• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai nilai hidup anak punk ditinjau dari sudut pandang teori nilai hidup spranger (studi kasus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai nilai hidup anak punk ditinjau dari sudut pandang teori nilai hidup spranger (studi kasus)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI HIDUP ANAK PUNK

DITINJAU DARI SUDUT PANDANG TEORI NILAI HIDUP SPRANGER (Studi Kasus)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Maria Puspita Wulandari

131114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

NILAI-NILAI HIDUP ANAK PUNK

DITINJAU DARI SUDUT PANDANG TEORI NILAI HIDUP SPRANGER (Studi Kasus)

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Maria Puspita Wulandari

131114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN,

dan siapakah gunung batu selain dari Allah kita?

Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat

dan membuat jalanku rata;

yang membuat kakiku seperti kaki rusa

dan membuat aku berdiri di bukit;

yang mengajar tanganku berperang,

sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga.

* 2 Samuel 22 : 32-35 *

Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba.

Jangan biarkan penyesalan datang

karena kamu selangkah lagi untuk menang.

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk. . .

Tuhan Yesus Kristus atas berkat penyertaannya yang berlimpah;

Kedua orang tuaku

Hery Fitrianto dan Cicilia Siswarini yang selalu mendukung dan mendoakan

dari sebrang pulau;

Masku Christian Bimo Ady Nugroho yang mendukungku;

Adik besarku Leonardo Sadewo Wibowo yang menjadi tempat untuk curhat;

Adik kecilku Claudia Gianina Fiantika yang memotivasiku;

Keluarga besar Poniman yang memberi semangat dan doa;

Teman-teman dan keluarga BK Universitas Sanata Dharma yang menemani,

menyemangati, dan mendukung terlaksananya penelitian ini;

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

NILAI-NILAI HIDUP ANAK PUNK

DITINJAU DARI SUDUT PANDANG TEORI NILAI HIDUP SPRANGER (Studi Kasus)

Maria Puspita Wulandari Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai hidup yang dianut oleh anak Punk berdasarkan teori nilai hidup Spranger dan mengetahui bentuk dari masing-masing nilai hidup yang dianut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi anak Punk menganut suatu nilai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari tiga orang anak Punk yang ada di Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi sesuai pedoman yang telah dibuat. Analisis data yang digunakan yaitu dengan mereduksi data penelitian, mengelompokkan data berdasarkan kategori, memberi kode, dan menganalisis data. Untuk mengukur keabsahan penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak Punk menganut nilai kebenaran, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, dan nilai agama dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang memengaruhi anak Punk menganut suatu nilai yaitu berdasarkan karakteristik individu dan lingkungan sosial. Bentuk nilai kebenaran anak Punk yaitu berjiwa bebas menjadi diri sendiri. Banyak teman dan bebas menunjukkan hasil karya merupakan bentuk dari nilai ekonomis. Bentuk nilai estetik anak Punk yaitu saling peduli satu dengan yang lain dan bebas berekspresi. Saling tolong-menolong tanpa meminta imbalan dan menganggap semua manusia setara merupakan wujud nilai sosial anak Punk. Anak Punk tidak menganut nilai politik karena tidak ada kekuasaan di dalam Punk. Sedangkan nilai agama diwujudkan dalam bentuk melakukan penggalangan dana untuk kaum duafa sebagai pengganti ibadah.

(10)

ABSTRACT

LIFE VALUES OF PUNKS

SEEN FROM THE VIEWPOINT OF SPRANGER’S LIFE VALUE THEORY (Case Study)

Maria Puspita Wulandari Sanata Dharma University

2017

This research was aimed at identifying life values lived by Punks based

on Spranger s life value theory and finding the form of each life value they live. Besides that, it was also aimed at identifying factors influencing Punks to live a certain value.

This research was a qualitative research. The subjects were three punks in Yogyakarta. Data collecting method used was interviews and observation according to the compiled guidance. Data analysis was carried out by reducing research data, grouping the data by giving categories, coding, and analyzing data. To measure the validity of this research, the author used source triangulation.

The result of this research showed that Punks lived the values of truth, economy, esthetic, social, and religion in their own ways. The factors influencing them were based on individual characteristic and social environment. The form of the value of truth of punks was to live free and to be themselves. Having numerous friends and being free to show their work were the manifestation of economy value. The form of esthetic value of punks was caring for each other and being free to express themselves. Helping each other without asking for anything in return and considering every human being to be the same were the manifestation of social value of punks. They did not live political values for there was no authority in the punk society. Religion value was manifested in the way they did charity for the poor as a substitute to prayers.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat penyertaan dah kasih setianya yang sangat berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari pihak yang mendukung dan mendampingi peneliti. Oleh karena itu, secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. R. Budi Sarwono, M.A., selaku dosen pembimbing kesayangan yang selalu sabar membimbing dan memotivasi peneliti dengan cara yang unik.

(12)

6. Mas Moko atas segala bantuan pelayanan administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

7. Anggota Kelompok Punk yang meluangkan diri menjadi subjek dalam penelitian ini.

8. Orang tuaku Hery Fitrianto dan Cicilia Siswarini yang senantiasa memberi dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian.

9. Saudaraku Christian Bimo Ady Nugroho, Leonardo Sadewo Wibowo, dan Claudia Gianina Fiantika yang mendukung dan memotivasi.

10.Keluarga besar Poniman yang mendukung melalui doa dan semangat. 11.Orang-orang terdekatku Bernadetta Mita, Zena Vania, Elining Siwiyanti,

Karinsa Widi Kurnia, Anna Sindu Wijayanti, Dorotea Kartika Widadi, dan Br. Andrias Purwanto yang senantiasa menemani, membantu, menyemangati, dan menjadi tempat berkeluh kesah.

12.Pandu Wibisono yang memotivasi dan memberi dinamika selama proses penulisan skripsi.

13.Teman-teman BK khususnya angkatan 2013 yang mendukung dan menyemangati terlaksananya penelitian ini.

14.Ibu kos yang memberikan tempat tinggal yang nyaman dan suasana yang mendukung untuk menulis skripsi.

15.Orang-orang yang meragukan penelitian ini sehingga memotivasi saya untuk menyelesaikannya.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Fokus Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Nilai Hidup ... 8

1. Definisi Nilai Hidup ... 8

2. Nilai Hidup Menurut Spranger ... 9

3. Faktor-faktor Pembentuk Nilai Hidup ... 14

4. Klarifikasi Nilai ... 15

B. Kelompok Punk ... 18

1. Definisi Punk ... 18

2. Sejarah Punk ... 19

C. Hakikat Kelompok ... 21

(15)

2. Macam-macam Kelompok ... 22

3. Tahap-tahap Masuk Kelompok ... 22

4. Ciri-ciri Kelompok ... 24

5. Fungsi Kelompok ... 25

6. Kohesi Kelompok ... 26

7. Interpendensi Sosial ... 27

D. Upaya Mendidik Anak Punk ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data ... 32

1. Observasi... 33

2. Wawancara... 33

E. Keabsahan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... 38

B. Subjek Penelitian ... 41

C. Deskripsi Data Penelitian ... 49

D. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan Penelitian ... 83

C. Saran ... 84

(16)

DAFTAR TABEL

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Observasi ... 89

Lampiran 2. Verbatim Wawancara ... 92

Lampiran 3. Verbatim Berdasarkan Kategorisasi ... 118

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Nilai merupakan patokan yang menentukan perilaku seseorang benar atau salah, baik atau tidak baik. Perilaku setiap individu didasari oleh nilai hidup yang dipercayai dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap individu memiliki nilai hidup yang berbeda-beda, hal tersebut didasari oleh pengambilan makna yang berbeda-beda dari pengalaman yang pernah dialami.

Kelompok Punk mempunyai nilai-nilai dasar do it yourself (lakukan sendiri) dan solidaritas. Anak Punk memiliki hidup yang bebas namun didasari dengan tanggung jawab. Anak Punk tidak menyukai peraturan karena menurut anak Punk, peraturan hanya memaksa tanpa memikirkan penderitaan seseorang.

(19)

berbagai kota. Sebagian besar hidupnya mereka habiskan di jalanan, oleh sebab itulah masyarakat menilai anak Punk sebagai anak jalanan.

Kebanyakan masyarakat menilai anak Punk dengan pandangan yang negatif. Pandangan masyarakat mengenai anak Punk yaitu kumuh dan tidak berpendidikan. Banyak juga yang berpendapat bahwa anak Punk sering mabuk-mabukan, nakal, hidup tidak beraturan, dan sering membuat onar. Penampilan mereka pun urakan dan terlihat seperti preman.

Keberadaan anak Punk di Kota Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau sering membuat onar dan meresahkan masyarakat. Salah satu aksi yang membuat geram adalah penikaman supir, beberapa waktu lalu. "Bahkan mereka juga sering menghambat kendaraan besar yang sedang melaju dengan alasan ingin numpang. Tindakan ini jelas sangat membahayakan pengguna jalan lainnya," kata Pak De, salah seorang warga yang juga pengelola angkringan kopi di Bagan Batu, dilansir Antara, Selasa, 24 Mei 2016. Bukan hanya itu, baru-baru ini juga sekelompok anak Punk memesan nasi uduk kepada pedagang di samping angkringan miliknya, kemudian tidak membayarnya sama sekali. Tentu, perilaku itu membuat gondok si pemilik angkringan. "Memang mereka ada meletakkan uang Rp 50 ribu di meja persis disamping nasi uduk yang telah dibungkus, tapi uang itu diambil kembali oleh anak Punk. Ini sangat merugikan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja," kata dia kesal. Liputan6, 6 Mei 6 .

Peneliti pernah mendengar cerita dari seorang teman yang melihat pasangan anak Punk sedang melakukan hubungan seks di dalam kereta. Hal-hal tersebut membuat sebagian besar orang merasa takut dan segan untuk dekat dengan anak Punk.

(20)

dengan desah yang tak ditahan-tahan. Ulah itu membuat banyak orang muak melihatnya. Tak hanya pengunjung pasar, tapi juga anak Punk

Kalau saja Pol PP tak cepat datang, mungkin AS dan RA dipukuli hingga babakbelur. Warga pun menggerebek keduanya. Saat ditangkap, kondisi keduanya tampak semrawut. Bahkan, celana pasangan wanita, RA, sudah turun ke bawah, memperlihatkan sedikit daerah terlarangnya. Seperti sengaja dibuka. (JawaPos.com, 29 Oktober 2015).

Peneliti pernah mengikuti kelompok Punk pada tahun 2007. Tujuan utama peneliti mengikuti Punk yaitu mengamati hal apa saja yang dilakukan anak Punk dan seperti apa kepribadian mereka. Dari sekitar lima kali berkumpul dengan mereka, peneliti memiliki pandangan bahwa anak Punk hidup bebas berdasarkan keinginan mereka, beberapa dari mereka saat berkumpul ada yang berjualan aksesoris Punk, berbincang-bincang, dan merokok. Salah satu hal yang pernah peneliti amati adalah solidaritas antara satu dengan yang lain sangat tinggi. Mereka tidak pernah berkelahi hebat satu dengan yang lain, mereka tulus dan ikhlas membantu temannya yang mengalami kesulitan walaupun sebenarnya dirinya sendiri sedang kesusahan.

(21)

Punk kumuh, 24.39% orang mengatakan bahwa anak Punk hidup terlalu bebas, 7.32% orang mengatakan anak Punk nakal, 7.32% mengatakan anak Punk sering mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, sex bebas, dan 12.2% orang mengatakan anak Punk sering membuat rusuh.

Bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan agar individu yang dilayani mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas serta mampu membuat pilihan dan tindakan secara bijaksana. Sedangkan konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar ia mampu menyelesaikan permasalahannya (Winkel & Hastuti, 2006). Tenaga pendidik dalam bidang bimbingan dan konseling melibatkan diri secara utuh dalam hal membantu peserta didik memahami dirinya dan mengarahkannya agar ia mampu menjadi pribadi yang utuh.

(22)

Sebuah perilaku didasari oleh nilai yang dianut oleh setiap individu. Peneliti ingin mencari tahu nilai-nilai apa saja yang dianut oleh anak Punk. Dengan mengungkap nilai-nilai hidup anak Punk, diharapkan masyarakat dapat memahami latar belakang anak Punk sehingga dapat mengurangi keresahan dan ketakutan yang dirasakan oleh masyarakat. Atas dasar itu, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang NILAI-NILAI HIDUP ANAK PUNK DITINJAU DARI SUDUT PANDANG TEORI NILAI HIDUP SPRANGER (Studi

Kasus) .

B. Identifikasi Masalah

1. Sebagian besar masyarakat merasa takut dengan anak Punk. 2. Sebagian masyarakat merasa sedih dengan anak Punk. 3. Beberapa masyarakat merasa kesal dengan anak Punk.

4. Hampir seperempat masyarakat mengatakan bahwa anak Punk hidup bebas tanpa aturan.

5. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa anak Punk kumuh.

6. Beberapa masyarakat mengatakan bahwa anak Punk sering mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, dan melakukan free sex.

7. Anak Punk sering membuat onar dan rusuh, menurut sebagian masyarakat.

8. Menurut beberapa masyarakat, anak Punk nakal.

(23)

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis hasil penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada kajian nilai-nilai hidup yang dianut oleh anak Punk.

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Seperti apa bentuk nilai kebenaran anak Punk? 2. Seperti apa bentuk nilai ekonomis anak Punk? 3. Seperti apa bentuk nilai estetik anak Punk? 4. Seperti apa bentuk nilai sosial anak Punk? 5. Seperti apa bentuk nilai politik anak Punk? 6. Seperti apa bentuk nilai agama anak Punk?

7. Nilai-nilai hidup apa sajakah yang dianut oleh anak Punk?

8. Faktor-faktor apa saja yang memotivasi anak Punk menganut suatu nilai?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

(24)

5. Mengetahui bentuk nilai politik anak Punk. 6. Mengetahui bentuk nilai agama anak Punk.

7. Mendeskripsikan nilai-nilai hidup yang dianut oleh anak Punk.

8. Mengetahui faktor-faktor yang memotivasi anak Punk menganut nilai tertentu.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang nilai-nilai kehidupan anak Punk yang dapat digunakan sebagai pengetahuan dan keilmuan bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh ilmu dan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai hidup yang dianut oleh anak Punk.

b. Bagi Subjek

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk subjek lebih mengenali dirinya.

c. Bagi Masyarakat

(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan hakikat nilai hidup, kelompok Punk, hakikat kelompok, dan upaya mendidik anak Punk.

A. Hakikat Nilai Hidup

1. Definisi Nilai Hidup

Menurut Max Scheler (Wahana, 2004), nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Allport (dalam Mulyana, 2011) mendefinisikan nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya. Surakhmad (1980) mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia memahami nilai hidup berdasarkan konsep bersatunya faham nasionalisme, agama, dan komunisme agar bangsa Indonesia bertindak dan berpikir berdasarkan konsep tersebut.

(26)

warga negara telah tercermin nilai-nilai itu sebagai nilai-nilai yang benar-benar hidup dalam pribadinya. Yang dituju adalah pengalaman nilai-nilai hidup itu; pengalaman yang sejati hanya dapat tumbuh dari penghayatan yang benar.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang hanya hidup apabila dihayati dan diamalkan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai hidup adalah dasar yang hidup di dalam diri seseorang untuk bertindak. Nilai-nilai akan hidup apabila dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Nilai Hidup Menurut Spranger

(27)

Spranger (dalam Suryabrata, 2006) membedakan adanya dua macam roh di dalam manusia, yaitu roh subjektf dan roh objektif. Roh subjektif merupakan roh yang masing-masing ada pada setiap manusia, sedangkan roh objektif merupakan kebudayaan yang terjelma dan berkembang selama berabad-abad bersama manusia. Roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan menggunakan roh objektif sebagai norma.

Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai karena kebudayaan merupakan kumpulan nilai yang tersusun menurut struktur tertentu. Roh subjektif sebagai sistem nilai-nilai dalam masing-masing individu yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh dasar, pendidikan, dan lingkungan dengan berpedoman kepada roh objektif juga mengandung enam nilai kebudayaan. Walaupun roh subjektif mengandung enam nilai kebudayaan, namun hanya satu nilai yang dominan dan nilai tersebut yang memberi bentuk kepada kepribadian individu. Spranger (dalam Mulyana, 2011) mengklasifikasikan enam nilai yang sering dijadikan sumber oleh manusia dalam kehidupannya untuk menganut sebuah nilai sebagai berikut:

a. Nilai Kebenaran

(28)

kebenaran memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan akal pikiran. Nilai kebenaran juga didapatkan melalui pengamatan dan pembuktian.

Tingkah laku dasar manusia dari nilai kebenaran yaitu berpikir karena tujuan yang dikejar oleh nilai kebenaran adalah pengetahuan objektif yang diambil dari kesimpulan atas sejumlah fakta kehidupan. Untuk mencapai tujuannya, orang yang menganut nilai ini secara khas mengambil sikap ilmiah. Sikap ini diartikan sebagai sikap mencari identitas-identitas dan perbedaan-perbedaan. Orang yang menganut nilai ini adalah seorang yang mampu berpikir secara logis, mencintai kebenaran, dan konsekuen. b. Nilai Ekonomis

Nilai ekonomis berkaitan dengan pertimbangan nilai yang berkadar untung-rugi. Nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Objek yang ditimbang adalah nilai dari suatu barang atau jasa.

(29)

c. Nilai Estetik

Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan keharmonisan. Nilai estetik lebih mencerminkan keberagaman sesuatu. Nilai estetik mengandalkan pada hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subjektif.

Tingkah laku dasar manusia dari nilai estetik yaitu menikmati keindahan. Nilai estetik mengutamakan pemberian kesan atau pengaruh pada perasaan. Manusia yang mempunyai nilai ini juga tidak hanya menilai berdasarkan pengalaman dari luar yang diterima panca indera, melainkan juga oleh jiwanya. Setiap pengalaman dinilai dari segi rahmat, simetri, dan keselarasan. Manusia yang memiliki nilai estetik menghargai hidup sebagai bagian dari peristiwa.

d. Nilai Sosial

Nilai tertinggi pada nilai sosial adalah kasih sayang antar manusia. Kadar nilai ini bergerak antara kehidupan yang individualistik dengan yang alturistik. Sikap tidak berpraduga jelek terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan, dan perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial.

(30)

dan mengutamakan kepentingan umum. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia.

e. Nilai Politik

Nilai tertinggi dalam nilai politik adalah kekuasaan. Kekuatan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai politik pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti dari seseorang yang kurang tertarik pada nilai politik. Ketika persaingan dan perjuangan menjadi isu yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia, kekuatan menjadi dorongan utama dan berlaku universal pada diri manusia.

Nilai politik bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan kekuasaannya sendiri. Yang menjadi dorongan pokok nilai ini adalah ingin berkuasa. Oleh karena itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pada pengaruh yang tinggi atau otoriter. Ada kepribadian tertentu yang menonjol pada manusia politis yaitu mereka yang menginginkan kekuasaan pribadi melebihi segala sesuatu yang lain memiliki pengaruh yang luas maupun popularitas.

f. Nilai Agama

(31)

Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan. Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau

antara itiqad dengan perbuatan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa enam orientasi nilai yang menjadi rujukan manusia dalam kehidupannya terdiri dari nilai yang menentukan identitas sesuatu, berupa utilitas atau kegunaan, mencerminkan keberagaman, kasih sayang antar manusia, kekuasaan, dan bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.

3. Faktor-faktor Pembentuk Nilai Hidup

Surakhmad (1980) mengemukakan ada 5 faktor pembentuk nilai hidup, yaitu kemantapan dan keterpolaan perubahan, karakteristik individu, lingkungan sosial, pengaruh pembina, dan emosi. Dari kelima faktor yang telah dikemukakan oleh Surakhmad, peneliti mengambil 2 faktor yang relevan, yaitu:

a. Karakteristik Individu

(32)

tertentu tetapi juga yang mengutamakan alasan-alasan ilmiah atau motivasi-motivasi objektif yang menjadi dasar dari sikap dan tingkah laku tersebut.

b. Lingkungan Sosial

Suatu lingkungan yang memperlihatkan bahwa nilai-nilai hidup tertentu banyak diterapkan masyarakat akan mempunyai pengaruh membentuk yang jauh lebih kuat. Sangat penting menciptakan iklim lingkungan yang serasi dengan nilai-nilai hidup yang sedang diperjuangkan, karena tanpa dukungan lingkungan yang kondusif terhadap terjadinya tingkah laku tertentu, maka pendekatan yang dilakukan hanya akan mempunyai pengaruh yang terbatas. Lingkungan yang lebih banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan dan peraturan yang serba membatasi.

Dapat disimpulkan bahwa faktor pembentuk nilai hidup berasal dari karakteristik individu yang memaknai setiap tingkah lakunya dan lingkungan sosial yang memengaruhi individu.

4. Klarifikasi Nilai

(33)

aspek ini belum terpenuhi, maka hal tersebut masih berupa indikator nilai. Indikator nilai dapat berkembang menjadi nilai sesungguhnya bila sudah memenuhi ketujuh aspek nilai. Dapat terjadi indikator nilai sudah memenuhi lima atau enam aspek, namun belum dilakukan berulang dan belum menjadi pola hidupnya. Banyak orang merasa telah memiliki nilai yang sesungguhnya, padahal yang dimiliki baru indikator nilai. Ketujuh aspek nilai yaitu:

a. Memilih (kognitif), mencakup aspek:

1) Memilih dengan bebas (choosing freely)

Tidak ada suatu tekanan atau paksaan dari pihak lain. Nilai yang dipilih secara bebas akan diinternalisasikan, dihargai, dan menjadi pedoman hidup. Dalam kenyataan hidup sehari-hari, lingkungan dapat memaksakan suatu nilai yang sesungguhnya tidak disukai orang lain.

2) Memilih dari berbagai alternatif (choosing from alternatives) Harus ada pilihan alternatif ketika ingin memilih nilai secara bebas. Jika tidak ada alternatif maka tidak ada pilihan bebas.

3) Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensi masing-masing (choosing after thoughtful consideration of each alternatives)

(34)

ada. Dengan mengetahui akibat-akibat dari berbagai alternatif yang ada dapat dibuat pilihan yang tepat. Jika seseorang tidak mengetahui akibat dari suatu alternatif, maka ia tidak bebas menerima akibatnya. Seseorang bisa saja memilih nilai secara bebas namun ia tidak memiliki pengetahuan akan akibatnya. Bila kemudian hari ia menyadari akibat dari pilihannya, maka ia harus mempertimbangkan kembali pilihannya.

b. Menghargai (afektif), mencakup aspek:

4) Menghargai dan merasa senang dengan pilihannya (prizing, cherishing, being happy with the choice)

Nilai adalah suatu yang dipandang positif, dihargai, dipelihara, dan membuat seseorang merasa bahagia setelah menemukan pilihannya. Jika seseorang merasa murung dan sedih setelah menentukan pilihannya, diduga orang tersebut tidak menemukan nilai bagi dirinya dan keliru dalam menentukan pilihannya.

5) Mengakui dan menegaskan pilihannya di hadapan orang lain (willing to affirm choice publicity)

(35)

c. Bertindak (psikomotorik), mencakup aspek:

6) Bertindak sesuai dengan pilihannya (doing something with the choice)

Suatu nilai harus nampak dalam tingkah laku, oleh sebab itu perilaku seseorang harus sesuai dengan nilai yang telah dipilihnya. Jika seseorang bertindak sesuai dengan pilihannya, nilai tersebut dapat dijadikan arah dalam hidupnya. Bila seseorang masih bertanya-tanya apakah saya sudah bertindak sesuai dan berdasarkan nilai yang kupilih, ataukah

masih merupakan sesuatu yang kupertimbangkan? , berarti ia

belum bertindak sesuai dengan pilihannya.

7) Telah berulang-ulang dan menjadi pola hidupnya (repeatedly in some pattern of life)

Agar sesuatu sungguh-sungguh menjadi nilai bagi seseorang, maka tindakannya dalam berbagai situasi harus sesuai dengan nilai itu dan berulang-ulang dilakukan hingga menjadi pola hidupnya.

B. Kelompok Punk

1. Definisi Punk

(36)

O (ara dalam Sunarto, 4 . Punk lahir dari sifat memberontak, tidak

puas hati, marah, dan benci. Rasa tidak puas dan marah terhadap penindasan ditunjukkan melalui musik dan pakaian. Punk identik dengan potongan rambut mohawk atau feathercut yang berwarna cerah dan mencolok, menggunakan jaket kulit dan celana jeans yang ketat, memakai sepatu boots dan aksesoris yang berlebih.

2. Sejarah Punk

Pada awalnya kelompok Punk bertentangan dengan kelompok

skinhead, namun pada tahun 1980-an, Punk dan skinhead menyatu

karena memiliki semangat yang sama. Penganut kedua aliran tersebut meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan harus disertai dengan hebohnya pemikiran. Gerakan anak muda yang diawali anak-anak pekerja ini merambah Amerika yang saat itu sedang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral para tokoh politik sehingga memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa melalui lagu dengan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak (Sunarto, 2014).

Punk selanjutnya berkembang sebagai kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi

rock mapan, seperti The Beatles O (ara dalam Sunarto, 4 . Lagu

(37)

lagu-lagu Punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Punk dicap sebagai aliran music rock and roll sebelah kiri. Perusahaan rekaman enggan mengorbitkan Punk dan mereka tidak mendapat kesempatan untuk tampil di televisi.

Setelah kegagalan reagamonic dan kekalahan Amerika Serikat dalam perang Vietnam, membuat band-band Punk gelombang dua (tahun 1980-1984) mengubah Punk menjadi pemendam jiwa pemberontak daripada sekedar pemuja rock and roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band Punk gelombang pertama (tahun 1972-1978) dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat maupun industri musik.

(38)

Punk merupakan bagian rakyat yang tertindas. Mereka mengekspresikan pergolakannya melalui musik yang sering bertemakan sosial, seks bebas, kecanduan obat, kekerasan dan rasa putus asa. Bermusik merupakan kegiatan komersil dengan prinsip anti kapitalisme, menyuarakan kebebasan, bebas berbicara, bebas berekspresi, dan bebas bertingkah. Sikap yang ingin ditunjukkan anak Punk adalah anti kemapanan. (Sugiyanti, 2014)

C. Hakikat Kelompok

1. Definisi Kelompok

(39)

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan memiliki tujuan bersama.

2. Macam-macam Kelompok

Ada dua macam kelompok (Arifin, 2015), yaitu kelompok yang berstruktur dan tidak berstruktur. Kelompok berstruktur memiliki susunan pengurus dan memiliki nilai serta norma dalam kelompok. Sedangkan kelompok tidak terstruktur tidak terdapat aturan yang disetujui bersama dan tidak ada susunan pengurus.

Bierstedt (dalam Arifin, 2015) membedakan empat jenis kelompok, yaitu kelompok statistik, kelompok masyarakat, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi. Kelompok statistik merupakan kelompok yang diciptakan oleh para ilmuan sosial. Kelompok masyarakat yaitu kelompok yang memiliki kesadaran akan persamaan di antara mereka. Kelompok sosial memiliki kesamaan di antara mereka dan ada interaksi antar anggota. Sedangkan kelompok asosiasi adalah kelompok yang memiliki kesamaan, adanya interaksi, dan ikatan organisasi formal.

3. Tahap-tahap Masuk Kelompok

(40)

a. Prospective Member

Calon anggota dan kelompok yang akan dimasuki akan saling memberi informasi dan penilaian. Calon anggota akan melihat baik dan buruk kelompok tersebut, sedangkan kelompok memberi informasi-informasi mengenai kelompok dan mengevaluasi calon anggota. Ketika calon anggota menetapkan akan masuk ke dalam kelompok dan kelompok menerimanya, maka calon anggota menjadi anggota baru.

b. New Member

Kelompok akan menuntut anggota baru untuk menjadi anggota yang sesuai dengan norma dan ketentuan lainnya. Anggota baru dituntut untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.

c. Full Member

Kelompok sudah dapat menerima anggota dengan baik karena anggota dinilai sudah cukup mapan berada di kelompok tersebut dan terjalin interaksi yang lebih intens antara kelompok dan anggota.

d. Marginal Member

(41)

e. Ex-member

Anggota sudah tidak terikat dengan kelompok. Jika dalam suatu kelompok tujuan seseorang tidak dapat dicapai, maka ia pindah ke kelompok lain.

4. Ciri-ciri Kelompok

Kelompok memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arifin, 2015: 67-68): a. Terdiri atas paling sedikit dua orang dan dapat terus bertambah

jumlah anggotanya. Dua orang ini harus orang yang dapat memberikan respon mental.

b. Tidak selalu terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah anggotanya, yang terpenting di antara mereka ada saling interaksi dan komunikasi.

c. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat timbal balik. Komunikasi satu arah tidak membentuk interaksi dalam kelompok. Anggota-anggota kelompok harus saling memengaruhi satu sama lain.

d. Bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetapi juga bisa bersifat sementara atau jangka pendek. Kelompok-kelompok ini ada hanya sepanjang adanya interaksi timbal balik.

(42)

f. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan situasi yang beraneka ragam, yaitu dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu. g. Merupakan satu kesatuan dalam dirinya sendiri, memiliki warna

dan ciri sendiri yang berbeda dari lainnya, bahkan berbeda dengan anggotanya secara pribadi.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kelompok yaitu anggotanya terdiri dari dua orang atau lebih, ada interaksi antara satu dengan yang lain, serta memiliki minat dan tujuan yang sama.

5. Fungsi Kelompok

Soekanto (1986) menyebutkan beberapa fungsi kelompok, yaitu:

a. Bagi Individu

(43)

b. Bagi Organisasi

Fungsi positif kelompok yaitu adanya kerjasama antar anggota memicu semangat yang tinggi untuk meningkatkan produksi, sehingga dapat memperkuat organisasi.

c. Bagi Masyarakat

Kelompok dapat memperluas perspektif masyarakat mengenai suatu hal yang berkaitan dengan kelompok tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa kelompok berfungsi untuk memberikan kepuasan afektif pada individu, meningkatkan produksi yang memperkuat organisasi, dan memperluas perspektif masyarakat.

6. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok adalah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan yang lainnya (Walgito, 2010). Kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi, dan sifat-sifat demografis akan memengaruhi tingginya kohesi yang ada dalam kelompok bersangkutan.

a. Kohesi dan Interaksi

(44)

b. Kohesi dan Pengaruh Sosial

Kelompok yang kohesif akan terdorong untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dan merespons positif terhadap anggota kelompok.

c. Kohesi dan Produktivitas

Menurut Cattel (dalam Walgito, 2010:51), kohesi menaikkan sinergi efektif pada kelompok dalam dua cara, yaitu menaikkan energi total kelompok dengan menghasilkan sikap yang favorable terhadap kelompok pada sebagian anggotanya dan mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau memelihara kelompok.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kohesi merupakan hubungan erat dalam kelompok yang memengaruhi interaksi antar anggota dan menaikkan sinergi kelompok.

7. Interpendensi Sosial

Kurt Koffka (dalam Walgito, 2010:67) menyatakan bahwa (a) esensi kelompok adalah interpendensi antar anggota kelompok (yang timbul leh common goals) yang mengakibatkan kelompok menjadi a dynamic whole, sehingga perubahan status tiap anggota kelompok atau

(45)

dalam anggota kelompok akan memotivasi dalam mencapai tujuan bersama (common goals) yang diinginkan.

Interpendensi sosial terjadi apabila individu berbagi tujuan bersama dan hasil masing-masing individu dipengaruhi oleh tindakan anggota lain. Ada tiga kemungkinan perbuatan orang lain dari tindakan seseorang, yaitu perbuatan seseorang dapat meningkatkan hasil yang bermanfaat pada pihak lain, dapat menghambat pihak lain, dan tanpa efek menghambat atau meningkatkan hasil pihak lain.

Dapat disimpulkan bahwa interpendensi sosial terjadi apabila setiap anggota dalam kelompok saling memengaruhi satu dengan yang lain.

D. Upaya Mendidik Anak Punk

Perilaku anak Punk yang kurang berkenan di masyarakat muncul karena ia meyakini nilai hidup tanpa aturan. Kurangnya perhatian dan bimbingan terhadap anak Punk menjadikan perilaku anak Punk kurang terarah. Perlu dilakukan upaya-upaya mendidik anak Punk agar ia menyadari aturan-aturan/norma yang ada di lingkungan atau masyarakat dan mampu memperbaiki perilakunya.

(46)

individuasi, sosialisasi, konsistensi dan koherensi, sebab akibat, integrasi, lingkungan yang kondusif, komprehensif, objektivitas, dan intervensi.

Dari ketigabelas prinsip yang dikemukakan oleh Surakhmad, peneliti mengambil 9 prinsip yang sesuai untuk diterapkan kepada anak Punk. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan, yaitu proses pendidikan anak Punk harus terjadi secara terus menerus sebagai proses yang panjang. Jika hanya diberi pembinaan beberapa kali, anak Punk belum tentu merasakan dampaknya. Anak Punk perlu dibina terus-menerus agar ia lebih terarah menuju hal baik dan dapat mengurangi perilaku negatifnya.

2. Prinsip tugas masa depan, yaitu proses tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, tetapi juga perkembangan setiap orang menyongsong hari depan masing-masing. Anak Punk perlu diberi tugas agar ia dapat memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tugas diberikan dengan tujuan mengarahkan anak Punk dan menanamkan nilai-nilai positif.

(47)

4. Prinsip sosialisasi, yaitu nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah benar-benar berkembang apabila telah dapat dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama.

5. Prinsip konsistensi dan koherensi, yaitu tingkah laku yang menjadi ungkapan nilai-nilai hidup lebih mudah terpola apabila dipelajari secara konsisten dan koheren.

6. Prinsip integrasi, yaitu nilai-nilai hidup itu tidak cukup dipelajari sebagai ilmu semata-mata, tetapi harus diintegrasikan dengan seluruh problem kehidupan.

7. Prinsip komprehensif, yaitu untuk menumbuhkan satu tingkah laku terpola yang berkembang dalam konteks nasional, diperlukan pendekatan pembinaan yang bersifat menyeluruh.

8. Prinsip objektivitas, yaitu untuk dapat dihayati dalam arti kata sebenarnya, nilai-nilai hidup harus dipupuk dengan pemahaman objektif agar tingkah laku terpola yang diingini senantiasa memiliki daya suai yang sehat.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifat, tujuan, dan metodenya, penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sedangkan berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2013). Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang individu secara mendalam, relatif lama, terus menerus, dan bisa menggunakan subjek tunggal yang artinya kasus dialami satu orang (Furchan, 1982). Studi kasus menguraikan sebuah permasalahan yang terjadi. Penelitian ini menguraikan tentang nilai-nilai hidup yang dianut oleh anak Punk.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(49)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah tiga orang anak Punk yang ada di Yogyakarta. Kriteria subjek untuk wawancara adalah sebagai berikut:

1. Subjek merupakan anak Punk.

2. Subjek terdiri dari tiga orang laki-laki.

3. Subjek sudah menggeluti dunia Punk minimal 1 tahun. Karena subjek sudah lama menggeluti dunia Punk, ia pasti lebih menghidupi nilai-nilai yang terbentuk setelah mengikuti Punk.

4. Subjek berusia minimal 15 tahun. Subjek yang dipilih minimal remaja karena mudah diajak berbincang-bincang.

5. Subjek hidup di jalan.

6. Subjek bukan anak Punk yang sekedar ikut-ikutan untuk eksistensi diri. 7. Subjek memiliki pemikiran yang luas terkait Punk.

D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

(50)

1. Observasi

Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2013). Peneliti melakukan observasi saat pertama datang ke tempat subjek berkumpul dan selama proses penggalian data yang dilakukan bersama subjek.

Tabel 3.1. Panduan Observasi

No. Hari/Tanggal Pukul Tempat Deskripsi

2. Wawancara

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013).

(51)

metode wawancara, terdapat kemungkinan subjek hanya menjawab hal-hal yang disadari.

Tabel 3.2. Pedoman Wawancara

No. Aspek Pertanyaan

1. Nilai Kebenaran

a. Menurutmu Punk itu benar atau tidak? b. Jika benar, apa alasanmu? Jika salah,

mengapa kamu melakukannya? 2. Nilai

Ekonomis

a. Apakah kamu merasa untung mengikuti Punk? Atau merasa rugi?

b. Apa untung dan ruginya bagimu?

3. Nilai Estetik a. Menurutmu menjadi Punk indah atau tidak?

b. Apa yang membuat indah? c. Apa yang tidak indah?

4. Nilai Sosial a. Apa arti kesetiakawanan bagimu

b. Apa yang kamu lakukan ketika temanmu kesusahan?

c. Apa yang kamu lakukan ketika temanmu melakukan kesalahan?

d. Bagaimana kamu menghadapi anak Punk yang tidak kamu kenal?

e. Bagaimana sikapmu terhadap orang yang bukan Punk?

f. Ketika kamu menolong temanmu, apa yang kamu harapkan? Apakah kamu ingin dibalas?

5. Nilai Politik a. Apakah ada struktur di dalam Punk? b. Siapa ketuanya?

c. Bagaimana bisa menjadi ketua? d. Apa peranmu?

e. Apa yang kamu lakukan jika mendapat kekuasaan atas sesuatu?

6. Nilai Agama a. Apakah kamu memiliki agama?

b. Menurutmu, agama itu penting atau tidak? c. Bagaimana kamu memandang Tuhan? d. Apakah kamu rajin menjalankan ibadah? 7. Nilai-nilai

yang dianut

Nilai-nilai hidup apa yang kamu jalani? 8. Faktor yang

memengaruhi

(52)

Pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti dapat berubah atau berkembang sesuai dengan kondisi dan jawaban yang muncul saat wawancara dilakukan. Peneliti menggunakan alat perekam berupa

recorder handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek.

Data wawancara kemudian disalin dalam transkrip wawancara verbatim.

E. Keabsahan Data

(53)

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Tahapan analisis yang dilakukan peneliti yaitu:

1. Rekam

Peneliti merekam seluruh pembicaraan dengan responden menggunakan recorder.

2. Menyusun verbatim

Peneliti menyusun verbatim dari seluruh pembicaraan yang terekam. 3. Reduksi data

Dari hasil verbatim yang kompleks dan rumit, peneliti merangkum verbatim, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.

4. Pengkodean/Coding

(54)

fenomena melalui pemeriksaan data yang cermat (Strauss & Corbin, 2003:56). Adapun prosedur yang digunakan yaitu:

a. Penemuan Kategori

Konsep-konsep hasil penelitian dikelompokkan yang sama dengan yang sama. Proses pengelompokkan konsep yang tampaknya berhubungan dengan fenomena yang sama disebut pengkategorian (Strauss & Corbin, 2003: 60).

b. Penamaan Kategori

Setelah data dikategorikan, kategori-kategori tersebut perlu diberikan nama/coding. Sumber nama yang digunakan peneliti adalah kata dan frase yang digunakan mudah diingat. Pentingnya penamaan kategori yaitu agar peneliti dapat mengingatnya dan membahasnya.

c. Variasi Cara Pengkodean Berbuka

Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses pengkodean berbuka. Pendekatan yang peneliti gunakan yaitu mengkodekan per kalimat atau paragraf. Peneliti mencari gagasan utama yang terkandung dalam kalimat atau paragraf, lalu memberikannya nama/kode.

5. Analisis

(55)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan pelaksanaan penelitian, subjek penelitian, deskripsi data penelitian, dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai pada hari Rabu, 8 februari 2017. Peneliti beberapa kali melakukan wawancara dengan Oncom (nama disamarkan) dan menjadikan Oncom sebagai salah satu subjek. Oncom

merupakan salah satu anak Punk yang sudah merintis usahanya sendiri berupa jasa pembuatan baju. Namun Oncom dirasa kurang sesuai menjadi subjek penelitian karena Oncom bukanlah Punk yang hidup di jalan, sedangkan berdasarkan masalah penelitian, yang seharusnya menjadi subjek adalah anak Punk yang hidup di jalan. Peneliti akhirnya tidak jadi menggunakan data Oncom untuk penelitian.

Sabtu, 22 April 2017 peneliti diajak Oncom untuk menghadiri sebuah acara Punk di Jl. Perumnas. Peneliti menghadiri acara Punk untuk mengetahui bentuk acara Punk. Acara Punk tersebut diadakan dalam rangka menyambut band Punk dari Jakarta dan sebagai usaha penggalangan dana untuk salah satu istri anggota Punk yang mengidap gagal ginjal yang membutuhkan dana untuk cuci darah.

(56)

menjadikannya subjek penelitian. Peneliti mempersiapkan pedoman wawancara, perekam suara berupa handphone dan alat dokumentasi berupa handphone. Peneliti kembali melakukan wawancara pada Senin, 22 Mei 2017 di Jl. Seturan Raya. Peneliti menemui sembilan orang anak Punk, namun hanya mewawancarai salah satu anak Punk yang dijadikan subjek ketiga dan melakukan observasi terhadap ketiga subjek. Penelitian dengan subjek hanya berlangsung singkat dikarenakan subjek gemar mengunjungi kota-kota lain dan jarang berada di tempat berkumpulnya.

Peneliti langsung menghampiri subjek di tempat berkumpulnya dan berkenalan secara langsung. Peneliti langsung mengobservasi dan mewawancarai subjek karena ada kemungkinan untuk sulit bertemu kembali. Berikut agenda pertemuan peneliti dengan subjek dan infroman:

Tabel 4.1. Agenda Pertemuan Peneliti dengan Subjek

No. Waktu Kegiatan Keterangan

1.

Rabu, 8 Februari 2017 Wawancara dengan Oncom Peneliti melakukan wawancara dengan Oncom 2.

Rabu, 22 Februari 2017 Wawancara dengan Oncom Peneliti melakukan wawancara dengan Oncom 3.

Selasa, 11 April 2017 Wawancara Terstruktur dengan Oncom Peneliti melakukan wawancara dengan Oncom 4.

Sabtu, 22 April 2017

Menghadiri Acara Punk

(57)

5. Kamis, 11 Mei 2017 Pukul 07.30 – 08.15

Wawancara Fabio

Peneliti melakukan wawancara dengan Fabio

6. Kamis, 11 Mei 2017 Pukul 08.20 – 09.00

Wawancara Edward

Peneliti melakukan wawancara dengan Edward

7. Kamis 11 Mei 2017 Pukul 09.00 – 10.30

Observasi Fabio dan Edward

Seusai wawancara, peneliti mengamati kegiatan subjek. Fabio bermain okulele sambal bernyanyi, sedangkan Edward bermain handphone.

8. Senin, 22 Mei 2017 Pukul 16.30 – 17.00

Wawancara Paul Peneliti melakukan wawancara dengan Paul 9. Senin, 22 Mei 2017

Pukul 17.00 – 18.30

Wawancara tidak terstruktur dan observasi Fabio, Edward, dan Paul

Seusai wawancara, peneliti mengamati kegiatan subjek. Fabio bercerita dengan temannya, sesekali Fabio bermain okulele dan bernyanyi. Edward hanya duduk diam sambil bermain handphone. Paul mengamati teman-temannya yang sedang bercerita dan sesekali ikut bernyanyi dengan Fabio.

10. Senin, 22 Mei 2017 Pukul 19.30

Observasi Subjek Fabio

(58)

B. Subjek Penelitian

1. Identitas Subjek I

Nama : Fabio (nama samaran)

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Asal : Jakarta

Agama : Islam

Penampilan Fisik : Tinggi 170 cm, badan berisi/agak gendut, kulit sawo matang, rambut bagian depan botak sedangkan bagian belakang mohawk, kuping mengenakan piercing dari tutup botol air mineral, mata sipit, badan bertato

Penampilan Psikis : Ramah, baik, ceria, gampang bergaul, humoris, sopan

Sumber Informasi : Subjek dan teman subjek a. Sejarah Kehidupan Subjek

(59)

tertarik ikut Punk karena merasa jiwanya adalah jiwa Punk. Setelah berkelana ke beberapa kota, Fabio memutuskan untuk menetap di Yogyakarta dan bertempat di belakang UPN. Sesekali Fabio berjalan ke luar kota untuk mencari pengalaman dan bertemu dengan temannya di kota lain. Fabio akan kembali pulang ke rumah jika ia sudah sukses.

b. Latar Belakang Kehidupan Keluarga

Fabio berasal dari keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai lalu meninggalkan Fabio kepada mbahnya di Sragen. Saat ini ibunya tinggal di Sragen dan sudah berkeluarga, mempunyai 4 orang anak dari pernikahan barunya. Ayahnya juga sudah menikah lagi dan tinggal di Jakarta, namun belum dikaruniai seorang anak pun. Ibunya enggan untuk bertemu dengan Fabio lagi, sedangkan ayahnya masih merasa antusias bertemu Fabio karena ia masih menjadi anak satu-satunya bagi ayahnya. Ia sudah 4 tahun tidak bertemu dengan nenek dan ayahnya.

c. Lingkungan Fisik, Sosio- Ekonomi dan Sosio-Kultural

(60)

d. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sejauh pengamatan peneliti, pertumbuhan jasmani dan kesehatan Fabio sangatlah baik. Fabio sering berjalan kaki untuk mengamen dan pergi ke luar kota, hal itu yang membuat badannya tetap sehat walaupun pola makan Fabio tidak teratur. e. Perkembangan Kognitif

Menurut pengamatan peneliti, Fabio memiliki wawasan yang luas. Fabio senang membaca buku terutama buku yang bertema politik. Ketika selesai wawancara, peneliti berbincang-bincang dengan Fabio. Fabio mengangkat pembicaraan mengenai isu-isu politik di Indonesia.

f. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Pergaulan Fabio dengan lingkungan sekitar dan teman-temannya sangatlah baik. Fabio sangat mudah bergaul dan selalu punya topik untuk dibicarakan. Fabio tidak memilih-milih teman, ia bergaul dengan siapa saja yang mau bergaul dengan dia. g. Ciri-Ciri Kepribadian

(61)

2. Subjek II

Nama : Edward (nama samaran)

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Yogyakarta

Agama : Islam

Penampilan Fisik : Tinggi 170cm, berbadan kurus, rambut gondrong, kulit sawo matang, sopan Penampilan Psikis : Ramah, pendiam, baik

Sumber Informasi : Subjek dan teman subjek a. Sejarah Kehidupan Subjek

Edward tidak tamat sekolah. Pendidikan terakhir Edward yaitu SMP. Ia berhenti sekolah saat kelas 1 SMA dengan alasan bosan karena tidak pernah naik kelas. Edward saat ini bekerja sebagai pelayan di sebuah warung makan di Salatiga.

(62)

b. Latar Belakang Kehidupan Keluarga

Edward merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Perekonomian keluarganya tergolong menengah ke bawah. Ayahnya adalah seorang tukang kayu dan ibunya membuka usaha laundry di rumahnya. Keluarganya sangat harmonis dan jarang ada permasalahan keluarga.

c. Lingkungan Fisik, Sosio- Ekonomi dan Sosio-Kultural

Edward berasal dari keluarga baik-baik. Orang tuanya mendukung apa yang ia lakukan. Edward merupakan anak yang taat pada orang tuanya. Edward lebih banyak hidup di jalan, namun Edward sesekali masih pulang ke rumah.

d. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Pertumbuhan jasmani dan kesehatan Edward baik, hanya saja badannya sangat kurus. Sejauh ini Edward tidak pernah mengalami sakit yang serius.

e. Perkembangan Kognitif

(63)

f. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Edward adalah seorang pribadi yang pendiam. Edward kurang pandai bergaul, namun dia terlihat baik dan ramah dengan semua orang. Berdasarkan pengamatan peneliti, Edward jarang berbicara dengan teman-temannya ketika sedang berkumpul dan ia hanya bermain handphone sambil merokok.

g. Ciri-Ciri Kepribadian

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, Edward merupakan seorang yang pendiam. Hal itu terlihat ketika ia berkumpul dengan teman-temannya Edward hanya sedikit berbicara dan lebih sering bermain handphone. Edward juga ramah, sopan dan baik hati. Ketika peneliti menghubungi Edward untuk bertemu kembali dan meminta bantuan, Edward membalas pesan peneliti dengan kata-kata yang sopan dan mau membantu peneliti.

3. Subjek III

Nama : Paul (nama samaran)

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Bantul

Agama : Islam

Penampilan Fisik : Tinggi 165cm, badan berisi/agak gemuk, rambut mowahk, kulit sawo matang, wajah berjerawat,

(64)

Penampilan Psikis : Pendiam, ramah, pemalu Sumber Informasi : Subjek dan teman subjek a. Sejarah Kehidupan Subjek

Paul saat ini berusia 18 tahun. Paul baru saja lulus dari sebuah SMK dengan jurusan teknik mesin. Ia belum mencari kerja karena belum membuat KTP. Sementara menunggu lowongan kerja, Paul ikut berkumpul dengan teman-temannya sesama Punk. Paul pernah bekerja di sebuah tempat pengolahan batu kapur.

Paul pertama kali ikut Punk tahun 2011. Ia mengenal Punk dari temannya. Ia ikut kelompok Punk karena merasa nyaman dan jiwanya ada di sana. Orang tua Paul mengetahui kalau Paul ikut kelompok Punk dan mereka baik-baik saja selama Paul tidak menggunakan narkoba dan tidak bertindak kriminal.

b. Latar Belakang Kehidupan Keluarga

Paul berasal dari keluarga yang harmonis. Paul merupakan anak tunggal. Perekonomian keluarga Paul tergolong menengah ke bawah. Ibu Paul bekerja membantu tetangga yang membutuhkan bantuannya, sedangkan ayahnya tidak bekerja. c. Lingkungan Fisik, Sosio- Ekonomi dan Sosio-Kultural

(65)

dilakukan baik. Karena hanya ibu yang bekerja, Paul pun sempat bekerja di sebuah tempat pengolahan batu kapur.

d. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Pertumbuhan jasmani dan kesehatan Paul sangat baik. Permasalahan jasmani yang dialami Paul hanya wajahnya yang dipenuhi jerawat dan bagian tangannya terdapat beberapa koreng. Saat peneliti mengamati Paul, Paul beberapa kali terlihat sedang menggaruk bagian tangannya dan menimbulkan luka berdarah.

e. Perkembangan Kognitif

Menurut pengamatan peneliti, Paul memiliki perkembangan kognitif yang baik. Paul mampu menjawab pertanyaan wawancara dengan baik dan lancar. Paul juga berhasil menyelesaikan studinya di SMK. Di antara anak Punk lain yang ditemui peneliti saat observasi, hanya Paul yang menyelesaikan studinya, sedangkan anak Punk yang lain putus sekolah.

f. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

(66)

g. Ciri-Ciri Kepribadian

Paul tergolong orang yang ramah dan baik. Peneliti disambut dengan ramah oleh Paul ketika pertama kali bertemu. Paul juga terlihat malu-malu saat diwawancari oleh peneliti.

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Nilai Kebenaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga subjek anak Punk, diperoleh data bahwa tidak ada salahnya menjadi anak Punk. Benar atau tidaknya menjadi Punk tergantung pada jiwa masing-masing individu. Punk tidak bisa sembarangan dianggap kriminal karena mereka mencari uang dengan cara mengamen dan membuka usaha sablon baju. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan Fabio:

(67)

Subjek Edward menambahkan bahwa Punk merupakan jiwa yang bebas menjadi diri sendiri.

Ya apa salahnya. Ya bener-bener aja. Udah pilihan sih. Pokoknya jiwanya itu jadi bebas, bebas tuh maksudnya bukan bebas mau anarki, ya jadi diri sendiri lah. Susah jelasinnya. Punk itu adil, ga suka yang ketidakadilan, perbedaan. Misalnya ya kayak Punk ini dibedain, ya beda lah kastanya. WE-8.T)

Punk itu benar-benar saja selama individu tersebut tidak menggunakan narkoba dan tidak berbuat kriminal. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil wawancara dengan Paul:

Menurut saya sih benar-benar aja selama ga make narkoba dan ga kriminal ya ga masalah. WP-14.T)

2. Nilai Ekonomis

Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa ada keuntungan dan kerugian di dalam Punk. Keuntungan ikut serta dengan kelompok Punk yaitu mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah karena anggota Punk sering berkelana ke berbagai kota, mendapatkan pengalaman, dan dapat menunjukkan karya yang pernah dibuat seperti musik. Hal ini dibuktikan dalam wawancara ketiga subjek:

Untungnya kita banyak sodara, kita mau jalan kemana, misalnya sini ke Surabaya, kita telpon mereka datang. Kita mau kemana, kita mau ke semarang juga ada. Jadi kan banyak saudara, tidak saling pukul , tidak saling hantam, tidak saling merebut kekuasaan, ga ada. WF-8.EK.2)

Seneng bisa ngumpul bareng temen, bisa nunjukkin. WE-9.EK.1)

(68)

Kelompok Punk mengadakan acara bukan semata-mata hanya untuk berpesta, namun ada tujuan dibalik setiap acara. Biasanya acara Punk diadakan untuk penggalangan dana yang hasilnya akan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan, seperti anak yatim dan korban bencana. Hal ini diutarakan dalam wawancara oleh subjek Edward:

Ya apa aja yang ditunjukkin. Punya karya, ditunjukkin walau ga pernah didenger. Ga pernah tau kalo kita itu ada dan berkembang. Kebanyakan acara Punk kan, acara musik atau apa kan, biasanya kalo penggalangan dana buat anak yatim, buat korban bencana, kebanyakan kan malah kayak gitu, bukan semata pesta-pesta. Pasti ada tujuannya cara Punk. (WE-10.EK.2)

Adapun kerugian jika mengikuti kelompok Punk yaitu anak Punk dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Penampilan penuh tattoo dan hidup di jalan membuat masyarakat memandang Punk buruk. Hal ini dibuktikan dalam hasil wawancara dengan subjek Fabio dan Edward:

Untung ruginya sih ada. Ruginya tuh, gimana ya.. kita tuh bisa dicap jelek, tapi kita tuh bisa belajar bersabar mba. WF-7.EK.1)

Ruginya ya ada, dipandang jelek di kalangan masyarakat banyak. WE-11.EK.3)

(69)

preman dan masyarakat. Mereka memukuli anak Punk tanpa alasan yang jelas. Hal ini diutarakan oleh subjek Paul dalam wawancara:

Ruginya ya jadi jarang pulang mba, kadang juga digebukin sama preman atau warga gitu, padahal saya ga bikin masalah mba. WP-18.EK.4)

3. Nilai Estetik

Menjadi anggota Punk itu indah karena anak Punk merasa bahagia di dalam kelompok Punk. Mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya dan saling peduli satu dengan yang lain. Ketika ada satu orang yang tidak makan maka yang lain juga tidak makan. Jika hanya ada satu bungkus nasi, maka mereka akan makan bersama-sama. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara subjek Fabio:

Kalo menurut saya, Punk itu saya sebut indah walaupun tidak merasakan kebahagiaan kayak di surga. Saya bisa sebut indah itu kenapa, kita makan ga makan kumpul, makan satu makan semua, ga makan satu ga makan semua. Menjalin persedulurannya itu bagus, beda sama pejabat-pejabat tinggi. Sodaranya meninggal aja acuh tak acuh, yang penting gua megang duit. Sekarang anaknya Roma yang kena kasus narkoba itu ga di sel, Cuma langsung di rehabilitasi narkoba. Yang lain aja Cuma barang segini (mencontohkan jumlah kecil) aja masuk sel. Dia make barang segini (mencontohkan jumlah banyak), Cuma masuk di yayasan doang. Disediain HP, disediain kamar lengkap. Indonesia itu negarawan yang goblog menurut saya. Walaupun dia berdasi, berpakaian rapi, kepala botak, kanan kiri duit, tapi dia masih di jajah, masih diperbudak sama bosnya. Ga bebas. Makan enak tapi hati kita ga enak kan jadi ga enak rasanya. WF-13.ES)

(70)

karya apapun sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan subjek Edward:

Yang jelas senenglah. Banyak. WE-13.ES.2)

Contoh senengnya? Ya seneng bisa nunjukin karya apa aja bebas. WE-14.ES.3)

Selain dua hal di atas, ada pula keindahan di dalam Punk, yaitu bisa mendapatkan banyak teman. Hal ini diutarakan oleh subjek Paul dalam wawancara:

)ndah mba WP-20.ES.1)

Bisa dapat teman banyak mba WP-21.ES.2)

4. Nilai Sosial

Kesetiakawanan di dalam Punk berupa sikap saling tolong menolong, saling memperhatikan satu dengan yang lain. Ketika belum makan, mereka membeli nasi. Walaupun hanya sebungkus, tapi bisa untuk dimakan bersama-sama. Kesetiakawanan yang mempererat persaudaraan antar Punk.

Kita itu saling tolong menolong mba. Ibarat kata, teman kita sakit, kita menyelenggarakan penggalangan dana, kita ngamen buat temen saya yang sakit. Kita belum makan, kita beli nasi bungkus, makan satu makan semua. Itu kesetiakawanan yang mempererat perseduluran dari kata Punk. Kita ga kayak orang-orang lain. Kalo orang-orang lain, orang-orang kota ini ibarat kata kan tetangganya sakit kan bodo amat, bukan keluarga gua. Kalo di dalam Punk itu walaupun di kota, walaupun di desa semuanya sama, yang penting masih ciptaan Tuhan. WF-14.S1)

(71)

teman lama. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara Edward dan Paul:

Susah seneng bareng. Ketemu temen baru ga lupa sama temen lama. Kalo saya gitu. Kan setiap hari ada temen baru pasti. Temen dari temen gitu loh, dari luar kota. WE-20.S1.2)

Saling membantu ketika temannya susah, ya bareng-bareng terus mba WP-22.S1)

Ketika ada salah satu anak Punk yang sedang kesusahan, maka anggota Punk yang lain menggalangkan dana dengan cara mengamen. Sebelum mengamen, anak Punk menjelaskan alasannya mengamen kepada pendengarnya sehingga orang akan memahaminya dan tidak segan untuk membayarnya. Anak Punk akan membantu teman yang benar-benar membutuhkan bantuan. Ketika ada salah satu anggota Punk yang mencuri, maka akan disingkirkan dari kelompoknya. Hal tersebut mencegah imbasnya kepada teman yang lain. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil wawancara dengan subjek:

(72)

tidak punya masa depan. Kata siapa yang tidak punya masa depan, belum tentu anak ibu sarjana S S S itu bisa sukses. (WF-15.S2)

Ya.. namanya temen lagi kesusahan sebisa mungkin dibantu seadanya. Kalo sakit ya dianterin berobat. Kalo butuh dana atau apa ya ngamen. WE-21.S2)

Di bantu sebisanya mba WP-23.S2)

Ketika ada salah satu anak Punk yang melakukan kesalahan, mereka tidak membahasnya saat berkumpul. Jika itu masalah pribadi, maka mereka akan menyelesaikannya secara pribadi. Menurut Fabio, sejauh ini sudah tidak saling pukul karena saat ini bukan zamannya preman yang saling berebut kekuasaan. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara dengan Fabio:

Alhamdulilah sih belum ada yang saling menyenggol. )barat kita saling menghargai hidup sesama di jalan, ngapain kita mau nyari kekuasaan, saling pukul, itu mah udah ga zaman. Emang kayak dulu zamannya preman-preman, ini lahan gua ini itu, engga. Kita mau direbut apanya, lah tidur aja di emperan toko. Kalo kita punya masalah sebaiknya jangan dibahas di tongkrongan. WF-16.S3.1)

(73)

Kadang ya ditegur, dibilangin, pake fisik juga pernah kalo udah keterlaluan, sifatnya ga bagus. Kalo dibilangin ga bisa, didiemin. kalo di jalanan kan sudah biasa. WE-23.S3)

Tergantung tingkat kesalahannya sih mba, biasanya ditegur (WP-24.S3.1)

Ga pernah berantem mba, masih sabar kok WP-25.S3.2)

Ketika anak Punk bertemu dengan anak Punk yang tidak dikenalnya, maka ia akan menghampirinya dan mengajaknya untuk berkenalan. Pertemanan pun akan bertambah luas, sehingga jika anak Punk datang ke kota lain, ia sudah punya teman yang akan menyambut kedatangannya. Fabio menuturkan bahwa ketika ada sebuah kasus seorang perempuan diperkosa oleh anak Punk, yang melakukan itu bukanlah anak Punk, melainkan orang biasa yang berpenampilan menyerupai Punk. Punk yang sebenarnya melindungi perempuan dan melindungi yang lemah.

Orang Punk walaupun kita tidak kenal, kita samperin. Menurut agama kalo penyambutan orang baru kan salaman gini-gini-gini lah, tapi kita engga. Ya kita kan udah dari dulu, kita minta minuman, kita minum sama anak-anak itu, kita saling kenalan. Kalo kita main ke kotanya kita disambut lagi. Walaupun kita ga kenal kan dengan kita satu tongkrongan kita bisa kenalan. Misalnya lagi kasus cewe diperkosa sama anak-anak Punk, itu mah cuma orang biasa penampilan seperti Punk. Yang satu cewe buat rame-rame itu ga ada. Aslinya Punk itu kan melindungi satu sama lain. Dia melindungi yang lemah juga. Mana doyan sih kita melindungi cewe tapi kita dituduh gini-gini. Malah kita mau bantu sama cewe itu. Kalo ga kita bantu kasian dia terlantar di pinggir jalan, cewe lagi. Pas kita tanyain ujung-ujungnya apa kasusnya pasti broken home. (WF-18.S4)

(74)

Gambar

Tabel 4.1. Agenda Pertemuan Peneliti dengan Subjek...........................................................
Tabel 3.1. Panduan Observasi
Tabel 3.2. Pedoman Wawancara
Tabel 4.1. Agenda Pertemuan Peneliti dengan Subjek

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan cerita anak Upin dan Ipin ditinjau dari segi pendidikan, 2) memetakan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita

meliputi cerita anak dalam film Upin dan Ipin, nilai-nilai yang terkandung. dalam film Upin dan Ipin, hasil observasi, dan dampak positif dan

Dampak positif tampak pada penggarapan Upin & Ipin di Indonesia ditandai oleh bukti pada observasi di Kebon Ploso yang mana dengan adanya film ini, secara

Tim Dosen.; ”Diktat Kumpulan Teori Praktikum Analisis Perancangan. Kerja dan Ergonomi I”

Dimana berkaitan dengan penuntasan kasusnya secara hukum.Sebab seringkali hukum tidak mampu memberikan perlindungan bagi para korban dan lebih berpihak pada pelaku.Hal ini

Maka dari itu penulis ingin menguraikan Tinjauan Yuridis Kekerasan Seksual Terhadap Anak Dibawah Umur Dari Sudut Kriminologi (Studi Kasus Putusan No :

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bahwa kekerasan seksual ini dalam banyak hal dipahami dan dianggap sebagai suatu perpanjangan kontinum keyakinan yang

kriminologi lebih luas dari hukum pidana. Kejahatan yang dimaksud disini adalah kejahatan dalam arti pelanggaran terhadap undang-undang pidana. Disinilah letak