• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Oleh :

SONIA KUMALA NMP : 0941010008

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

SONIA KUMALA NPM. 0941010008

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 12 J uni 2013

Menyetujui,

Pembimbing Tim Penguji :

1.

Dra. Sr i Wibawani, MSi Dra. Susi Hardjati, MAP

NIP. 196704061994032001 NIP. 196902101993032001

2. Sekretaris

Dra. Sr i Wibawani, MSi

NIP. 196704061994032001 3. Anggota

Dr s. Pudjo Adi,MSi

NIP. 195105101973031001

Mengetahui, DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

SONIA KUMALA NPM. 0941010008

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Sri Wibawani, MSi NIP. 196704061994032001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(4)

Disusun Oleh :

SONIA KUMALA NPM. 0941010008

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Sri Wibawani, MSi NIP. 196704061994032001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(5)

limpahan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Progr am J aminan

Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoar jo”.

Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program

Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Berkat Rahmat dan KaruniaNya, penelitian ini dapat terselsaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Segala kesulitan baik yang bersifat teknis

maupun non teknis serta berbagai kendala dan hambatan menyebabkan proses

penyelesaian Skripsi ini menjadi panjang dan memakan waktu namun berkat

bimbingan dan kesabaran dosen pembimbing, penulis akhirnya dapat

menyelesaikan skirpsi ini.

Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada Dra. Sri Wibawani, M.Si selaku dosen

pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

dan arahanya kepada penulis. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(6)

ErtienRining N, M.Si , dan Bapak Drs. Pudjo Adi, M.Si selaku dosen

penguji proposal yang membantu penulis menyempurnakan proposal

penelitian.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar

mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Ibu Anang selaku Bidan di desa Tenggulunan.

6. Bapak M Choirul Sholeh Efendie selaku Pengasuh Ponpes Millinium

Roudhotul Jannah.

7. Seluruh masyarakat yang telah bersedia menjadi keyperson dan informan,

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Suami, Kedua Orang Tuaku, Kakak, dan Adik yang selalu mendukung dan

mensupport dalam penyusunan laporan ini.

9. Serta Keluarga Besar Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah yang

telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan ini.

Demikian laporan peneliltian ini semoga dapat bermanfaat bagi

rekan-rekan semua. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan

laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini, untuk itu penulis mengharap saran

dan kritik dalam penyempurnaannya.

Surabaya , Maret 2013

(7)

Kata Pengantar……… i

Daftar isi……….. iii

Daftar Gambar……… vi

Daftar Tabel……….... vii

Abstraksi………. viii

Bab I Pendahuluan……… 1

A Latar Belakang………. 1

B Perumusan Masalah……… 5

C Tujuan Penelitian………. 5

D Kegunaan Penelitian………... 5

Bab II Kajian Pustaka………. 7

A Penelitian Terdahulu……… 7

B Landasan Teori……… 10

1 Kebijakan Publik.……… 10

a Pengertian Kebijakan Publik….………. 10

b Sifat Kebijakan Publik……….. 11

c Manfaat Kebijakan Publik……….. 12

d Tujuan Kebijakan………... 13

e Faktor Penentu Dilaksanakan/Tidaknya Suatu Kebijakan Publik ………... 14 2 Implementasi Kebijakan ………. 15

a Pengertian Implementasi Kebijakan………. 15

(8)

kebijakan………..…………..…………..……..

e Pendekatan-pendekatan

Implementasi…………..……… 20

f Model-model Implementasi Kebijaksanaan Negara….. 22

3 Kebijakan bidang kesehatan....……… 26

4 Partisipasi 28 a Posisi dan Lingkup Partisipasi……….. 28

b Penggerak dan pembangkit Partisipasi………... 29

c Metode partispasi……… 29

d Peran media massa…………..…………..…………..… 29

5 Pengertian jaminan persalinan………. 29

6 Pelayanan…………..…………..…………..…………..… 29

a Pengertian pelayanan…………..……….. 29

b Sasaran Pelayanan…………..………... 30

c Pelayanan sebagai proses…………..………. 31

d Bentuk Pelayanan…………..…………..…………..… 32

e Sarana Pelayanan…………..…………..…………..….. 34

C Kerangka Berfikir……… 35

Bab III Metode Penelitian……… 37

A Jenis Penelitian………...………...………... 37

B Fokus penelitian ………...………...………... 38

C Lokasi penelitian……….. 39

(9)

Bab IV Hasil dan Pembahasan ……… 48

A Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 48

1 Desa Tenggulunan……….………. 48

2 Profil Bidan praktik Pemberi pelayanan jampersal di desa tenggulunan………...………...………...…… 49 a Riwayat Pelayanan………...………...………...………... 50

B Hasil Penelitian ……… 50

1 Pemeriksaan Kehamilan………...… 50

2 Jaminan persalinan………...……….. 54

3 Pelayanan Nifas………...………...………. 56

4 Bayi Baru Lahir………...………...………...………...… 58

C Pembahasan……….. 59

1 Pemeriksaan Kehamilan………. 60

2 Jaminan Persalinan………. 62

3 Pelayanan Nifas……….. 65

4 Bayi Baru Lahir……….. 67

BabV Kesimpulan dan Saran………. 70

A Kesimpulan……….. 70

B Saran………. 71

Daftar Pustaka ……… 72

(10)

Gambar 3 : Kerangka Berfikir... 36

(11)

Tabel 2 : jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin...48

Tabel 2 : jumlah penduduk berdasarkan agama ...………...49

Tabel 3 : Data sasaran dan peserta jampersal ...……….49

Tabel 5 : Data Peserta Jampersal yang ditangani Bidan Praktik Bu

Anang...51

(12)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena Di kabupaten Sidoarjo khusunya di desa tenggulunan tidak terdapat adanya puskesmas tetapi di desa tenggulunan terdapat 2 bidan praktik yaitu bidan bu anang dan bidan bu ari. dimana satu diantaranya yaitu bidan bu anang mengimplementasikan program jampersal.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian: pemeriksaan kehamilan, jaminan persalinan, pelayanan nifas, bayi baru lahir.

Hasil penelitian adalah Bu Anang selaku bidan praktik yang bekerjasama dengan program Jampersal mempunyai kewenangan untuk menetapkan siapa yang dikelompokkan sebagai peserta jampersal dan faktor ekonomi sebagai pertimbangan. Dalam Pemeriksaan kehamilan belum terimplementasi karena peserta jampersal banyak yang melakukan pemeriksaan pada triwulan kedua dan ketiga karena peserta jampersal beranggapan bahwa pemeriksaan di triwulan pertama tidak terlalu penting karena kondisi kehamilan

yang masih muda.Jaminan persalinan dimana bidan bu anang mengutamakan

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut

merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta,

maupun pemerintah. Tujuan pembangunan Indonesia Sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya

masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya

yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/

100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35/ 1000

kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

(AKB) sebesar 34/ 1.000 kelahiran hidup. 5 Tingginya Angka Kematian Ibu

dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan masih sangat rendahnya

(14)

Provinsi Jawa Timur sebesar 83,19/100.000 kelahiran hidup dan Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 32,2/1000 kelahiran hidup.12 Untuk itu

pemerintah membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI dan

AKB, karena penurunan AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan

derajat kesehatan di suatu wilayah.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan

salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium

yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan

dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah

kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan

target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan

usaha keras yang terus menerus.

Penyebab kematian Ibu Melahirkan adalah Rendahnya kesadaran

masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka

kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk

menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang

lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai

kejang-kejang,aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga

cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar

belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan

politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya

(15)

bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena

masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya

perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,

pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah

secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat

diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,

swasta,maupun masyarakat terutama suami.

Gambar 1 : Grafik Persentasi Penyebab Kematian Ibu

Sumber : Departemen Kesehatan

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu

melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab

kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre

eklamasi dan infeksi.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan

AKB di Indonesia yang diarahkan dalam peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan. Sehingga pada tahun 2011 pemerintah meluncurkan program baru

yaitu Jaminan Persalinan. Diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

(16)

Indonesia Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan

Persalinan.

Berdasarkan data BPS, AKB Jawa Timur 2005-2011 turun dari 36,65

(tahun 2005) menjadi 29,99 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2011). Angka

tersebut masih jauh dari target MDG’s tahun 2015. Penurunan AKB wujud

keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Dari laporan rutin tahun 2011

di Jawa Timur yang terdapat dalam publikasi profil kesehatan Provinsi Jatim

(2010), terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup. Kabupaten

Sidoarjo merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam kematian bayi di Jawa

Timur dengan jumlah 249 bayi.

No Cakupan Kabupaten Sidoarjo Target MDG’s

2015

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1. AKI 91,8/100.000kh 112/100.000kh 92/100.000kh 102/100.000kh

2. AKB 12,65/1000kh 122,62/1000kh 11,12/1000kh 17/1000kh

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Sidoarjo 2007 s/d 2009

Kebijaksanaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, menuntut

adanya keterlibatan masyarakat, demi terciptanya tujuan pembangunan yang

telah ditetapkan. Begitu juga dengan pelaksanaan program jampersal , yang

merupakan Program nasional bidang kesehatan yang dilaksanakan di seluruh

Indonesia.

Di kabupaten Sidoarjo khusunya di desa tenggulunan tidak terdapat

adanya puskesmas tetapi di desa tenggulunan terdapat 2 bidan praktik yaitu

bidan bu anang dan bidan bu ari dimana satu diantaranya yaitu bidan bu anang

sejak dicanangkan program jampersal pada tahun 2011 telah bekerjasama

dengan program jampersal untuk mengimplementasikan program jampersal

(17)

Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka penulis mengambil judul

penelitian ini adalah : “Implementasi Pr ogram J aminan Per salinan Oleh

Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoar jo “

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi disidoarjo khususnya adanya wanita Hamil

diluar nikah yang datang dan ditampung di pondok pesantren Roudhotul

Jannah kabupaten Sidoarjo. Dimana wanita hamil diluar nikah tersebut adalah

sasaran program jampersal yang mulai di implementasikan pada tahun 2011.

Dengan demikian dapat dinyatakan rumusan masalah ini adalah “Bagaimana

Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa

Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai uraian dalam latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian

maka dapat dinyatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui

Implementasi Program Jaminan Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa

Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi tambahan

bahan kajian yang berhubungan dengan kebijakan publik dan manfaat praktis

terutama sebagai bahan pertimbangan instansi tempat penelitian secara spesifik

diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman tentang

(18)

pemberdayaan masyarakat maupun teori administrasi negara. Selain itu

penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan teori yang didapat di

bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi dilapangan

atau pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat serta merupakan salah

satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), juga bentuk

pengaplikasian dari salah satu bentuk tri dha

rma Mahasiswa yaitu mahasiswa penelitian.

2. Bagi Instansi Pelaksana Program J aminan Per salinan

Sebagai bahan informasi tentangImplementasi Program Jampersal Oleh

Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo, sebagai bahan

masukan serta evaluasi kebijakan bidang kesehatan khususnya program

Jaminan Persalinan.

3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh

peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang berhubung

dengan kebijakan publik , analisa kebijakan publik, dan pembangunan

masyarakat, serta untuk menambah referensi perpustakaan Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Khusunya Fakultas Ilmu

(19)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Evariana Mandasari, Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2,

Nomor 1, Januari 2013, Analisis Perbandingan Pelaksanaan Jaminan

Persalinan (Jampersal) pada Bidan Praktek Swasta (BPS) Di Wilayah

Puskesmas Kota Semarang dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Jampersal

Tahun 2012.

Jaminan persalinan merupakan jaminan yang digunakan untuk

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas

termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir

yang pembiayaannya dijamin oleh pemerintah. Jampersal di Kota

Semarang dilaksanakan sejak bulan April 2011. Tujuan penelitian

membandingkan pelaksanaan jampersal pada bidan praktik swasta

dengan juknis jampersal tahun 2012 di Kota Semarang meliputi

pelaksanaan klaim, pelayanan dan evaluasi jampersal. Metode penelitian

adalah kualitatif. Subjek penelitian adalah bidan praktek swasta di

wilayah Bangetayu dan Karangdoro. Sebagai Triangulasi adalah

Pengelola Jaminan Persalinan Dinas Kesehatan Kota Semarang dan

koordinator bidan IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan jaminan

(20)

beberapa kendala pada aspek komunikasi dan sumber daya, pembuatan

partograf masih dirasa rumit oleh bidan hal ini membuat bidan enggan

untuk melaksanakan klaim dan bidan tidak memiliki asisten untuk

membantunya. Pelaksanaan pelayanan jampersal masih terkendala pada

aspek sikap atau disposisi dan struktur birokrasi, kurang adanya

pengawasan pada pasien yang telah menggunakan KB dan pada juknis

sudah dijelaskan bahwa pasien yang ikut jampersal wajib untuk berKB.

Evaluasi pelaksanaan jampersal memiliki kendala pada struktur

birokrasinya, masih adanya pasien yang belum pernah disupervisi oleh

pihak Dinas, hal ini membuat bidan kurang termotivasi untuk

melaksanakan jampersal.

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan pihak Dinas, IBI dan bidan

bisa lebih komunikatif agar tidak terjadi salah interpretasi dalam

pelaksanaan jampersal. Penelitian tersebut diatas memiliki kesamaan

dengan penelitian ini adalah mengkaji kebijakan yang sama yaitu bidang

kesehatan dengan program jampersal yang berbeda dimana penelitian

Evariana Mandasari menganalisis perbandngan pelaksanaan jampersal

pada bidan praktik dan puskesmas. Sedangkan dalam penelitian ini

adalah analisis program Jampersal pada Bidan praktik. Metode penelitian

yang digunakan adalah sama dengan penelitian ini yaitu deskriptif

kualitatif.

2.

Hastuty Purba dan Wan Asrida, Pelaksanaan Program Jaminan

(21)

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan

AKI dan AKB di Indonesia yang diarahkan dalam peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan. Sehingga pada tahun 2011 pemerintah

meluncurkan program baru yaitu Jaminan Persalinan. Diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

631/Menkes/Per/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan

yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan

nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru

lahir. Sasaran dari program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas

(sampai 42 hari pasca melahirkan), serta bayi baru lahir (sampai dengan

usia 28 hari). Dana Jampersal ini sendiri dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2011 dengan jenis belanja

Bantuan Sosial.

Penelitian ini dilakukan dengan analisa kualitatif, jenis penelitian

ini dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif

mangenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat

diamati dari orang-orang yang diteliti.

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa

pelaksanaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kota Pekanbaru

dilaksanakan dengan berbagai bentuk aktifitas-aktifitas yang mendukung

pelaksanaan program. Dimulai dari tahap sosialisasi, pelaksanaan baik di

pelayanan tingkat dasar maupun di pelayanan tingkat lanjutan, serta

(22)

mencakup kepada aparat FasKes yang ada untuk ikut terlibat dalam

melaksanakan program Jampersal. Koordinasi dan pengawasan yang

dilakukan sejalan dan secara terus menerus sesuai dengan jadwal yang

sudah disepakati bersama.

Pelayanan di tingkat dasar yang dilakukan oleh bidan memberikan

pelayanan yang sesuai dengan jenis pelayanan yang sudah ditetapkan

dalam petunjuk teknis yang mengatur. Selanjutnya pelayanan tingkat

lanjutan yang dilakukan di Rumah Sakit (RS) apabila tidak dapat

ditangani di pelayanan tingkat dasar.

Penelitian disini, nantinya akan berbeda dengan penelitian diatas.

Yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan saat ini adalah terletak pada fokus penelitian yang berbeda,

serta adanya perbedaan waktu dan tempat penelitian. Sedangkan

penelitian ini nantinya akan mengetahui Implementasi Program Jaminan

Persalinan Oleh Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo.

B. Landasan Teori

1. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Adapun definisi kebijakan publik menurut Santoso dalam Winarno

yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat dalam bidang

kebijakan publik menyimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan

mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori

(23)

1. Bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan

publik.

2. Kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang

mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu,dengan kata lain

kebijakan publik dapat dipandang sebagai proses perumusan,

implementasi dan evaluasi kebijakan.

Menurut Andreson dalam Agustino (2006:7) memberikan

pengertian tentang kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang

mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan

oleh seorang actor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan

suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

Nugroho (2003:54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal

yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang

diputuskan pemerintah untuk dikerjakan atau dibiarkan.

Dari pengertian diatas dan menurut pemahaman bahwa kebijakan

publik harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat

disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah

yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi

kepentingan masyarakat.

b. Sifat Kebijakan Publik

Menurut Winarno (2002:19) sifat kebijakan publik sebagai arah

tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci

(24)

1. Tuntutan Kebijakan

Tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah,

ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem

politik.

2. Keputusan Kebijakan

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang

mngesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada

tindakan-tindakan kebijakan publik.

3. Pernyataan-pernyataan kebijakan

Pernyataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan)

kebijakan publik.

4. Hasil-hasil Kebijakan

Manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang

sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan

pernyataan-pernyataan kebijakan.

5. Dampak-dampak Kebijakan

Akibat bagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak

adanya tindakan pemerintah.

c. Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Andreson dalam Subarsono (2005:4), studi

kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan

Dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik

(25)

menentukan variabel pengaruhnya (independent variabel). Studi ini

berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari

sebuah kebijakan publik.

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah publik.

Dengan mempelajari kebijakn publik para praktisi akan memiliki

dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik

dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga

kedepan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat

menopang tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik

Suatu kebijakan yang dibuat melalui proses yang besar dengan

dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik

dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat meyakinkan

kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan

publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan

kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

d. Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam

Soenarko (2000:82) yaitu :

1. Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator).

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara

sebagai perangsang, stimulator).

(26)

4. Memperutunkan dalam membagi berbagai materi (Negara sebagai

pembagi, alokator).

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan guna

untuk mencapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan

kebijaksanaan itu adalah :

1. Memajukan kesejahteraan umum.

2. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

e. Faktor Penentu Dilaksanakan/Tidaknya Suatu Kebijakan Publik

Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atau tidaknya

suatu kebijakan publik menurut Agustino (2006:157) yaitu :

a. Faktor Penentu Pemenuhan Kebutuhan

1. Respeknya anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan

pemerintah;

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

3. Adanya sanksi hukum;

4. Adanya kepentingan publik;

5. Adanya kepentingan pribadi;

6. Masalah waktu.

b. Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan

1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem yang ada;

2. Tidak adanya kepastian hukum;

3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi;

(27)

2. Implementasi Kebijakan

a. Pengertian Implementasi Kebijakan

sebelum memberikan pengertian implementasi kebijakan perlu

diuraikan tentang definisi atau pengertian implementasi. Pengertian

implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah Pelaksanaan,

penerapan, sedangkan pengimplementasian adalah proses, cara,

perbuatan mengimplementasikan ( 2008 : 529 ).

Webster dalam Wahab (2004:264) menyatakan bahwa

implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanaan keputusan

kebijaksanaan.

Pressman dan Wildavsky dalam Tangkilisan (2003:17) menyatakan

bahwa implementasi kebijakan diartikan sebagai interaksi antara

penyusunan tujuan dan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan

tersebuut atau kemampuan menghubngkan antara yang diinginkan

dengan cara untuk mencapainya.

Meter dan Horn dalam Winarno (2007:146), menyatakan bahwa

membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah

maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan implementasi kebijakan adalah proses

melaksanakan keputusan kebijakan yang telah ditetapkan tujuannya.

(28)

Islamy (2007:107) menjelaskan bahwa suatu kebijaksanaan Negara

akan menjadi efektif bila dilaksanakan ddan mempunyai dampak positif

bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau

perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian

dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau Negara. Dengan

demikian kalau mereka tidak bertindak/berbuat sesuai dengan keinginan

pemerintah/Negara itu, maka kebijaksanaan Negara menjadi efektif.

Secara jujur kita akan mengatakan bahwa kebijaksanaan Negara

apapun sebenarnya mendukung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn

dalam Wahab (2004:61) telah membagi pengertian kegagalan

kebijaksanaan (policy failure) dalam dua kategori yaitu Non

Implementation (tidak implementasi) dan Unsuccesful Implementation

(implementasi tidak berhasil).

Tidak terimplementasi mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan

tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak

yang terlibat didalam pelaksanaannya tidak mau bekerjasama atau

mereka telah bekerja dengan tidak efisien, bekerja setengah hati, atau

karena mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, sehingga

implementasi yang efektif sulit tercapai.

Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu

kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun

mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan (semisal

(29)

sebagainya), kebijaksanaan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan

dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.

c. Sumber-Sumber Implementasi Kebijakan

Winarno (2007:181) perintah-perintah implementasi mungkin

diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten,tetapi jika para pelaksana

kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan

kebijakan-kebijakan maka implementasi ini cenderung tidak efektif.

Dengan demikian sumber-sumber dapat merupakan faktor yang penting

dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber-sumber yang penting

tersebut meliputi :

a) Staf

Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah

staf. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu

mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti

bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong

implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf,

namun di sisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan

yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif.

b) Informasi

Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi

kebijakan. Informasi mengenai program-program adalah penting

terutama bagi kebijakan-kebijakan yang melibatkan

(30)

c) Wewenang

Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang.

Wewenang ini akan berbeda-beda dari satu program ke program yang

lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda.

d) Fasilitas

Fasilitas fisik bisa pula merupakan sumber-sumber penting dalam

implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang

memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan

mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi

tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa

perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan

implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.

d. Keberhasilan dan Kegagalan Implementasi Kebijakan

Keberhasilan dan kegagalan implementasi dapat dilihat dari

terjadinya kesesuaian antara pelaksanaan dengan disiplin, tujuan dan

sasaran itu sendiri.

a) Keberhasilan implementasi kebijakan

Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003:21) menyatakan

keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga

faktor, yaitu :

1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan

aparatur pelaksana.

2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan

(31)

3. Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang

memuaskan semua pihak terutama keluarga dari pihak yang

meninggal.

b) Kegagalan implementasi kebijakan

Peters dalam Tangkilisan (2003:22) mengatakan implementasi

kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu :

1. Informasi

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya

gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun

kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya

dan hasil-hasil dari kebijakan itu.

2. Isi Kebijakan

Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau

kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun

ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan

yang menyangkut sumber daya pembantu.

3. Dukungan

Implementasi kebijakan akan sangat sulit bila pelaksananya tidak

cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4. Pembagian Potensi

Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor

implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana dalam

(32)

e. Pendekatan-pendekatan Implementasi

a. Pendekatan-pendekatan Struktural

Yang dimaksud pendekatan struktural adalah dimana kita perlu

merancang bangun struktur yang mampu melaksanakan suatu

kebijakan yang senantiasa berubah, bila dibandingkan dengan

merancang bangun suatu struktur khusus untuk program yang sekali

selesai.

b. Pendekatan-pendekatan prosedural dan manajerial

Implementasi dipandang sebagai semata-mata masalah teknis atau

masalah manajerial. Prosedur-prosedur yang dimaksud termasuk

diantaranya yang menyangkut penjadwalan (scheduling),

perencanaan (plaining), dan pengawasan (control).

Sesudah diidentifikasi masalah dan pemilihan kebijakan yang dilihat

dari sudut biaya dan efektifitasnya paling memenuhi syarat, maka

tahap implemenrasi itu akan mencakup urut-urutan langkah sebagai

berikut :

a. Merancang bangun (mendesain) program serta perincian tugas dan

perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja,

biaya, dan waktu.

b. Melaksanakan program, dengan mendayagunakan struktur-struktur

dan personalia, dana, sumber-sumber, prosedur-prosedur, dan

(33)

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana

pengawasan yang tepat, guna menjamin bahwa tindakan-tindakan

yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.

d. Pendekatan-pendekatan keperilakuan

a. Menciptakan suasana saling percaya, terutama dengan cara

pihak pimpinan menunjukan perhatian yang besar terhadap

kepentingan orang-orang dan terhadap perasaan yang kurang

jelas, kemungkinan kehilangan kerja, ketidakamanan pribadi,

dan sebagainya.

b. Proses untuk mencapai tujuan-tujuan atas sasaran-sasaran yang

bernaung dibawah nama MBO harus bersifat interaktif, yakni

didasarkan atas musyawarah, dan sejauh mungkin didasarkan

atas persetujuan bersama.

c. Harus ada suatu sistem penilaian atas prestasi kerja

(performance appraisal) yang mencakup suatu kombinasi

monitoring kemampuan diri manajemen, pengawasan melekat,

dan evaluasi bersama terhadap kemajuan-kemajuan oleh tiap

manajer dan atasan-atasan mereka.

d. Pendekatan-pendekatan politik

Politik lebih mengacu pada pola-pola kekuasaan dan pengaruh

diantara dan didalam lingkungan organisasi. Bahwa

implementasi suatu kebijakan bisa saja telah direncanakan

(34)

prosedurnya, manajemennya, dan pengaruh-pengaruhnya pada

perilaku. (Wahab, 2012:234).

f. Model-model Implementasi Kebijaksanaan Negara

A.Model yang dikembangkan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A.

Gunn (1978; 1986)

Untuk dapat mengimplementasikan kebijaksanaan negara secara

sempurna (perfect implementation) maka diperlukan beberapa

persyaratan tertentu, syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :

a. kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak

akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius

b. untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang

cukup memadai

c. perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia

d. kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu

hubungan kausalitas yang andal

e. hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnya

f. hubungan saling ketergantungan harus kecil

g. pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan

h. tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat

i. komunikasi dan koordinasi yang sempurna

j. pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut

(35)

B.Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn (1975),

yang disebut sebagai A Model of Policy Implementation proses

(model proses implementasi kebijaksanaan)

Van Meter dan Van Hom dalam teorinya ini beranjak dari suatu

argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan

dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk

menghubungkan antara isu kebijaksanaan dengan implementasi dan suatu

model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan suatu

model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan prestasi

kerja (performance). Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya

bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan

konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Dengan

memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang perlu

dikaji dalam hubungan ini ialah hambatan-hambatan apakah yang terjadi

dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi ? seberapa jauhkah

tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang

struktur ? (masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling

rendah tingkatanya dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa

pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi ? (hal

ini menyangkut masalah kepatuhan). Atas dasar pandangan seperti ini

Van Meter dan Van Hom kemudian berusaha untuk membuat tipologi

kebijaksanaan menurut :

(36)

2. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Alasan dikemukakannya hal ini ialah bahwa proses implementasi itu

akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan semacam itu,

dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila

perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan

terhadap tujuan terutama dari mereka yang mengoprasikan program

dilapangan relatif tinggi.

Hal lainn yang dikemukakan oleh kedua ahli dan prestasi kerja

dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas (independent variable) yang

saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu adalah :

1. ukuran dan tujuan kebijaksanaan

2. sumber-sumber kebijaksanaan

3. ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana

4. komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan

pelaksanaan

5. sikap para pelaksana dan

C.lingkungan ekonomi, sosial dan politik Model yang dikembangkan

oleh Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier, yang disebut A frame

Work for Implementation Analysis (kerangka Analisis Implementasi)

Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis

implementasi kebijaksanaan negara ialah mengidentifikasikan

variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujjuan formal pada

(37)

Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi 3 (

tiga ) kategori besar yaitu :

1. mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan

2. kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara

tepat proses implementasinya dan

3. pengaruh langsung pelbagi variabel politik terhadap keseimbangan

dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan

tersebut.

Gambaran mengenai kerangka konseptual proses implementasi

kebijaksanaan negara ini dapat dilihat secara jelas pada halaman berikut.

Pada gambar tersebut ketiga kategori variabel tersebut diatas, disebut

sebagai variabel bebas (independent variabel), dibedakan dari

(38)

Gambar 1 : Variabel-variabel Proses Implementasi Kebijaksanaan

4. Partisipasi

a. Posisi dan Lingkup Partisipasi

3. Kebijakan Bidang Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan bidang

sosial budaya dan kehidupan beragama yang diarahkan untuk mencapai

sasaran peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan

meningkatnya IPM dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang di

dukung oleh terciptanya penduduk tumbuh seimbang, serta makin

kuatnya jati diri dan karakter bangsa. ( Renstra Kementrian Kesehatan untuk menstr uktur pr oses Implementasi

B. Tahap-tahap hdalam Pr oses Implementasi ( Var iabel Ter gantung )

Output Kebi kesediaan dampak nyata dampak output perbaik jaksanaan kelompok output kebijak kebijaksanaan mendasar badan-badan sasaran mema sanaan sebagai dipersepsi dalam undang-

(39)

a. Tujuan kementrian kesehatan

Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan

bergaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

b. Nilai-nilai kementrian kesehatan

Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan

kesehatan, kementrian kesehatan menganut dan menunjang tinggi

nilai-nilai yaitu :

1. Pro Rakyat

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, kementrian

kesehatan selalu menahulukan kepentngan rakyat dan haruslah

menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat

kesehatan yang setinggi-tinggi bagi setiap orang adalah salah satu hak

asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status

sosial ekonomi.

2. Inklusif

Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua

pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya

dilaksanakan oleh kementrian kesehatan saja. Dengan demikian,

seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, uyang

meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat

pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

(40)

Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi

kondisi setempat, sosiaal budaya, dan kondisi geografis. Faktor-faktor

ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang

berbeda-beda, sehingga dperlukan penanganan yang berbeda pula.

4. Efektif

Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target

yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.

5. Bersih

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme (KKN), Transparan, dan akuntabel.

4. Partisipasi

a. Posisi dan Lingkup Partisipasi

Partisipasi merupakan bagian yang penting dalam proses

penyelenggaraan kehidupan, yang seringkali tidak bisa dirumuskan posisi

dan artinya. Adapun tahap-tahap proses partisipasi yaitu :

a. Tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan

dihasilkan, yang biasanya disebut dengan tahap rumusan kebijakan

dan rencana.

b. Tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan

sumber daya agar tujuan dapat dicapai

c. Tahap mencapai kesamaan pandangan tentang bagaimana memantau

(41)

Dengan demikian secara umum dapat kita mengerti bahwa partisipasi

dapat dilakukan mulai dari tahap perumusan kebijakan dan penyusunan

rencana, tahap implementasi sampai pada tahap pemantauan dan

evaluasi. Partisipasi dapat dilakukan pada setiap tahap dalam daur tata

penyelenggaraan kehidupan bersama.

b. Penggerak dan pembamgkit par tisipasi

Apa yang semula bersifat individual harus secara suka rela diubah

dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.

c. Metode partisipasi

Metode atau cara adalah panduan untuk melakukan suatu kegiatan

yang memang diperlukan terutama bagi kegiatan yang melibatkan

banyak orang dan banyak pihak.

d. Peran media massa

Baik media cetak maupun media elektronik, untuk mengumpulkan

dan menyebarluaskan informasi sangat besar. (Kuswartojo,

2004:185-190).

5. Pengertian J aminan Per salinan

Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan

yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan

nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru

lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang di

biayai oleh pemerintah.

6. Pelayanan

(42)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian

pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu

menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sementara

istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat

beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa indonesia,

yaitu umum, masyarakat dan negara.

Menurut Moenir (2006:27), Pelayanan pada hakekatnya adalah

serangakaian kegiatan, karena itu merupakan proses, pelayanan

berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh

kehidupan orang dalam masyarakat.

Selanjutnya Ratminto dan Atik memberikan ciri pokok pelayanan

adalah tidak kasat mata dan melibatkan upaya manusia atau peralatan

yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara pelayanan. (2005:3)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang untuk menolong menyediakan apa saja yang diperlukan orang lain

dalam memenuhi keinginannya sesuai dengan haknya yang dihasilkan

melalui tata kerja, prosedur kerja, sistem kerja, dan waktu kerja yang

efisien. Selain itu kegiatan pelayanan adalah bagian dari kewajiban dari

pemberi layanan dalam hal ini pemerintah kepada penerima layanan yaitu

masyarakat.

b. Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan sederhana saja, yaitu kepuasan. Meskipun sasaran

(43)

syarat-syarat yang sering kali tidak mudah dilakukan. Hal ini berkaitan

dengan masalah kepuasan yang tidak dapat diukur dengan pasti paling

hanya bisa dikenali dari beberapa sudut, seperti dimaklumi bahwa

kepuasan manusia sangat berbeda satu dengan yang lain terhadap satu hal

tertentu.menurut moenir (2006:196)

Seperti yang di tulis oleh kotler dan lee dalam bukunya pemasaran di

sektot publik (terjemahan) alih bahasa taufik amir (2007:187) dinyatakan

bahwa selalu memperhatikan kebutuhan pelanggan akan menjadi

kekuatan dalam urusan pelayanan kemampuan untuk selalu mengemas

ulang organisasi dan cara kita memberikan pelayanan akan menentukan

kelanggengan kita di masa depan yang berubah dengan cepat mereka

yang dapat terus menerus mendefinisikan ulang pekerjaan sesuai dengan

perubahan akan selalu tumbuh dan makmur.

Berkaitan dengan sasaran pelayanan, menurut ratminto (2005:28)

ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat

kepuasan penerima pelayanan kepuasan menerima pelayanan dicapai

apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan

dibutuhkan dan diharapakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran pelayanan adalah

menciptakan tingkat kepuasan masyarakat yang maksimal sesuai dengan

norma dan aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

sebagai penerima pelayanan.

(44)

Menurut Moenir (2006:16) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

manusia berusaha, baik melalui aktifitas sendiri, maupun secara tidak

langsung melalui aktivitas orang lain. Aktivitas adalah suatu proses

penggunaan akal, pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau

alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu

yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Proses

pemenuhan kebutuhan melaui aktivitas orang lain yang langsung inilah

dinamakan pelayanan.

Menurut Barata (2004:9-10) suatu pelayanan akan terbentuk karena

adanya proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan

kepada pihak yang dilayani baik yang dilakukan atas dasar kesukarelaan

masing-masing pihak(non-komersial) tujuan komersial antara pesona

ataupun karena orang-orang mempunyai ketertarian kerja dalam

organisasi yang bertujuan komersil maupun non komersil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan pada

hakikatnya adalah serangkaian kegiatan atau sebuah proses, karena itu

pelayanan merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung

secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan

masyarakat.

d. Bentuk pelayanan

Menurut moenir (2006: 190-195) layanan umum yang dilakukan oleh

siapapun bentuknya tidak terlepas dari 3 macam yaitu 1) layanan dengan

(45)

layanan itu memang tidak selamanya berdiri sendiri secara murni

melainkan sering berkombinasi.

1) Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang

Hubungan Masyarakat,bidang layanan informasi bidang-bidang lain

yang tugasnya memberikan pejelasan atau keterangan kepada

siapapun yang memerlukan agar supaya layanan lisan berhasil sesuai

dengan yang diharapkan

2) Layanan melalui tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan paling menonjol

dalam pelaksanaan tugas tidak hanya dalam segi jumlah tetapi juga

dari segi peranannya apalagi kalau diingat bahwa system layanan pada

abad informasi ini menggunakan system layanan jarak jauh dalam

bentuk lisan pada dasarnya layanan melalui tulisan cukup efesien

terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar layanan

dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani satu hal

yang harus diperhatikan ialah faktor kecepatan,baik dalam pengolahan

masalah maupun dalam proses penyelesaian .

3) Layanan berbentuk perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk 70-80% dilakukan oleh

petugas-petugas tingkat menengah dan bawah karena itu faktor

keahlian dan keterampilan petugas tesebut sangat menentukan

(46)

jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi antara

layanan lisan dan perbuatan sering bergabung.

e. Sar ana pelayanan

Sarana pelayanan yang dimaksud di sini menurut moenir

(2006:119-123) ialah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain

yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan

pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan

orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi

sarana pelayanan tersebut antara lain:

1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat

menghemat waktu

2) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa

3) Kualitas produk yang lebih baik/terjamin

4) Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin

5) Lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelakunya

6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang

berkepentingan

7) Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan

sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.

Maka dari itu peranan sarana pelayanan sangat penting disamping

unsur manusianya sendiri.berikut sarana dan fasilitas pelayanan:

1. Sarana Kerja

(47)

e. Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung

sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi

memproses suatu barang menjadi barang lain yang berlainan fungsi

dan gunanya

f. Perlengkapan kerja, semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat

bantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses,

membangkitkan dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan

g. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang

berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan misalnya

mesin lift, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, mesin

pembangkit tenaga.

Peralatan kerja itu sendiri kalau ditinjau dari segi perannya dibagi atas

2 jenis, yaitu:

a) Peralatan kerja tunggal-guna (single purpose equipment) yaitu

peralatan yang hanya dipakai untuk satu jenis peran, misalnya mesin

tulis (manual atau listrik)

b) Peralatan kerja serba-guna (multi-purpose equipment) yaitu peralatan

yang dapat dipakai untuk bermacam-macam peran, misalnya personal

computer (PC).

C.Kerangka Ber fikir

Untuk menjawab perumusan masalah penelitian yang tercantum

dalam bab 1 yaitu: “BagaimanaImplementasi Program Jampersal Oleh

Bidan Praktik di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo”. Dan sesuai

(48)

pemikiran peneliti menurut kerangka teori dan kerangka konsep yang logis

dengan tujuan agar dapat menjawab pertanyaan penelitian ini serta

menerangkan kesimpulan yang ingin dicapai sesuai tujuan penelitian. Maka

dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2 :Kerangka Berfikir

Sumber : diolah dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2562/menkes/per/xii/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan

Persalinan.

Undang-Undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2562/menkes/per/xii/2011

Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Implementasi Program Jaminan Persalinan :

1. Pemeriksaan Kehamilan 2. Jaminan Persalinan 3. Pelayanan Nifas 4. Bayi baru lahir

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.J enis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud

ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai

Implementasi Program Jampersal di Desa Tenggulunan Kabupaten Sidoarjo

dengan studi kasus pada bidan Praktik Bu Anang. Bogdan dan Taylor dalam

Lexy (2006:4) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu yang atau organisasi ke

dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari

suatu keutuhan.

Menurut Lexy (2006:6) penelitian kualitatif di dasarkan pada upaya

membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan

kata-kata, gambaran holistic dan rumit . Definisi ini lebih melihat presprektif emik

dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan

subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan

rumit.

Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan

undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan tekhnik

bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih

(50)

B.Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian

kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam

melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus

penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi

focus penelitian ini adalah :

1. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan kepada ibu hamil

peserta jaminan persalinan (jampersal) yang dilakukan sebanyak 4 kali

dengan frekuensi :

a. 1 kali pada triwulan pertama

b. 1 kali pada triwulan kedua

c. 2 kali pada triwulan ketiga

2. Jaminan Persalinan

Jaminan persalinan adalah biaya persalinan yang diberikan oleh

pemerintah untuk peserta jaminan persalinan yang melakukan

persalinan normal.

3. Pelayanan Nifas

Pelayanan nifas adalah pelayanan yang diberikan oleh Bidan

kepada ibu peserta jaminan persalinan pasca melahirkan sebanyak 4

(51)

4. Bayi Baru Lahir

Adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan kepada bayi

baru lahir yang menjadi peserta jaminan persalinan dan mendapatkan

pemeriksaan sebanyak 4 kali.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna

memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau

mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih

dan menetapkan lokasi penelitian ini di wilayah desa Tenggulunan

Kabupaten Sidoarjo dengan tempat layanan jaminan persalinan pada Bidan

Praktik yang telah bekerjasama memberikan pelayanan program jampersal

di desa Tenggulunan yang ikut serta dalam program jaminan persalinan dan

Instansi Kesehatan yang terkait dengan pelayanan program jaminan

persalinan.

D.Sumber dan J enis Data

Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam

kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan data statistic.

(2004:157).

Pemilihan keyperson sesuai dengan tujuan penelitian (purposive

(52)

jampersal dan melaksanakan/implementasi program jampersal di desa

tenggulunan kabupaten Sidoarjo.

Informan sebagai sumber data di tetapkan secara purposive sampling

juga adalah peserta jampersal pada bidan praktik Bu Anang yaitu peserta

program jampersal yang memeriksakan kehamilan dan melakukan proses

melahirkan, pemeriksaan nifas, pemeriksaan bayi baru lahir dan KB pasca

melahirkan di bidan bua anang dan sercara snowball sampling informan bisa

terdiri dari keluarga terdekat atau pihak-pihak yang berwenang memberikan

data tentang implementasi program jampersal pada bidan praktik bu Anang.

Dalam peneltian ini sumber data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Kata-Kata dan Tindakan

Kata-kata orang-orang yaitu bidan Bu Anang, Ibu-ibu hamil, ibu-ibu

yang pasca meahirkan, ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan nifas dan

bayi baru lahir dan KB pasca persalinan pada bidan Praktik Bu Anang.

Dalam hal ini atau yang diwawancarai sesuai pedoman wawancara yang

selanjutnya dicatat melalui catatan tertulis dan direkam.

2. Dokumen

Dokumen yang secara deskriptif dapat menunjukan bukti-bukti tentang

Implementasi program jampersal serta berupa catatan-catatan, arsip

riwayat kesehatan peserta jampersal yang terdapat di bidan praktik.

E.Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat

(53)

diinterpretasikan.Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti

terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik

kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan

dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam

memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan

informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong,

2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian

guna memperoleh gambaran aktifitasnya dengan membawa surat ijin

penelitian Universitas Pembangunan Nasional.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk

mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkap makna

intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh Implementasi

Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar nikah.

3.Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)

Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan

data, dimana teknik yang digunakan adalah :

(54)

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang Implementasi Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar

nikah.yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

langsung dengan key person yang diambil secara purposive sampling

selanjutnya dilakukan triangulasi data melalui wawancara dengan

informan yang diambil secara snowball sampling mengenai

Implementasi Program Jampersal bagi Wanita hamil diluar nikah.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder

dalam bentuk dokumen foto dan data statistic yang dilaksanakan

dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan Implementasi

Program Jampersal bagi Wanita Hamil Diluar Nikah.

c. Pengamatan (Observation)

Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi

secara utuh dengan langsung melakukan pengamatan terhadap proses

pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan persalinan, pemeriksaan

pelayanan ibu nifas, dan pemeriksaan bayi baru lahir.

F. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data

kualitatif meliputi empat alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada

saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang

sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data,

(55)

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of

analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat empat komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata- kata

bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka

macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang

biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan,

pengetikan atau alat tulis).

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan

suatubentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara

sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data

yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan ditulis dalam

uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan direduksi, dirangkum,

dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian

dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan

pembuatan tabel).

Gambar

Gambar 1 : Grafik Persentasi Penyebab Kematian Ibu
Gambar 1 : Variabel-variabel Proses Implementasi Kebijaksanaan
Gambar 2 :Kerangka Berfikir
Gambar 3 :Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi; (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas,

Hasil wawancara menunjukkan bahwa respon bidan PTT di Kabupaten Langkat terhadap jampersal adalah tidak begitu baik, hal ini terlihat dari pengetahuan para informan yang masih

Implementasi Program Jampersal di Puskesmas Jember Kidul mempunyai faktor penghambat dan pendorong dari keberhasilan program dimana dari faktor pendorong

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil,

Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program Jampersal berasal dari pelaksana maupun dari masyarakat (pengguna Jampersal). Adapun hambatan yang berasal dari

Implementasi Program Jampersal di Puskesmas Jember Kidul mempunyai faktor penghambat dan pendorong dari keberhasilan program dimana dari faktor pendorong tersebut

Pelaksanaan Pemberian Pelayanan Jampersal yang dilakukan oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM). Bidan Praktik Mandiri sebagai unsur dalam pemberian pelayanan Jampersal pada

Responden yang memiliki tiga anak atau lebih memiliki kecenderungan 3,42 kali lebih besar untuk memanfaatkan Jampersal dibandingkan responden yang memiliki anak kurang dari