• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA."

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Siti Munawaroh NIM 13108241062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: Siti Munawaroh NIM 13108241062

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat dan efikasi diri dengan kedisiplinan belajar PKn siswa. Kedisiplinan belajar adalah perhatian, konsistensi, serta kepatuhan dalam mengikuti pelajaran. Pada kehidupan siswa di sekolah kedisiplinann belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ex-post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD se-Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 592 siswa dan diambil sampel sebanyak 239 siswa yang ditentukan dengan rumus Slovin. Pengambilan sampel menggunakan Area sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar, efikasi diri, dan kedisiplinan belajar yang berjumlah 129 item yaitu skala psikologi. Instrumen ini diujicobakan pada 30 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik expert judgement, sedangkan untuk mengetahui daya beda item menggunakan korelasi product moment Pearson. Reabilitas instrumen diketahui dengan Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) minat belajar memiliki hubungan yang signifikan dengan kedisiplinan belajar siswa dengan sumbangan sebesar 34%; 2) efikasi diri memiliki hubungan yang signifikan dengan kedisiplinan belajar siswa dengan sumbangan sebesar 37%; 3) minat belajar memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri dengan sumbangan sebesar 57%; dan 4) minat belajar dan efikasi diri memiliki hubungan yang signifikan terhadap kedisiplinan belajar siswa secara bersama-sama dengan sumbangan sebesar 40,40%.

(3)

iii

THE CORRELATION OF INTEREST AND SELF EFFICACY ON CIVIC EDUCATION LEARNING DISCIPLINE OF STATE ELEMENTARY SCHOOLS STUDENTS GRADE IV IN PENGASIH DISTRICT KULON

PROGO REGENCY SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

By: Siti Munawaroh NIM 13108241062

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the correlation of interest and self

efficacy on students’ Civic Education learning discipline. On student life at school learning discipline is one of the determinants of the achievement of learning objectives.

This study used quantitative approach with ex-post facto method.The population of this study was 592 elementary students grade IV in Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. The sample was 239 students who were determined by Slovin formula. The sampling used area sampling. Instrument of the study used in collecting data of self interest, self efficacy, and learning discipline was 129 items of phsycological scale. The instrument was examined to 30 students. Validity test of the instrumen was conducted by using expert judgement technique, while to know the distinguishing level used Pearson product moment correlation. The reliability of the instrument was examined by Alpha Cronbach. The prerequisites test of the analysis were normality test, linearity test, and multicolinearity test. The technique of data analysis used was multiple correlation analysis.

The results of the study show that: 1) learning interest correlate significantly

on students’ learning discipline that was 34 %; 2) self efficacy correlate significantly on students’ learning dscipline that was 37%; 3) learning interest

correlate significantly on self efficacy that was 34 %; and 4) learning interest and self efficacy correlate significantly on learning discipline that was 40,40%.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Munawaroh

NIM : 13108241062

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul TAS : Hubungan Minat dan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan ilmiah yang telah lazim.

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh: Siti Munawaroh NIM 13108241062

telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Akhir Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.

Mengetahui, Ketua Jurusan

Suparlan, M. Pd. I. NIP 196304271992031001

Yogyakarta, Juni 2017 Disetujui,

Dosen Pembimbing

(6)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Skripsi

HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh: Siti Munawaroh NIM 13108241062

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta Pada tanggal 20 Juni 2017

TIM PENGUJI

Nama/Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Sigit Dwi Kusrahmadi, M. Si.

Ketua Penguji/Pembimbing ... ... Dr. E. Kus Edy Sartono, M. Si.

Sekretaris ... ... Dr. Muhammad NurWangid, M. Si.

Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, ………

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Hubungan Minat dan

Efikasi Diri Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Negeri se Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, D. I. Yogyakarta” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerja sama dengan pihak lain. berkenaan dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Sigit Dwi Kusrahmadi, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan TAS ini.

2. Bapak Agung Hastomo, M. Pd. Dan Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. Selaku validator instrument penelitian yang telah memberikan saran/ masukanperbaikan sehingga penelitian dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 3. Bapak Dr. Muhammad Nur Wangid, M. Si. dan Bapak Dr. E. Kus Edy

Sartono, M. Si. selaku Penguji utama dan sekertaris penguji yang telah member koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Bapak Haryanto, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Keluarga Besar Sekolah Dasar se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin, dukungan, bantuan, dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi.

(9)

ix

8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Lain dari pada itu, semoga Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, Juni 2017 Penulis,

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kedisiplinan Belajar ... 10

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar ... 10

2. Perlunya Kedisiplinan Belajar ... 11

3. Unsur-Unsur Kedisiplinan ... 12

4. Indikator Kedisiplinan Belajar ... 16

5. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar ... 17

B.Minat Belajar ... 19

1. Pengertian Minat Belajar ... 19

2. Aspek-aspek Minat ... 22

3. Macam dan cirri Minat ... 23

4. Indikator Minat Belajar ... 24

5. Pengaruh Minat pada Perilaku di Sekolah ... 26

C. Efikasi Diri ... 28

1. Pengertian Efikasi Diri ... 28

2. Fungsi efikasi Diri ... 30

3. Dimensi Efikasi Diri ... 33

D.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 35

1. Pengertian PKn ... 35

2. Tujuan Pengajaran PKn ... 36

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 37

(11)

xi

G.Hubungan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar Siswa ... 40

H.Hubungan Minat dengan Efikasi Diri ... 42

I. Pengaruh Minat dan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar Siswa ... 43

J. Kajian Penelitian yang Relevan ... 44

K.Kerangka Berpikir ... 44

L. Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 49

B.Variabel Penelitian ... 49

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

D.Populasi dan Sampel ... 50

E. Definisi Operasional Variabel ... 54

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G.Pengembangan Instrumen ... 56

1. Perencanaan dan Penulisan Butir Item ... 56

2. Penyusunan dan Penyuntingan Item ... 61

3. Penyekoran ... 62

4. Uji Coba Instrumen ... 63

5. Validitas Butir ... 63

6. Reliabilitas Instrumen ... 68

H.Teknik Analisis Data ... 69

1. Penerapan Teknik Analisis ... 69

2. Pengkajian Analisis Prasyarat ... 69

3. Pengujian Hipotesis ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 75

1. Variabel Kedisiplinan Belajar ... 75

2. Variabel Minat ... 80

3. Variabel Efikasi Diri ... 85

B.Analisis Data ... 90

1. Uji Prasyarat Analisis ... 91

2. Pengujian Hipotesis ... 93

C.Pembahasan ... 96

1. Pembahasan Hipotesis Pertama... 96

2. Pembahasan Hipotesis Kedua ... 98

3. Pembahasan Hipotesis Ketiga ... 99

4. Pembahasan Hipotesis Keempat ... 100

D.Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 103

(12)

xii

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 47

Gambar 2. Histogram Kedisiplinan Belajar ... 77

Gambar 3. Diagram Distribusi Data Kedisiplinan Belajar Siswa ... 78

Gambar 4. Histogram Penguasaan Aspek Kedisiplinan Belajar ... 79

Gambar 5. Diagram Persentase Perolehan Aspek Kedisiplinan Belajar ... 80

Gambar 6. Histogram Minat Belajar ... 82

Gambar 7. Diagram Distribusi Data Minat Belajar Siswa ... 83

Gambar 8. Histogram Penguasaan Aspek Minat Belajar ... 84

Gambar 9. Diagram Persentase Perolehan Aspek Minat Belajar ... 85

Gambar 10. Histogram Efikasi Diri ... 87

Gambar 11. Diagram Distribusi Data Efikasi Diri ... 88

Gambar 12. Histogram Penguasaan Aspek Efikasi Diri ... 89

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Minat Belajar ... 57

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Efikasi Diri ... 59

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kedisiplinan Belajar ... 61

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Minat Belajar dan Efikasi Diri ... 62

Tabel 6. Pedoman Pemberian Skor Kedisiplinan Belajar ... 62

Tabel 7. Distribusi Butir Layak dan Gugur Skala Minat Belajar ... 65

Tabel 8. Distribusi Butir Layak dan Gugur Skala Efikasi Diri ... 66

Tabel 9. Distribusi Butir Layak dan Gugur Skala Kedisiplinan Belajar ... 67

Tabel 10. Reliabilitas Instrumen ... 69

Tabel 11. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman Variabilitas Kedisiplinan Belajar ... 76

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar Siswa... 76

Tabel 13. Penggolongan Skala Menurut Djemari Mardapi ... 77

Tabel 14. Distribusi Data Kedisiplinan Belajar Siswa ... 78

Tabel 15. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman Variabilitas Minat Belajar ... 81

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa ... 81

Tabel 17. Penggolongan Skala Menurut Djemari Mardapi ... 82

Tabel 18. Distribusi Data Minat Belajar Siswa ... 83

Tabel 19. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman Variabilitas Efikasi Diri ... 85

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Efikasi Diri ... 86

Tabel 21. Penggolongan Skala Menurut Djemari Mardapi ... 87

Tabel 22. Distribusi Data Efikasi Diri... 88

Tabel 23. Ringkasan Perbandingan Normalitas ... 91

Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 92

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Populasi ... 109

Lampiran 2. Instrumen Uji Coba ... 110

Lampiran 3. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 117

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 123

Lampiran 5. Instrumen Penelitian ... 129

Lampiran 6. Surat Keterangan Expert Judgement ... 135

Lampiran 7. Surat Izin Melakukan Uji Coba Instrumen ... 138

Lampiran 8. Surat Keterangan telah Melakukan Uji Coba Instrumen ... 139

Lampiran 9. Contoh Hasil Isian Instrumen ... 140

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian ... 145

Lampiran 11. Teknik Analisis Data ... 178

Lampiran 12. Surat Penelitian dari UNY ... 187

Lampiran 13. Surat Penelitian dari BPMPT ... 188

Lampiran 14. Surat Penelitian dari Sekolah ... 189

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan interaksi sadar yang dilakukan manusia, ditujukan untuk memanusiakan manusia dan mendewasakan manusia. Interaksi sadar tersebut diarahkan untuk berperan dalam pembentukan manusia yang mampu mengembangkan kemampuan diri seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa dan negara dalam kepentingan pembangunan.

Pendidikan merupakan kunci dalam mewujudkan cita-cita bangsa seperti yang tersurat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara penjabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 pasal 3 bahwa

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

Pendidikan merupakan suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu

(17)

2

psikisnya melalui pendidikan. Pengalaman yang diperoleh setiap individu tentu akan berbeda pada setiap harinya sehingga pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu kekuatan yang dinamis yang dapat memengaruhi kemampuan dan kepribadian setiap individu dalam berhubungan, baik dengan sesamanya atau pun dengan Tuhannya (Dwi Siswoyo, 2008: 17).

Dalam Undang-Undang nomor 20 dijelaskan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah mengembangkan akhlak mulia pada peserta didik. Pengembangan akhlak mulia dapat dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Ada banyak contoh akhlak mulia yang dapat dikembangkan seperti taqwa, mandiri, jujur, dan disiplin.

Kedisiplinan merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri. Disiplin akan mendorong, membimbing, dan membantu anak agar merasa puas akan kepatuhannya pada peraturan. Disiplin dapat dimiliki seseorang sesuai tingkat kedewasaan dan usia seseorang. Disiplin memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai tolak ukur dari keberhasilan dalam menaati peraturan, menjalankan hukuman, dan menghargai suatu norma. Orang yang memiliki kedisiplinan pada diri mempunyai sikap patuh dan taat pada aturan yang ada.

(18)

3

mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. PKn merupakan mata pelajaran yang tidak hanya berorientasi pada pembentukan pengeahuan namun juga dalam membentuk karakter peserta didik.

Kedisiplinan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor kedisiplinan belajar berasal dari diri siswa (faktor intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) (Syah, 2010 : 137). Faktor intrinsik terdiri dari dua hal yaitu faktor psikologis (minat belajar, motivasi belajar, konsentrasi, keyakinan pada diri sendiri, dan pola pikir) dan faktor fisiologis (berhubungan dengan keadaan fisik individu). Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan belajar, lingkungan keluarga, hubungan siswa dengan teman sebaya, dan hubungan siswa denga guru.

Pada kehidupan siswa di sekolah, kedisiplinan menjadi salah satu bekal utama para siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Tanpa adanya kedisiplinan siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran secara optimal. Pada saat proses pembelajaran kedisiplinan perlu dibangun dengan tujuan agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dengan berbagai respon dari siswa. Respon yang diharapkan muncul di antaranya adalah ketaatan dalam mengikuti pembelajaran, perhatian pada tugas-tugas belajar, dan perhatian pada proses pembelajaran. Selanjutnya melalui berbagai respon siswa tersebut, pada akhirnya dapat membantu perkembangan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kedisiplinan yang rendah akan memiliki perhatian yang kurang pada pembelajaran.

(19)

4

pada siswa. pemgembangan minat belajar akan membawa dampak positif terhadap kedisiplinan pada diri siswa. Sebagai contoh, ketika pembelajaran dilaksanakan dengan model yang menarik salah satunya role playing, maka akan tumbuh perhatian siswa pada pembelajaran, siswa akan mengikuti proses pembelajaran dengan seksama dan tumbuhlah kedisiplinan dalam belajar.

Kedisiplinan dalam belajar yang dimiliki siswa juga memiliki kaitan dengan keyakinan pada kemampuan belajar yang dimilikinya. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri disebut sebagai efikasi diri. Siswa dwngan efikasi diri yang tinggi sadar betul dengan tujuan belajarnya. Siswa dengan efikasi yang tinggi paham dengan sikap yang dipilih dalam mengikuti pembelajaran. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan mengikuti pembelajaran dengan seksama dan sesuai aturan belajar yang berlaku.

(20)

5

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi dan memiliki kaitan dengan kedisiplinan belajar, permasalahan di SD Negeri di Kecamatan Pengasih adalah minat belajar PKn cenderung rendah. Minat yang cenderung rendah dikarenakan materi PKn yang harus dipelajari sangat banyak dan banyak pula yang harus dihafal. Menurut penuturan guru, siswa kebanyakan memiliki nilai PKn yang rendah akibat tidak memperhatikan pelajaran PKn. Menurut guru, materi PKn untuk siswa SD kelas IV kurang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan terlalu membebankan. Hal tersebut berdampak pada tidak adanya ketertarikan pada siswa untuk mempelajari PKn.

Tidak adanya ketertarikan dalam mengikuti pembelajaran PKn berdampak pada sikap siswa yang acuh dengan pembelajaran yang berlangsung. Siswa tidak memperhatikan pembelajaran PKn. Siswa cenderung melakukan kegiatan lain ketika pembelajaran PKn berlangsung. Hal tersebut mengodentifikasikan bahwa minat belajar yang rendah akan menimbulkan kedisiplinan yang kurang pada siswa.

(21)

6

menganggap pelajaran PKn adalah pelajaran yang sulit. Permasalahan ini sesuai dengan salah satu penyebab kurangnya kedisiplinan belajar siswa.

Temuan selanjutnya yaitu mengenai kemampuan akademik, terdapat siswa yang kemampuan akademiknya terbatas. Dalam kelompok belajar, siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah cenderung melimpahkan beban menjawab soal yang diberikan oleh guru kepada teman lain yang dianggap lebih mampu. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi apatis di kelas. Siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah terlihat kurang aktif dalam menjawab sehingga guru harus menunjuk atau memanggil nama siswa terlebih dahulu.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dikhususkan di kelas IV (empat). Alasan dipilihnya SD di Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo adalah lokasi SD yang bervariasi. Beberapa SD berdekatan dengan pusat kegiatan kecamatan yaitu dekat dengan kantor camat Pengasih. Sedangkan beberapa lokasi SD letaknya lebih jauh dengan akses jalan yang kurang baik. Perbedaan tersebut diasumsikan memiliki variasi tingkat kedisplinan siswa sehingga diharapkan dapat mendukung data penelitian.

(22)

7

peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh minat dan efikasi diri terhadap kedisiplinan belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Belum nampaknya sikap disiplin pada siswa kelas 4 SD di Kecamatan Pengasih ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak patuh pada aturan saat pembelajaran berlangsung.

2. Minat belajar yang dimiliki siswa masih rendah nampak dari kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan materi dari guru kelas.

3. Efikasi diri pada siswa yang masih rendah dilihat dari sikap siswa yang menghindari pelajaran PKn.

4. Kemampuan akademik yang dimiliki siswa masih rendah, sehingga menyebabkan siswa memiliki sikap apatis dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

C. Pembatasan Masalah

(23)

8

Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang diduga berhubungan dengan minat dan efikasi diri belajar pada diri siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan kedisiplinan belajar PKn siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo?

2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri dan kedisiplinan belajar PKn siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo?

3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan efikasi diri siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo?

4. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan efikasi diri secar bersama-sama dengan kedisiplinan belajar PKn siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

(24)

9

2. Mengetahui hubungan efikasi diri siswa dengan kedisiplinan belajar siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo. 3. Mengetahui hubungan minat belajar siswa dengan efikasi diri siswa kelas

empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo.

4. Mengetahui hubungan minat dan efikasi diri siswa secara bersama-sama dengan kedisiplinan belajar siswa kelas empat Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai minat dan efikasi diri belajar terhadap tingkat kedisiplinan belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa melalui pengembangan minat dan efikasi diri.

(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kedisipinan Belajar

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Menurut Mustari (2014 : 36) displin merujuk pada latihan yang membuat orang untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu. Sebagai contoh adalah ketika seorang siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama untuk memperoleh pengetahuan. Hal tersebut merupakan upaya dalam mendisiplinkan diri.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku (Lemhannas, 1997 : 12). Sedangkan Wantah mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri (2005 : 140). Dengan menggunakan disiplin anak akan memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. dengan adanya disiplin akan tercipta lingkungan yang kondusif.

Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu citat-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan. Disiplin merupakan pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan/ atau hadiah.

(26)

11

budaya, tempat individu berada. Tujuan dari adanya disiplina adalah untuk menciptkan lingkungan yang kondusif dan sarat dengan aturan yang berlaku.\

Dalam pelaksaaan pembelajaran, disiplin sangat diperlukan. Disiplin akan membentuk siswa yang taat pada aturan dan memiliki sikap yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Disiplin akan meningkatkan keberhasilan tujuan pendidikan yaitu menciptakan peserta didik yang berakhlak mulia dan memiliki karakter.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, disiplin belajar adalah sikap yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran. Disiplin belajar adalah perhatian dan konsistensi serta kepatuhan terhadap aturan dalam mengikuti pelajaran. Disiplin belajar ditandai dengan beberapa hal yaitu memperhatikan pelajaran, mengerjakan tugas sesuai dengan perintah, tidak mengganggu siswa lain, dan lain sebagainya.

Disiplin dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah.

2. Perlunya Kedisipinan Belajar

Menurut Hurlock (1978: 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah:

(27)

12

b. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial

c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi

pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam

yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian perilaku.

3. Unsur-Unsur Kedisiplinan

Hurlock (1978 : 84) mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Siswa harus mempunyai lima unsur pokok, yaitu:

a. Peraturan

(28)

13

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, fungsi dari peraturan yaitu :

1) Mempunyai nilai pendidikan artinya, memperkenalkan pada seseorang mengenai perilaku yang disetujui anggota kelompoknya dan lingkungannya. 2) Membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan

b. Kebiasaan-kebiasaan

Selain aturan yang bersifat positif dan formal, terdapat pula kebiasaan yang tidak tertulis. Meskipun tidak tertulis, namun kebiasan ini telah menjadi keharusan yang wajib dipatuhi oleh siswa.

Kebiasaan ada yang bersifat tradisional maupun modern. Kebiasaan tradisional bisa berupa kebiasaan menghormati orang lain. Sedangkan kebiasaan modern adalah kebiasaan yang diajarkan melalui sekolah atau telah menjadi kebudayaan masyarakat. Sebagai contohnya adalah bangun pagi, menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur, serta berdoa sebelum melakukan kegiatan. c. Hukuman

(29)

14

Tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak/ siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan atau norma. Fungsi dari hukuman yaitu: 1) Untuk menghalangi perbuatan atau tindakan yang tidak diinginkan oleh

kelompok.

2) Untuk mendidik, artinya melalui hukuman yang diberikan, seseorang akan mengetahui tindakan mana ynag benar dan mana yang salah.

3) Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

Menurut Wantah (2005 : 160) terdapat beberapa cara memberikan hukuman pada siswa tanpamengarah pada kekerasan fisik, yaitu:

1) Restitusi, yaitu teknik hukuman dengan melaksanakan perbuatan yang tidak menyenangkan atau member ganti rugi setelah anak melakukan kesalahan. Misalnya, memberikan tugas tambahan.

2) Deprivasi, yaitu cara menghukum dengan mencabut atau membatalkan hak siswa dalam kegiatan yang menyenangkanatau mengasingkannya pada tempat tertentu. Sebagai contoh adalah meminta siswa yang melakukan kesalahan untuk duduk di tempat paling belakang, atau mengurangi jam istirahatnya. d. Penghargaan

(30)

15

pujian atau senyuman. Setiap bentuk penghargaan diberikan untuk suatu hasil yang baik. Fungsi dari penghargaan adalah:

1) Mempunyai nilai mendidik, artinya bila suatu tindakan disetujui maka hal tersebut dapat dirasakan baik.

2) Memotivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial.

3) Memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Seseorang belajar berperilaku sesuai dengan aturan, bahwa ia merasa bahwa perilaku demikian cukup mengntungkan bagi dirinya, dengan demikian penghargaan digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.

e. Konsistensi

Tingkat kestabilan dan kecenderungan menuju kesamaan dan menjadi ciri semua aspek disiplin, baik dalam konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman berperilaku dan pelaksanaan hukuman yang diberikan pada mereka yang melanggar. Fungsi dari konsistensi adalah:

1) Memiliki nilai mendidik, artinya peraturan yang konsisten akan memacu proses belajar.

(31)

16 4. Indikator Kedisiplinan Belajar

Disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap aturan yang ada. Disiplin belajar adalah ketaatan seseorang terhadap belajar. Disiplin belajar memiliki indikator. Menurut Rusyan (2003 : 76) indikator kedisiplinan belajar adalah patuh terhadap tata tertib dalam belajar. Tata tertib dalam belajar meliputi:

a. Patuh terhadap aturan sekolah

b. Mengindahkan petunjuk dalam berlaku c. Rajin dalam belajar

d. Tidak bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas e. Tepat waktu

f. Tidak sering meninggalkan kelas g. Tidak mengabaikan tugas belajar

Menurut Naim (2012 : 143) indikator kedisiplinan belajar adalah: a. Taat dan patuh terhadap aturan

Aturan dalam belajar dibentuk agar tujuan belajar dapat terlaksana secara efktif. Siswa dengan kedisiplinan belajar yang tinggi lebih patuh terhadap aturan dalam belajar. Sebagai contoh sikapnya adalah tidak membuat keributan di kelas. b. Perhatian dan kontrol yang kuat terhadap waktu

(32)

17 c. Bertanggung jawab terhadap tugas belajar

Bertanggung jawab terhdap tugas yang diberikan oleh guru adalah salah satu indikator kedisiplinan belajar. Bertanggung jawab artinya mengerjakan seluruh tugas baik tugas di sekolah maupun pekerjaan rumah, baik tugas individu maupun tugas kelompok.

d. Sungguh-sungguh dalam belajar

Bersungguh-sungguh mencerminkan kedisiplinan dalam belajar. Siswa yang memiliki kesungguhan dalam belajar akan menunjukkan minat dalam belajar. Siswa akan memperhatikan pelajaran yang sedang ia ikuti. Selain itu, siswa juga akan senantiasa mempelajari materi pelajaran di rumah.

Berdasarkan pendapat dari Ngainun Naim indikator kedisiplinan belajar yang akan digunakan dalam penelitian adalah adalah taat dan patuh terhadap aturan, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap waktu, bertanggung jawab terhadap tugas belajar, dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar

Permasalahan disiplin belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau hasil belajarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, pada umumnya berasal dari faktor intern yaitu dari siswa itu sendiri maupun faktor ekstern yang berasal dari luar. Beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.

(33)

18

adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

c. Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.

d. Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan

(Tu’u, 2004:48-49).

Menurut pendapat Suradi dalam Ardiansyah (2013 : 20) faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah:

a. Faktor ekstrinsik

1) Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, waktu, tempat dan peralatan maupun media yang dipakai untuk belajar.

2) Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

b. Faktor instrinsik

1) Faktor psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, keyakinan pada diri sendiri, dan kemampuan kognitif.

2) Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.

(34)

19 B. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Dalam usaha untuk memperoleh sesuatu, diperlukan adanya minat. Besar kecilnya minat yang dimiliki akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2011: 152). Minat merupakan suatu dorongan yang kuat dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003: 180). Minat dapat timbul dengan sendirinya, yang ditengarai dengan adanya rasa suka terhadap sesuatu.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2007: 121). Adanya hubungan seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan. Dekat maupun tidak hubungan tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya minat yang ada.

(35)

20

Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya (Witherington, 1983: 135), merupakan suatu kesadaran yang ada pada diri seseorang tentang hubungan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Hal-hal yang ada di luar diri seseorang, meskipun tidak menjadi satu, tetapi dapat berhubungan satu dengan yang lain karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang bersifat mengikat.

Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut.

(36)

21

Minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah (Hurlock, 1978 : 114). Minat merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang nantinya dapat mendatangkan kepuasan, yang mana kepuasan itu akan mempengaruhi kadar minat seseorang. Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun.

Berdasarkan pendapat Hurlock tersebut, aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat bergantung pada minat seseorang terhadap aktivitas tersebut. Minat memungkinkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas, karena minat merupakan dorongan yang paling kuat dari dalam diri seseorang. Besar kecilnya minat, akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas seseorang.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, minat sangat berpengaruh pada pencapaian hasil maupun proses belajar. Minat belajar adalah ketertarikan siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik di kelas maupun luar kelas. minat belajar adalah dorongan pada diri siswa untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran.

(37)

22 2. Aspek-Aspek Minat

Minat memiliki dua aspek penting. Seperti yang diutarakan oleh Hurlock (1978 : 116), terdapat dua aspek minat yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang didasarkan atas konsep yang dikembangkan oleh siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Sebagai contoh, aspek kognitif dari minat seorang siswa terhadap pelajaran. Siswa akan menganggap pelajaran adalah suatu hal yang penting dan menimbulakn rasa ingin tahu yang tinggi.

Aspek kognitif didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah, masyarakat, maupun media lainnya. Dari sumber-sumber tersebut seseorang dapat memenuhi rasa ingin tahu dan kebutuhannya.

b. Aspek afektif

(38)

23 3. Macam dan Ciri Minat

Menurut Rosyidah dalam Susanto (2013 : 60) timbulnya minat pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar. Minat bawaan timbul dengan sendirinya, biasanya dipengaruhi faktor keturunan atau bakat ilmiah. Minat yang timbul akibat pengaruh dari luar, timbul dari dorongan orang tua, lingkungan, dan kebiasaan atau adat.

Selain minat di atas, adapun macam-macam minat menurut Kuder dalam Susanto (2013 : 61) antara lain:

a. Minat terhadap alam sekitar; yaitu minat terhadap kegiatan yang berkaitan dengan alam, binatang, dan tumbuhan.

b. Minat mekanis; yatu kegiatan yang berkaitan dengan mesinmesin atau alat mekanik.

c. Minat hitung menghitung; yaitu minat terhadap kegiatan yang berhubungan dengan perhitungan.

d. Minat terhadap ilmu pengetahuan; yaitu minat terhadap fakta baru dan pemecahan masalah.

e. Minat persuasif; minat tterhadap kegiatan yang berhubungan untuk mempengaruhi orang lain.

f. Minat seni;minat pada hal yang berkaitan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan.

(39)

24

h. Minat musik; minat terhadap masalah masalah musik.

i. Minat layanan sosial; minat dalam kegiatan sosial atau membantu orang lain. j. Minat klerikal; minat terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan

administratif.

Selanjutnya, mengenai ciri-ciri minat, Hurlock (1978 : 115) menyebutkan ada tujuh. Tujuh ciri-ciri tersebut adalah:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fidik dan mental

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga, karena tidak semua orang dapat menikmatinya. d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan bisa dikarenakan akibat

keadaan fisik yang tidak memungkinkan. e. Minat dipengaruhi budaya.

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, jika suatu hal dihayati maka besar kemungkinan timbul minat pada hal tersebut.

g. Minat berbobot egosentris. Jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya.

4. Indikator Minat Belajar

(40)

25

ketertarikan, memberikan perhatian, adanya kesadaran untuk belajar tanpa disuruh, dan berpartisipasi dalam aktivitas belajar. Dari dua pendapat tersebut, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat belajar sebgai berikut:

a. Perasaan senang

Rasa senang berasal dari dalam diri seseorang. Rasa senang dapat timbul akibat dari perlakuan sebelumnya. Seorang siswa yang memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu, maka tidak aka nada rasa terpaksa untuk belajar. Siswa yang memiliki rasa senang cenderung lebih memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Contoh sikap senang terhadap pelajaran adalah tidak bosan dan hadir saat pembelajaran.

b. Keterlibatan siswa

Siswa yang memiliki minat dalam belajar akan lebih melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran. Keterlibatan tersebut dapat berupa aktif dalam bertanya, mengerjakan tugas sesuai perintah guru, dan aktif dalam diskusi kelas. c. Ketertarikan siswa

Ketertarikan adalah salah satu indikator seorang siswa memiliki minat terhadap belajar. Ketertarikan siswa dapat muncul karena adanya perlakuan dalam pembelajaran, misalnya adanya media yang menarik. Ketertarikan pada diri siswa tercermin pada sikap dalam mengikuti pelajaran seperti, antusias mengikuti pelajaran, aktif dalam pembelajaran, dan mengerjakan tugas tepat waktu.

d. Perhatian siswa

(41)

26

suatu pokok pelajaran. Seorang siswa yag memiliki minat terhadap belajar secara otomatis akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Contoh sikap yang menunjukkan perhatian siswa dalam belajar adalah mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi yang disampaikan.

5. Pengaruh Minat pada Perilaku di Sekolah

Minat sangat berpengaruh pada perilaku siswa di sekolah. bila siswa menyukai dan merasa tertarik pada sekolah, maka minatnya pada saekolah akan tinggi. Namun jika siswa tidak tertarik dan lebih bosan terhadap sekolah, maka siswa cenderung tidak memiliki minat pada sekolah (Hurlock, 1978 : 140).

Pengaruh minat pada perilaku di sekolah bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Takut sekolah

Takut sekolah merupakan keengganan bersekolah yang total maupun sebagian. Siswa yang mengalami hal ini biasanya berangkat sekolah dan mengalami keluhan-keluhan somatik, seperti sakit perut atau sakit kepala. Secara sekilas, rasa takut sekolah ditimbulkan beberapa aspek situasi sekolah, seperti rasa cemas; ada teman yang mengganggu, dan tidak siap mengikuti pelajaran.

b. Membolos

(42)

27 c. Perilaku mengganggu

Siswa yang kurang menaruh minat, cenderung melakukan hal-hal yang mengganggu siswa lain di sekolah. Sebagai contohnya adalah perilaku mengganggu dengan melanggar aturan ketika pelajaran berlangsung. Kedisiplinan dalam belajar pada diri siswa juga akan menurun akibat perilakunya yang mengganggu saat pelajaran berlangsung.

d. Prestasi kurang

Minat yang kurang dalam mengikuti pelajaran maupun ekstrakurikuler di sekolah berakibat pada prestasi pada diri siswa. siswa dengan minat yang kurang tentunya akan memilii prestasi yang lebih rendah dibandingkan siswa yang memiliki minat lebih pada pelajaran maupun ekstrakurikuler yang diikuti.

e. Prestasi berlebihan

Minat yang tinggi pada suatu kegiatan di sekolah biasanya disertai dengan prestasi yang didapatkan. Prestasi yang akan diraih siswa dengan minat yang tinggi tentunya akan lebih baik dibandingkan pada siswa yang tidak memiliki minat pada kegiatan tersebut.

(43)

28 C. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku (Feist dan J. Feist, 2011: 210). Efikasi didefinisikan sebagai penilaian orang-orang terhadap kemampuan mereka dalam mengorganisasikan dan melaksanakan tugas-tugas sehingga dibutuhkan penunujukkan suatu perilaku.

Efikasi diri berkaitan dengan penilaian seorang individu pada kemampuannya sendiri untuk melaksanakan kegiatan atau perilaku tertentu dan atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Ormrod, 2009: 20). Individu dengan efikasi diri yang tinggi lebih suka mengalokasikan waktu dan usaha untuk tugas yang dapat diselesaikan. Individu tersebut akan bersungguh-sungguh dan berusaha keras apabila yakin dapat menyelesaikan suatu tugas. Namun, apabila individu tersebut tidak yakin mampu menyelesaikan tugas tersebut, maka dirinya tidak akan bersungguh-sungguh sehingga hasil yang didapatkan pun tidak akan memuaskan.

Efikasi diri berpengaruh terhadap pemilihan aktivitas-aktifitas, usaha, dan ketekunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Bandura (dalam Feist dan J. Feist, 2011: 210) yang menyatakan bahwa

(44)

29

Individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung berupaya untuk melaksanakan tugas yang sulit, gigih dalam melakukan usaha, tetap tenang ketika menghadapi tugas, dan mampu mengelola pikirannya dalam pola analitis (Cervone dan Pervin, 2012: 231). Efikasi diri memengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, usaha yang dilakukan saat mengalami kesulitan, dan juga ketekunan untuk bangkit setelah mengalami kegagalan.

Efikasi diri seseorang yang tinggi, maka rasa percaya diri dalam melakukan suatu respon tertentu pun akan tinggi. Namun, ketika efikasi diri seseorang rendah maka kepercayaan diri dalam menyelesaikan respon tersebut juga rendah. Kepercayaan diri tersebut akan mendorong minat seseorang dalam menekuni sesuatu. Efikasi diri yang tinggi dan rendah dapat berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif. Bandura (Feist dan Feist, 2011:213) menjabarkan bahwa

“Ketika efikasi diri tinggi dan lingkungan responsif, hasilnya

kemungkinan besar akan tercapai. Saat efikasi diri rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasadepresi karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan suatu tugas yang terlalu sulit untuknya. Saat seseorang dengan efikasi diri yang tinggi menemui situasi lingkungan yang tidak responsif, biasanya akan meningkatkan usahanya untuk mengubah lingkungan. Kemudian saat efikasi diri rendah dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak

responsif, maka seseorang akan merasa apatis, segan, dan tidak berdaya.”

Bandura (Feist dan Feist, 2011: 212) mendefinisikan efikasi diri sebagai

“keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk

(45)

30

mampu beradaptasi secara cepat pada permasalahan yang sedang dihadapi (Bandura dalam Wade dan Travis, 2006: 180).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy atau efikasi diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang akan kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan tanpa merasa cemas meskipun menemui hambatan atau tantangan.

2. Fungsi Efikasi Diri

Bandura (1994 : 4) mengemukakan bahwa efikasi diri memiliki beberapa fungsi. Fungsi- fungsi tersebut adalah:

a. Fungsi kognitif

Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan yang memperkuat adalah komitmen individu terhadap tujuan tersebut.

(46)

31 b. Fungsi motivasi

Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Individu juga akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang prospektif, menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian dari tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa depan yang berharga.

Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai keraguan diri terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat dalam mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau menyerah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar ketika individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan yang kuat mendukung bagi mencapaian suatu performansi yang optimal. Efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang dipilih, keras atau tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

c. Fungsi afeksi

(47)

32

dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan penting dalam kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi. Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa efikasi diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan.

Semakin kuat efikasi diri, individu semakin berani menghadapi tindakan yang menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi.

Individu yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi dan khawatiran terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri.

d. Fungsi selektif

Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang individu percayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya, namun individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas menantang dan memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi.

(48)

33

mempengaruhi arah perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh awal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa efikasi diri dapat memberi pengaruh dan fungsi kognitif, fungsi motivasi, fungsi afeksi dan fungsi selektif pada aktivitas individu.

3. Dimensi Efikasi Diri

Albert Bandura (Ghufron dan Risnawita, 2014 : 80) menyebutkan dimensi-dimensi efikasi diri. Dimensi tersebut ada tiga yaitu dimensi-dimensi tingkat (level), dimensi kekuatan (strength), dan dimensi generalisasi (generality).

a. Dimensi tingkat (level)

Dimensi level berhubungan dengan keyakinan individu pada kemampuan yang dimilikinya terkait dengan tingkat kesulitan tugas. Sulit tidaknya suatu tugas akan berpengaruh pada pemilihan perilaku yang akan diterapkan guna mencapai suatu kesuksesan. Dimensi ini memiliki impikasi terhadap pemilihan sikap dan tingkah laku yang akan dilakukan atau dihindari. Individu akan berupaya untuk melakukan tugas yang diyakini dapat diselesaikan dan akan menghindari tugas-tugas berat di luar batas kemampuannya.

(49)

34 b. Dimensi kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan kemantapan hati seseorang ketika berhadapan dengan tantangan tugas atau permasalahan. Individu dengan tingkat efikasi diri (self efficacy) yang tinggi memiliki keyakinan yang kuat dan gigih dalam melakukan usaha guna mencapai kesuksesan, meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi.

Dalam kaitannya dengan kedisiplinan belajar, dimensi ini akan mennetukan sikap siswa terkait tugas yang diberikan. Semakin tinggi keyakinan pada siswa, maka makin tinggi pula harapan untuk mencapai keberhasilan. Siswa dengan keyakinan yang tinggi cenderung lebih memperhatikan pelajaran yang sedang dilaksanakan.

c. Dimensi generalisasi (generality)

Dimensi generality berkaitan dengan keyakinan individu terhadap luasnya bidang tugas yang dilakukan. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya tergantung pada suatu atau pun serangkaian aktivitas dan situasi. Efikasi diri (self efficacy) yang diterapkan pada berbagai situasi/ kondisi berbanding lurus dengan efikasi diri (self efficacy) yang dimiliki individu tersebut.

Dalam kaitannya dengan kedisiplinan belajar, jika situasi pembelajaran kondusuf dan mendukung maka efikasi diri pada siswa juga akan tinggi. Dengan demikian, kedisiplinan dalam belajar juga dapat terlaksana, mengingan kondisi pembelajaran yang kondusif.

(50)

35

dengan tingkat kesulitan tugas yang diberikan oleh guru, dimensi strength berkaitan dengan kemantapan hati seseorang, dan dimensi generality berkaitan dengan tingkat keluasan tugas. Peneliti menggunakan teori Bandura tentang dimensi efikasi diri untuk mengungkap skala efikasi diri (self efficacy) pada penelitian ini.

D. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Pengertian PKn

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Dengan pendidikan kewarganegaraan, diharapkan mampu membina dan mengembangkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik (good citizen). Warga negara yang baik adalah warga yang tahu, mau, dan mampu

berbuat baik. Menurut Azra dalam Susanto (2013 : 226), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga demokrasi, rule of law, Hak Asasi Manusia (HAM), serta proses demokrasi.

(51)

36

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terncana dalam pembelajaran agar siswa dapat menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik disini adalah warga yang paham akan demokrasi, negara, dan dasar negara.

Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentu manusia Indonesia seutuhnya. Esensi pembelajaran PKn bagi siswa adalah bahwa secara kodrati maupun sosial dan yuridis formal, keberadaan dan kehidupa manusia membutuhkan nilai, moral, dan norma.

2. Tujuan Pengajaran PKn

Tujuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak dan karakteristik warga negara yang baik. Menurut Mulyasa dalam Susanto (2013 : 231) tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa sebagai:

a. Mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan.

b. Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

c. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia.

(52)

37

atau di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan materi pendidikan kewarganegaraan mnekankan pada pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal mengikuti pendidikan berikutnya.

Selain itu, pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa sejak dini mampu memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang baik. Melalui materi PKn dapat mendidik wiswa untuk berpikir kritis, rasional, dalam menanggapi isu kewarganegaraan, dapat mengerti arti demokrasi, dan mampu memiliki karakter tangguh sesuai bangsa Indonesia.

E. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Yusuf (2016 : 59) mengemukakan pendapat bahwa perkembangan anak-anak usia sekolah dasar meliputi:

1. Perkembangan Intelektual

(53)

38 2. Perkembangan Bahasa

Pada masa ini, kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata telah berkembang pesat. Anak juga telah menguasai keterampilan membaca dan berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak telah berkembang ditandai dengan adanya perluasan hubungan. Disamping dengan keluarga, anak juga telah memulai ikatan hubungan dengan teman sebayanya. Pada usia ini, anak sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sikap egosentris anak telah berkurang digantikan dengan berkembangnya sikap kooperatif dan sosiosentris (mamu memperhatikan kepentingan orang lain). Keinginan anak untuk dapat diterima dalam kelompoknya pun semakin bertambah.

4. Perkembangan Emosi

(54)

39 5. Perkembangan Moral

Pada usia ini, anak sudah mampu untuk mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Anak sudah bisa menilai setiap perbuatan yang baik dan buruk sehingga tindakan mereka lebih terkontrol. Anak juga sudah dapat mengikuti aturan dan tuntutan, baik dari orang tua maupun lingkungan sosialnya.

6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilainilai agama sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya. Pada masa ini, pendidikan agama sangat mempengaruhi perkembangan akhlak anak. Apabila nilai-nilai agama telah ditanamkan sejak dini pada diri anakanak, maka pada saat masa remaja mereka lebih siap untuk menghadapi berbagai permasalahan yang biasa terjadi karena mereka sudah memiliki bekal/ pegangan yang cukup.

7. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik anak di usia ini sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap geraknnya sudah selaras dengan kebutuhannya sehingga kegiatan yang dilakukan anak lebih beragam, seperti: menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, bermain bola, dan atletik.

F. Hubungan Minat Belajar dengan Kedisiplinan Belajar

(55)

40

lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan pendapat Suradi dalam Ardiansyah (2013 : 21) bahwa dengan adanya minat yang tinggi maka semangat belajarnya juga akan tinggi. Semangat belajar ini berpengaruh dalam aktivitasnya mengikuti dan memperhatikan pelajaran.

Hurlock (1978: 140) menyatakan bahwa minat sangat berpengaruh pada perilaku siswa. Jika siswa tertarik pada pembelajaran di kelas maka minatnya akan tinggi. Siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran di kelas cenderung akan bosan. Rasa bosan inilah yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas lainnya sehingga menurunkan tingkat kedisiplinan yang ada pada diri siswa.

Kedisiplinan dalam belajar salah satunya ditandai dengan sikap yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran (Naim, 2012 :43). Kesungguhan dalam belajar dapat terjadi jika ada minat belajar pada diri siswa. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2002 : 132) indikator minat belajar antara lain dalah rasa suka, ketertarikan, memberikan perhatian, kesadaran belajar, dan partisipasi, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh akan mencerminkan indikator-indikator minat tersebut. Dengan demikian menunjukkan bahwa minat memiliki hubungan dengan kedisiplinan belajar pada diri siswa. G. Hubungan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar

(56)

41

kelas ketika pembelajaran berlangsung erat kaitannya dengan kedidiplinan dalam belajar. Jika siswa menjalankan aktivitas di kelas sesuai dengan perintah dan aturan, maka siswa memiliki kedisiplinan dalam belajar. Dengan demikian efikasi diri mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa.

Bandura (Feist dan Feist, 2011: 210) yang mengatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi bentuk tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi mampu memberikan respon positif dan tindakan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa dengan efikasi yang tinggi akan mengikuti pelajaran sesuai dengan aturan. Begitu pula sebaliknya siswa yang memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi akan lebih yakin pada tindakan yang diplih. Siswa dengan kedisiplinan yang tinggi memiliki efikasi diri yang tinggi pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa efikasi dirimemiliki hubungan dengan kedisiplinan belajar.

Bandura (Wade dan Travis, 2006 : 180) mengungkapkan bahwa siswa dengan tingkat efikasi yang tinggi tidak akan mudah cemas dan mampu beradaptasi dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam hal ini adaptasi dapat berupa sikap dan perilaku dalam mengikuti pelajaran. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya siswa dengan efikasi diri yang tinggi mampu mampu mengikuti pelajaran dengan sikap yang baik dan mematuhi aturan yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efikasi diri dan kedisiplinan belajar siswa saling berhubungan.

(57)

42

siswa. Pendapat tersebut memperkuat bahwa efikasi diri berpngaruh pada kedisiplinan belajar siswa. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi tidak merasa takut dan pesimis dalam menghadapi suatu masalah.

H. Hubungan Minat Belajar dengan Efikasi Diri

Bandura (Feist dan Feist, 2011: 210) yang mengatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi bentuk tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi mampu memberikan respon positif dan tindakan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa dengan efikasi yang tinggi akan mengikuti pelajaran sesuai dengan seksama dan penuh perhatian. Siswsa yang sungguh-sungguh dalam belajar menunjukkan siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar. Dengan demikian menunjukkan bahwa minat memiliki hubungan dengan efikasi diri siswa

Berkaitan dengan pembelajaran PKn, siswa dengan minat tinggi cenderung lebih memperhatikan pembelajaran dari awal hingga akhir. Perhatian dalam pembelajaran tersebut menjadikan siswa merasa bahwa pelajaran PKn itu lebih mudah. Dengan demikian, efikasi diri juga akan tumbuh dalam pribadi siswa. semakin tinggi anggapan siswa terhadap pembelajaran PKn yang mudah maka semakin tinggi pula efikasi dirinya.

(58)

43

I. Hubungan Minat Belajar dan Efikasi Diri dengan Kedisiplinan Belajar

Disiplin belajar merupakan salah satu kunci utama keberhasilan proses belajar. Menurut Syah (2010 : 137) kedisiplinan dalam proses belajar dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor internal siswa, eksternal siswa, dan pendekatan belajar. Dalam faktor internal terbagi lagi atas dua tinjauan yaitu aspek fisiologis (jasmani) dan psikologis (intelegensi, sikap, minat, bakat, keyakinan, dan motivasi). Dari faktor psikologis tersebut diketahui bahwa minat dan keyakinan merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa, sedangkan efikasi diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri dalam belajar. Hal tersebut menjadi pendukung bahwa minat dan efikasi diri secara bersamaan memiliki hubungan dengan kedisiplinan belajar.

(59)

44 J. Kajian Penelitian yang Relevan

Ardiansyah (2013) dalam penelitiannya menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yaitu lingkungan sekolah memiliki (22,73%); pembelajaran (13,51%); komunikasi (11,19%); kondisi udara dan penglihatan (10,07%); dan minat, motivasi, serta pola makan (9,31%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa minat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa. Penelitian dari Ardiansyah relevan dengan penelitian ini karena dalam penelitian tersebut ditemukan faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa.

Selanjutnya dalam penelitian Parmiyati (2013) ditemukan bahwa penyebab rendahnya kedisiplinan siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya adalah perhatian siswa; kegemaran siswa meniru gaya artis; dan rasa percaya diri. Penelitian Parmiyati relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar. Selain itu subjek penelitiannya juga sama yaitu siswa sekolah dasar.

K. Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Minat Belajar
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Efikasi Diri
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kedisiplinan Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perilaku sosial keagamaan siswa, baik, seperti saling menghargai dalam perselisihan, memberikan teladan yang baik di hadapan teman- teman, menerima nasehat

Dari hasil pengujian pada isyarat sensor accelerometer dan sensor gyroscope dengan berbagai perubahan waktu cuplik, disimpulkan bahwa mengecilnya waktu cuplik

Bagaimana distribusi kontaminasi bakteri Escherichia coli , praktik mencuci tangan dengan sabun, menggunakan alat bantu penyajian makanan, cara pencucian

Penelitian yang saya lakukan berjudul “ Upaya Pencegahan DBD oleh Jumantik dan Hubungannya dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawa Buntu Kota Tangerang

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh umur (5, 6 dan 7 tahun) dan posisi kayu dalam batang terhadap nilai MFA, karakteristik serat, kadar air kering

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keragaman Gen Toll-like Receptor 4 (TLR4) dan Myxovirus (Mx) pada Ayam Kampung serta Asosiasinya terhadap Sifat Pertumbuhan

Berikut ini adalah beberapa penelitian tentang Implementasi Cell ID dan GPS dalam pencarian Lokasi : Aprilia Rachmawati, pada tahun 2011, dalam papernya yang berjudul Pen- carian

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kualitas spermatozoa berbagai genetik rumpun ayam pejantan lokal, menentukan jenis krioprotektan (dimethyl sulfoxide/