PENERAPAN PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATIC PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA
(PTK Bagi Siswa Kelas VIIA Semester Genap SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun 2013/2014)
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: YAYUK A 410 100 037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENERAPAN PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATIC PROJECT UNTUK MENINGKTAKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP Oleh
Yayuk1) dan Sutama2)
1)
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, yayuk92@yahoo.com
2)
Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com
Abstract
This Research aims to describe the increased independence of learning math for class 7A Muhammadiyah Suraka rta 6 Junior High School learning through Missouri Mathematic Project. This resea rch uses resea rch action class. Data source derived from the teachers and students. Using data collection techniques of observation, tests, notes field, and documentation. Data analysis wa s conducted using the techniques of plot. The validity of the data by triangulation of sources and methods. Results of the Research, the application learning of Mathematic Missouri Project can increase independence of learning math in class 7A Muhammadiyah Surakarta 6 Junior High School, that is a) the activities of students completing their own tasks a nd responsibilities of the initia l conditions of 57,57%, the first cycle of 78,12% then the second cycle of 96,55%, b) the activity of the students tackle their own problems from initial conditions of 48,48%, the first cycle of 59,37% then the second cycle of 86,2%, c) the activity of the students believe the ability of oneself from the initial conditions of 42,42%, the first cycle of 65,62% then the second cycle of 82,75, d) self-organize student activity from initial conditions of 21,21%, the first cycle of 34,37% then the second cycle of 65,51%.
Keywords: indenpendence, missouri project
Pendahuluan
Kemandirian belajar matematika penting. Dalam „Jurnal Inquiry‟ Endang
Wahyuni, Sugiyarto, dan Sunarno (2003) menyatakan bahwa: kemandirian belajar
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Seorang siswa yang mempunyai
kemandirian tinggi akan lebih dewasa dan lebih tanggungjawab dalam mengambil
keputusan yang muncul dalam kelompoknya, sehingga memberikan konstribusi
terhadap peningkatan belajar. Hapsari (2013) dengan belajar mandiri siswa dapat
bertindak dengan rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan orang lain.
Menurut Sugandi (2013) akar penyebab rendahnya kemandirian belajar
sendiri, 2) siswa belum dapat mengatasi masalah sendiri, 3) siswa belum percaya
dengan kemampuan diri sendiri, dan 4) siswa belum dapat mengatur dirinya
sendiri.
Penerapan pembelajaran yang inovatif berdampak pada kemandirian belajar
matematika siswa SMP Muhammadiyah 6 Surakarta. Berdasarkan hasil observasi
awal kemandirian belajar matematika siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 6
Surakarta sangat bervariasi. Aktivitas siswa menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab sendiri sebanyak 19 siswa (57,57%). Aktivitas siswa mengatasi
masalah sendiri sebanyak 16 siswa (48,48%). Aktivitas siswa percaya
kemampuan diri sendiri sebanyak 14 siswa (42,42%). Aktivitas siswa yang
mengatur dirinya sendiri sebanyak 7 siswa (21,21%).
Kemandirian merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap
individu. Karena dengan memiliki sikap mandiri maka seseorang tidak akan
bergantung dengan orang lain. Bervariasinya kemandirian belajar matematika
siswa SMP Muhammadiyah 6 Surakarta dikarenakan guru belum menggunakan
strategi pembelajaran yang inovatif sehingga kegiatan pembelajaran kurang
menarik bagi siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang tertarik terhadap
mata pelajaran matematika, dan beranggapan bahwa matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit.
Berdasarkan akar penyebab dari permasalahan di atas, alternatif tindakan
yang dapat dilakukan yakni melalui pembelajaran Missouri Mathematic Project.
Menurut Hutabarat (2014) pembelajaran Missouri Mathematic Project adalah
pembelajaran yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa.
Keunggulan Missouri Mathematic Project yaitu: 1) memungkinkan siswa
menjadi kreatif dalam mengintergrasikan pengetahuan dan ketrampilan yang
berbeda-beda, 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara
positif dan bekerjasama dengan teman sekelasnya, dan 3) memberikan forum bagi
siswa untuk berbagi pengetahuan dan kepandaian mereka dengan siswa lainnya.
Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut diharapkan pembelajaran
matematika. Peningkatan kemandirian belajar matematika dilihat dari 1) aktivitas
siswa menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sendiri, 2) aktivitas siswa
mengatasi masalah sendiri, 3) aktivitas siswa percaya dengan kemampuan diri
sendiri, dan 4) aktivitas siswa mengatur dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, diajukan hipotesis yaitu penerapan
pembelajaran Missouri Mathematic Project dapat meningkatkan kemandirian
belajar matematika bagi siswa kelas VIIA Semester Genap SMP Muhammadiyah
6 Surakarta Tahun 2013/2014.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
belajar matematika bagi siswa kelas VIIA Semester Ganjil SMP Muhammadiyah
6 Surakarta Tahun 2013/2014. Secara khusus, bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian belajar matematika bagi siswa VIIA Semester Ganjil SMP
Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun 2013/2014 melalui pembelajaran Missouri
Mathematic Project.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
Kemmis dan Mc Tanggart (Sutama, 2012: 134) penelitian tindakan kelas yaitu
studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri,
tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui
metode observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Observasi digunakan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Catatan lapangan untuk mencatat
kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dokumentasi untuk mencari data mengenai variable yang berupa catatan, transkip,
buku, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Tes untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Sutama, 2011: 35).
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode alur.
Langkah-langkah metode alur ada tiga, yaitu reduksi, penyajian data, dan
verifikasi data (Sutama, 2011: 100). Reduksi, proses analisis untuk memilih,
mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan.Penyajian
data untuk menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan mempunyai makna. Verifikasi data harus dilakukan secara
bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi.
Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Sukmadinata (2009: 104) keabsahan data dapat dilakukan
melalui observasi secara terus-menerus, triangulasi sumber, metode, dan peneliti
lain, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan referensi. Pada
triangulasi metode, terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa metode pengumpulan
data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, aktivitas siswa
menyelesaikan tugas dan tangungjawab sendiri sebanyak 19 siswa (57,57%).
Jumlah ini menunjukkan sebagian siswa belum mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian Pujiningsih dan Mustikawati
(2004) kemandiirian belajar berkonstribusi terhadap hasil belajar. Kemandirian
merupakan salah satu faktor yang bersumber dari siswa yang mempengaruhi hasil
belajar matematika. Hal ini didukung juga penelitian oleh Robiatul (2012)
kemandirian belajar siswa rendah sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa
rendah. Hasil penelitian ini dapat dimaknai, bahwa kemampuan siswa
menyelesaikan suatu permasalahan matematika akan berjalan optimal apabila
siswa menggunakan kemandirian belajar.
Berdasarkan tindakan kelas siklus I dan II, kemandirian belajar matematika
siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas siswa menyelesaikan tugas
dan tanggungjawab sendiri sebanyak 25 siswa (78,12%). Pada siklus I masih ada
beberapa siswa yang masih salah dalam mengerjakan soal. Hal ini terlihat pada
dari panjang sisinya!. Siswa ini menuliskan jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi
dan besar sudut. Jawaban yang benar adalah segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, dan segitiga sembarang.
Gambar 1. Jawaban siswa yang belum benar.
Terlihat juga sudah banyak siswa yang mengerjakan soal tersebut dengan
[image:7.595.142.511.196.393.2]benar. Hal ini terlihat pada jawaban siswa pada Gambar 2 berikut.
Pada siklus II untuk indikator aktivitas siswa menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab sendiri mengalami peningkatan sebanyak 28 siswa (96,55%).
Jumlah ini menunjukan siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi akan
memilki hasil belajar yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh penelitian Faradhila,
Sujadi, dan Yemmy(2013) pembelajaran Missouri Mathematic Project
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
pembelajaran langsung, baik secara umum maupun ditinjau pada masing-masing
kemampuan spasial siswa. Terpenuhinya pembelajaran tersebut karena
menekankan konsep melalui lembar kerja siswa. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Cai,, Mary, dan Lane (2013) menyimpulkan bahwa siswa
berkemandirian belajar secara matematis menggunakan tugas kelompok dapat
meningkatkan penalaran dan kemandirian belajar matematika siswa. Hasil
penelitian ini dapat dimaknai, bahwa pembelajaran Missouri Mathematic Project
mampu mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab siswa
dengan menenkankan konsep melalui lembar kerja siswa.
Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, aktivitas siswa mengatasi
masalah sendiri sebanyak 16 siswa (48,48%). Pada indikator ini siswa dinyatakan
mandiri apabila siswa mengerjakan soal dengan mengerjakan secara mandiri.
Jumlah pada kondisi awal menunjukan sebagian siswa masih mengerjakan soal
dengan bantuan siswa lain atau guru. Hal ini didukung oleh penelitian O‟shea
(2003) belajar mandiri adalah suatu proses dimana seseorang memilki inisiatif
dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya
sendiri. Hasil penelitian ini dapat dimaknai, bahwa dengan memiliki sikap mandiri
siswa dapat memilih dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Berdasarkan tindakan kelas siklus I dan II kemandirian belajar matematika
siswa mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengatasi masalah sendiri pada
siklus I sebanyak 19 siswa (59,37%) dan pada siklus II sebanyak 25 siswa
(86,20%). Hal ini didukung oleh penelitian Febrianti, Caswita, dan Yunarti
(2013) pembelajaran Missouri Mathematic Project berpengaruh terhadap
kemandirian belajar matematika dapat berjalan optimal apabila menggunakan
pembelajaran yang inovatif.
Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, aktivitas siswa yang percaya
dengan kemampuan diri sendiri sebanyak 14 siswa (42,42%). Jumlah ini
menunjukan sebagian siswa belum berani mengemukakan pendapatnya sendiri.
Hal ini didukung oleh penelitian Fauzan dan Yerizon (2013) interaksi antara
pendekatan pembelajaran dan kemandirian belajar dalam mempengaruhi
kemampuan penalaran matematika. Hasil penelitian ini dapat dimaknai, bahwa
strategi pembelajaran berpengaruh terhadap permasalahan matematika.
Berdasarkan tindakan kelas siklus I dan II , kamandirian belajar matematika
matematika siswa mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang percaya dengan
kemampuan diri sendiri sebanyak 21 siswa (65,62%) dan pada siklus II sebanyak
24 siswa (82,75%). Hal ini didukung oleh penelitian Priyatni (2013) rasa percaya
diri adalah kombinasi antara sikap positif dan pemilikan ketrampilan, oleh karena
itu rasa percaya diri harus ditumbuhkembangkan dengan teknik scaffolding agar
siswa selaluyakin bahwa ia mampu melaksanakan tugas sesulit apapun. Hasil
penelitian ini dapat dimaknai, bahwa suatu permasalahan matematika dapat
diselesaikan dengan menumbuhkembangkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, aktivitas siswa mengatur
dirinya sendiri sebanyak 7 siswa (21,21%). Jumlah ini menunjukkan siswa belum
dapat menempatkan dan mengendalikan diri pada situasi tertentu. Hal ini
didukung oleh penelitian Adawiyah (2012) menyatakan kemandirian yang
dimiliki siswa diwujudkan melalui kemampuannya dalam mengambil keputusan
sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Kemandirian juga terlihat dari
berkurangnya ketergantungan siswa terhadap guru di sekolah. Siswa yang mandiri
tidak lagi membutukan perintah dari guru ataupun orangtua untuk belajar baik di
sekolah maupun di rumah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Prastya Nor dan
Abdullah Taman (2012) kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka
mempunya tanggungjawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu
penelitian ini dapat dimaknai, bahwa menyelesaikan suatu permasalahan
matematika akan berjalan optimal apabila siswa memiliki kemandirian belajar
Berdasarkan tindakan kelas siklus I dan II, kemandirian belajar matematika
siswa mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengatur dirinya sendiri sebanyak
11 siswa (35,37%) dan pada siklus II sebanyak 19 siswa (65,51%). Jannah, dkk
(2013) pembelajaran Missouri Mathematic Project dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika.
Hal ini didukung oleh penelitian Ryan and Grolnick (2007) kemandirian yang
diberikan guru di dalam kelas dapat membuat siswa merasa bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas akademis dan memililki
motivasi yang berasal dari dirinya sendiri. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Wahyuni, dkk (2012) pendekatan CTL dapat meningkatkan kemandirian belajar.
Kemandirian fakrta baru diperlukan dalam belajar mandiri. Hasil penelitian ini
dapat dimaknai, bahwa pembelajaran Missouri Mathematic Project mampu
mendorong siswa untuk meningkatkan sikap positif siswa.
Adapun grafik peningkatan aktivitas kemandirian belajar matematika
melalui pembelajaran Missouri Mathematic Project pada siswa kelas VIIA SMP
Muhamaadiyah 6 Surakarta Tahun 2013/2014 sebelum tindakan sampai siklus II
dapat ditunjukan dalam Gambar 3 berikut.
[image:10.595.147.501.563.735.2]Gambar 3
Grafik Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
Simpulan
Proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pembelajaran
Missouri Mathematic Project. Dalam implementasinya, pembelajaran Missouri
Mathematic Project diterapkan melalui metode diskusi dan tanya jawab. Siswa
dituntut untuk bisa mengerjakan lembar kerja atau soal-soal yang diberikan oleh
guru. Dalam diskusi kelompok dan tanya jawab siswa diharapkan bisa
mengembangkan konsep dari materi yang dipelajari. Guru berperan sebagai
fasilitator, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan
bertindak sesuai dengan kemampuan masing-masing. Guru mengamati,
membimbing, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Penerapan pembelajaran Missouri Mathematic Project pada siswa dapat
meningkatkan kemandirian belajar matematika. Dapat dilihat dari tercapainya
indikator-indikator kemandirian belajar matematika. 1) aktivitas siswa
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sendiri dari 57,57% sebelum tindakan
menjadi 96,55% pada akhir tindakan. 2) aktivitas siswa mengatasi masalah sendiri
dari 48,48% sebelum tindakan menjadi 86,20% pada akhir tindakan. 3) aktivitas
siswa percaya dengan kemampuan diri sendiri dari 42,42% sebelum tindakan
menjadi 82,75% pada akhir tindakan. 4) aktivitas siswa mengatur dirinya sendiri
dari 21,21% sebelum tindakan menjadi 65,51% pada akhir tindakan.
Daftar Pustaka
Adawiyah.R. 2012. “Pengembangan Model Konseling Behavior Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4 Wanasari Brebes. „Jurnal Bimbingan Konseling”. 1, (1), 22-25.
Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Faradhila, Sujadi,dan Yemmy. 2013 .”Ekspereimentasi Missouri Mathematic Project pada Materi Pokok Luas Permukaan serta Volume Prisma dan Limas ditinjau dari Kemampuan spasial Siswa”. Jurna l
Pendidikan Matematika Solusi”. 1, (1) , 71-72.
Fauzan dan Yerizon. 2013. “Pengaruh Pendekatan RME dan Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Matematis Siswa”. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Indonesia. 11-12
Febrianti, Caswita,dan Yunarti .2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”.Jurnal Pendidikan Matematika Unila”. 1, (10), 1-5.
Hutabarat.J.” Model Pembelajaran Mathematic Project”. Blog Juandi Hutabarat. Diakses 21 Maret 2014.
Jannah,M.,Triyanto, dan Ekana. 2013. “Penggunaan Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) Mampu Meningkatkan Pemahaman Siswa”. Jurnal Pendidikan Matema tika Solusi. 1, (1), 65-66.
Nor, Prastya dan Abdullah Taman. 2012. “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Sewon Bantul Tahun 2010/2011”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 10, (1), 53-62.
O‟shea. E. 2003. ”Self Directed Learning in Nurse Education: a review of literature”. Jounal of Advanced Nursing. 43, (1), 62-70.
Priyatni, T E. 2013. “Internalisasi Karakteristik Percaya Diri Dengan Teknik Scaffloding”. Jurnal Pendidikan Kara kter. 3, (2), 3-5.
Pujiningsih, Sri dan Mustikawati, Indah. 2004. “Kemandirian Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi”. Jurna l Pendidikan Akuntansi Indonesia. 3, (1), 12-18.
Ryan and Grolnick. 2007. “Conceptualizing Parental Aotonomy Support:Adolescent Perception of Promotion og Independence Versus Promotion of Volitional Funcioning”. Journal of Developmental Psychology. 43,(3), 633-660.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kunatitatif, Kalitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media.