• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SPIROMETRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SPIROMETRI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

I. Judul Praktikum

“PENGUKURAN SPIROMETER”

II. Tujuan Praktikum

II.1Mahasiswa mampu mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur/menganalisa seorang pekerja, apakah mengalami gangguan pendengaran atau tidak.

II.2Mahasiswa mampu melakukan pengukuran fungsi paru dengan menggunakan Spirometer.

(2)

III.Landasan Teoritis

III.1 Latar Belakang

Udara yang keluar masuk melalui paru-paru pada waktu gerakan pernafasan dapatdiukur dengan menggunakan spirometer. Volume udara yang dapat diukur secara langsung adalah : volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas inspirasi dan kapasitas vital. Dan dengan mengetahui kapasitas vital, dapat diketahui fungsi paru-paru atau keadaan saluran pernapasan.

Besar kapasitas vital tergantung antara lain olehsikap badan sewaktu diukur, pekerjaan seseorang, umur, jenis kelamin, status kesehatan, tinggi badan, indeks massa tubuh. Selain itu sering diukur spirometri dinamis yaitu antara lain timed vital capacity(TVC), Forced Expiratory Volume (FEV) yaitu volume kapasitas vital yang dikeluarkan sekuat-kuatnya dalam waktu tertentu.

Biasanya waktu pengukuran satu atau setengah detik.Dengan membandingkan besar volume ini dengan kapasitas vital dapat diketahui ada tidaknya gangguan pernafasan. Yang tidak diukur secara langsung adalah volume residu. Karena untuk mengukurnya diperlukan gas lain atau alat lain serta dipergunakan perhitungan sendiri (Caroline,2010).

III.2 Spirometer

III.2.1 Pengertian Spirometer

Spirometry ( Maksud/Arti mengukur nafas) adalah [yang] yang paling umum untuk Test Fungsi Yang berkenaan dengan paru ( PFTS), mengukur fungsi paru-paru/tempat terbuka, [yang] secara rinci pengukuran jumlah ( volume) dan/atau kecepatan ( arus) tentang udara yang dapat dihirup/dihisap dan dihembuskan. Spirometry adalah suatu alat penting menggunakan untuk membangitkan

(3)

pneumotachographs yang adalah sangat menolong menaksir kondisi-kondisi seperti sakit asma, berkenaan dengan paru-paru fibrosis, cystic fibrosis, dan COPD

(http://en.wikipedia.org/, 2009).

Spirometer adalah suatu piranti untuk mengukur volume udara yang diilhami dan yang berakhir oleh paru-paru [itu]. [Ini] merupakan suatu ketepatan tekanan

diferensial transducer untuk pengukuran laju alir pernapasan. Spirometer arsip jumlah udara dan tingkat udara yang ditiupkan keluar masuk (di) atas suatu waktu ditetapkan. Spirometer dan arus yang dipasang memimpin fungsi bersama-sama sebagai

pneumotachometer, dengan suatu isyarat keluaran yang sebanding ke airflow. [Itu] telah ditemukan oleh Yohanes Hutchinson di (dalam) 1846 (http://en.wikipedia.org/, 2009).

III.2.2 Jenis Respirasi

Proses respirasi atau pernafasan, secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel, dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Respirasi terdiri dari tiga proses, yaitu:

1. Pulmonary ventilation adalah proses pernafasan dimana gasmengalir/bergerak antara atmosfer (udara luar) dan paru. Pergerakan udaraini di sebabkan oleh perubahan tekanan udara dalam paru. Perbedaantekanan yang disebabkan oleh perubahan kapasitas paru akan memaksaudara masuk ketika inhalasi dan keluar ketika ekshalasi. Dua Proses penting dalam pulmonary ventilation.

a. Inhalasi - Proses pergerakan udara masuk ke paru. Agar udara masuk ke dalam paru, tekanan di alveoli harus lebih rendah daripada tekanan di atmosfer. Maka dari itu rongga thorax (dada) mengembang untuk meningkatkan kapasitas paru dan merendahkan tekanan udara di rongga dada. Apabila kapasiti rongga thorax

(4)

meningkat, kapasitas paru juga meningkat dan tekanan alveolar pun menurun. Perubahan tekanan ini menyebabkan udara bergerak dari luar ke dalam paru.

b. Proses pergerakan udara keluar paru. Disebabkan oleh perubahan tekanan, tekanan di dalam paru lebih tinggi daripada tekanan di atmosfer. Ekshalasi adalah hasil daripada “elastic recoil ” yang berlaku pada dinding thorax dan paru, yaitu hal yang secara alami terjadi setelah rongga dada mengembang. Apabila otot external intercostals relax, tulang rusuk akan menurun. Oleh karena itu tekanan dalam paru akan meningkat. Maka udara akan bergerak keluar dari tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.

2. Respirasi Eksternal

Proses resapan oksigen (O2) dalam udara di alveoli ke dalam darah dikapiler alveoli serta proses resapan karbon dioksida (CO2) dalam arah sebaliknya. Darah yang dating dari ventrikulus dextra (berasal darisistemik tubuh) kaya akan kandungan CO2 berdifusi dan “bertukar tempat”dengan O2. PO2 dalam alveolar = 105 mmHg sedangkan PO2 dalam kapiler pulmonary = 40 mmHg, karena itu oksigen akan terus meresap ke dalam kapiler pulmonary sehingga PO2 dalam kapiler pulmonary meningkat.

3. Respirasi Internal

Merupakan pertukaran CO2 dan O2 antara kapiler sistemik dengan sel jaringan. PO2 dalam kapiler darah = 105 mmHg sedangkan PO2 dalam sel jaringan = 40 mmHg. Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan oksigen akan meresap keluar dari kapiler darah ke dalam sel sehingga PO2 dalam kapiler darah menurun ke 40 mmHg. Saat O2 meresap ke dalam sel. CO2 akan meresap ke arah yang bertentangan.

(5)

Frekuensi pernafasan rata-rata pada orang dewasa normal berkisar antara 16-24 kali per menit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Beberapa faktor seperti peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+ dapat mempengaruhi pusat pernafasan di pons dan di medulla untuk meningkatkan frekuensi ataupun menurunkan frekuensi pernafasan. Jika konsentrasi CO2 dalam melebihi kadar normal maka tubuh akan bereaksi dengan hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 tersebut dan mengambil O2 dari udara luar, begitu pun sebaliknya.

III.2.3 Volume Paru dan Kapasitas Paru

Parameter yang sering diukur dalam uji faal paru ialah isi paru dengan beberapa bagiannya. Volume paru ini menggambarkan fungsi statik paru. Volume paru yang lebih rendah daripada kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Untuk mengetahui volume dan kapasitas paru digunakan alat ukur berupa spirometer atau respirometer. Hasil perekamannya disebut spirogram. Pada kurva hasil spirogram digambarkan defleksi ke bawah saat ekspirasi.

Ada dua golongan volume paru, yaitu yang biasa disebut volume paru dan kapasitas volume paru, yaitu:

1. Volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan biasa. Udara yang keluar dan masuk saluran pernafasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 cc. Volume tidal setiap orang bervariasi tergantung pada saat pengukuran. Rata rata pada orang dewasa 75% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya 25% (150 ml) menetap di ruang rugi. Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah akhir inspirasi tenang. Cadangan ekspirasi,

(6)

yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang.

Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar. Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah melakukan ekspirasi maksimal. Volume total udara yang diperlukan dalam satu menit disebut minute volume of respiration (MVR) atau minute ventilation.

MRV didapat dari perkalian antara volume tidal dan frekuensi pernafasan total per menit. Rata rata MRV dari 500 ml volume tidak sebanyak 12 kali pernafasan per menit adalah 6000 ml/menit. Dengan mengambil nafas lebih dalam maka akan mendapatkan volume pernafasan melebihi volume tidal 500 ml. Penambahan volume ini disebut volume cadangan inspirasi sebesar 3100ml dari volume tidal sebelumnya. Sehingga volume tidal total sebesar 3600 ml. Udara ekspirasi juga dapat lebih banyak dikeluarkan (1200 ml) dari volume tidal yang ada, udara tersebut merupakan volume cadangan ekspirasi.

Meskipun paru kosong setelah ekspirasi maksimal, Sesungguhnya paru tersebut masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan paru dari keadaan kolaps yang besarnya sekitar 1200 cc. FEV1 adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik dengan pengertian volume yang masih dapat dikeluarkan oleh paru setelah ekspirasi maksimal dalam satu detik. Pada penderita emphysema didapatkan nilai FEV1 menurun.

(7)

2. Kapasitas Paru, nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru seperti yang dijelaskan diatas. Kapasitas Paru Total (KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal Kapasitas Vital (KV), volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal.

Ini juga bisa diartikan menjadi volume maksimum dari udara yang setiap orang hirup setelah ekspirasi maksimum. Kapasitas vital setiap orang bisa diukur melalui spirometer. Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas vital bisa membantu untuk mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru. Kapasitas Inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yangdapat dihisap dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang). Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru pada posisi istirahat.

III.2.4 Faktor yang mempengaruhi volume pernafasan

Volume pernapasan masing-masing orang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah frekuensi pernapasan dari masing-masing orang yang berbeda pula. Frekuensi pernapasan yang berkaitan dengan jumlah proses inspirasi-ekspirasi seseorang dalam hitungan waktu ini akan sangat berpengaruh dalam jumlah udara yang dapat masuk maupun keluar paru-paru. Frekuensi pernapasan inipun tak luput dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Umur

Bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi pernapasan menjadi semakin lambat. Pada usia lanjut, energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit. Untuk

(8)

mengimbangi kebutuhan oksigen yang relatif kecil ini maka frekuensi pernapasan pada orang dengan usia lanjut jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda dalam masa pertumbuhan yang memiliki kebutuhan energi yang lebih besar. Frekuensi yang kecil ini menunjukkan juga bahwa volume udara yang dapat masuk maupun keluar paru akan lebih kecil bila dibandingkan dengan volume udara pernapasan pada orang dengan usia lebih muda dan frekuensi pernapasan yang lebih besar.

b. Suhu tubuh

Manusia memiliki suhu tubuh yang konstan berkisar antara 36-37 oC, karena manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan meningkatkan laju metabolisme. Jika suhu tubuh menurun, tubuh akan meningkatkan metabolismenya, sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat. Sama halnya dengan faktor usia, kebutuhan akan oksigen yang meningkat akibat peningkatan metabolism tubuh juga meningkatkan frekuensi napas yang dengan otomatis juga berpengaruh pada volume udara pernapasan seseorang.

c. Posisi tubuh

Posisi tubuh akan mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja. Misalnya pada saat berdiri, otot akan berkontraksi, sehingga oksigen yang dibutuhkan lebih banyak dan laju pernapasan pun akan meningkat dibandingkan pada saat orang duduk.

d. Jenis kelamin

Pada umumnya laki-laki banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, lai-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak dari wanita.

(9)

Selain pengaruh frekuensi pernapasan masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pernafasan dan tentunya akan berpengaruh terdapat oksigenasi yang sangat dibutuhkan untuk hidup. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

1. Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2 ( tekanan parsial O2 darah arteri), sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

(10)

Aktifas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

c. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

d. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula.

e. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pernapasan yaitu: a.Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru b.Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru c.Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan. Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah

(11)

hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

f. Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

g. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.

III.2.5 Gangguan Fungsi Paru

Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara fisiologis sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya

(12)

pada usia 30 tahun mulai mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan rata-rata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang (Yulaekah, 2007).

Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah :

1) Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang mengganggu saluran pernapasan.

2) Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.

3) Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif (Yulaekah, 2007).

(13)

gambar 1. Alat Spirometer

Alat yang digunakan adalah Spirometri dengan jenis carefusion spirometer.

Carefusion spirometer merupakan spirometer modern yang ringkas untuk uji fungsi

paru secara non-invasif dan untuk mengelola data pasien dengan cepat dan nyaman. Biaya operasi unit yang minim dijamin berkat adanya sensor yang dapat dipakai ulang dan dapat di-disinfeksi secara mudah. Pengukuran dilakukan dengan akurasi maksimum dalam berbagai rentang aliran udara dan resistansi aliran udara yang minimum. Unit ini sudah memiliki sensor di dalamnya untuk koreksi BTPS secara otomatis terhadap hasil pemeriksaan. Hasilnya dapat dilihat pada display berwarna

(14)

IV Waktu dan Lokasi Praktikum

Hari/tanggal : Selasa, 07 Juni 2016 Waktu : 14.30 – 15.00 WIB

Lokasi : Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan (Jl. Yos Sudarso Medan-Belawan)

V. Bahan dan Alat Pengukuran 5.1 Alat

a. Spirometer

Gambar 1. Spirometer berjenis Carefusion Spirometer b. Penjepit Hidung

Gambar 2. Penjempit Hidung c. Mouth Piece

(15)

Gambar 3. Mouth Piece d. Timbangan Badan

e. Meteran Gulung

VI. Metode Pengukuran 7.1 Prosedur Kerja

a. Siapkan alat Spirometri

b. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur, seks, TB, BB

c. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.

d. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan pemeriksaan.

e. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.

f. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri.

g. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.

h. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).

VII. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran di catat di Spirometer (catatan grafis) yang di ambil dari hasil tes pernapasan dengan Spirometer, yang berisi grafik ambang pernapasan

(16)

pada berbagai frekuensi terhadap intensitas udara dalam paru.

Gambar 4. Hasil Pengukuran Dari

audiogram, dapat dik etahui apakah pekerja mengalami tuli atau tidak.

Dengan standar pengukuran: 0 – 20 dB (normal), sedangkan >25 dB (mengalami gangguan pada telinga).

Gambar 5. Objek Pengukuran VIII. Hasil dan Pembahasan

7.1 Hasil

Nama Responden : Rahmah Zamzani Tanggal Pemeriksaan : 07 Mei 2016

Umur : 20 tahun

Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 62 kg Pekerjaan : Mahasiswa Prediction : Asian

(17)

Gambar 6. Hasil Pengukuran 7.2 Pembahasan

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Pada percobaan ini mula-mula probandus memberikan informasi berupa umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Kemudian mouth piece dipasangkan ke alat dan masukan mouth piece ke dalam mulut probandus dan probandus menutup hidungnya sendiri. Lalu alat mulai dinyalakan, setelah dinyalakan probandus mulai bernapas normal sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi dan inspirasi secara maksimal.

Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu 3.78 L. Sehingga presentasenya hanya sebesar 75%. Pada hasil spirogram yang normal menunjukkan banyaknya kapasitas vital paru yaitu 80% dari total kapasitas paru, atau pada orang dewasa laki-laki sebesar 4800cc atau 4,8 L. Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena adanya penurunan volume tidal, volume cadangan inspirasi maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variable tersebut. Penurunan kapasitas vital paru pada probandus

(18)

Volume tidal = 0,53L

Volume cadangan inspirasi = 0,17 L Volume cadangan ekspirasi = 3,08 L Sehingga didapatkan :

VC=TV+IRV+ERV VC= 0,53+ 0,17+3,08 VC=3,78 L

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru

Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat. Kemudian alat dinyalakan, segera setelah alat siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan eskpirasi dengan kuat melalui mouth piece. Sesuai instruksi alat, inspirasi dan ekspirasikan secara cepat dan kuat kurang dari 6 detik.

Rasio FEV1/FVC yaitu:

FEV1 = 2,45 x 100 % = 78,5 % FVC = 2,46

Rasio FEV1/FVC meningkat yaitu 78,5 %. Pada kondisi normal rasio FEV1/FVC yaitu 70 – 80 %. Data spirogran tersebut menunjukkan adanya kelainan restriktif dimana adanya penurunan FEV1 dan FVC yang normal, tetapi volume udara yang terhirup lebih kecil dibandingkan normal.

Hasil spirogram menunjukkan bahwa pasien mengalami kelainan restriktif pada sistem pernapasannya, namun hasil spirogram ini dapat saja salah karena alat yang digunakan merupakan standar dari Eropa yang tidak sesuai dengan standar orang Asia.

Hasil spirogram yang menunjukkan adanya kesalahan hasil yang diperoleh sehingga tidak layak untuk dinilai disebabkan karena kesalahan melakukan prosedur pada saat pemeriksaan sedang berlangsung, seperti:

(19)

a. Ukur tinggi dan berat badan hanya mengira-ngira tanpa mengukurnya secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan perbadaan hasil spirogram karena tinggi badan dan berat badan mempengaruhi asupan O2 yang dibutuhkan oleh tubuh

b. dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kapasitas vital paru maupun kapasitas total paru.

c. Probandus melakukan percobaan ini dengan perasaan yang kurang yakin atau ragu saat pemeriksaan berlangsung. Hal ini mempengaruhi volume udara yang dapat terukur oleh spirometer pada saat probandus melakukan inspirasi dan ekspirasi. d. Probandus terlambat menarik nafas (terlambat memulai).

e. Adanya ketidak pahamaan probandus atas instruksi dari pemeriksa yang menyebabkan probandus melepaskan jepitan tangan pada hidungnya.

Berdasarkan percobaan di atas, data tersebut tidak valid karena tidak memenuhi syarat sebagai beikut:

a. Probandus harus yakin

b. Ekspirasi cepat mencapai puncak c. Ekspirasi minimal 6 detik

d. Pemeriksaan harus dilakukan sampai selesai e. Dan nilai reprodusible kurang dari 5%.

IX. Kesimpulan

Respirasi pada manusia ada tiga proses yaitu ventilasi pulmonary, respirasi eksternal, respirasi internal.Volume udara itu ada empat macam yaitu ada volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residu.Kapasitas udara itu ada empat macam yaitu ada kapasitas inspirasi, kapasitas vital, kapasiras paru total, dan kapasitas residu fungsional.

(20)

Spirometri adalah salah satu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, untuk melihat respon terapi, dan untuk menentukan proknosis. Alat untuk mengukur spirometri adalah spirometer. Fungsi spirometer adalah alat untuk memeriksa dan mengetahui adanya gangguaan di paru dan saluran pernapasan, dan untuk mengukur fungsi paru. Hasil dari spirometer adalah spirogram. Fungsi spirogram untuk mengetahui hasil dari probandus yang akan dihitung yaitu FVC dan FEV1 dengan mencari rationya terlebih dahulu dengan cara FEV1/FVC x 100%. Hasil ratio normal adalah 70-80%, jika hasil yang didapat oleh propandus kurang dari ratio normal maka probandus tersebut Obstructive Lung Disease dan jika hasil probandus yang di dapat lebih dari ratio normal maka probandus tersebut Restrictive Lung Disease.

X. Daftar Pustaka

 Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.

 Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC

 Halim, Hadi. 2006. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

 Maddapa, Tarun. 2009. Atelectasis Available. http://emedicine.medscape.com. 28 Mei 2012.

 Caroline, Destiny. 2010 Laporan Fisiologi Paru.

https://id.scribd.com/doc/138644953/LAPORAN-FISIOLOGI-SPIROMETRI#download. (Diakses 08 Juni 2016)

 Rubins, Jeffrey. 2009. Pleural Effusion. http://emedicine.medscape.com. 28 Mei 2012.

 Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.

 Yunus, Faisal. 1999. Penatalaksanaan Bronkhitis Kronik. Bagian Pulmonologi kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan: Jakarta.

(21)

Gambar

gambar 1. Alat Spirometer
Gambar 1. Spirometer berjenis Carefusion Spirometer b. Penjepit Hidung
Gambar 3. Mouth Piece  d. Timbangan Badan
Gambar 4. Hasil Pengukuran Dari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Difusi udara pada manusia terjadi pada bagian dalam tubuh, yaitu pada gelembung paru-paru (alveolus)... Pada pernapasan secara tidak langsung, udara masuk ke dalam tubuh

Sesak napas: volume paru-paru lebih besar dibandingkan Sesak napas: volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang dengan orang yang

Pemeriksaan fungsi paru dapat menggunakan metode sederhana yang mempelajari ventilasi dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses

Spirometer adalah salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru. Spirometer

KPM ini perlu dibedakan dengan Minute Volume : jumlah udara yang keluar masuk paru dengan pernafasan biasa (tidal) selama satu menit Volume dinamik ini

Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru setiap kali bernapas normal; besarnya kira kira 500 ml pada laki laki dewasa. Volume cadangan inspirasi adalah volume

Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis.. Seterusnya CO2 akan

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat