• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL TESIS CHAJAR MATARI FATH MALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL TESIS CHAJAR MATARI FATH MALA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA

PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

(Studi Empiris per Kelompok Bank Berbasis Kepemilikan Modal)

PROPOSAL TESIS

CHAJAR MATARI FATH

MALA 1406658660

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data empiris dari Statistik Perbankan Indonesia, secara keseluruhan kondisi industri perbankan mengalami kenaikan aset seiring dengan menaiknya jumlah total deposit dan kredit selama periode 2001 hingga 2014. Secara umum industri perbankan Indonesia bisa dikatakan mengalami kenaikan dan pertumbuhan yang bagus ditinjau dari pasar aset, pasar deposit, dan pasar kredit meskipun ada fluktuasi pada tahun-tahun tertentu selama tiga belas tahun. Tabel 1 memperjelas kenaikan aset, deposit, dan kredit pada perbankan Indonesia pada periode 2001 hingga 2014.

Tabel 1. Pertumbuhan Total Aset, Total Deposito, dan Total Kredit pada Bank Konvesional di Indonesia Periode 2001-2014 (Rp dalam jutaan dan %)

Tahun Total Aset Pertumbuhan Total Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan

Aset Deposito Deposito Kredit

2001 1.009.699 797.362 316.059 2002 1.112.204 10,15 835.778 4,82 371.058 17.40 2003 1.213.518 9,11 888.576 6,32 440.068 18,60 2004 1.272.081 4,83 963.106 8,39 559.470 27,13 2005 1.469.827 15,54 1.127.937 17,12 695.648 24.34 2006 1.693.850 15.24 1.287.102 14,11 792.297 13,89 2007 1.986.501 17,28 1.510.834 17,38 1.002.012 26,47 2008 2.310.557 16,31 1.753.292 16,04 1.307.688 30,51 2009 2.534.106 9,67 1.950.712 11,26 1.437.930 9,96 2010 2.338.834 -7,71 2.338.824 19,90 1.746.845 21,49 2011 3.652.832 56,18 2.784.912 19,07 2.200.094 25,95 2012 4.262.587 16,69 3.225.198 15,81 2.707.860 23,08 2013 4.954.467 16,23 3.520.616 9,16 3.158.099 16,63 2014 5.661.150 13,34 3.943.697 12,02 3.526.364 11.66 Rerata 14,83 13,18 20,55

(3)

Selama tiga belas tahun industri perbankan secara bersamaan mengalami kenaikan total aset, deposit, dan kredit cukup besar meskipun pertumbuhannya fluktuatif secara persentase. Namun secara rata-rata, pertumbuhan dari ketiga jalur pasar tersebut bernilai positif dan di atas 10%. Fenomena kenaikan pertumbuhan ini menunjukkan kinerja positif bank konvensional pada industri perbankan Indonesia secara keseluruhan dalam menghimpun dana dan pembiayaan yang berdampak pada kenaikan total aset.

Adanya hal positif juga ditunjukkan oleh indikator kesehatan industri perbankan seperti ROA, CAR, LDR, dan BOPO yang menunjukkan kesehatan bank di Indonesia. Tabel 2 menunjukkan tren perbankan dari sisi profitabilitas, solvabilitas, efisiensi, dan likuiditas.

Tabel 2. Tren ROA, CAR, LDR, dan BOPO pada Bank Konvensional di Indonesia (2001-2014)

Tahun ROA (%) CAR (%) LDR (%) BOPO (%)

2001 1,45 19,93 33,01 98,41 2002 1,96 22,44 38,24 94,76 2003 2.63 19,43 43,52 88,10 2004 3,46 19,42 49,95 76,64 2005 2,55 19,30 59,66 89,50 2006 2,64 21,27 61,56 86,98 2007 2,78 19,30 66,32 84,05 2008 2,33 16,76 74,58 88,59 2009 2,60 17,42 72,88 86,63 2010 2,86 17,18 75,21 86,14 2011 3,03 16,05 78,77 85,42 2012 3,11 17,43 83,58 74,10 2013 3,08 16,36 89,70 76,29 2014 2,85 18,01 89,42 74,08

(4)

Dari segi profitabilitas yang direpresentasikan oleh ROA, bank konvensional mengalami penambahan ROA di setiap tahunnya meski mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan pengembalian dari aset bank konvensional sudah bagus. Sementara itu dari segi kepemilikan, rata-rata CAR menunjukkan kondisi yang bagus karena berada di atas minimum yaitu 8%. Likuiditas perbankan sendiri kenaikan signifikan menunjukkan fungsi intermediasi dari deposit menuju kredit lebih baik di setiap tahunnya. Kemudian dari segi efisiensi, BOPO memperlihatkan adaya penurunan beban dibandingkan dengan pendapatannya yang menandakan efisiensi bank konvensional mengalami kenaikan.

Seiring dengan peran bank yang semakin penting dan regulasi tentang pembiayaan dan juga beredarnya Pakto 88 tentang kemudahan mendirikan bank swasta, cabang bank, dan juga bank perkreditan raktar, maka banyak bank-bank lain bermunculan baik dalam berbagai kepemilikan yang bertujuan untuk menyediakan jasa perantara menghimpun dana untuk melakukan pembiayaan sebagai penggerak ekonomi. Dengan adanya hal ini maka memunculkan persaingan dalam industri perbankan Indonesia.

Persaingan pada industri perbankan di Indonesia masih tergolong kompetitif, hal ini ditambah dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum menguat hingga akhir tahun 2015 dan proyeksi perlambatan ekonomi dari Bank Dunia. Level kompetisi ditetapkan oleh struktur pasar, sementara itu dalam industri perbankan struktur pasar yang ada berada pada jalur aset, deposit, dan kredit.

Struktur pasar monopoli pada industri perbankan menandakan adanya kekuatan untuk mendominasi pasar industri dan akan menimbulkan efek negatif pada bank-bank kecil. Menurut Cetorelli (2001), struktur pasar dan karakteristik-karakteristik bank yang terkait mempunyai peran penting dalam menjaga perekonomian. Sejak ada Pakto 88 tersebut, perkembangan bank Indonesia memang semakin pesat. Namun dalam kurun waktu terakhir, seiring dengan kondisi ekonomi yang melemah maka dampak persaingan akan semakin terasa pada bank-bank kecil. Sementara itu bank-bank yang mendominasi pasar akan semakin memperluas jaringannya dan tak jarang menyerap bank-bank kecil sehingga jumlah bank pada

(5)

industri sendiri menurun setiap tahunnya. Untuk melihat lebih jelas mengenai persaingan pada industri perbankan, gambar 1 memperlihatkan mengenai perkembangan total bank dan total kantor cabang perbankan dari tahun 2001 sampai tahun 2014.

Gambar 1. Total Bank dan Total Kantor Cabang Bank Konvensional Industri Perbankan Indonesia (2001-2014)

160 25,000 140 20,000 120 100 15,000 80 60 10,000 40 5,000 20 0 - 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Total Bank

Total Kantor Cabang

(Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah)

Penurunan total bank selama tiga belas tahun dari 141 bank menjadi 119 menunjukkan adanya kompetisi yang ketat pada industri perbankan. Berita-berita yang beredar menunjukkan adanya akuisisi dan merger yang dilakukan oleh beberapa bank sehingga menyebabkan menurunnya jumlah bank pada industri. Namun sebaliknya, kenaikan total cabang bank mengalami kenaikan yang cukup tajam dimana hal tersebut menunjukkan fenomena yang kurang wajar dalam perkembangan suatu industri. Penurunan total bank yang diiringi dengan kenaikan total cabang bank menunjukkan bank-bank yang berhasil melewati kompetisi ketat atau sudah meraih pangsa pasar industri semakin memperkuat posisinya dengan membuka banyak kantor cabang di wilayah lain.

Dapat terlihat dengan jelas dalam kondisi struktur pasar oligopoli terdapat kompetisi yang tidak menguntungkan bagi bank-bank yang memiliki pangsa pasar kecil selama tiga belas tahun terakhir meskipun ada kenaikan pada kinerja dan

(6)

karakteristik bank. Teori umum untuk menganalisa level struktur pasar adalah dengan menggunakan konsentrasi pasar (market concentration) yang berarti kumpulan dari presentase pangsa pasar terbesar di suatu industri. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai struktur perbankan di Indonesia menyatakan kondisi level kompetisi berada pada level oligopoli menuju monopoli dengan bank-bank terbesar yang masih mendominasi industri perbankan.

Subandia (2006) menggunakan konsentrasi pasar untuk menentukan struktur pasar pada penelitiannya yang menyimpulkan industri perbankan Indonesia berada pada level oligopoli, begitu pula Maal Naylah (2010) dan Sutardjo, et al. (2010) yang juga menyatakan industri perbankan ada pada level oligopoli.

Hubungan antara struktur dan kinerja tercantum pada teori structure-conduct-performance (SCP) dimana paradigma Harvard menyatakan struktur adalah determinator utama kinerja, namun paradigma Chicago menyebutkan bahwa efisiensi dari setiap individu dalam suatu organisasi yang akan membuat bagusnya kinerja perusahaan hingga akan berpengaruh pada strukturnya. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mempelajari dan mencaritahu hubungan antara struktur pasar dan kinerja telah dilakukan di luar negeri dan dalam negeri. Teori umum yang mewakilkan variabel struktur pasar yang menggambarkan kompetisi adalah pangsa pasar (market share) individual dan konsentrasi pasar (market concentration) dari jumlah empat pangsa pasar terbesar (Bikker dan Haff, 2002).

Pada kondisi industri perbankan di Jerman, Yu dan Neus (2005) menggunakan konsentrasi pasar sebagai salah satu variabel penentu profitabilitas. Penelitian tersebut menyimpulkan konsentrasi pasar mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE. Vong dan Chan (2006) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa konsentrasi pasar mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada profitabilitas di industri perbankan Makau. Namun di Cina, Wong et al. (2007) menemukan bahwa hubungan antara konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah positif dan tidak signifikan.

Sementara itu penelitian menyebutkan bahwa industri perbankan di U.S. telah mengalami SCP efisiensi namun Bhatti (2010) menyatakan industri perbankan di

(7)

Pakistan masih tergolong dalam SCP tradisional karena hubungan antara konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah signifikan sementara pangsa pasar individu tidak signifikan. Di Indonesia, Naylah (2010) dan Jumono et al. (2016) juga menyimpulkan bahwa industri perbankan Indonesia juga masih SCP tradisional dan belum dapat mencapat efisiensi.

Perbedaan hasil antar penelitian ini terjadi karena adanya perbedaan sampel mengenai jumlah dan karakteristik, maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan hasil yang lebih baik mengenai hubungan antara struktur pasar dan kinerja dengan memakai data di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah pangsa pasar dan konsentrasi pasar sebagai proksi dari struktur pasar sementara kinerja direpresentasikan oleh basic earning point (BEP), sementara itu karakteristik bank akan digunakan sebagai variabel kontrol yaitu capital adequacy ratio (CAR), non-performing loan (NPL), dan loan to deposit ratio (LDR). Hal yang membedakan studi ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mengenai pembagian pada industri bank dari segi kepemilikan. Selain mengetahui hubungan antara struktur pasar dan profitabilitas dan tipe SCP secara keseluruhan industri dengan sampel seluruh bank yang memenuhi kriteria purposive sampling, hubungan dan tipe SCP tiap-tiap kelompok bank menurut kepemilikan juga akan diuji sehingga akan terlihat jelas manakah kelompok bank yang yang sudah menganut SCP efisiensi dan mana yang masih tradisional.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Jenis struktur pasar apakah yang ada pada industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014?

2. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan selama periode 2001-2014?

(8)

3. Bagaimana pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-2014?

4. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014?

5. Tipe SCP (structure-conduct-performance) apakah yang dimiliki indusri perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jenis struktur pasar ada pada industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014.

2. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja secara keseluruhan selama periode 2001-2014.

3. Mengetahui pengaruh struktur pasar pada kinerja pada industri perbakan Indonesia ditinjau per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-2014.

4. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki industri perbankan Indonesia selama periode 2001-2014.

5. Mengetahui tipe SCP (structure-conduct-performance) yang dimiliki indusri perbankan Indonesia ditinjau dari per kelompok kepemilikan modal selama periode 2001-2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Memberi informasi mengenai jenis struktur pasar yang ada pada industri perbankan Indonesia di setiap tahunnya selama periode 2001-2014 dengan rentang waktu yang rentang waktu yang lama untuk mengevaluasi level kompetisi kondisi perbankan Indonesia. Dapat juga digunakan untuk menjadi referensi penilitian selanjutnya.

(9)

2. Bagi Praktisi Industri Perbankan

Informasi struktur pasar dapat digunakan sebagai dasar pembuat kebijakan mengenai campur tangan bank sentral untuk mengatur persaingan industri. Pengetahuan mengenai efisien atau tidaknya industri perbankan Indonesia ditinjau dari teori structure-conduct-performance sebagai bahan evaluasi maupun tindakan lanjutan mengenai diferensiasi produk dari individual bank.

1.5. Batasan Penelitian

1. Pangsa pasar yang juga akan digunakan sebagai konsentrasi pasar dalam penelitian ini adalah jalur aset, sehingga belum diketahui bagaimana pengaruh pangsa pasar pada jalur deposito dan jalur kredit.

2. Penelitian ini menggunakan tiga karakteristik bank sebagai variabel kontrol, dimana masih ada variabel-variabel lain yang masih dapat mempengaruhi kinerja bank.

1.6. Sistematika Penulisan

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab pertama dalam penelitian ini member penjelasa tentang latar belakang yang akan menghasilkan perumusan masalah dan untuk dijadikan tujuan penelitian. Poin-poin tentang batasan penelitian dan sistematika penulisan juga dijabarkan dalam bab ini.

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang teori-teori serta penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

3. Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan tentang data, populasi, dan sampling serta alat analisis yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah yang diuraikan dalam bab pertama.

(10)

4. Bab 4 Pembahasan

Bab ini akan membahas mengenai analisis hasil dari pengolahan dari berdasarkan cara dan alat analisi dari apa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang telah dijabarkan serta memberikan saran dari hasil evaluasi tersebut.

(11)

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Struktur-Perilaku-Kinerja (SCP Theory)

Edward S. Mason dari Universitas Harvard adalah seorang ekonom yang mengembangkan kerangka formal mengenai variabel pasar pada tahun 1930 dan diteliti lebih lanjut oleh para ekonom setelahnya. Kerangka yang digunakan untuk menjelaskan kejadian dan proses yang terjadi pada pasar atau industri. Model tersebut selanjutnya lebih terkenal sebagai kerangka dari structure-conduct-performance (SCP) dan menjadi suatu alat untuk menganalisa ekonomi industri.

Kerangka pasar yang dimasukkan pada kerangka analisis adalah kondisi dasar pasar, struktur pasar, perilaku, dan kinerja. Para ekonom di ekonomi industri mempercayai variabel-variabel tersebut sebagai alat analisis mereka. Namun beberapa argumen dari para ekonom tersebut muncul mengenai hubungan antar variabel, yaitu variabel apa yang menyebabkan apa, variabel apa yang mempunyai peran paling penting, variabel apa yang tidak bisa dipengaruhi oleh perusahaan, dan beberapa pertanyaan lain mengenai hubungan antar variabel. Perbedaan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa ekonom menghasillkan beberapa paradigma..

Pembahasan argumen ini sudah terjadi sudah sejak sangat lama, dan secara kronologis SCP dapat dibagi menjadi dua paradigma. Yaitu SCP tradisional dari paradigma Harvard dan SCP efisiensi dari paradigma Chicago.

2.1.1. Paradigma Harvard (SCP Tradisional)

Menurut paradigma ini, SCP tradisional berpendapat bahwa struktur pasar akan mempengaruhi perilaku dalam mengambil keputusan untuk berkompetisi dan berkolusi hingga akan menentukan kinerjanya. Kinerja yang bagus akan muncul dari struktur pasar yang besar dan perilakunya. Pola hubungan SCP tradisional adalah linier sederhana yang mennyimpulkan struktur pasar sebagai pengaruh terbesar akan

(12)

keberhasilan kinerja suatu industri. Maka para ekonom yang mengikuti SCP tradisional terkenal sebagai ekonom struktural.

Hubungan kausal dalam paradigma ini diformulasikan menggunakan struktur pasar sebagai variabel independen dan kinerja sebagai variabel dependen.

= ( , , )

Untuk mengukur kinerja, variabel yang digunakan adalah proftabilitas. Struktur pasar diproksikan oleh level konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar, sementara itu kondisi dasar direpresentasikan oleh permintaan pasar, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain. Variabel perilaku biasanya tidak pernah dan jarang dimasukkan ke dalam formula karena variabel ini, contohnya harga dan kolusi, susah untuk diukur. Menurut Jacquemin (2000), formulasi dari SCP tradisional lebih melihat hubungan antara struktur pasar dan kinerjanya dan meminimalkan variabel perilaku dengan anggapan setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama dan menyesuaikan individualnya dengan kondisi industri.

2.1.2. Paradigma Chicago (SCP Efisiensi)

Paradigma ini mengembangkan teorisasi ekonim yang dipelajari melalui ekonomi mikro. Sampai pertengahan tahun 1970, paradigma ini mendominasi kebijakan ekonomi pemerintahan Amerika Serikat. SCP tradisional menyimpulkan struktur pasar sebagai pengaruh utama pada kinerja sehingga dari sudut sosial ketidakseimbangan kekuatan pasar akan menyebabkan kinerja yang buruk. Struktur pasar yang terkonsentrasi akan menyebabkan terjadinya kekuatan monopoli dan perusahaan-perusahaan di industri akan cenderung mencegah datangnya para pendatang baru guna mempertahankan kekuasaannya untuk mengatur harga. Hal ini memerlukan campur tangan pemerintah untuk mengatur dan mencegah perilaku tidak sehat tersebut pada suatu industri.

Sedangkan paradigma Chicago berkebalikan dengan paradigma Harvard dimana kekuatan pasar didapat dari campur tangan pemerintah yang dapat mencegah

(13)

perilaku tidak sehat perusahaan-perusahaan tersebut. Kekuatan pasar yang bersifat monopoli sekalipun tidak berarti negatif karena paradigma ini menyebutkan monopoli muncul karena efisiensi dari proses produksinya. Efisiensi dari perusahaan tersebut akan menghasilkan kinerja yang bagus hingga menghasilkan pangsa pasar dan struktur pasar yang lebih besar. Maka secara formula, hubungan SCP efisiensi berlawanan dengan SCP tradisional, yaitu:

= ( , , )

Demsetz melakukan penelitian pada tahun 1973, 1974, dan 1976 yang menyimpulkan bahwa keuntungan di atas normal terjadi bukan karena adanya kolusi di suatu industri, tetapi disebabkan oleh efisiensi perusahaan. Hal ini berbeda dengan SCP tradisional yang menyebutkan keuntungan atau kinerja dari suatu perusahaan terjadi karena adanya struktur pasar yang besar dan bisa juga dengan kolusi.

2.2. Struktur Pasar Industri

Definisi struktur pasar adalah lingkungan industri dari suatu perusahaan melakukan operasionalnya. Struktur pasar merupakan karakteristik dari dampak yang persaingan strategis dan harga penentuan dari pasar. Struktur pasar juga dapat dikenal sebagai bagian strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di pasar. Maka dapat disimpulkan struktur pasar bisa mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar yang pada kelanjutannya juga akan mempengaruhi kinerja.

Berdasarkan level kekuatan pasarnya dalam mempengaruhi harga, struktur pasar dibagi menjadi pasar persaingan sempurna, pasar persaingan monopolistis, pasar oligopoli,dan pasar monopoli.

2.2.1. Struktur Pasar Persaingan Sempurna

Kondisi pasar persaingan sempurna termasuk dalam kondisi lingkungan ekstrim dari suatu industri karena banyaknya jumlah perusahaan yang menyebabkan

(14)

pengaruh setiap perusahaan kepada harganya sangat kecil. Perusahaan di sini berperan sebagai price-taker dimana pembeli yang menjadi penentu harga sementara perusahaan tidak dapat menentukan harga. Selain hal tersebut ,ada ciri-ciri lain dari pasar persaingan sempurna.

Ciri pertama adalah kondisi struktur pasar ini mempunyai banyak penjual dan pembeli dimana diasumsikan output dari satu perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan output pasarnya. Ciri kedua adalah dalam kondisi persaingan sempurna maka produk-produk dari suatu perusahaan berjenis homogen dari segi kualitas maupun karakteristik, dalam hal ini pembeli tidak mempedulikan faktor produsen karena tidak ada perbedaan dari produk-produk yang diproduksi.

Yang ketiga adalah bebas keluar dan bebas masuk dari pasar, kondisi ini tidak mempersulit individual perusahaan yang ingin masuk ataupun keluar dari segi biaya ataupun tenaga kerja. Jika perusahaan merasa industri menguntungkan maka dibebaskan untuk masuk namun jika industri merugikan maka perusahaan juga bebas untuk keluar. Ciri terakhir dari kondisi pasar ini adalah informasi yang sempurna antara konsumen dan produsen mengenai harga produk dan input.

Meskipun industri dengan ciri-ciri tersebut tidak mungkin ada, namun masih ada beberapa industri yang mendekati, misalnya saja industri percetakan.

2.2.2. Struktur Pasar Monopoli

Ciri khas utama dalam lingkungan seperti ini adalah single firm atau hanya terdapat satu penjual di suatu industri, tidak ada pesaing secara langsung dan tidak langsung karena tingginya hambatan teknis atau hambatan legalitas untuk memasuki suatu pasar monopoli. Hambatan teknis untuk memasuki pasar monopoli bisa terjadi karena adanya tingkat efisien yang tinggi yang menyebabkan penurunan kurva biaya, ataupun bisa karena mempunyai kekuasaan khusus dalam faktor sumber daya yang berkualitas. Sementara itu, hambatan legalitas disebabkan oleh undang-undang dan hal khusus yang mengakibatkan hanya ada satu perusahaan yang berkuasa pada satu area, misalnya seperti peraturan pada BUMN.

(15)

Adapun ciri-ciri struktur pasar monopoli selain single firm, yang pertama adalah barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut tidak mempunyai barang pengganti maupun barang yang mirip pengganti dari fungsinya. Yang kedua adalah perusahaan tunggal tersebut mempunyai kuasa penuh dalam menentukan harga karena tidak mempunyai pesaing dan konsumen tergantung oleh perusahaan tersebut. Yang terakhir adalah tidak diperlukannya promosi karena konsumen akan selalu membutuhkan barang yang diproduksi oleh perusahaan tunggal tersebut.

2.2.3. Struktur Pasar Persaingan Monopolistik

Pada struktur pasar inilah yang paling dekat dengan pasar persaingan sempurna, namun perusahaan-perusahaan dalam industri bukan hanya sebagai price-taker namun juga dapat menentikan harga untuk setiap produksinya dikarenakan barang produksinya heterogen. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistik, yang pertama adalah banyaknya penjual yang ada di dalam industri tersebut hingga ukuran pangsa pasar dari suatu perusahaan cukup kecil. Yang kedua adalah produk yang heterogen atau adanya diferensiasi produk dan menyebabkan selera konsumen terhadap produk tertentu hingga konsumen mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan produk tersebut. Yang ketiga adalah kebebasan untuk masuk dan keluar dari industri, dimana karakteristik ini mirip dengan struktut pasar persaingan sempurna.

Diferensiasi produk menjadi perbedaan utama antara pasar persaingan monopolistik dan pasar persaingan sempurna dan setiap perusahaan memiliki sedikit kekuasaan untuk memberikan pengaruh harga.

2.2.4. Struktur Pasar Oligopoli

Pada kondisi industri pasar oligopoli, terdapat adanya sedikit perusahaan yang ada di suatu industri hingga persentase pangsa pasar dari beberapa perusahaan cukup besar. Jumlah perusahaan ini dikategorikan lebih sedikit daripada struktur persaingan sempurna atau struktur pasar persaingan monopolistik karena adanya hambatan untuk masuk ke dalam industri. Ciri berikutnya adalah berbeda dengan struktur pasar

(16)

persaingan sempurna atau pasar persaingan monopolistis yang tergantung oleh level permintaan dan biaya produksi di industrinya, struktur pasar oligopi mempunyai ktergantungan pada level perilaku perusahaan yang ada dalam suatu industri.

2.3. Pangsa Pasar

Persentase nilai jual atau membeli barang atau jasa yang dikendalikan oleh bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu tahun kalender tertentu yang spesifik adalah yang disebut dengan pangsa pasar. Nilai ini adalah hal yang penting untuk mencaritahu level dominasi perusahaan pada suatu industri. Dalam Undang-Undang Persaingan Jerman, suatu perusahaan bisa dikatakan melakukan monopoli jika pangsa pasar yang dimiliki lebih dari 33,3%. Berbeda dengan Jerman, menurut Undang-Undang Persaingan Cekoslowakia dan Spanyol, praktik monopoli dari suatu perusahaan adalah jika perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar sebesar 40%.

Sementara itu dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999, suatu perusahaan dicap melakukan monopoli jika kekuasaannya mempunyai pangsa pasar sebesar 50%. Dua atau tiga perusahaan mempunyai posisi dominan jika jumlah pangsa pasar mereka sebesar 75%. Penentu posisi dominan tentang kontrol pangsa pasar membutuhkan usaha yang memiliki posisi dominan dapat mendistorsi pasar baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini ditentukan dalam Pasal 25 ayat 2 UU No. 5/1999 yang ditentukan bisnis dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk:

a. Menentukan persyaratan perdagangan untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa; atau

b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau

c. Menghambat usaha lain yang memiliki potensi untuk menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.

2.4. Konsentrasi Pasar

Konsentrasi adalah jumlah pangsa pasar perusahaan besar atau oligopolistik dimana terdapat ketergantungan antar perusahaan. Untuk alasan ini, perusahaan

(17)

biasanya bekerja sama satu sama lain untuk membentuk sebuah organisasi rahasia untuk mempertahankan pangsa pasar yang berwenang. Perusahaan-perusahaan oligopolistik biasanya terdiri dari empat atau sepuluh perusahaan terbesar di industri yang sama. Kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan ini akan membangun tingkat konsentrasi di pasar. Dari penjelasan tersebut, definisi konsentrasi berkaitan erat dengan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam suatu industri karena konsentrasi adalah jumlah total pangsa pasar yang berwenang terhadap total pangsa pasar dari perusahaan terbesar. Semakin tinggi pangsa pasar resmi dari perusahaan terbesar, semakin tinggi tingkat konsentrasi industri.

Secara umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar:

1. Rasio Konsentrasi (CRn)

Rasio konsentrasi menghitung pangsa pasar secara agregat dari perusahaan dalam suatu industri. Biasanya rasio ini menggunakan pangsa pasar tiga (CR3), atau empat (CR4), atau lima (CR5) perusahaan terbesar dalam industri. Sebagai contoh, rasio konsentrasi tiga perusahaan terbesar, masing-masing memiliki pangsa pasar 15%, maka akan menghasilkan 45% dari CR3. Secara khusus, kriteria CR4 seperti yang dinyatakan sebagai berikut:

Jika CR4 kurang dari 40, pasar memiliki konsentrasi yang cukup rendah dan harus cukup kompetitif.

Jika CR4 adalah antara 40 dan 60, ada oligopoli longgar yang mungkin tidak akan menghasilkan latihan yang signifikan dari kekuatan pasar oleh penjual.

Jika CR4 di atas 60, maka ada oligopoli ketat yang memiliki potensi signifikan untuk pelaksanaan kekuasaan penjual.

Jika CR1 atas, satu perusahaan akan menjadi pemimpin yang jelas dan dapat berfungsi secara efektif sebagai monopoli.

(18)

2. Herfinfahl-Hirschman Index (HHI)

HHI menghitung kuadrat pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan dalam suatu industri. HHI menggambarkan jumlah total usaha di pasar dan pangsa pasar mereka. Nilai HHI adalah berbagai dari 0 sampai 10.000 yang akan terjadi jika hanya ada satu bisnis yang memberikan kewenangan 100% dari pangsa pasar.

2.5. Perilaku

Perilaku mengacu pada tindakan perusahaan dalam pasar, keputusan mereka membuat dan juga cara di mana keputusan ini diambil. Pembelajaran utama dari perilaku perusahaan adalah cara bagaimana perusahaan bereaksi terhadap kondisi struktur pasar dan interaksi pesaing. Perilaku juga biasanya berbeda dalam industri (Baye, 2010). Beberapa industri mengenakan markup yang lebih tinggi dan lebih rentan terhadap merger atau pengambilalihan dari industri lain. Selain itu, jumlah biaya iklan dan pengembangan penelitian juga berbagai industri.

• Dalam perilaku harga, perusahaan di beberapa industri biaya mark-up lebih tinggi daripada perusahaan dari perusahaan di industri lain. Untuk fakta ini, ada Lerner Index yang memberikan ukuran berapa banyak perusahaan dalam industri mark-up harga mereka atas biaya marjinal. Semakin tinggi indeks Lerner, semakin besar markup perusahaan. Ketika perusahaan ketat bersaing untuk penjualan konsumen dengan mencoba untuk mengisi harga termurah di pasar, indeks Lerner mendekati nol. Sementara itu ketika perusahaan tidak ketat bersaing melalui persaingan harga, indeks Lerner lebih dekat ke 1.

• Dalam integrasi dan aktivitas merger, aksi juga berbeda di beberapa industri. Integrasi dapat terjadi melalui merger dengan menyatukan sumber daya produktif. Merger dapat membuat perusahaan mengurangi biaya transaksi, mengambil ekonomi skala dan lingkup, kekuatan peningkatan pasar, dan mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar modal. Merger terjadi karena manajemen suatu perusahaan tidak memadai untuk mengelola perusahaan, misalnya ini banyak

(19)

manajer takut merger dan akuisisi karena mereka tidak yakin dampak merger pada posisi mereka.

• Dalam penelitian dan pengembangan, perbedaan terjadi karena beragam teknologi untuk menghasilkan barang dan jasa. Salah satu cara perusahaan mendapatkan keuntungan dari teknologi ini dengan terlibat dalam penelitian dan pengembangan dan memperoleh paten. Jumlah biaya yang optimal dihabiskan untuk penelitian dan pengembangan tergantung dengan karakteristik industri di mana perusahaan beroperasi.

• Dalam iklan, ada variasi dalam perusahaan dalam tingkat iklan dimanfaatkan. Setiap perusahaan memiliki jumlah biaya yang optimal sendiri iklan dan jenis iklan untuk memanfaatkannya.

2.5. Kinerja

Kinerja adalah hasil atau implikasi tentang bagaimana perilaku pasar dan menggambarkan seberapa baik suatu perusahaan melakukan dalam suatu industri. Kinerja mengacu pada keuntungan dan kesejahteraan sosial di industri (Baye, 2010).

Keuntungan akan menyajikan seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan, keuntungan yang lebih tinggi berarti baik kinerja perusahaan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, keuntungan yang tinggi akan berusaha investor karena memiliki tingkat pengembalian yang tinggi.

Kesejahteraan sosial menunjukkan jumlah surplus konsumen dan produsen yang dihasilkan di pasar. Di sini, ada indeks kinerja Dansby-Willig untuk mengukur seberapa kesejahteraan sosial banyak akan memperbaiki jika perusahaan dalam industri akan meningkatkan jika output meningkat sebesar jumlah yang kecil. Ketika indeks lebih dari nol, kesejahteraan sosial akan meningkatkan jika keluaran industri diperluas.

2.6. Perbankan

Menurut Bank Indonesia, perbankan semua hal yang berkaitan dengan

(20)

aktivitasnya. Perbankan menggunakan demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan fungsinya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai compiler dan distributor dana publik dan bertujuan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan rakyat standard hidup. Perbankan juga memiliki posisi strategis, yaitu untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, oleh karena itu perlu untuk memiliki perbankan yang sehat, transparan, dan akuntabel.

Definisi bank itu sendiri adalah badan usaha yang merakit dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan mendistribusikannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Secara khusus, kegiatan bank umum sebagian besar mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang. Bank umum juga memiliki peran untuk memberikan kredit bagi masyarakat yang termasuk sebagai satu unit defisit dan memberikan jasa bank lainnya. Definisi dari dua daerah yang disebutkan di atas sebagai berikut:

a. Kredit.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan tentang pinjaman-dan-kesejahteraan dipinjamkan antara Bank dan pihak lain yang membutuhkan pemberi pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

b. Deposit

Deposit adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian tentang dana deposito yang merupakan kewajiban bank kepada masyarakat di mana dana/deposito dapat ditarik/dicairkan oleh publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(21)

2.7. Penelitian Sebelumnya

Hubungan antara struktur-perilaku-kinerja telah diteliti di banyak negara, termasuk di Indonesia. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut disajikan dengan variabel bebas dan terikat yang berbeda. Ringkasan Penelitian ini dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Penelitian-penelitian Sebelumnya (Catatan: N = Negatif ; P = Positif ;

NS = Negatif Sigmifikan ; PS = Positive Signifikan)

Lima Variabel Terkait yang Digunakan No. Judul Jurnal dan Alat Analisis Dependen Untuk Penelitian

Nama Peneliti Variabel MS MC CAR LDR NPL

1 Samy Ben Naceur and Regresi Panel NIM NS PS Mohamed Goaied

(2003) The

Determinant of The Tunisian Banking Industry Profitability: Panel Evidence (Table

3, NIM as Dependent Variable)

Samy Ben Naceur Regresi Panel ROA N PS (2003) The

Determinant of The Tunisian Banking Industry Profitability: Panel Evidence (Table

3, ROA as Dependent Variable)

2 Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROE NS PS Neus (2005) Market

Structure, Scale Efficiency and Risk as

Determinants of German Banking Profitability (ROE as

Dependent Variable)

Peiyi Yu and Werner Regresi Panel ROA NS PS Neus (2005) Market

Structure, Scale Efficiency and Risk as

Determinants of German Banking

(22)

Profitability (ROA as

Dependent Variable)

3 Eralp Bektas (2006), Regresi Panel ROA PS NS P PS

Test of Market Structure and Profitability in Liberalizing the Deposit Market: The Case of North Cyprus

(REM1)

4 Anna P. I. Vong and Regresi Panel ROA NS PS NS Hoi Si Chan (2006)

Determinants of Bank Profitability in Macao

(Column 3)

5 Jim Wong, Tom Fong, Regresi Panel ROA P P P Eric Wong (2007)

Determinants of the performance of banks in Hong Kong (ROA

as Dependent Variable)

6 Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA N N PS (2008), An Empirical Research on the Relationships among Market Structure, Efficiency and Performance of Chinese Banking Industry (State owned

commercial banks. Model B4)

Liu Jian, Zhang Jing Regresi Panel ROA PS PS N (2008), An Empirical Research on the Relationships among Market Structure, Efficiency and Performance of Chinese Banking Industry (Joint-stock commercial banks. Model C4)

10 Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) PS PS Kornelius Kraft (2010),

Probit On the Profitability of

Innovative Assets (All Regression

Firms, Heterost Model)

Dirk Czarnitzki and Ordered ROS (PM) P P Kornelius Kraft (2010),

(23)

On the Profitability of Probit Innovative Assets Regression (Western German Firms, Heterost Model)

11 Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROA NS PS PS NS (2010), Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commercial Banks (ROA as Dependent Variable)

Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROE NS PS NS N (2010), Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commercial Banks (ROE as Dependent Variable)

Ghulam Ali Bhatti Regresi Panel ROC NS PS PS NS (2010), Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commercial Banks (ROC as Dependent Variable)

12 Dinesh Prasad Gajurel Regresi Panel ROA NS PS and Prof. Radhe Shyam

Pradhan, Ph.D. (2010)

Structure-Performance Relation in Nepalese Banking Industry (Eq.

1)

13 Maal Naylah (2010) Regresi Panel ROA NS PS PS N

Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia

(Studi Empiris pada Bank Umum yang Listing di BEI 2005-

2009) [Third

(24)

14 Tiara Kusuma Hapsari Regresi ROA N N PS N

(2011), Analisis

Linier

Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM, dan Rasio Konsentrasi

Terhadap ROA (Studi Empiris Pada Bank Umum yang Listing di

BEI 2005-2009)

17 Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA P NS PS and Tomoe Moore

Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and Stability? Emerging

versus Advanced Economies. (Bank in

Emergency Economics - Panel ROAA) – Eq.1

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAA PS P PS and Tomoe Moore

Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and Stability? Emerging

versus Advanced Economies. (Bank in

Advanced Economics - Panel ROAA) – Eq.

3

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE P NS P and Tomoe Moore

Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and Stability? Emerging

versus Advanced Economies. (Bank in

Emergency Economics - Panel ROAE) – Eq. 5

Ali Mirzaei, Guy Liu, AR (Arelano- ROAE PS P PS and Tomoe Moore

Bond) Model

(2011), Does Market

Structure Matter on Regression

Banks’ Profitability and Stability? Emerging

(25)

versus Advanced Economies. (Bank in

Advanced Economics - Panel ROAE) – Eq. 7

18 Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROA NS PS A. Kilani, Thair A.

Kaddumi (2011) Determinant of Bank Profitability: Evidance

from Jordan (ROA Panel, 3)

Imad Z. Ramadan, Qais Regresi Panel ROE NS NS A. Kilani, Thair A.

Kaddumi (2011) Determinant of Bank Profitability: Evidance

from Jordan (ROE Panel, 3)

19 MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N (2012) Market

Structure and Performance of Bangladesh Banking Industry: A Panel Data

Analysis (CR Aset

Panel, 7,8,9)

MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS N (2012) Market

Structure and Performance of Bangladesh Banking Industry: A Panel Data

Analysis (CR Deposit

Panel, 7,8,9)

MD Mostak Ahmed Regresi Panel ROA NS PS PS NS (2012) Market

Structure and Performance of Bangladesh Banking Industry: A Panel Data

Analysis (CR Credit

Panel, 7,8,9)

21 Maja Pervan, Marijana GMM ROA PS Ćurak, Klime Poposki,

Arellano- (2012), Industrial

Concentration and Bond

Bank Performance in an Emerging Market: Evidence from Croatia

(26)

(Panel 2)

22 Suminto Sastrosuwito Regresi Panel ROA PS PS and Yasushi Suzuki

(2012), The

Determeninats of Post- Crisis Indonesian

Banking System Profitability

23 Sapto Jumono, Noer A. Regresi Panel ROE N PS P NS

Achsani, Dedi B. Hakim, dan Muhamad

Fidaus (2016), The

Effect of Loan Market Concentration on

Banking

Rentability: A Study of Indonesian Commercial

Banking,

Dynamics Panel Data Regression Approach

(27)

2.8. Hipotesis

2.8.1. Hipotesis Pengaruh Konsentrasi Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar pada Profitabilitas

Konsentrasi pasar adalah salah satu faktor penentu profitabilitas yang dapat ditunjukkan oleh Konsentrasi Rate (CR) dan Herfindahl-Hirscdman Index (HHI). Tingkat konsentrasi dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar aset, deposito, dan kredit dari bank atas industri perbankan apakah itu akan CR4 (empat sepuluh bank) atau CR10 (sepuluh bank), sementara HHI dihitung dengan mengkuadratkan masing-masing bank persentase pangsa pasar dan menjumlahkan bank atas kuadrat pangsa pasar. Dengan kata lain, konsentrasi pasar menunjukkan kekuatan bank atas kekuasaan dalam industri perbankan. Hubungan antara konsentrasi pasar dan profitabilitas dapat bernilai positif dan negatif tetapi lebih diharapkan menjadi positif karena konsentrasi pasar yang tinggi biasanya juga akan berdampak profitabilitas tinggi karena bank kekuatan untuk mendapatkan deposito dan kredit.

Penelitian sebelumnya yang menyatakan hubungan positif signifikan antara konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah dari Peiyu dan Neus (2005) dalam penelitian industri perbankan pada Jerman, Czarnitzki dan Kraft (2010), Davydenko (2010) darinya penelitian perbankan Ukraina, Bakti (2010) dalam penelitian perbankan Pakistan nya, Gajurel dan Pradhan (2010), Jumono et al. (2016) dalam penelitian perbankan di Indonesia, Ahmed (2012) dalam penelitian di Bangladesh, dan terakhir dari Maja Pervan, Marijana Ćurak, Klime Poposki (2012) di penelitian perbankan Kroasia mereka. Sementara itu hubungan yang negative signifikan antara konsentrasi pasar dan profitabilitas berasal dari riset perbankan di Tunisia oleh Naceur (2003), penelitian emergency economy bank dengan ROAE sebagai variabel dependen oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2010), dan penelitian di perbankan Jornadia dari Ramadan, Kilani, dan Kaddumi (2011). Jalur pasar dan variabel yang dipilih pada mereka penelitian sebelumnya bervariasi hingga menimbulkan perbedaan hasil.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis dapat ditarik sebagai berikut:

(28)

H1: Konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan

2.8.2. Hipotesis Pengaruh Pangsa Pasar Sebagai Proksi Struktur Pasar pada Profitabilitas

Pangsa pasar menunjukkan berapa besar kekuasaan masing-masing bank di seluruh industri perbankan. Hubungan pangsa pasar dan profitabilitas dapat positif dan negatif tetapi secara logis pangsa pasar akan berdampak hubungan yang positif karena ketika bank kewenangan industri perbankan dengan usaha sendiri sehingga profitabilitas akan meningkat.

Penelitian yang digunakan pangsa pasar sebagai determinator profitabilitas juga memiliki berbagai hasil. Sebuah signifikan positif hubungan pangsa pasar dan profitabilitas yang dihasilkan oleh Jian dan Jing (2008) dalam saham gabungan perbankan komersial Cina mereka, Czarnitzki dan Kraft (2010) dalam profibaility mereka dalam penelitian aset yang inovatif, dan yang terakhir adalah penelitian ekonomi perbankan dikembangkan daerah menggunakan kedua ROAA dan ROAE dari Mirzei, Liu, dan Moore (2011). Hasil lainnya adalah hubungan signifikan positif dari pangsa pasar dan profitabilitas, datang dari penelitian Hong Kong oleh Jim Wong, Tom Fong, Eric Wong, dan Ka-fai Choi (2007), hasil yang sama juga ditemukan oleh Mirzei, Liu, dan Moore (2011) di negara berkembang daerah penelitian ekonomi perbankan menggunakan kedua ROAA dan ROAE. Sementara itu negatif signifikan pangsa pasar terhadap profitabilitas yang dihasilkan dari Peiyu dan Neus (2005) di Jerman penelitian perbankan mereka, Anna Vong dan Hoi Chan (2006) dalam penelitian Macao perbankan mereka, Gajurel dan Pradhan (2010) dalam penelitian perbankan Nepal mereka, Maal Naylah (2010) dalam penelitian perbankan Indonesia, dan Mostak Ahmed dalam penelitiannya pada perbankan Bangladesh. Hubungan signifikan negatif juga ditemukan oleh Jian dan Jing (2008) di bidang bank umum milik negara Cina. Mirip dengan konsentrasi pasar, pasar yang dipilih pada mereka penelitian sebelumnya juga berbagai. Untuk pangsa pasar, penelitian ini juga menggunakan dua saluran pasar yang pasar deposito dan kredit pasar karena saluran tersebut adalah saluran utama industri perbankan.

(29)

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang, hipotesis kedua dapat ditarik sebagai berikut:

H2: Pangsa pasar individu berpengaruh positif pada kinerja perbankan

2.9. Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis dan melihat penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini merujuk pada model dari Jumono et al. (2016) yang menggunakan basic earning power (BEP) sebagai variabel terikat, pangsa pasar individu dan konsentrasi pasar sebagai variabel bebas, dan variabel kontrol meliputi CAR, LDR, dan NPL. Model penelitian ini akan diaplikasikan dalam keseluruhan industri, maupun per kelompok bank berdasarkan kepemilikan.

Gambar 2. Model Penelitian Variabel Bebas: Struktur Pasar

- Pangsa Pasar Individu (Market Share – MS)

- Konsentrasi Pasar (Concentration Ratio – CR4)

Variabel Kontrol: Karakteristik Bank

- Capital Adequacy Ratio (CAR) - Loan to Deposit Ratio (LDR) - Non performing Loan (NPL)

Variabel Terikat: Kinerja

Profitabilitas: Basic Earning Power

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris pada bank konvensional di Indonesia menurut Bank Indonesia pada periode 2001-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari dua variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel dependen adalah basic earning point (BEP) sebagai proksi dari profitabilitas. Variabel independen adalah tingkat konsentrasi pasar dan pangsa pasar individu, sedangkang variabel kontrol adalah, LDR, CAR, dan NPL.

3.1.2. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dimana adalah kombinasi data time series dan cross sectional dari Januari 2001 sampai dengan Desember 2014.

3.1.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang merupakan Statistik Bank Indonesia dan diaudit laporan tahunan bank komersial selama 2002-2014. Statistik Bank Indonesia yang dikumpulkan dari situs Bank Indonesia (http://bi.go.id) dan laporan tahunan yang telah diaudit dikumpulkan dari masing-masing website Bank.

3.1.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah bank di Indonesia yang beroperasi secara konvensional, sementara menurut teknik pemilihannya adalah purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

(31)

Tabel 4. Pemilihan Sampling

No. Sampling Informasi

1 Populasi Bank konvensional di Indonesia yang terdaftar

di Bank Indonesia pada periode 2001-2014.

2 Teknik Sampling Purposive sampling

3 Kriteria Pemilihan - Bank di Indonesia yang beroperasi secara

Samping konvensional.

- Bank konvensional di Indonesia yang mempunyai data lengkap selama 2001-2014. - Laporan keuangan yang diteliti mempunyai data variabel-variabel yang akan diteliti untuk tujuan penelitian.

3.2. Definisi Operasional Variabel 3.2.1. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunalan kinerja yang diproksikan sebagai profitabilitas sebagai variabel dependen. Profitabilitas mempunyai beberapa macam rasio, diantaranya return on assets, return on equity, profit margin, dan lain-lain. Namun penelitian ini memilih basic earning power (BEP) sebagai variabel dependen karena laba sebelum bunga sebelum pajak adalah tingkat pengembalian yang sebenarnya, dibagi dengan total aset karena jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalur pasar aset.

3.2.1.1. Basic Earning Power (BEP)

Rasio basic earning power menggambarkan kemampuan tingkat

pengembalian laba operasi dari pengelolaan aset. Menaiknya rasio ini semakin menandakan semakin baik manajemen dalam mengelola aset unyuk manghasilkan laba bersih. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

(32)

Laba Operasi

=

3.2.2. Variabel Bebas

Total Aset

Penelitian ini akan menggunakan konsentrasi pasar (CR4) dan pangsa pasar (MS) sebagai variabel bebas.

3.2.2.1. Konsentrasi Pasar (Market Concentration Ratio – CR4)

Definisi operasional konsentrasi pasar mengacu pada tingkat produksi dari pasar atau industri yang fokus kepada satu atau beberapa perusahaan besar. Konsentrasi adalah saham gabungan pasar dari besar yang akan menetapkan tingkat konsentrasi di pasar. Ada tiga pasar yang bisa menjadi saluran untuk menghitung rasio konsentrasi pasar, yang pasar aset, pasar deposito, dan pasar kredit. Secara umum, ada dua metode untuk mengukur konsentrasi pasar, yang Konsentrasi Ratio (CR) and Herfinfahl-Hirschman Index (HHI). Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan CR4 yang merupakan gabungan dari sepuluh bank terbesar di perbankan Indonesia melalui deposito saluran dan kredit. Rumus dinyatakan sebagai berikut:

CR4 = Total Aset dari 4 Bank Terbesa

Total Aset dari Seluruh Bank Konvensional

3.2.2.2. Pangsa Pasar (Market Share - MS)

Definisi operasional pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau membeli barang atau jasa yang dikendalikan oleh bisnis untuk pasar bersangkutan dalam satu tahun kalender tertentu yang spesifik. Variabel ini penting untuk menentukan posisi individual bank, apakah bank memiliki otorisasi besar menuju industri perbankan atau tidak.

(33)

Pangsa Pasar Aset = Total Aset Individual Bank

Total Aset Bank Konvensional

3.2.3. Variabel Kontrol (Karakteristik Bank)

3.2.3.1. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio - CAR)

Rasio Kecukupan Modal (CAR) menunjukkan kemampuan bank dalam solvabilitas. CAR akan menentukan kapasitas bank dalam memenuhi kewajiban waktu dan risiko lainnya seperti risiko kredit untuk melindungi deposan bank dan pemberi pinjaman lainnya.

Berdasarkan Surat Edaran BI Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR dihitung dengan membagi aset modal dan risiko tertimbang. CAR yang tinggi menunjukkan manajemen yang baik dalam menjaga modal.

CAR = Capital

Risk Weighted Assets

3.2.3.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan fungsi intermediasi bank dalam menyalurkan kredit pada deposit. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23 / DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung LDR adalah dengan membagi total kredit terhadap total dana pihak ketiga (deposito). Dana Pihak Ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)

LDR = Total Loans

Total Third Party Funds (Deposits)

3.2.3.3. Non-performing Loan (NPL)

Non-performing loan (NPL) adalah kredit yang berubah menjadi kredit tak berjalan. Menurut untuk Dana Moneter Internasional, pinjaman yang bermasalah saat pembayaran bunga dan pokok yang jatuh tempo dengan 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari dari pembayaran bunga telah dikapitalisasi, dibiayai atau tertunda

(34)

oleh perjanjian, atau pembayaran kurang dari 90 hari terlambat, tetapi ada alasan lain untuk meragukan bahwa pembayaran akan dilakukan secara penuh.

Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kredit bermasalah dihitung dengan membagi kredit yang sub-standar, diraguka,n dan macet dibagi dengan total kredit keseluruhan.

NPL = Credit that are substandard, doubtfull, and loss Total Credits

3.3. Teknik Analisis Data 3.3.1. Analysis Model

Menurut teori structure-conduct-performance, kinerja adalah fungsi dari struktur dan perilaku. Secara matematis, dalam diformulasikan sebagai berikut:

= ( , ) Penjelasan:

P: Kinerja (performance)

S: Struktur Pasar (Market Structure) C: Perilaku (Conduct)

Penelitian ini akan mengimplementasikan formula di atas, kecuali variabel perilaku akan digantikan menjadi karakteristik bank. Kinerja akan diproksikan dengan Basic Earning Power (BEP), struktur pasar akan diproksikan oleh pangsa pasar (MS) dan konsentrasi pasar dari empat bank terbesar (CR4), sementara itu karakteristik bank akan diproksikan dengan CAR, LDR, dan NPL. Jalur yang digunakan adalah jalur pasar aset dan akan formulasi yang digunakan juga pada setiap keseluruhan bank umum dan juga bank-bank dari setiap kepemilikannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diformulasikan sebagai berikut:

(35)

i = individual bank (sample) t = time period yearly

Penjelasan:

: Basic Earning Power CR4: Concentration Ratio MS: Market Share

LDR: Loan to Deposit Ratio CAR: Capital Adequacy Ratio NPL: Non-performing Loan

Berdasarkan Bhatti (2010) pada penelitiannya pada industri bank di Pakistan, adanya signfikansi atau tidak signifikansinya pengaruh konsentrasi pasar dan pangsa pasar terhadap kinerja akan menentukan jenis SCP pada industri tersebut. Jika konsentrasi rasio signifikan dan pangsa pasar tidak signifikan, maka keadaan ini adalah SCP tradisional (paradigma Harvard).

a1 > 0, a2 = 0.

Sedangkan SCP efisiensi (paradigma Chicago) akan ditunjukkan dengan konsentrasi rasio yang tidak signifikan sementara pangsa pasar signifikan terhadap kinerja.

a1 = 0, a2< 0.

Maka, a1 > 0 dan β2 = 0 mendukung SCP tradisional sementara a1 = 0 dan a2

> 0 mendukung SCP efisiensi. Namun, ada juga kondisi dimana ada kejadian konsentrasi pasar dan pangsa pasar signifikan.

a1 > 0, a2> 0.

Hal ini berarti suatu industri mendapat keuntungan dari pasar yang terkonsentrasi dan juga dari masing-masing individualnya.

(36)

3.4. Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan regresi data panel yang menggabungkan data cross section dan time series untuk mengakomodasi perbedaan pengamatan antara individu bank dan waktu data pengamatan. Data panel adalah laporan keuangan tahunan bank komersial di Indonesia pada periode 2001-2014. Regresi data panel ini dugunakan untuk mengetahui apakah struktur memiliki hubungan yang signifikan dengan profitabilitas atau tidak. Ada tiga metode data panel yang digunakan: pool least square, fixed effect model, dan random effect model.

1. Pool least square. Efek independen variabel pada variabel dependen digambarkan konstan untuk setiap cross dan times. Namun batasan dari model ini terdapat pada asumsi klasik. Asumsi slope dan intercept selalu konstan dalam setiap waktu dianggap tidak realistis dalam menggambarkan kenyataan aktual yang dinamis 2. Fixed effect (FE). Pada metode ini, ada beberapa asumsi yang bisa digunakan

mengenai koefisien slope dan interceptnya pada cross section dan time series, keduanya bisa sama-sama konstan atau salah satunya konstan dan yang lain bisa bervariasi serta dua-duanya bervariasi

3. Efek acak metode (RE). Metode ini muncul karena variasi nilai dan korelasi antara variabel dapat diasumsikan sebagai acak tetapi ditentukan dalam bentuk kesalahan eksplisit. Model ini menggabungkan error yang dihasilkan oleh data cross section dan time series. Jika model efek tetap memiliki nilai intercept yang pasti dalam seluruh penampang, model efek acak merupakan nilai rata-rata di seluruh intercept baik pada cross section atau time series.

Penelitian ini akan menggunakan salah satu dari ketiga model tersebut yang beberapa pengujian yang diperlukan untuk mengetahui model mana yang paling terbaik. Menurut Suwardi (2011), cata untuk menentukan metode yang paling baik untuk regresi data panel adalah dengan mengikuti diagram ini:

(37)

Gambar 3. Memilih Model Regresi Panel

(Sumber: Akbar Suwardi, 2011)

3.4.1. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Fixed Effect (Chow Test)

Tujuan dari tes ini adalah untuk memilih antara pool least square dan fixed effect model. Hipotesis untuk penetuan pengambilan mode adalah adalah:

Ho : PLS Model

H1 : Fixed Effects Model

Ho akan ditolak jika P probability < alpha.

3.4.2. Memilih Model Regresi Data Panel: Pool Least Square vs Random Effect (Lagrange Multiplier Test)

Setelah mengetahui model yang terbaik antara pool least square dan fixed effect, maka perlu diketahui juga model yang terbaik antara pool least square dan

(38)

random effect menggunakan Lagrange Multiplier Test dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho :PLS Model

H1 :Random Effects Model

Jika P Probability < alpha, Ho akan ditolak.

3.4.3. Memilih Model Regresi Data Panel: Fixed Effect vs Random Effect (Hausman Test)

Jika hasil dari Chow Test dan LM Test menghasilkan fixed effect dan random effect sebagai model yang terbaik, maka untuk memilih antara dua model tersebut digunakan Hausman Test dengan hipotesis sebagai berikut::

Ho : Random Effects Model

H1 : Fixed Effects Model

Ketika P probability < alpha, Ho akan ditolak.

3.4.4. BLUE Test

Hauuman Test akan memberikan hasil akhir model data panel yang terbaik antara fixed effect model dan random effect model. BIRU Uji akan menjadi ujian berikutnya yang bertujuan untuk mendeteksi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi masalah dalam model tersebut.

1. Multikolinearitas

Untuk mengetahui masalah multikolinearitas, penelitian ini menggunakan VIF Uji di STATA 10 sebagai alat deteksi. Jika hasilnya menunjukkan VIF> 10, itu berarti bahwa variabel masih memiliki multikolinearitas.

(39)

2. Heteroskedastisitas dan autokorelasi

Random effect model tidak harus diuji lagi untuk heteroskedastisitas dan autokorelasi karena STATA 10 telah diproses dalam waktu GLS-regresi dalam tes sebelumnya. Langkah yang harus dilakukan dalam bagian ini adalah melihat probabilitas P dalam model random dan hipotesis ini dinyatakan di bawah:

Ho: Tidak ada Heterocesdasticity H1: Heterocesdacity

Ho: Tidak ada Autokorelasi H1: Autokorelasi.

Ketika P probabilitas > alpha berarti Ho ditolak.

3.4.5. Robust Test

BLUE Test telah memberikan hasil yang menyatakan bahwa model yang dipilih masih memiliki multikolinearitas, heterodescasticity, dan masalah autokorelasi. Langkah terakhir untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan tes kuat dalam STATA 10. Meskipun efek random Model tidak perlu diuji oleh yang kuat karena GLS-regresi telah diproses dalam tes sebelumnya, tes namun kuat masih yang terbaik dilakukan karena output tes ini akan digunakan sebagai model akhir terbaik.

3.4.6. Interpretasi Hasil Regresi

Setelah mendapatkan model panel terbaik (dari proses seleksi PLS, FE, dan RE) dan uji BLUE sudah dilakukan, regresi output dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(40)

Tes ini adalah untuk menguji apakah model yang dipilih dapat digunakan atau tidak. Jika hasil Probabilitas F-Stat kurang dari alpha, maka model dapat digunakan.

2. T-test (T-Stat)

Tes ini adalah untuk menguji apakah setiap variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel dependen atau tidak. Jika Probabilitas T-Stat kurang dari alpha, sehingga variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3. Melihat R2

Dalam output, R2 menunjukkan berapa banyak semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Jika model yang terpilih adalah PLS, melihat R2. Jika model fixed effect, lihat R2 within. Sementara jika model yang dipilih adalah efek acak, lihat R2 overall.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, MD Mostak. 2012. Market Structure and Performance of Bangladesh Banking Industry: A Panel Data Analysis. Bangladesh Development Studies Vol. XXXV, September 2012, No. 3

Alper, Deger. Anbar Adam. 2011. Bank Specific and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Turkey. Business and Economics Research Journal. Vol. 2 . No. 2 . 2011. pp. 139-152

Alyadi, Nesrine and YounèsBoujelbene. 2012. The Determinants of the Profitability of the Tunisian Deposit Banks.IBIMA Business Review. Vol. 2012 (2012), Article ID 165418

Atthoilah, Moh. 2010. Struktur Pasar Industri Perbankan Indonesia: Rosse-Panzar Test. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol 4 No. 1. May 2010. Pp. 1-10.

Azam, Muhammad. Siddiqui, Sana. 2012. Domestic and Foreign Banks’

Profitability: Differences and Their Determinant. International Journal of Economics and Financial Issues. Vol. 2, No. 1, 2012, pp.33-40

Bank Indonesia. 2004. Data of Indonesian Banking. Data of Indonesian Banking.DirektoratPerizinandanInformasiPerbankan. Jakarta. Available online at http://www.bi.go.id/web/id

Bank Indonesia. 2008. Indonesian Banking Statistic. Indonesian Banking Statistics. Volume 6, No 2, January 2008, Available online at http://www.bi.go.id/web/id

(42)

Bank Indonesia. 2013. Indonesian Banking Statistisc. Indonesian Banking Statistics. Vol. 11, No. 4, March 2013, Available online at http://www.bi.go.id/web/id

Bektas, Eralp. 2006. Test of Market Structure and Profitability in Liberalizing the Deposit Market: The Case of North Cyprus. Problems and Perspectives in Management Journal.Vol. 4, Issue 2, 2006.

Bikker, JA. 2002. Competition, Concentration, and Their Relationship: An Empirical at The Banking Industry, Journal of Banking and Finance. 26(11) 2002.

Czarnitzki, Drik and Kornelius Kraft. 2004. On the Profitability of Innovative Assets. ZEW Discussion Paper No. 04-38.

Davydenko, Antonina. 2010. Determinants of Bank Profitability in Ukraine.

Undergraduate Economic Review.Vol. 7.Issue 1.Article 2.

Dietricha, Andreas. Wanzeriedb, Gabrielle. 2009. What Determines the Profitability of Commercial Banks? New Evidence from Switzerland.IFZ Working Paper No. 0010/2009.http://www.hslu.ch/ifz_workingpaperno10_what_determines_the_pr ofitability_of_commercial_banks-2.pdfaccesedJuly 21, 2013.

Gajurel, Dinesh Prasad and Prof. RadheShyamPradhan, Phd. 2010.Structure-Performance Relation in Napalese Banking Industry.IPEDR Vol. 2 (2011). (2011) IAC S IT Press, Manila, Philippines.

Ghulam, Ali Batti. 2010. Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commercial Banks.International Journal of Business and Management.Vol 5, No. 9; September 2010

(43)

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, 4th Edition. McGraw-Hill. New York.

Jian, LIU and ZHANG Jing. 2008. An Empirical Research on the Relationship among Market Structure, Efficiency, and Performance of Chinese Banking Industry.http://www.seiofbluemountain.com/upload/product/201002/1265702453a ai4xl0q.pdf accessedJuly 21, 2013

Jumono, Sapto, et al. "The Effect of Loan Market Concentration on Banking Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Approach." International Journal of Economics and Financial Issues 6.1 (2016): 207-213.

Kuncoro, Mudrajad. 2011. Survery Perkembangan Indikator Kinerja.Jurnal Megadigma. Vol 4.No. 3. September 2011.

Lubis, Andi Fahmi, et al. 2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks. ROV Creative Media. Jakarta: 2009.

Mirzaei, Ali, Guy Liu, and Tomoe Moore. 2011. Does Market Structure Matter on Banks’ Profitability and Stability? Emerging versus Advanced Economics.Economics and Finance Working Paper Series. No. 11-12.

Naceur, Sammy Ben. Goaied, Mohamed.The Determinants of Commercial Bank Interest Margin and Profitability: Evidence From Tunisia. SSRN Working Paper Series. http://www.lefa-ihec.com/Publications/24.pdf accessed July 23, 2013.

Naylah, Maal. 2010. Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia. Thesis. Faculty of Economy.Diponegoro University. Semarang.

(44)

Pervan, Maja., Curak, Marijana. Poposki, Klime. 2012. Industrial Concentration and Bank Performance in an Emerging Market: Evidence from Croatia.

http://www.wseas.us/e-library/conferences/2012/Zlin/FAA/FAA-61.pdf accessed July, 2013

Ramadan, Imam Z., Qais A. Kilani, Thair A. Kaddumi. 2011. Determinant of Bank Profitability: Evidence From Jordan. International Journal of Academic Research.Vol 3.No. 4. July, 2011, Part I.

Rika, Kartika. 2008. Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan KAP TerhadapProfitabilitas di SektorPerbankan. Thesis.Faculty of Economics.Widyatama University. Bandung.

Riyadi, Selamet. Drs., M.Si. 2006. Banking Assets and Liability Management, EdisiKetiga. LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.Salemba.

Sastrosuwito, Suminto and Yasuhi Suzuki. 2012. The Determinant of Post-Crisis Indonesian Banking System Profitability. Economics and Finance Review Vol. 1(11) pp. 48 – 57, January, 2012.

Subanidja, Steph. 2006. Struktur Pasar, Karakteristik, dan Kinerja Bank Umum di Indonesia. Akuntabilitas.Vol 1.No. 1.Pp 14-21.

Sutardjo, Daryanto, Arifin. 2011. Struktur Pasar Persaingan Perbankan Indonesia DalamPeriodeKonsilidasi.JurnalManajemen&Agribisnis.Vol. 8. No. 2 Oktober 2011.

Suwardi, Akbar. 2011. STATA: TAHAPAN DAN PERINTAH (SYNTAX) DATA PANEL. EDISI: 2011. Web. Accessed August 25, 2013.

(45)

Vong, Anna P.I. and Hoi Si Chan. 2006.Determinants of Bank Profitability in Macao.http://umir.umac.mo/jspui/handle/123456789/12719 accessed July 20, 2013.

Wong, Jim, Tom Fong, Eric Wong. 2007. Determinants of ThePerformance of Banks In Hong-Kong. Hong Kong Monetary Authority Quarterly Bulletin. Sep 2007.

Yu, Peiyu and Warner Neus. 2005. Market Structure, Scale Efficiency and Risk as Determinants of German Banking

Profitability. http://www.econbiz.de/Record/market-structure-scale-efficiency-and-risk-as-determinants-of-german-banking-profitability-peiyi/10009149232

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan Total Aset, Total Deposito, dan Total Kredit pada Bank  Konvesional di Indonesia Periode 2001-2014 (Rp dalam jutaan dan %)
Tabel 2. Tren ROA, CAR, LDR, dan BOPO  pada Bank Konvensional di Indonesia (2001-2014)
Gambar 1. Total Bank dan Total Kantor Cabang Bank Konvensional  Industri Perbankan Indonesia (2001-2014)
Tabel 3. Penelitian-penelitian Sebelumnya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel pangsa pasar terhadap return saham sektor industri barang konsumsi.. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan

Dalam penelitian ini dikaji pengaruh faktor-faktor densitas arus, pH dan konsentrasi ion Cl terhadap konsentrasi amonia sisa, konversi serta efisiensi faraday pada

Hasil penelitian dari analisis matrik BCG diketahui tingkat pertumbuhan pasar Vivo Area Garut sebesar 11.78% dan pangsa pasarnya sebesar 0.95 terhadap pesaingnya Oppo Area

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan

tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang pengaruh pangsa pasar dana dan indikator bank terhadap profitabulitas bank umum syariah

Hasil penelitian dari analisis matrik BCG diketahui tingkat pertumbuhan pasar CV Rajawali Motor sebesar 26% dan pangsa pasarnya sebesar 1.50, sehingga berada

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2 Peraturan Pemerintah Republik

Data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi suatu masalah.53 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah empiris, merupakan