• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesor Akuntansi Manajemen Ini Juga Tekuni Dunia Seni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profesor Akuntansi Manajemen Ini Juga Tekuni Dunia Seni"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Profesor Akuntansi Manajemen

Ini Juga Tekuni Dunia Seni

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga patut berbangga memiliki

guru besar yang handal di bidangnya sekaligus memiliki perhatian terhadap seni budaya. Profesor tersebut adalah Prof. Dr. Bambang Tjahjadi, SE., MBA., Ak., yang merupakan Guru Besar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR.

Merunut riwayat pendidikannya, Bambang menyelesaikan studi S-1 di Universitas Airlangga pada tahun 1979. Usai menempuh sarjana, ia kemudian melanjutkan studi master di Master of Business Administration (MBA), Western Carolina University, North Carolina, Amerika Serikat pada tahun 1991.

“Pada tahun yang sama dan di kampus yang sama pula saya juga menyelesaikan Project Management (MPM) Certification,” terangnya.

Berkat studi Akuntansi di program sarjana dan bisnis di program master, ia semakin mendalami keilmuan yang berkaitan Akuntansi Manajemen. Dosen kelahiran Probolinggo kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Ilmu Ekonomi UNAIR pada tahun 2004.

“Tidak hanya pendidikan formal, saya juga menempuh pendidikan profesi. Pada tahun 2009, saya mendapat Certified Professional Marketer (CPM)-Asia Pacific dan di tahun 2011 saya lanjut menempuh Certified Management Accountant (CMA),” jelas lelaki kelahiran 4 Februari 1957.

Kini, Bambang tak hanya sibuk menjadi dosen. Ia juga kerap ditunjuk sebagai konsultan dan fasilitator di berbagai lokakarya yang berkaitan dengan Strategic Management, Balanced Scorecard, Performance Management, Cost Management, Management Accounting, Certified Management Accounting (CMA-Australia).

(2)

Baginya, ilmu Akuntansi dan Manajemen adalah rumpun keilmuan yang erat dan saling membantu.

“Ilmu Akuntansi Manajemen merupakan bidang akuntansi yang memberikan informasi kepada manajemen untuk perencanaan pengendalian dan untuk meningkatkan nilai sebuah perusahaan,” paparnya.

Selain berkiprah pada ranah keilmuan akuntansi manajemen, Bambang juga giat dalam bidang pemerhati dan penggiat budaya batik, wayang, dan keris. Bahkan ia sering menggelar berbagai acara yang mengangkat nuansa seni.

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S

Fisioterapis Khabib Abdullah

Lulus Terbaik S-2 FK

UNAIR – Fisioterapis Rumah Sakit Siloam Surabaya ini, Khabib

Abdullah, M.Ikor, menjadi wisudawan terbaik jenjang S-2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ia lulus dari program studi Ilmu Kesehatan Olahraga FK UNAIr, dan meraih IPK nyaris sempurna yaitu 3,98, seusai mempertahankan tesisnya bertajuk “Pengaruh Stimulasi Somatosensorik pada Kaki terhadap Perubahan Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Lansia”.

Sebagai fisioterapis, ia mendapat inspirasi untuk melakukan penelitian itu usai mengobati pasien stroke. Ia lantas mengaplikasikan metode yang bernama simulasi somatosensorik kaki pada seorang lansia. Selama ini, lansia kurang aktif

(3)

dalam bergerak, sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan. Pernyataan tersebut ia dapat setelah melakukan penelitian di panti werdha.

“Selama ini, latihan keseimbangan berfokus pada kekuatan otot seperti latihan senam, tetapi ada unsur sensoris yang belum tersentuh. Sensoris yang dimaksud adalah visual (mata), vestibular (telinga), dan somatosensorik (kaki). Karena mata dan telinga tidak bisa diintervensi oleh fisioterapi maka stimulasi somatosensorik dipilih sebagai modalitas stimulan keseimbangan,” tutur Khabib.

Meski Khabib sibuk melakoni rutinitas pekerjaan sebagai fisioterapis dan mahasiswa magister pada saat itu, pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, itu tak melupakan kegemarannya sejak duduk di bangku SMP. Apa itu? Ia aktif bermain musik dengan menciptakan lagu-lagu dan membentuk grup musik bersama kawan-kawannya.

“Saat SMP tahun 1997, terinspirasi oleh Dewa 19, saya mulai belajar gitar, dan drum dengan mukul-mukul panci dan bantal. Kalau ada lagu, saya selalu membayangkan bagaimana cara main drum-nya. Dari situ, saya mulai membuat lagu sendiri, inspirasi tetap ke Dewa 19 dan Ahmad Dhani. Lagu pertama tercipta waktu SMP,” tutur pria kelahiran 1984 ini.

Ketika duduk di bangku SMA, ia mulai membentuk grup musik bernama Satisfy. Grupnya bertahan sampai ia kuliah di Surakarta. Ketika tahun 2006, ia memutuskan bekerja di Surabaya dan grup musiknya bubar seketika. Meski grup musiknya bubar, selama di Surabaya ia masih aktif menulis lagu. Tahun 2012, ia menemukan lowongan di salah satu studio rekaman yang membutuhkan tenaga untuk mengaransemen lagu.

“Akhirnya saya coba dan hasilnya bagus. Lalu, saya rekam enam lagu-lagu saya. Di album “Summer Hymn” ini saya bertugas sebagai produser, gitaris, vokalis, dan pemain bass. Sisanya, diisi operator studio. Tahun 2014, saya mengikutkan produksi

(4)

rekaman saya ke kompetisi regional Jawa Timur, dan meraih posisi terbaik ketiga sebagai pencipta lagu terbaik,” tutur Khabib. (*)

Pnulis: Defrina Sukma Editor: Dilan Salsabila

Teliti Korban KDRT, Dwika

Jadi

Wisudawan

Terbaik

Fakultas Psikologi

UNAIR NEWS – Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) yang berdampak buruk pada kondisi psikologis anggota keluarga, rupanya menarik perhatian I Dewa Ayu Dwika Puspita Dewi untuk melakukan penelitian lebih jauh.

Hasil penelitian itu kemudian ditulis menjadi skripsinya yang berjudul “Dinamika Forgiveness pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga”. Skripsi itulah yang turut mengantarkan Dwika menjadi wisudawan terbaik jenjang S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dengan perolehan IPK 3.72.

”Subjek saya merupakan korban KDRT yang masih bertahan dalam perkawinan. Namun ketika saya mendatangi beberapa yayasan, mereka memberikan saran agar saya mengubah subjek penelitian, yaitu korban KDRT yang sudah bercerai. Pertimbangannya, orang yang mengalami KDRT dan bertahan dalam perkawinan, itu akan sulit ditemui, karena faktor suami yang masih mendominasi istri dan membatasi ruang gerak istri. Berbeda dengan korban yang sudah bercerai,” kata dara kelahiran Gianyar, 11 Juli 1994 ini.

(5)

Setelah melalui berbagai kendala, perempuan penggemar berorganisasi dan berdebat ini akhirnya mendapatkan akses untuk berkenalan dengan orang-orang yang dipilihnya sebagai subjek. Ini pun berkat bantuan temannya. Awalnya subjek yang dipilih enggan bercerita. Juga menolak karena takut pada suami. Namun Dwika berhasil meyakinkan subjek lain sehingga bersedia membantu menyelesaikan penelitiannya.

Gadis yang berencana mengajar di Rumah Pintar Matahari ini mengaku senang mendapatkan dukungan dari keluarga, kekasih, dan teman-teman yang menyemangatinya di saat ia mengalami fase membosankan. Ia jadikan orangtuanya sebagai tempat curahan hati. Bahkan adik dan kakaknya pun turut andil mengingatkan dan membantunya ketika menuju presentasi.

“Belajarlah dengan antusiasme dan terus berusaha. Semua hal pasti memungkinkan terjadi, termasuk untuk mencapai harapan yang teman-teman inginkan. Teruslah belajar untuk mengembangkan diri dan nikmatilah prosesnya,” tutur Dwika ketika ditanya tentang pesan apa yang bisa disampaikan kepada mahasiswa adik kelasnya. (*)

Penulis : Lovita Marta Fabella Editor : Binti Q. Masruroh

Shafa Prasita, Mahasiswa Baru

FKG UNAIR Berusia 15 Tahun

UNAIR NEWS – Shafa Prasita, calon mahasiswa baru (camaba) yang

diterima di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga merupakan salah satu camaba termuda UNAIR yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ia dinyatakan diterima di FKG UNAIR pada usia

(6)

15 tahun.

Shafa, sapaan akrabnya, telah mengikuti percepatan belajar (program akselerasi) sejak duduk di bangku SMP. Akunya, ia cukup mengalami kesulitan waktu SMP. Namun demikian, ia mampu lulus percepatan belajar dengan prestasi yang patut diacungi jempol.

“Dari SMP sudah mengikuti program akselerasi. Kesulitan sih enggak terlalu. Paling ya waktu SMP itu. Karena program akselerasi waktu aku SMP baru dibuka pertama kali,” kenang alumnus SMPN I Sedati itu.

Uniknya, di waktu senggang, meski terhitung memiliki prestasi bidang akademik yang unggul, gadis kelahiran 21 Mei 2001 ini memiliki hobi membaca novel. Hobi ini bermula ketika kedua orangtuanya gemar membelikannya buku bacaan ketika Shafa kecil.

“Pada saat saya kecil, saya sering dibelikan buku cerita Kecil Kecil Punya Karya. Mulai dari situ saya senang sekali dengan membaca,” kenangnya.

Ada beberapa novel favorit Shafa, mulai bertema komedi hingga romantis. Tere Liye adalah penulis favoritnya.

“Apapun buku karya Tere Liye paling suka sampai sekarang. Apalagi yang judulnya Hujan. Kalau nganggur, ya, baca buku,” ucap gadis yang sempat mengikuti ektrakurikuler paduan suara ketika sekolah.

Kepada UNAIR News Shafa mengaku, kedua orangtua sangat mendukung segala cita-citanya. Salah satu dukungan itu, selain doa, adalah upaya menyediaan segala fasilitas dalam hal belajar.

“Orangtua sangat mendukung. Disediain apapun yang dimau untuk fasilitas belajar. Didorong untuk terus belajar dan tidak kalah dengan yang lain. Awalnya pengin masuk Fakultas

(7)

Kedokteran (FK). Tapi masuk FKG. Ortu terserah maunya kemana,” pungkas putri dari pasangan Nanang Prasetiyono dan Zafnita ini.

“Karena sudah niat dari awal, jadi bikin jadwal. Tahu kapan kita belajar, dan tau kapan kita pergi untuk main dan berkumpul bersama keluarga. Percaya deh, hasil tidak akan mengkhianati usaha,” pungkasnya. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Nekad Ngampus di Hari Jelang

Persalinan, Jadi Wisudawan

Terbaik

UNAIR NEWS – Boleh dibilang, Nikmatus Sa’adah adalah sosok perempuan yang gigih memperjuangkan cita-citanya. Demi menyelesaikan pendidikan S-2, wanita kelahiran Agustus 1990 ini rela menjalani perkuliahan sambil menikmati proses kehamilan yang penuh drama. Namun begitu, dia mampu menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan perolehan IPK 3.73.

Momen pertama kuliah sekaligus menjadi momen pertama hamil muda. Baginya ini pengalaman yang berkesan selama dua tahun menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) di FK UNAIR.

“Awal masuk kuliah sudah merasakan gejala trimester awal kehamilan, seperti gampang pusing dan mengantuk. Beruntung, dosen dan teman-teman begitu pengertian dengan kondisi saya,”

(8)

ungkapnya.

Bahkan, memasuki usia kehamilan yang semakin besar, tak jarang Nikma sering merasakan kram perut atau kontraksi palsu saat kuliah sedang berlangsung.

“Hal ini seringkali membuat teman-teman sekelas jadi panik. Mereka khawatir saya melahirkan di kelas dan mendadak jadi pasien mereka,” kelakarnya.

Nikma akhirnya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Ahnaf Al Fatih pada pertengahan semester dua. Namun karena tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa yang tidak dapat ditinggalkan, sepuluh hari setelah melahirkan ia kembali ngampus mengikuti kuliah dan ujian akhir semester.

Perjuangannya sebagai ibu tidak berhenti sampai disitu. Nikma bertekad menyempurnakan perannya dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Kepentingan ASI dan kuliah adalah prioritas baginya. Dan perjuangan untuk mempertahankan keduanya pun akhirnya berbuah manis. Selain masih dapat memberikan ASI untuk sang buah hati hingga usia ke 14 bulan ini, Nikma juga berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dengan baik.

“Motivasi terbesar saya untuk segera menyelesaikan studi adalah agar saya bisa mengurus sendiri anak saya tanpa merepotkan orang tua lagi. Dan ketika luang, saya bisa lebih banyak menemani anak bermain, mengamati setiap momen tumbuh kembangnya,” ungkap dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri ini. (*) Penulis : Sefya Hayu

(9)

Langganan Juara Mawapres,

Yusuf Azmi Lulus Terbaik FK

UNAIR

UNAIR NEWS – Modal penting menjadi dokter yang ideal, ternyata

tak cukup hanya dengan mengandalkan kepandaian. Pemahaman ini selaras dengan apa yang menjadi keyakinan Yusuf Azmi, wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Sebagai calon dokter, ia tidak melulu mengejar kualitas nilai IPK. Disela-sela kesibukan belajar, ia masih menyempatkan diri untuk kembangkan soft skill.

“Target saya selama kuliah tidak hanya terfokus pada IPK. Ada beberapa hal lain seperti kompetisi ilmiah, organisasi dan soft skills lain yang ingin saya kembangkan,” ungkap laki-laki kelahiran Sragen, Agustus 1994 yang lulus dengan IPK sebesar 3.64.

Menurutnya, setiap pengalaman selama belajar di FK mempunyai kesan yang berbeda. Seperti pengalaman melihat dan belajar dengan cadaver, memperoleh pengalaman unik menjadi observer di dalam kamar operasi atau asisten sirkumsisi ketika mengikuti bakti sosial. Belum lagi pengalaman menegangkan ketika menghadapi ujian praktikum lab mapun keterampilan medik dengan pasien simulasi.

Meskipun disibukkan dengan berbagai tugas, Yusuf masih menyempatkan terjun ke berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan dan mengikuti berbagai kompetisi ilmiah. Ia pernah meraih juara I kompetisi ilmiah tingkat nasional seperti Temilnas (Temu Ilmiah Nasional) 2014, finalis di kompetisi ilmiah tingkat internasional seperti EAMSC (East Asian Medical Students’ Conference) Taiwan 2016, dan beberapa prestasi lainnya.

(10)

seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat FK selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2014 hingga 2016. Pada saat mewakili fakultas ke tingkat universitas, Yusuf berhasil menjadi juara I seleksi mawapres tingkat UNAIR tiga tahun berturut-turut.

“Menjuarai seleksi mawapres merupakan salah satu main goal saya dalam menempuh studi di fakultas kedokteran,” ungkap penghobi traveling ini yang berencana melanjutkan studi pendidikan dokter spesialis bidang Ilmu Penyakit Dalam, cita-citanya.

Inilah alasan mengapa ia meneliti hubungan profil pasien terhadap komplikasi kronik mikrovaskuler pada pasien diabetes melitus tipe 2, yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu penyakit dalam sebagai topik pada tugas akhirnya ini. (*) Penulis: Sefya Hayu Isti

Editor: Binti Q. Masruroh

Imamatul

Angkat

Isu

Pendidikan Karakter dalam

Ajang Mawapres

UNAIR NEWS – “Pemerintah baru melakukan intervensi di sisi

academic achievement, tetapi belum memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak.” Itulah ungkapan yang disampaikan oleh mahasiswa berprestasi (mawapres) Universitas Airlangga tahun 2017, Imamatul Khair.

Imamatul, sapaan akrabnya, kini tengah berlaga di ajang mawapres nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset,

(11)

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kompetisi yang dilangsungkan di Hotel Swiss-Bellinn Surabaya dilaksanakan pada 10–12 Juli. Kompetisi tersebut diikuti 24 mawapres dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Ketika diwawancarai, Imamatul menyampaikan inspirasinya yang melatari gagasan tentang pendidikan karakter. Di sebuah kawasan wisata di Pamekasan, ia banyak menemui anak-anak yang suka meminta-minta meskipun mereka tidak berasal dari kalangan ekonomi ke bawah.

Imamatul menilai, kebiasaan tersebut disebabkan oleh kurangnya pendidikan karakter yang ditanamkan kepada anak-anak sejak u s i a d i n i . A k i b a t n y a , m e r e k a t a k b e r p i k i r t e n t a n g kebermanfaatan terhadap orang lain. Ia menyebutnya dengan istilah human achievement.

Melalui gagasan bernama project based learning, ia ingin memberikan pelajaran karakter secara berkelanjutan yang menyasar anak-anak.

“Salah satunya, kami ingin agar mereka menulis semacam daily journal atau buku harian. Isinya cukup tentang kegiatan sehari-hari. Kemudian isi buku harian tersebut didiskusikan dengan guru selaku wali kelasnya sehingga guru bisa melakukan intervensi pendidikan karakter,” tutur mahasiswa Program Studi S-1 Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Kecintaannya pada pendidikan bukan saja kali ini diakui oleh Imamatul. Meski mengenyam pendidikan di bangku sastra, gadis asal Sumenep ini punya komunitas yang aktif memberikan edukasi bagi anak-anak. Komunitas bernama Saghara Elmo ia dirikan sejak tahun 2016.

Sejak tahun lalu, ia bersama sekitar 20 rekannya dari berbagai kalangan termasuk mahasiswa di Jawa Timur mengunjungi para pelajar di wilayah Pamekasan dan Sumenep untuk menanamkan edukasi karakter.

(12)

Meski kini ia masih disibukkan dengan ajang mawapres, perempuan kelahiran 11 Juli 1995 ini menyimpan asa untuk melanjutkan pendidikan master ke Inggris. Imamatul ingin menekuni bidang pendidikan dan pengajaran.

Sebagai mawapres UNAIR, pengagum novelis Ilana Tan ini tak pernah berhenti meraih juara. Peraih beasiswa Aktivis N u s a n t a r a i t u j u g a m e n j a d i d e l e g a s i “ T h e 3r d

A s i a n Undergraduate Summit di National University of Singapore” dan UNAIR tahun 2017. Dalam ajang itu, ia meraih predikat Best Cultural Performance.

Mahasiswa S-1 Sastra Inggris itu juga pernah menjadi peserta terpilih Young Southeast Asian Leaders Initiative Camp U-Theory Leadership in Collaboration with United in Diversity pada tahun 2016.

Penulis: Defrina Sukma S

Prof

Stefanus:

Kajian

Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Memiliki Cakupan

Luas

UNAIR NEWS – Menurut Prof. Dr. Stefanus Supriyanto, dr, MS.,

bidang ilmu yang ia geluti saat ini adalah ilmu seputar manajemen kebijakan kesehatan yang mencakup rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas maupun klinik. Cakupan lainnya yakni, urusan yang berkaitan dengan pembuatan sistem kesehatan. Misalnya, suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut di suatu

(13)

wilayah. Dia meyakini bahwa kondisi kesehatan dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan, genetika dan perawatan medis.

“Studi Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan memiliki cakupan luas dan aplikatif. Karena, kebutuhan akan kesehatan sangat fundamental nilainya. Sumbangsih yang diberikan tidak lain untuk sistem kesehatan lokal dan nasional” kata dia.

Karir akademik Stefanus di bidang kesehatan dimulai ketika kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR). Setelah menamatkan studinya di tahun 1977, ia sempat mengabdikan diri sebagai dokter di beberapa puskesmas di Gresik. Tahun 1983, ia menamatkan studi S2 di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Pada waktu itu, ia sudah meniti karir sebagai asisten ahli.

Dalam tesisnya, ia mengangkat pencegahan kecelakaan kerja. Tahun 1994, di tempat yang sama, ia menyelesaikan studi doktoral melalui program sandwich dari Ditjen Dikti. Dalam desertasinya, ia mengangkat perrmasalahan manajemen diare bayi melalui analisa faktor determinan pada bayi baik secara pengasuhan dan kondisi lingkungan.

Selama menjadi tenaga pengajar, Stefanus pernah menjabat di posisi penting FKM Unair, mulai dari Ketua Minat AKK (S2), IKM-Unair (1995–1999), Ketua Bagian AKM-FKM Unair (1995–2000), Ketua Minat MPK Pascasarjana (1998-sekarang) dan Pembantu Dekan II FKM (2000-2007).

Pengabdian diri terhadap masyarakat, khususnya di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan, sering kali ia lakukan di pelbagai tempat. Mulai dari penyuluhan kesehatan, konsultasi manajemen dan sistem kesehatan, sosialisasi hidup sehat dan masih banyak lagi. Menurutnya, di setiap daerah saat ini ingin mewujudkan sistem kesehatan yang baik untuk masyarakat. Kehadiran Sekolah Kesehatan ataupun Institusi Kesehatan lainya sangat membantu menata sistem.

(14)

pidatonya, Profesor kelahiran Tulungagung tersebut memaparkan mengenai reformasi kesehatan di Indonesia. Sistem kesehatan di Indonesia dapat ditinjau salah satunya melalui aspek pembangunan kesehatan yang baik. Masalah pembangunan dapat ditinjau dari ketidakmampuan mengendalikan dampak negatif pembangunan yang kurang efektif dan efisien. Sehingga hasil pembangunan kesehatan tidak memuaskan.

Untuk itu, Stefanus menilai betapa perlunya kecermatan dalam reformasi kesehatan. Yakni dengan melakukan reorientasi, restrukturisasi, pembangunan sistem pembiayaan kesehatan, kemitraan, serta pemberdayaan. Berbicara mengenai sistem kesehatan di Indonesia, Stefanus menjelaskan bahwa yang menjadi hambatan penerapan sistem ini adalah kebijakan yang berubah-ubah. (*)

Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Rio F. Rachman

Fakultas Farmasi Siap Jadikan

SDA Indonesia sebagai Ikon

Level Dunia

UNAIR NEWS – Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia tidak

terbantahkan. Ada begitu banyak hasil bumi, pertanian, tanaman, hewan, dan lain sebagainya, yang memiliki keunikan. Kekhasan yang dimaksud, dapat menjadi nilai tawar dalam beragam bidang di level dunia.

Kondisi ini dipahami oleh Fakultas Farmasi (FF). Maka itu, fakultas yang berlokasi di kampus B UNAIR ini berkomitmen untuk mengedepankan khazanah kearifan lokal untuk

(15)

bersumbangsih di ranah farmasi. Baik di tingkat nasional, maupun internasional. Sebab, bahan tradisional diyakini tidak kalah berkualitas dibandingkan bahan baku dari negara lain. “Kami ingin menjadikan sumber daya alam sebagai ikon. Eksplorasi bahan baku khas Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan akan terus dijalankan,” kata Dekan FF Dr. Umi Athiyah, Dra., MS., Apt. saat ditemui UNAIR News di ruang kerjanya.

Dia mencontohkan, tim dari FF selalu ikut sdalam penelitian obat malaria, kanker, TBC dan lain sebagainya, yang semuanya berbahan dasar asli Indonesia. Tak hanya itu, penelitian untuk memproduksi obat-obatan atau suplemen berbasis herbal juga terus digiatkan. Para pakar dari FF, kata Ummi, juga ditunjuk oleh pemerintah pusat untuk urun gagasan dan pemikiran dalam mengembangkan program Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Pada bagian lain, FF siap menyongsong mimpi UNAIR menjadi World Class University. Bertransformasi menjadi “500 kampus terbaik dunia” memang bukan hal mudah. Namun, tidak mustahil untuk dicapai.

Guna meraih predikat tersebut, FF sudah menyiapkan sejumlah strategi. Di antaranya, menguatkan kultur pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang baik. “Kami berprinsip untuk fokus pada proses. Kalau prosesnya bagus, hasilnya pasti memuaskan,” kata Ummi.

Dia menjelaskan, selama ini FF sudah berupaya membentuk kultur atau spirit pelayanan prima. Semua elemen di fakultas bersinergi. Sebagai misal, di aspek penelitian. Dosen melakukan komunikasi aktif dengan mahasiswa. Tujuannya, mengarahkan mahasiswa untuk melakukan penelitian yang bermanfaat kongkret di masyarakat. Nantinya, penelitian tersebut bisa dikembangkan lagi oleh dosen yang bersangkutan. Atau, diteruskan oleh mahasiswa itu sendiri bila studi lanjut. Dari proses ini, bakal dilahirkan akademisi yang mahir membuat

(16)

penelitian aplikatif dan menjawab tantangan zaman.

Kemampuan menelaah materi penelitian yang baik, baru akan dicapai melalui sistem pendidikan yang baik. Dan dengan penelitian yang baik, ditambah pengamatan lapangan yang cermat, pengabdian masyarakat yang tepat sasaran pasti bisa dilaksanakan.

“Kami terus membenahi proses dan membangun sistem yang baik. Kalau proses sudah baik, mutu tiga aspek tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) yang dijalankan pasti ikut terangkat menjadi kelas dunia,” urainya. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Kaji Sengketa Tanah, Rizky

Juliani

Jadi

Wisudawan

Terbaik S1 FH

UNAIR NEWS – Aktif berorganisasi dan berkegiatan di luar

kampus menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Rizky Juliani Wulansari. Hal itu dilakukan selama menempuh studinya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR). Dengan aktif di berbagai kegiatan seperti BEM FH UNAIR periode 2015, lalu aktif dalam Kementerian Advokasi Mahasiswa dan Kebijakan Publik, membawa Rizky meraih pengalaman berharga. Ia juga bergabung dengan Unit Konsultasi Bantuan Hukum (UKBH) FH UNAIR untuk membantu masyarakat, khususnya yang kurang mampu yang punya persoalan hukum seperti kasus tanah, perceraian, warisan, dsb.

(17)

“Padatnya kegiatan itu justru memotivasi saya untuk belajar agar meraih prestasi,” kata Rizky yang berhasil menjadi wisudawan terbaik S1 FH UNAIR dengan IPK 3, 86.

Dalam tugas akhirnya ia mengambil judul “Perolehan Hak Atas Tanah yang Berasal Dari Tanah Negara Bekas Konversi Hak Barat”. Alasan mengapa memilih judul itu, karena dalam prakteknya, khususnya di lingkup lembaga peradilan maupun institusi pertanahan sendiri, yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional) kurang memahami ketentuan tentang perolehan hak atas tanah terhadap tanah negara bekas konversi hak barat tersebut. “Tidak jarang beragam kasus itu sering menimbulkan sengketa pertanahan yang berlarut-larut. Akibatnya banyak merugikan kepentingan berbagai pihak,” jelasnya.

Menurut dia, mengkaji hukum yang berkaitan dengan tanah itu sangat penting. Sebab pasca berlakunya Undang-undang Pokok Agaria (UUPA) tahun 1960, semua tanah, baik hak atas tanah yang berasal dari hukum adat atau hak atas tanah yang berasal dari hukum barat dikonversi menjadi hak-hak tanah menurut UUPA. Jika jangka waktunya telah selesai, maka demi hukum tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau biasa disebut tanah negara.

“Dalam posisi demikian, hubungan hukum antara pemilik dengan tanahnya terputus. Namun bekas pemegang hak masih mempunyai hubungan keperdataan dengan benda-benda lain diatasnya, misalnya tanaman, bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut,” kata Rizky. (*)

Penulis: Moch Ahalla Tsauro Editor: Bambang ES

Referensi

Dokumen terkait

sebagai bahan baku pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, dan sumber kolagen untuk kosmetik.. Kolagen, merupakan protein penting yang menghubungkan sel dengan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

Percobaan kinetika reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH ini bertujuan untuk memberikan gambarana bahwa reaksi penyabunan hidroksida adalah reaksi orde dua

UNAIR NEWS – Berhasil meraih gelar Wisudawan Terbaik periode Juni 2021 dengan IPK sempurna 4.00, menjadi momen yang tidak pernah disangka oleh Amirotul Azhimah, drh.,

Mahasiswa yang akrab disapa Emma itu berhasil menorehkan prestasi gemilang sebagai Wisudawan Terbaik Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR..

[r]

Penelitian tersebut menggunakan metode algoritme genetika untuk menghasilkan kombinasi kromosom terbaik sehingga akan diperoleh susunan bahan makanan untuk ibu hamil

Penerapan dari parallel genetic algorithm untuk penyusunan bahan makanan keluarga yang anggotanya terdapat penderita hiperkolesterolemia pada penggunaan parameter metode