• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lapkas Dermatitis Kontak Iritan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lapkas Dermatitis Kontak Iritan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen ataupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.3

Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, keduanya dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi perandangan non-imunologik, jadi kerusakan kulit langsung tanpa didahului proses sensitasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi seseorang yang telah mengalami sensitif terhadap suatu allergen.7

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational.3

Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak.8. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik dimana 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak.

(2)

Menurut Kurniati SC di RSUD Tangerang ( dari Oktober 1996 sampai Oktober 1997 ), ditemukan 51 kasus penderita , 41,17% DKI dan 5,88% berupa dermatitis akibat kerja. Kasus-kasus tersebut disebabkan pekerjaan mencuci, yakni kontak langsung dengan sabun dan deterjen. Sedangkan dari tahun 1999 – 2001 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo kasus DKI akibat deterjen pertahun berkisar 9.09% hingga 20.95% dari seluruh dermatitis kontak.1

Zat yang menyebabkan DKI akut adalah zat yang cukup iritan untuk menyebabkan kerusakan kulit bahkan dalam sekali pajanan. Zat-zat yang dapat menyebabkan adalah asam pekat, basa pekat, cairan pelarut kuat, zat oksidator dan reduktor kuat. Sedangkan pada DKI kronis kerusakan terjadi setelah beberapa kali pajanan pada lokasi kulit yang sama, yaitu terhadap zat-zat iritan lemah seperti: air, deterjen, zat pelarut lemah, minyak dan pelumas. Zat-zat ini tidak cukup toksik untuk menimbulkan kerusakan kulit pada satu kali pajanan, melainkan secara perlahan-lahan hingga pada sutau saat kerusakannya, mampu menimbulkan inflamsi. Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat multifaktorial.1

Di Indonesia, tidak sulit mencari tempat-tempat pekerjaan yang memiliki kontak dengan zat-zat yang menyebabkan DKI. Pengetahuan pekerja tentang dermatitis kontak iritan dapat mempengaruhi sikap dan tindakan mereka terhadap masalah kulit yang sering terjadi di antara pekerja.

(3)

BAB 2 LAPORAN KASUS 2.1 Identitas Pasien Nama : Tn. J Usia : 70 tahun Pekerjaan : Petani Agama : Islam Suku : Aceh

Alamat : kec.tanah jambo aye, panton labu Tanggal Pemeriksaan : 31 juli 2015

2.2 Anamnesis 2.2.1 Keluhan Utama

Pasien datang ke puskesmas tanah jambo aye dengan keluhan kulit gatal dan kemerahan di kedua tangan

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan di ke 2 tangan terasa panas dan gatal sejak 1 hari yang lalu akibat terkena tumpahan oli rem motor dirumahnya, awalnya jari tangan hanya terasa gatal, kemudian lama lama menjadi panas, berwarna kemerahan, kemudian kulit jari dan tangannya mulai mengelupas menjadi kasar, dan bersisik. Jari terasa perih jika terkena air. Os menyangkal memiliki riwayat alergi sebelumnya. Os juga mengaku tidak mengkonsumsi obat apapun sebelumnya.

(4)

2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien diketahui ada riwayat tuberkulosis paru dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter

2.2.7 Riwayat Keluarga

 Os mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. 2.2.8 Riwayat Penggunaan Obat

 Os mengaku hanya pernah minum obat OAT dan sudah berhenti 1 tahun yang lalu. sebelum keluhan terjadi os mengaku tidak meminum obat

 riwayat penggunaan obat lain disangkal 2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Present

1) Keadaan umum : sedang

2) Kesadaran : compos mentis 3) Tekanan darah : 120/80 mmHg 4) Frekuensi Nadi : 88x/menit 5) Frekuensi Nafas : 22x/menit 6) Temperatur : 37,8 oC B. Status General

1) Kulit

Status Dermatologis : Terdapat plak eritem, bentuk dan ukuran bervariasi, bentuk tidak teratur, berbatas tidak tegas, tepi ireguler, distribusi terlokalisir pada ke dua tangan ditutupi skuama kasar berwarna putih disertai beberapa daerah terdapat fisura berwarna kemerahan.

(5)

2) Kepala

Bentuk : kesan normocephali Wajah : simetris, deformitas (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)

Hidung : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-)

Telinga : bentuk aurikula normal, kedua membran timpani utuh, hiperemis (-/-), sekret (-/-)

(6)

Mulut

- bibir : sianosis (-), sariawan (-) - lidah : beslag (-)

- gigi : struktur gigi atas dan bawah normal, karies (-) - tonsil : dalam batas normal

- faring: dalam batas normal 3) Leher

Inspeksi : simetris, peningkatan tekanan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-) 4) Thoraks

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercosta (-) Palpasi : massa (-), fremitus vokal kanan dan kiri simetris serta tidak meningkat

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-) 5) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula sinistra

Perkusi :

batas kanan = ICS IV, linea parasternal dextra

batas kiri = ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula sinistra batas atas = ICS III, linea parasternal sinistra

(7)

Auskultasi : regular, bising (-) 6) Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tampak sedikit kembung, luka parut (-) Palpasi : soepel, hepatogemali (-), splenomegali (-), massa lain (-) Perkusi : timpani, asites (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) nornal 7) Genitalia

Tidak diperiksa 8) Anus

Tidak diperiksa 9) Ekstremitas

Edema (-/-), sianosis (-/-), petekie (-/-) 2.4 Diagnosa Banding

1. Dermatitis kontak iritan 2. Dermatitis kontak alergi 3. Dermatitis atopic

2.5 Diagnosa Kerja

Dermatitis kontak iritan e.c pelumas mesin 2.6 Penatalaksanaan

=> Non medikamentosa

Menghindari iritan, dalam hal ini pelumas mesin/oli. Dan lebih waspada terhadap paparan zat iritan lainnya.

=> Medikamentosa  Sistemik

(8)

cetirizin tab 2x/Hari  Salep

hydrokortison 2,5%,, vaselin album 40 gram malam hari

2.7 Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin.

2.8 Prognosis

 Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam  Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam  Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam

(9)

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

3.1.1.Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.7

3.1.2 Definisi Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini .3

3.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis

(10)

kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.7

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Berdasarkan penelitian tahunan dari institusi yang sama, bahwa angka kejadian untuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan.3

3.3. Etiologi 1. Faktor Eksogen

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin

(11)

menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.

2. Faktor Endogen 2.1. Faktor genetik

Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan. Pada

penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan terhadap bahan iritan.3

2.2. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan

berdasarkan penelitian (Wolff, 2008). 2.3. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahanbahan kimia dan bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya

(12)

umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff, 2008).

2.4. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satusatunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan daripada kulit putih (Wolff, 2008).

2.5. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten (Tony, 2010).

3.4. Manifestasi Klinis

Berdasarkan gejala klinis dermatitis kontak iritan ada dua yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik.2

(13)

Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada kulit.Salah satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati adalah pelepasan sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi inflamasi dengan melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel (misalnya, limfosit, eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan dermis. Tanda histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu spongiosis dan pembentukan microvesikel, eritema, indurasi, dan edema yang mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit.

2. Dermatitis kontak iritan kronis

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitis kontak iritan kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan.Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis).1

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulangulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu memberi kelainan. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian.Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.7

(14)

dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.Bila kontak terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.1

3.5 DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab terjadinya. DKI kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA. Selain anamnesis, juga perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih memastikan diagnosis DKI.

(15)

Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis primer untuk DKI sebagai berikut: 1

- Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk vesikel

- Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh - Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit

- Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan B. Pemeriksaan Penunjang.

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa tes yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan DKI. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efek berbagai iritans.4

1. Patch Test

Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasil negatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kemabali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI,1,7 Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis, dengan dermatitis kontak yang rekuren.

(16)

Kultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi infeksi sekunder bakteri.

3. Pemeriksaan KOH

Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikology pada infeksi jamur superficial infeksi candida, pemeriksaan ini tergantung tempat dan morfologi dari lesi.

4. Pemeriksaan IgE

Peningkatan imunoglobulin E dapat menyokong adanya diathetis atopic atau riwayat atopi.

3.6 DIAGNOSA BANDING 1. Dermatitis Kontak Alergi

Berbeda dengan DKI, pada DKA, terdapat sensitasi dari pajanan/iritan. Gambaran lesi secara klinis muncul pada pajanan selanjutnya setelah interpretasi ulang dari antigen oleh sel T (memori), dan keluhan utama pada penderita DKA adalah gatal pada daerah yang terkena pajanan.Pada patch tes, didapatkan hasil positif untuk alergen yang telah diujikan, dan sensitifitasnya berkisar antara 70 – 80%.

2. Dermatitis Atopi

Merupakan keadaan radang kulit kronis dan residif, disertai dengan gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga penderita. Oleh karena itu, pemeriksaan IgE pada penderita dengan suspek DKI dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diagnosis dermatitis atopi.

3. Tinea Pedis

Merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneun pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofitosis. Penderita bisa merasa gatal dan kelainan berbatas

(17)

tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit. Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Pada tinea pedis, khususnya bentuk mocassin foot, pada seluruh kaki terlihat kulit menebal, dan bersisik serta eritema yang ringan terutama di tempat yang terdapat lesi.4

3.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari dermatitis kontak iritan dapat dilakukan dengan melakukan dengan memproteksi atau menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan, melakukan proteksi (seperti penggunaan sarung tangan), dan melakukan substitusi dalam hal ini, mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain.6

Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan Burrow’s solution

Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3 jam.

2. Glukokortikoid topikal

Efek topical dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari corticosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan

(18)

pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg.

3. Antibiotik dan antihistamin

Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Terdapat percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.

4. Anastesi dan Garam Srontium (Iritasi sensoris)

Lidokain, prokain, dan beberapa anastesi lokal yang lain berguna untuk menurunkan sensasi terbakar dan rasa gatal pada kulit yang dihubungkan dengan dermatitis iritan oleh karena penekanan nosiseptor, dan mungkin dapat menjadi pengobatan yang potensial untuk dermatitis kontak iritan.5 Garam strontium juga dilaporkan dapat menekan depolarisasi neural pada hewan, dan setelah dilakuan studi, garam ini berpotensi dalam mengurangi sensasi iritasi yang dihubungkan dengan DKI.

5. Kationik Surfaktan

Surfaktan kationik benzalklonium klorida yang iritatif dapat meringankan gejala dalam penatalaksanaan iritasi akibat anion kimia.

(19)

Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangat berguna. Menggunakan emolien ketika kulit masih lembab dapat meningkatkan efek emolien. Emolien dengan perbandingan lipofilik : hidrofilik yang tinggi diduga paling efektif karena dapat menghidrasi kulit lebih baik.

7. Imunosupresi Oral

Pada penatalaksanaan iritasi akut yang berat, glukokortikoid kerja singkat seperti prednisolon, dapat membantu mengurangi respon inflamasi jika dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal dan emolien. Tetapi, tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena efek sampingnya. Oleh karena itu, pada penyakit kronik, imunosupresan yang lain mungkin lebih berguna. Obat yang sering digunakan adalah siklosporin oral dan azadtrioprim.

8. Fototerapi dan Radioterapi Superfisial

Fototerapi telah berhasil digunakan untuk tatalaksana dermatitis kontak iritan, khususnya pada tangan. Modalitas yang tersedia adalah fototerapi photochemotherapy ultraviolet A (PUVA) dan ultraviolet B, dimana penyinaran dilakukan bersamaan dengan penggunaan fotosensitizer (soralen oral atau topical). Sedangkan radioterapi superfisial dengan sinar Grentz juga dapat digunakan untuk menangani dermatitis pada tangan yang kronis. Penalataksanaan ini jarang digunakan pada praktek terbaru, hal ini mungkin disebabkan oleh ketakutan terhadap kanker karena radioterapi.

3.8 PROGNOSIS

Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan diobati dengan baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI. Bila bahan

(20)

iritan tidak dapat disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana kondisi ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifactor.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

6.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik

Membrana periodontalis terletak diantara gigi & tulang alveolus tekanan pada gigi akan menjepit. Tekanan yg kuat pembuluh darah tersumbat

Sebagai lawan istilah hukum administrasi khusus (hukum admi- nistrasi luar biasa), dikenal pula istilah hukum administrasi umum. Dengan peran pemerintahan yang begitu

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2017Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang yang disusun untuk memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja

Model dislokasi 3 ini merepresentasikan mekanisme gempa Padang 2009 karena nilai korelasi yang didapatkan paling besar yaitu sebesar -0.71965 untuk pergeseran

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik perusahaan industri sekaligus mengerti tentang sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dan perhitungannya yang pada

Proses output dalam sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford ini adalah berupa hasil laporan stok gudang chemical selama satu bulan yang dibuat oleh

Kelebihan Pembayaran Pajak Daerah adalah kelebihan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar atau kelebihan pembayaran pajak yang timbul karena Surat