• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PDAM “DELTA TIRTA” SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA PDAM “DELTA TIRTA” SIDOARJO."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SIDOARJ O

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyar atan Memper oleh

Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

M. SYAHRIZAL

NPM: 0541010085

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

S K R I P S I

Oleh :

M. SYAHRIZAL

NPM: 0541010085

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(3)

SIDOARJ O

Oleh :

M. SYAHRIZAL

NPM: 0541010085

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi Pr ogr am Studi Ilmu Administr asi Negar a Fakultas Ilmu Sosial Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur . Pada Tanggal : 31 J uli 2012

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji 1.

DR. Lukman Ar if, M.Si DR. Lukman Ar if, M.Si NIP. 1964 1102 1994 0310 01 NIP. 1964 1102 1994 0310 01

2.

Dr s. Pudjo Adi. M.Si

NIP. 1951 0510 1973 0310 01

3.

Tukiman, S.Sos, M.Si

NIP. 1961 0323 1989 0310 01

Mengetahui

(4)

SIDOARJ O

Nama Mahasiswa : M. SYAHRIZAL

NPM : 0541010085

Pr ogr am Studi : Ilmu Administr asi Negar a

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Skr ipsi ini telah dir evisi dan disahkan

Pada tanggal : 8 Agustus 2012

Tim Penguji :

Penguji I

DR. Lukman Ar if, M.Si NIP. 1964 1102 1994 0310 01

Penguji II

Dr s. Pudjo Adi. M.Si NIP. 1951 0510 1973 0310 01

Penguji III

(5)

SIDOARJ O

Disusun Oleh :

M. SYAHRIZAL

NPM: 0541010085

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,

Ketua Pr ogr am Studi Pembimbing

DR. LUKMAN ARIF, M.Si DR. LUKMAN ARIF, M.Si

NIP. 1964 1102 1994 0310 01 NIP. 1964 1102 1994 0310 01

Mengetahui,

DEKAN

(6)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo” dengan baik.

Dengan tersusunnya proposal ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada DR. Lukman Arif, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Di samping

itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.Ap, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara UPN yang telah

memberikan ilmu yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun

dirasa belum cukup untuk menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring

do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan

(7)

sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu, dukungan, nasehat

yang diberikan kepada penulis.

6. Seluruh Pegawai Kantor PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo yang telah membantu

proses kelancaran pengambilan data.

7. Terima kasih teman- temanku yang turut membantu dan memberikan

semangat

8. Kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan proposal skripsi.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juli 2012

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAM PIRAN ... ix

ABSTRAKSI……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pelayanan ... 10

2.2.1.1. Pengertian Pelayanan ... 10

2.2.1.2. Pengertian Pelayanan Publik ... 11

2.2.1.3. Tujuan Pelayanan ... 12

2.2.1.4. Fungsi Pelayanan ... 12

(9)

2.2.1.7. Prinsip – Prinsip Pelayanan ... 15

2.2.1.8. Faktor Pendukung Kinerja ... 17

2.2.2. Kinerja ... 23

2.2.2.1. Pengertian Kinerja ... 23

2.2.2.2. Pengukuran Kinerja ... 25

2.3. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Obyek, Fokus dan Instrumen Penelitian ... 34

3.2.1. Obyek Penelitian ... 34

3.2.2. Fokus Penelitian ... 34

3.2.3. Instrumen Penelitian ... 35

3.3. Lokasi Penelitian ... 36

3.4. Sumber Data Dan Jenis Data ... 37

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6. Analisa Data ... 41

3.7. Keabsahan Data ... 42

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

(10)

SIDOARJO” ... 46

4.1.4 Lokasi ... 46

4.1.5 Ketenaga Kerjaan ... 46

4.1.6 Perlindungan ... 48

4.1.7 Kebijakan Strategi Dari Perusahaan. ... 48

4.1.8 Struktur Oraganisasi ... 48

4.2. Karakteristik Pegawai dan Sarana Prasarana PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJO” ... 54

4.2.1. Karakteristik Pegawai PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJO” ... 54

4.2.2. Sarana Dan Prasarana PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJO” ... 56

4.3. Prosedur Pelayanan ... 57

4.4. Hasil Penelitian ... 60

4.4.1 Prosedur dan Kecepatan Penyambungan Baru... 60

4.4.2. Kemampuan Penanganan Pengaduan Baru ... 63

4.4.3 Kemudahan Pelayanan Pembayaran Pelanggan………... 62

4.5 Pembahasan……….... 67

4.5.1 Prosedur Kecepatan Penyambungan Baru…………. 69

4.5.2 Kemampuan Pengaduan Baru……….... 70

(11)

5.1. Kesimpulan... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 4.1. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.2. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel 4.3. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Tingkat Kepegawaian /

Kepangkatan ... 55

Tabel 4.4. Data Sarana Dan Prasarana Kerja Yang Dimiliki PDAM “

(13)
(14)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. KEPMENDAGRI No. 47 Tahun 1999: Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum

(15)

M. SYAHRIZAL. KINERJ A PDAM “DELTA TIRTA” SIDOARJ O

Fenomena yang terjadi pada saat ini berkaitan permasalahan di sektor air bersih tidaklah sederhana. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan air bersih adalah keadaan geografi dan topografi, pencemaran sumber air baku, pruduktifitas, rendahnya tarif dasar air bersih dan jumlah air tak terhitung yang masih tinggi. Jadi permasalahan yang ada saat ini di PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo adalah berkaitan dengan buruknya kinerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo pada aspek operasional terutama pada prosedur kecepatan penyambungan baru, kemampuan penanganan pengaduan, dan kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan. Fokus dalam penelitian ini adalah Prosedur kecepatan penyambungan baru yaitu tata cara dan waktu yang dibutuhkan oleh pihak PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam melakukan penyambungan baru, Kemampuan penanganan pengaduan yaitu kemampuan pihak PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam menangani keluhan dari warga Sidoarjo, dan Kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan yaitu kemudahan prosedur pelayanan yang berhubungan pembayaran pelanggan di pihak PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prosedur penyambungan baru menyebutkan bahwa prosedur dan kecepatan penyambungan baru di PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo susah dilakukan, dan kalaupun bisa harus secara kolektif. Mengenai biayanya juga sudah sesuai dengan prosedur, Kemampuan penanganan pengaduan pelanggan di PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo kurang baik, hal ini terkait masih banyaknya masalah pengaduan dari masyarakat (pelanggan) yang masih belum terselesaikan dengan baik, dan Kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan menyebutkan bahwa pelayanan yang disediakan pihak PDAM “Delta Tirta cukup baik. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja PDAM dari aspek operasional tidak baik

(16)

1.1. Latar Belaka ng Masalah

Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan

abad industri telah bergeser menjadi persaingan abad informasi. Perusahaan

-perusahaan yang menguasai teknik informasi secara baik akan mampu bertahan

secara layak (sustainably) di tengah – tengah tubro lensi dunia bisnis. Selama abad

industri, sistem pengendalian keuangan yang di kembangkan dalam peruasahaan

digunakan untuk memfasilitasi dan memantau alokasi modal financial dan fisik

secara efisien.

Air minum yang sehat merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas

dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum mutlak harus

tersedia dalam kuantitas (jumlah) dan kualitas yang memadai. Pada hakekatnya,

alam telah menyediakan air minum yang dibutuhkan, namun demikian desakan

pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta aktivitas penduduk yang kian

kompleks telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan

keseimbangan lingkungan. Ini menyebabkan air yang ada terganggu jumlah dan

kualitasnya, sehingga tidak lagi layak untuk dikonsumsi secara langsung.

Air minum salah satu kehidupan pokok bagi kehidupan manusia, dan

semua makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Demikian pentingnya air untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup

(17)

air dengan baik. Dengan air sebagai hak asasi manusia, menjadikan penyedia

layanan air dikategorikan sebagai essential services. Essential services merupakan

pusat dari kontrak social antara pemerintah dan masyarakat. Dengan kata lain

jaminan terhadap hak atas air bagi masyarakat merupakan tanggung jawab

pemerintah. Tanggung jawab pemerintah terhadap pemenuhan atas hak air secara

tegas dinyatakan dalam pasal 5 UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

dimana Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan

pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan

produktif. Santono.(2006).

PDAM sebagai perusahaan daerah yang bertanggung jawab dalam

penyediaan air bersih di suatu wilayah, kebijakan sektor air bersih yang terpusat

oleh pemerintah masa lampau. Salah satu adalah mengadakan program

peningkatan air bersih yang bersifat seragam yang bertentangan dengan sifat unik

yang dimiliki oleh setiap PDAM. Sifat unik tersebut yaitu perbedaan kondisi

lingkungan fisik atau alam dan perbedaan kondisi lingkungan sosial. PDAM di

Indonesia menjadi tergantung dalam pemerintah daerah maupun pusat dan PDAM

tidak dapat memahami permasalahan yang dihadapi dengan baik. Hal tersebut

mengakibatkan PDAM mengambil sikap reaktif untuk menyelesaikan

permasalahnya.

Salah satu kewajiban pemerintah daerah dalam hal air minum ini adalah,

sebagaimana disebutkan oleh KEPMENDAGRI No. 47 Tahun 1999: Tentang

(18)

Terjaminnya kesediaan air minum yang berkualitas namun tetap dengan harga

terjangkau masyarakat luas. Meski memang perusahaan mempunyai kepentingan

usaha (meraih keuntungan), namun upaya menggapai kepentingan itu harus

seimbang dengan yang diwajibkan tadi. Selain dari pada itu, perusahaan juga

harus senantiasa dapat meningkat efisiensi usahanya dan meningkatkan cakupan

pelayanan.

Penilaian PDAM di Indonesia telah diatur dalam Keputusan Mentri Dalam

Negeri (Kepmendagri) No. 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja

PDAM. Penilaian kinerja didasarkan pada aspek operasional, aspek keuangan, dan

aspek administrasi. Penilaian kinerja dari aspek operasional suatu PDAM antara

lain pada cakupan pelayanan, kapasitas produksi, kontinuitas air, dan kualitas air.

Cakupan pelayanan dengan menunjukkan cakupan pelayanan air minum terhadap

penduduk dalam wilayah kerja PDAM bersangkutan. Produktifitas pemanfaatan

instalasi produksi yang memberikan gambaran tentang kapasitas produksi air oleh

PDAM dari kapasitas terpasang. Kontinuitas air yang menggambarkan

kemampuan PDAM dalam kesinambungan air mengalir di rumah pelanggan (

Suwartono, 2003: 31), kualitas air distribusi yang menunjukkan kualitas air sesuai

dengan ketentuan dari instansi yang berwenang.

Aspek kinerja keuangan sangat penting bagi penyelengara pelayanan air

minum untuk menjaga kelangsungan pelayanan yang berkesinambungan. Kinerja

keuangan juga menunjukkan kesehatan keuangan PDAM. Kinerja keuangan

meliputi kemampuan PDAM dalam mendapatkan laba, pengendalian kewajiban

(19)

adalah kemampuan PDAM untuk mendapatkan haknya atas penjualan air dalam

wujud efektifitas penagihan dan jangka waktu penagihan.

Permasalahan di sektor air bersih tidaklah sederhana. Beberapa faktor

yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan air bersih adalah keadaan geografi

dan topografi, pencemaran sumber air baku, pruduktifitas, rendahnya tarif dasar

air bersih dan jumlah air tak terhitung yang masih tinggi.

Penelitian ini dilakukan pada PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo. Sebagai

perusahaan daerah yang bertanggung jawab dalam penyediaan air bersih di

wilayah Sidoarjo, PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo memiliki beberapa permasalahan

antara lain program untuk meningkatkan layanannya. Di tengah musim penghujan

sebanyak 25.000 pelanggan PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo mengeluhkan air

dirumahnya justru tidak mengallir. Kalaupun mengucur, debitnya sangat kecil,

kualitasnya sangat kotor dan berbau, padahal air itu digunakan banyak keperluan

rumah tangga seperti mandi dan mencuci pakaian. Bahkan tak sedikit pelanggan

yang menggunakan air itu untuk keperluan memasak, kondisi air PDAM yang

kurang berkualitas itu mulai dirasakan pelanggan. Karena kesal, ribuan pelanggan

PDAM melampiaskan kekesalannya dengan menelpon Kantor PDAM “Delta

Tirta” Sidoarjo. Mereka juga mencari tahu apa penyebabnya buruknya kualitas air

yang diterimanya.

Untuk kompensasi atas kerugian yang diterima konsumen sepertinya

sangat tidak mungkin, karena memang setahu penelit belum pernah ada

(20)

Permasalahan pertama, Perumahan Bluru Permai mengeluhkan air PDAM

Delta Tirta Sidoarjo. Pasalnya, air yang keluar berwarna keruh dan keluar cacing.

Kejadian seperti itu sudah berlangsung lebih dari sepekan. Namun, sejauh ini

belum ada tindakan dari PDAM Delta Tirta untuk membersihkan air yang keruh

maupun keluar cacing. "Selain keruh juga keluar cacing kecil-kecil. Jadi setiap

hari tempat mandi harus dikuras. Terpaksa air PDAM hanya digunakan mandi

saja dan tidak berani untuk memasak. Untuk minum beli air dari penjual keliling,

dan untuk nyuci, terpaksa ke loundry. (sindonews.com, 11 Januari 2012)

Permasalahan kedua, puluhan perwakilan dari RT 1 sampai 9 RW 8

Perumahan Kepuh Permai Kepuh Kiriman, Waru, ngelurug kantor PDAM Delta

Tirta Sidoarjo. Mereka memprotes pelayanan PDAM yang dianggap merugikan

pelanggan. Air PDAM yang menyalur di kawasan tersebut, sudah lebih dari empat

bulan ini, tidak keluar atau mampet. Parahnya, meski tidak bisa menikmati air

bersih secara normal, bahkan nilainya nol, beban biaya masih tetap dikenakan,

yang setiap bulannya senilai Rp 30 ribu lebih. (sindonews.com, 13 Maret 2012)

Pelanggan yang mengeluh itu, berada diwilayah Sidoarjo Utara seperti

kawasan waru, Taman Krian, Krian serta sebagian Gedangan dan Sedati. Air

PDAM yang mengalir ke pipa pelanggan di daerah tersebut, berasal dari Intalasi

Penjernih Air di Tawangsari, Kecamatan Taman. Warnanya berubah, dari

pandangan kasat mata, air yang mengandung Mangan (Mg) tak terlihat. Artinya,

air tetap terlihat jernih. Tetapi jika air tersebut dicampur Chlor, maka dalam

(21)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik

untuk mengangkat judul “KINERJA PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJO”.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan atas pokok permasalahan yang terjadi diatas maka masalah

yang dapat dirumuskan adalah:

“Bagaimana kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut :

“Untuk mengetahui kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo pada aspek

operasional terutama pada prosedur kecepatan penyambungan baru, kemampuan

penanganan pengaduan, dan kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan”

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak manajemen PDAM, guna memberikan wawasan bahwa kinerja

perusahaan mampu memberikan nilai tambah dalam pengembangan efisiensi

(22)

2. Bagi pengembangan keilmuan, diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah wacana keilmuan dibidang ilmu administrasi Negara khusunya

tentang kinerja organisasi.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi

(23)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ardian Ayub Sani (2008) dengan judul:

Persepsi Masyarakat Terhadap Birokrasi Dalam Peningkatan Pelayanan

Publik Di Pdam Kabupaten Grobogan Tahun 2005 - 2007 (Studi Analisis

Kualitas Pelayanan Birokrasi Yang Ditinjau Dari Azas Pelayanan Publik

Yang Berkualitas). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi

masyarakat terhadap birokrasi dalam peningkatan pelayanan publik di PDAM

Kabupaten Grobogan Tahun 2005 – 2007. Hasil penelitian persepsi

masyarakat/pelanggan terhadap kualitas pelayanan di PDAM Kabupaten

Grobogan yang dihitung berdasarkan rumus Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) yaitu, nilai mutu pelayanan PDAM Kabupaten Grobogan adalah 69,73

dan masuk dalam kategori B / Baik. Sementara itu target untuk memberikan

pelayanan yang merata masih belum terpenuhi. Sedangkan kebijakan yang

ada ternyata kurang memenuhi aspek pelibatan masyarakat dalam pembuatan

suatu kebijakan, kurangnya sosialisasi dan transparansi dalam kebijakan

penetapan tarif serta masih maraknya kasus pencurian air oleh masyarakat

yang membuktikan bahwa kebijakan tentang penerapan sanksi-sanksi dan

(24)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ariek Asriyani (2005), dengan judul: Sistem

Penggajian Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kabupaten Kudus. Tujuan penelitian ini adalah sistem penggajian karyawan

pada perusahaan daerah air minum (PDAM) kabupaten Kudus. Tujuan

penelitian ini adalah Gaji yang diterapkan pada PDAM Kabupaten Kudus

adalah menggunakan sistem bulanan tidak ada upah harian, gaji yang

biasanya dibayarkan pada karyawan secara tetap per bulan. Unsur-unsur yang

terkait dalam sistem penggajian pada PDAM Kabupaten Kudus antara lain :

Bagian yang terkait atau menangani dalam sistem penggajian pada PDAM

Kabupaten Kudus antara lain, Bagian personalia, Bagian Pembuat Daftar

Gaji, Bagian Keuangan Sub Bagian Kas, Bagian Pembukuan Sub Bagian

Anggaran, Bagian Juru Bayar/Personalia dan Bagian Jurnal, Dokumen yang

digunakan dalam sistem penggajian pada PDAM Kabupaten Kudus adalah :

Daftar Hadir (Kartu Absensi), Surat Perubahan Gaji, Daftar Gaji, Kartu Gaji,

Voucher Kas Besar/Voucher Pengeluaran Kas, Amplop Gaji, dan

Rekapitulasi Cuti. Dimana dokumen-dokumen ini mempunyai fungsi

tersendiri, Catatan akuntansi yang dipakai dalam sistem Penggajian pada

PDAM Kabupaten Kudus adalah : Jurnal Pengeluaran Kas, Buku Besar,

Kartu Gaji (Struk Gaji), Jaringan prosedur yang membentuk sistem

penggajian pada PDAM Kabupaten Kudus antara lain; Prosedur pembuatan

(25)

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Pelayanan

2.2.1.1. Penger tian Pelayanan

Menurut Moenir (2001: 17) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Pelayanan Umum di Indonesia” menyatakan bahwa pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain sebagai proses pelayanan,

berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang

dalam masyarakat. Menurut Burhanuddin (1994 : 202) pelayanan adalah salah

satu bentuk dari pelaksanaan birokrasi yang terdiri dari system dan prosedur.

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63

Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan umum sebagai segala bentuk pelayanan

yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan

badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah, baik dalam rangka

upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Wasistiono (2003: 43) menyatakan bahwa pelayanan adalah pemberian

jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak

swasta kepada masyarakat, dengan ataupun tanpa pembayaran guna memenuhi

kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Dengan demikian pelayanan adalah salah satu bentuk dan pelaksanaan

birokrasi yang dilakukan dengan cara-cara baru secara rutin dan

(26)

pelayanan ini dapat dibiayai oleh dua sumber yaitu pajak dan pembebanan

langsung kepada masyarakat.

2.2.1.2. Penger tian Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No:

63/KEP/M.PAN/7/2003, Pelayanan Publik adalah segala bentuk kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Menurut Moenir (2001: 26), pelayanan umum adalah kegiatan yang

dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor material

melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi

kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Mardiasmo (2002; 107) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik”

menyatakan bahwa salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat publik (service). Pemberian pelayanan publik pada

dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber yaitu : pajak dan pembebanan

langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik. Jika pelayanan publik

dibiayai dengan pajak, maka setiap pajak harus membayar tanpa mempedulikan

apakah konsumen menikmati secara langsung jasa tersebut atau tidak. Jika

pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar

hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut, sedangkan

(27)

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik

adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh sesorang atau sekelompok

orang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan dengan landasan

faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha

memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

2.2.1.3. Tujuan Pelayanan

Tujuan pelayanan adalah menyangkut kepuasan orang banyak atau

masyarakat, tidak bertentangan dengan norma dan aturan dimana bersumber pada

kebutuhan (hajat) hidup orang banyak atau masyarakat (Moenir, 1995 : 30).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelayanan adalah untuk

mencapai tingkat kepuasan masyarakat sesuai dengan norma dan aturan yang

berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak agar tingkat kepuasan

masyarakat dapat berhasil dengan maksimal.

2.2.1.4. Fungsi Pelayanan

Menurut Moenir (2002: 19) adapun fungsi pelayanan adalah :

1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga menghemat waktu.

2. Meningkatkan produktifitas baik barang atau jasa.

3. Kualitas produk yang lebih baik.

4. Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.

(28)

6. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan sehingga

dapat mengurangi sifat emosional konsumen.

2.2.1.5. J enis - J enis Pelayanan Publik

Menurut Pasolong, (2007:129) terdapat tiga jenis pelayanan yang

dihasilkan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD, pengelompokan jenis

pelayanan tersebut didasarkan pada ciri-ciri dan sifat kegiatan serta produk

pelayanan yang dihasilkan yaitu :

1. Pelayanan Administrasi

Jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa pencatatan,

penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan tata usaha lainnya yang

secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen misal, jenis

pelayanan sertifikat tanah, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akte

kelahiran dan akte kematian).

2. Pelayanan Barang

Pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan

dan pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan

penyampaiannya kepada konsumen langsung (sebagai unit atau individual)

dalam suatu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan

produk akhir berwujud benda yang memberikan nilai tambah secara langsung

bagi penggunanya misal, jenis pelayanan listrik, air bersih, telepon dan

(29)

3. Pelayanan Jasa

Jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan

prasarana serta penunjangnya. Produk akhirnya berupa jasa yang

mendatangkan manfaat bagi penerimaanya secara langsung dan habis terpakai

dalam jangka waktu tertentu misalnya, pelayanan angkutan darat, laut dan

udara, kesehatan perbankan, pos, pemadam kebakaran dan lain-lain.

2.2.1.6. Bentuk Pelayanan

Menurut Moenir (2002 : 190) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Pelayanan Umum di Indonesia”, bentuk pelayanan ada 3 macam :

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan yang mempunyai tugas memberikan penjelasan atau keterangan

kepada siapapun yang memerlukan. Adapun syarat-syarat yang harus di

penuhi oleh pelaku layanan agar pelayanan yang di berikan berhasil sesuai

dengan yang diharapkan.

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan yang perlu dan lancar, singkat tetapi

cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh

kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

(30)

2. Pelayanan melalui tulisan

Pelayanan melalui tulisan merupakan layanan yang paling menonjol dalam

pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi

peranannya. Agar pelayanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak

yang dilayani maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu factor

kecepatan baik dalam pengolahan masalah maupun proses penyelesaiannya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Pada umumnya pelayanan dalam bentuk perbuatan 70-80 % dilakukan oleh

petugas-petugas tingkat menengah dan bawah. Oleh sebab itu faktor keahlian

dan keterampilan petugas sangat menentukan dan berpengaruh terhadap hasil

perbuatan dan pekerjaan.

2.2.1.7. Pr insip – Pr insip Pelayanan

Berdasarkan Keputusan Keputusan Menteri Dalam Negeri

(KEPMENDAGRI) No. 47 Tahun 1999: Tentang Pedoman Penilaian Kinerja

Perusahaan Daerah Air Minum, yang harus dipahami oleh setiap birokrasi publik

dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat mencerminkan suatu

pelayanan yang berdasarkan pada prinsip- prinsip pelayanan yaitu sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Prosedur atau tata cara pelayanan perlu ditetapkan dan dilaksanakan secara

mudah, lancar, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

(31)

2. Kejelasan dan Kepastian

Kejelasan dan kepastian dalam hal prosedur atau tata cara pelayanan,

persyaratan pelayanan baik teknis maupun administratif, unit kerja atau

pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan dan tata cara pembayarannya dan jadwal waktu penyelesaian

pelayanan.

3. Keamanan

Proses dan produk atau hasil pelayanan dapat memberikan keamanan,

kenyamanan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

4. Ketepatan Waktu

Pelaksanaan pelayanan harus dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah

ditentukan.

5. Akurasi

Kriteria ini mengandung arti bahwa produk pelayanan publik dapat diterima

dengan benar, tepat dan sah.

6. Tanggung Jawab

Kriteria ini mengandung arti bahwa pimpinan penyelenggara pelayanan

publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggara

pelayanan dan penyelesaian persoalan pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Kriteria ini mengandung arti bahwa tersedia sarana dan prasarana kerja,

(32)

8. Kemudahan Akses

Kriteria ini mengandung arti bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan

yang memadai dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Kriteria ini mengandung arti bahwa pemberi pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan baik.

10. Kenyamanan

Kriteria ini mengandung arti bahwa lingkungan pelayanan harus tertib, teratur

dengan disediakannya ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan

yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan

seperti tempat parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Prosedur pelayanan publik juga diperkuat dengan Undang- Undang

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang

meliputi prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk

pelayanan, sarana dan prasarana, komponen petugas pemberian pelayanan, serta

saran dan kritik.

2.2.1.8. Faktor - Faktor Pendukung Kiner ja

Moenir (2001: 88) menyatakan bahwa dalam pelayanan umum terdapat

beberapa faktor pendukung yang penting, diantaranya faktor kesadaran, faktor

aturan, faktor organisasi, faktor pendapatan, faktor keterampilan dan faktor

(33)

1. Faktor Kesadaran

Kesadaran menunjukkan suatu keadaan pada jiwa seseorang, yaitu merupakan

titik atau equilibrium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu

keyakinan, ketenangan, ketepatan hati keseimbangan dalam jiwa yang

bersangkutan.

Sedangkan kata kesadaran dapat dirumuskan sebagai berikut : “suatu proses

berfikir melalui metode renungan, pertimbangan dan perbandingan sehingga

menghasilkan keyakinan, ketenangan, ketepatan hati dan keseimbangan

dalam jiwanya sebagai pangkal tolak untuk perbuatan dan tindakannya yang

akan dilakukan kemudian”.

Dengan pengertian diatas maka kesadaran adalah hasil dari suatu proses yang

kadang-kadang memerlukan waktu yang cukup lama dan dalam keadaan

tenang tidak dalam keadaan emosi.

Proses tumbuhnya kesadaran berbeda pada setiap orang baik dalam hal

kecepatan maupun dalam hal kualitas. Hal ini tergantung pada kemampuan

berfikir, penggunaan perasaan dan pertimbangan.

2. Faktor Aturan

Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang.

Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar peranan aturan dan

dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan tenang tanpa aturan. Oleh

karena itu peranan aturan demikian besar dalam hidup bermasyarakat maka

(34)

Pertimbangan harus diarahkan kepada manusia sebagai subyek aturan, artinya

mereka yang membuat, menjalankan dan mengawasi pelaksanaan aturan itu,

maupun manusia sebagai obyek aturan, yaitu mereka yang akan dikenai oleh

aturan itu.

Pertimbangan pertama manusia sebagai subyek aturan ditunjukkan

kepada hal-hal yang penting yaitu :

a. Kewenangan

Kewenangan erat hubungannya dengan sahnya suatu perbuatan atau

tindakan yang diambil, termasuk pembuatan aturan yang akan mengikat

berbagai pihak.

b. Pengetahuan dan Pengalaman

Dengan pengetahuan dan pengalaman dapat memiliki pandangan jauh

kedepan sehingga aturan yang dibuat dapat menjangkau waktu yang

cukup panjang karena dapat mengantisipasi segala sesuatu beberapa

tahun yang akan datang.

c. Kemampuan Bahasa

Bahasa tulisan merupakan cerminan dari kehendak atau pikiran yang

berbeda dengan bahasa lisan. Dalam beberapa hal bahasa tulis yang

mampu menterjemahkan secara lengkap kehendak atau pikiran lebih

sulit daripada bahasa lisan untuk hal yang sama.

d. Pemahaman oleh Pelaksana

Petugas pelaksana yang kelak akan terlibat langsung aturan itu,

(35)

dan arti aturan itu. Sebab petugas inilah yang berhadapan langsung

dengan orang yang berkepentingan, sehingga petugas harus mampu

memberikan penjelasan pelayanan yang tepat dan cepat.

e. Disiplin dalam Pelaksanaan

Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis

maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Salah satu syarat agar dapat

ditumbuhkan disiplin dalam lingkungan kerja adalah adanya pembagian

pekerjaan yang tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling

bawah, sehingga setiap orang tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana

melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan kapan selesai, seperti apa

hasil yang disyaratkan dan kepada siapa petugas mempertanggung

jawabkan hasil pekerjaan itu.

Mengenai disiplin ada 2 jenis disiplin yang sangat dominan dalam

usaha menghasilkan barang atau hasa sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh organisasi. Kedua jenis disiplin itu adalah sebagai

berikut :

a. Disiplin Waktu

b. Disiplin Kerja

3. Faktor Organisasi

Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada

umumnya, namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena sasaran

(36)

bukan semata-mata susunan organisasi, melainkan lebih banyak pada

pengaturan dan mekanisme kerjanya mampu menghasilkan pelayanan yang

memadai.

Menurut Louis Allen dalam Moenir (2001 : 98) “organization is a mechanism

or structur that enables living thing to workeffectively together”(organisasi

adalah mekanisme maka perlu adanya pendukung yang berfungsi

memperlancar mekanisme itu).

Sarana pendukung itu adalah sistem, prosedur dan metode. Organisasi

pelayanan yang dimaksud ialah mengorganisir fungsi pelayanan baik dalam

bentuk struktur maupun mekanismenya yang akan berperan dalam mutu dan

kelancaran pelayanan.

a. Sistem

Adalah suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang

membentuk satu kesatuan yang utuh dengan sifat-sifat saling tergantung,

saling mempengaruhi dan saling berhubungan.

b. Prosedur

Sistem dan prosedur merupakan dwi tunggal yang tidak terpisahkan karena

satu sama lain saling melengkapi. Sistem merupakan kerangka

mekanismenya organisasi sedang prosedur adalah rincian dinamikanya

mekanisme sistem. Jadi tanpa sistem prosedur tidak ada landasan berpijak

(37)

c. Metode

Yang dimaksud metode adalah cara yang dilakukan oleh seseorang untuk

menyelesaikan suatu tahap dari rangkaian pekerjaan, yang paling mudah

dan efisien diantara beberapa cara yang ada. Cara tersebut juga merupakan

urutan perbuatan atau langkah yang harus dipatuhi, karena terlewatnya

salah satu titik urutan dapat mengakibatkan “cacat” pada hasil pekerjaan

tersebut. Metode dan prosedur pada prinsipnya sama yaitu mangatur

perbuatan orang dalam pekerjaan, untuk mencapai suatu tahap atau tingkat

tertentu dari serangkaian pekerjaan tersebut. Metode hendaknya dapat

menjadi tingkah laku dalam penyelesaian pekerjaan, sehingga menambah

kelancaran pekerjaan.

4. Faktor Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga

atau pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan/organisasi,

baik dalam bentuk uang, mauapun fasilitas, dalam jangka waktu tertentu.

Pada dasarnya pendapatan harus dapat memenuhi kebutuhan hidup, baik

untuk dirinya maupun keluarga.

5. Faktor Kemampuan dan Keterampilan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang dalam hubungan dengan tugas

atau pekerjaan dapat melakukan tugas atau pekrjaan sehingga menghasilkan

barang atau jasa sesuai yang diharapkan.

(38)

peralatan kerja yang tersedia. Dengan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa

keterampilan lebih banyak menggunakan unsur anggota badan dari pada

unsur lain yaitu : otot, saraf, perasaan dan pikiran. Dengan kombinasi yang

berbeda dari masing-masing unsur tergantung pada jenis pekerjaan yang

dilakukan.

Dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka pelaksanaan

tugas atau pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi

keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri atau masyarakat.

6. Faktor Sarana

Faktor sarana pelayanan yang dimaksud adalah segala jenis peralatan,

perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau

pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam

rangka kepentingan orang-orang dengan organisasi kerja itu.

2.2.2. Kiner ja

2.2.2.1. Penger tian Kiner ja

Menurut Mangkunegara (2000: 86) istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual permonmance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai oleh seseorang).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja

sebetulnya memiliki makna yang sama dengan prestasi kerja.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah

(39)

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Moenir (1983: 76) mendifinisikan

kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja seseorang pada kesatuan

waktu dan ukuran tertentu.

Sedangkan Dharma (1986: 32) menyebutkan bahwa prestasi kerja

dimaksudkan adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan

atau diberikan seseorang atau kelompok.

Lebih lanjut Bernardin dan Russel (1993) memberikan pengertian bahwa

prestasi kerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu

pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Kinerja juga

dapat dikatakan sebagai suatu tingkat kemampuan seorang atau organisasi dalam

suatu perusahaan untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Sedangkan

efektifitas organisasi berkaitan dengan kemampuannya untuk mencapai tujuan

yang diinginkan dan efisien menggambarkan beberapa masukan (input) yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran (output).

Bernandin (1993: 379) memberikan pengertian kinerja sebagai “catatan

pekerjaan yang dihasilkan demi fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan

selama suatu periode pekerjaan tertentu”. Jadi dalam hal ini kinerja berkenaan

dengan hasil pekerjaan karyawan yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas

(40)

Sudarto (1993: 3) kinerja adalah sebagai hasil atau unjuk kerja dari suatu

organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat ditunjukan secara konkrit dan

dapat diukur. Selanjutnya Sudarto (1993: 3) juga memberikan pengertian tentang

kinerja organisasi yaitu merupakan hasil kerja konkrit yang dapat diukur dari

organisasi dan dapat dipengaruhi oleh kinerja proses dan kinerja individu, yang

membutuhkan standar kinerja sebagai alat ukur, sehingga ukuran kinerja tersebut

dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif dan tidak selalu mencerminkan potensi

organisasi.

Dari batasan pengertian yang disampaikan diatas, telah jelas apa yang

dimaksud dengan kinerja. Maka dari itu, kinerja merupakan suatu potensi yang

terdapat pada individu.

2.2.3.2. Pengukur an Kiner ja

Untuk mengetahui kinerja pegawai diperlukan kegiatan-kegiatan khusus,

seperti dikemukakan oleh Hasibuan (2000: 84) bahwa secara umum pengukuran

prestasi kerja mencakup dua hal yaitu : pertama, identifikasi dimensi kinerja yang

mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masing-masing

pegawai dalam suatu organisasi dan kedua, penetapan standart kinerja. Standart

kinerja merupakan suatu pernyataan yang menguraikan kriteria-kriteria apa yang

akan dipergunakan untuk menentukan berhasil tidaknya pegawai mencapai

tujuannya. Standart yang telah ditentukan tersebut akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan kinerja seperti “bilamana”, “seberapa baiknya”, “seberapa banyak

(41)

spesifik, dapat dicapai dengan daya upaya yang cukup dan sebisa mungkin

bersifat obyektif dan dapat diukur (Bacal 2001: 76). Untuk mengetahui kinerja

pegawai diperlukan adanya standart atau yang menjadi tolak ukur didalam

penilaian tersebut. Kriteria yang dapat dipergunakan dalam mengukur kinerja

(prestasi kerja), antara lain :

a. Kualitas (quality), merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil

pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang

diharapkan.

b. Kuantitas (quantity), merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya jumlah

unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan, dan lain-lain

c. Batas Waktu (time lines), merupakan tingkat sejauh mana kegiatan

dilaksanakan pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan

koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.

d. Efektifitas Biaya (cost efectiveness), adalah tingkat sejauh mana penggunaan

daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, material) dimaksimalkan

untuk mencapai hasil yang tinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit

penggunaan sumber daya.

e. Kebutuhan Supervisi (need of supervision), merupakan tingkat sejauh mana

seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa

memerlukan pengawasan seseorang supervisor untuk mencegah tindakan

(42)

f. Dampak interpersonal (interpersonal impact), merupakan tingkat sejauh

mana pegawai memelihara harga diri, nama baik dan kerja sama diantara

rekan kerja dan bawahan.

Meskipun terdapat banyak cara dalam melakukan pengukuran prestasi

kerja akan tetapi beberapa hal yang selalu menjadi pertimbangan, menurut

Dharma (1991) antara lain :

a. Kuantitas yang berhubungan dengan jumlah yang harus diselesaikan;

b. Kualitas yang berhubungan dengan mutu yang dihasilkan (baik dan tidaknya);

c. Ketepatan waktu yang berhubungan dengan waktu penyelesaian.

Kuantitas, secara sederhana dapat dianologikan dengan semakin banyak

pekerjaan yang dihasilkan pegawai maka pegawai tersebut dapat dikatakan lebih

berprestasi. Akan tetapi pengukuran secara kuantitas lebih tepat jika diterapkan

pada jenis pekerjaan tertentu saja.

Kualitas dapat dilihat sebagai suatu hasil. Misalnya jika yang dihasilkan

produknya adalah berupa barang atau hasil kerja yang bagus maka secara umum

dikatakan bahwa barang tersebut maupun hasil kerjanya berkualitas.

Ketepatan waktu lebih berkaitan dengan tingkat kecepatan dalam

mencapai sasaran. Misalnya semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam

menghasilkan suatu barang atau dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, maka

dikatakan lebih berprestasi.

Dari sisi yang cukup bervariasi, dijelaskan bahwa pengukuran kinerja

dapat dilihat dari mutu (kehalusan, kebersihan dan ketelitian), jumlah waktu

(43)

(ketrampilan dalam menggunakan bermacam-macam alat) dan pengetahuan

tentang pekerjaan.

Beberapa standart kinerja yang dikemukakan Arfah dan Anshori (2005:

379) dalam studinya mengukur kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu :

a. Kuantitas, yaitu jumlah produk/ hasil pekerjaan karyawan yang dihasilkan

dari target yang ditetapkan, kesesuaian dengan yang diharapkan, dan jumlah

kesalahan minimum dari pekerjaan

b. Kualitas, yaitu tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan karyawan

dalam menggunakan cara kerja, ketekunan, kecakapan, inisiatif, dan lainnya

c. Ketepatan waktu, yaitu pencapaian target waktu produksi barang/ jasa yang

dihasilkan karyawan dikaitkan standar dan ketuntasan hasil kerja yang

dibebankan

d. Keefektifan biaya, yaitu sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi

(teknologi dan material) yang digunakan oleh karyawan secara optimal dalam

rangka mengefektifkan biaya yang dikeluarkan perusahaan

e. Pengawasan, yaitu suatu kondisi dimana kinerja karyawan meningkat dalam

perusahaangebagai akibat adanya fungsi pengawasan/ supervisor ebagai

akibat adanya fungsi pengawasan/ supervisor yang efektif, sehingga tidak saja

dapat mengontrol, tetapi juga mendorong karyawan untuk menghasilkan

pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Keputusan Menteri Dalam Negeri (KEPMENDAGRI) No. 47 Tahun

(44)

dalam satu tahun buku tertentu, selanjutnya indikator pengukuran kinerja PDAM

terdiri dari:

1. Aspek Keuangan, meliputi:

a. Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif

b. Rasio Laba terhadap Penjualan

c. Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar

d. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Total Utang

e. Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang

f. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi

g. Rasion Laba Operasi sebelum Biaya Penyusulan terhadap Angsuran

Pokok dan Bunga Jatuh Tempo

h. Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air

i. Jangka Waktu Penagihan Piutang

j. Efektivitas Penagihan

2. Aspek Operasional, meliputi:

a. Cakupan pelayanan yaitu luas keseluruhan wilayah baik perkotaan

maupun pedesaan yang mendapat pelayanan.

b. Kualitas air distribusi yaitu mutu dari air yang didistribusikan ke warga

c. Kontinuitas air yaitu frekuensi distribusi air dalam periode tertetu

d. Produktifitas pemanfaatan instalasi produksi yaitu kemampuan karyawan

perusahaan daerah air minum dalam memaksimalkan dan memanfaatkan

(45)

e. Tingkat kehilangan air yaitu selisih volume air dibandingkan dengan

meteran

f. Peneraan meter air yaitu ukuran volume penggunaan air

g. Prosedur kecepatan penyambungan baru yaitu tata cara dan waktu yang

dibutuhkan oleh pihak perusahaan daerah air minum (PDAM) dalam

melakukan penyambungan baru

h. Kemampuan penanganan pengaduan yaitu kemampuan pihak perusahaan

daerah air minum alam menangani keluhan dari pelanggan

i. Kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan yaitu kemudahan prosedur

pelayanan yang berhubungan pembayaran pelanggan di perusahaan

daerah air minum (PDAM).

j. Rasio karyawan per 1000 pelanggan aspek administrasi

3. Aspek Administrasi, meliputi:

a. Rencana Jangka Panjang (Corporate Plan)

b. Rencana Organisasi dan Uraian Tugas

c. Prosedur Operasi Standar

d. Gambar Nyata Laksana (As Built Drawing)

e. Pedoman Penilaian Kerja Karyawan

f. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)

g. Tertib Laporan Internal

h. Tertib Laporan Eksternal

(46)

2.3. Ker angka Berfikir

KEPMENDAGRI No. 47 Tahun 1999

Tentang

Pedoman Penilaian Kinerja PDAM

Indikator Pengukuran Kinerja

PDAM

Kepuasan Masyarakat terhadap

Layanan di

PDAM DELTA SIDOARJO

Aspek Operasional

Prosedur Kecepatan

Penyambungan Baru

Kemampuan

Penanganan

Pengaduan

Kemudahan

Pelayanan

Pembayaran

Pelanggan

(47)

Dalam penelitian ini pengukuran kinerja Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) difokuskan pada aspek operasional terutama pada prosedur kecepatan

penyambungan baru, kemampuan penanganan pengaduan, dan kemudahan

pelayanan pembayaran pelanggan, hal ini dikarenakan banyak komplain dari

masyarakat Sidaorjo terkait dengan kurang bagusnya pelayanan di Perusahaan

(48)

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah penentuan metode yang sering juga disebut

sebagai strategi pemecahan masalah, sebab dalam tahap ini mempermasalahkan

bagaimana masalah penelitian yang ada dipecahkan atau ditemukan jawabanya.

Untuk memilih metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung dari

maksud dan tujuan penelitian, karena penelitian ini merupakan penelitian yang

dilakukan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel yang lain, maka penelitian yang bersifat

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip Leyy.J.Maloeng dalam bukunya

“Metodologi penelitian kualitatif”, bahwa penelitian kualitatif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dampak diamati (2003;3)

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mengungkapkan bahwa

dalam Leyy J Maloeng mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabung pada

pengalaman pada manusia, dalam kawasanya sendiri yang berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya (2003; 3),

sehingga dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan ingin

(49)

3.2. Obyek Fokus dan Instr umen Penelitia n

3.2.1. Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati, obyek itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainya dalam kelompok itu, dalam

penelitian kualitatif digunakan variabel yang lain dalam hal ini yang menjadi

variable adalah kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo pada aspek operasional

terutama pada prosedur kecepatan penyambungan baru, kemampuan penanganan

pengaduan, dan kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan.

3.2.2. Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum dan

samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam

lapangan, fokus ini masih mungkin mengalami perubahan selam berlangsung

penelitian itu

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah-masalah dalam hal ini

adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya 2 faktor atau lebih

(Moloeng; 2003; 237), fokus penelitian kualitatif merupakan batas yang harus

dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian, dengan merumuskan

masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari pemecahanya.

Adapun fokus penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui kinerja

PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam kaitannya dengan aspek operasional, yang

(50)

Aspek- aspek operasional penelitian ini meliputi :

1. Prosedur kecepatan penyambungan baru yaitu tata cara dan waktu yang

dibutuhkan oleh pihak PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam melakukan

penyambungan baru.

2. Kemampuan penanganan pengaduan yaitu kemampuan pihak PDAM “Delta

Tirta” Sidoarjo dalam menangani keluhan dari warga Sidoarjo

3. Kemudahan pelayanan pembayaran pelanggan yaitu kemudahan prosedur

pelayanan yang berhubungan pembayaran pelanggan di pihak PDAM “Delta

Tirta” Sidoarjo.

3.2.3. Instr umen Penelitian

Didalam mengadakan penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument

penelitian, peneliti adalah “Key Instrumen” atau alat dalam yang hal ini semua

karyawan PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo

Dalam penelitian kuantitatif tidak digunakan alat- alat seperti test atau

angket yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, melainkan hanya

menggunakan manusia sebagai instrument. Menurut Moleong (2002;121-124),

ciri- ciri umum manusia sebagai instrument yaitu :

1. Responsive

Adalah manusia sebagai instrument responsive terhadap lingkungan dan

pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan.

2. Dapat menyesuaikan diri

Maksudnya bahwa manusia sebagai instrument tidak terbatas dapat

(51)

3. Menekankan keutuhan

Yaitu manusia sebagai instrument memanfaatkan imajinasi dan kreatifitasnya

dalam memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan

4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan

5. Memproses data secepatnya

Merupakan data yang diprotes secara cepat setelah diperolehnya menyusun

kembali, mengubah arah atas dasar penemuanya, merumuskan hipotesis

sewaktu berada dilapangan dan mengetes hipotesis itu pada respondennya.

6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengihtisarkan

7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang akan diteliti, guna memperoleh

data yang akurat atau mendekati kebenaran. Disini peneliti memilih dan

menetapkan tempat penelitian pada Kantor PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo.

Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan dan alasan bahwa penulis ingin

mengetahui kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam hubungan pelayanannya

kepada masyarakat. Alasan pemilihan lokasi, dikarenakan penulis menemukan

adanya berbagai masalah di lapangan. Salah satunya yang sering dikeluhkan

masyarakat antara lain: terkait dengan debit air yang kurang merata, gangguan di

(52)

3.3. Sumber Data dan J enis Data

Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain yang dikutip oleh

Moleong (2002;112), berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi

kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan foto, terdiri atas :

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau wawancara dari

masyarakat setempat tentang kinerja PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo yang

merupakan sumber data utama, pencatatan sumber data melalui wawancara

atau pengamatan beberapa masyarakat termasuk karyawan PDAM “Delta

Tirta” Sidoarjo, dan merupakan hasil usaha gabungan di kegiatan melihat,

mendengar, dan bertanya

b. Sumber tertulis

Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis

dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber data dari arsip,

dokumen pribadi maupun resmi yang didapat dari sumber data di PDAM

“Delta Tirta” Sidoarjo.

c. Foto

Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan

oleh menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisi secara

induktif, yaitu foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri dan foto dari surat

(53)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah merupakan bagian

dalam penelitian karena pada hakekatnya dari peneliti adalah pencarian data yang

nantinya diinterpretasikan dan dianalisis dalam penelitian kualitatif. Pengumpulan

data diperlukan untuk memudahkan upaya- upaya pengumpulan data di lapangan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Patton yang dikutip oleh

Moleong (2003;135) adalah :

1. Interview (wawancara)

Adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan

diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dilakukan langsung terhadap pimpinandan karyawan PDAM

“Delta Tirta” Sidoarjo serta masyarakat Sidoarjo selaku subyek dalam

penelitian ini

Penelitian dalam hal ini menggunakan pendekatan dengan

penggunaan petunjuk umum wawancara yaitu jenis wawancara ini

mengharuskan pewancara membuat karangan garis besar pokok-pokok yang

ditanyakan dalam proses wawancara.

2. Observasi (Pengamatan)

Menurut Moleong (2002;126-127), peneliti mengadakan data dengan

cara pengamatan langsung atau melihat dari dekat obyek penelitian, observasi

(54)

mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta

konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi pengalaman yang terjadi atas :

a. Pengamatan terbuka

Adalah pengamatan secara terbuka oleh subyek, sedangkan sebaliknya

para subyek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat

untuk mengambil peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa

ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.

b. Pengamatan tertutup

Adalah pengamatanya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa

diketahui oleh para subyeknya, biasanya dilakukan penelitian ditempat

hiburan, taman, bioskop, lapangan, dan tempat hiburan lainya

3. Catatan Lapangan

Adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan releksi terhadap data dalam

penelitian kualitatif Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2002;153), catatan

lapangan diperoleh pada saat dilakukannya pengamatan dan tentang apa yang

didengar dan dilihat yang berkaitan dengan tujuan penelitian, catatan

lapangan dilakukan di kantor PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo

4. Dokumentasi

Digunakan untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh melalui

wawancara ataupun observasi, perlu juga digunakan sebagai pendukung

pencapaian tujuan penelitian, dan dokumen tersebut diperoleh di kantor

(55)

Menurut Patton yang dikutip oleh Moleong (2002;161-165), dokumen

disini adalah semua catatan atau rekaman yang sudah tersedia, dokumen

dibagi menjadi 2 yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dokumen

pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang

tindakan, pengalaman, dan kepercayaanya, sedang dokumen resmi terbagi

atas dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu

lembaga, masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri, dan

dokumen external adalah yaitu berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan

oleh suatu lembaga sosial, contoh majalah, pernyataan dan berita yang

disiarkan kepada media massa.

3.5. Analisa Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang terkumpul, proses

selanjutnya adalah penyederhanaan dana yang diperoleh kedalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan dipresentasikan, yang pada hakekatnya merupakan

upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan tipe penelitian

deskriptif, maka data akan dapat diuraikan sedetail mungkin dengan uraian-uraian

kualitatif, karena itulah data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa serinci

mungkin dengan jalan mengabtrasikan secara teliti setiap informasi yang

diperoleh dilapangan, sehingga diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang

memadai, sedangkan proses analisa data kualitatif menurut Miles dan Huberman

(56)

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.

b. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis dilapangan, reduksi data merupakan suatu analisa

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu

akan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan, akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

c. Penyajian data, sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan

mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

d. Menarik kesimpulan / verivikasi, kemampuan seseorang peneliti dalam

menyimpulkan berbagi temuan data yang diperoleh selama proses penelitian

berlangsung.

Adapun pertimbangan menggunakan analisa deskritif kualitatif ini

dikarenakan :

1. Analisa kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan

ganda.

2. Analisa kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dan sumber data.

3. Analisa kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

(57)

3.6. Keabsahan Data

Untuk menciptakan keabsahan data pada penelitian ini terdapa empat

kriteria keabsahan data dan teknik pemeriksaan keabsahan dat, yang menurut

Lincoln dan Guba dalam Moleong (2000:173) sebagai berikut :

1. Credibility (derajat kepercayaan)

Teknik pemeriksaan yang digunakan untuk meningkatkan derajat

kepercayaan terhadap data adalah dengan memperpanjang keikutsertaan pada

latar penelitian dan ketekunan pengamatan kedalam penelitian.

2. Transferbility (keteralihan)

Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku

atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar

penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara dasar penemuan yang

diperoleh secara representatif mewakili populasi.

3. Dependability (kebergantungan)

Untuk menentukan kebergantungan data peneliti menggunakan teknik audit

kebergantungan dengan mengecek sejauh mana data digunakan dalam

analisis, apakah hasil penelitian benar berasal dari data dan kesimpulan

ditarik dari data.

4. Confirmability (kepastian)

Untuk menentukan kepastian data maka peneliti menggunakan teknik audit

dengan menelusuri kembali jejak penelitian, mulai dari catatan wawancara,

(58)

4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Sejar ah Singkat PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJ O

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2 dan 3 telah disebutkan bahwa

cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh Negara. Cabang-cabang produksiyang penting bagi Negara

dan menguasai hajat hidup orang banyak diantaranya adalah air . Maka untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih yang memenuhi syarat

kesehatan, pemerintah membentuk Pengolahan Air Minum.Proses terbentuknya

Perusahan Daerah Air Minum “Delta Tirta”Kabupaten Dati II Sidoarjo adalah

sebagai berikut, berdasarkan penjelasanatas peraturan daerah Propinsi Daerah Dati

I Jawa Timur no. 4 tahun 1976,tentang peralihan pengurusan saluran air minum

Mojokerto kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo, Mojokerto,

Jombang, dan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto, disebutkan

bahwa pada massa Hindia Belanda telah ada beberapa Water Leading Bedrijuen

yang dikuasai oleh pemeritnah Propinsi Jawa tanggal 14 Desember 1933 antara

lain :

1. Provincial Water Leading Bedrijf Zuid Sidoarjo yang meliputi Daerah

Tingkat I Sidoarjo

2. Provincial Water Leading Bedrijf Zuid Surabaya yang meliput Daerah

(59)

Kedua Provincial Water Leading tersebut langsung dibawah pengawasan

Hoofd Central Bedrijf Desint yang secara administatif dan teknis diatur oleh

ketentuan dalam provincial von schroften van oost Java. Setelah tanggal 17

Agustus 1945 pengurusan kedua Provincial Water Leading Bedrijf tersebut

dilakukan sejak tahun 1950 kedua provincial water leading bedrijf tersebut

dilimpahkan kepengurusan padaDinas Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Timur

sebagai Dinas Saluran Air Minum Keresidenan Surabaya di Mojokerto.

Kemudian memenuhi anjuran Pemerintah Mentri Dalam Negeri dalam

suratnya tanggal 11 Juli 1974 nomor. EKBANG/8/43, agar segera dilaksanakan

penyesuaian Perusahaan Air Minum menjadi Perusahaan Daerah, maka dipandang

perlu untuk menyerahkan penguasaan saluran air minum Mojokerto kepada

masing-masing pemerintah kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto, Jombang,

Sidoarjo dan Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto. Sejak saat itu pengurusan

Perusahaan Daerah Air Minum adalah sebagai perusahaan daerah oleh

masing-masing Daerah Tungkat II termasuk pemerintahan Kabupaten Dati II Sidoarjo.

4.1.2. Per k embangan PDAM “ DELTA TIRTA” SIDOARJ O

Sejak perusahaan daerah air minum yang berlokasi di jalan Pahlawan no.

1, di dalam pengolahannya terdapat beberapa perkembangan. Adapun

perkembangan perusahaan yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Terjadinya perubahan kepemimpinan / managerial perusahan mulai berdiri /

disahkan 1974 sebagai berikut :

(60)

• Ir. H. Usman Djuanda, periode tahun 1993-1998

• Suhara H.A, periode tahun 1998-2001

• Drs. Suharyanto, MBA, periode tahun 2001-2006

• H. Djajadi, SH, MM, periode 2007-2012.

2. Perkembangan bidang produksi PDAM ”Delta Tirta” Kabupaten daerah

Tingkat II Sidoarjo terdiri dari 7 cabang, yaitu meliputi :

• Cabang 1 Sidoa

Gambar

Tabel  4.1.
Tabel  4.2.
Tabel  4.4.

Referensi

Dokumen terkait

budgetary slack , maksudnya bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan budgetary slack di PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo. 2) informasi asimetri merupakan variabel yang

Untuk indikator ” Pemahaman karyawan PDAM ”Delta tirta” terhadap kebutuhan konsumen ” sebagian besar responden menyatakan cukup dengan jumlah responden sebanyak 32 orang

PDAM Delta Tirta Sidoarjo di dapat sebuah permasalahan dimana perusahaan belum mampu mengoptimalkan disiplin kerja terjadi suatu pelanggaran disiplin kerja karyawan, salah satu

Indikator kedua dari motivasi, yaitu Anda memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan bekerja di PDAM “Delta Tirta” Sidoarjo dalam mmnuhi kebutuhan fisik anda,

PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo sebagai pelaku usaha memang tidak selamanya memberikan pelayanan umum (public service), pelayanan publik sendiri yaitu pemenuhan

Dalam melaksanakan cakupan layanan kinerja PDAM Delta Sidoarjo sudah sesuai dengan yang diharapkan PDAM, karena PDAM Delta menentukan cakupan layanan dengan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang upaya yang dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Disiplin Kerja, Beban Kerja, dan Dukungan Organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja pegawai di PDAM Delta Tirta Sidoarjo.. Kata