksanaan,
penerapan, sedangkan pengimplementasian adalah proses, cara,
perbuatan mengimplementasikan ( 2008 : 529 ).
Webster dalam Wahab (2004:264) menyatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanaan keputusan
kebijaksanaan.
Pressman dan Wildavsky dalam Tangkilisan (2003:17) menyatakan
bahwa implementasi kebijakan diartikan sebagai interaksi antara
penyusunan tujuan dan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan
tersebuut atau kemampuan menghubngkan antara yang diinginkan
dengan cara untuk mencapainya.
Meter dan Horn dalam Winarno (2007:146), menyatakan bahwa
membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
Jadi dapat disimpulkan implementasi kebijakan adalah proses
melaksanakan keputusan kebijakan yang telah ditetapkan tujuannya.
Islamy (2007:107) menjelaskan bahwa suatu kebijaksanaan Negara
akan menjadi efektif bila dilaksanakan ddan mempunyai dampak positif
bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau
perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian
dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau Negara. Dengan
demikian kalau mereka tidak bertindak/berbuat sesuai dengan keinginan
pemerintah/Negara itu, maka kebijaksanaan Negara menjadi efektif.
Secara jujur kita akan mengatakan bahwa kebijaksanaan Negara
apapun sebenarnya mendukung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn
dalam Wahab (2004:61) telah membagi pengertian kegagalan
kebijaksanaan (policy failure) dalam dua kategori yaitu Non
Implementation (tidak implementasi) dan Unsuccesful Implementation
(implementasi tidak berhasil).
Tidak terimplementasi mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan
tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak
yang terlibat didalam pelaksanaannya tidak mau bekerjasama atau
mereka telah bekerja dengan tidak efisien, bekerja setengah hati, atau
karena mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, sehingga
implementasi yang efektif sulit tercapai.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu
kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun
mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan (semisal
sebagainya), kebijaksanaan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan
dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
c. Sumber-Sumber Implementasi Kebijakan
Winarno (2007:181) perintah-perintah implementasi mungkin
diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten,tetapi jika para pelaksana
kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan maka implementasi ini cenderung tidak efektif.
Dengan demikian sumber-sumber dapat merupakan faktor yang penting
dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber-sumber yang penting
tersebut meliputi :
a) Staf
Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah
staf. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu
mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti
bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong
implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf,
namun di sisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan
yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.
b) Informasi
Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi
kebijakan. Informasi mengenai program-program adalah penting
terutama bagi kebijakan-kebijakan yang melibatkan
c) Wewenang
Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang.
Wewenang ini akan berbeda-beda dari satu program ke program yang
lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda.
d) Fasilitas
Fasilitas fisik bisa pula merupakan sumber-sumber penting dalam
implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang
memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan
mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi
tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa
perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan
implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.
d. Keberhasilan dan Kegagalan Implementasi Kebijakan
Keberhasilan dan kegagalan implementasi dapat dilihat dari
terjadinya kesesuaian antara pelaksanaan dengan disiplin, tujuan dan
sasaran itu sendiri.
a) Keberhasilan implementasi kebijakan
Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003:21) menyatakan
keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga
faktor, yaitu :
1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan
aparatur pelaksana.
2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan
3. Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang
memuaskan semua pihak terutama keluarga dari pihak yang
meninggal.
b) Kegagalan implementasi kebijakan
Peters dalam Tangkilisan (2003:22) mengatakan implementasi
kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu :
1. Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya
gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun
kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya
dan hasil-hasil dari kebijakan itu.
2. Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau
kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun
ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan
yang menyangkut sumber daya pembantu.
3. Dukungan
Implementasi kebijakan akan sangat sulit bila pelaksananya tidak
cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.
4. Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana dalam
e. Pendekatan-pendekatan Implementasi
a. Pendekatan-pendekatan Struktural
Yang dimaksud pendekatan struktural adalah dimana kita perlu
merancang bangun struktur yang mampu melaksanakan suatu
kebijakan yang senantiasa berubah, bila dibandingkan dengan
merancang bangun suatu struktur khusus untuk program yang sekali
selesai.
b. Pendekatan-pendekatan prosedural dan manajerial
Implementasi dipandang sebagai semata-mata masalah teknis atau
masalah manajerial. Prosedur-prosedur yang dimaksud termasuk
diantaranya yang menyangkut penjadwalan (scheduling),
perencanaan (plaining), dan pengawasan (control).
Sesudah diidentifikasi masalah dan pemilihan kebijakan yang dilihat
dari sudut biaya dan efektifitasnya paling memenuhi syarat, maka
tahap implemenrasi itu akan mencakup urut-urutan langkah sebagai
berikut :
a. Merancang bangun (mendesain) program serta perincian tugas dan
perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja,
biaya, dan waktu.
b. Melaksanakan program, dengan mendayagunakan struktur-struktur
dan personalia, dana, sumber-sumber, prosedur-prosedur, dan
c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana
pengawasan yang tepat, guna menjamin bahwa tindakan-tindakan
yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.
d. Pendekatan-pendekatan keperilakuan
a. Menciptakan suasana saling percaya, terutama dengan cara
pihak pimpinan menunjukan perhatian yang besar terhadap
kepentingan orang-orang dan terhadap perasaan yang kurang
jelas, kemungkinan kehilangan kerja, ketidakamanan pribadi,
dan sebagainya.
b. Proses untuk mencapai tujuan-tujuan atas sasaran-sasaran yang
bernaung dibawah nama MBO harus bersifat interaktif, yakni
didasarkan atas musyawarah, dan sejauh mungkin didasarkan
atas persetujuan bersama.
c. Harus ada suatu sistem penilaian atas prestasi kerja
(performance appraisal) yang mencakup suatu kombinasi
monitoring kemampuan diri manajemen, pengawasan melekat,
dan evaluasi bersama terhadap kemajuan-kemajuan oleh tiap
manajer dan atasan-atasan mereka.
d. Pendekatan-pendekatan politik
Politik lebih mengacu pada pola-pola kekuasaan dan pengaruh
diantara dan didalam lingkungan organisasi. Bahwa
implementasi suatu kebijakan bisa saja telah direncanakan
prosedurnya, manajemennya, dan pengaruh-pengaruhnya pada
perilaku. (Wahab, 2012:234).
f. Model-model Implementasi Kebijaksanaan Negara
A.Model yang dikembangkan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A.
Gunn (1978; 1986)
Untuk dapat mengimplementasikan kebijaksanaan negara secara
sempurna (perfect implementation) maka diperlukan beberapa
persyaratan tertentu, syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :
a. kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak
akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius
b. untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang
cukup memadai
c. perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia
d. kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu
hubungan kausalitas yang andal
e. hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya
f. hubungan saling ketergantungan harus kecil
g. pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan
h. tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat
i. komunikasi dan koordinasi yang sempurna
j. pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut
B.Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn (1975),
yang disebut sebagai A Model of Policy Implementation proses
(model proses implementasi kebijaksanaan)
Van Meter dan Van Hom dalam teorinya ini beranjak dari suatu
argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan
dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk
menghubungkan antara isu kebijaksanaan dengan implementasi dan suatu
model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan suatu
model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan prestasi
kerja (performance). Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya
bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan
konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Dengan
memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang perlu
dikaji dalam hubungan ini ialah hambatan-hambatan apakah yang terjadi
dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi ? seberapa jauhkah
tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang
struktur ? (masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling
rendah tingkatanya dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa
pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi ? (hal
ini menyangkut masalah kepatuhan). Atas dasar pandangan seperti ini
Van Meter dan Van Hom kemudian berusaha untuk membuat tipologi
kebijaksanaan menurut :
2. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.
Alasan dikemukakannya hal ini ialah bahwa proses implementasi itu
akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan semacam itu,
dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila
perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan
terhadap tujuan terutama dari mereka yang mengoprasikan program
dilapangan relatif tinggi.
Hal lainn yang dikemukakan oleh kedua ahli dan prestasi kerja
dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas (independent variable) yang
saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu adalah :
1. ukuran dan tujuan kebijaksanaan
2. sumber-sumber kebijaksanaan
3. ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana
4. komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan
5. sikap para pelaksana dan
C.lingkungan ekonomi, sosial dan politik Model yang dikembangkan
oleh Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier, yang disebut A frame
Work for Implementation Analysis (kerangka Analisis Implementasi)
Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis
implementasi kebijaksanaan negara ialah mengidentifikasikan
variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujjuan formal pada
Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi 3 (
tiga ) kategori besar yaitu :
1. mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan
2. kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara
tepat proses implementasinya dan
3. pengaruh langsung pelbagi variabel politik terhadap keseimbangan
dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan
tersebut.
Gambaran mengenai kerangka konseptual proses implementasi
kebijaksanaan negara ini dapat dilihat secara jelas pada halaman berikut.
Pada gambar tersebut ketiga kategori variabel tersebut diatas, disebut
sebagai variabel bebas (independent variabel), dibedakan dari
Gambar 1 : Variabel-variabel Proses Implementasi Kebijaksanaan
4. Partisipasi
a. Posisi dan Lingkup Partisipasi
3. Kebijakan Bidang Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan bidang
sosial budaya dan kehidupan beragama yang diarahkan untuk mencapai
sasaran peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan
meningkatnya IPM dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang di
dukung oleh terciptanya penduduk tumbuh seimbang, serta makin
kuatnya jati diri dan karakter bangsa. ( Renstra Kementrian Kesehatan untuk menstr uktur pr oses Implementasi
B. Tahap-tahap hdalam Pr oses Implementasi ( Var iabel Ter gantung )
Output Kebi kesediaan dampak nyata dampak output perbaik jaksanaan kelompok output kebijak kebijaksanaan mendasar badan-badan sasaran mema sanaan sebagai dipersepsi dalam undang-
a. Tujuan kementrian kesehatan
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan
bergaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
b. Nilai-nilai kementrian kesehatan
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan
kesehatan, kementrian kesehatan menganut dan menunjang tinggi
nilai-nilai yaitu :
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, kementrian
kesehatan selalu menahulukan kepentngan rakyat dan haruslah
menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tinggi bagi setiap orang adalah salah satu hak
asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status
sosial ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua
pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya
dilaksanakan oleh kementrian kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, uyang
meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat
pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi
kondisi setempat, sosiaal budaya, dan kondisi geografis. Faktor-faktor
ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang
berbeda-beda, sehingga dperlukan penanganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target
yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), Transparan, dan akuntabel.
4. Partisipasi
a. Posisi dan Lingkup Partisipasi
Partisipasi merupakan bagian yang penting dalam proses
penyelenggaraan kehidupan, yang seringkali tidak bisa dirumuskan posisi
dan artinya. Adapun tahap-tahap proses partisipasi yaitu :
a. Tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan
dihasilkan, yang biasanya disebut dengan tahap rumusan kebijakan
dan rencana.
b. Tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan
sumber daya agar tujuan dapat dicapai
c. Tahap mencapai kesamaan pandangan tentang bagaimana memantau
Dengan demikian secara umum dapat kita mengerti bahwa partisipasi
dapat dilakukan mulai dari tahap perumusan kebijakan dan penyusunan
rencana, tahap implementasi sampai pada tahap pemantauan dan
evaluasi. Partisipasi dapat dilakukan pada setiap tahap dalam daur tata
penyelenggaraan kehidupan bersama.
b. Penggerak dan pembamgkit par tisipasi
Apa yang semula bersifat individual harus secara suka rela diubah
dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.
c. Metode partisipasi
Metode atau cara adalah panduan untuk melakukan suatu kegiatan
yang memang diperlukan terutama bagi kegiatan yang melibatkan
banyak orang dan banyak pihak.
d. Peran media massa
Baik media cetak maupun media elektronik, untuk mengumpulkan
dan menyebarluaskan informasi sangat besar. (Kuswartojo,
2004:185-190).
5. Pengertian J aminan Per salinan
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang di
biayai oleh pemerintah.
6. Pelayanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian
pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sementara
istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat
beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa indonesia,
yaitu umum, masyarakat dan negara.
Menurut Moenir (2006:27), Pelayanan pada hakekatnya adalah
serangakaian kegiatan, karena itu merupakan proses, pelayanan
berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh
kehidupan orang dalam masyarakat.
Selanjutnya Ratminto dan Atik memberikan ciri pokok pelayanan
adalah tidak kasat mata dan melibatkan upaya manusia atau peralatan
yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara pelayanan. (2005:3)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk menolong menyediakan apa saja yang diperlukan orang lain
dalam memenuhi keinginannya sesuai dengan haknya yang dihasilkan
melalui tata kerja, prosedur kerja, sistem kerja, dan waktu kerja yang
efisien. Selain itu kegiatan pelayanan adalah bagian dari kewajiban dari
pemberi layanan dalam hal ini pemerintah kepada penerima layanan yaitu
masyarakat.
b. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan sederhana saja, yaitu kepuasan. Meskipun sasaran
syarat-syarat yang sering kali tidak mudah dilakukan. Hal ini berkaitan
dengan masalah kepuasan yang tidak dapat diukur dengan pasti paling
hanya bisa dikenali dari beberapa sudut, seperti dimaklumi bahwa
kepuasan manusia sangat berbeda satu dengan yang lain terhadap satu hal
tertentu.menurut moenir (2006:196)
Seperti yang di tulis oleh kotler dan lee dalam bukunya pemasaran di
sektot publik (terjemahan) alih bahasa taufik amir (2007:187) dinyatakan
bahwa selalu memperhatikan kebutuhan pelanggan akan menjadi
kekuatan dalam urusan pelayanan kemampuan untuk selalu mengemas
ulang organisasi dan cara kita memberikan pelayanan akan menentukan
kelanggengan kita di masa depan yang berubah dengan cepat mereka
yang dapat terus menerus mendefinisikan ulang pekerjaan sesuai dengan
perubahan akan selalu tumbuh dan makmur.
Berkaitan dengan sasaran pelayanan, menurut ratminto (2005:28)
ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima pelayanan kepuasan menerima pelayanan dicapai
apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan
dibutuhkan dan diharapakan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran pelayanan adalah
menciptakan tingkat kepuasan masyarakat yang maksimal sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
sebagai penerima pelayanan.
Menurut Moenir (2006:16) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia berusaha, baik melalui aktifitas sendiri, maupun secara tidak
langsung melalui aktivitas orang lain. Aktivitas adalah suatu proses
penggunaan akal, pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau
alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Proses
pemenuhan kebutuhan melaui aktivitas orang lain yang langsung inilah
dinamakan pelayanan.
Menurut Barata (2004:9-10) suatu pelayanan akan terbentuk karena
adanya proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan
kepada pihak yang dilayani baik yang dilakukan atas dasar kesukarelaan
masing-masing pihak(non-komersial) tujuan komersial antara pesona
ataupun karena orang-orang mempunyai ketertarian kerja dalam
organisasi yang bertujuan komersil maupun non komersil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan pada
hakikatnya adalah serangkaian kegiatan atau sebuah proses, karena itu
pelayanan merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung
secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan
masyarakat.
d. Bentuk pelayanan
Menurut moenir (2006: 190-195) layanan umum yang dilakukan oleh
siapapun bentuknya tidak terlepas dari 3 macam yaitu 1) layanan dengan
layanan itu memang tidak selamanya berdiri sendiri secara murni
melainkan sering berkombinasi.
1) Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang
Hubungan Masyarakat,bidang layanan informasi bidang-bidang lain
yang tugasnya memberikan pejelasan atau keterangan kepada
siapapun yang memerlukan agar supaya layanan lisan berhasil sesuai
dengan yang diharapkan
2) Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan paling menonjol
dalam pelaksanaan tugas tidak hanya dalam segi jumlah tetapi juga
dari segi peranannya apalagi kalau diingat bahwa system layanan pada
abad informasi ini menggunakan system layanan jarak jauh dalam
bentuk lisan pada dasarnya layanan melalui tulisan cukup efesien
terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar layanan
dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani satu hal
yang harus diperhatikan ialah faktor kecepatan,baik dalam pengolahan
masalah maupun dalam proses penyelesaian .
3) Layanan berbentuk perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk 70-80% dilakukan oleh
petugas-petugas tingkat menengah dan bawah karena itu faktor
keahlian dan keterampilan petugas tesebut sangat menentukan
jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi antara
layanan lisan dan perbuatan sering bergabung.
e. Sar ana pelayanan
Sarana pelayanan yang dimaksud di sini menurut moenir
(2006:119-123) ialah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain
yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan
orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi
sarana pelayanan tersebut antara lain:
1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat
menghemat waktu
2) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa
3) Kualitas produk yang lebih baik/terjamin
4) Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin
5) Lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelakunya
6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang
berkepentingan
7) Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan
sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.
Maka dari itu peranan sarana pelayanan sangat penting disamping
unsur manusianya sendiri.berikut sarana dan fasilitas pelayanan:
1. Sarana Kerja
e. Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung
sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi
memproses suatu barang menjadi barang lain yang berlainan fungsi
dan gunanya
f. Perlengkapan kerja, semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat
bantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses,
membangkitkan dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan
g. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang
berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan misalnya
mesin lift, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, mesin
pembangkit tenaga.
Peralatan kerja itu sendiri kalau ditinjau dari segi perannya dibagi atas
2 jenis, yaitu:
a) Peralatan kerja tunggal-guna (single purpose equipment) yaitu
peralatan yang hanya dipakai untuk satu jenis peran, misalnya mesin
tulis (manual atau listrik)
b) Peralatan kerja serba-guna (multi-purpose equipment) yaitu peralatan
yang dapat dipakai untuk bermacam-macam peran, misalnya personal
computer (PC).
C.Kerangka Ber fikir
Untuk menjawab perumusan masalah penelitian yang tercantum
dalam bab 1 yaitu: “BagaimanaImplementasi Program Jampersal Oleh
Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo”. Dan sesuai
pemikiran peneliti menurut kerangka teori dan kerangka konsep yang logis
dengan tujuan agar dapat menjawab pertanyaan penelitian ini serta
menerangkan kesimpulan yang ingin dicapai sesuai tujuan penelitian. Maka
dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 2 :Kerangka Berfikir
Sumber : diolah dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2562/menkes/per/xii/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan.
Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2562/menkes/per/xii/2011
Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
Implementasi Program Jaminan Persalinan :
1. Pemeriksaan Kehamilan 2. Jaminan Persalinan 3. Pelayanan Nifas 4. Bayi baru lahir
BAB III
METODE PENELITIAN
A.J enis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud
ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai
Implementasi Program Jampersal di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo
dengan studi kasus pada bidan Praktik Bu Anang. Bogdan dan Taylor dalam
Lexy (2006:4) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).
Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu yang atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keutuhan.
Menurut Lexy (2006:6) penelitian kualitatif di dasarkan pada upaya
membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistic dan rumit . Definisi ini lebih melihat presprektif emik
dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan
subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan
rumit.
Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan
undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan tekhnik
bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih
B.Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian
kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam
melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus
penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi
focus penelitian ini adalah :
1. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan kepada ibu hamil
peserta jaminan persalinan (jampersal) yang dilakukan sebanyak 4 kali
dengan frekuensi :
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
2. Jaminan Persalinan
Jaminan persalinan adalah biaya persalinan yang diberikan oleh
pemerintah untuk peserta jaminan persalinan yang melakukan
persalinan normal.
3. Pelayanan Nifas
Pelayanan nifas adalah pelayanan yang diberikan oleh Bidan
kepada ibu peserta jaminan persalinan pasca melahirkan sebanyak 4
4. Bayi Baru Lahir
Adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan kepada bayi
baru lahir yang menjadi peserta jaminan persalinan dan mendapatkan
pemeriksaan sebanyak 4 kali.
C.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna
memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau
mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih
dan menetapkan lokasi penelitian ini di wilayah desa Tenggulunan
Kabupaten Sidoarjo dengan tempat layanan jaminan persalinan pada Bidan
Praktik yang telah bekerjasama memberikan pelayanan program jampersal
di desa Tenggulunan yang ikut serta dalam program jaminan persalinan dan
Instansi Kesehatan yang terkait dengan pelayanan program jaminan
persalinan.
D.Sumber dan J enis Data
Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam
kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan data statistic.
(2004:157).
Pemilihan keyperson sesuai dengan tujuan penelitian (purposive
jampersal dan melaksanakan/implementasi program jampersal di desa
tenggulunan kabupaten Sidoarjo.
Informan sebagai sumber data di tetapkan secara purposive sampling
juga adalah peserta jampersal pada bidan praktik Bu Anang yaitu peserta
program jampersal yang memeriksakan kehamilan dan melakukan proses
melahirkan, pemeriksaan nifas, pemeriksaan bayi baru lahir dan KB pasca
melahirkan di bidan bua anang dan sercara snowball sampling informan bisa
terdiri dari keluarga terdekat atau pihak-pihak yang berwenang memberikan
data tentang implementasi program jampersal pada bidan praktik bu Anang.
Dalam peneltian ini sumber data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Kata-Kata dan Tindakan
Kata-kata orang-orang yaitu bidan Bu Anang, Ibu-ibu hamil, ibu-ibu
yang pasca meahirkan, ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan nifas dan
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan pada bidan Praktik Bu Anang.
Dalam hal ini atau yang diwawancarai sesuai pedoman wawancara yang
selanjutnya dicatat melalui catatan tertulis dan direkam.
2. Dokumen
Dokumen yang secara deskriptif dapat menunjukan bukti-bukti tentang
Implementasi program jampersal serta berupa catatan-catatan, arsip
riwayat kesehatan peserta jampersal yang terdapat di bidan praktik.
E.Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat
diinterpretasikan.Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan
dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan
informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong,
2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian
guna memperoleh gambaran aktifitasnya dengan membawa surat ijin
penelitian Universitas Pembangunan Nasional.
2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk
mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkap makna
intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh Implementasi
Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar nikah.
3.Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)
Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan
data, dimana teknik yang digunakan adalah :
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang Implementasi Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar
nikah.yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung dengan key person yang diambil secara purposive sampling
selanjutnya dilakukan triangulasi data melalui wawancara dengan
informan yang diambil secara snowball sampling mengenai
Implementasi Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar nikah.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
dalam bentuk dokumen foto dan data statistic yang dilaksanakan
dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan Implementasi
Program Jampersal bagi Wanita Hamil Diluar Nikah.
c. Pengamatan (Observation)
Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi
secara utuh dengan langsung melakukan pengamatan terhadap proses
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan persalinan, pemeriksaan
pelayanan ibu nifas, dan pemeriksaan bayi baru lahir.
F. Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data
kualitatif meliputi empat alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang
sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data,
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of
analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat empat komponen analisis, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata- kata
bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka
macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang
biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan,
pengetikan atau alat tulis).
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data
yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan ditulis dalam
uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan direduksi, dirangkum,
dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian
dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan
pembuatan tabel).