• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI PENGAWET PADA IKAN LAYUR (Trichiurus sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI PENGAWET PADA IKAN LAYUR (Trichiurus sp.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2017

116 116

POTENSI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium

polyanthum) SEBAGAI PENGAWET PADA

IKAN LAYUR (Trichiurus sp.)

Indah Tri Susilowati

1)

, Tri Harningsih

2)

1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta

indahtrisusilowati@gmail.com tri.harningsih@gmail.com

ABSTRAK

Ikan layur merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Pengawetan dengan metode penggaraman tidak direkomendasikan karena beberapa bakteri dan jamur masih dapat bertahan hidup dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak daun salam sebagai pengawet pada ikan layur. Penelitian berdasarkan analitik eksperimental meliputi pemeriksaan kadar protein metode Kjedahl dan pemeriksaan Angka Lempeng Total metode cawan agar tuang di Laboratorium Chem- mix Pratama Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan perendaman ikan layur dalam ekstrak daun salam dengan variasi konsentrasi yaitu 0%, 3%, 5%, 7% dan 9% selama 15 menit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka semakin tinggi pula kadar protein ikan tetapi hasil Angka Lempeng Total mengalami penurunan. Analisis data menggunakan uji Spearman dan diperoleh pengaruh antara sampel dan kadar protein dengan tingkat hubungan sangat kuat dengan arah korelasi positif (r = 0,947). Terdapat pengaruh sangat kuat antara sampel dan Angka Lempeng Total. Sampel ikan layur yang direndam dengan ekstrak daun salam dalam konsentrasi 7% lebih banyak disukai anelis dari segi tekstur, aroma dan rasa. Ada pengaruh penggunaan ekstrak daun salam sebagai pengawet pada ikan layur.

Kata kunci : ikan layur, ekstrak daun salam, kadar protein, Angka Lempeng Total

ABSTRACT

Layur fish is one source of animal protein that is widely consumed by the public. Preservation by salting method is not recommended because some bacteria and fungi can still survive and not be consumed by people with hypertension. The purpose of this study was to determine the influence of the use of bay leaf extract as a preservative in fish Layur. The research is based on the experimental analytic sudy of the examination of protein levels and inspection methods Kjedahl, total plate count in order to pour plate method in Chem-mix Pratama Laboratory Yogyakarta. The research carried out by soaking the fish in the bay leaf extract with various of concentration is 0 % , 3 % , 5 % , 7 % and 9 % for 15 minutes. The higher concentration of bay leaf extract, the higher protein content of the fish but the results of total plate count decreased. The data were analyzed by the Spearman test and gained influence between the sample and protein level with the aim of positive correlation (r = 0.947). There is also a strong influence between the sample and the total plate count. Layur fish samples were soaked with bay leaf extracts in concentrations 7% more preferred by the panelists in terms of texture, smell and flavor. There is the influence of the use of bay leaf extract as a preservative in fish Layur.

(2)

117

I. PENDAHULUAN

Makanan didefinisikan sebagai suatu bahan baik olahan, semi olahan maupun mentah yang dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh manusia yang tentu saja harus memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Menurut Almatsier (2001), kebutuhan zat gizi manusia digolongkan menjadi 2 golongan yaitu makromolekul (karbohidrat, lemak dan protein) serta mikromolekul (vitamin dan mineral). Fungsi masing-masing zat gizi tersebut berbeda-beda. Protein mempunyai fungsi yang khas sehingga tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial untuk dikembang- kan. Komposisi daging ikan pada umumnya adalah sebagai berikut: protein 15-24%, air 66-84%, lemak 0,1-22%, karbohidrat 1-3% dan bahan anorganik 0,8-2,0%. Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan. Hal ini disebabkan oleh tingginya pH ikan (6,4-6,6) karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan (Muchtadi, 2009).

Ikan layur (Trichiurus sp.) tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis di dunia. Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai Indonesia termasuk pantai selatan Pulau Jawa. Ikan ini dikenal dengan nama ribbon fishes, memiliki ciri khas yaitu bentuk badan panjang dan gepeng seperti pita. Warna tubuh keperak-perakan, dalam keadaan mati ikan layur akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Dalam 100 gram ikan layur mengandung energi 82 kilokalori, protein 18 gram, karbohidrat 0,4 gram, lemak 1 gram, kalsium 48 mg, fosfor 229 mg, zat besi 2,2 mg, vitamin A 15 IU dan vitamin B1 0,04 mg (Anonim, 2012).

Pada umumnya ikan layur diawetkan de- ngan metode penggaraman agar dapat terjaga kualitasnya dalam proses distribusi hingga sampai ke tangan konsumen. Namun metode

penggaraman memiliki kelemahan seperti

keadaan seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi yang sebaiknya mengurangi konsumsi garam. Dalam Gaspersz (1985), bakteri halofilik dapat menyebabkan kebusukan pada ikan asin.

Bakteri jenis ini mampu hidup pada kadar garam diatas 6% seperti Serratia sp. dan Sarcina sp. mengakibatkan produk berwarna merah dan

Clostridium botulinum yang dapat hidup pada

kadar garam hingga 12%. Sedangkan golongan jamur yang menyerang ikan asin adalah

Sporendema sp. yang menyebabkan warna

coklat.

Proses kematian ikan meliputi tahap pre-

rigor, rigor dan post-rigor. Pada tahap pre- rigor, keadaan otot ikan melemas dan mudah

dilenturkan yang disebabkan oleh habisnya Adenosin Triphosphat (ATP). Tahap rigor terjadi sesaat setelah tahap pre-rigor yaitu kedaan otot ikan menjadi kaku dan keras kemudian mengkerut. Lalu terjadi post rigor, dimana otot ikan berangsur-angsur menjadi lunak dan lemas kembali. Setelah ini terjadi perombakan senyawa kompleks protein ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh aktifitas enzim yang disebut autolysis. Hasil peruraian enzimatis menyebabkan daging ikan lembek sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik. Penyerangan bakteri dimulai dari selaput lendir dimana bakteri yang menghasilkan proteolitik akan menghancurkan protein ikan (Gaspersz, 1985). Proses pembusukan ini tidak mungkin dapat dihindari tetapi hanya bisa dihambat. Salah satu caranya adalah dengan menekan pertumbuhan mikroba pembusuk yang dapat dilakukan dengan membuat kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk. Adanya mikroba pembusuk tentu saja dapat menimbulkan keracunan dan protein yang telah dihancurkan oleh mikroba tersebut dapat mengurangi nilai gizi pada ikan. Penggunaan bahan pengawet makanan telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut tetapi juga harus difokuskan pada keamanan dan tidak mengubah nutrisi serta dapat mempertahankan kualitas organoleptik dari ikan itu sendiri (Afrianti, 2010).

Tanaman salam yang memiliki nama botani Syzygium polyanthum (Wight) Wapl. atau Eugenia polyantha Wight., termasuk famili

Myrtaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah

sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m di atas permukaan laut. Tanaman ini diperbanyak dengan biji, cangkok dan stek (Latief, 2012).

(3)

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2017

118 118

3

Alasan penggunaan daun salam sebagai pe- ngawet adalah kandungan berbagai senyawa aktif yang dimiliki daun salam seperti minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin, flavonoid dan komponen utama penyusun aroma yaitu nerolidol dan juga tanaman ini mudah ditemui hamper seluruh wilayah Indonesia (Sembiring

et al. 2003). Kandungan senyawa antioksidan

pada daun salam selain dapat memperlambat laju kerusakan oksidatif juga mempertahankan sifat fisik yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas daging (Suparno, 2005).

bejana tertutup) lalu ditambahkan pelarut se- banyak 7,5 bagian dari pelarut etanol 70% yaitu sebesar 1500 ml, perendaman selama 3 hari, dengan pergantian pelarut sebanyak 3 kali, lakukan penyaringan dan filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator.

Penentuan Kualitatif Fitokimia.

Fitokimia Reagen Perubahan Warna Flavonoid

Ekstrak + NaOH 10% Hijau Kecoklatan Atas dasar beberapa wacana diatas, penulis

Fenol Ekstrak + 5 ml Aquades + 5% FeCl

Hijau Tua memiliki pemikiran mengenai penggunaaan

3

Alkaloid Ekstrak + Reagen Mayer White Creamy ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)

sebagai pengawet alami pada Ikan Layur (Trichiurus sp.). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1). Apakah ada pengaruh peng- gunaan ekstrak daun salam sebagai pengawet

Saponin Ekstrak + Aquades (dikocok)

Tannin Ekstrak + aquades + 0.1% FeCl

Perlakuan sampel ikan layur.

Terdapat 2 cm layer

Coklat kehijauan

ditinjau dari kadar protein pada ikan layur; 2) Apakah ada pengaruh penggunaan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai pengawet ditinjau dari pemeriksaan angka lempeng total pada ikan layur; 3). Apakah ada pengaruh penggunaan ekstrak daun salam sebagai pengawet ditinjau dari organoleptik pada ikan layur yang sudah diberi perlakuan.

2. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Okto- ber 2013 sampai Mei 2014 di Laboratorium Chem-mix Pratama, Yogyakarta dan Labora- torium Mikrobiologi Analis Kesehatan Nasi- onal Surakarta.

b. Bahan

Ikan layur segar hasil tangkapan para nelayan di Pantai Depok, Yogyakarta setelah dibersihkan dipotong dengan ukuran sama besar sebanyak 500 gram dan diberi perlakuan sebagai berikut:

TP = Ikan layur diperiksa tanpa mengalami

perendaman

K0% = Perendaman dengan konsentrasi ekstrak 0%

K3% = Perendaman dengan konsentrasi ekstrak 3%

K5% = Perendaman dengan konsentrasi ekstrak 5%

(4)

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2017

119 ekstrak 7%

K9% = Perendaman dengan konsentrasi

ekstrak 9% Ethanol 70%, Katalisator (K SO

2 4dan HgO),

Perendaman ikan layur dengan variasi ekstrak yang ditambahkan selama 15 menit.

larutan H SO

2 4 pekat, campuran indikator

metil merah dan biru metilen, larutan NaOH- Na S O , Asam borat 4%, HCl 0,02

2 2 3

N, NaCl 0,9% steril, Nutrient Agar.

3. METODE PENELITIAN Pembuatan ekstrak daun salam.

Serbuk kering daun salam y a n g d i p e r o l e h

Pemeriksaan kadar protein

Kadar protein diukur dengan menggunakan metode Semi Mikro Kjedahl (Winarno, 1997) meliputi tahap meliputi:

1. Destruksi yaitu sampel ikan yang sudah di- hancurkan kurang lebih 0,2 gram dimasuk- kan dalam labu kjedahl dengan 1,9 gram d a r i d a e r a h Tawangsari, Sukoharjo sebanyak K SO , 40 mg HgO dan 2,0 ml H SO pekat,

2 4 2 4

(5)

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2017

120 120

2. Destilasi yaitu sampel hasil destruksi yang telah dingin ditambah dengan aquades dan 8 ml NaOH- Na S O , destilasi dan destilat2 2 3 ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml asam borat 4% dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian MR 0,2% dalam alko- hol dan 1 bagian biru metilen 0,2% dalam alkohol)

3. Hasil destilat dititrasi dengan larutan HCl standart.

Kadar protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut dengan faktor konversi adalah 6,25:

Pemeriksaan Angka Lempeng Total

Pemeriksaan angka lempeng total dilaku- kan dengan menggunakan metode cawan agar tuang (pour plate), 25 gram sampel yang telah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Eta- nol 70%

Hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol 70% daun salam tercantum pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak

Etanol 70% Daun Salam.

Fitokimia Perubahan Warna Kesimpulan

Flavonoid Hijau Kecoklatan Positif Fenol Hijau Tua Positif Alkaloid White Creamy Positif Saponin Terdapat 2 cm layer Positif Tannin Coklat kehijauan Positif B. Pemeriksaan kadar protein

Hasil pemeriksaan kadar protein pada ikan layur ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Protein

Pada Ikan Layur

dihaluskan ditambah dengan 225 ml larutan

NaCl 0,9 % steril, homogenkan selama 2 menit No

Variasi Ekstrak Daun Salam

Rata-rata (%)

(larutan ini disebut pengenceran 10-1), dari

pengenceran 10-1 dibuat seri pengenceran 10-2

sampai dengan 10-7. Pipet 1,0 ml dari masing-

masing pengenceran, masukkan dalam cawan petri steril, tambahkan 15 ml NA cair ke dalam masing-masing cawan yang sudah berisi sampel. Setelah agar menjadi padat, inkubasi cawan- cawan tersebut dalam posisi terbalik dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Lakukan kontrol tanpa sampel dengan hanya memasukkan media NA dalam cawan petri steril (Yuanisa, 2005).

Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan cara 30 orang panelis diberikan sampel organoleptik untuk masing-masing sampel yang diberi perlakuan, dan mengisi kuisioner megenai rasa, aroma dan tekstur. Penilaian dilakukan dengan hedonic

scale scoring 9 parameter (Saputra, 2013).

1. Tanpa perendaman 16,7551 2. Konsentrasi 0% 16,7658 3. Konsentrasi 3% 17,0835 4. Konsentrasi 5% 17,1857 5. Konsentrasi 7% 17,2750 6. Konsentrasi 9% 17,9732

Grafik hasil pemeriksaan kadar protein dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun salam ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik hasil pemeriksaan kadar

protein dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun salam.

(6)

121 Berdasarkan uji korelasi, menggunakan uji

korelasi Spearman, diperoleh nilai Sig a d a l a h 0,000 dimana Sig < α. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun salam pada sampel ikan layur akan mempengaruhi kadar protein pada ikan layur.

Nilai korelasi yaitu correlation coefficient memberikan hasil 0,947. Hal ini menunjukkan arah korelasi positif/searah dengan tingkat hubungan antara ekstrak daun salam dan kadar protein ikan layur sangat kuat. Jika dihitung

sebagai koefisien determinan yaitu R2 x

100% maka didapatkan hasil 89,681%. Hal ini menunjukkan ekstrak daun salam mempengaruhi kadar protein sebesar 89,681% dan 10,319% disebabkan oleh variabel lainnya. Variabel lain bisa disebabkan oleh kadar air ikan layur dan kekuatan penyerapan ikan layur terhadap ekstrak daun salam yang tidak dapat dikendalikan. Daun salam memilki kandungan berbagai senyawa aktif seperti minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin, flavonoid dan komponen utama penyusun aroma yaitu nerolidol. Beberapa minyak atsiri dikenal memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Menurut Guynot (2005), atsiri daun salam menunjukkan aktivitas antijamur melawan kapang kontaminan pada produk roti yaitu Euroticum sp.; Aspergillus sp.; dan Penicillium sp. Infusa daun salam ternyata mampu menghambat bakteri V. choleare dengan konsentrasi hambat minimal 3,12%. Sementara menurut Hendradjatin (2009), pada bakteri E. coli enteropatogen, infusa daun salam mempunyai konsentrasi hambat minimal sebesar 12,5% (Noveriza, 2010). Menurut Salisbury dan Ross (1995), tanin dan flavonoid termasuk dalam senyawa fenol. Senyawa fenol berbeda dengan lipid, yaitu lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam dengan fenol yang ikatannya lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel bakteri yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein plasma. Menurut Manitto (1992), senyawa-senyawa tanin sejak dahulu digunakan untuk mengubah kulit hewan menjadi kedap air sehingga menjadi lebih awet (zat penyamak kulit). Tanin dapat membentuk ikatan silang yang stabil dengan protein dan biopolimer lain seperti selulosa dan pektin. Bila terikat pada protein, senyawa tanin merupakan penghambat enzim yang kuat sehingga tidak mudah terdegradasi. Dengan penambahan ekstrak daun salam pada ikan layur maka akan menekan pertumbuhan mikroba pembusuk pada ikan yang dapat dilakukan dengan membuat kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk tersebut. Sehingga peruraian ikatan peptida protein pada ikan oleh enzim proteolitik bakteri akan dihambat (Gaspersz, 1985) C. Pemeriksaan Angka Kuman Pemeriksaan Angka Lempeng Total dikerja- kan berdasarkan SNI 01-2332.3-2006 yang dapat menunjukkan kualitas ikan layur untuk dapat dikonsumsi dengan aman. Pemeriksaan Angka Lempeng Total dilakukan dengan menggunakan metode Pour plate. Pemilihan metode ini mempermudah peneliti dalam menghitung koloni bakteri yang akan tumbuh di dasar media. Pemeriksaan ini dapat mengindikasikan bahwa hasil Angka Lempeng Total yang semakin turun akan menjaga kadar protein semakin baik karena bakteri tidak memecah protein oleh enzim proteolitik yang dimilikinya. Data pemeriksaan Angka Lempeng Total pada ikan layur ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3. Data Pemeriksaan Angka Lempeng Total Pada Ikan Layur. pelarut organik non polar. Mekanisme senyawa fenol dalam menghambat pertumbuhan bakteri No Variasi Ekstrak Daun Salam Pengen- ceran Rata-rata (CFU/ml) adalah dengan cara denaturasi dan koagulasi protein. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui mekanisme adsorbsi, yang melibatkan ikatan hidrogen dengan gugus fenol. Pada kadar yang rendah, terbentuk komplek protein yang terdapat pada dinding sel bakteri 1 Tanpa perendaman 10-5 26 2 Konsentrasi 0% 10-5 21 3 Konsentrasi 3% 10-5 18 4 Konsentrasi 5% 10-5 14 5 Konsentrasi 7% 10-5 9 6 Konsentrasi 9% 10-5 5

(7)

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2017

122 122

Grafik hasil pemeriksaan Angka Lempeng Total dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun salam gambar 2.

Gambar 2. Hasil Pereriksaan Angka Kuman

dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun salam

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 2 diatas, pe- nambahan ekstrak daun salam dengan konsentrasi yang semakin tinggi dapat mengurangi Angka Lempeng Total pada ikan layur, yaitu jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan penambahan konsentrasi ekstrak daun salam.

Uji korelasi Spearman antara sampel dengan penambahan ekstrak daun salam dan angka lempeng total (ALT) didapatkan nilai Sig. sebesar 0,000 maka Sig < α. Hal ini menunjukkan sampel dan Angka Lempeng Total memiliki hubungan yang bermakna. Nilai korelasi yaitu

correlation coefficient memberikan hasil -0,989.

Hal ini menunjukkan arah korelasi negatif atau berlawanan dengan tingkat hubungan yang sangat kuat. Nilai negatif menunjukkan penambahan ekstrak daun salam akan menurunkan nilai angka kuman ikan layur.

Jika dihitung sebagai koefisien determinan yaitu R2 x 100% maka didapatkan hasil 97,812%.

Hal ini menunjukkan ekstrak daun salam mempengaruhi kadar protein sebesar 97,812% dan hanya 2,188% merupakan variabel lainnya.

D. Uji Organoleptik

Berdasarkan uji organoleptik diperoleh data yang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik jumlah panelis yang

menyatakan layak

Berdasarkan gambar 3, ikan layur yang tidak direndam ekstrak daun salam paling tidak disukai panelis dibandingkan dengan variabel lain dari segi tekstur, aroma maupun rasa. Sampel ikan layur yang direndam dengan menggunakan ekstrak daun salam dalam konsentrasi 7% paling disukai oleh panelis dibandingkan dengan variabel lain.

Pada konsentrasi 9%, hasil angka lempeng total paling sedikit dan kadar protein tetap terjaga tetapi tidak disukai oleh panelis. Hal ini ditunjukkan pada gambar 6 dimana grafik terlihat menurun dibandingkan konsentrasi 7%.

5. KESIMPULAN

Terdapat pengaruh antara sampel ikan layur dan kadar protein dengan tingkat hubungan yang sangat kuat dengan arah korelasi positif (r = 0,947);

Terdapat pengaruh antara sampel ikan layur dan angka lempeng total dengan tingkat hubungan yang sangat kuat dengan arah korelasi negatif (r = -0,989);

Sampel ikan layur yang direndam dengan ekstrak daun salam dalam konsentrasi 7% lebih banyak disukai oleh panelis dari segi tekstur, aroma dan rasa.

SARAN

Kadar air pada ikan layur dapat dikendalikan dengan pemeriksaan kadar air karena sangat penting untuk menilai penyerapan ekstrak daun salam oleh ikan layur

(8)

123

6. REFERENSI

Abraham, Charles & Eamon Shanley. 2003. Alih bahasa Leony Sally M. Editor : Robert Prihajo & Yasmin Asih. Psikologi Sosial

untuk Perawat. Jakarta : EGC

Afrianti, L. H. 2010. Pengawet Makanan Alami

dan Sintesis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2012. Komposisi Nutrisi Makanan. Diunduh http://www.organisasi.org/1970/ 01/isi-kandungan-giziikanlayur/komposisi -nutrisi-makanan.html=1 pada 01 Desem ber 2013 jam 20.16 WIB.

Gaspersz, Febe F. 1985. Pengaruh Konsentrasi

Garam dan Lamanya Penggaraman

Terhadap Mutu Dendeng Cakalang

(Katsuwanus pelamis). Karya Ilmiah. Institut

Pertanian Bogor Diunduh http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/45796?show=f ull pada 01 Desember 2013 jam 20.05 WIB Guynot ME, MarÍn S, SetÚ L, Sanchis V and

Ramos AJ (2005). Screening for Antifungal Activity of Some Essential Oils against Common Spoilage Fungi of Bakery Products. J- Food Science and Technology

International 11 (1) 25-32

Hendradjatin AA. 2009. Efek Antibakteri Infusa

Daun Salam (Eugenia polyantha) Secara in vitro Terhadap Vibrio cholera dan E. coli enteropatogen, Majalah Kedokteran

Bandung 36(2):89-96.

Latief, Abdul. 2012. Obat Tradisional. Jakarta: EGC

Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Penerjemah: Koensoemardiyah. Semarang IKIP Press.

Muctadi, Deddy. 2009. Prinsip Teknologi Pangan

dan Sumber Protein. Bandung: Alfabeta.

Noveriza, Rita dan Miftakhurohmah. 2010. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Salam (Eugenia Polyantha) dan Daun Jeruk Purut (Cytrus Histrix) Sebagai Antijamur Pada Pertumbuhan Fusarium Oxysporum. Jurnal

Littri 16(1) : 6 – 11

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi

Tumbuhan, Biokimia Tumbuhan. Jilid 3.

Penerjemah: Lukman, D.R. dan Sumaryono. Bandung: Penerbit ITB.

Saputra, Dicky Sara. 2013. Pengaruh Penggunaan

Asap Cair Sebagai Pengawet Tahu Terhadap Kadar Protein Kasar, Angka Kuman dan Organoleptik. Karya Tulis Ilmiah. Akademi

Analis Kesehatan Surakarta

Sembiring, B.S., Winarti dan B. Baringbing. 2003. Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Daun Salam (Eugenia polyantha) dari Sukabumi dan Bogor. Buletin Tanaman

Rempah dan Obat 14(2): 9-16

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yuanisa, Yefirma Yani. 2005. Kualitas

Mikrobiologi Karkas Ayam Broiler Pada Berbagai Lama Postmartem. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor.

Gambar

Grafik  hasil  pemeriksaan  kadar  protein  dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun  salam ditunjukkan pada gambar 1
Grafik  hasil  pemeriksaan  Angka  Lempeng  Total dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak  daun salam gambar 2

Referensi

Dokumen terkait

Bila sudut pandang hukum materiil yang kita lihat dalam penegakan hukum yang kita bahas, kiranya masing-masing sistem hukum, baik Common Law System maupun Civil Law System,

Pengambilan data arus lalu lintas kendaraan dilakukan dengan cara merekam pergerakan kendaraan, geometri simpang dilakukan dengan cara mengukur langsung menggunakan roda

Juga perlu di perhatikan didalam penanaman vanili ini yaitu tanah di sekitar tanaman harus selalu basah yaitu dengan jalan di siram.Cara yang umum dilakukan untuk menjaga

Penelitian ini menguji mekanisme corporate governance : komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit terhadap praktik manajemen laba

Penyakit paru-paru obtruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik atau menahun (PPOM) yang ditandai dengan yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang

3 WNA yang akan melakukan kegiatan Alih ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi, menjadi Persetujuan Alih ilmu pengetahuan dan teknologi

Secara simultan atau bersama-sama Leverage (DAR), Likuiditas, Kompleksitas Operasi Perusahaan, Reputasi Auditor dan Audit Tenure berpengaruh terhadap Audit Delay

Sedangkan Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung pada pemeriksaan dalam tingkat Kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan hukum