• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Paracetamol Dalam Urin I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Paracetamol Dalam Urin I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Tujuan Tujuan PercobaanPercobaan 1.

1. Dapat meDapat memahami langmahami langkah-langkah kah-langkah analisa analisa parasetamol dparasetamol dalam cupalam cuplikan urin.likan urin. 2.

2. Dapat Dapat melakukan melakukan analisa analisa parasetamol parasetamol dalam cupdalam cuplikan urin.likan urin. 3.

3. Memahami proses Memahami proses ADME ADME ( ( Absorpsi,Distribusi,MeAbsorpsi,Distribusi,Metabolisme,Eliminasi )tabolisme,Eliminasi ) parasetamol

parasetamol 4.

4. Mengetahui Mengetahui nilai nilai parameter parameter farmakokinetik farmakokinetik paracetamol.paracetamol.

1.2

1.2 Dasar Dasar TeoriTeori A. Parasetamol A. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah

Parasetamol atau asetaminofen adalah obatobat analgesik analgesik dandan antipiretik antipiretik yangyang populer dan digunakan untuk

populer dan digunakan untuk melegakanmelegakan sakit kepala,sakit kepala, sengal-sengasengal-sengal dan l dan sakit ringan,sakit ringan, dan

dan demam.demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obatDigunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik analgesik salesmasalesma dandan flu.flu. IaIa aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

atau tidak sengaja sering terjadi.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirinaspirin dandan ibuprofen,ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis

obat jenis NSAID.NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaanDalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan

dalam perut atau mengganggu gumpalan darah,darah, ginjalginjal atauatau duktus arteriosusduktus arteriosus padapada  janin.

 janin.

Farmakokinetik Farmakokinetik

Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30

kadar serum puncak dalam waktu 30  –  – 120 menit. Adanya makanan dalam lambung120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma.

kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. Waktu paruh

Waktu paruh parasetamol aparasetamol adalah dalah antara 1antara 1 –  – 3 jam. Parasetamol diekskresikan3 jam. Parasetamol diekskresikan melalui urin

melalui urine e sebagai sebagai metabolitnya, metabolitnya, yaitu yaitu asetaminofen asetaminofen glukoronid, glukoronid, asetaminofenasetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.

sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.

Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi. sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan

(2)

hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar

parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.dalam bentuk terkonjugasi.

B.

B. Analisis Analisis ParasetamolParasetamol

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil pengukuranpengukuran kadar obat utuh dan / atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva atau kadar obat utuh dan / atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva atau cairan tubuh lainnya). Oleh karena itu agar nilai-nilai parameter kinetik obat dapat cairan tubuh lainnya). Oleh karena itu agar nilai-nilai parameter kinetik obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria yaitu meliputi dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria yaitu meliputi perolehan kembali (recovery), presisi dan akurasi. Persyaratan yang dituntut bagi perolehan kembali (recovery), presisi dan akurasi. Persyaratan yang dituntut bagi suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari 10%.

10%.

Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya tergantung pula dari alat

tergantung pula dari alat pengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukanpengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah-lang

langkah-langkah yang perlu kah yang perlu dikerjakan untuk optimalisasi analisis dikerjakan untuk optimalisasi analisis meliputi:meliputi: 1.

1. Penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetapPenentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi warna).

(khusus untuk reaksi warna). 2.

2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapanPenetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan maksimum (parasetamol).

maksimum (parasetamol). 3.

3. Pembuatan kurva baku (parasetamol).Pembuatan kurva baku (parasetamol). 4.

4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahanPerhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistematik.

sistematik.

Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan. aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan. Ketersediaan hayati obat yang diformulasi menjadi

Ketersediaan hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagiansediaan farmasi merupakan bagian dari salah satu tujuan

dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifanrancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat tersebut. Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat tersebut. Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari

profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan.obat yang diberikan.

Konsentrasi puncak (Cmax), menggambarkan konsentrasi obat tertinggi

Konsentrasi puncak (Cmax), menggambarkan konsentrasi obat tertinggi dalamdalam sirkulasi sistemik. Konsentrasi ini tergantung pada konstanta absorbsi, dosis, volume sirkulasi sistemik. Konsentrasi ini tergantung pada konstanta absorbsi, dosis, volume distribusi dan waktu pencapaian konsentrasi obat maksimum dalam darah. distribusi dan waktu pencapaian konsentrasi obat maksimum dalam darah.

(3)

Konsentrasi puncak sering kali dikaitkan dengan intensitas respon biologis dan harus Konsentrasi puncak sering kali dikaitkan dengan intensitas respon biologis dan harus di atas MEC dan tidak melebihi MTC. Waktu untuk konsentrasi puncak (tmax) di atas MEC dan tidak melebihi MTC. Waktu untuk konsentrasi puncak (tmax) menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak dari menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak dari obat sirkulasi sistemik. Parameter ini tergantung pada konstanta absorbs yang obat sirkulasi sistemik. Parameter ini tergantung pada konstanta absorbs yang menggambar

menggambarkan permulaan dari level kan permulaan dari level puncak dari respon biologis dan bias puncak dari respon biologis dan bias digunakandigunakan sebagai perkiraan kasar untuk laju absorbsi. Luas daerah di bawah kurva (AUC), sebagai perkiraan kasar untuk laju absorbsi. Luas daerah di bawah kurva (AUC), merupakan total area di bawah kurva konsentrasi vs waktu yang menggambarkan merupakan total area di bawah kurva konsentrasi vs waktu yang menggambarkan perkiraan jumlah obat yang berada dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan perkiraan jumlah obat yang berada dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan suatu formulasi untuk acuan, parameter ini menggambarkan jumlah ketersediaan suatu formulasi untuk acuan, parameter ini menggambarkan jumlah ketersediaan hayati dan biasa digunakan sebagai perkiraan kasar jumlah obat diabsorbsi. hayati dan biasa digunakan sebagai perkiraan kasar jumlah obat diabsorbsi. Ketersediaan hayati merupakan suatu penerapan baru yang kegunaannya tidak perlu Ketersediaan hayati merupakan suatu penerapan baru yang kegunaannya tidak perlu diragukan lagi. Penerapan ketersediaan hayati berkembang dalam dua arah,

diragukan lagi. Penerapan ketersediaan hayati berkembang dalam dua arah, yaitu:yaitu: 1.

1. Farmasi klinik yang berkaitan dengan rasionalisasi keadaan individuFarmasi klinik yang berkaitan dengan rasionalisasi keadaan individu penderita, artinya penyesuaian pasologi yang tepat pada setiap penderita, penderita, artinya penyesuaian pasologi yang tepat pada setiap penderita, dengan mempertimbangkan perubahan farmakokinetika in vivo, baik karena dengan mempertimbangkan perubahan farmakokinetika in vivo, baik karena interaksi obat maupun karena fungsi f

interaksi obat maupun karena fungsi fisiolagi.isiolagi. 2.

2. Farmasetika yang berkaitan dengan rasionalisasi pengembangan suatu obat,Farmasetika yang berkaitan dengan rasionalisasi pengembangan suatu obat, yaitu penyesuaian optimal jalur pemberian obat dan bentuk sediaan terhadap yaitu penyesuaian optimal jalur pemberian obat dan bentuk sediaan terhadap karakteristik farmakokinetika zat aktif.

karakteristik farmakokinetika zat aktif.

Kedua arah pengembangan tersebut tercakup dalam lingkup penelitian Kedua arah pengembangan tersebut tercakup dalam lingkup penelitian biofarmasetika dan berkaitan dengan penyesuaian pada kurva profil kadar zat aktif  biofarmasetika dan berkaitan dengan penyesuaian pada kurva profil kadar zat aktif  dalam darah penderita dan efek yang diteliti.

dalam darah penderita dan efek yang diteliti. Data ketersediaan hayati

Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan:digunakan untuk menentukan: 1.

1. BanyaknyBanyaknya obat a obat yang diabsorbsi dari formulasi sediaan.yang diabsorbsi dari formulasi sediaan. 2.

2. Kecapatan obat yang diabsorbsi.Kecapatan obat yang diabsorbsi. 3.

3. Lama obat berada dalam cairan biologi Lama obat berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan denganatau jaringan dan dikorelasikan dengan respon pasien.

respon pasien. 4.

4. Hubungan antara kadar obat dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.Hubungan antara kadar obat dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas. Metode penilaian ketersediaan hayati.

Metode penilaian ketersediaan hayati.

Penelitian ketersediaan hayati pada sukarelawan dapat dilakukan dengan Penelitian ketersediaan hayati pada sukarelawan dapat dilakukan dengan beberapa metode:

beberapa metode:

 Metode dengan menggunakan data darahMetode dengan menggunakan data darah 

(4)

 Data efek farmakologisData efek farmakologis 

 Data respon klinisData respon klinis

Pemilihan metode bergantung pada tujuan studi, metode analisis untuk  Pemilihan metode bergantung pada tujuan studi, metode analisis untuk  penetapan kadar obat dan sifat produk obat. Data d

penetapan kadar obat dan sifat produk obat. Data darah dan data urin lazim arah dan data urin lazim digunakandigunakan untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiat untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiat telah diketahui cara dann validitasnya. Jika cara dan validitasnya belum diketahui telah diketahui cara dann validitasnya. Jika cara dan validitasnya belum diketahui dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif, seperti efek pada kecepata denyut jantung atau tekanan diukur secara kuantitatif, seperti efek pada kecepata denyut jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan sebagai indeks ketersediaan hayati obat. Untuk evaluasi darah yang dapat digunakan sebagai indeks ketersediaan hayati obat. Untuk evaluasi ketersediaan hayati menggunakan data respon klinis

ketersediaan hayati menggunakan data respon klinis dapat mengalami perbedaan antardapat mengalami perbedaan antar individu akibat farkokinetika dan farmakodinamik obat yang berbeda. Factor individu akibat farkokinetika dan farmakodinamik obat yang berbeda. Factor farmakodinamik yang berpengaruh meliputi: umur, toleransi obat, interaksi obat dan farmakodinamik yang berpengaruh meliputi: umur, toleransi obat, interaksi obat dan factor-faktor patofisiologik yang tidak diketahui.

factor-faktor patofisiologik yang tidak diketahui.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati oabat yang digunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati oabat yang digunakan secara oral:

secara oral: 1)

1) Sifat fisikokimia zat aktif.Sifat fisikokimia zat aktif. A.

A. Bentuk isomer; alkaloid-alkaloid dan steroid-steroid terdapat dalamBentuk isomer; alkaloid-alkaloid dan steroid-steroid terdapat dalam bentuk isomer, seperti misalnya isomer d atau l. seringkali yang aktif  bentuk isomer, seperti misalnya isomer d atau l. seringkali yang aktif  atau diaktif hanya salah satu saja, misalnya d-etambutol,

atau diaktif hanya salah satu saja, misalnya d-etambutol, d-propoksipen,d-propoksipen, d-amfetamin, l-kloramfenikol.

d-amfetamin, l-kloramfenikol. B.

B. Polimorfisme; bentuk kristal yang kurang stabil lebih mudah larut danPolimorfisme; bentuk kristal yang kurang stabil lebih mudah larut dan kemudian cepat terabsorbsi daripada bentuk kristalnya yang stabil, kemudian cepat terabsorbsi daripada bentuk kristalnya yang stabil, misak kloramfenikol mempunyai 2 bentuk polimorf A dan B; kristal misak kloramfenikol mempunyai 2 bentuk polimorf A dan B; kristal bentuk A bersifat tidak aktif.

bentuk A bersifat tidak aktif. C.

C. Ukuran partikel; bila ukuran partikel lebih kecil maka luas permukaanUkuran partikel; bila ukuran partikel lebih kecil maka luas permukaan akan besar sehingga obat

akan besar sehingga obat –  – obat akan cepat melarut dan diabsorbsi.obat akan cepat melarut dan diabsorbsi. D.

D. Hidrat dan solvate; kadangHidrat dan solvate; kadang  –  –  kadang beberapa bahan obat cenderungkadang beberapa bahan obat cenderung untuk mengikat beberapa molekul pelarut. Ikatan ini disebut solvate, untuk mengikat beberapa molekul pelarut. Ikatan ini disebut solvate, dan kalau pelarutnya adalah air maka ikatan ini disebut hidrat. dan kalau pelarutnya adalah air maka ikatan ini disebut hidrat. Ampisilin anhidrat lebih mudah larut dibandingkan ampisilin trihidrat, Ampisilin anhidrat lebih mudah larut dibandingkan ampisilin trihidrat, sehingga pemakaian peroral akan memberiakan blood level

sehingga pemakaian peroral akan memberiakan blood level yang tinggi.yang tinggi. E.

E. Bentuk garam, ester dan lainnya; gugusan estolat dari eritromisin Bentuk garam, ester dan lainnya; gugusan estolat dari eritromisin estolatestolat dapat menyebabkan hepatotoksisitas, sedangkan stearatnya tidak. Tapi dapat menyebabkan hepatotoksisitas, sedangkan stearatnya tidak. Tapi

(5)

sifat fisik eritromisin mempersulit pengisian dalam jumlah yang cukup sifat fisik eritromisin mempersulit pengisian dalam jumlah yang cukup ke dalam kapsul yang berukuran wajar. Pemadatan yang tidak tepat ke dalam kapsul yang berukuran wajar. Pemadatan yang tidak tepat atasatas bahan baku ini sebaliknya dapat menimbulkan persoalan disolusi dan bahan baku ini sebaliknya dapat menimbulkan persoalan disolusi dan ketersediaan hayati.

ketersediaan hayati. F.

F. Kemurnian; bahan baku penisilin yang tidak murni bias mengandungKemurnian; bahan baku penisilin yang tidak murni bias mengandung mikrokontaminan berupa hasil degradasi penisilin sendiri bahkan mikrokontaminan berupa hasil degradasi penisilin sendiri bahkan inferior ini yang dapat menyebabkan alergi. Namun meskipun telah inferior ini yang dapat menyebabkan alergi. Namun meskipun telah menggunakan bahan

menggunakan bahan –  – bahan baku murni jika cara dan kondisi produksibahan baku murni jika cara dan kondisi produksi dalam hal ini kebersihan,temperature, dan kelembapan kurang baik, dalam hal ini kebersihan,temperature, dan kelembapan kurang baik, bahan penisilin akan menimbulkan efek samping yang sama. bahan penisilin akan menimbulkan efek samping yang sama. Bahan

Bahan  –  –  bahan pembantu; banyak obatbahan pembantu; banyak obat  –  –  obatan dimana pengaruhobatan dimana pengaruh bahan

bahan –  – bahan pembantu dapat merubah secara drastic pola absorbsinyabahan pembantu dapat merubah secara drastic pola absorbsinya dan oleh karena itu efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh, dan oleh karena itu efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh, seperti meningkatnya toksisitas fenitoin setelah bahan pembantu yang seperti meningkatnya toksisitas fenitoin setelah bahan pembantu yang semula dipakai CaSO4 diganti dengan laktosa.

semula dipakai CaSO4 diganti dengan laktosa. 2) Cara

2) Cara –  – cara prosesingcara prosesing

A.

A. Formulasi obat yang sudah baik dalam Formulasi obat yang sudah baik dalam suatu pabrik bisa samasuatu pabrik bisa sama sekali berubah bila dibuat oleh pabrik lain dengan sekali berubah bila dibuat oleh pabrik lain dengan menggunakan alat

menggunakan alat  –  –  alat yang berbeda. Hal ini menjadialat yang berbeda. Hal ini menjadi masalah kritis apabila digunakan untuk memproduksi tablet masalah kritis apabila digunakan untuk memproduksi tablet  –  –  tablet dengan kadar zat khasiat yang rendah seperti digoksin tablet dengan kadar zat khasiat yang rendah seperti digoksin 0,25 mg/tablet 200 mg.

0,25 mg/tablet 200 mg. B.

B. Ruangan dan kondisiRuangan dan kondisi –  – kondisinya ( temperature, kelembaban,kondisinya ( temperature, kelembaban, penerangan, dan sebagainya ) yang memenuhi syarat. penerangan, dan sebagainya ) yang memenuhi syarat. Misalnya pada pembuatan sediaan tetrasiklin

Misalnya pada pembuatan sediaan tetrasiklin yang merupakanyang merupakan bahan baku yang kurang stabil pada kondisi tertentu sehingga bahan baku yang kurang stabil pada kondisi tertentu sehingga dapat mengakibatkan penguraian tetrasiklin menjadi nonaktif, dapat mengakibatkan penguraian tetrasiklin menjadi nonaktif, hepatotoksik, dan nefrotoksik.

hepatotoksik, dan nefrotoksik. C.

C. TenagaTenaga –  – tenaga yang kompeten.tenaga yang kompeten. D.

D. Dikerjakan dengan system produksi dan system control yangDikerjakan dengan system produksi dan system control yang baik. Dalam hal ini persyaratan

baik. Dalam hal ini persyaratan  –  –  persyaratan Goodpersyaratan Good Manufacturing Practices ( GMP )

(6)

BAB II BAB II

METODE KERJA METODE KERJA

2.1.

2.1. Alat Alat dan dan BahanBahan A. A. Alat Alat :: · Spektrofotometer · Spektrofotometer · Botol · Botol ·

· Pipet Pipet ukurukur ·

· Tabung Tabung reaksireaksi ·

· Rak Rak tabungtabung ·

· Beaker Beaker glassglass · Pipet

· Pipet ·

· Sarung Sarung tangantangan · Masker · Masker · Sentrifus · Sentrifus B. B. Bahan Bahan :: · Paracetamol · Paracetamol · Urin · Urin · · HCL HCL 4 4 MM · Air · Air 2.2.

2.2. Metode Metode KerjaKerja A.

A. Pemberian Pemberian Paracetamol Paracetamol dengan dengan Pengumpulan Pengumpulan UrinUrin

Cuplikan urin harus dikumpulkan selama waktu 6 jam. Probandus dapat Cuplikan urin harus dikumpulkan selama waktu 6 jam. Probandus dapat meminum obat dan dapat

(7)

Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 4

Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 400C tanpa penguraianC tanpa penguraian yang berarti.

yang berarti. 1.

1. Untuk menjaga aliran urin, subjek harus minum 200 ml air setelah 30Untuk menjaga aliran urin, subjek harus minum 200 ml air setelah 30 menit. Cuplikan ini

menit. Cuplikan ini digunakan sebagai blanko, catat volumenya.digunakan sebagai blanko, catat volumenya. 2.

2. Paracetamol 500 mg diminum dengan 200 ml air Paracetamol 500 mg diminum dengan 200 ml air dan waktu mulai dicatat.dan waktu mulai dicatat. Ini adalah waktu jam ke nol.

Ini adalah waktu jam ke nol. 3.

3. Setelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urinSetelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urin diukur dan dicatat serta ditandai. Ambil kurang lebih 15 ml. Probandus diukur dan dicatat serta ditandai. Ambil kurang lebih 15 ml. Probandus minum 200 ml air.

minum 200 ml air. 4.

4. Prosedur yang sama (seperti angka 3) diulang dengan interval waktu:Prosedur yang sama (seperti angka 3) diulang dengan interval waktu: 2,3,4,5 dan 6 jam.

2,3,4,5 dan 6 jam.

B.

B. Analisis Analisis Cuplikan Cuplikan Paracetamol Paracetamol Total Total dalam dalam UrinUrin 1.

1. Tentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing-masingTentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing-masing interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk  interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk  penetapan kadarnya:

penetapan kadarnya:

 Ambil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalamAmbil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam

tabung reaksi. tabung reaksi.

 Cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadestcampurCukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadestcampur

homogen. homogen.

 Lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm.Lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm. 

 Lakukan Triplo.Lakukan Triplo.

2.

(8)

BAB III BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data

IV.1 Data PengamatanPengamatan Waktu Waktu interval interval (jam) (jam) Vu Vu (mL) (mL) Cu Cu (mg/mL) (mg/mL) Du Du (mg) (mg) Du

Dukumkum u˜u˜-Du-Dukumkum Ln(Du˜

Ln(Du˜--Du Dukumkum)) 0-8,5 0-8,5 80 80 0,0726 0,0726 5,808 5,808 5,808 5,808 8,839 8,839 2,17922,1792 8,5-9,5 8,5-9,5 50 50 0,0637 0,0637 3,185 3,185 8,993 8,993 5,654 5,654 1,73241,7324 9,5-10,5 9,5-10,5 50 50 0,0645 0,0645 3,225 3,225 12,218 12,218 2,429 2,429 0,88750,8875 10,5-11,5 10,5-11,5 100 100 0,0119 0,0119 1,19 1,19 13,408 13,408 1,239 1,239 0,21430,2143 11,5-12,5 11,5-12,5 70 70 0,0049 0,0049 0,343 0,343 13,751 13,751 0,896 0,896 -0,1098-0,1098 12,5-13,5 12,5-13,5 70 70 0,0128 0,0128 0,896 0,896 14,647 14,647 0 0

--Nilai Serapan Sampel Nilai Serapan Sampel

Sampel A Sampel Aoo 1 1,421 1 1,421 2 1,247 2 1,247 3 1,264 3 1,264 4 0,242 4 0,242 5 0,108 5 0,108 6 0,259 6 0,259

Tabel Regresi Linear Tabel Regresi Linear X= Waktu interval

X= Waktu interval (jam)

(jam) Y= Ln(Du˜-DuY= Ln(Du˜-Dukumkum))

8,5 2,1792 8,5 2,1792 9,5 1,7324 9,5 1,7324 10,5 0,8875 10,5 0,8875 11,5 0,2143 11,5 0,2143 12,5 -0,1098 12,5 -0,1098

(9)

IV.2 Perhitungan IV.2 Perhitungan X = Cu = X = Cu = X X11= = = = 72,636772,6367 X X22= = = = 63,672363,6723 X X33= = = = 64,548164,5481 X X44= = = = 11,894811,8948 X X55= = = = 4,99124,9912 X X66= = = = 12,770712,7707 Regresi: Regresi: b = -0,60961 b = -0,60961 k  k elel= = - (-0,60- (-0,60961) = 961) = 0,609610,60961 tt1/21/2= = = = 1,13681,1368 IV.2 Pembahasan IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami

Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam urin. Sebelummelakukan uji analisis parasetamol dalam urin. Sebelum meminum paracetamol probandus berpua

meminum paracetamol probandus berpuasa selama 6 jam. sa selama 6 jam. Hal ini dilakukan agar parasetamolHal ini dilakukan agar parasetamol yang diberikan secara oral

yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak, adanyaserum puncak, adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat.Menggu

lambat.Menggunakan larutan parasetamol dengan konsentrasi larutan nakan larutan parasetamol dengan konsentrasi larutan induk 0,01 mg/ml.induk 0,01 mg/ml. Konsentrasi yang telah

Konsentrasi yang telah dibuat diukur dibuat diukur serapannya menggunakserapannya menggunakan spektrofotometer.an spektrofotometer. Setelah perlakuan di atas,

Setelah perlakuan di atas, sampel diambil untuk diukur sampel diambil untuk diukur serapannya pada spektrofotometerserapannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimu

dengan panjang gelombang maksimum 252 nm. m 252 nm. Hasil nilai serapan tersebut dimasukkanHasil nilai serapan tersebut dimasukkan dalam rumus regresi linear y = bx + a , dimana

dalam rumus regresi linear y = bx + a , dimana y adalah nilai serapan dan nilai x yangy adalah nilai serapan dan nilai x yang diperoleh adalah konsentrasi paracetam

diperoleh adalah konsentrasi paracetamol dalam urin ol dalam urin (mg/mL). Dari nilai (mg/mL). Dari nilai x tersebutx tersebut ditentukan nilai Ln(Du˜

ditentukan nilai Ln(Du˜-Du-Dukumkum) kemudian dimasukkan dalam grafik regresi linear antara) kemudian dimasukkan dalam grafik regresi linear antara

waktu dan Ln(Du˜

waktu dan Ln(Du˜-Du-Dukumkum). Dari hasil ). Dari hasil perhitungan regresi yang diperoleh, didapatkan nilai b =perhitungan regresi yang diperoleh, didapatkan nilai b =

-0,60961 untuk dihitung nilai t

-0,60961 untuk dihitung nilai t1/21/2dan diperoleh sebesar 1,1368 jam. Hasil dan diperoleh sebesar 1,1368 jam. Hasil tersebut memenuhitersebut memenuhi

syarat t

syarat t1/21/2untuk paracetamol yaitu 1-3 jam. Waktu paruh sangat penting untuk untuk paracetamol yaitu 1-3 jam. Waktu paruh sangat penting untuk menentukanmenentukan

interval dosis interval dosis

(10)

BAB IV BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN

1.

1. Konstanta Konstanta eliminasi eliminasi menunjukkan menunjukkan kecepatan kecepatan eliminasi eliminasi obat obat dalam dalam tubuh.tubuh. 2.

2. Waktu Waktu paruh paruh adalah adalah waktu waktu yang yang dibutuhkan dibutuhkan untuk untuk mengeliminasmengeliminasi i obat obat dari dari tubuh.tubuh. 3.

3. Waktu Waktu paruh paruh dan dan kecepatan kecepatan eliminasi eliminasi dapat dapat ditentukan ditentukan dengan dengan mengetahuimengetahui konsentrasi obat dalam urin (cairan biologis)

(11)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011.

Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011. Penuntun PraktikumPenuntun Praktikum Farmakokinetik 

Farmakokinetik . Bogor: Universitas Pakuan. Bogor: Universitas Pakuan Isselbacher, dkk.,

Isselbacher, dkk., Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit DalamPrinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: penerbit Buku. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran.

Kedokteran.

Shargel Leon, Yu Andrew B.C. 2005.

Shargel Leon, Yu Andrew B.C. 2005. Biofarmasetika dan Farma Biofarmasetika dan Farmakokinetik Edisikokinetik Edisi ke-2

ke-2. Airlangga University Press.. Airlangga University Press.

Analisis Parasetamol Total dalam Cuplikan Urin

Analisis Parasetamol Total dalam Cuplikan Urin

Prinsip penetapan kadar parasetamol dalam urin: Prinsip penetapan kadar parasetamol dalam urin: Parasetamol dihidrolisis dengan HCl pekat

Parasetamol dihidrolisis dengan HCl pekat dengan bantuan pemanasan, menjadidengan bantuan pemanasan, menjadi paraaminofenol dan asam asetat yang direaksikan dengan pereaksi warna sehingga paraaminofenol dan asam asetat yang direaksikan dengan pereaksi warna sehingga

membentuk kompleks warna, dimana senyawa kompleks tersebut diukur serapannya pada membentuk kompleks warna, dimana senyawa kompleks tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 630nm..

panjang gelombang 630nm..

Tujuan penambahan HCl pekat: Tujuan penambahan HCl pekat:

Untuk membuat suasana menjadi asam dan

Untuk membuat suasana menjadi asam dan menghidrolisis parasetamol menjadimenghidrolisis parasetamol menjadi paraaminofenol dan asam asetat.

paraaminofenol dan asam asetat. Reaksi:

(12)

Uji kualitatif metabolit parasetamol dalam urin: Uji kualitatif metabolit parasetamol dalam urin: 1. Uji naftoresorsinol unutk konjugat glukuronida. 1. Uji naftoresorsinol unutk konjugat glukuronida. Didihkan selama 3 menit dalam lemari

Didihkan selama 3 menit dalam lemari asam, 0,5ml urin + asam, 0,5ml urin + naftoresorsinol padat 2mg +HClnaftoresorsinol padat 2mg +HCl pekat 1ml -> dinginkan. Tambah 3ml

pekat 1ml -> dinginkan. Tambah 3ml etil asetat -> etil asetat -> kocok homogen. Warna ungu dalamkocok homogen. Warna ungu dalam lapisan organik -> (+) asam

lapisan organik -> (+) asam glukuronat.glukuronat. 2. Uji Barium Klorida untuk konjugat sulfat. 2. Uji Barium Klorida untuk konjugat sulfat. Atur PH urin

Atur PH urin 0,5ml ->PH 4-6. tambahkan 2ml BaCl 0,5ml ->PH 4-6. tambahkan 2ml BaCl 2%. BaSO4 mengendap, yang terbentuk 2%. BaSO4 mengendap, yang terbentuk  dari sulfat anorganik lalu disentrifugasi ->

dari sulfat anorganik lalu disentrifugasi -> ambil beningannnya dan tambah 2 tetes HCl ambil beningannnya dan tambah 2 tetes HCl pekat,pekat, didihkan dalam lemari asam

didihkan dalam lemari asam selama 3 menit. selama 3 menit. Endapan/kekeEndapan/kekeruhan menunjukkan positif ruhan menunjukkan positif  adanya konjugat sulfat.

adanya konjugat sulfat. 3. Uji Besii (III)

3. Uji Besii (III) Klorida untuk fenol.Klorida untuk fenol. Urin 0,5ml dengan PH 7,

Urin 0,5ml dengan PH 7, tambah beberapa tetes FeCl3 2%. Beberapa tetes pertamatambah beberapa tetes FeCl3 2%. Beberapa tetes pertama membentuk endapa

membentuk endapan Besi (n Besi (III) Fosfat yang dapat disentrifugasi bila perlu. III) Fosfat yang dapat disentrifugasi bila perlu. PenambahaPenambahann tetesan FeCl3 selanjutnya menghasilkan warna ungu/hijau maka (+)

tetesan FeCl3 selanjutnya menghasilkan warna ungu/hijau maka (+) adanya fenol dalamadanya fenol dalam urin..

Gambar

Tabel Regresi LinearTabel Regresi Linear X= Waktu interval

Referensi

Dokumen terkait

(Simbol yang lainnya dijelaskan dalam naskah) Evaluasi harga luas di bawah kurva (AUC 0- ∞ ) setelah pemberian masing-masing sediaan memperlihatkan bahwa pemberian ketoprofen

Kompetensi Pembelajaran Materi Pembelajaran Kegiatan Penilaian Waktu Sumber Belajar.. 1.3 Menggunakan in- tegral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volum

pengembangan metode Spektrofotometri ultraviolet yang telah dipaparkan sebelumnya secara Luas Area Dibawah Kurva AUC untuk penetapan kadar campuran kloramfenikol dan

1.3 Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volum benda putar..  Menghitung luas suatu daerah ang dibatasi oelh kurva dan sumbu-sumbu pada

Linearitas metode analisis PAH dalam sedimen dengan GC-FID ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara luas area pada sumbu y dan konsentrasi standar

Selanjutnya dilakuan analisis sampel campuran parasetamol.Waktu retensi yang dihasilkan pada peak 1 adalah 1.72 menit dengan luas area di bawah kurva 3.232 (mAU*min) dan peak 2

Salah satu aplikasi dari integral tertentu adalah menghitung luas daerah di bawah kurva atau di antara kurva1. Suatu daerah di bawah kurva dapat dihitung menggunakan integral

Kurva kalibrasi ranitidin hidroklorida pembanding dalam pelarut aquadestilata dengan metode luas daerah di bawah kurva Pada penetapan kadar sampel ranitidin hidroklorida tablet dengan