1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (Darmawan et al., 2004). Hal ini patut disyukuri, karena alam semesta ini diserahkan kepada manusia untuk diambil hikmahnya, diolah, dimanfaatkan secara lestari keberadaannya. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran.
“Dan kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuhan yang indah dipandang mata.” (QS. Qaaf: 7).
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai pasangan dari tumbuh-tumbuhan yang baik?” (QS. Asy-Syu’ara: 7).
Sejak jaman dahulu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat sebagai pengobatan tradisional (Sari, 2006). Menurut SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.1380 tanggal 02 Maret 2005, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang berkhasiat atau diperkirakan berkhasiat sebagai obat, khasiat dan kegunaannya diketahui berdasarkan pengalaman turun-temurun, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah.
dan rehabilitatif. Bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih dalam munculnya selogan kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat sintesis (Katno dan Pramono, 2010).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO juga merekomendasikan
penggunaan obat tradisional, termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya
dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003).
Menurut SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004, obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis.
Keadaan negara indonesia yang masih terpuruk pada saat ini, mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan di setiap segi kehidupan. Rendahnya tingkat ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan lingkungan serta kondisi nutrisi yang buruk memicu terjangkitnya berbagai macam penyakit. Penyakit yang paling banyak ditemukan adalah penyakit infeksi (Wulandari, 2009). Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogen pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi, salah satunya adalah infeksi karena bakteri (Dorland, 2002).
tersebut sebagai obat penanggulangan infeksi dalam bentuk fitofarmaka (Endarjo, 1996).
Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai obat adalah tanaman benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) (Artanti et al., 2006), yang dikenal dengan nama daerah kemladean, mladeh (Jawa) atau jejontok (Sasak). Hutapea (1999) mengungkapkan bahwa tanaman yang termasuk ke dalam famili Loranthaceae mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri, antitoksin dan antikanker. Osadebe dan Akabogu (2005), membuktikan bahwa ekstrak etanol dan petroleum eter benalu jenis Loranthus micranthus dengan famili Loranthaceae telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba. Ekstrak etanol Loranthus micranthus memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis sedangkan ekstrak petroleum eter memiliki aktivitas antijamur yang baik.
Jamilah (2003) menemukan bahwa ekstrak etanol benalu dari spesies Dendrophthoe petandra mempunyai senyawa utama kuersetin yaitu suatu senyawa flavonol glikosida. Senyawa flavonol glikosida adalah suatu kelompok senyawa fenol (Lenny, 2006). Menurut Pelczar dan Chan (1988) dan Katzung (2004), Senyawa fenol memiliki efek korosif, dapat mendenaturasi protein, merusak dinding dan membran sel mikroba dan menonaktifkan enzim-enzim. Senyawa ini bersifat bakterisid (termasuk mikobakteri), fungisid, dan mampu menonaktifkan virus-virus lipofilik.
emphiema, pernanahan, dan abses (Hart and Shears, 1997; Levinson and Jawetz, 2002; Jawetz et al., 2008).
Bakteri Eschericia coli sebagai anggota flora normal usus manusia, namun terdapat pula strain dari bakteri ini dengan struktur antigen tertentu yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, diare, septikemia (sepsis), luka infeksi, meningitis pada neonatus dan gastroenteritis (Kelly dan Hite, 1955; Smith et al, 1964; Hart and Shears, 1997; Jawetz et al., 2008).
Adanya indikasi senyawa aktif antibakteri dalam tumbuhan benalu mangga, serta belum adanya laporan penelitian tentang efek antimikroba dari hasil ekstraksi herba benalu mangga terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara invitro, mendasari dilakukannya penelitian ini sehingga dapat memberikan informasi dan landasan ilmiah untuk pengembangan lebih lanjut.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229 secara in vitro?
2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229 secara in vitro?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, penulis mempunyai tujuan yang saling berkaitan sehingga tujuan tersebut dapat tercapai, adapun tujuan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui aktivitas daya hambat ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) terhadap pertumbuhan bakteri secara invitro.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229 secara in vitro.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek antimikroba ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan bakteri Escherichia coli ATCC 11229 secara in vitro. 2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi peneliti lain untuk meneliti lebih jauh mengenai daya hambat ekstrak etanol herba benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) terhadap strain bakteri flora normal yang lain dan strain bakteri patogen. b. Penelitian ini dapat memberikan data ilmiah yang dapat