MINAT BELI TOYOTA YARIS
( Studi Pada Auto 2000 Ahmad Yani Sur abaya )
SKRIPSI
DiajukanOleh
:
DWI NUR CAHYO 1012010017/FEB/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur
Untuk Menyusun Skripsi S–1 Program Studi Manajemen
DiajukanOleh
:
DWI NUR CAHYO 1012010017/FEB/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
USULAN PENELITIAN
MINAT BELI TOYOTA YARIS ( Studi Pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya )
Yang diajukan
Dwi Nur Cahyo 1012010017/ FEB/EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing utama
DR. Prasetyohadi, SE. MM NIP. 196008041989031001
Pembimbing Pendamping
Ugy Soebintoro, SE. MM
NIP. 367089600581 Tanggal :...
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen
Yang diajukan
Dwi Nur Cahyo 1012010017/ FEB/EM
Disetujui untuk mengikuti seminar proposal oleh,
Pembimbing utama
DR. Prasetyohadi, SE. MM NIP. 196008041989031001
Pembimbing Pendamping
Ugy Soebintoro, SE. MM
NIP. 367089600581 Tanggal :...
Mengetahui
MINAT BELI TOYOTA YARIS ( Studi Pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya )
Yang diajukan
Dwi Nur Cahyo 1012010017/ FEB/EM
Telah disetujui untuk mengikuti ujian lisan oleh :
Pembimbing utama
DR. Prasetyohadi, SE. MM NIP. 196008041989031001
Pembimbing Pendamping
Ugy Soebintoro, SE. MM
NIP. 367089600581 Tanggal :...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Oleh:
DWI NUR CAHYO 1012010017/FEB/EM
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal: 28 Maret 2014
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Prasetyo Hadi, MM. Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, MS.
NIP. 196008041989031001 NIP. 196003301986031001
Sekretaris Pembimbing Pendamping
Ugy Soebintoro, SE. MM. Sugeng Purwanto, SE. MM.
NIP. 367089600581 NIP. 196801081989031001
Anggota
Dra. Ec. NuruniIka Kw, MM. NIP.196310091991032001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
KATA PENGANTAR
Dengan segala ridho dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “MINAT BELI
TOYOTA YARIS ( Studi Kasus Yaris Club Surabaya ) dapat terselesaikan. Adapun maksud
dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Manajemen.
Dalam menyelesaikan laporan ini, Penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan
bantuan baik materil maupun non materil dari segenap pihak. Maka dengan ketulusan hati,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen
4. DR. Prasetyohadi, SE. MM selaku dosen pembimbing utama atas kesabarannya dan
kesediaan beliau memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan selama
persiapan, pelaksanaan, hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ugy Soebiantoro, SE. MM selaku dosen pembimbing pendamping atas kesabarannya
dan kesediaan beliau memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan selama
persiapan, pelaksanaan, hingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua saya, dan Segenap seluruh keluarga yang telah memberikan Doa
dan dukungannya baik secara moril maupun materil, sehingga penulisan ini dapat
selesai dengan baik.
semangat pantang menyerahnya sehingga dapat terselesaikannya penulisan ini dengan
baik.
Pada akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan bagi semua pihak, Amin.
Surabaya, Maret 2014
DAFTAR ISI
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 7
2.2 Landasan Teori... 8
2.2.1 Minat Beli... 8
2.2.2 Citra Merek... 11
2.2.3 Kualitas Produk... 19
2.2.4 Promosi... 22
2.2.5 Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli... 26
2.2.6 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Minat Beli... 26
2.2.7 Pengaruh Promosi terhadap Minat Beli... 27
2.3 Kerangka Konseptual... 28
3.1.1 Variabel Dependen... 30
3.1.2 Variabel Independen... 31
3.1.3 Pengukuran Variabel... 33
3.2 Penentuan Populasi... 34
3.2.1 Populasi... 34
3.2.2 Sampel... 35
3.3 Jenis Data dan Sumber Data... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data... 37
3.5 Teknik Analisis Data... 35
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Objek Penelitian... 44
4.1.1 Profil Toyota Yaris... 44
4.2 Deskriptif Hasil Penelitian... 45
4.2.1 Analisis Karakteristik Responden... 45
4.2.2 Deskriptif Variabel Citra Merek ( X1 )... 47
4.2.3 Deskriptif Variabel Kualitas Produk ( X2 )... 48
4.2.4 Deskriptif Variabel Promosi ( X3 )... 50
4.2.5 Deskriptif Variabel Minat Beli ( Y )... 51
4.3 Analisis Data... 53
4.3.1 Evaluasi Outler... 53
4.4.3 Average Variance Extracted (AVE)... 58
4.4.4 Composite Reliability... 59
4.5 Inner Model... 61
4.5.1 R – Square... 61
4.5.2 Results For Inner Weights... 62
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian... 63
4.6.1 Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli... 63
4.6.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli... 64
4.6.3 Pengaruh Promosi Terhadap Minat Beli... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 66
Oleh :
DWI NURCAHYO
1012010017/FE/EM
ABSTRAKSI
Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi dan dapat juga sebagai kekuatan pendorong atau sebagai motif yang bersifat intrinsik yang mampu mendorong seseorang untuk menaruh perhatian secara spontan, wajar, mudah, tanpa paksaan, dan selektif pada suatu produk untuk kemudian mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Pada dasarnya minat merupakan suatu sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek situasi ataupun ide-ide tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya. Salah satu faktor yang mempengaruhi Minat Beli adalah Citra Merek, Kualitas Produk, dan promosi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Promosi terhadap Minat Beli konsumen. Penelitian ini dengan mengambil sampel para anggota Yaris Club Surabaya. Pengumpulan data berupa kuesioner yang diukur menggunakan semantic scale . jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 responden. Metode analisis yang digunakan adalah Partial Least Square ( PLS ).
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Citra Merek, Kualitas Produk, dan Promosi mempengaruhi Minat Beli secara signifikan (positif).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toyota Corp. merupakan salah satu perusahaan otomotif yang mampu
membaca potensi pasar atas permintaan kendaraan,namun Toyota bukan satu –
satunya perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, terdapat beberapa pesaing
seperti: Honda, Suzuki, Hyundai dan lain – lain.Keadaan tersebut mengakibatkan
perusahaan pada umumnya berusaha untuk mempertahankan daur hidup produk
(lifecycle product) dengan melakukan inovasi produk agar lebih diminati oleh
konsumen, seperti yang dilakukanToyota di segmen city car, yaitu Toyota Yaris
mampu menjawab kebutuhan dan keinginan para konsumen dengan
memperkenalkan berbagai tipe varians, sesuai dengan slogan Yaris “be groovy”
(Yaris Magazine).
Riset penjualan mobil di segmen city caryang dilakukan oleh Top Brand
Indeks selama tahun 2009 – 2013 secara nasional menunjukkan perbandingan
tingkat penjualan mobil di segmen city car, antara lain: Honda Jazz, Suzuki
Karimun, Toyota Yaris, Suzuki Swift, Hyundai Atoz. Prosentasedata penjualan
Toyota Yaris mengalami kenaikan, hingga berhasil menduduki peringkat ke tiga
dan kedua dalam penjualan city car. Data penjualan city cardapat dilihat pada
Tabel 1.1
TOP BRAND INDEKS CITY CAR TAHUN 2009 - 2013
No M erek M obil Tahun
Toyota Yaris tetap menduduki peringkat ketiga dengan perolehan nilai 10,0%,
selanjutnya pada tahun 2011 Toyota Yaris mengalami kenaikan menjadi peringkat
kedua dengan perolehan nilai 17,9%, kemudian pada tahun 2012 dan 2013 Toyota
Yaris masih menduduki peringkat kedua dengan perolehan nilai masing – masing
21,9% dan 22,1%. Namun hal ini menunjukan bahwa meskipun prosentase
penjualan Toyota Yaris tiap tahun mengalami kenaikan, tapi target untuk merebut
posisi utama dari pesaingnya yaitu Honda Jazz belum tercapai, sehingga
diperlukan peninjauan kembali dalam penyusunan strategi pemasaran untuk
mencapai target market yang diharapkan.
Bebrapa fenomena yang terkait dengan penjualan Mobil city car Toyota
Yaris antara lain :
1. Penjualan menurun, Toyota Yaris berstatus stok terbatas. Jakarta – Toyota
3
akibat dari banjir Thailand yang benar-benar membuat beberapa pabrikan
asal Jepang yang mempunyai basis produksi di Thailand kelimpungan.
“Pasokan barang dari Thailand terhambat akibat banjir. Ini berimbas
dengan penurunan pada penjualan November,” jelas General Manager
Marketing Planning & Customer Relations PT Toyota-Astra Motor
Widyawati Soedigdo, Jumat (9/12/2011). (http://autos.okezone.com)
2. Penjualan Meningkat, Toyota Yaris kian disukai. Jakarta – Toyota Yaris
mengalami kenaikan psenjualan pada tahun 2012 sebesar 69 % menjadi
sebanyak 27.811 unit. Kenaikan cukup tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya mampu meraih 16.454 unit. Penjualan Toyota
Yaris tidak terlepas dari kepercayaan dan kesetiaan para pelanggan atas
produk, teknologi, dan layanan yang selalu diutamakan Toyota, mulai dari
pra jual hingga purna jual,” ujar Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor,
Johnny Darmawan.(http://www.mobil88.astra.co.id)
Data penjualan Toyota Yaris selama lima tahun terakhir menggambarkan
minat beli konsumen sebagai sebuah rencana untuk melakukan pembelian produk
atau brand tertentu yang dibangun lewat serangkaian proses pemilihan serta
pengambilan keputusan. Minat pembelian menciptakan suatu motivasi yang
terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat
yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya
akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Hal ini berdasarkan
pada beberapa merek, sehingga yang penawaranya sesuai dengan kebutuhan
konsumen akan terpilih. Maka konsumen akan memiliki penilaian yang lebih pada
merek tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa konsep mengenai
citra merek. Menurut Kotler dan Fox yang dikutip oleh Sutisana (2002,83) yang
dikutip dari (Heri Haerudin,2010), mendefinisikan citra adalah Sejumlah
gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki
seseorang terhadap suatu objek.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul“Minat Beli Toyota Yaris (Studi Pada Auto
2000 Ahmad Yani Surabaya)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah citra merek mempengaruhi minat beli Mobil City Car Toyota
Yaris pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya ?
2. Apakah kualitas produk mempengaruhi minat beli Mobil City Car Toyota
Yaris pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya ?
3. Apakah promosi mempengaruhi minat beli Mobil City Car Toyota Yaris
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk membuktikan pengaruh citra merek terhadap minat beli Mobil City
Car Toyota Yaris pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya.
2. Untuk membuktikan pengaruh kualitas produk terhadap minat beli Mobil
City Car Toyota Yaris pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya.
3. Untuk membuktikan pengaruh promosi terhadap minat beli Mobil City
Car Toyota Yaris pada Auto 2000 Ahmad Yani Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat memberikan
manfaatnya sebagai berikut :
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kepustakaan,
khususnya UPN “Veteran” Jawa Timur sehingga terdapat tambahan
refrensi sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Bagi penulis
Penelitian ini akan memperluas wawasan praktis serta analisis penulis di
dalam memahami faktor-faktor mempengaruhi minat beli konsumen
3. Bagi peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dan
tambahan pengetahuan mengenai pengembangan penelitian dibidang
minat beli konsumen, khususnya yang berhubungan dengan citra merek,
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian yang
berjudul “Minat Beli Toyota Yaris (Studi Kasus Auto 2000 Ahmad Yani
Surabaya)”, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Heri Haerudin (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra
Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumen”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai citra
merek dan seberapa besar pengaruh citra merek sepeda motor Honda
terhadap minat beli konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sampel mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Manajemen UNPAS Bandung
angkatan 2007 – 2008. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier sederhana dan korelasi dengan menggunakan model
statistik uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel citra merek
merek sepeda motor Honda memiliki pengaruh signifikan positif.
2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ndaru Kusuma Dewa ( 2009 )
dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik
Promosi, dan Harga Terhadap Minat Beli”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli prepaid StarOne
di area yang dipelajari. Permasalahan telah diidentifikasi bahwa pengisian
Minat beli prepaid StarOne diadakan suatu hipotesis tentang pengaruh
kualitas produk, daya tarik promosi, dan harganya. Hasil telah menunjukan
bahwa model cukup baik. Dan variabel-variabel dari kualitas produk, daya
tarik promosi, dan harga menunjukan adanya pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap minat beli voucher StarOne.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Minat Beli
Minat beli ( willingness to buy ) merupakan bagian dari komponen
perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Ndaru
Kusuma Dewa ( 2009 ), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk
bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut Assael
(2001) yang dikutip dari (Heri Haerudin, 2010) Minat beli merupakan
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan
yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian.
Pada dasarnya minat merupakan suatu sikap yang dapat membuat
seseorang merasa senang terhadap objek situasi ataupun ide-ide tertentu yang
biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek
yang disenangi tersebut. Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan minat
adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak dan bertingkah laku terhadap
9
Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen ( Kotler, 2005 )
dalam ( Delinda Rahmawati, 2013 ) :
1) Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang
disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat
negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi
konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
2) Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat
mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian. Hal ini
tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya
diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.
Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila
produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli
dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih
besar dibandingkan pengorbanan unutk mendapatkannya, maka dorongan untuk
membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan
pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan
padaumumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis.
Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkalidiawali
dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luardirinya, baik
berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan darilingkungannya.
Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diriseusai dengan karakteristik
konsumen yangdipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat
komplek dansalah satunya adalah motivasi untuk membeli.
Menurut Engel dkk (2005) yang dikutip dari (Reza Arief Wardhana,2012)
minat membeli merupakan suatu kekuatan pendorong atau sebagai motif yang
bersifat intrinsik yang mampu mendorong seseorang untuk menaruh perhatian
secara spontan, wajar, mudah, tanpa paksaan, dan selektif pada suatu produk
untuk kemudian mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Berdasarkan
keterangan diatas maka pengertian membeli adalahpemusatan perhatian terhadap
sesuatu yang disertai dengan perasaan senang terhadap barang tersebut, kemudian
minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang
meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin
memiliki barang tersebut.Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli berhubungan dengan perasaan dan
emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa itu
akan memperkuat minat beli, kegagalannya bisa menghilangkan minat.
Menurut Ferdinand ( 2002, p. 129 ), minat beli dapat diidentifikasi melalui
indikator-indikator sebagai berikut :
a) Minat Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk.
b) Minat Refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk merefrensikan
11
c) Minat Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya
dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d) Minat Eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Menurut Sridhar Samu dalam (Reza Arief Wardhana, 2012, p. 114 ) salah
satu indikator bahwa suatu produk sukses atau tidak dipasar adalah seberapa jauh
tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk tersebut.
2.2.2 Citra Merek
Menurut Kotler dan Keller (2009:258) merek sebagai nama, istilah, tanda,
lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok
penjual dan mendefrensiasikan mereka para pesaing. Maka merek adalah produk
atau jasa yang dimensinya mendifrensikan merek tersebut dengan beberapa cara
dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang
sama. Jadi Citra Merek merupakan hasil pandangan atau penilaian konsumen
terhadap suatu merek yang baik atau buruk. Hal ini berdasarkan pertimbangan
atau penyeleksian dengan membandingkan perbedaan yang terdapat pada
beberapa merek, sehingga yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan
merek tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa konsep mengenai
citra merek dibawah ini :
Menurut Kotler dan Fox yang dikutip dari ( Heri Haerudin, 2010 ),
mendefinisikan citra adalah sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan
keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan
Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson yang dikutip dari ( Heri Haerudin,
2010), mendefinisikan citra merek adalah terdiri dari dari pengetahuan dan
kepercayaan terhadap ciri merek, konsekuensi penggunan merek, dan
pemanfaatannya tepat, disamping evaluasi, perasaan dan emosi sehubungan
dengan suatu merek.
Berdasarkan konsep-konsep diatas dapat dirumuskan bahwa citra merek
merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan,
kepercayaan konsumen terhadap merek tertentu dan bagaimana konsumen
memandang atau mempunyai persepsi tertentu pada suatu merek.Citra adalah
gambaran atau konsep tentang sesuatu. Dengan demikian citraitu ada, tapi tidak
nyata atau tidak bisa digambarkan secara fisik, karena citra hanya ada dalam
pikiran.
Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsiterhadap merek dan
dibentuk dari informasi dan pengolahan masa lalu terhadapmerek itu. Konsumen
dengan citra yang positif terhadap suatu merekmemungkinkan untuk melakukan
suatu pembelian, oleh karena itu penggunaanutama dari iklan diantaranya adalah
13
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard yang dialih bahasakan oleh Heri
Haerudin ( 2010 ) brand image(citra merek) memiliki tiga komponen, yaitu :
1. Karakteristik suatu merek yang dikenali oleh konsumen.
2. Manfaat yang diterima oleh konsumen dan suatu merek.
3. Keyakinan konsumen mengenai kualitas produk dan suatu merek.
Baik dan efektivitasnya pemahaman, keyakinan dan persepsi konsumen akan citra
merek yang telah melekat dalam benak konsumen yang dapat mendorong
konsumen melakukan pembelian yang tepat, sehingga diharapkan dapat
menciptakan minat beli konsumen untuk melakukan keputusan pembelian dan
akan mengakibatkan meningkatnya omset penjualan perusahaan.
Dari konsep-konsep diatas dapat disimpukan bahwa citra merek
merupakanpemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan,
kepercayaankonsumen terhadap suatu merek tertentu, dan bagaimana konsumen
memandangsuatu merek. Brand image yang positif akan membuat konsumen
menyukai suatuproduk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari,
sedangkan bagiprodusen brand image yang baik akan menghambat kegiatan
pemasaran pesaing.
Knapp (2001) yang dikutip dari (Reza Arief Wardhana,2012) menyatakan
definisi merek sebagai internalisasi sebuah kesan yang diterima oleh pelanggan
dan konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam ingatan
mereka terhadap manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan. Sebuah
tersebut benar-benar khusus. Untuk memiliki merek tertentu perusahaan
setidaknya memenuhi beberapa pernyataan berikut :
1. Apakah merek benar-benar berbeda, penting dan bernilai bagi konsumen.
2. Apakah merek memiliki komitmen untuk menyediakan manfaat emosional
dan fungsional tertentu bagi konsumen.
3. Apakah merek secara konsisten memenuhi janji dan menyampaikan
komitmennya kepada konsumen.
Dengan demikian jelas bahwa pemberian merek bukan merupakan intuisi,
bukan hanya sebuah kata, melainkan konsep nyata tentang keinginan, komitmen
dan janji pada konsumennya.
Agar brand image dapat terbentuk sesuai dengan mendekati brand
identityyang diharapkan perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus
mampu memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu
merek menjadi merek yang memiliki citra yang baik. Brand imageini diharapkan
dapat menghasilkan suatu kualitas yang penting menurut persepsi konsumen.
Inilah yang disebut dengan recived quality. Hal ini harus didukung oleh
pernyataan yang bukan sekedar hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti.
Tingkat merek menurut Gay Hamel dan Ck. Prahalad (kertajaya,2000,480)
yang dikutip dari ( Heri Haerudin, 2010 ), yaitu :
1. Recognition : yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika
sebuah merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus
15
2. Reputation : yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah
merek karena lebih terbukti memiliki track recordyang baik.
3. Affinity : yaitu suatu emosional relationshipyang timbul antara sebuah
merek dengan konsumennya, sebuah produk dengan merek yang disukai
oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk dengan
persepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang
baik.
4. Domain : yaitu menyangkut seberapa lebar scope dari suatu produk yang
mau menggunakan merek yang bersangkutan.
Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu
merupakan identitas untuk membedakan dari produk – produk pesaing yang
dihasilkan perusahaan lain, dengan identitas khusus produk tertentu akan lebih
mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada
pembelian ulang produk tersebut.Bila produsen dapat memenuhi apa yang di
inginkan olehkonsumen maka hal tersebut akan membuat merek tersebut dapat
bertahanlebih lama.
Merek merupakan suatu atribut yang dianggap penting terutama dalam
menumbuhkan persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah menilai
atribut yang dimiliki oleh suatu merek. Persepsi yang positif dan kepercayaan
konsumen terhadap suatu merek tersebut akan menciptakan citra merek
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ada definisi merek dari beberapa
ahli pemasaran.
Menurut Kotler ( 2000 ) yang dikutip dari ( Reza Arief Wardhana, 2012 )
menyatahkan bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memeberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli, bukan hanya
sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan
kompetitornya.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:104) Merek bahkan dapat mencerminkan enam
makna, yaitu :
1) Atribut
Sebuah merek menyampaikan atribut –atribut tertentu, miasalnya
mercedes mengisyaratkan mahal, tahan lama, berkualitas, nilai jual
kembali yang tinggi, cepat dan sebagainya.
2) Manfaat
Merek bukanlah sekedar sekumpulan atribut, karena yang dibeli konsumen
adalah manfaat, bukannya atribut. Misalnya atribut mahal dapat
diterjemahkan kedalam manfaat emosional seperti “Mobil ini dapat
meningkatkan gengsiku”. Atribut tahan lama dapat dicerminkan dalam
manfaat fungsional seperti “saya tidak perlu membeli mobil baru setiap
beberapa tahun”.
3) Nilai-nilai
17
4) Budaya
Merek juga mungkin mencerminkan budaya tertentu. mercedes
mencerminkan budaya Jerman, yaitu terorganisasi rapi, efisien, dan
berkualitas tinggi.
5) Kepribadian
Merek juga dapat memproyeksikan kepribadian tertentu. Apabila merek
itu menyangkut orang, binatang, atau suatu obyek, apa yang akan
terbayangkan? Mercedes memberikan kesan pimpinan yang baik (orang),
singa yang berkuasa (binatang), atau istana yang megah (obyek).
6) Pemakai
Merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produknya, misalnya kita akan heran bila melihat seseorang
sekretaris berusia 19 tahun mengendarai Mercedes. Kita cenderung
menganggap yang wajar pengemudinya adalah seorang eksekutif puncak
berusia separuh baya.
Jika perusahaan memperlakukan merek sebagai suatu nama saja, maka
perusahaan telah kehilangan makna pemberian merek. Tantangan dalam
pemberian merek adalah untuk mengembangkan sekumpulan
pengertian-pengertian yang mendalam tentang merek. Dengan kata lain, jika konsumen dapat
memvisualisasikan semua dimensi merek, maka merek tersebut dapat memiliki
makna yang dalam dan jika sebaliknya, maka merek tersebut tidak memiliki
Memperhatikan keenam dimensi di atas, maka pemasar harus memutuskan
pada dimensi manakah identitas merek diletakan. Kesalahan yang sering
dilakukan oleh pemasar adalah hanya mempromosikan atribut-atribut merek saja.
Hal ini dapat mengakibatkan pembeli tidak tertarik pada atribut merek karena
sesungguhnya mereka lebih tertarik pada manfaat merek, pesaing dapat dengan
mudah meniru atribut-atribut tersebut, atribut yang ada sekarang ini akan
berkurang nilainya.
Citra merek (brand image) memiliki tiga komponen indikator menurut
Mohammad Tambrin (2010:61-62) yang dikutip dari ( Delinda Rahmawati,2013 ),
antara lain :
1. Citra Produk / Product Image ( X1-1 )
Citra produk merupakan gambaran mengenai kualitas produk yang dijual
di pasaran.
2. Citra Pemakai / User Image ( X1-2 )
Citra pemakai merupakan citra dari pemakai bila memakai produk Mobil
Toyota.
3. Citra Perusahaan / Coorporate Image ( X1-3 )
Citra perusahaan menjelaskan tentang reputasi yang dimilki oleh
19
2.2.3 Kualitas Produk
Menurut Fandy Tjiptono (2008:95) Produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Secara konseptual produk merupakan pemahaman subyektif dari
produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Sedangkan Menurut Kottler dan Amstrong (2001) yang dikutip dari
(Aldaan Faikar Annafik, 2012 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi
konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk
dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Standarisasi kualitas sangat diperlukan untuk mencapai kualitas produk yang
diinginkan. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang diciptakan
menghasilkan standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan
kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak
memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya
konsumen sehingag penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika
pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga
yang ditawarkan maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan
Menurut Kotler dan Keller (2009:143) Kualiatas adalah totalitas fitur dan
karekteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatahkan atau tersirat. Sedangkan menurut
mantan pemimpin GE, John F. Welch Jr. Kualitas adalah jaminan terbaik kami
atas loyalitas pelanggan, pertahanan terkuat kami menghadapi persaingan luar
negeri, dan satu-satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan
pengahasilan.
Perhatian pada kualitas produk akan memberikan dampak positifpada
biaya produksi dan pendapatan. Dampak biaya produksi dapatdilakukan melalui
pembuatan tingkat kualitas yang tinggi sehingga akanmengurangi tingkat
kerusakan yang memungkinkan, dengan demikianproses produksi yang
memperhatikan kualitas akan menghasilkan produkyang bebas dari kerusakan.
Sedangkan dampak pada pendapatan penjualan terjadi karenapenjualan
produk yang berkualitas. Perusahaan harus mampu memenuhikualitas produk
yang diharapkan dan dapat memenuhi kebutuhan dankeinginan konsumen.
Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:130-131) ada
delapan dimensi utama yang biasanya digunakan untuk mengukur kualitas suatu
produk, yaitu :
1. Kinerja (performance), yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu
barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan
21
2. Keragaman produk (features), adalah aspek informasi yang berguna untuk
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
3. Kehandalan (reliability), yaitu berkaitan dengan kemungkinan suatu
barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam
periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
4. Kesesuaian (conformance), yaitu tingkat kesesuaian produk dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan keinginan
pelanggan.
5. Daya tahan atau ketahanan (durability), suatu refleksi umur ekonomis
berupa ukuran daya tahn atau masa pakai barang.
6. Kemampuan pelayanan (Serviceability), karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam
memeberikan layanan untuk perbaikan barang.
7. Estetika (aesthetics), yaitu merupakan karakteristik yang bersifat subjektif
mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi
dan refleksi dari prefensi individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality), konsumen tidak selalu
memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun
demikian, biasanya konsumen memiliki informasi tentang produk secara
2.2.4 Promosi
Menurut Fandy Tjiptono (2008:219) Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah
membelinya. Sedangkan Promosi menurut Rahmadi ( dalam Ndaru kusuma
Dewa, 2009 ) adalah salah satu dari empat unsur utama dari bauran pemasaran (
marketing mix), dengan sarana promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, dan
publisitas. Pada hakekatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:219) komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan
atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Jadi promosi adalah salah satu unsur dari bauran pemasaran yang
memberikan informasi bersifat persuasif untuk menciptakan permintaan dan
kemudian terjadi pertukaran dalam pemasaran. Konsumen yang semula tidak
tertarikdengan suatu produk, dengan dilakukannya promosi yang efektif dan
efisien kemungkinan besar konsumen tersebut akan berubah pikiran untuk
membeli produk tersebut.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:221-222) tujuan Promosi adalah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan
23
1. Menginformasikan (informing), dapat berupa :
Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru
Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk
Menyampaikan perubahan harga pada pasar
Menjelaskan cara kerja suatu produk
Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan
Meluruskan kesan yang keliru
Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli
Membangun citra perusahaan
2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk :
Membentuk pilihan merek
Mengalihkan pilihan ke merek tertentu
Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga
Mendorng pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
(salesman)
3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas :
Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan dalam waktu dekat
Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan
Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk
perusahaan. Misalnya bila pembeli ingin membeli sabun mandi,
diharapkan ingatan pertamanya adalah merek Lux.
Jika ditinjau dari sudut pandang ilmu ekonomi, maka tujuan dari promosi
ini adalah menggeser kurva permintaan akan produk perusahaan ke kanan dan
membuat permintaan menjadi inelastis (dalam kasus harga naik) dan elastis
(dalam kasus harga turun). Secara singkat promosi berkaitan dengan upaya untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu
memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya membeli dan
selalu ingat akan produk tersebut.
Secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi
bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya.
Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi (promotion mix,
promotion blend, communication mix), adalah :
1. Personal selling
2. Mass selling, terdiri atas periklanan, dan publisitas
3. Promosi penjualan
4. Public relations (hubungan masyarakat)
5. Direct marketing
Sehingga Promosi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan volume penjualan dari produknya sehingga diharapkansecara tidak
25
Menurut Fandy Tjiptono (2008:226) Iklan sebagai semua bentuk bayaran
untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non
personal oleh sponsor yang jelas. Sedangkan yang dimaksud dengan periklanan
adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan iklan. Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan
khalayak untuk membeli (persuading), dan menyegarkan informasi yang telah
diterima khalayak (remin-ding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan
sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment).
Menurut Kotler (2000) yang dikutip dari (Reza Arief Wardhana, 2012) ada
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur promosi, yaitu :
1. Memberikan potongan harga ( X3-1 )
Merupakan pengurangan harga produk dari harga normal dalam
periode tertentu.
2. Pemasaran langsung ( X3-2)
Merupakan metode penjualan di mana pengiklan / pemasar
mendekati pelanggan potensial secara langsung dengan produk
atau jasa yang ditawarkan.
3. Memberikan brosur dari produk ( X3-3 )
Memberikan brosur yang berisi harga-harga dari produk yang
2.2.5 Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli
Menurut Kotler dan Keller (2009:258), mendefinisikan Citra Merek adalah
sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang
dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan Menurut J. Paul Peter dan
Jerry C. Olson yang dikutip dari ( Heri Haerudin, 2010), mendefinisikan citra
merek adalah terdiri dari dari pengetahuan dan kepercayaan terhadap ciri merek,
konsekuensi penggunan merek, dan pemanfaatannya tepat, disamping evaluasi,
perasaan dan emosi sehubungan dengan suatu merek. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Reza Arief Wardhana (2012) menunjukan bahwa semakin baik
citra merek akan mempengaruhi minat beli konsumen. Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Ikanita Novirina Sulistyari (2012) menyatahkan bahwa citra merek
mempengaruhi minat beli konsumen. Kaitan antara citra merek dengan minat beli
dikemukakan Gaeff (1996) yang menyatahkan bahwa perkembangan pasar yang
demikian pesat mendorong konsumen untuk lebih memperhatikan citra merek
dibandingkan karakteristik suatu produk dalam melakukan pembelian. Hal ini
berdasarkan pertimbangan atau penyeleksian dengan membandingkan perbedaan
yang terdapat pada beberapa merek, sehingga yang penawarannya sesuai dengan
kebutuhan konsumen akan terpilih.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan bahwa apabila suatu merek
mempunyai citra yang baik dimata konsumen maka akan meningkatkan minat beli
27
2.2.6 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Minat Beli
Menurut Kotler dan Keller (2009:143) Kualiatas Produk adalah totalitas
fitur dan karekteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatahkan atau tersirat. Sedangkan menurut
mantan pemimpin GE, John F. Welch Jr. Kualitas Produk adalah jaminan terbaik
kami atas loyalitas pelanggan, pertahanan terkuat kami menghadapi persaingan
luar negeri, dan satu-satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan
pengahasilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ndaru Kusuma Dewa (2009)
menunjukan bahwa kualitas produk merupakan antencedent yang berpengaruh
terhadap minat beli. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ikanita Novirina
Sulistyari (2012) menyatahkan semakin baik kualitas suatu produk maka
konsumen akan semakin berminat terhadap produk tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kualitas suatu produk, maka akan semakin tinggi pula minat beli produk tersebut.
2.2.7 Pengaruh Promosi terhadap Minat Beli
Fandy Tjiptono (2008:219) promosi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk,
dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahan yang
Promosi menurut Rahmadi dalam ( Ndaru kusuma Dewa, 2009 ) adalah
salah satu dari empat unsur utama dari bauran pemasaran ( marketing mix),
dengan sarana promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, dan publisitas. Pada
hakekatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh NdaruKusuma Dewa( 2009) menyatahkan semakin tinggi
promosi yang dilakukan maka akan semakin tinggi minat beli produk tersebut.
Sedangkan dari hasil penelitian lain yang dilakukan Reza Arief Wardhana (2012)
menyatahkan semakin tinggi intensitas promosi perusahaan semakin besar pula
minat beli dari konsumen. Jadi promosi adalah salah satu unsur dari bauran
pemasaran yang memberikan informasi yang bersifat persuasif untuk menciptakan
permintaan dan kemudian terjadi pertukaran dalam pemasaran.
Berdasarkan hasil uraian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
promosi, maka akan semakin tinggi minat beli produk tersebut.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan telaah pustaka diatas terhadap variabel-variabel yang dibahas
dalam penelitian ini mengenai pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan
Promosi terhadap Minat Beli Mobil Toyota Yaris. Maka dapat ditampilkan
29
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Citra Merek mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan Minat
Beli mobil City CarToyota Yaris (Studi Pada Auto 2000 Ahmad Yani
Surabaya)
2. Kualitas Poduk mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
Minat Beli mobil City CarToyota Yaris (Studi Pada Auto 2000 Ahmad
Yani Surabaya)
3. Promosi mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan Minat beli
mobil City CarToyota Yaris (Studi Pada Auto 2000 Ahmad Yani
3.1 Definisi Operational dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Variabel Dependen ( Variabel Terikat )
1. Minat Beli ( Y )
Minat beli konsumen adalah seberapa besarkemungkinan konsumen
membeli suatu merek atau seberapa besarkemungkinan konsumen membeli suatu
merek atau seberapa besarkemungkinan konsumen berpindah dari satu merek ke
merek lainnya. Menurut Kotler dalam Ferdinand ( 2002, p. 129 ), minat beli dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Minat Transaksional ( Y1-1 )
Yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
2. Minat Refrensial ( Y1-2 )
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada
orang lain.
3. Minat Preferensial ( Y1-3 )
Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti
31
4. Minat Eksploratif ( Y1-4 )
Yaitu minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari
informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
3.1.2 Variabel Independen ( Variabel Bebas )
1. Citra Merek ( X1 )
Citra merek adalah identitas dari merek salah satunya ditunjukan dari
brand atau merek produk tersebut yang akan menciptakan sebuah citra merek dari
produk. Citra merek (brand image) memiliki tiga komponen indikator menurut
Mohammad Tambrin (2010:61-62) yang dikutip dari ( Delinda Rahmawati,2013 ),
antara lain :
1. Citra Produk / Product Image ( X1-1 )
Citra produk merupakan gambaran mengenai kualitas produk yang dijual
di pasaran.
2. Citra Pemakai / User Image ( X1-2 )
Citra pemakai merupakan citra dari pemakai bila memakai produk Mobil
Toyota.
3. Citra Perusahaan / Coorporate Image ( X1-3 )
Citra perusahaan menjelaskan tentang reputasi yang dimilki oleh
2. Kualitas Produk ( X2 )
kualitas produk adalah mencerminkan kemampuan produk untuk
menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan, atau kemajuan,
kekuatan, kemudahan dalam pengemasan, dan reparasi produkdan ciri-ciri lainnya
(kotler dan Amstrong). Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra
(2005:130-131) ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas
suatu produk, yaitu :
1. Kinerja / performance ( X2-1 )
Yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli
barang tersebut.
2. Keragaman produk / features (X2-2)
Adalah aspek informasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3. Daya tahan atau ketahanan / durability ( X2-3 )
Suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai
33
3. Promosi ( X3 )
Promosi menurut Rahmadi ( dalam Ndaru kusuma Dewa, 2009 ) adalah
salah satu dari empat unsur utama dari bauran pemasaran ( marketing mix),
dengan sarana promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, dan publisitas.
Menurut Kotler (2000) yang dikutip dari (Reza Arief Wardhana, 2012) ada
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur promosi, yaitu :
1. Memberikan potongan harga ( X3-1 )
Merupakan pengurangan harga produk dari harga normal dalam periode
tertentu.
2. Pemasaran langsung ( X3-2)
Merupakan metode penjualan di mana pengiklan / pemasar mendekati
pelanggan potensial secara langsung dengan produk atau jasa yang
ditawarkan.
3. Memberikan brosur dari produk ( X3-3 )
Memberikan brosur yang berisi harga-harga dari produk yang dijual.
3.1.3 pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dengan teknik
pengukuran menggunakan semantic scale. Menurut Ferdinand (2006:261)
Analisis ini akan menghasilkan respons terhadap sebuah stimuli yang disajikan
dalam bentuk kategori semantik, yang menyatakan sebuah tingkatan sifat atau
STS TS N S SS
v Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju N = Netral
SS = Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor
yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada kotak yang tersedia
disebelahnya, dimana nilai 1 menunjukan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi.
Jawaban dengan nilai antara 1-2 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 4-5 berarti
cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,
hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
35
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para pengunjung Auto
2000 Ahmad Yani Surabaya. Karena pertimbangan populasi yang terlalu banyak,
serta keterbatasan biaya dan waktu, maka penelitian ini dilakukan secara
sampling.
3.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampling para pengunjung Auto 2000
Ahmad Yani Surabaya. Penggunaan jumlah sampel dalam penelitian ini
hendaknya dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Menurut Ferdinand
(2006:223) sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota
populasi. Bila ukuran sampel terlalu besar maka metode menjadi sangat sensitive
sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang baik.
Pedoman pengukuran sampel menurut Ghozali (2008:19) :
1. Sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif
(catatan skala untuk konstruk desain dengan refleksif indikator dapat
diabaikan).
2. Sepuluh kali dari jumlah terbesar structural pathyang diarahkan pada
konstruk tertentu dalam model struktural.
Dalam penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah
Non-Probability Samples karena tidak mengetahui besarnya populasi, yang
menggunakan metode purposive sampling sebesar 60 responden ( yang berasal
dari indikator formatif yang berjumlah 6, kemudian dijumlah 6 x 10 = 60 ) dan
3.3 J enis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Adapun penjelasan dari data primer dan sekunder adalah :
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber objek penelitian. Sumber data
primer adalah kuesioner dan wawancara kepada responden tentang
pengaruh citra merek, kualitas produk, dan promosi terhadap minat beli
dari konsumen.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media cetak seperti
buku, catalog perusahaan, dan keterangan lain yang berhubungan dengan
pokok penelitian, seperti gambaran umum perusahaan serta jumlah
penjualan. Sumber data sekunder adalah studi pustaka yang berhubungan
dengan citra merek, kualitas produk, dan promosi terhadap minat beli
konsumen.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah suatu metode dalam pengumpulan data-data primer
dengan cara mencari keterangan-keterangan kepada sasaran penelitian,
37
b. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada
responden atau konsumen. Pengukuran variabel penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan kuesioner secara personal (personality
quesitionnaires). Data dikumpulkan dengan peneliti mewawancarai
responden untuk mendapatkan data tentang citra merek, kualitas produk,
promosi, dan minat beli.
3.5 Teknik Analisis Data
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah model persamaan struktural (Struktural Equation Modeling/ SEM) berbasis
varian atau komponen yaitu PLS (Partial Least Square) untuk memverifikasi
hubungan antara variabel. Alasan menggunakan model SEM berbasiskan
komponen atau vaarian (PLS) adalah sebagai berikut:
1. PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel
laten, bahkan dengan PLS dapat menggunakan model persamaan
struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan
prediksi.
2. PLS merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak
3. Penggunaan data dengan PLS, tidak harus berdistribusi normal
multivariate (indikator dengan skala katagori samapai ratio dapat
digunakan pada model yang sama).
4. Penggunaan sampel pada PLS, tidaklah harus besar melainkan bisa
minimal 30 sampel.
5. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan
indikator refleksif dan indikator formatif.
6. PLS jauh lebih efisien perhitungan algoritma, sehingga mampu
mengestimasi model yang besar dan komplek dengan ratusan variabel
laten dan ribuan indikator.
Sedangkan alasan – alasan menggunakan SmartPLS versi 2.0 sebagai
tools dari SEM berbasiskan kompenen atau varian (PLS) menurut Ghozali (2008)
adalah sebagai berikut:
1. Kemudahan dalam menginstal program.
2. Tampilan model editor dapat disusun secara rapi, dimana dapat digunakan
untuk menciptakan, merubah, dan menghitung model.
3. Kemudahan dalam bekerja lebih dari satu model pada sesi yang sama.
4. Tampilan output lebih tersusun rapi dalam sintaks html.
Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan
39
1) Model Spesifikasi dengan PLS
Menurut Ghozali (2008:22), model analisis jalur semua variable laten
dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1) inner model yang
menspesifikasi hubungan antar variabel laten (struktural model), (2) outer model
yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator atau variabel
menives-nya (meansurement model), dan (3) weight relation dimana nilai kasus
dari variabel laten dapat diestimasi. Penjelasan dari masing – masing hubungan
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Inner Model
Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural
model).Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten
berdasarkan padasubtantive theory. Model persamaannya = 0+ +Γ + .
PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten
sering disebut casual chain system dari variabel laten dapat
dispesifikasikan sebagai berikut = ∑i +∑iγjbiξb+
B. Outer Model
Outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan
variabel indikatornya (measurement model). Outer model mendefinisikan
bagaimana setiapblok indikator berhubungan dengan variabel latennya.
=Λ + . Sedangkan Blok dengan indikator formatif dapat ditulis
persamaan = Πξx+δξ dan =Πηy+δη
C. Weight Relation
Weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat
diestimasi. Inner model dan outer model memberikan spesifikasi yang
diikuti dalam algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten
diestimasi dalam PLS yaitu = ∑i dan =
2) Evaluasi Model
PLS tidak mengasumsikan distribusi tertentu untuk estimasi parameter,
maka teknik parametik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan
(Chin, 1998). Evaluasi model PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang
mempunyai sifat non parametik. Model pengukuran atau outer model dengan
indikator reflektif dievaluasi dengan validitas konvergen dan validitas diskriminan
dari indikatornya dan composive reliability atau blok indikator.
Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase
variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-square untuk konstruk laten
dependen dengan menggunakan ukuran stone-Geisser Q Square test (Stone, 1974:
Geisser, 1975) dalam Ghozali (2008: 24-25) dan juga melihat besarnya koefisien
jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji
41
3) Model Pengukuran dengan Outer Model
Validitas konver gen dari model pengukuran dengan refleksif
indikator dinilai berdasarkan korelasi antar skor item atau skor komponen dengan
skor konstruk yang dihitung dari PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi
jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin diukur.
Validitas diskr iminan dari model pengukuran dengan refleksif
indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika
korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada ukuran konstruk
lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran
pada blok mereka lebih baik dari pada ukuran pada blok lainnya.
Metode lain untuk menilai validitas diskriminan adalah membandingkan
nilai akar average extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk
dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih
besar dari pada nilai korelasi antara konstruk dengan konstrukm lainnya dalam
model, maka dikatakan memiliki nilai validitas diskriminan yang baik (Fornel dan
Larcker, 1981) dalam Ghozali (2008). Direkomendasikan bahwa nilai AVE > 0,5.
Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk
dapat dievaluasi dengan dua macam pengukuran, yaitu internal consistency yang
dikembangkan oleh Werts, Lim dan Jokerskog (1974) dan Cronbach Alpha
dengan menggunakan output yang dihasilkan PLS, maka composite reliability
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(∑λ i)2 + ∑i var (ɛi)
4) Model Pengukuran dengan Inner Model
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk dependen, Stone-Qeisser Q-square test untuk predictive relevance dan
uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai
model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten
dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai
R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variable laten independen
tertentu terhadap variabel dependen apakah memilikipengaruh yang substantive.
Pengaruh besarnya f2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
f2 = R2included - R2exclude
1 – R 2include
Dimana R2 included dan R2 excluded adalah R-square dari variabel laten
dependen ketika prediktor variabel laten digunakan atau dikeluarkan di dalam
persamaan struktural. Nilai f2 sama dengan 0,02; 0,15 dan 0,35 dapat diartikan
bahwa rediktor variabel laten memiliki pengaruh kecil; menengah; dan besar pada
tingkat struktural. Disamping melihat R-square, model PLS juga dievaluasi
dengan melihat Q-square predictive relevan untuk model konstruk. Q-square
43
estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukkan bahwa
4.1 Deskriptif Objek Penelitian
4.1.1 Profil Toyota Yaris
Toyota Motor Corporation ( TMC ) adalah sebuah pabrikan
mobil yang berasal dari Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi.
Didirikan olehSakichi Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di
Shizuoka, Jepang.Saat ini, Toyota merupakan pabrikan penghasil
mobil terbesar di dunia.Toyota Motor Corporation didirikan pada
September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda.
Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27
Agustus1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti
saat ini.
Toyota Yaris atau Toyota Vitz adalah mobil hatchback kecil yang
diproduksi olehToyota Motor Corporation.Yaris dipasarkan secara
resmi di Indonesia dalam bentuk impor utuh (CBU) dari Thailand
mulai tahun 2006 dengan model E dengan transmisi manual dan
automatic, serta S dan S Limited yang hanya tersedia dengan transmisi
automatic. Versi S memiliki body kit and lampu kabut, dan Push
button start / stop hanya untuk model S Limited. Semua model
45
Toyota Motor Corporation sendiri memiliki dealer – dealer resmi
di seluruh kota – kota besar di Indonesia, salah satunya adalah di
Surabaya yaitu Auto 2000.
4.2 Deskriptif Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Dari 60 responden yang menjawab kuesioner dapat diketahui jenis
kelamin dari responden, yaitu pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasar kan jenis kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH PROSENTASE ( % )
1 LAKI - LAKI 47 78,3%
2 PEREMPUAN 13 21,70%
TOTAL 60 100,00%
Sumber : Data Kuesioner diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peminat Toyota Yaris lebih
didominasi oleh laki – laki sebesar 78,3 % dan sisanya 21,7 % berjenis
b. Usia
Dari 60 responden yang menjawab kuesioner dapat diketahui usia dari
responden, yaitu pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasar kan usia
NO USIA JUMLAH PROSENTASE ( % )
Sumber : Data kuesioner diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peminat Toyota Yaris mayoritas
responden sebesar 46,7 % berusia 17-21 tahun, 43,3% berusia 22-26
tahun, 8,3 % berusia 27-31 tahun dan 1,7 % berusia≥ 32 .
c. Pendidikan Terakhir
Dari 60 responden yang menjawab kuesioner dapat diketahui pendidikan
terakhir dari responden, yaitu pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasar kan pendidikan terakhir
NO PENDIDIKAN TERAKHIR JUMLAH PROSENTASE ( % )
1 SMP 3 5%
2 SMA 38 63,30%
3 S1 19 31,70%
TOTAL 60 100,00%
Sumber : Data kuesioner diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peminat Toyota Yaris lebih
didominasi oleh responden yang berpendidikan SMA sebesar 63,3 % ,
47
4.2.2 Deskriptif Variabel Citra Merek ( X1 )
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para
responden yang berjumlah 60 orang mengenai jawaban responden
tentang Citra Merek adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Fr ekuensi Hasil J awaban Responden untuk Citra Merek
NO INDIKATOR SKOR J AWABAN TOTAL
pada tabel di atas menunjukkan respon terbanyak pada skor 4 yaitu 55 % ,
kemudian terbanyak kedua pada skor 3 yaitu 23,3 % dan sisanya pada skor
5 sebesar 21,7 %, itu artinya Citra Produk Toyota Yaris sudah diketahui
oleh konsumen, sehingga bisa meningkatkan Minat Beli Konsumen
Toyota Yaris.
2. Indikator kedua dari Citra Merek adalah Citra Pemakai yang terdapat pada
tabel di atas menunjukan respon terbanyak pada skor 4 yaitu 76,7 % ,
kemudian terbanyak kedua pada skor 5 yaitu 16,7 % dan sisanya pada skor
oleh konsumen, sehingga bisa meningkatkan Minat Beli Konsumen
Toyota Yaris.
3. Indikator ketiga dari Citra Merek adalah Citra Perusahaan yang terdapat
pada tabel diatas menunjukan respon terbanyak pada skor 4 yaitu 50 % ,
kemudian terbanyak kedua pada skor 5 yaitu 36,7 % dan sisanya pada skor
3 sebesar 13,3 %, itu artinya Citra Perusahaan Toyota Yaris sudah
diketahui oleh konsumen, sehingga bisa meningkatkan Minat Beli
konsumen Toyota Yaris.
4.2.3 Deskriptif Variabel Kualitas Produk ( X2 )
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para
responden yang berjumlah 60 orang mengenai jawaban responden
tentang Kualitas Produk adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Frekuensi Hasil J awaban Responden untuk Kulitas