• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Dasar Menjadi Dirigen Dan Latihan Koor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar Dasar Menjadi Dirigen Dan Latihan Koor"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR­DASAR TEKNIK DIRIGEN

SIKAP DIRIGEN (UMUM)

Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen ? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah ? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.

Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.

SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP

Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.

GERAKAN AWAL

Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” untuk memulai nyanyian.

Fungsi gerakan awal adalah :

1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.

(2)

3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.

Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.

Cara melakukannya :

Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti “yak – bam”. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses “masuk” ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan.Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.

GERAKAN BERHENTI

Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti “ yak – stop”. Pada saat “stop” ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.

TANGAN KIRI

Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :

1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing, dan gerakan awal serta akhir.

2.Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.

(3)

3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.

4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.

DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER

Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.

DINAMIKA

Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatucrescendo/diminuendo.

AKSEN

Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.

PHRASING

Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( ‘ ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.

TEMPO

Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil. Gunakan pedoman berikut :

1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.

(4)

besar dan lebar. KARAKTER

Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.

Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam.

Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.

Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.

Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.

BEBERAPA TIPS

Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.

CERMIN.

Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.

LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.

Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.

BERI SEMUA KETUKAN.

Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.

(5)

Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.

MENYANYI.

Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.

MENCATAT PADA TEKS.

Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.

MELIHAT KE PENYANYI

Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.

MELATIH PADUAN SUARA

Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.

PERSIAPAN DIRIGEN

__________________________________________________________________ 1. Lagu dan penguasaan lagu :

not

kata-kata

phrasing

tempo yang cocok

(6)

2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain) 3. Menyiapkan tempat

4. Menyiapkan organis : nada dasar

5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)

PERSIAPAN ORGANIS

__________________________________________________________________ 1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati

2. membuat intro

3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai

Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.

Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.

PEMANASAN UNTUK KOOR

__________________________________________________________________ Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :

 Energi. Suara yang berenergi, yang “mengangkat”,bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun.

 Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi.

 Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.

Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi. Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya.

(7)

1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada.

2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu “mi-me-ma-mo-mu”), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf “m” untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala.

3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan “ha”’ 5 nada terakhir legato.

4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 – 54321 dengan vocal : ni – ah, ni – eh , di – o.

Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya :

1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p – f – p 2. menyeragamkan huruf hidup : a – e – i – o – u dan variasinya : ni – e – a – e – i, u – wi – yu – wi – yu, i – yo – i – yo – i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya.

3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya.

4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan “ya” dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa)

AMBITUS (JANGKAUAN NADA)

__________________________________________________________________ Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara :

1. Sopran : c’ – a” 2. Alto : f – d” 3. Tenor : c – a’ 4. Bas : F – d’

(8)

F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c’-d’-e’-f’-g’-a’-b’-c”-d”-e”-f”-g”-a”

TEKNIK MENGAJARKAN LAGU BARU

__________________________________________________________________ Tahap mengenali lagu, menyanyikan not

 Organis memainkan lagu tersebut, penyanyi mendengarkan, tidak boleh ikut bernyanyi. Ulangi sekali lagi bila perlu.

 Koor menyanyikan not bersama organ, jangan biarkan mereka bernyanyi dengan keras. Ini memiliki kuntungan ganda :

penyanyi lebih mendengar dan juga energi bisa dihemat.

 Dengarkan koor jangan ikut menyanyi. Perhatikan apakah ada tempat dimana penyanyi salah atau merasa sulit

(sumbang atau berhenti bernyanyi). Tandai tempat itu. Ulangi bagian itu sampai bisa, setelah itu frase sebelumnya, jangan selalu dari depan. Mintalah penyanyi menandai juga tempat tersebut.

 Dengar hasilnya, apakah masih ada tempat yang masih salah (nada, ritme atau phrasing) kembangkan telinga untuk

mendeteksi hal ini dan mencari penyelesaiannya.

 Untuk lagu banyak suara, bila dirigen tidak dapat mendengar semua sekaligus, mintalah sopran dan alto bisa

menyanyi dengan not, sementara tenor dan bas bersenandung. Organ tetap membantu sopran dan alto. Bereskan, baru dicoba tenor dan bas. Setiap koreksi sebaiknya dicatat.

 Rasakan apakah tangan dirigen ‘terpaksa’ melambat karena koor, karena ini bisa berarti bahwa koor belum bisa dan

bagian yang melambat itu harus dilatih hingga lancar.

 Jangan merasa ‘malu’ untuk mengulang bagian tertentu dengan tempo yang lebih lambat. Bisa juga menahan pada

ketukan tertentu untuk mendengar apakah paduan (harmoni) sudah benar.

Tahap belajar dengan kata-kata :

 Bila not sudah lancar anda sudah dapat mulai dengan kata-kata. Deteksi lokasi yang masih salah.

 Cobalah dengan membacanya tanpa dengan nada tapi dengan ritme serta memahami kalimat-kalimatnya. Beritahu

pada koor bagian kata yang mana yang lebih penting dari yang lain. Beri penekanan pada bagian kata tersebut. Tempat ini biasanya adalah puncak suatu frase.

 Bernyanyilah dengan memahami kata-katanya, jangan bernyanyi empat suara selama masih berjuang dengan not dan

kata-kata. Kasihan pada orang yang mendengarkan, dia tidak punya pilihan lain selain mendengarkan.

 Bila terdengar masih ada masalah dengan not, cobalah bagian tersebut dengan not lagi. Lalu dengan satu suku kata

seperti “ma-ma-ma”. Baru coba dengan kata-katanya.

Tahap penyempurnaan

 Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir suatu frase).

 Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan kekurangannya dan bagaimana

seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga dengan mengatakan “sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada ‘sa’ dan tenor terlalu terputus-putus”.

 Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.

 Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.

Beberapa catatan yang harus diperhatikan dirigen:

 Pujilah anggota koor bila mereka menunjukkan kemajuan atau perbaikan.

 Jangan anggap remeh lagu yang pernah dinyanyikan. Tetaplah bersikap kritis terhadap kesalahan-kesalahan yang

(9)

 Banyaklah belajar dengan melihat cara melatih dan memimpin dari dirigen lain, ambil yang baik dan hindari yang menurut anda tidak baik, buang juga kebiasaan-kebiasaan buruk anda yang baru anda sadari setelah anda melihat hal itu terdapat pada dirigen lain.

 Lihatlah cara koor lain bertugas : organis, dirigen, dan koornya. Ambil yang baik, buang yang kurang baik.

Kadang-kadang kita mudah melihat kesalahan kita dengan melihat kekurangan orang lain.

 Jangan selalu hanya gunakan kata : ‘keras’ atau ‘lembut’ kepada penyanyi. Pakailah juga kata : ‘sedih’, ‘agung’, ‘cerah’,

Referensi

Dokumen terkait

melempar bola melambung disebut juga melempar ke atas cara melakukan gerakan ini berdirilah dengan kaki kangkang kaki kanan agak ke belakang tangan kanan memegang bola lengan kiri

karet yang dibentangkan, dengan cara menirukan ban berputar dengan tumpuan menggunakan kedua tangan. Siswa melakukan latihan menirukan gerakan meroda dalam bentuk permainan

Perbedaan Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Bolavoli Antara Atlet Yang Memiliki Koordinasi Mata-Tangan Tinggi Dan Rendah. Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata

Cara kerja dari keran sensor, yaitu membaca gerakan tangan / benda sesuai jarak baca dari sensor tersebut, untuk kemudian kran terbuka dan mengeluarkan air. Hal ini dapat

Pengukuran waktu secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengambilan data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time

Menggiring bola adalah gerakan membawa bola ke segala arah dengan cara dipantulkan. Menggiring bola tidak diperkenankan dengan dua tangan, melainkan hanya dengan

Analisa Hasil Setelah melakukan sesuai prosedur kerja kita dapat mengetahui cara pengoperasian sebenarnya dari generator sederhana ini  Dynamo sederhana berisi kumparan yang

Gadget adalah hal yang sangat populer saat ini. Hampir setiap orang menggunakan gadget untuk berbagai keperluan. Salah satu fungsinya adalah berkomunikasi dan mencari informasi dengan cepat. Gadget membutuhkan sebuah program yang berfungsi untuk mengatur berjalannya perangkat tersebut. Menurut Yulikuspartono (2009:29) mengemukakan bahwa “ program merupakan sederetan instruksi atau statement dalam bahasa yang dimengerti oleh komputer yang bersangkutan”. Program merupakan sebuah elemen inti untuk kinerja suatu perangkat. Program inilah yang akan mengolah dan menjalankan perintah yang diberikan oleh user agar dapat di kelola oleh perangkat/device. Program juga dibuat oleh manusia, dan orang yang membuat program ini disebut dengan Programmer. Seorang programmer membuat program dengan menggunakan bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman inilah yang disusun dengan berdasarkan logika atau algoritma menusia yang di terjemahkan ke algoritma manusia yang di terjemahkan ke perangkat. Bahasa pemrograman ini dibuat untuk memudahkan manusia dalam membuat suatu aplikasi atau program. Bahasa pemrograman bisa di klasifikasikan dari beberapa sudut pandang. Salah satu pengklasifikasian bahasa pemrograman adalah pendekatan dari notasi bahasa pemrograman tersebut, apakah lebih dekat ke bahasa mesin atau ke bahasa manusia. Dengan cara ini, bahasa pemrograman dapat di kelompokan menjadi dua yakni bahasa tingkat rendah (low level languages) dan bahasa tingkat tinggi (high level language). Bahasa tingkat tinggi adalah bahasa yang mudah dipahami oleh manusia, C++ merupakan salah satu contoh dari bahasa tingkat tinggi. Contoh lain dari bahasa tingkat tinggi ini seperti Pascal, Perl, Java, dan lain-lain sebagainya. Sedangkan bahasa tingkat rendah adalah bahasa mesin atau bahasa assembly. Secara sederhana sebuah komputer hanya dapat mengeksekusi program yang ditulis dalam bentuk bahasa mesin. Oleh karena itu, jika suatu program ditulis dalam bahasa tingkat tinggi maka program tersebut harus diproses terlebih dahulu sebelum bisa dijalankan dengan komputer. Hal ini merupakan salah satu kekurangan bagi bahasa tingkat tinggi dimana diperlukan waktu untuk memproses suatu program sebelum program tersebut di jalankan. Sebagai bahasa yang beraras tinggi, yang menggunakan perintah-perintah yang mudah dimengerti oleh manusia, C++ mempunyai keunggulan yakni bersifat universal. Sebagai bahasa yang universal, C++ bisa dijumpai di berbagai platform (Linux, Unix, Windows, Mac, dan lain-lain). Artinya, jika kita menguasai C++ di platform PC, sangat mudah untuk berpindah di Linux ataupun system operasi yang lain.