• Tidak ada hasil yang ditemukan

2016 PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2016 PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Revolusi Indonesia (1945-1949) telah melahirkan tokoh-tokoh yang berperan dalam mencapai kedaulatan Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut memiliki cara masing-masing untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ideal. Revolusi nasional Indonesia juga menyulut rangkaian perseteruan antara sesama elite politik di pusat dan daerah yang disebabkan pertentangan keras mengenai metode antara jalan perundingan, jalan peperangan, ataukah revolusi (Abdullah dan Lapian (ed) (b), 2012, hlm. 252). Walaupun cita-cita para tokoh ini sama, yaitu menginginkan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, namun cara yang ditempuh berbeda-beda, karena setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Tokoh yang menonjol pada masa Revolusi Indonesia 1945-1949 ini diantaranya adalah Soekarno dan Tan Malaka.

Perjuangan Soekarno dan Tan Malaka sudah dimulai dari periode Pergerakan Nasional, masa dimana kaum intelektual khususnya kaum muda mulai mengkritisi sistem kapitalisme pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai kaum intelektual keduanya memilih untuk bersikap non-kooperatif terhadap Belanda. Di dukung dengan ketertarikan keduanya dengan sosialisme yaitu paham yang memperjuangkan kemerataan, sehingga dianggap tepat diterapkan oleh bangsa Indonesia yang sedang diperas oleh sistem kapitalisme pemerintah Belanda (Fauzi, 2009, hlm. 7).Soekarno muda mempelajari sosialisme hingga akhirnya ia membuat paham sosialisme ala Indonesia yaitu sosialisme yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong. Milik perseorangan, privat bezit, diakui dalam batas-batas yang tertentu dan milik perseorangan itu dinyatakan berfungsi sosial (Notosoetardjo, tanpa tahun, hlm. 8). Sementara sosialisme yang dianut Tan Malaka banyak terpengaruh dari sosialisme Barat lebih mengarah pada

(2)

2 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunisme, seperti yang dikutip dari Harry A. Poeze dalam buku Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 (2014):

“Di negeri Belanda itulah minat Tan Malaka terhadap politik tergugah dan terbentuk. Sesudah melewati masa ragu-ragu dan mencari-cari, masa Strum und Drang, menjadilah ia seorang nasionalis yang berkobar-kobar dan seorang simpatisan komunisme. Revolusi Rusia memberikan kesan yang mendalam. Tan malaka menjadi anggota Indische inlichtingendienst (Dinas Penerangan Hindia) buatan Sneevliet, yang memberikan informasi mengenai situasi di Hindia kepada surat kabar-surat kabar komunis dan para anggota parlemen” (136-137).

Terbentuknya pemikiran Soekarno dan Tan Malaka tidak lepas dari peran pendidikan dan latar belakang organisasi yang pernah mereka tekuni. Soekarno mulai dikenal karena keikutsertaannya menjadi anggota Jong Java pada saat ia melanjutkan sekolah HBS (Hoogere Burger School) di Surabaya (Dahm, 1987, hlm. 47). Saat Soekarno melanjutkan studinya di THS (Technische Hoogeschool) Bandung, ia bergabung dengan Algemeene Studieclub, dan terpilih sebagai Sekertaris I (Dahm, 1987, hlm. 66). Kemudian Soekarno mulai masuk ke ranah politik, dan pada tanggal 4 Juli 1927, Soekarno dan Algemeene Studieclub memprakarsai pembentukan sebuah partai politik, Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Soekarno sebagai ketuanya. Pada bulan Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) (Ricklefs, 2008, hlm. 392-393). Selanjutnya Soekarno turut memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada Desember 1927, yang merupakan sebuah federasi dari organisasi-organisasi gerakan nasional (Abdullah dan Lapian (ed) (a), 2012, hlm. 397).

Sementara Tan Malaka menggabungkan diri dengan kegiatan komunis, kemudian pada bulan Desember 1921 ia berhasil menjadi ketua PKI (Poeze (a), 2014, hlm. 172). Tan Malaka sempat menjadi wakil PKI pada kongres Komunis Internasional (Komintern). Perkembangan PKI di Indonesia sangat mengecewakannya, ia keluar dari PKI dan dari Komintern. Dengan beberapa kawannya, Jamaludin Tamin dan Subakat, ia mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok pada bulan Juli 1927 (Loebis, 1992, hlm. 143).

(3)

3 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soekarno dan Tan Malaka sangat produktif dalam membuat tulisan-tulisan yang berisi pemikiran keduanya. Pada tahun 1921 Soekarno telah menyumbang tulisan-tulisan untuk surat kabar Oetoesan Hindia (Dahm, 1987, hlm. 47). Kemudian di tahun 1926, Sukarno menerbitkan tulisan pertamanya yang matang dan berpengaruh dalam Indonesia Muda: “Nasionalisme, Islam dan Marxisme” (Onghokham, 2009, hlm. 11). Tulisan-tulisan Soekarno pada masa penjajahan Belanda dihimpun dalam buku Dibawah Bendera Revolusi. Sementara Tan Malaka membuat tulisan Naar de 'Republiek Indonesia' atau Menuju Republik Indonesia pada tahun 1924, yang membuatnya dijuluki Bapak Republik Indonesia (Poeze, 2008, hlm. xvii).Selain itu Tan Malaka juga menulis Aksi Massa (Massa-Actie), MADILOG, GERPOLEK, dari Penjara ke Penjara, dan lain-lain. Dalam Aksi Massa (Massa-Actie), Tan Malaka sudah berbicara mengenai kemungkinan Revolusi di Indonesia:

“Revolusi di Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim. Ia juga didorong oleh kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang menindas dan menghina mereka. Pati revolusi (sekurang-kurangnya di Jawa) harus di bentuk kaum buruh industri modern, perusahaan dan pertanian (buruh mesin dan tani)” (Malaka, 2000, hlm. 91).

Soekarno pun dalam tulisannya yang dihimpun dalam buku Dibawah Bendera Revolusi menyebutkan mengenai massa aksi yang dapat menggugurkan sistem Imperialisme dan Kapitalisme Belanda:

“… bilamana kita ingin mendatangkan perobahan jang begitu maha-besar didalam masjarakat sebagai gugurnja stelsel imperialisme dan kapitalisme, kita pun harus bermassa-aksi. Kita pun harus menggerakkan Rakjat-djelata didalam suatu pergerakan radikal jang bergelombangan sebagai bandjir, mendjelmakan pergerakan massa jang tahadinja onbewust dan hanja raba-raba itu mendjadi suatu pergerakan massa jang bewust dan radikal…” (Soekarno, 1963, hlm. 282)

Dalam tulisan Soekarno maupun Tan Malaka disini terlihat bahwa keduanya sangat menentang sistem yang merugikan rakyat jelata, seperti feodalisme, imperialisme dan kapitalisme. Keduanya pun sepakat bahwa metode massa aksi dan revolusi adalah cara untuk menghancurkan sistem tersebut. Sehingga pada tulisan-tulisannya, Soekarno dan Tan Malaka memiliki persamaan pemikiran yang radikal.

(4)

4 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun saat Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Soekarno merubah haluan perjuangannya menjadi kooperatif dengan pihak Jepang. Hal tersebut dikarenakan pihak Jepang mengizinkannya untuk berpolitik, walaupun organisasi yang diketuai oleh Soekarno adalah buatan Jepang. Selain itu Jepang adalah negara Asia yang berhasil mengalahkan bangsa Barat, sehingga membuat Soekarno optimis mampu memerdekakan Indonesia.

Kebencian Soekarno terhadap bangsa Barat ternyata tidak membuatnya bersikap radikal ketika Sekutu dan Belanda kembali ke Indonesia untuk mengambil status quo dari pihak Jepang, setelah Jepang kalah perang melawan Sekutu. Soekarno telah dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, tidak mudah bagi Soekarno untuk menentukan sikap berdiplomasi atau berperang untuk melawan Belanda yang ingin menguasai lagi Republik Indonesia. Sebagai kepala negara tentu saja apapun keputusan yang dipilih haruslah menguntungkan orang banyak. Namun, karena ada dua metode dalam revolusi Indonesia Soekarno berusaha menengahi dua metode tersebut. Seperti yang dikutip dari buku John D. Legge berikut:

“As President, Sukarno could not escape defining his attitude to the diplomasi-perjuangan antithesis. It was not easy for him. He had preached for so long the necessity of struggle that his image could well suffer if he now became the prophet of moderation. But for the moment his executive responsibilities counselled prudence and he had no hesitation in opposing even heroic actions if they were likely to discredit his government in Allied eyes” (Legge, 2003, hlm. 242).

(Sebagai presiden, Sukarno tidak bisa tegas menentukan sikapnya terhadap antitesis diplomasi-perjuangan. Itu tidak mudah baginya. Ia berpidato selama diperlukannya perjuangan yang membuat citranya juga bisa menderita apabila sekarang ia menjadi tokoh moderasi. Tetapi untuk saat ini tanggung jawab eksekutifnya menasihati agar ia berhati-hati dan tidak ragu-ragu dalam perlawanan bahkan aksi yang heroik jika mereka cenderung mendiskreditkan pemerintahan di mata para sekutu).

Soekarno mempercayakan Sutan Sjahrir yang pada saat itu menjabat sebagai perdana mentri untuk menjadi “arsitek” dalam diplomasi dengan Belanda, karena sikap Sutan Sjahrir yang melunak terhadap Belanda (Adams, 1966, hlm. 358). Namun dalam pernyataannya kepada Cindy Adams, Soekarno tampak

(5)

5 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecewa dengan metode diplomasi dengan Belanda pada perundingan Linggarjati, yang dirasa banyak merugikan bangsa Indonesia:

“Belanda bukanlah Belanda kalau tidak membelit. Mereka banjak menjiapkan lobang perangkap kedalam persetujuan Linggardjati. Pada dasarnja aku dapat menjetudjui perdjandjian dengan satu sjarat bahwa kami tetap mendjadi bangsa jang bebas. Bagi kami pengertian “bebas” dan “merdeka” tidak ada bedanja. Akan tetapi Belanda menafsirkan perkataan bebas sebagai tingkatan jang lebih rendah dari merdeka.” (Adams, 1966, hlm. 359).

Sebab sikap Belanda yang membelit dan banyak merugikan bangsa Indonesia Soekarno pun menyatakan:

“….djangan biarkan dunia berkata bahwa kemerdekaan kita dihadiahkan dalam tas seorang diplomat. Perlihatkan kepada dunia bahwa kita membeli kemerdekaan itu dengan mahal, dengan darah, keringat dan tekad jang tak kundjung padam” (Adams, 1966, hlm. 377).

Tan Malaka lebih memilih jalur bertempur melawan sekutu, dengan membentuk front perjuangan rakyat, yang diberi nama Persatuan Perjuangan (Anderson, 1988, hlm 323). Persatuan Perjuangan sangat menentang metode diplomasi dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Namun perjuangan dari Persatuan Perjuangan ini terhalang akibat ditangkapnya pemimpin dari Persatuan Perjuangan di Madiun pada 17 Maret 1946. Perihal penangkapan itu, Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Gerpolek (Gerilya-Politik-Ekonomi) menyatakan:

“Penangkapan para pemimpin Persatuan Perjuangan berarti suatu percobaan pemerintah Republik untuk mengubah perjuangan Massa Aksi atau Aksi Murba dengan aksi berdiplomasi. Mengubah diplomasi bambu runcing dengan diplomasi berunding. Mengubah sikap “mencari perdamaian dengan mengorbankan kedaulatan, kemerdekaan, daerah perekonomian dan penduduk” yang pada musim Jaya Bertempur sudah 100% berada di tangan Indonesia, dengan sikap menyerah terus-menerus guna mendapatkan perdamaian dengan musuh” (Malaka, 2011, hlm. 12). Pertentangan diantara Soekarno dan Tan Malaka salah satunya diakibatkan perbedaan lingkungan yang membentuk keduanya. Soekarno yang lahir di Jawa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha. Sementara Tan Malaka hidup di lingkungan Sumatera Barat, Minangkabau yang nuansa Islamnya sangat kental. Menurut Rudolf Mrazeck, selama separuh awal abad ke-20 kaum intelektual

(6)

6 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Minangkabau cenderung berpikir dalam konteks penentangan dan konflik yang mereka anggap dinamis dan rasional melawan budaya Jawa yang lembut dan idealis (Mrazeck, 1999, hlm. 49). Sehingga hal tersebut menjadi salah satu hal yang mendasari pertentangan diantara Soekarno dan Tan Malaka.

Sudah banyak peneliti yang mengkaji tentang Soekarno dan Tan Malaka, kebanyakan meneliti mengenai biografi atau pemikiran politik keduanya. Seperti autobiografi Soerkarno yang ditulis Cindy Adams, berjudul Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, buku ini ditulis berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Cindy Adams kepada Soekarno. Kemudian buku yang di tulis oleh John D. Legge menulis buku berjudul Sukarno A Political Biography, Bernard Dahm menulis buku berjudul Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, H. A. Notosoetardjo menulis mengenai pemikiran sosialisme Soekarno yang berjudul Bung Karno tentang Sosialisme, dan masih banyak lagi peneliti yang mengkaji mengenai Soekarno. Kemudian peneliti yang mengkaji mengenai Tan Malaka adalah Harry A. Poeze yang menulis buku berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia yang terdiri dari enam jilid, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Harry A. Poeze juga menulis Tan Malaka Pergulatan Menuju Republik yang terbagi ke dalam dua jilid, jilid pertama dibatasi dari tahun 1897-1925 dan jilid kedua mengkaji mulai dari tahun 1925-1945. Biografi Tan Malaka juga ditulis oleh Rudolf Mrazeck dengan judul “Tan Malaka”, yang mengkaji mengenai alam pemikiran Tan Malaka. Sementara penelitian yang khusus membandingkan keduanya adalah Skripsi Ahmad R Fauzi yang berjudul “Konsep Sosialisme antara Tan Malaka dan Soekarno” berisi mengenai perbandingan konsep sosialisme antara Tan Malaka dan Soekarno. Kedua tokoh ini sama-sama menggunakan sosialisme sebagai pisau analisis dalam melihat ketidak adilan dari sistem imperialisme dan kapitalisme. Skripsi ini lebih menekankan kepada konsep sosialisme dari kedua tokoh tersebut. Namun baru sedikit yang membandingkan pemikiran keduanya mengenai Revolusi Indonesia, dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji “Perbandingan Pemikiran Tentang Revolusi Indonesia Antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949)”, mulai dari latar belakang yang membentuk pola pikir keduanya mengenai revolusi

(7)

7 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia, kemudian pemikiran keduanya mengenai revolusi dalam teori hingga prakteknya yang terjadi pada tahun 1945-1949. Selanjutnya apa yang menjadi harapan Soekarno dan Tan Malaka untuk sistem pemerintahan Indonesia yang ideal.

Mengenai periodisasi waktu, penulis membatasi tahun 1945-1949, karena peristiwa Revolusi Indonesia terjadi pada tahun 1945. Dimana pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, Sekutu tidak mengakui kedaulatan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Pada masa itulah rakyat Indonesia berjuang mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dengan cara diplomasi dan perang. Soekarno dan Tan Malaka sama-sama berjuang untuk kedaulatan Indonesia, dimana pada masa revolusi ini Soekarno telah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Sementara Tan Malaka menjadi otak dalam perlawanan gerilya dan menjadi penentang metode diplomasi yang dijalankan pemerintah Indonesia. Batas akhir tahun penelitian 1949, dipilih karena Belanda melalui Konferensi Meja Bundar mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka (Abdullah dan Lapian (ed) (b), 2012, hlm. 564). Pada tahun yang sama, 1949 pada bulan Februari, berakhirnya perjuangan Tan Malaka dalam membela tanah air, karena Tan Malaka tewas ditembak oleh TNI (Poeze (b), 2014, hlm. 220).

Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pemikiran tokoh Soekarno dan Tan Malaka di masa revolusi, karena strategi dan pemikiran keduanya dalam melawan pihak Belanda sangat mempengaruhi massa. Kemudian politik Soekarno ketika telah menjabat sebagai Presiden sangat berbeda dengan saat dirinya berjuang melawan kolonialisme Belanda. Selain itu kedua tokoh ini sudah banyak berkontribusi dalam hal pemikiran melalui lisan dan tulisan untuk menginspirasi rakyat Indonesia baik pada zaman pergerakan, zaman revolusi, hingga masa kini.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Adapun latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis menentukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana perbandingan pemikiran tentang Revolusi Indonesia antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949)?”. Adapun pertanyaan penelitian yang penulis kaji yaitu:

(8)

8 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka yang membentuk pola pikir mereka tentang Revolusi?

2. Bagaimana persamaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal?

3. Bagaimana perbedaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal?

4. Bagaimana dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka pada Revolusi Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka yang membentuk pola pikir mereka tentang Revolusi.

2. Untuk menganalisis persamaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal. 3. Untuk menganalisis perbedaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka

mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal. 4. Untuk menganalisis dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka semasa

Revolusi Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perbandingan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka, khususnya mengenai Revolusi Indonesia.

2. Memperkaya penulisan mengenai sejarah tokoh Nasional Soekarno dan Tan Malaka mengenai kontribusi terhadap bangsa Indonesia.

3. Memperkenalkan kepada generasi selanjutnya mengenai perbandingan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka, baik dasar pemikiran sampai kontribusi masa revolusi Indonesia.

(9)

9 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Dapat dijadikan sumber acuan bagi pengembangan materi mata pelajaran sejarah mengenai peranan tokoh pada periode sejarah Revolusi Indonesia.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi yang digunakan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang penelitian yang menjadi dasar mengapa penulis mengambil kajian penelitian ini untuk penulisan karya ilmiah. Bab ini juga memuat rumusan masalah mengenai masalah yang diambil, diantaranya latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka yang membentuk pola pikir mereka tentang revolusi, persamaan dan perbedaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal, dan dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka pada revolusi Indonesia. Pada bab ini pula termuat tujuan penelitian dan manfaat penelitian dari penulisan karya ilmiah. Manfaat penelitian, kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang penulis teliti. Terakhir, struktur organisasi yang memberikan gambaran dari setiap bab yang ada pada karya ilmiah yang peneliti teliti ini.

Bab II Kajian Pustaka, membahas mengenai literatur yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung memecahkan masalah yang dikaji, peneliti pun akan memberikan relevansi antara kajian yang diteliti oleh penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu yang ditulis oleh peneliti lain. Juga berfungsi sebagai landasan teoritik yang berkaitan dengan perbandingan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai revolusi Indonesia 1945-1949, dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

Bab III Metode Penelitian, menjelaskan mengenai langkah-langkah dan teknik yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah. Metode yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode historis, yang langkah-langkahnya

(10)

10 Indari Prameswardani, 2016

PERBANDINGAN PEMIKIRAN TENTANG REVOLUSI INDONESIA ANTARA SOEKARNO DAN TAN MALAKA (1945-1949)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam bab ini pula peneliti akan menjelaskan proses penyusunan skripsi ini dari mulai pencarian sumber hingga penulisan hasil penelitian (historiografi).

Bab IV Temuan dan Pembahasan, pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan analisis deskriptif mengenai Perbandingan Pemikiran Tentang Revolusi Indonesia antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949), merujuk pada rumusan masalah yang ada pada bab I.

Bab V Simpulan dan Rekomendasi, pada bab terakhir ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan analisis akhir yang merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Selain kesimpulan pada bab akhir ini penulis akan memberikan rekomendasi penulis kepada penulis lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui percobaan, peserta didik dapat membedakan besar gaya gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin,

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak dicatat pada nilai wajar

(2001) yang menemukan bahwa rasio book to market equity memiliki pengaruh yang kuat terhadap equity risk premium, hal itu tercermin pada pasar yang secara konsisten

Penafsiran ibnu katsir ayat ini di tunjukkan kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT namun tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Nabi muhammad SAW, orang seperti

Pertemuan kedua siklus I fokus pada dua tahap group investigation yang.. selanjutnya, yaitu melaksanakan investigasi dan menyiapkan

Dengan demikian Menurut Sulistyo Basuki (1991: 3) memberikan agian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku- buku dan terbitan

Di daerah Welahan Jepara, terdapat limbah kain perca yang cukup memadai untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan TAS PERCA FASHIONABLE ini.. Untuk perbandingannya dengan

Our approach, which we call MINT , is based on the estimation of mutual information, whose decomposition into joint and marginal entropies facilitates the use of