• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

II-

1

BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI

2.1. Pendekatan Pola Pikir

Bahwa kegiatan kepariwisataan pada dasarnya merupakan salahsatu arahan penataan ruang terkait dengan kawasan peruntukan pariwisata dari sasaran pariwisata yang berbasis ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang akan ditawarkan oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Buton Tengah.

Oleh karena itu, didalam pengembangan kawasan wisata (wisata alam, wisata budaya/ religi) haruslah memperhatikan hal –hal berikut ini :

1. Memiliki daya tarik atraktif dan iteraktif terhadap para wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun mancanegara.

2. Memiliki daya kenang yang tinggi, tidak pernah terlupakan sehingga para wisatawan akan ingin datang berkali-kali untuk menikmatinya, menjadi buah bibir yang akan diceritakan pada keluarga lain, sahabat dan handai taulan, serta kerabat untuk mengunjungi ODTW tersebut.

3. Memilikidaya saing tinggi dan daya jual tinggi dibanding daerah lain.

4. Memiliki keterkaitan dengan ODTW dan serta terintegrasi kedalam Program Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama Surga Bawah Laut Wakatobi yang telah mendunia.

Mengingat pembangunan dan pengembangan pariwisata

merupakan salahsatu sektor unggulan secara nasional, maka diperlukan :

(2)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

2 2. Pengaturan aliansi strategis kemitraan,

3. Penanganaan kelembagaan secara komprehensif dan terpadu, 4. Dukungan dan peran serta aktif partisipasi masyarakat, 5. Penataan SIK didalam kegiatan promosi pariwisata.

Obyek Daerah Tujuan Wisata ( ODTW ) yang telah dipaparkan diatas adalah anugerah ALLAH SWT Maha Pencipta yang tiada terkira nilainya akan diuraikan didalam RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah ini yaitu :

1. Ekosistem Daratan yang terdiri dari relief dan topografi Karts yang berguna dan berdanan alami dan

2. Ekosistem Perairan,Pantai dan Pesisir yang mengelilingi bagian Timur bagian Selatan, bagian Barat serta pulau – pulau kecil di Talaga Raya.

Keunikan alam tersebut menjadi bagian dari ODTW yang harus mendapatkan sentuhan dan perhatian khusus, sehingga menjadi komoditas sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buton Tengah.

Pengusahaan pariwisata/ekowisata alam (wahana wisata, wisata bahari), dan wisata budaya / sejarah dan wisata religi yang kaya dengan situs –situs peradaban perlu dioptimalkan pengelolaannya sehingga menjadi berdaya guna dan berhasil guna bagi pengembangan perekonomian Kabupaten Buton Tengah.

Adapun potensi tersebut dapat dikelola dengan baik untuk :

1. Menjaga perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

2. Meningkatkan PAD (penerimaan asli daerah),

3. Meningkatkan penggalian potensi SD–Alam Daerah

(3)

II-

3 4. Meningkatkan dan mengupayakan pelestarian SD–Alam

Hayati dan Ekosistemnya bagi kemaslahatan hidup masyarakat.

Dalam rangka ikhtiar/upaya untuk memperoleh manfaat yang optimal dan menghasilkan dari ODTW yang ada di Kabupaten Buton Tengah, maka didalam pemanfaatannya perlu dilakukan pengusahaanya sebagai berikut :

1. Mengikut sertakan masyarakat secara luas,

2. Menarik modal usaha dari para investor swasta dan publik dalam pembangunan dan pengembangan ODTW.

3. Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu.

4. Mendukung Kegiatan Ekonomi Kreatif terkait dengan industri pariwisata yang dapat dikembangkan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah selaku penanggung jawab pengelolaan danpenerapan RIPPARDA ini, harus mengintegrasikan seluruh program strategi dan program operasional serta rencana tindakannya secara terintegrasi dengan RTRW, RPJPD, RPJMD, dan RKPD Kabupaten Buton Tengah yang telah ditetapkan melalui PERDA yang mengikutkan seluruh stakeholders pembangunan daerah ini.

Pengembangan kawasan wisata Kabupaten Buton Tengah sebagai salah satu komoditas yang diunggulkan, harus memenuhi kriteria pengelolaannya sebagai yakni :

1. Penyiapan aspek legalitas sebagai payung regulasi yang

(4)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

4

penetapan maupun pengisian ruang dari kegiatan

kepariwisataan.

2. Memperhitungkan aspekpenawaran dan permintaan,

sehingga pengembangan kawasan ODTW di Kabupaten Buton Tengah dapat saling menunjang dengan pengembangan kawasan wisatadengan daerah sekitarnya.

3. Membentuk institusi atau kelembagaan yang kuat dalam

menangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pengawasaan, dan pengendalian, serta pemantauan dan evaluasi secara komprehensif terpadu, yang mendorong

sektor kepariwisataan menjadi tulang punggung

perekonomian Kabupaten Buton Tengah.

4. Melestarikan norma dan tata nilai sosial budaya yang hidup dan berkembang didalam masyarakat, sehingga dapat diangkat secara nasional sebagai kearifan lokal yang dapat menjadi salahsatu keunggulan yang dapat diandalkan.

Uraian tersebut diatas dapat diselaraskan dengan orientasi /wawasan dan asas tujuan penataan ruang nasional sesuai dengan Pasal (3) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN,seperti tampak pada gambar 2.1 berikut : dengan pemahaman sebagai berikut:

1. AMAN berarti ; situasi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupannya dapat terlindungi dari berbagai ancaman.

2. NYAMAN berarti ; keadaan masyarakat dapat

mengantikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai.

(5)

II-

5 3. PRODUKTIFITAS berarti ; proses produksi dan distribusi

berjalan secara efisien dan efektif sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat yang dapat meningkatkan daya saing.

4. BERKELANJUTAN berati ; kondisi kualitas lingkungan tidak dapat dipertahankan bahwa dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya SD –Alam yang tak terbarukan.

(6)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

6

Gambar 2.1 Keseimbangan azas dan tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata Kabupaten Buton Tengah dalam penataan ruang yang selaras dan harmonis.

(7)

II-

7 2.2. Pendekatan Kegiatan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pendekatan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dirumuskan dalam pertimbangan sebagai berikut :

1. Penggalian potensi Wisata Bahari, Wana Wisata, Wisata Budaya / sejarah, serta Wisata Religi.

2. Kebijaksanaan dibidang kepariwisataan sesuai dengan peraturan perundang –undangan .

3. Mempertahankan konsistensi jaminan pembangunan dan pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah yang tetap berdasarkan pembangunan pariwisata yang konsisten menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan seperti tampak pada gambar 2.1 diatas.

Kegiatan kepariwisataan bersifat multisektor dan multidisiplin, perlu melibatkan SKPD dansemua stakeholders pembangunan seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah

(8)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

8 Oleh karena itu, dapat diperjelas melalui kerangka pendekatan dan analisis kawasan Wisata Kabupaten Buton Tengah, seperti tertera pada gambar 2.3 berikutnya.

Gambar : 2.3. Sistem RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara

(9)

II-

9 2.3. Pendekatan Cara Pandang dan Analisis

Meliputi ;

1. Pendekatan Deduktif,didasarkan pada prediksi atau analis perkiraan keadaan yang bersumber pada data dan informasi yang telah ada sebagai referensi, sehingga dibutuhkan kekuatan pengalaman empiris dan “professional judgement” dari tenaga ahli yang melakukan kajian sesuai dengan disiplin ilmu pembidangan masing –masing.

2. Pendekatan Induktif , didasarkan pada data dan informasi primer yang ditemukan langsung dilapangan dalam menguji kesahihan hasil pendekatan deduktif tersebut diatas, sehingga dapat diproyeksikan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

2.4. Langkah dan Tahap Pelaksanaan Kegiatan 2.4.1. Langkah / Tahap Persiapan Awal

Mencakup :

1. Persiapan administratif terkait dengan legalitas pelaksanaan kegiatan meliputi ; perizinan, pendataan, pendokumentasian, mobolisasi, dan lain sebagainya.

2. Konsentrasi tim untuk membahas metode dan rencana kerja terhadap Tim Teknis dan Tim Supervisi.

3. Persiapan bahan dan peralatan yang mendukung kegiatan survei lapangan.

4. Studi literatur dan analisis data awal/ data sekunder. 5. Survei orientasi atau survei tinjauan.

6. Diskusi tahap I dengan internal Dinas BUDPAR serta pihak terkait.

(10)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

10 2.4.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Meliputi :

1. Pengumpulan data ;

a) Pengumpulan data sekunder dari intansi terkait,

b) Pengumpulan data dari informasi primer dari intansi terkait, masyarakat dan data lapangan yang berbentuk data fisik. 2. Survei lapangan secara detail.

3. Proses pengolahan data dengan tabulasi numerikal / statistikal,

4. Proses studio pengolahan data dalam bentuk peta –peta tematik.

2.4.3. Tahap Perumusan dan Telaahan Data Meliputi :

1. Analisis karakteristik fisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. 2. Analisis SWOT

Demikian sehingga dapat dievaluasi semua permasalahan dan faktor –faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan Kepariwisataan di Kabupaten Buton Tengah.

2.4.4. Tahap Pelaporan Mencakup :

1. Laporan pendahuluan yang memuat tentang Latar Belakang, Permasalahan yang dihadapi, Metodologi dijadwal penyelesaian pekerjaan, serta personil tenaga ahli yang dilibatkan.

2. Laporan Antara memuat fakta, data, dan analisis RIPPARDA. 3. Draft Laporan Akhir memuat konsep dan Arahan RIPPARDA, 4. Laporan Akhir Final memuat Konsep, Arahan dan Rancangan

(11)

II-

11 5. Ringkasan Eksekutif dari seluruh Dokumen RIPPARDA

Kabupaten Buton Tengah. 6. Album Peta –peta Tematik.

Demikian langkah dan tahapan penyelesaian rangkaian kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah (RIPPARDA) Tahun 2015 – 2035.

2.5. Identifikasi Masalah 2.5.1. Pengusahaan Pariwisata

Berhubungan dengan keberadaan peraturan perundang – undangan yang mengatur pengusahaan pariwisata, baik yang bersifat alamiah maupun hasil buatan manusia, pada kenyataannya telah menimbulkan berbagai permasalahan yang perlu diantisipasi seperti berikut :

1. Minat Investor untuk menanamkan modalnya pada ODTW yang ada diwilayah ini perlu diberikan berbagai kemudahan. 2. Lembaga Keuangan/ Perbankan belum bertumbuh didaerah

ini, sehingga perlu dimotivasi untuk segera menempatkan Kantor Cabangnya khususnya di ibukota Kabupaten Buton Tengah.

Sehingga diharapkan agar :

a) Izin usaha pariwisata dapat dijadikan sebagai agunan bagi pengusaha untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan. b) Menumbuhkan usaha kepariwisataan yang mendapatkan

permodalan dari Perbankan.

c) Diharapkan “Rute or Return” berada dibawah suku bungaPerbankan.

3. Perlu kemudahan perizinan dalam sektor pengembangan kepariwisataan.

(12)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

12 4. Perlu deregulasiKeputusan Menhut –RI No.441 / Kpts – II /

1990 yang mengatur hal – hal sebagai berikut :

a) Pungutan usaha yang ditetapkan sesuai dengan pembagian rayon, sehingga tidak memberatkan pengusaha pariwisata. b) Iuran usaha pada setiap tahun anggaran sebesar 6 % perlu

dievaluasi kembali.

5. Perlu penyeimbangan antara hak yang diberikan dengan kewajiban yang harus dipikul oleh pemegang izin pengusaha pariwisata alam.

6. Perlu pengaturan kembali terhadap pembangunan prasarana dan sarana wisata didalam kawasan pelestarian alam.

7. Menjembatani komunikasi yang ditetapkan sesuai dengan pembagian rayon,sehingga tidak kemudian memberatkan pengusaha pariwisataUntuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka mekanismenya perlu ditata lebih baik lagi dengan menyederhanakan manajemen pengelolaan seperti tampak pada Gambar2.4. berikut :

2.5.2. Identifikasi Faktor Pendukung Kegiatan

Pada tahapan analisis kegiatan lebih lanjut, maka dapat ditetapkan faktor – faktor yang menjadi pendukung kegiatan penyembangan fisik kawasan pariwisata khususnya wisata alam seperti berikut :

1. Potensi keanekaragam hayati, baik flora maupun fauna.

2. Karakteristik relief dan topografi wilayah, serta keadaan sosial – budaya masyarakat dengan segala kearifan lokalnya untuk menyelamatkan kawasan parawisata yang unik dan perlu diselamatkan.

3. Upaya memperluas kesempatan kerja disekitar pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(13)

II-

13

4. Menjaga terpeliharannya kepribadian bangsa dan

keselestarian lingkungan hidup.

Gambar 2.4 Permasalahan yang dihadapi didalam pengelolaan pengusaha pariwisata alam.

2.5.3. Identifikasi Faktor Penghambat Meliputi :

1. Instrumen kebijakan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi untuk mendukung potensi ODTW.

2. Efektivitas fungsi dan peran ODTW ditinjau dari aspek koordinasi sektoral terkait.

3. Kapasitas institusi dan kemampuan SD-Manusia dalam pengelolah ODTW dikawasan pelestarian alam.

4. Mekanisme peranserta aktif masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah.

(14)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

14 2.5.4. Identifikasi Faktor Peluang Penyembangan

Bahwa kegiatan Kepariwisataan yang akan dibangun di Kabupaten Buton Tengah harus terkait dengan jalur dan pengembangan Kawasan wisata diseluruh Provinsi Sulawesi Tenggara Khususnya dengan ikon Wisata Wakatobi sebagai syurga Bawah Laut dan cagar Biosfir Dunia.

Adapun strategi pembangunan dan pengembangan pariwisata Kabupaten Buton Tengah adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan ODTW mencakup sistem perencanaan

kawasan, standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pemindahan, dan sistem komunikasi – informasi ODTW.

2. Pengembangan kelembagaan yang mencakup pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, pengoperasian, SD-Manusia, penerapan peraturan perundang – undangan, serta penerapan efisiensi tinggi.

3. Prasarana dan sarana yang memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, dengan kondisi lingkungan yang tetap terpelihara, sehingga daya dukung dan daya tampung dapat terjamin.

4. Pembangunan fungsionalisasi dan profesionalisme jasa pengelolaan kepariwisataan siap mendukung kesinambungan kegiatan didalam ODTW.

5. Pengusaha yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan ODTW secara komersial, dan membuka peluang usaha, dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

6. Kegiatan pemasaran daya jalan secara multilevel dan secara aliansi kemitraan daya travel wisata dalam dan luar negeri.

(15)

II-

15 7. Peran serta aktif serta partisipasi masyarakat melalui

kesempatan berusaha, lapangan kerja baru akan turut membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

8. Peran LITBANG Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah oleh penataan lingkungan, sosial – ekonomi, sosial – budaya pada kawasan ODTW akan mampu terus mendorong pertumbuhan pariwisata di daerah ini.

2.5.5. Identifikasi Faktor Tantangan Kedepan

Hal – hal yang patut menjadi perhatian dalam mempertahankan dan mengembangkan nilai – nilai yang dapat mendorong penjualan ODTW adalah sebagai berikut :

1. Perlu diupayakan temu kenali pengembangan ODTW, sehingga segera dilaksanakan investarisasi terhadap potensi ODTW secara bertahap sesuai dengan skala prioritas, dapat dipersaingkan, kebijaksanaan pengembangan, ketersediaan, dana dan tenaga pendukung.

2. Mengoptimalkan fungsi ODTW, sehingga perlu diupayakan pendidikan kejuruan tenaga kepariwisataan.

3. Menjalin kerjasama aliansi kemitraan strategi antara pemerintah Kabupaten Buton Tengah, swasta / pengusaha / pembisnis, akademisi, dan masyarakat yang terus mendorong percepatan penyembangan kegiatan kepariwisataan.

4. Bagi ODTW yang telah ditemu kenali segera dibenahi aksebilitasnya, prasarana dan sarana dasar wilayahnya, dan utilitas / fasilitas pendukungnya.

5. Penyembangan ODTW sebagai subsistem dari pengembangan sektor pariwisata daerah dan pengembangan ruang wilayah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebesar – besarnya kesejahteraan rakyat Buton Tengah.

(16)

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025

II-

16 Oleh sebab itu, pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah harus bekerja keras untuk mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantaunan dan evaluasi pengendalian kegiatan pembangunan dan pengembangan pada sektor Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah.

Gambar

Gambar 2.1 Keseimbangan azas dan tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata  Kabupaten Buton Tengah dalam penataan ruang yang selaras dan harmonis
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Penyusunan RIPPARDA  Kabupaten Buton Tengah
Gambar : 2.3. Sistem RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi  Tenggara
Gambar 2.4 Permasalahan yang dihadapi didalam pengelolaan  pengusaha pariwisata alam.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak Paper hal : 33-34 dan Abstrak Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinis VI.. Isolasi Senyawa Antibiotika Jamur

Analisa pemilihan skim pembiayaan pembangunan kapal dengan metode Fuzzy MCDM dapat digunakan untuk memecahkan persoalan keputusan dalam struktur informasi yang

KLASI+IKASI SALRAN TRANSMISI ,ER-ASARKAN TEGANGAN /ransmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran

Skripsi berjudul Penerapan Laporan Biaya Kualitas Terhadap Kualitas Produk (Studi Kasus Pada UD. Dua Dewi Keripik Nangka Q-Ecco di Puger), telah diuji dan disahkan

Antaranya ialah keputusan Muzakarah pada tahun 2011 yang menetapkan: “Alkohol yang diperoleh bukan melalui proses pembuatan arak hukumnya tidak najis, tetapi haram (tidak boleh)

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menolak guga-tan Direktur PT Genta Sandi yang diwakili direkturnya Drs Dolokanta terhadap Kepala BPN (tergugat I), Kepala