• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR MIKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA KABUPATEN KARO SEBAGAI BUKU AJAR BIOLOGI BERBASIS LOKAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR MIKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA KABUPATEN KARO SEBAGAI BUKU AJAR BIOLOGI BERBASIS LOKAL."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA KABUPATEN KARO SEBAGAI BUKU AJAR

BIOLOGI BERBASIS LOKAL

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

DAVID NAPITUPULU NIM : 8106174019

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA KABUPATEN KARO SEBAGAI BUKU AJAR

BIOLOGI BERBASIS LOKAL

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

DAVID NAPITUPULU NIM : 8106174019

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

David Napitupulu. Studi Keanekaragaman Jamur Makroskopis di Taman Hutan Raya Kabupaten Karo Sebagai Buku Ajar Biologi Berbasis Lokal. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jamur makroskopis di Taman Hutan Raya Kabupaten Karo dan mengembangkan buku ajar biologi SMA berbasis lingkungan lokal. Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo. Pengkoleksian jamur makroskopis dilakukan pada 2 stasiun berdasarkan kondisi curah hujan dan lokasi pertumbuhan jamur. Jamur makroskopis yang ditemukan di Taman Hutan Raya Kabupaten Karo terdiri dari 76 spesies dan 51 genus. Beberapa genus diantaranya adalah Albatrellus, Aleuria, Amanita, Auriscalpium, Camarophyllus, Cantharellus, Clavulina, Collybia, Coltricia, Coprinus, Crepidotus, Dacrymyces, Daldinia, Flammulina, Fomitopsis, Ganoderma, Gomphidius, Hygrocybe, Laccaria, Lacrymaria, Lactarius. Indeks keanekaragaman jamur makroskopis pada stasiun 1 sebesar 2.22165 sedangkan indeks keanekaragaman jamur makroskopis pada stasiun 2 sebesar 1.68582 (kategori sedang). Produk penelitian yang dihasilkan berupa jamur makroskopis dan buku ajar biologi berbasis lokal. Analisis buku ajar biologi melalui 2 dosen ahli sebesar 65% (kelayakan isi), 78% (kelayakan penyajian), 68% (kelayakan kebahasaan); sedangkan penilaian melalui 6 orang guru biologi sma swasta Immanuel Kabanjahe sebesar 87% (kelayakan isi), 82% (kelayakan penyajian), 89% (kelayakan kebahasaan). Sebanyak 30 orang siswa SMA swasta Immanuel Kabanjahe juga dilibatkan untuk validasi buku ajar biologi dimana hasil yang diperoleh cukup baik dan membantu mereka semakin mengenal jamur lebih dekat. Hasil validasi buku ajar biologi bagi siswa memberi pengaruh positif dan informasi baru tentang jamur karena mereka belum pernah membaca buku seperti buku ajar biologi tersebut.

(6)

ii

ABSTRACT

David Napitupulu. Study of Mushroom’s Diversity in Taman Hutan Raya Kabupaten Karo as Biology Textbook Based on Local Environment. Thesis. Medan: Graduate Program of The State University of Medan, 2014.

This research was aimed to know the diversity of mushrooms in Taman Hutan Raya Kabupaten Karo and to develop the Biology textbook of Senior High School based on lacal environment. This research was conducted in Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo. The Collecting process of the mushrooms was done at two stations based on the raindrop condition and where the mushroom were growth. 76 species and 51 genus, some of the genus were Albatrellus, Aleuria, Amanita, Auriscalpium, Camarophyllus, Cantharellus, Clavulina, Collybia, Coltricia, Coprinus, Crepidotus, Dacrymyces, Daldinia, Flammulina, Fomitopsis, Ganoderma, Gomphidius, Hygrocybe, Laccaria, Lacrymaria, Lactarius. The diversity index of the mushrooms at station 1 were about 2.22165; whereas the diversity index of the mushrooms at station 2 were about 1.68582 (medium category). The research products which were gained were mushrooms and the local-based biology textbook. The percentage of the analysis of the biology textbook which were obtained from two expert lecturers was about 65% (feasibility of content), 78% (feasibility of presentation), 68% (feasibility of linguistic); while the evaluation of which was done by six teachers of SMA Swasta Immanuel Kabanjahe was about 87% (feasibility of content), 82% (feasibility of presentation), 89% (feasibility of linguistic). 30 students of the school were also involved to evaluate the textbook. The result was good and can be usefull for them, that is know mushrooms more. The evaluation result of the biology textbook for student was to give positive influence and new information about mushrooms because they had never read any books like the biology textbook.

Keywords: Mushroom’s Diversity, Biology textbook for Senior High School Based

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena hanya pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan serangkaian kegiatan penelitian dan menuliskan laporan hasil penelitiannya dalam bentuk Tesis yang berjudul: “Studi Keanekaragaman Jamur Makroskopis di Taman Hutan Raya Kabupaten Karo Sebagai Buku Ajar Biologi Berbasis Lokal”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister Pendidikan Biologi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si dan Ibu Dr. Ely Djulia, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tesis, yang dengan penuh kesabaran dan keterbukaan memberikan bimbingan dan dorongan moril serta waktunya demi penyelesaian Tesis ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para narasumber Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D dan Bapak Hasruddin, M.Pd yang sudah banyak memberikan masukan yang begitu berarti bagi Tesis ini baik dari segi teori, penulisan maupun metodologinya, serta ucapan terima kasih juga kepada seluruh dosen yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis juga tidak lupa kepada seluruh teman-teman se-angkatan yang bersama-sama berjuang di perkuliahan dan telah banyak memotivasi penulis agar tetap semangat dan tetap berjuang dalam penyelesaian Tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugianto, SH selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Tahura, Bapak Lilik, Bg Sirait beserta isterinya dan rekan-rekan di Tahura yang sudah membantu penulis dalam penelitian di lapangan.

(8)

vi

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada orang tua tercinta, Bapak T. Napitupulu dan Oma E. Sidabalok serta kakak, abang, adik, lae atas segala perhatian, motivasi, bimbingan dan doa yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis.

Teman-teman seperjuangan di Bimbingan Belajar SSI yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis sehingga penulis tetap semngat dalam menyelesaikan Tesis ini. Terkhusus D br Pengaribuan yang selalu memperhatikan dan mendukung penulis. Penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua Guru Sekolah Mentari Bangsa yang telah memberikan semangat kepada penulis, terkhusus Mis Nina, Mis Melda, Mis Indri, Mis Karin dan guru yang lainnya.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis di dalam penyelesaian pendidikan dan Tesis ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga semua bantuan yang sudah diberikan akan dibalaskan Tuhan juga melalui berkat-berkatNya yang berkelimpahan.

Medan, Februari 2014

(9)

vii

2.1.3 Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo ... 13

2.1.4 Buku Ajar ... 14

2.1.5 Buku Pengayaan ... 15

2.1.6 Buku Teks Pelajaran ... 17

2.1.7 Cara Menyusun Buku Teks Pelajaran ... 17

2.1.8 Evaluasi dan Revisi ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Alat dan Bahan ... 23

3.3 Deskripsi Stasiun Penelitian ... 23

3.4 Penelitian di Lapangan ... 24

3.5 Penelitian di Laboratorium ... 26

3.6 Pengumpulan Hasil Buku ajar ... 26

3.6.1 Instrumen 1: Lembar Analisis Penilaian Kualitas Buku Ajar Biologi SMA Berbasis Lingkungan Lokal ... 26

(10)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.2 Jenis Jamur Makroskopis di Tahura Bukit Barisan ... 29

4.3 Kepadatan Jamur Makroskopis di Tahura Bukit Barisan ... 31

4.4 Habitat dan Peranan Spesies Jamur Makroskopis yang Ditemukan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo ... 36

4.5 Indeks Keanekaragaman dan Dominansi Jamur Makroskopis... 37

4.6 Analisis Penilaian Buku Ajar Biologi SMA Berbasis Lingkungan Lokal ... 40

4.7Penilaian Draft Buku Ajar Biologi ... 40

4.7.1 Penilaian Draft Buku Ajar Biologi Berdasarkan Dosen Ahli ... 40

4.7.2 Penilaian Draft Buku Ajar Biologi Berdasarkan Guru Biologi SMA ... 42

4.7.3 Penilaian Draft Buku Ajar Biologi Berdasarkan Siswa SMA ... 44

4.8 Pembahasan ... 46

4.8.1 Keanekaragaman jamur makroskopis ... 46

4.8.2 Indeks Keanekaragaman dan Dominansi ... 47

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis Jamur Makroskopis yang Tercuplik pada Habitat Belakang Tahura dan Habitat Depan Tahura di Taman

Hutan Raya Tongkoh Bukit Barisan pada Bulan Juli 2013 ... 30

Tabel 4.2 Jenis dan Kepadatan Jamur Makroskopis (ind/100m2) di Taman Hutan Raya Tongkoh Bukit Barisan pada Habitat Belakang Tahura (stasiun1) dan Depan Tahura (stasiun 2) ... 32

Tabel 4.3 Klasifikasi genus jamur makroskopis yang ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo pada 2 stasiun

Pengamatan ………... 35

Tabel 4.4 Habitat dan Peranan Spesies Jamur Makroskopis yang Ditemukan Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo ………... 36

Tabel 4.5 Jenis dan Keanekaragaman Jamur Makroskopis (ind/100m2) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan pada Stasiun I ………. 38

Tabel 4.6 Jenis dan Keanekaragaman Jamur Makroskopis (ind/100m2) di

Taman Hutan Raya Bukit Barisan pada Stasiun 2 ………. 39

Tabel 4.7 Indeks Keanekaragaman, Dominansi dan Jumlah Jenis Jamur Makroskopis di Taman Hutan Raya Tongkoh pada Daerah Belakang Tahura (Stasiun 1), dan pada Daerah Depan Tahura

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi jamur makroskopis ………. 10

Gambar 2.2 Struktur Tubuh Basidiomycota ……….... 12

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ………. 24

Gambar 4.1 Peta Lokasi penelitian beserta family jamur yang ditemukan…. 28

Gambar 4.2 Persentase penilaian buku ajar biologi SMA “Mengenal Lebih Dekat Tentang Kehidupan Jamur Makroskopis di Tahura

Kabupaten Karo” menurut penilaian dosen ahli ………. 42

Gambar 4.3 Persentase hasil penilaian buku ajar biologi SMA “Mengenal Lebih Dekat Tentang Kehidupan Jamur Makroskopis di Tahura Kabupaten Karo” oleh enam orang guru biologi SMA ………... 43

Gambar 4.4 Hasil penilaian buku ajar biologi SMA “Mengenal Lebih Dekat Tentang Kehidupan Jamur Makroskopis di Tahura Kabupaten Karo” berdasarkan 30 orang siswa SMA Swasta

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Analisis Kualitas Buku Ajar Biologi SMA/MA

Berbasis Lingkungan Lokal Berdasarkan Dosen Ahli... 60

Lampiran 2 Lembar Analisis Kualitas Buku Ajar Biologi SMA/MA Berbasis Lingkungan Lokal Berdasarkan Guru Biologi... 62

Lampiran 3 Uji Coba Buku Ajar Biologi Berbasis Lingkungan Lokal... 64

Lampiran 4 Deskripsi Jamur Makroskopis ... 66

Lampiran 5 Hasil Penilaian Dosen Ahli Mengenai Buku Ajar Biologi... 83

Lampiran 6 Hasil Penilaian Guru Biologi Mengenai Buku Ajar Biologi……. 83

Lampiran 7 Hasil Penilaian Siswa SMA Mengenai Buku Ajar Biologi…….. 83

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai daerah tropis merupakan sumber yang sangat potensial

ditemukannya spesies baru. Banyak pakar yang menduga bahwa daerah tropis

memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

sumber terkaya ditemukannya berbagai jenis makroorganisme baru (Gandjar, dkk.,

2006). Indonesia juga merupakan Negara kepulauan yang terletak di garis

khatulistiwa yang menjadikan Indonesia sebagai Negara tropis yang sangat kaya

akan keanekaragaman hayati. Sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis,

Indonesia juga mempunyai kondisi lingkungan yang basah dan lembab dan kondisi

ini sangat cocok bagi pertumbuhan banyak organisme, termasuk makroorganisme

dari jenis jamur (Suharna, 1993).

Makroorganisme merupakan salah satu faktor yang berpengaruh di dalam

pembentukan hutan. Banyaknya makroorganisme pada tanah hutan menunjukkan

bahwa hutan itu berkembang dengan baik, baik pertumbuhan pohon-pohon maupun

tanahnya (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).

Tanah dihuni oleh bermacam-macam makroorganisme dan

mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur yang sangat memengaruhi kesuburan

tanah. Oleh karena itu mereka merupakan salah satu aspek penting yang berperan

dalam pembentukan suatu ekosistem. Makroorganisme tanah juga

(15)

2

dengan demikian mikroorganismereka mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia

dan fisik tanah (Anas, 1989).

Tanah memiliki sejumlah makroorganisme tanah dengan kuantitas yang

bervariasi. Asnah, (2010) telah melakukan penelitian di Tangkahan, Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL) Sumatera Utara. Hasil menunjukkan bahwa

terdapat 87 jenis jamur makroskopis, 25 famili, 7 odo, 2 kelas (Ascomycetes dan

Basidiomycetes). Nugroho, (2004) juga melakukan penelitian di Taman Wisata

Alam Sibolangit dan menemukan 97 jenis jamur makroskopis, 18 famili, 8 ordo

dari 2 kelas (Ascomycetes dan Basidiomycetes). Jasmen, (2010), melakukan

penelitian di Ekowisata Bukit Lawang, Kabupaten Langkat dan menemukan 83

jenis jamur, 19 famili, 8 ordo dari 2 kelas (Ascomycetes dan Basidiomycetes).

Jamur (fungi) berperan sebagai dekomposer yang membantu proses

dekomposisi bahan organik untuk membantu siklus materi dalam ekosistem hutan.

Jamur kayu atau fungi kayu ( wood fungi) adalah sejumlah besar fungi yang dapat

ditemui pada kayu dan menyebabkan pelapukan kayu. Jamur (fungi) tersebut

mempunyai aktifitas selulolitik yang sangat kuat, bisa pada kayu dan pohon masih

hidup, maupun pada kayu yang sudah mati. Sebagian besar tergolong dalam

basidiomycota antara lain, Volvariella volvaceae, Pleurotus, Habelatus, Lentinus

edodus, Agaricus sp., dan Auricularia sp. (Alexopoulus dan Mimms, 1996) dalam

(Gandjar, dkk., 2006).

Salah satu hutan alam yang terdapat di Sumatera Utara adalah Taman Hutan

Raya Bukit Barisan yang terletak di kawasan Desa Sibolangit, Kecamatan

Sibolangit, Propinsi Sumatera Utara. Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya

(16)

3

oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19

Nopember 1988. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang

berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya

51.600 Ha. Sebagian dari kawasan Taman Hutan Raya ini dialihfungsikan sebagai

hutan wisata. Manfaat yang diperoleh dari kawasan ini sangat penting, bukan hanya

dari keragaman tumbuhan yang dapat dikoleksi saja, melainkan juga memberikan

kontribusi yang sangat penting bagi keperluan pendidikan.

Penelitian mengenai keanekaragaman jamur makroskopis dapat dijadikan

sebagai bahan pembelajaran dan penelitian, yang dapat menambah pengetahuan

bagi siswa dan membantu guru dalam proses pembelajaran. Dari penelitian tentang

keanekaragaman jamur makroskopis akan dihasilkan buku ajar pengayaan berbasis

lingkungan lokal yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa dan

guru dalam mendukung pembelajaran biologi.

Bertolak dari penelitian di atas, mengenai keanekaragaman jamur

makroskopis ini masih sedikit dilakukan oleh peneliti atau mahasiswa, apalagi

mahasiswa biologi. Melihat informasi tentang keanekaragaman jamur makroskopis

di taman hutan raya yang masih minim dan dikaitkan dengan minimnya bahan ajar

yang mendukung pembelajaran biologi maka penulis merasa perlu untuk

(17)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1. Masih kurangnya penelitian tentang jamur yang berpengaruh terhadap

lingkungan, khususnya di Sumatera Utara.

2. Belum ada penelitian mengenai keanekaragaman jamur di Taman Hutan

Raya Tongkoh Bukit Barisan.

3. Belum adanya buku pengayaan bagi siswa SMA sebagai bahan ajar pada

materi keanekaragaman hayati yang berbasis lingkungan lokal.

4. Masih kurangnya media pembelajaran mengenai jamur makroskopis bagi

siswa sebagai bahan pengayaan pembelajaran.

5. Buku teks tentang jamur yang digunakan di sekolah lebih banyak

menyajikan konsep dan pengetahuan yang bersifat hafalan bagi siswa.

6. Siswa membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan pembelajaran materi

Keanekaragaman Hayati, terkhusus mengenai jamur.

1.3 Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari identifikasi di atas, maka peneliti membatasi permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Keanekaragaman jamur yang diteliti adalah jamur makroskopis, division

Ascomycotina dan Basidiomycotina.

2. Lokasi penelitian dibatasi pada wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan

(18)

5

3. Bahan pembelajaran yang akan disajikan sebagai hasil penelitian ini adalah

bahan ajar cetak berupa buku Ajar Biologi Berbasis Lingkungan Lokal bagi

siswa.

4. Pengambilan jamur makroskopis dilakukan sebanyak 3kali, pada bulan mei,

juni dan juli.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana keanekaragaman jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo?

2. Apa saja genus jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit

Barisan Kabupaten Karo?

3. Bagaimana dominansi jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Kabupaten Karo?

4. Bagaimana pendapat dosen ahli mengenai buku ajar Biologi berbasis

lingkungan lokal?

5. Bagaimana pendapat guru mengenai buku ajar Biologi berbasis lingkungan

lokal?

6. Bagaimana pendapat siswa mengenai buku ajar Biologi berbasis lingkungan

lokal?

7. Apakah buku ajar Biologi berbasis lingkungan lokal yang dikembangkan

(19)

6

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui keanekaragaman jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo.

2. Mengetahui genus jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Kabupaten Karo.

3. Mengetahui dominansi jamur makroskopis di Kawasan Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Kabupaten Karo.

4. Mengetahui pendapat dosen ahli mengenai buku ajar Biologi berbasis

lingkungan lokal.

5. Mengetahui pendapat guru mengenai buku ajar Biologi berbasis lingkungan

lokal.

6. Mengetahui pendapat siswa mengenai buku ajar Biologi berbasis

lingkungan lokal.

7. Mengetahui kelayakan buku ajar Biologi berbasis lingkungan lokal menurut

dosen ahli, guru dan siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh

gambaran mengenai keanekaragaman jamur makroskopis di wilayah

(20)

7

b Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka

acuan bagi peneliti yang akan melakukan studi lanjut mengenai

keanekaragaman jamur makroskopis di wilayah Taman Hutan Raya

Bukit Barisan Kabupaten Karo.

c Memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan

dengan pembuatan buku ajar.

2. Manfaat Praktis

a Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi

dalam pembelajaran Biologi khususnya bagi siswa dan guru Biologi.

b Menggali potensi kekayaan alam berupa jamur makroskopis secara

(21)

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Keanekaragaman jamur makroskopis di Taman Hutan Raya Kabupaten

Karo adalah tidak stabil dan tidak rendah tetapi sedang (mengarah stabil),

dengan nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 1 senilai 2.22165 dan

pada stasiun 2 senilai 1.68582.

2. Ditemukan 51 genus yang berhasil diidentifikasi yaitu : Agaricus,

Albatrellus, Aleuria, Amanita, Auriscalpium, Camarophyllus,

Cantharellus, Clavulina, Collybia, Coltricia, Coprinus, Crepidotus,

Dacrymyces, Daldinia, Flammulina, Fomitopsis, Ganoderma, Gomphidius,

Hygrocybe, Ischnoderma, Laccaria, Lacrimaria, Lactarius, Laetiporus,

Lycoperdon, Marasmius, Melanoleuca, Mycena, Naematoloma,

Omphalotus, Pannaeolus, Panus, Phaeolus, Phellinus, Pholiotina, Pluteus,

Polyporus, Psathyrella, Pseudohydnum, Pseudoclitocybe, Psilocybe,

Rickenella, Russula, Scleroderma, Stereum, Stropharia, Suillus, Trametes,

Tremellodendropsis, Tulostoma, dan Volvariella.

3. Kepadatan dan dominansi jamur makroskopis pada setiap stasiun jauh

berbeda. Pada stasiun 1 ditemukan jamur makroskopis dengan jumlah

yang sangat banyak sebanyak 66 spesies sedangkan pada stasiun 2 hanya

(22)

56

4. Penilaian menurut dosen ahli mengenai buku ajar Biologi yang sudah

disusun adalah perlu ditambahkan lebih banyak lagi mengenai materinya,

kegiatan praktikum, kasus jamur dalam kehidupan, penentuan jamur yang

aman dikonsumsi dan contoh gambar jamur makroskopisnya.

5. Penilaian menurut guru Biologi mengenai buku ajar Biologi yang sudah

disusun adalah secara umum sudah bagus, namun pada bagian desain

sampul ditambahkan lokasi Tahura, hasil penelitian yang diperoleh, dan

jenis tulisan di buku lebih divariasikan serta istilah-istilah baru diuraikan

dengan bahasa siswa sehingga mudah dipahami.

6. Penilaian menurut siswa SMA mengenai buku ajar Biologi yang sudah

disusun adalah secara umum mereka tertarik dengan buku ajar Biologi

tersebut, sampai ada beberapa siswa yang meminta buku ajar Biologi

supaya dibawa pulang untuk dibaca, namun ada saran siswa mengenai

sampul perlu ditambahkan foto jamur dari dua divisi yang ditemukan.

7. Menurut dosen ahli, kelayakan isi 65%, kelayakan penyajian 78,3%,

kelayakan kebahasaan 68%. Sedangkan menurut guru Biologi, kelayakan

isi 86,7%, kelayakan penyajian 66,7%, kelayakan kebahasaan 89,3%. Dan

dari 30 orang siswa SMA, ditemukan 27 orang (90%) yang menyatakan

bahwa wawasan mereka tentang jamur bertambah setelah membaca buku

(23)

57

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan :

1. Melakukan penelitian lanjut dengan memperluas antar titik stasiun agar

data yang diperoleh lebih variatif mewakili wilayah yang lebih luas.

2. Melakukan inovasi-inovasi dalam pembuatan buku Biologi yang berasal

dari penelitian langsung yang dekat dengan lingkungan lokal siswa,

sehingga bahan ajar yang diperoleh lebih bervariasi dan memotivasi siswa

(24)

58

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C.J. dan Mimms, C. W. 1979. Introductory Mycology. John Wiley & Sons. New York.

Amri, S., dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anas, I. 1989. Biologi Tanah Dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. (Forskalk). Bogor

Arora, D. 1986. Mushrooms Demystified. Ten Speed Press. California.

Asnah. 2010. Inventarisasi Jamur Makroskopis di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tesis Pasca Sarjana Biologi. Medan : Universitas Sumatera Utara

Carlile, M. J. dan Watkitson, S.J. 1994. The Fungi. Academy Press Harcout Brase & Company Publishers. London.

Dick, W dan Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction. New York: Longman

Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bogor.

Gandjar, I., Ariyanti. dan Wellyzar, S. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Greene dan Petty. 1971. Developing Language Skills in the Elementary Scholls. Bandung. Angkasa

Hamzah, B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Kartasapoetra, A.G., dan Sutedjo, M.M. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Mc-Kane, L. 1996. Microbiology Applied dan Practice. Mc-Graw Hill Book Company, New York.

(25)

59

Nugroho. 2004. Inventarisasi Jamur Makroskopis di Kawasan Taman Wisata Alam

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Skripsi Program

Studi Biologi FMIPA USU.

Nurtjahja, K. dan R. Widhiastuti. 2009. Biodiversitas Cendawan Makroskopik di Taman Wisata Alam Sibolangit dan Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2011. Departemen Biologi FMIPA USU. Medan.

Purdy, L. H. 1956. Factors Affecting Apothecial Formation by Sclerotinia sclerotiorum. Phytopathology. 46: 409 − 410.

Rahayu, G. 1994. Biology Cendawan : Fisiologi Cendawan. FMIPA IPB Bogor.

Rugayah, W., dan Pratiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora, Pusat Penelitian Biologi Lipi, Bogor.

Santoso. 2004. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Bandung.

Sastrahidayat, I.R. 1998. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

Smith, I. H., dan Webber, N. S. 1980. The Mushroom Field Guide. The University of Michigan Press

Suhardiman, P. 1995. Jamur Kayu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharna, N. 1993. Keberadaan Basidiomycetes di Cagar Alam Bantimurung, Karantea dan Sekitarnya, Maros Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Hasil Litbang LIPI Indonesia.

Suryaman, M. 2007. Dimensi-dimensi Kontekstual di dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran. Jurnal Diksi. 12; 1-12.

Tampubolon. 2010. Inventarisasi Jamur Makroskopis di Bukit Lawang Sumatera Utara. Tesis Pasca Sarjana Biologi. Medan : Universitas Sumatera Utara

Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). UGM-Press. Yogyakarta.

Tortora, G. Berdell. S., Funke, I. dan Christine, C.C. 2001. Microbiology an Introduction. Benjamin. New York.

Wallace, R.A., Jack, L. K. dan Gerald, P.S. 1986. Biology The Science of Life. Scot, Foresman & Company, New York.

Gambar

Tabel 4.1 Jenis Jamur Makroskopis yang Tercuplik pada Habitat   Belakang Tahura dan Habitat Depan Tahura di Taman
Gambar 2.1    Morfologi jamur makroskopis ………………………………….     10
gambaran mengenai keanekaragaman jamur makroskopis di wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat survey analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

Raharjo, Arif Budi, (2009) Pelibatan Masyarakat dan Orangtua Siswa Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah, Tajdidukasi: Jurnal Penelitian dan Kajian Pendidikan,

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: “POLA PENGOBATAN

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

Sinyal analog harus dikodekan menjadi sinyal digital sebelum sinyal diproses dengan rangkaian digital. Rangkaian yang mengerjakan ini disebut converter analog

Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi bahan galian berharga (bijih) akibat pengendapan kembali secara sekunder (berasal

KECUALI JIKA DIPASANG PERALATAN INDEPENDENT KEDUA UNTUK EMERGENCY GEN-SET, SUMBER TUNGGAL DARI TENAGA TERSIMPAN HARUS DILINDUNGI UNTUK MENGHINDARI KEHABISAN TENAGA OLEH SISTEM