• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” GROUP BAND SEVENTEEN (Studi semiologi roland barthes terhadap lirik lagu “Ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” GROUP BAND SEVENTEEN (Studi semiologi roland barthes terhadap lirik lagu “Ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH”

GROUP BAND SEVENTEEN

(Studi semiologi roland bar thes ter hadap lir ik lagu “Ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD IRWAN

NPM . 0643010196

YAYASAN KESEJ AHTERAHAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA

TIMUR

FAKULTAS I LMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI I LMU KOMUNIK ASI

(2)

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” GROUP BAND SEVENTEEN ( Studi semiologi Roland Bar thes ter hadap lir ik lagu “ ayah “

oleh kelompok musik Seventeen Band ) Oleh :

MUHAMMAD IRWAN NPM : 0643010196

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh tim penguji skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan

Nasional “ Veteran “ J awa Timur Pada tanggal :

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Dr a. Diana Amalia. M.Si Dr a. Dyva Clar eta. M.Si

NIP : 19630907 199103 2001 NPT : 366019400251

2. Seker tar is

Dr a. Diana Amalia. M.Si NIP : 19630907 199103 2001

3. Anggota

Yuli Candr asar i, S.sos, M.Si NPT :371079400271

Mengetahui, DEKAN

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ……….. .i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI………..ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI KATA PENGANTAR ………...iii

ABST RAK ………iv

BAB I PENDAHULUAN ………..1

1.1. Latar Belakang Masalah ………...1

1.2. Rumusan Masalah ………..12

1.3.Tujuan penelitiaN ………12

1.4.Manfaat Penelitian ………12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ………13

2.1 Self-Efficacy ………13

2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy ………...13

2.1.2 Manfaat Self Efficacy ………...14

2.1.3 Pengukuran Self Efficacy ……….16

2.1.4 Strategi untuk Meningkatkan Self Efficacy ………..17

2.2 Lirik Lagu ………...19

2.3 Teori Dan Konsep Gender………21

(4)

2.3.2 Konsep Gender……….23

2.4 Laki – laki Sebagai Kepala Keluarga……….26

2.5 Definisi Keluarga………...29

2.6 Arti Ayah………..30

2.7 Definisi Peran Ayah………...33

2.8 Semiotika dan Semiologi dalam Ilmu Komunikasi……….………....34

2.8.1 Semiologi Menurut Roland Barthes………...36

2.9 Kode Pembacaan………45

2.9.1 Kerangka Berfikir………..46

BAB III : METODE PENELITIAN……….49

3.1 Metode penelitian………. 49

3.1.1 Jenis Penelitian...50

3.2 Kerangka konseptual……….52

3.2.1 Unit Analisis………..52

3.2.2 Korpus Penelitian………...52

3.3 Teknik Pengumpulan Data………...54

(5)

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...………..56

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian………..56

4.1.1 Biografi Seventeen Band……….………56

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data……….………...58

4.2.1 Penyajian Data……….………58

4.2.2 Analisis Data………59

4.3 Pemaknaan Keseluruhan lirik lagu “Ayah”………74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………....76

5.1. Kesimpulan………..76

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMAKNAAN LIRIK LAGU ‘AYAH’ GROUP BAND SEVENTEEN” (Studi semiologi Roland Barthes terhadap lirik lagu Ayah oleh kelompok musik Seventeen Band) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari terselesaikan skripsi ini juga tak lepas dari Drs. Diana Amalia.M.si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta mengarahkan, memberi nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito. M.si , selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah memberikan kemudahan dan dukungan kepada penulis guna menyelesaikan syarat untuk menyelesaikan gelar sarjana pertama Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si , selaku Wakil Dekan Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang selalu membantu dan memberikan saya nasehat untuk menyelesaikan skripsi

4. Ayah dan Mama saya, yang terus dan terus mendorong saya menyelesaikan gelar sarjana pertama Ilmu Komunikasi dari masa ke masa hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Istri dan juga anak saya, yang selalu menemani dan menjadikan motivasi untuk menyelesaikan nya

6. Kakak dan adik-adik saya yang senantiasa menyemangati

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan yang terlihat. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki saat ini semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 03 September 2012

(7)

ABSTRAKSI

MUHAMMAD IRWAN , PEMAKNAAN LIRIK LAGU “ AYAH “ GROUP BAND SEVENTEEN ( studi semiologi Roland Barthes terhadap lirik lagu “ayah” oleh kelompok musik Seventeen Band)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena perjuangan seorang ayah dalam membesarkan dan bagaimana bentuk sayang terhadap anak-anaknya dan keluarganya. Yang mana dapat terlihat betapa seorang orang tua laki-laki tunggal dalam membentuk harapan anaknya serta membina dalam mencapai keberhasilan hidupnya.

Namun, pada kenyataan nya anggapan tersebut tidaklah terjadi di dalam kehidupan sekitar kita, yang dapat kita lihat adalah seorang figure ayah hanya menjadi momok yang menakutkan dank eras terhadap keluarganya. Untuk itu dalam penelitian ini menaruh perhatian pada masalah yang mempengaruhi self-efficacy dan peran fungsi seorang laki-laki sebagai kelapa rumah tangga juga sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anaknya hingga mencapai keberhasilan di hidupnya.

Metode yang digunakan adalah analisis semiologi yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Disini metode kualitatif menggunakan Roland Barthes, yang memaknai leksia-leksia yang dapat menggambarkan perjuangan kasih sayang seorang ayah terhadap keluarga dan anaknya dalam lirik lagu “ayah” oleh Seventeen Band.

Data yang terdapat dalam obyek penelitian dibagi dalam dua system pemaknaan. Dalam system linguistic data diuraikan menjadi 15 leksia (kode pembacaan) yang terdiri dari lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan oleh Roland Barthes untuk menilai suatu teks lirik lagu “ayah” sehingga mendaptkan suatu makna yang diperlukan.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia musik saat ini mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat yang tidak pernah surut, ini ditandai dengan banyaknya hasil karya yang dilahirkan dari para pencipta musik atau musisi karya seni. Bagi para penikmat musik hal ini adalah sebuah

konsumsi public yang secara psykologis merupakan kebutuhan untuk hiburan atau entertainment, bahkan biasa merupakan semangat kehidupan bagi pendengar musik

tersebut. Sedangkan bagi pencipta musik ini adalah ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif artinya harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran dan bahkan pandangan hidup ( ideology ) manusia. Meskipun akrab dengan

dunia entertainment, tidak berarti musik menutup ranah kajian fenomena-fernomenah lain.

Musik merupakan salah satu hasil budaya manusia yang menarik budaya manusia yang lain. Dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak

diberbagai bidang, seperti jika dilihat dari sisi psikologisnya music kerap menjadi sasaran pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi.

(9)

mengukuhkan komitmentnya pada penguatan hubungan kedua Negara melalui musik

sebagai pembangunan jembatan budaya, (www.kapanlagi.com tanggal 08/03/2011)

Dalam kehidupan manusia saat ini banyak terdapat fenomena komunikasi dan sosial didalamnya. Pada fenomena-fenomena tersebut terdapat berbagai macam permasalahan

yang dapat diangkat untuk menjadi sebuah penelitian. Dalam hal ini, penulis ingin meneliti sebuah permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang

tertuang melalui sebuah lirik lagu.

Melihat perkembangan-perkembangan lagu-lagu atau musik saat ini di Indonesia sungguh sangat menggembirakan. Perkembangan ini tentu sebagai akibat cukup

banyaknya para pencipta lagu yang didukung oleh kecanggihan teknologi didunia rekaman. Mereka berhasil berkreasi dalam segala kemampuannya untuk menhasilkan sebuah karya musik, dengan tujuan lagu yang diciptakan banyak dapat menjadikan

sebuah motivasi dan inspirasi oleh khalayak pendengar, selain bertujuan untuk memperkaya diri sang pencipta lagu tersebut. Musik di Indonesia sangat bermacam-macam, dari mulai Dangdut, Pop, Keroncong, dan ada pula kreasi combinasi music barat

yang sudah menjamur di khalayak masyarakat seperti, klasik, Jazz, R&B, Rock alternative, dan masih banyak lagi, tapi lagu yang banyak di gemari oleh khalayak yaitu musik aliran Dangdut dan Pop, kedua aliran atau genre musik ini menempati kedudukan yang hampir sama rata. Perkembangan musik pada saat ini sangat cepat, sampai-sampai musik asli (tradisional) telah terabaikan karena banyaknya dan tumbuh berkembangnya

(10)

Musik diartikan sebagai ungkapan yang berasal dari perasaan kemudian dituangkan

dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara, ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi atau alat musik disebut sebagai instrument ( Subagyo,2006 ; 4 ).

Musik juga dapat dikatakan sebagai sebuah medium dalam penyampaian pesan dan

merupakan suatu bahasa yang universal, karena dengan alunan bunyi nada musik merupakan ungkapan pikiran, isi hati dan perasaan manusia dalam bentuk suara. Dalam bermusik, manusia menciptakan nada-nada atau bunyi musik yang teratur sehingga

menjadi suatu lagu. Pengertian lagu sendiri menurut Ario Kartono adalah “ Bentuk karya seni musik yang merupakan ekspresi (ungkapan pikiran dan perasaan manusia) dalam bentuk rangkaian nada, bisa dalam bentuk teks maupun tanpa teks. “ (Kartono,2004 : 90).

Jadi dapat dikatakan bahwa lagu adalah proses kegiatan berkomunikasi penyampaiaan idea tau pemikiran komunikator ( dalam hal ini pencipta lagu ) kepada pendengar sebagai komunikannya.

Sebuah lagu, merupakan bagian dari seni juga sebagai suatu kebutuhan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah lagu seharusnya dinilai tidak hanya sekedar

merupakan bunyi-bunyian melaikan juga dapat bernilai arti lebih.

Sebuah lagu, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik atau instrument

dan kekuatan vocal dari penyanyidan terakhir adalah lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vocal penyanyi adalah sebagai tubuh, sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa yang merupakan penggambaran musik itu sendiri dan mempunyai peranan yang

(11)

Lirik lagu juga dapat dimasukkan sebagai genre puisi dalam karya sastra. Perluasan

makna puisi yang meliputi lirik lagu didasarkan pada pemahaman Riffatere (dalam, Pradopo, 2005 : 3) yang mengutarakan bahwa puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya. Saat ini orang lebih banyak memilih kata-kata, kemudian memadukan dengan instrument musik sehingga lebih muda untuk

dinikmati dan mempunyai pengaruh estetis selain dari pada pilihan diksi, yakni irama dan nada. Kemiripan unsur-unsur antara puisi dengan lirik lagu juga dapat menyatakan bahwa lirik lagu dapat disebut sebagai puisi. Pada puisi terdapat kadar kepadatan dan konsentrasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan prosa (Pradopo, 1995:11). Dan

pada lirik lagu juga memiliki hal yang sama yakni kadar kepadatan dan konsentrasi yang tinggi. Menurut Pradopo (1995:7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang

berirama. Dengan persamaan antara unsur-unsur puisi dan lirik lagu maka dapat dipahami bahwa lirik lagu disebut juga sebagai puisi, sebagaimana Teeuw (dalam Pradopo, 2005:5) bahwa pembaca berhak menentukan karya sastra itu puisi atau bukan berdasarkan ciri-ciri

yang diamatinya. Dengan demikian lirik lagu dapat dikaji menggunakan teori dan metode yang sama dengan puisi.

Melalui lagu dan penyanyi yang membawakan seorang pencipta berusaha

menyampaikan sebuah pesan kepada pendengarnya. Dengan lirik lagu tersebut, seorang (pencipta/ penyanyi) berusaha berinteraksi sosial dengan masyarakat yang mendengarkan lirik lagu tersebut. Dengan media lirik lagu, pencipta berusaha menciptakan kesamaan

(12)

Pesan yang terkadung dalam sebuah lagu merupakan representasi dari pikiran

ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Konsep ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan senang, sedih, atau marah, juga dapat berupa suatu pendapat dan pujian, atau bahkan sebuah kritik akan suatu hal. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu melalui lagunya ini tentu tidak akan berasal dari

luar si pencipta lagu tersebut, dalam arti kata bahwa pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya serta dari frame of reference dan field of experience. Sedangkan pola piker maupun frame of reference dan field of experience seorang itu terbentuk dari hasil

interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya.

Bila ditelusuri lebih dalam karyanya, dapat dilihat pandangan hidup dan pola pikir

si pencipta lagu. Proses penciptaan lirik lagu dapat terjadi berdasarkan pengalaman si pencipta dengan dunia disekitarnya. Dapat pula dari hasil perenungan si pencipta terhadap suatu gejala yang dilihat atau yang dirasakan. Hasil perenungan kemudian di komunikasikan/disampaikan kepada orang lain dengan cara menuangkannya ke dalam bentuk system tanda komunikasi yang merupakan teks berupa lirik lagu, Yang

merupakan sebuah pesan komunikasi. Dengan mengamati hasil karya lirik lagu, juga dapat diketahui bagaimana pencipta lagu memandang dan mengungkapkan gejala yang ada di masyarakat. Dalam pengungkapan tersebut tentunya dengan gaya, cara dan sudut

pandang dari si pencipta lagu yang bersangkutan

Lirik lagu biasanya dibawakan oleh penyanyi yang kemudian menjadi public figure dan disebarkan melalui media massa sehingga khalayak dengan cepat mengenali lagu

(13)

konatif, dan kognitif pendengarnya. Karena lirik lagu dapat mempengaruhi sikap dan

prilaku pendengarnya. Sikap dengan kebiasaan dan kemauan bertindak, sedangkan sikap konatif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia.

( Rahmad, 2001 : 37 ).

Ketika sebuah lirik lagu mulai diarasement dan diperdengarkan untuk khalayak, lirik lagu mempunyai sebuah tanggung jawab yang besar terhadap apa yang sudah diberikan kepada khalayak. Sebuah lirik lagu yang notabenya kata-kata didalamnya

menggunakan media musik untuk menyampaikan kepada public. Jadi bisa dikatakan bahwasanya sebuah lirik lagu juga merupakan karya sastra yang diwujudkan dalam

media karya seni.

Peneliti dalam hal ini meneliti, memaknai secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu. Setiap orang mempunyai pemikiran dan

pendapat sendiri ketika memaknai sebuah lirik lagu, hal ini berkaitan dengan pengalaman, latar belakang dan tingkat kepekaan individu.

Diantara lagu yang diciptakan oleh seorang pencipta lagu, tak banyak

lagu-lagu yang liriknya bercerita tentang sosok ayah. Diantara lagu-lagu yang mengambil objek ayah dalam liriknya terdapat beberapa lagu yang menggambarkan bagaimana seorang ayah berperan dalam keluarga maupun peran ayah bagi perkembangan dan pendidikan

anaknya serta bagaimana beratnya perjuangan seorang ayah dapat mengatur dan juga mengendalikan keluarganya dalam mencapai cita-citanya yang diharapkan oleh anak-anaknya serta sosok pendampingnya. Selain itu juga peneliti melihat ada pula lirik lagu

(14)

fungsi ganda yaitu sebagai tempat pencurahan hati bagi anak-anaknya dan sekaligus

sebagai pendidik mental moral serta memberikan kasih sayang terhadap anaknya.

Salah satu pencipta lagu atau kelompok musik band yang sangat dikenali oleh masyarakat dan banyak sekali lirik-lirik dalam lagunya yang mempunyai makna

tersembunyi adalah grup band Seventeen. Seperti sudah diketahui oleh khalayak bahwa kelompok musik Seventeen band merupakan salah satu kelompok musik band yang lagu-lagunya banyak bertemakan tentang cinta. Selain lagu-lagu bertemakan tentang cinta,

terdapat pula lagu yang diciptakan oleh grup seventeen band yang mengambil tema lagu tentang sosok seorang ayah yaitu lagu berjudul “Ayah” dalam album Lelaki Hebat. Dengan lagu inilah kelompok musik band Seventeen membuat lagu Ayah agar khalayak

bisa meresapi makna dalam lagu tersebut. Album Lelaki Hebat sudah berkembang di public, dan banyak digemari oleh khalayak ( terbitan majalah http://www.detik.com ).

Lirik lagu Ayah dalam album Lelaki Hebat ini memang cukup sederhana, namun demikian lirik dalam lagu Ayah memiliki sebuah arti kandungan makna yang tersebunyi, sehingga khalayak kurang dapat memahami makna yang sebenarnya dalam lirik lagu

tersebut, karena sedikit menggunakan kata-kata yang mengandung kata kiasan atau makna yang bukan sebenarnya. Lirik lagu Ayah mempunyai makna tersebunyi dan cukup mendalam maknanya, sehingga tidak mudah dipersepsikan oleh khalayak, makna sesungguhnya dari lirik lagu tersebut. Dalam album Lelaki Hebat, diantara beberapa lagu ada satu lagu yang intinya menceritakan tentang sebuah peran penting Ayah terhadap

(15)

tersebut mencapai cita-citanya. Harapan seorang Ayah hanyalah supaya anaknya tidak

melupakan kasih sayangnya dan pengorbanan yang sudah dijalani sang Ayah demi keluarganya yang sangat dicintai.

Lagu yang bertema Ayah ini pun begitu membuat terkemas dalam musik minimalis.

Balutan string dan orchestra yang kental dengan nuansa piano dengan musisi andi rianto. Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai

sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan

prasangka tertentu. Menurut pendapat Soerjono Soekamto, suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan tentang adanya suatu hubungan sesama jenis juga disebut homoseksual. Yang dalam budaya timur hubungan ini masih dianggap tabu oleh masyarakatnya. Tetapi mau tidak mau kaum homoseksual memang telah hadir

ditengah-tengah masyarakat yang tidak segan menunjukkan identitas mereka

Ayah memiliki citra keperkasaan, tapi jauh dari anak-anak dan seakan melepas tanggung jawab untuk membina kehidupan anak secara langsung. Para ahli kini merasa relevan untuk mengkaji secara komprehensif mengenai peranan seorang ayah. Sebagai misal, menurut Demo dan Ambert (1995), berkurangnya waktu untuk berinteraksi dengan anak remajanya, mengakibatkan hubungan yang kurang harmonis antara ayah dan

(16)

lebih sebagai pencari nafkah, pengambil keputusan, penanaman disiplin, dan mengontrol

perilaku anak. Peran sedemikian rupa mengakibatkan ayah, kurang memperhatikan perihal pengasuhan anak lazimnya pengasuhan anak lebih dominan pada ibu. Karena bagi ayah tugasnya hanya menyediakan kebutuhan ekonomi bagi keluarga dan tidak berperan langsung dalam pengasuhan anak. Dengan peranan tersebut, ayah memiliki jarak yang

terasa jauh dengan anak, karena ia jarang mengalami kegiatan langsung yang berhubungan dengan pengasuhan anak (Lamb, 2010). Kemampuan orang tua tunggal dipengaruhi oleh self-efficacy yang dimiliki oleh individu. Dalam kajian atau ranah psikologi banyak hal yang dapat ditelusuri mengenai pencapaian kemandirian dan tugas

seorang ayah selaku orangtua tunggal. Salah satunya adalah self-efficacy, self-efficacy

merupakan suatu keyakinan individu pada kemampuan yang dimilikinya untuk secara efektif melakukan kontrol terhadap keadaan, kondisi spesifik baik dalam menjalankan

atau menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan dalam kehidupannya, tanpa memperhatikan hasil yang akan diperolehnya (Bandura, 1997).

Self-efficacy memberikan kontribusi terhadap pemilihan tugas tertentu. Individu

yang memiliki self-efficacy rendah akan menjauhi tugas-tugas yang membutuhkan upaya ekstra dan cenderung menyerah ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya, individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan lebih mudah menghadapi permasalahan serta dalam mengahadapi tugas yang sulit dan tidak menyenangkan baginya apabila dihadapkan pada

(17)

Blanchard dan Biller (dalam Dagun, 2002) membandingkan empat kelompok anak berdasarkan kemampuan akademiknya. Data diambil dari hasil ujian yang diberikan guru mereka di sekolah. Kelompok pertama, anak-anak yang ditinggalkan ayah mereka sebelum usia lima tahun. Kelompok kedua, yang ditinggalkan ayah mereka setelah lima tahun. Kelompok ketiga anak-anak yang tidak dekat dengan ayah mereka, bertemu

kurang dari enam jam perminggu, serta kelompok keempat dimana ayah terlibat penuh dalam pengasuhan. Hasil dari penelitian itu menyatakan kelompok pertama memperlihatkan kemampuan akademiknya menurun dibandingkan dengan anak yang ayahnya terlibat penuh dalam proses pembinaan perkembangan anak. Selain beberapa hal

diatas, keterkaitan peneliti tentang lirik lagu ini adalah peneliti tertari menguak makna lagu ini, disebabkan lagu tersebut salah satu lagu yang mendorong diri seseorang untuk lebih mencurahkan kasih sayang kepada seorang Ayah, lebih mengertikan bagaimana

pengorbanan besar yang diberikan oleh Ayah untuk keluarganya , atau untuk menjadikan anak-anaknya menghormati ibunya, menjadikan anaknya seperti akan cita-citanya.

Oleh karena itu untuk mengertikan dan memahami lirik-lirik lagu tersebut secara

utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung dalam makna lirik lagu tersebut, serta untuk dapat mempresentasikan sosok Ayah dalam lagu tersebut, penulis tertarik mempresentasikannya karena dalam lirik lagu terasebut terdapat

makna-makna tersembunyi yang harus dikupas untuk bisa khalayak memahami bagaimana setiap bentuk rasa sayang dalam pengorbanan seorang Ayah untuk keluarganya, maka perlu

(18)

Peneliti juga menyimpulkan walaupun ayah itu hidup bersama anak, namun jika

kurang terlibat dalam pembinaan anak, maka kehadirannya hampir tidak banyak dampaknya. Bahkan nasib anaknya sama dengan anak yang ditinggalkan ayahnya. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui self- efficacy dalam pengorbanan cinta ayah yang menjadi orangtua tunggal dalam pengasuhan anak. Peneliti

merancang penelitian tentang “ PEMAKNAAN LIRIK LAGU “AYAH” KELOMPOK MUSIK SEVENTEEN BAND.” (Studi Semiologi Roland Barthes terhadap lirik lagu Ayah oleh kelompok musik Seventeen Band) Yang menitik beratkan Terhadap lagu “ Ayah “ yang dibawakan oleh kelompok musik Seventeen band, sehingga penelitian ini

berupaya lebih menitikberatkan pada ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anak dalam lagu “ Ayah “ pada album Lelaki Hebat “ oleh Seventeen

band.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan semiologi Roland Barthes. Metode Roland Barthes menekankan pada interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunaannya, interaksi anatara konvensi dalam teks dengan

konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification” mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal), hingga

menghasilkan suatu interpretasi mengenai bagaimana nasionalisme kebangsaan diinterpretasikan dalam lirik lagu “Indonesiaku”.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian tertarik untuk melakukan sebuah

(19)

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian tertarik untuk melakukan sebuah

studi semiologi untuk mengetahui makna dalam lirik lagu “Ayah” yang dibawakan kelompok seventeen band.

1. 2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka atas yang terjadi dalam permasalahan penelitian ini adalah : “ Bagaimana bentuk pemaknaan atas pengorbanan kasih sayang sekaligus peran penting figur Ayah terhadap anak-anak nya “ dalam lagu ‘ Ayah ’ yang dipopulerkan oleh kelompok musik Seventeen Band pada album Lelaki

Hebat.

1. 3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui makna lirik lagu “Ayah” juga

sekaligus memberikan gambaran tentang pengorbanan dan peran seorang ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anak.

1.4 Ma nfaat Penelitian

Teoritis : Bagi dunia pengetahuan, diharapkan mampu memberikan sumbangan ke ilmuan dalam disiplin ilmu psikologi tentang pengorbanan rasa sayang sekaligus betapa

(20)

Praktis : Bagi orangtua tunggal ayah: Semakin maraknya tren orangtua tunggal di

(21)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Self Efficacy

Penger tian Self Efficacy

Menurut Bandura self Efficacy adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa ia

dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif (Santrock, 2001). Sedangkan menurut Wilhite (1990) dalam tesis yang berjudul Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program

Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, self efficacy adalah suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Dale Schunk self efficacy mempengaruhi siswa dalam memilih kegiatannya. Siswa dengan self efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang

menantang, sedangkan siswa dengan self efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

2.1.1 Faktor -faktor yang Mempengar uhi Self Efficacy

Menurut Bandura (1997) dalam Tesis yang berjudul Goal Orientantion, Self

Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, ada beberapa faktor yang

(22)

a. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)

Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self efficacy yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan self efficacynya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self efficacy. Akan tetapi,

jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan self efficacynya.

b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)

Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self efficacy tersebut didapat melalui social models

yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. Namun self efficacy yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki

kemiripan atau berbeda dengan model.

c. Persuasi Sosial (Social Persuation)

Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu

(23)

d. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states)

Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak

merasakan adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Self efficacy biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan sebaliknya self efficacy yang

rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula.

2.1.2 Manfaa t Self Efficacy

Sebagaimana dikatakan dalam penelitian tesis yang berjudul Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program

Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, bahwa ada beberapa fungsi dari self efficacy yaitu :

a. Pilihan per ilaku

Dengan adanya self efficacy yang dimiliki, individu akan menetapkan tindakan

apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya.

b. Pilihan kar ir

Self efficacy merupakan mediator yang cukup berpengaruh terhadap pemilihan karir seseorang. Bila seseorang merasa mampu melaksanakan tugas-tugas dalam karir

(24)

c. Kuantitas usaha dan keinginan untuk ber tahan pada suatu tugas

Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi biasanya akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai self efficacy yang rendah akan terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah

menyerah bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas.

d. Kualitas usaha

Penggunaan strategi dalam memproses suatu tugas secara lebih mendalam dan keterlibatan kognitif dalam belajar memiliki hubungan yang erat dengan self efficacy

yang tinggi. Suatu penelitian dari Pintrich dan De Groot menemukan bahwa siswa yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan memperlihatkan penggunaan kognitif dan strategi belajar yang lebih bervariasi. Sebuah penelitian telah menemukan bahwa ada

hubungan yang erat antara self efficacy dan orientasi sasaran (goal orientasi). Self efficacy dan achievement siswa meningkat saat mereka menetapkan tujuan yang spesifik, untuk jangka pendek, dan menantang. Meminta siswa untuk menetapkan tujuan jangka

panjang adalah hal yang baik seperti: “Saya ingin malanjutkan ke perguruan tinggi”, tetapi akan sangat lebih baik kalau mereka juga membuat tujuan jangka pendek tentang apa yang harus dilakukan seperti: “Saya harus mendapatka nilai A untuk tes matematika

(25)

2.1.3 Pengukur an Self Efficacy

Menurut Bandura (1977) sebagaimana dikatakan dalam penelitian yang berjudul Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Seorang anak dalam Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di lingkungan oleh Retno Wulansari tahun

2001, pengukuran self efficacy yang dimilki seseorang mengacu pada tiga dimensi, yaitu:

a. Magnitude, yaitu suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau tindakan yang

dapat ia lakukan

b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia

wujudkan dalam meraih performa tertentu.

c. Generality, diartikan sebagai keleluasaan dari bentuk self efficacy yang dimiliki

seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang berbeda.

2.1.4 Str ategi untuk Meningkatkan Self Efficacy

Untuk meningkatkan self efficacy seorang anak, ada beberapa strategi yang dapat

kita lakukan (Stipek, 1996) yaitu :

a. Mengajarkan sosok anak akan suatu strategi khusus sehingga dapat meningkatkan kemampuannya untuk fokus pada tugas-tugasnya. Memandu anak dalam menetapkan

(26)

b. Memberikan reward untuk performa anak

c. Mengkombinasikan strategi training dengan menekankan pada tujuan dan memberi feedback pada seorang tentang hasil pembelajarannya.

d. Memberikan support atau dukungan pada siswa. Dukungan yang positif dapat berasal dari

guru seperti pernyataan “kamu dapat melakukan ini”, orang tua dan peers.

e. Meyakinkan bahwa anak tidak terlalu aroused dan cemas karena hal itu justru akan

menurunkan self efficacy dalam diri

f. Menyediakan model yang bersifat positif seperti adult dan peer. Karakteristik tertentu dari model dapat meningkatkan self efficacy. Modelling efektif untuk meningkatkan self efficacy khususnya ketika seorang anak mengobservasi keberhasilan teman peer nya yang

sebenarnya mempunyai kemampuan yang sama dengan mereka.

2.2 Lir ik Lagu

Lirik lagu dalam music dapat menjadikan sarana atau media komunikasi untuk

mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai saranan untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap ataupun nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggug jawab

yang besar atas tesebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan prasangka tertentu (Setyaningsih,2003:7-8).

(27)

bagaimana self-efficacy juga pengaruh teori gender bahwa seorang ayah yang berperan

sebagai orang tua tunggal mengasuh anak , yang di dalam masyarakat umumnya masih dianggap tabu adanya, tetapi mau tidak mau realitas tersebut memang telah hadir ditengah-tengah kita dan tidak sengaja menitikberatkan terhadap suatu pengorbanan Ayah.

Sejalan akan pendapat Soerjono Soekamto dalam Rachmawati (2001:1) , menyatakan :

“musik berkaitan begitu erat dengan settingan sosial kemasyarakatan tempat dia berada.Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggambarkan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan sehingga dengan demikian musik tidak hanya bukti suara belaka karena yang menyangkut prilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lirik sebagai panunjangnya.”

Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan serta pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung didalam masyarakat. Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, juga pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh karena itu lirik lagu digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa. (James Jerret dikutip oleh Herwindo,2006 : 11).

Lirik merupakan bentuk ekspresi atau pesan seorang seniman (pencipta atau pengarang). Ekspresi seniman adalah kompleksitas dari maksud tertentu. (Herwindo,2006:11).

(28)

2.3 Teor i Dan Konsep Gender

2.3.1 Penger tian Teor i Gender

Dalam Women’s Studies Encyclopedia menjelaskan bahwa gender adalah suatu

konsep cultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Hillary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex And

Gender : An Introduction mengartikan gender sebagai harapan – harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for woman and men).

Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan perempuan dan juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya 2 aliran atau teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori

yang diilhami dari dua konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan teori equilibrium.

a. Teori Nurture

Menurut teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan itu membuat perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan

(29)

b. Teori Nature

Menurut teori nature adanya pembedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat, sehingga harus diterima. Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Ada

peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada yang tidak bisa karena memang berbeda secara kodrat alamiahnya.

Dalam proses perkembangannya, disadari bahwa ada beberapa kelemahan konsep nuture yang dirasakan tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat, yaitu terjadi ketidakadilan gender, maka beralih ke

teori nature. Agregat ketidak-adilan gender dalam berbagai kehidupan lebih banyak dialami oleh perempuan, namun ketidak-adilan gender ini berdampak pula terhadap

laki-laki.

c. Teori Equilibrium

Disamping kedua aliran tersebut terdapat kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak

mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebujakan dan strategi pembangunan agar dipertimbangkan kepentingan dan peran perempuan dan

(30)

tetapi lebih untuk membangun hubungan dianatara kedua elemen melengkapi satu sama

lain. Menurut R.H. Tawney menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena factor biologis, etnis, aspirasi, minat, pilihan, atau budaya pada hakikatnya adalah realita

kehidupan manusia.

Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik dikotomis, bukan pula structural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna membangun kemitraan yang harmonis, karena setiap pihak memiliki kelebihan sekaligus kelemahan

yang perlua diisi dan dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.

2.3.2 Konsep Gender

Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana

perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan tuhan dan mana yang merupakan tuntutan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan.

Perbedaan itu sangat penting, karena selama ini kita sering kali

mencampur-adukkan cirri-ciri manusia yang bersifat kodarati dan tidak berubah dengan cirri-ciri manusia yang bersifat non kodarati (gender) yang sebenarnya bisa berubah-ubah atau

diubah.

Pembedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini di anggap telah melekat pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan gender dikenal sebagai sesuatu yang tidak tetap, tidak permanen,

(31)

laki-laki yang dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam

masyarakat.

Di lain pihak, alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk

memahami realitas sosial tidak dapat menangkap realitas adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis gender sebenarnya menggenapi sekaligus mengkoreksi alat analisis sosial

yang ada yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Jadi jelaslah mengapa gender perlu dipersoalkan. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi

dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat pada cara pandang masyarakat, sehingga masyarakat sering lupa seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen

dan abadinya cirri-ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

Secara sederhana perbedaan gender telah melahirkan pembedaan peran. Sifat dan

fungsi yang berpola sebagai berikut :

a. Kontribusi biologis dari cirri primer, skunder, maskulin, feminim. b. Kontribusi sosial dari peran citra baku (stereotype)

(32)

Anggaran bahwa sikap perempuan feminim dan laki-laki maskulin bukanlah

sesuatu yang mutlak, semutlak kepemilikan manusia atas jenis kelamin biologisnya. Dengan demikian gender adalah perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk memahami konsep gender, harus dibedakan antara kata gender dengan

kata sex.

Sex adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara

fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin merupakan kodarat atau ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya permanen dan

universal.

Dalam memahami konsep gender ada beberapa hal yang perlu dipahami, antara lain

a. Ketidak-adilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari system dan struktur sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari system tersebut. Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang berupa perlakuan maupun sikap dan yang tidak langsung berupa

dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidak-adilan yang berakar dalam sejarah, adat, norma, ataupun dalam berbagai struktur yang ada dalam masyarakat.

(33)

gender berbagai kehidupan ini lebih banyak dialami oleh perempuan, namun hal itu

berdampak pula terhadap laki-laki.

b. Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Penerapan kesetaraan dan

keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan berdasarkan perhitungan secara sistematis dan tidak bersifat universal.

2.4. Laki – laki Sebagai Kepala Keluarga

Laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Kepala atas isteri dan

anak-anaknya. Ini adalah satu fakta atau kebenaran yang telah disadari, dipahami dan diterima oleh hampir semua orang, golongan, etnis, budaya dan agama. Namun, persoalannya, ada banyak dari kita yang telah memaknai dan mengimplementasikan

secara sempit arti dari laki-laki menjadi kepala atas keluarganya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Realita menunjukkan bahwa pada umumnya kita hanya memahami posisi kita sebagai kepala atas isteri dan anak-anaknya hanya dalam dua aspek saja, bahwa kita 1]

berhak sepenuhnya untuk menentukan jalan hidup keluarga kita dan 2] harus ditaati sepenuhnya oleh isteri dan anak-anak mereka tanpa banyak alasan. Akibatnya, ada banyak problema yang ditimbulkan oleh para suami dan ayah atas isteri dan anak-anak mereka, yang berujung dengan terjadinya kekerasan, kepahitan dan pemberontakan

(34)

di berbagai media informasi. Ini adalah dampak yang wajar, ketika satu fakta atau

kebenaran kita pahami secara sempit. Kita akan cenderung melakukan banyak kesalahan dalam memaknai dan mengimplementasikan fakta atau kebenaran tersebut, dan tentu saja pada akhirnya kita juga akan menimbulkan banyak problema dan perkara-perkara buruk

yang lainnya di mana kita berada.

Kembali kepada pembahasan kita, bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Ketika kita berbicara tentang kepala keluarga dan kepala rumah

tangga, tentu kita tidak sedang berbicara arti yang tersurat, tetapi makna yang tersirat di dalamnya. Itu artinya, kita tidak cuma berbicara tentang posisi dan hak seorang pria atas isteri dan anak-anaknya, tetapi lebih kepada fungsi kita di tengah-tengah keluarga kita.

Karena itu, mari kita sedikit bernostalgia dengan masa-masa kita masih duduk di bangku sekolah dulu, saat kita mengikuti pelajaran biologi yang penuh dengan kata-kata bahasa Latin. Kita tentu pernah belajar bahwa otak yang ada di dalam kepala kita merupakan pusat atau sumber dari semua gerakan tubuh kita. Otak kita inilah yang memberikan informasi kepada seluruh bagian tubuh kita apa yang harus dilakukan. Nah, apa yang

dilakukan atau dikerjakan oleh otak kita ini, merupakan gambaran dari salah satu fungsi kita sebagai laki-laki di tengah-tengah keluarga kita, sebagaimana kita telah digambarkan selama ini sebagai ‘kepala’ atas rumah tangga kita. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak

cukup hanya menjadi sumber nafkah bagi isteri dan anak-anak kita belaka –seperti yang dipahami oleh banyak dari kita selama ini, tetapi juga menjadi sumber informasi bagi mereka, bagaimana mereka harus hidup dan melakukan segala sesuatu. Sebagaimana

(35)

keluarga dan kepala rumah tangga yang juga perlu disadari oleh setiap dari para pria.

Entah ayah sebagai suami bagi isteri atau ayah bagi anak-anak.

Kata ‘sumber infomasi’ tidak hanya berbicara soal ‘perintah’ saja, melainkan mencakup banyak aspek dan bentuk, yang intinya memberikan informasi bagi isteri dan

anak-anak kita bagaimana mereka harus hidup dan melakukan segala sesuatu. Kita akan melihat beberapa contoh praktis, bagaimana ayah semestinya memaknai dan mengimplementasikan arti dari menjadi sumber informasi bagi isteri dan anak-anak.

1. Laki-laki menjadi sumber informasi bagi isteri dan anak-anak tentang Tuhan dan kehendak-Nya, serta bagaimana seharusnya hidup beribadah kepada-Nya di dalam setiap

aspek hidup.

2. Laki-laki menjadi sumber keputusan bagi isteri dan anak-anak kita, terutama saat kita dan keluarga kita hendak mengambil keputusan penting di dalam kehidupan rumah

tangga

3. Laki-laki menjadi sumber inspirasi bagi isteri dan anak-anak, saat mereka hendak melakukan segala sesuatu, agar mereka dapat melakukan dan meraih hasil yang

maksimal.

4. Laki-laki menjadi sumber tuntunan bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka mengalami kebingungan atau ketidakmengertian tentang sesuatu hal di dalam setiap

(36)

5. Laki-laki menjadi sumber nasehat bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka

melakukan hal-hal yang salah, buruk atau tidak patut, agar mereka sadar dan berubah dari kesalahan mereka.

6. Laki-laki menjadi sumber penghiburan bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka

mengalami kesedihan dan kegagalan, agar mereka boleh dihiburkan, disegarkan dan dikuatkan lagi.

Apa yang tertulis di atas barulah sebagian kecil dari implementasi bagaimana laki-laki semestinya menjadi kepala atas keluarga dan rumah tangga. Perlu belajar lebih banyak lagi, agar seorang laki-laki dapat menjadi kepala yang seharusnya bagi isteri dan

anak-anak kita. Tetapi, satu hal yang pasti, bahwa menjadi kepala keluarga dan kepala rumah tangga tidak hanya berbicara soal otoritas belaka, tetapi bagaimana kita boleh melakukan fungsi sebagai kepala di tengah-tengah keluarga. Menjadi sumber informasi

yang baik bagi mereka. Ini memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk diterapkan. Akhirnya, selamat menjadi kepala! Doa saya menyertai Anda

semua, baik Anda sebagai suami atau ayah di tengah-tengah keluarga Anda.

2.5 Definisi Keluar ga

(37)

memiliki pengaruh cukup besar mengingat orang tua adalah sebagai panutan, pengasuh

dan memegang kendali keluarga.

Tata nilai yang berlaku dalam masyarakat menempatkan figure ibu sebagai tempat berlindung dan adapun pepatah mengatakan bahwa surge berada di telapak kaki ibu,

secara tradisional terdapat pandangan yang masih menganggap bahwa tempat pencurahan hati dalam keluarga adalah sosok ibu dibandingkan dengan ayah. Pandangan demikian mulai mengalami perubahan karena saat ini kebutuhan anak tidak hanya sekedar

berkontak fisik saja yang terjalin secara alamiah karena ibu adalah yang banyak melihat perkembangan dan peka atas apa yang terjadi pada diri anaknya dari sebelum kelahirannya. Namun kebutuhan untuk sekarang ini tidak hanya ibu yang dijadikan suatu

figure yang dapat memberikan kepuasan namun perlu adanya figure yang dapat memberikan pendidikan dan pengayoman itu juga lebih penting dalam membahas serta mengevaluasi dalam berkeluarga.

2.5.1 Ar ti Aya h

Peran seorang ibu sudah tidak diragukan lagi dalam kehidupan anak-anaknya. Lalu,

bagaimana dengan peran seorang ayah? Seberapa pentingkah peran ayah jika dibandingkan dengan peran ibu? Peran keduanya sama-sama penting bagi keluarga,

terutama bagi anak-anaknya. Berbeda? Tentu saja!

Figur seorang ayah merupakan pondasi bagi kehidupan kita. Seorang ayah bisa menjadi pribadi yang sangat lembut atau keras, tetapi mereka tetap akan menyayangi

(38)

Bagi anak perempuan, figur ayah adalah figur pria pertama yang mereka kagumi.

Figur seorang pria yang sangat mengagumkan dan pria pertama yang merebut hati anak-anak perempuannya. Bagi anak-anak laki-lakinya, figur ayah merupakan sosok idola pertama mereka, citra diri mereka nantinya dan mungkin saja satu-satunya pria yang bisa

mencintai mereka apa adanya.

Seorang ayah merupakan pria pertama yang menopang kehidupan kita, sebagai orang tua yang penyayang. Bagi para ibu, sosok ayah bagi anak-anaknya adalah

seseorang yang dipercaya untuk menjaga anak-anaknya. Ayah merupakan satu-satunya orang lain selain ibu yang yang dapat memberikan rasa sayang sepenuh hatinya kepada anak-anaknya dan rela melakukan apapun demi mereka. Mereka juga menjadi tulang

punggung keluarganya dan menghidupi keluarganya dari usaha yang dia lakukan.

Terkadang seorang ayah tampak sangat kuat dimata keluarganya, tetapi mereka

justru sangat rapuh karena harus selalu tampak kuat dihadapan keluarganya. Hal tersebut mungkin terjadi karena seorang laki-laki dituntut untuk bisa tampil sebagai yang terkuat diantara mereka. Tapi tahukah Anda bahwa sekuat apapun seorang ayah sebagai laki-laki,

mata mereka akan berkaca-kaca apabila melihat anaknya yang baru lahir. Mereka akan terpukau dengan kerapuhan dan kelembutan seorang bayi layaknya seorang ibu.

Seorang ayah akan mendidik putra-putrinya untuk menjadi orang-orang yang

(39)

dengan cara yang mereka ketahui saja. Tanpa kehadiran seorang ayah, maka tidak akan

ada sosok ibu, bahkan anak sekali pun.

Menurut Dr David Popenoe, seorang sosiolog yang meneliti tentang Figur Ayah, menyatakan Keterlibatan Ayah membawa keuntungan yang positif terhadap anak-anak

mereka , yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Ayah membawa pengaruh langsung terhadap kebahagiaan seorang anak.

Dari uraian tentang Ayah diatas jelaslah bahwa peran seorang Ayah adalah sosok guru secara langsung bagi anak-anaknya juga terhadap istrinya adalah sebutan ibu anaknya. Ayah mempunyai jalinan emosional dan ikatan batin yang juga sama kuat

dengan ibu terhadap anak-anaknya.

Dalam suatu keluarga pendekatan Ayah terhadap seluruh anggota keluarganya termasuk kepada anak-anaknya agar lebih bersifat mengendalikan emosional. Ayah memang jauh lebih keras daripada sosok seorang Ibu .

Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak bahkan mencapai usia remaja, seorang ayah masih mempunyai tugas yaitu mempersiapkan seorang anak untuk mencapai keinginannya di masa depan. Tidak jarang demi tercapainya keinginan seorang

anak, seorang Ayah harus berjuang keras membantu mencapai keinginan anaknya dengan memberikan pendidikan yang cukup, bahkan seorang Ayah rela mengorbankan dirinya demi tercapainya keinginan anak. Meski seorang anak telah menikah, seorang figure Ayah tetap mempunyai peran yang besar bagi anak. Ikatan batin pada sosok Ayah akan

(40)

akan pernah bahkan seringkali seorang Ayah mempunyai firasat tertentu apabila sesuatu

terjadi pada anaknya. Meski jauh seorang Ayah tetap berdoa bagi anak-anaknya.

Memang tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SAW. Namun orang tua harus terus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar bisa dijadikan teladan bagi

anak-anaknya. Semakin baik sifat orang tua sebagai pendidik, semakin dekat tingkat keberhasilannya dalam mendidik anak.

2.5.2 Definisi Peran Ayah

Menurut Mc Bride, dkk ( 2003 ) adalah interaksi antara orang tua laki-laki dengan anak dalam beraktifitas setiap harinya dan didukung pengertian Shehan ( 2003 ) peran Ayah didalam keluarga adalah mencurahkan perhatian dan pikirannya pada anak

sehingga memiliki kegiatan perencanaan, pengambilan keputusan dan mengorganisasi di dalam keluarga.

Menurut Asri Mulyani peran Ayah yang sebagai orang tua tunggal sangat dominan

untuk menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shaleha. Hal-hal bisa mendukung suksesnya peran/ sifat-sifat yang diemban para orang tua sebagai berikut :

1. Penyayang : Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai penghangat suasana. Kita semua akan betah berada diantara orang tua yang penyayang. Hati yang begitu lembut memancarkan rasa “care” pada anak sehingga anak akan tumbuh baik fisik maupun mentalnya secara optimal.

(41)

membuat yang disayangi bahagia, meski terkadang seorang Ayah terlihat pemarah,

ataupun keras terhadap kita akan tetapi jika melihat apa yang sudah diberikan kepada kita dan keluarganya, merelakan kulitnya terbakar demi membuat keluarganya bertahan dalam kebahagiannya.

3. Disiplin : Disiplin disini lebih menitik beratkan pada kemandirian anak sejak dini.

Anak yang di didik mandiri sejak dini, akan mampu untuk menolong dirinya sendiri. Selain akan timbul rasa percaya diri juga tidak akan merepotkan orang tua.

4. Tegas : Tegas disini mengharuskan Ayah bersikap konsisten terhadap apa yang sudah menjadi aturan mana yang boleh dan mana yang baik juga mana yang tidak baik

untuk dilakukan. Demi suksesnya aturan dalam keluarga maka Ayah harus mengharmoniskan aturan yang dibuat pada anak, sehingga anak tidak bingung dalam bersikap.

5. Cer das : Seorang Ayah wajib memiliki kecerdasan dalam menyikapi dan memecahkan masalah. Segala sesuatu didunia ini selalu berkembang dan berubah. Semua membutuhkan ilmu dan hanya orang cerdaslah yang tetap mau belajar dan menambah

wawsanya.

6. Bijaksana : Kenapa harus bijaksana? Karena di luar aturan terkadang ada yang mungkin masih harus dipecahkan dan membutuhkan suatu kebijaksanaan agar

terciptanya keselarasan.

2.6 Semiotika dan Semiologi dalam Ilmu Komunikasi

(42)

namun dengan tanda tersebut juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan dalan sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban, lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda (Zoezt, 1993 : 18 )

Menurut Litlejohn ( 1996 : 64 ) dalam Sobur ( 2001 : 15 ) tanda – tanda ( signs ) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda – tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ulmu atau metode analisis untuk mengkaji suatu tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia.

Semiotika seperti kata lecthe ( 2001 : 19 ) adalah sebuah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana ( signs ) tanda – tanda dan berdasarkan pada sign system ( code ) ( segers, 2004 : 4 ) Hjelmslev ( dalam Christomy, 2001 : 7 ) mengidentifikasi tanda sebagai “ suatu keterhubungan antara wahana ekspresi ( expression plan ) dan wahana isi ( content plan ). Charles Morris menyebutkan dalam pengertian semiosis sebagai suatu prases tanda, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.

Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai hubungan antara lima istilah :

S ( s, i, e, r , e )

Tabel. 1

S adalah semiotic relation ( hubungan semiotic ) ; s untuk sign ( tanda ) ; i untuk

(43)

tertentu c karena s ) ; r untuk reference ( rujukan ) ; dan c untuk context ( konteks ) atau

conditions ( kondisi ).

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).

2.6.1 Semiologi Menur ut Roland Bar thes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier signified yang diusung Saussure.

(44)

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.

Tabel 1.1

Denotasi dan konotasi sebenarnya merupakan istilah yang digunakanuntuk mendeskripsikan hubungan antara penanda dan petanda ataureferensinya. Denotasi digunakan untuk menjelaskan makna defisional,literal, dari sebuah tanda, sedangkan konotasi mengacu pada asosiasi-asosiasibudaya yang personal dan ideologis. Disamping

itu Barthes juga menciptakan peta tentang bagaimanatanda bekerja: 1. Signifier (Penanda) 2. Signified (petanda) 3.Denotative sign (tandadenotatif) 4. Connotative signifier (penanda konotatif) 5. Connotativesignified (petanda konotatif) 6. Connotative

sign (tanda konotatif) Peta Tanda Roland Barthes(Sumber: Alex Sobur : Semiotika Komunikasi 2006:69)

Dalam pengkajian tekstual, Roland Barthes menggunakan naratif struktural yang dikembangkan. Analisis naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut liaguistik struktural sebagaimana perkembangan akhirnya

(45)

structural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada

naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu (kurniawan,2001 :89).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah

peran pembaca konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai system pemaknaan tataran kedua yang dibangun diatas system lain yang telah ada

sebelumnya ( Sobur, 2004 : 68-69 ).

Sastra merupakan contoh paling jelas system pemaknaan tataran kedua yang

dibangun di atas bahasa sebagai system yang pertama. System kedua ini oleh Barthes disebut konotatif yang dalam metologisnya secara tegas ia bedakan dari denotative atau system pemaknaan tataran pertama Barthes menggambarkannya dalam sebuah peta

tanda:

Tabel 1.2 Peta Tanda Roland Bar thes

(46)

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotative adalah juga petanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material : hanya jika anda

mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley & Janz, 1999 : 51 dalam Sobur, 2004 : 69).

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambahan. Namun juga mengandung makna kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti

bagi penyempurnaan semiologi Sasurre, yang hanya berhenti pada tatanan denotative .

Pada dasarnya, ada perbedaan anatara denotasi dan konotasi dalam penegertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harafia, makna yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan refrensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara utuh tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu

pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan system signifikasi tingkat pertama sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi

justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian, sensor atau lebih ke pada represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrim melawan kehafiahan denotasi yang bersifat opresif ini. Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.

(47)

berlebihan, namun ia tetap berguna bagi sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna

“harafiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman, 1999 : 22 dalam Sobur,2004 :71)

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi idiologi, yang disebut

sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman,1999 :28 dalam Sobur, 2004:1). Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,petanda, dan

tanda. Namun, sebagai suatu system yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula petanda dapat memiliki beberapa penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah permunculan sebuah konsep secara

berulang-ulang dalam bentuk yang berbeda. Metodologi mempelajari bentuk-bentuk tersebut (Sobur,2004 : 71).

Menurut Barthens (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda atau petanda. Penanda adalah “bunyi” yang bermakna “atau” coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa; apa yang dikatakan, apa yang didengar

dan apa yang ditulis dan dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pemikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang kongkret kedua unsure tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi signifier (penanda) dan signified (petanda). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda tidak berarti apapun jika mengkesampingkan suatu penanda,

(48)

suatu factor linguistic. “Penanda dan Petanda merupakan, seperti dua sisi dari sehelai

kertas” (Sobur, 2004:46). Setiap tanda kebahasaan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan seseuatu sebagai nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier), sedang konsepnya adalah petanda (signified). Dua unsure ini tidak

dapat dipisahkan , memisahkannya hanya akan menghancurkan “kata” tersebut (Sobur, 2004:47).

Semiologi Roland Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan system bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa, bahasa pada tingkat pertama adalah sebagai objek dan bahasa tingkat kedua yang disebut sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu system tanda yang memuat petanda dan penanda tingkat

pertama sebagai petanda baru nada taraf yang lebih tinggi. System tanda pertama kadang disebutnya sebagai konotasi atau system retoris atau mitologi. Focus kajian Barthes terletak pada system tanda tingkat kedua atau metabahasa (Kurniawan,2001 :115).

Tatanan penandaan pertama adalah landasan kerja Saussure. Tataan ini

menggambarkan relasi antara penanda dan petanda di dalam tanda, dan antara tanda dengan refrennya dalam realitas eksternal. Barthes menyebut tatanan ini sebagai denotasi. Hal ini mengacu pada anggapan umum, maka jelaslah tentang tanda. Sebuah contoh foto tentang keadaan jalan mendenotasi jalan tertentu; kata jalan mendenotasi jalan tertentu; kata jalan mendenotasi jalan pertokoan yang membentang diantara bangunan (Fiske, 2006:118). Denotasi menurut Barthes merupakan system signifikasi tingkat pertama. Dan

(49)

Konotasi dan metabahasa adalah cermin yang berlawanan satu sama lain.

Metabahasa adalah operasi yang membentuk mayoritas bahasa-bahasa ilmiah yang berperan system rill, dan dipahami sebagai petanda di luar kesatuan penanda-penanda asli, diluar alam deskriptif. Sedangkan konotasi meliputi bahasa-bahasa yang sifat utamanya social dalam hal pesan literature memberi dukungan bagi makna kedua dari

sebuah tatanan artifisila atau ideology secara umum (Kurniawan, 2001:68).

Mengenai bekerjanya tanda dalam tatanan kedua adalah melalui mitos. Mitos

biasanya mengacu pada pikiran bahwa mitos itu keliru, namun pemakaian yang biasa itu adalah bagi penggunaan oleh orang yang tak percaya. Barthes menggunakan mitos sebagai seorang yang percaya dalam artiannya yang orisinal. Mitos adalah cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari

realitas suatu alam. Mitos primitive berkenan dengan hidup dan mati, manusia dan dewa baik dan buruk. Mitos kita yang lebih bertaktik-taktik adalah tentang maskulinitas, dan feminitas, tentang keluarga, tentang keberhasilan atau tentang ilmu. Bagi Barthes mitos merupakan cara berfikir dari suatukebudayaan tentang sesuatu cara, cara untuk

mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Barthes memikirkan mitos sebagai mata rantai dari konsep-konsep terkait. Bila konotasi merupakan pemaknaan tatanan kedua dari petanda, maka mitos pemaknaan tatanan kedua dari petanda (Fiske,

2006:121).

Gambar 1.3 Dua Tatanan Petanda Bar thes Sumber : Fiske, 2006 : 121-123

Gambar

Tabel 1.1 Denotasi dan konotasi sebenarnya merupakan istilah yang digunakanuntuk
Tabel 1.2 Peta Tanda Roland Barthes
Tabel 1.3
Gambar 1.3 Bagan Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengetahuan perawat juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa hal- hal yang berkaitan dari diri individu

terhadap kemampuan berpikir kritis di MA NU Mazro’atul Huda Karanganyar Demak).. Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Variabel kepemimpinan yang diteliti oleh (Setyowati & Haryani, 2016 ; Renggani, 2014) menunjukan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepemimpinan hal ini dibuktikan dengan

Tiga kali didaulat sebagai juri PKKI, beliau memandang bahwa kualitas karya untuk kategori Teknologi Tepat Guna, Metode Konstruksi, dan Teknologi Konstruksi

Penelitian ini bertujuan untuk menduga umur simpan cookies kaya serat dari tepung campuran berbasis mocaf dengan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) dengan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kematangan karier pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dengan penerimaan diri pada narapidana di rumah tahanan Negara klas II B Purbalingga.. Alat pengumpul data

Apakah kepribadian berdasarkan big five model berpengaruh terhadap kinerja pada perawat RSUD Prof. Apakah oppeness to experience berpengaruh terhadap kinerja pada