• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opportunity Identification

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Opportunity Identification"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER 2



Opportunity Identification

Topik saya ini yang kami bicarakan di UCEO hari ini ialah apa itu peluang? Kenapa kemampuan mencari peluang itu sangat penting? Dari mendeteksi sampai menemukan. Oke, dari mencari cara-cara, metode-metode yang terbaik, usaha yang terbaik, supaya cita-cita kita, apa keinginan kita terwujud. Peluang apa yang kita harus ciptakan supaya cita-cita ini tercapai?

Misalnya seorang pengusaha, dia ingin supaya pelanggan datang. Nah, bagaimana supaya pelanggan itu datang? Sekarang Indonesia menghadapi suatu persoalan dalam bidang ekonomi. Sebagian pengusaha itu diam, sebagian pengusaha itu mengeluh, sebagian pengusaha itu justru sedang mencari peluang. Bagaimana mencari keuntungan dalam persoalan ekonomi sekarang ini? Seperti George Soros. Dia sudah tahu apa yang dilakukan sebelum krisis terjadi, dia sudah tahu. Nah, itulah menciptakan peluang. Dia tidak menciptakan krisis, dan dia seorang investor yang ulung. George Soros. Tapi dia sudah mempertimbangkan kapan peluang itu akan tiba. Negara mana yang akan krisis. Dia sudah tahu.

Kita lihat stok market sekarang. Pada krisis, orang yang mampu menciptakan peluang sudah tahu sebelum krisis tersebut. Sesudah krisis dia sudah tahu. Bahkan sebelum krisis dia sudah bangkit. Itulah namanya betapa hebatnya kita menciptakan peluang. Melihat semua kesempatan-kesempatan yang ada. Dan memuntir persoalan yang ada menjadi keberhasilan. Nah, itulah. Nah, seperti kami ini dalam keadaan sekarang ini soal kecil. Dengan Ciputra Online sekarang ini, Entrepreneur Online itu peluang buat kita sebagai contoh negara kita belum Entrepreneur. Gejolak sedikit kita sudah kenal. Nah, kalau misalnya para kita ini masih dalam keadaan pertumbuhan. Ekonomi kita itu masih merangkak maju.

Nah sekarang kita ulang. Ayo mencontoh yang baik. Kita harus jadi Entrepreneur. Entrepreneur yang hebat, dia menciptakan peluang. Dia tidak akan kena krisis. Tapi, berikutnya ialah menciptakan peluang dibandingkan dengan mencari peluang. Peluang itu melihat kesempatan-kesempatan yang ada. Nah, ada peluang? Ada untuk kita masuk? Ada jalan apa yang kita bisa tempuh untuk mencapai kesempatan tersebut?

(2)

Tapi, menciptakan peluang itu lain. Misalnya, Anda ingin pergi ke suatu daerah. Anda mencari jalan, bagaimana yang terbaik untuk pergi ke daerah tersebut? Itu mencari peluang. Tetapi menciptakan peluang, Anda akan membuat jembatan. Jalan baru menuju tempat tersebut. Seperti misalnya, Pondok Indah. Pondok Indah waktu kami bangun kira-kira 35 tahun yang lalu, itu dekat Kebayoran Baru. Untuk mencapai Pondok Indah harus berkeliling. Memakan waktu dari Kebayoran Baru sampai sini setengah jam. Saya meninjau daerah ini. Wah, ini hebat sekali daerah ini. Bagaimana caranya? Saya membuat suatu jalan Marga Guna. hanya beberapa ratus meter, sehingga dari Kebayoran Baru ke Pondok Indah bukan setengah jam, cukup lima menit. Nah, itu saya menciptakan peluang. Bukan mencari peluang.

Seperti saya. Waktu dulu saya diajarkan di sekolah. Di ITB. Jurusan Arsitektur. Bagaimanan kita mencari peluang. Hubungi orang yang punya projek. Minta projek dari dia untuk kita desain. Seorang arsitek kan kita mendesain. Saya bilang saya tidak mau. Saya menciptakan projek. Kalau saya menciptakan projek, otomatis saya mendapatkan pekerjaan desain. Jadi, Anda lihat. Ada satu daerah yang saya intip sekarang. Merupakan sebuah pulau. Saya belum berani sebut. Orang keberatan pergi ke pulau tersebut karena harus menyeberang laut. Saya sedang memikirkan untuk bikin jembatan. Saya hitung, kalau saya membuat jembatan, biayanya 200 Milyar. Tapi projek tersebut bisa meningkatkan 2 triliun. Tapi kalau saya hanya memakai kapal, atau naik perahu, apalagi naik perahu. Itu kan orang tidak akan berminat investasi di pulau tersebut. Kita buat jembatan. Nah, itu menciptakan peluang. Sesuatu yang baru. Inilah yang berbeda. Mencari peluang dan menciptakan peluang.

Yang pertama, melihat, tapi tidak berpikir. Berarti tidak pakai otak. Sekarang memakai otak, tetapi tidak mengerti. Suatu contoh, pertama waktu saya sekolah, saya tinggalkan kampung saya. Di Desa Bumbulan, Gorontalo tersebut dengan cita-cita untuk jadi arsitek. Itu cita-cita saya membara. Menjadi arsitek. Saya ingin bangun gedung. Sebagai anak desa, atau anak singkong lah. Atau anak kaki ayam. Soalnya saya berkebun singkong, dan saya tidak memakai sepatu. Saya sampai di Gorontalo, masih tidak memakai sepatu. Nah, waktu saya sedang sekolah, saya sudah mempunyai usaha. Saya bikin Furniture, saya suruh buat, saya jual. Kemudian saya bekerja di biro arsitek. Praktik. Kemudian saya mendirikan biro arsitek. Nah, itulah. Baru saya mikir dan mengerti. Bahwa pekerjaan seorang arsitek itu harus berkeliling untuk minta projek. Saya datang sama, misalnya saudara Antonius. Ingin membangun projek. Saudara Dharma, ingin membangun projek. “Pak, saya sebagai arsitek, punya biro arsitek, tolong serahkan saya pekerjaan. Saya baru desain”. Nah, sekarang saya memakai otak.

Bagaimana saya mengatasi itu? Saya bilang, tidak. Saya harus Opportunity Creation. Atau menciptakan kesempatan. Bukan mencari peluang.

(3)

Ciptakan kesempatan. Kesempatan apa? Yaitu kalau kita mempunyai projek, maka kesempatan saya untuk membangun projek macam apa? Kesempatan saya untuk melaksanakan projek menjadi apa? Kesempatan buat saya membangun kantor, membangun hotel, membangun supermarket, kantor, itu terserah saya. Jadi, kemandirian. Menciptakan itu dalam tangan saya sebagai developer. Sebelum saya tamat, saya bilang ”tidak”, saya tidak mau jadi arsitek, saya akan jadi developer. Saya akan menciptakan projek saya sendiri. Opportunity Creation. Nah itu yang dalam sajak kedua. Ya, berpikir. Walaupun berpikir, tapi tidak mengerti. Dan dulu saya sudah berpikir, tapi tidak mengerti. Bahwa seorang arsitek itu harus mencari pekerjaan ke kiri kanan. Saya, jiwa saya tidak. Saya ingin kemandirian. Saya ingin kebebasan. Saya ingin aktif.

Nah, yang penting juga manusia itu harus ada api dalam dirinya. Api macam apa? Warna merah, warna biru, warna apa? Kalau memang ada seseorang yang hobinya yang memang dia hanya ingin desain. Dia tidak perlu pikir yang lain. Dia tidak perlu pikir tentang keuangan. Tapi saya seorang yang holistik. Saya orang yang ingin memikirkan dari A sampai Z. Semua dalam tangan saya. Bukan misalnya dalam proses pembangunan hanya ada sebagian saja. Jadi, ada api. Ada warna api yang jenisnya untuk memasuki segala bidang dari A sampai Z. Jadi saya mengerti, baru saya mengerti seorang arsitek tidak seperti yang saya cita-citakan. Padahal saya membuang waktu begitu banyak untuk sekolah arsitek. Tapi tidak mengapa, maka Anda bisa saja sepuluh kali gagal, sebelas kali saya bangkit. Saya sudah sekolah 5 tahun arsitek. Sudah tamat tidak sebagai arsitek. Saya sebagai developer, saya juga sebagai kontraktor, saya sebagai desainer, saya masih tetap biro, tapi dijalankan orang lain, saya sebagai industriawan, saya sebagai finance company. Tapi, semua dalam rangka menciptakan peluang. Opportunity Creation. Sebab dasar mindset Entrepreneur itu ada. Kalau anda mempunyai dasar Entrepreneur, maka Anda bisa di mana pun anda berada anda selalu akan mencipta. Makanya buat kami, buat saya sendiri yang ingin menjadi Entrepreneur itu seharusnya saya sedang mengkaji belajar saya sendiri untuk menjadi Entrepreneur. Tiap apa yang saya pindahkan dalam rangka menyebarkan sesuatu ini berarti saya harus melatih diri saya sendiri. Nah, itu berarti saya menciptakan peluang untuk diri saya sendiri. Untuk meningkatkan diri.

Salam Entrepreneur.

-Dr. (H.C.) Ir. Ciputra, Founder and CEO di Ciputra Group.

Mari kita belajar sekarang lebih jauh tentang peluang. Banyak orang menyamakan antara Ide Bisnis dengan Peluang Bisnis. Menurut kami, sebenarnya berbeda. Kalau sekedar ide bisnis, pergilah ke Mall. Kita akan menemukan begitu banyak ide bisnis. Kalau di Mall itu ada 200 toko, ada 200 ide

(4)

bisnis. Kalau kita pergi ke toko itu, ada 10.000 produk, kita bisa menemukan 10.000 ide bisnis. Tapi apakah ide bisnis itu menjadi peluang bisnis kita? Belum tentu. Tidak selalu.

Jadi, apa itu peluang bisnis? Lebih spesifik lagi, apa peluang bisnis untuk kita? Peluang bisnis untuk kita apabaila kita bisa menciptakan sebuah solusi dari masalah yang dihadapi oleh pelanggan dan kemudian ketika solusi itu bisa kita kembangkan pelanggan menerimanya dan sanggup membayarnya. Jadi, ada masalahnya, ada solusinya dan ada kesanggupan untuk membayar dari pelanggan itu. Itu baru peluang bisnis.

Nah, sudah punya peluang bisnis pun belum tentu berhasil. Kenapa? Karena peluang bisnis harus kita bungkus dengan bisnis model yang tepat, dengan bisnis strategi yang tepat dan juga dengan business plan yang tepat. Barangkali sudah ada business plannya. Barangkali sudah ada bisnis modelnya, juga bisnis strateginya. Namun, dalam pelaksanaannya, bila tidak ada eksekusi yang baik, bila tidak ada kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul barang kali tanpa bisa di antisipasi sebelumnya. Maka bisnis juga belum tentu bisa diwujudkan.

Nah, oleh karena itu belajar Entrepreneur adalah belajar sesuatu yang lebih kompleks. Bukan hanya sesuatu yang ada di pikiran kita, sesuatu yang kita bisa hafal secara pengetahuan. Tetapi harus kita pahami, harus bisa kita kreatifkan, inovasikan, dan kemudian setelah itu punya kemampuan melakukannya. Di dalam pelaksanaan Entrepreneurship, sangat penting kemampuan untuk mengarahkan tim, kemampuan untuk memotivasi tim, atau kalau saya sederhanakan kemampuan dalam kepemimpinan selain tentunya kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi dan berjejaring juga sangan penting.

Kalau kita melihat apa yang literatur, katakan tentang peluang itu sendiri, saya ingin mengutip apa yang dikatakan oleh Profesor Kuratko. Profesor Kuratko adalah seorang Profesor dari Amerika Serikat dalam bidang Entrepreneurhip. Dia mengatakan seperti ini, “An Opportunity is something that an Entrepreneur recognize as solving the real problem or adding value”. Ya, jadi ada masalah yang harus bisa diselesaikan. Harus ada solusi yang kreatif. Bukan sekedar ikut orang lain untuk mengambil suatu Opportunity harus bisa didefinisikan dengan jelas.

Nah, kalau kita bisa simpulkan, jadi apa bedanya antara ide bisnis dengan peluang bisnis? Menurut hemat kami, ide bisnis bisa disebut peluang bisnis apabila bisa menjawab tujuh pertanyaan ini. Pertanyaan yang pertama, apakah ini menyelesaikan masalah bagi pelanggan? Pelanggan punya masalah apa? Apakah yang saya sedang rencanakan ini menyelesaikan suatu masalah? Apakah masalah ini penting bagi pelanggan? Kalau penting bagi pelanggan,

(5)

berarti keinginannya dia untuk mendapatkan produknya akan lebih tinggi. Pertanyaan pertama ini tadi, apakah ini menyelesaikan masalah?

Yang kedua, apakah pelanggan mau berkorban untuk mendapatkan produk ini? Betul, pelanggan memiliki masalah. Tetapi kalau pelanggannya tidak mau berkorban, atau tidak mau mengeluarkan uangnya untuk membeli solusi itu, itu bukan peluang namanya. Baiklah kita bertanya sebelum kita memulai usaha bisnis kita. Apakah pelanggan mau berkorban mengeluarkan uangnya dan mengambil, membeli solusi bisnis yang saya tawarkan?

Yang ketiga, apakah ada nilai tambah lain sehingga pelanggan tidak sanggup bilang tidak? Nah, ini penting. Pak Ciputra mengajarkan penting sekali berinovasi dalam berbagai aspek bisnis. Lakukan inovasi dalam berbagai fungsi bisnis sedemikian rupa sehingga pelanggan tidak sanggup bilang tidak. Kalau pelanggan masih bilang tidak, itu artinya inovasi belum selesai.

Pertanyaan keempat, apakah saya sanggup menciptakan jarak dengan pesaing? Ini adalah antisipasi dalam persaingan. Ketika kita membuka usaha kita dengan membesarkan usaha, jangan lupa banyak orang yang melihat, dan barangkali akan mengkopi. Sudahkah kita menyiapkan diri dengan berbagai inovasi yang lain sehingga persaingan tiba, kita sudah siap. Atau kita membuat produk kita sedemikian rupa, usaha kita sedemikian rupa, menciptakan jarak yang jauh dengan pesaing yang baru masuk. Kalau jaraknya jauh, anda bisa berlari lebih dulu dan lebih cepat.

Kelima, apakah akan memberikan manfaat untuk masyarakat? Jangan lupa, peluang bisnis bukan hanya sekedar bermanfaat untuk si Entrepreneur, untuk pelanggan, tapi juga harus bermanfaat untuk masyarakat. Entrepreneurship sejati tidak akan mengeluarkan produk atau jasa yang akan merusak masyarakat.

Yang keenam, seberapa besar market sizenya dan seberapa besar yang dapat diambil? Ini penting UC Onliners. Kenapa? Sebab, Entrepreneur harus berhitung. Angka tidak pernah bohong. Dia harus bisa menghitung, ini nilainya berapa market sizenya dan berapa banyak yang bisa diraih oleh dia? Tanpa pemahaman tentang market size, akan berbahaya. Jangan-jangan marketnya tidak besar? Dan ketika dia masuk, dia kaget tidak banyak yang membeli. Jangan lupa gunakan angka. Angka tidak pernah bohong.

Dan yang terakhir, apakah saya sudah melakukan verifikasi? Setiap asumsi-asumsi atau pemikiran, ataupun hasil inovasi yang ada di kepala kita harus di verifikasi di pasar. Artinya apa? Luangkan waktu bertemu dengan pelanggan yang kita pikir merekalah yang akan membutuhkan produk kita. Bicarakan ide anda dengan mereka. Tanya pendapat mereka. Sampaikan gagasan anda. Verifikasi semua konsep yang ada di kepala anda. Dan dengarkan

(6)

pendapat mereka. Kalo mereka mengatakan, “Wah, betul ini yang kami butuhkan”. Artinya, anda sudah selesai melakukan verifikasi. Dan anda baru saja merubah sebuah ide bisnis menjadi sebuah peluang bisnis.

Saya teringat sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, saya menyiapkan konsep Entrepreneurship Ciputra Way. Saya mendiskusikan dengan Pak Ciputra. Saya menyampaikan kepada beliau, “Pak Ciputra, seorang Entrepreneur itu dari riset yang saya lakukan, itu melakukan tiga hal. Yang pertama adalah Opportunity Seeking atau mencari peluang. Yang kedua, Innovation atau berinovasi. Dan yang ketiga, Calculated Risk Taking atau mengambil resiko yang terukur”. Waktu saya sampaikan pada Pak Ciputra tentang tiga hal ini, Pak Ciputra berpikir, lalu kemudian dia mengatakan suatu kalimat yang merupakan suatu pencerahan untuk saya. Dia mengatakan begini,”Antonius, jangan tulis Opportunity Seeking. Kamu harus tulis Opportunity Creation”. Opportunity/peluang jangan dicari, tetapi harus diciptakan. Wah, ini sungguh-sungguh pencerahan buat saya. Saya terkesima, dan kemudian saya mencari literatur dan berpikir “apa artinya ini?”. Nah, setelah melalui berbagai buku yang saya coba saya baca dan saya pikirkan. Saya ingin menjelaskan kepada UC Onliners apa yang dimaksud Pak Ciputra sebagai Opportunity Creation atau peluang yang diciptakan?

Mari kita lihat matrik berikut ini. Kalau anda melihat matrik yang ada di sebelah kanan saya, di situ ada bagian demand atau permintaan, dan ada bagian supply (pasokan). Ada permintaan yang sudah jelas. Ada permintaan yang belum jelas. Ada pasokan atau supply yang sudah jelas, dan ada pasokan yang belum jelas. Ketika peluang didapat karena ada permintaan atau Demand yang tidak terpenuhi, padahal pasokannya sudah ada, kami menyebutnya sebagai Opportunity Recognizion. Bahwa, peluang dikenali. Saya ambil contoh. Suatu kali anda pergi ke dalam Mall. Anda mencari gado-gado. Anda datang ke food court, lalu anda cari gado. Ternyata habis. Anda cari resto yang lain, gado-gado juga habis. Anda cari resto yang lain di dalam Mall itu. Antriannya panjang. Kalau anda sensitif dalam peluang, langsung “tuing”. “ Wah, kalo buka usaha di Mall ini, buka gado-gado”. Kenapa? Yang di cari sudah jelas, yang nyari pun sudah jelas. Jadi, Demand sudah jelas, Supply juga sudah jelas. Nah, itu Opportunity Recognizion.

Yang kedua, Opportunity Seeking. Opportunity Seeking adalah barangnya sudah ada, tapi siapa yang butuh kita belum tahu. Ini kadang-kadang kita mendapat barang dari teman, mendpat barang dari luar negeri dibawa kemari. Nah, jualnya bagaimana? Sebab apa yang dibutuhkan di luar negeri belum tentu di sini. Kita harus berpikir. Siapa yang membutuhkan? Yang dicari suatu daerah belum tentu itu dicari di daerah yang lain. Kita harus berpikir, itu yang namanya Opportunity Seeking atau mencari peluang.

(7)

Yang ketiga, persoalannya sudah jelas, tetapi barangnya belum jelas. Artinya permintaan jelas sudah ada. Kalau ada barangnya, orang akan mencari, jarang akan membelinya. Tapi, belum ada pasokannya. Contoh, kita semua membutuhkan bahan bakar yang lebih murah. Kita semua membutuhkan obat. Obat kanker yang lebih murah. Tapi belum ada sekarang. Barang siapa yang menemukan ide dan mengembangkan jadi bisnis, akan jadi konglomerat yang baru. Nah, cara ini disebut oleh kami disini Opportunity Discovery. Menemukan sebuah peluang. Caranya tentu lewat penelitian, lewat lab, dan inovasi dipentingkan disana.

Yang keempat, inilah yang dimaksudkan oleh Pak Ciputra, pasokannya belum pernah ada. Bahkan pelanggannya pun belum ada. Belum meminta pelanggannya. Tetapi sang Entrepreneur mendapatkan inspirasi. Bukan sekedar inspirasi, tetapi mulai

pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pelanggan. Setelah dia memikirkannya, dia menemukan suatu gagasan yang belum ada contohnya. Bahkan, pelanggan belum merasakannya sebuah kebutuhan. Namun, ketika dia luncurkan, pelanggan tidak bisa bilang tidak. Kami menyebutnya, inilah ban hitamnya Entrepreneur. Peluang di tangan Entrepreneur yang ban hitam, tidak sekedar di cek lagi, tetapi diciptakan. Dan ketika dia mencipta, dan itu berhasil meyakinkan pelanggan, pelanggan tidak bisa bilang tidak. Contoh, barangkali iPad. iPad dalam 28 hari satu juta orang membeli. Tidak tahan untuk mendapatkannya. Orang antri untuk mendapatkannya. Dan iPad akan meredefinisi cara kita berkomunikasi, cara kita membaca buku, cara kita berjejaring dan lain-lain. Ini sebuah produk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya dan membuat pelanggannya bisa berbondong-bondong untuk membelinya. Untuk mendapatkannya.

UC Onliners, inilah penjelasan kami tentang peluang dan sangat penting memahami peluang yang diciptakan atau Opportunity Creation. Ini pasti tidak gampang. Tapi kita bisa berlatih untuk terus menerus bagaimana berpikir dengan kreatif dan kemudian menciptakan peluang.

Antonius Tanan, Direktur Senior Grup Ciputra

Saya akan melanjutkan pembahasan yang disampaikan oleh Pak Ciputra dan Pak Antonius Tanan tentang peluang. Memang benar yang telah disampaikan bahwa peluang bisnis adalah sangat penting sebagai awal karir

Permintaan

sudah jelas Permintaan tidak jelas Pasokan

Sudah Jelas

Opportunity

Recognition Opportunity Seeking Pasokan

(8)

anda untuk menjadi seorang Entrepreneur. Kita bersyukur bahwasannya ada seorang ahli marketing strategy yaitu Igor Ansoff seorang dari Harvard telah membantu kita dengan empat kuadran yang telah disampaikan oleh Pak Antonius Tanan dan saya akan menyampaikan secara contoh yang telah dilakukan oleh teman-teman kita para mahasiswa di Universitas Ciputra.

Dalam matrik Ansoff, peluang dijelaskan melalui dua sumbu. Sumbu pertama adalah pasar. Di mana dibedakan antara pasar eksisting (sudah ada) dan pasar yang diciptakan baru. Sumbu kedua adalah tentang produk itu sendiri. Dibedakan sebagai produk eksisting maupun produk yang baru. Dua sumbu tersebut sumbu pasar dan sumbu produk menciptakan empat kuadran. Kuadran yang pertama, jika pasarnya ada, produknya ada, kita sebut sebagai peluang yang sudah kita kenal. Atau biasa disebut sebagai Opportunity Recognizion. Kuadran yang kedua, pasarnya baru diciptakan, produknya merupakan produk yang sudah ada, maka disebut sebagai peluang yang di cari, atau Opportunity Seeking. Kuadran yang ketiga, pasarnya ada, produknya baru, disebut peluang yang ditemukan. Atau disebut Opportunity Discovery. Kuadran yang keempat, pasarnya baru, produknya baru, adalah peluang yang di kreasikan. Atau Opportunity Creation. Keempat kuadran: Kenal, Cari, Temu, dan Kreasi inilah yang oleh para Entrepreneur dapat dipakai sebagai sebuah pijakan pertama dalam menciptakan bisnis.

UC Onliners, kita mulai dengan contoh kuadran yang pertama. Yaitu sebuah bisnis dari mahasiswa UC tahun 2011. Hadi Kurniawan, Moch. Afiev, dan Doni Drestanta. Mereka bertiga melihat, berpikir, berkesan, bertindak, dan berentrepreneur dari sebuah situasi yang mereka temukan. Adanya banyak sekali anak-anak sekolah yang pada jam sekolahnya itu membeli bakso. Sejujurnya mereka melihat bahwa banyak bakso yang dijual di sekolah-sekolah itu tidak sehat. Maka, ketiga mahasiswa ini dengan grupnya yaitu, Pentol Arcip. Mengusulkan sebuah inovasi produk bakso, yaitu pentol mini, pentol original, tahu isi pentol, dan gorengan pentol. Mereka melakukan inovasi dengan mengisi bakso-bakso kecil mereka dengan keju dan juga udang. Dengan inovasi mereka, mereka berusaha menyediakan makanan ringan bagi siswa, namun sehat. Hasilnya bisa ditebak, bahwa dalam waktu yang sangat singkat pentol Arcip ini dapat menggandakan bisnisnya mulai dari satu stan, satu outlet dengan tempo enam bulan mereka saat ini sudah memiliki empat belas outlet di seputar kota Surabaya.

UC Onliners. Pada kuadran yang kedua, peluang yang dicari. Sekali lagi sebuah kelompok mahasiswa Universitas Ciputra tahun 2011 dalam grupnya yaitu K-Nifes, cover your knifes. Mereka menawarkan sebuah solusi bagi para Chef, pada penggemar memasak untuk emiliki sebuah tas yang fashionable dan juga aman bagi diri mereka. Mereka membuat sebuah tas khusus yang

(9)

digunakan bagi para chef. Mereka bisa menyimpan pisau-pisaunya dengan aman dan tetap fashionable. UC Onliners, K-Nifes, awalnya sebuah bisnis mahasiswa yang memproduksi tas, namun setelah mereka melihat, berpikir, berkesan, beraksi, dan berentrepreneur. Melihat sebuah peluang pasar yang baru dari kelompok mereka yang gemar memasak, mereka yang menciptakan tas khusus para Chef. Mereka menjual dengan harga yang lebih mahal, dan menciptakan margin yang besar daripada dia menjual tas kovensional.

UC Onliners, untuk contoh kuadran yang ketiga, kuadran peluang yang ditemukan. Saya memiliki Richard, Handika, Isa, Zhou Cheng Yu, Christian. Mereka berlima adalah mahasiswa UC angkatan tahun 2011. Dalam keseharian mereka, mereka melihat, berpikir, berkesan,beraksi, dan berentrepreneur. Mereka melihat bahwa sekelompok teman-teman mereka yang hidupnya vegetarian kesulitan dalam mencari makanan siap saji. Untuk itu mereka berlima menyediakan produk siap saji, namun khusus untuk vegetarian. Namanya “Boekan”. Boekan Ayam, Boekan Sapi, Boekan Kikil. Produk-produk nabati mereka saat ini sudah banyak di pakai. Bahkan hari ini Boekan masuk dalam coverage sebuah media, melakukan kerja sama dengan salah satu hotel bintang empat di Surabaya yang menyajikan makanan vegetarian khusus merek Boekan.

UC Onliners, kuadran keempat, yaitu peluang yang di kreasikan. Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah menceritakan tentang keberhasilan Buana salah satu alumni kita yang berhasil dengan produk minyak angin. Tetapi kemasannya adalah deodorant Roll On. Kita bisa memahami bahwa ciptaan baru, kreatifitas baru dari Buana ternyata diterima oleh pasar yang sebelumnya tidak menginginkan produk minyak angin dengan cara roll on.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Wujud pembauran sosial Etnis Tionghoa di Pecinan Cibadak diantaranya dapat dilihat melalui kemampuan berbahasa Sunda yang dimiliki oleh Etnis Tionghoa, anggota

Menurut Hafsah (2004) pengembangan Usaha Kecil dan Menengah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya yang harus dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kerja yang telah dilaksanakan PPN Pekalongan hampir sama tiap tahunnya selama tahun 2007-2009 sebanyak 8 Kegiatan antara

1 Hubungan dekat di dalam pekerjaan 0,568 2 Hubungan dekat di luar pekerjaan 0,380 3 Atasan sering memberikan bimbingan dalam pekerjaan 0,467 4 Atasan perhatian terhadap ide, saran

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui presentase jenis makanan ikan Lais yang tertangkap di rawa banjiran sungai Rungan Kota Palangka Raya.. Handayani

Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan aplikasi data warehouse yang mengintegrasikan data demografi penduduk, data anggaran, data potensi dan data usulan