• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KETAHANAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAS KETAHANAN PANGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Proposal

Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat

(PUPM)

DINAS KETAHANAN PANGAN

PEMERINTAH KOTA LUBUK LINGGAU

PROVINSI SUMATRA SELATAN

(2)

Page

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya telah disusun Proposal Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat (PUPM) Kota Lubuk linggau.

Besar harapan masyarakat khususnya Gabungan Kelompok Petani Kota Lubuklinggau untuk mendapatkan bantuan tersebut, pada saat ini bantuan itu memang sangat diharapkan guna mengatasi gejolak harga pangan dan stabilitas pasokan pangan pokok strategis, efisien rantai distribusi pemasaran yang ada di Kota Lubuklinggau sebagai mekanisme yang berkelanjutan baik pada saat situasi suplai melimpah dan kurang atau sebagai stabilisator dalam menjaga pasokan pangan bersama masyarakat.

Demikian rancangan usulan ini dibuat untuk dapat dijadikan sebagai kelengkapan dan persyaratan, atas perhatian dan kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

Lubuklinggau, Januari 2017

Kapala Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuk Linggau

Dedi Yansyah, SP,.M.Si Pembina Tingkat I

(3)

3

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar DAFTAR ISI I. SELAYANG PANDANG

1.1. Sejarah Singkat Kota Lubuklinggau 1.2. Letak Geografis

1.3. Batas-batas Wilayah Kota Lubuklinggau

II. LATAR BELAKANG

III. RUANG LINGKUP

3.1. Pengertian

3.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan

IV. PENUTUP Lampiran- lampiran

(4)

Page

4

1. SELAYANG PANDANG

Kota Lubuklinggau salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan perkembangan ekonomi dan pembangunannya yang cukup pesat. Kota Lubuklinggau terletak di jalur lintas tengah Sumatera yang tidak pernah sepi. Pembangunan Kota Lubuklinggau sesuai dengan Visi Walikota Lubuklinggau adalah Terwujudnya Lubuklinggau Sebagai Kota Jasa, Industri dan

Perdagangan yang Unggul Untuk Menjadi Role-Model Masyarakat Madani, yang berarti

pembangunan Kota Lubuklinggau akan diarahkan menjadi sebagai Kota Industri dan Perdagangan dan Jasa yang berdaya saing dengan memperhatikan keunggulan potensi-potensi daerah; selain itu menciptakan masyarakat yang beradap dan berakhlak yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan dan maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi penciptaan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sedangkan Misi Walikota Lubuklinggau adalah : 1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan

2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

3. Meningkatkan Intensitas Bimbingan Industri dan Perdagangan 4. Menciptakan Kelancaran Perdagangan Barang dan Jasa 5. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif

6. Meningkatkan Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu,Penerapan Standar Pengawasan Mutu Diversifikasi Produk dan Inovasi Teknologi

7. Meningkatkan Koordinasi Pembangunan Industri dan Perdagangan Atas Dasar Ketetapan Kebijaksanaan

8. Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan

Adapun Visi dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau yaitu “ Terwujudnya Ketahanan

Pangan berbasis pangan local yang dapat diakses baik fisik maupun ekonomi secara berkelanjutan “

Misi dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau yaitu 1. Meningkatkan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat 2. Meningkatkan system distribusi dan stabilitas harga pangan 3. Meningkatkan diversifikasi pangan olahan masyarakat

(5)

5

1.1. Sejarah Singkat Kota Lubuklinggau

Sejarah kota yang memiliki semboyan ‘Sebiduk Semare’ ini bermula pada tahun 1929. Pada saat itu, Lubuklinggau adalah Ibukota Marga Sindang Kelingi Ilir dibawah Onder District Musi Ulu. Sedangkan Onder District Musi Ulu sendiri memiliki ibu kota yang bernama Muara Beliti, yang pada akhirnya tahun 1933 juga pindah ke Lubuklinggau. Setelah itu, pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 barulah Lubuklinggau menjadi Ibukota Kewedanaan Musi Ulu dan dilanjutkan setelah kemerdekaan. Pada waktu Clash I tahun 1947, Lubuklinggau dijadikan Ibukota Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan .Pada tahun 1948 Lubuklinggau menjadi Ibukota Kabupaten Musi Ulu Rawas dan tetap sebagai Ibukota Kepresidenan Palembang. Pada tahun 1956 Lubuklinggau menjadi Ibukota Daerah Swatantra Tingkat II Musi Rawas. Pada Tahun 1981 dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tanggal 30 Oktober 1981, Lubuklinggau ditetapkan statusnya sebagai Kota Administratif. Tahun 2001 dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, Lubuklinggau statusnya ditingkatkan menjadi Kota. Pada tanggal 17 Oktober 2001 Kota Lubuklinggau diresmikan menjadi Daerah Otonom.

1.2. Letak Geografi

Kota Lubuklinggau adalah salah satu Kota setingkat Kabupaten paling barat wilayah Provinsi Sumatera Selatan, terletak pada posisi geografis yang sangat strategis. Kota ini terletak diantara empat provinsi sekaligus, yaitu: Padang, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan (Palembang). Tidak hanya itu, Lubuklinggau merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dengan kota-kota yang ada dipulau Sumatera bagian Utara. Sehingga tidak mengherankan jika pemerintah Kota Lubuklinggau bekerja keras untuk mengembangkan Kota Lubuklinggau menjadi Kota Metropolitan atau bahkan Kota Megapolitan. Sampai dengan saat ini, Kota Lubuklinggau terdiri dari 8 wilayah kecamatan dan 72 kelurahan.

Kota Lubuklinggau memiliki beberapa bahasa diantaranya: Lembak (coel), Palembang, Musi, Jawa, Komering, Rawas, Lampung, dan tentu saja bahasa Indonesia. Nah, untuk luas daerahnya sendiri, berdasarkan Undang-undang no. 7 Tahun 2001, luas wilayah Kota Lubuklinggau adalah 401,5 kilometer persegi atau 40.150 hektar. Total luas ini terbagi menjadi dua wilayah sebagai berikut:

(6)

Page

6

 Wilayah Darat = 360.74 km2 (139.28 mil²)

 Wilayah Air = 40.76 km2 (15.74 mil²)

Secara strategis, Lubuklinggau terletak pada posisi 102º40’0”-103º0’0” BT dan 3º4’10”-3º22’30” LS yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rejang Lebong (Bengkulu). Untuk batas-batas secara administrative dapat di lihat pada tabel berikut ini:

1.3. Batas-Batas Wilayah Kota Lubuklinggau

II. LATAR BELAKANG

Harga komoditas pangan yang selalu berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai produsen,

pengolah pangan, pedagang hingga konsumen dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial. Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak menentu, tidak hanya akan menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga akan mempengaruhi pengendalian inflasi. Sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga bahan pangan digolongkan sebagai komponen inflasi bergejolak (volatile foods), karena sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh masa panen, gangguan alam, harga komoditas bahan pangan domestik dan internasional. Oleh karena itu, hampir semua negara melakukan intervensi kebijakan untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok dan strategis. Harga dan pasokan pangan merupakan indikator-indikator strategis yang saling terkait dan sering digunakan untuk mengetahui: (a) status distribusi pangan, (b) permasalahan yang disebabkan oleh rantai distribusi pangan pokok yang tidak efisien mulai dari tingkat produsen sampai konsumen, dan (c) ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah.

Dalam konteks regulasi, guna mengatur dan menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan, telah terbit 2 (dua) Undang-Undang terkait stabilitas harga pangan, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pemerintah pusat dan daerah bertugas mengendalikan bertanggung jawab atas ketersediaan

Posisi Perbatasan

Sebelah Utara Kecamatan BKL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas. Sebelah Timur Kecamatan Tugu Mulyo Dan Muara Beliti Kabupaten

Musi Rawas.

Sebelah Selatan Kecamatan Muara Beliti Dan Provinsi Bengkulu. Sebelah Barat Provinsi Bengkulu

(7)

7

bahan pangan pokok dan strategis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahan pangan pokok dan strategis tersebut harus tersedia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, serta pada harga yang wajar untuk menjaga keterjangkauan daya beli di tingkat konsumen sekaligus melindungi pendapatan produsen.

Peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namun sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena di dorong oleh meningkatnya harga input/sarana produksi atau karena faktor kebijakan pemerintah seperti penetapan harga dasar (floor price). Sementara peningkatan harga yang didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai jalur distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam: menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antar pedagang. Tingginya volatilitas harga komoditas yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh.

Di sisi lain dari segi perdagangan dalam negeri yang perlu mendapat perhatian adalah pada fungsi pasar sebagai lembaga yang sangat penting dalam sistem distribusi komoditas tersebut di pasar. Kemampuan dalam pengendalian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap distribusi komoditas pangan disinyalir dapat mengurangi tekanan inflasi yang berasal dari komoditas pangan. Salah satu domain yang perlu diperhatikan dalam aliran komoditas pertanian adalah pasar induk atau pusat distribusi pangan suatu komoditas. Pusat distribusi pangan atau pasar induk adalah tempat yang berfungsi sebagai penyangga komoditas utama untuk menunjang kelancaran arus barang baik antar kabupaten/kota maupun antar provinsi untuk tujuan pasar dalam negeri dan atau luar negeri.

Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang mengacu pada permasalahan utamayang terjadi selama ini yaitu tingginya disparitas harga antara produsen dan konsumen yang mengakibatkan keuntungan tidak proporsional antara pelaku usaha. Harga yang tinggi di tingkat konsumen tidak menjamin petani (produsen) mendapatkan harga yang layak, sehingga diperlukan keseimbangan harga yang saling menguntungkan, baik di tingkat produsen maupun tingkat konsumen.

Berdasarkan permasalahan diatas, Kementerian Pertanian melakukan terobosan sebagai solusi permanen dalam mengatasi gejolak harga pangan yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Kegiatan tersebut merupakan upaya Pemerintah untuk

(8)

Page

8

menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, harga konsumen dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), informasi pasar antar wilayah berjalan dengan baik, mencegah terjadinya

Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha

tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu.

Kegiatan PUPM secara tidak langsung berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya harga pada saat paceklik dan menjadi instrumen yang dibuat Pemerintah untuk menahan gejolak harga dalam situasi tertentu, merupakan mekanisme yang berkelanjutan baik pada saat situasi suplai melimpah dan kurang atau sebagai stabilisator, dalam menjaga pasokan pangan pemerintah bersama masyarakat.

ABDETAN AREA SAWAH DALAM WILAYAH KOTA LUBUKLINGGAU DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA LUBUKLINGGAU

NO KECAMATAN JENIS LAHAN (Ha) Jml

SAWAH TEKNIS TEKNIS 1/2 SEDERHANA PU SEDERHANA NON PU TADAH HUJAN

1 Lubuklinggau Selatan I 0 0 13 84 21 118 2 Lubuklinggau Selatan II 677 0 0 0 178 855 3 Lubuklinggau Utara I 260 60 80 0 190 590 4 Lubuklinggau Utara II 0 0 0 108 0 108 5 Lubuklinggau Barat I 250 25 118 95 0 488 6 Lubuklinggau Barat II 80 0 0 0 20 100 7 Lubuklinggau Timur I 0 0 0 60 0 60 8 Lubuklinggau Timur II 0 0 0 5 22 27 JUMLAH 1267 85 211 352 431 2346 Sumber data : BPS Kota Lubuklinggau

III. Ruang Lingkup

3.1 Pengertian

Yang dimaksud dengan:

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

(9)

9

2. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat yang selanjutnya disingkat PUPM adalah kegiatan memberdayakan lembaga usaha pangan masyarakat atau gabungan kelompok tani dalam melayani Toko Tani Indonesia untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan.

3. Dana Bantuan Pemerintah adalah bersumber dari APBN Tahun 2017 dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi yang disalurkan/ ditransfer langsung ke rekening Gapoktan/LPM dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan.

4. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

5. Toko Tani Indonesia yang selanjutnya disingkat TTI adalah yang dirancang untuk menjual komoditas pangan hasil produksi petani sesuai harga yang wajar kepada konsumen yang dipasok oleh Gapoktan/Lembaga Pangan Masyarakat, dan/atau BULOG.

6. Gapoktan adalah Gabungan Kelompok Tani dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi serta berkekuatan hukum.

7. Lembaga Pangan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga Pangan Masyarakat berkembang di masyarakat dan bergerak di bidang produksi/usaha pangan, berorientasi bisnis, memiliki struktur organisasi dan berkekuatan hukum.

8. Komoditas pangan adalah produk pangan yang diperjual-belikan pada kegiatan TTI dalam rangka stabilisasi harga pangan yaitu: beras, minyak goreng, gula pasir, cabai merah, bawang merah, daging sapi, dan komoditas lain yang ditentukan oleh Pemerintah.

9. Petani adalah warga negara Indonesia, baik perseorangan maupun beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang Pangan.

10. Perdagangan Pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan/atau pembelian Pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan.

11. Peredaran Pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran Pangan kepada masyarakat, baik diperdagangkan maupun tidak.

12. Pelaku Usaha Pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis Pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan penunjang.

(10)

Page

10

13. Jaringan TTI adalah hubungan antar penyedia, penyalur, dan konsumen pangan baik lembaga, kelompok, individu, ataupun masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

14. Harga Pembelian Pemerintah adalah harga pembelian Pemerintah untuk komoditas gabah/beras sesuai dengan Instruksi Presiden tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

15. Harga Beli Gapoktan/Lembaga Masyarakat yang bergerak di bidang pangan adalah harga beli kepada petani dengan harga yang layak.

16. Harga Jual Gapoktan adalah harga jual produk pangan dari Gapoktan/Lembaga Masyarakat yang bergerak di bidang pangan kepada TTI.

17. Pendampingan adalah proses pembimbingan untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan aktivitas pengendalian pasokan dan harga pangan kepada PUPM , meningkatkan kemampuan teknis, melakukan pemantauan, pengendalian, serta pengawasan internal.

2.1. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 2.1.1. Tujuan

Tujuan Pelaksanaan PUPM dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

1. Menyerap produk pertanian nasional dengan harga yang layak dan menguntungkan petani khususnya bahan pangan pokok dan strategis;

2. Mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok dan strategis; dan

3. Memberikan kemudahan akses konsumen/masyarakat terhadap bahan pangan pokok dan strategis, dengan harga yang terjangkau dan wajar.

2.1.2. Sasaran

Sasaran kegiatan PUPM pada Tahun Anggaran 2017 adalah 3 (tiga) Gapoktan yang bergerak dibidang pangan yang akan diberikan dana bantuan penguatan modal untuk melakukan pembelian pangan pokok strategis dari petani/mitra dan selanjutnya memasok pangan pokok tersebut kepada Toko Tani Indonesia ( TTI ) melalui kerjasama kedua belah pihak untuk selanjutnya dijual kepada konsumen dengan harga yang layak.

(11)

11

Tiga (3) Gapoktan yang diusulkan Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau untuk kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat Tahun 2017, yaitu :

1. Nama : Gapoktan Karya Bersama Ketua : Wasisno

Sekretaris : Sangkut.M Bendahara : M.Jahidin

Alamat : Kelurahan Petanang Ilir, Kecamatan Lubuklinggau Utara I

Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU), Lumbung Pangan Masyarakat dan Gudang Anggota Gapoktan Karya Bersama ada 5 Kelompok Tani, al :

a. Kelompok Tani Unggul Karya anggota 35 orang Ketua : Wasisno

b. Kelompok Tani Harapan Mulya anggota 20 orang Ketua : Mujahidin

c. Kelompok Tani Bangun anggota 25 orang Ketua : Sangkut

d. Kelompok Tani Sidomaju anggota 30 orang Ketua : Mujimin.D

e. Kelompok Tani Karya Usaha anggota 22 orang Ketua : Koimin

2. Nama : Gapoktan Usaha Mandiri Ketua : Dedi Maherijaya

Sekretaris : Suryanak Bendahara : A.Gofar

Alamat : Kelurahan Ekamarga, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU) dan Gudang Pangan Anggota Gapoktan Usaha Mandiri ada 3 Kelompok Tani, al :

a. Kelompok Tani Burja Jaya I anggota 25 orang Ketua : Dedi Maherijaya

b. Kelompok Tani Burja Jaya II anggota 25 orang Ketua : Samsuri

(12)

Page

12

Ketua : Sutardjo 3. Nama : Gapoktan Rukun Tani

Ketua : Kaswadi Sekretaris : Subawi Bendahara : Samsul Muarip

Alamat : Kelurahan Margorejo, Kecamatan Lubuklinggau Utara I

Fasilitas yang dimiliki : Rice Milling Unit (RMU), Gudang, Mesin Pengering Gabah dan lantai jemur.

Anggota Gapoktan Rukun Tani ada 6 Kelompok Tani, al : a. Kelompok Tani Cipta Karya anggota 20 orang

Ketua : Sugiyanto

b. Kelompok Tani Gemah Ripah anggota 20 orang Ketua : Kustur

c. Kelompok Tani Harapan Jaya anggota 23 orang Ketua : Samsul Muarip

d. Kelompok Tani Jawi anggota 20 orang Ketua : Subawi

e. Kelompok Tani Sri Lestari anggota 28 orang Ketua : Kaswadi

f. Kelompok Tani Rukun Sentosa anggota 20 orang Ketua : Sudarmin

2.1.3. Indikator Keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan PUPM, digunakan beberapa indikator kinerja : 1. Indikator Masukan (Input)

2. Dana bantuan pemerintah;

3. Tiga (3) Gapoktan yang aktif dalam kelembagaan. 4. Pendampingan, pengawalan, dan bimbingan teknis 5. Indikator Keluaran (Output)

6. tersalurkannya dana bantuan pemerintah kepada Gapoktan/LPM;

(13)

13

8. Tercapainya stabilisasi harga beras. Indikator hasil (Outcome)

1. Stabilitas pasokan dan harga pangan yang diperjualbelikan di jaringan TTI; 2. Posisi tawar petani meningkat;

3. Terbentuknya jaringan pemasaran bagi produsen/petani;

4. Kemudahan akses masyarakat terhadap pangan bagi masyarakat; dan 5. Konsumen memperoleh harga pangan yang wajar.

Gapoktan/LPM yang dipilih sebagai penerima dana bantuan pemerintah dengan kriteria: 1. Memiliki legalitas (disahkan oleh Bupati/Walikota/Camat/Lurah/ Kepala Desa);

2. Berorientasi bisnis dan memiliki pengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 2 (tiga) tahun;

3. Memiliki AD/ART dan struktur organisasi; 4. Memiliki penggilingan (Rice Miling Unit);

5. Menyediakan gudang penyimpanan pangan dan aset pendukung lainnya; 6. Memiliki jejaring pemasaran;

7. Tidak sedang menerima bantuan lain dari Kementerian Pertanian di tahun berjalan; 8. Sanggup memasok bahan pangan secara berkelanjutan yang dinyatakan dalam kontrak

kerjasama;

9. sanggup menjaga kualitas pasokan bahan pangan secara kontinyu; 10. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dan keuangan; 11. sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik.

Toko Tani Indonesia (TTI) yang akan menjadi pelaksana kegiatan mengacu kepada kriteria : 1. Pedagang tetap;

2. Memiliki tempat usaha milik pribadi atau sewa; 3. Memiliki SIUP/NPWP/UD (minimal surat izin usaha );

4. Berpengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 1 (satu) tahun; 5. Tidak sedang bermasalah dalam hutang/piutang dengan pihak manapun; 6. Sanggup melakukan kontrak kerjasama dengan Gapoktan/ LUPM; 7. Sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik

(14)

Page

14

o menjual produk pangan TTI.

o membuat catatan transaksi penjualan khusus kegiatan TTI dan melakukan pelaporan.

Tenaga Pendamping yang akan mendampingi Gapoktan/LPM mengacu pada kriteria : 1. Berpendidikan minimal SMU atau sederajat;

2. Berdomisili dekat dengan Gapoktan/LPM ;

3. Satu orang pendamping akan mendampingi 1 (satu) Gapoktan/LPM;

4. Memiliki komitmen untuk mendampingi dan membimbing Gapoktan/ LPM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; 5. Sanggup membuat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan PUPM secara tertulis

mengenai pendampingan dan pembinaan kepada Gapoktan/LPM .

6. Sanggup melaksanakan kunjungan dan pembinaan secara rutin minimal satu kali dalam satu bulan kepada Gapoktan/LPM;

7. Membuat laporan berkala.

(15)

15

1. PENUTUP

Diharapkan melalui program dan kerjasama bantuan dari Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pertanian Republik Indonesia dapat menjadikan Gapoktan di Kota Lubuklinggau lebih maju dan mandiri, yang selalu mengedepankan kreativitas dan inovasi sehingga secara langsung akan meningkatkan pendapatan ekonomi bagi petani khususnya dan ekonomi masyarakat Kota Lubuklinggau pada umumnya. Sekian terima kasih.

Lubuklinggau, Januari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan

Kota Lubuklinggau

DEDI YANSYAH,SP,M.Si Pembina Tk.I

(16)

Page

16

Referensi

Dokumen terkait

Maksud penyusunan Dokumen Rencana Kerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Tahun 2021 adalah sebagai pedoman penyusunan perencanaan anggaran program dan

21 STRATEGI PENGUATAN KEDAULATAN PANGAN KEDAULATAN PANGAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN POKOK STABILISASI HARGA BAHAN PANGAN PERBAIKAN KUALITAS KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

Adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun

1) Melakukan penyiapan penyusunan rencana dan anggaran program/kegiatan Seksi distribusi pangan, pasokan dan harga pangan dan cadangan pangan. 2) Melakukan penyiapan

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya usaha tani tanaman pangan Jumlah poktan/ gapoktan penerima. bantuan saprodi

Dalam mendukung stabilisasi harga pangan, Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Penguatan LDPM dan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat.Kegiatan Penguatan

Sebagai satuan kerja perangkat daerah yang mendukung pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dibidang pertanian, perkebunan dan ketahanan pangan mempunyai tugas yang sangat

Sasaran tersebut diwujudkan melalui Rencana Kinerja Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 yang berjumlah 44 (empat puluh empat) kegiatan yang