• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebugaran Fisik

2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik

Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nuada, 2013). Kebugaran fisik diartikan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan untuk melakukan aktivitas yang bersifat mendadak (Suta, 2010). Kebugaran fisik adalah kecocokan keadaan fisik berupa kesesuaian struktur dan komponen jasmani yang harus dilaksanakan dan kesesuaian jasmani secara fungsional terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan (Nuada, 2013).

Penurunan kebugaran fisik dikarenakan kurangnya menggunakan aktivitas fisik atau kurang gerak. Kurangnya aktivitas fisik dapat mengalami overweight/obesitas dan banyak peningkatan resiko penyakit-penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, dan juga penyakit kanker. Perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik terutama pada anak, seperti ke sekolah di antar maupun di jemput orang tua, kurangnya aktivitas bermain dengan teman dan lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain di luar rumah akan berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan kondisi tubuh seseorang terutama anak dan remaja di masa pertumbuhannya. Rata-rata remaja saat ini menghabiskan waktunya berjam-jam dalam berbagai media, termasuk menonton televisi, mendengarkan musik, bermain

(2)

game playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game online yang banyak menyita waktu seharian duduk di depan komputer, sehingga

remaja saat ini tidak mempunya waktu untuk berolahraga.

Seseorang yang menghabiskan sedikit waktunya untuk melakukan aktivitas fisik dalam sehari dibanding dengan orang yang aktif memiliki tingkat METs yang rendah dan memiliki lebih banyak lemak tubuh. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan

resting energy expenditure yang bermakna. Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan

sebagai suatu gerakan fisik yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik juga merupakan parameter tingkat kesehatan seseorang agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Berbudi, 2014). Aktivitas fisik yang dimaksud seperti berjalan kaki, berkebun, dan menari. Aktivitas fisik juga dapat berasal dari olahraga atau rekreasi yang terencana seperti jogging, bersepeda dan berenang (Sharkey, 2011).

Manfaat aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur memiliki efek positif terhadap kesehatan, yaitu : meningkatkan pengeluaran energi, terhindar dari penyakit kronik (seperti penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain), fleksibilitas otot meningkat dan tulang lebih kuat, berat badan terkendali, memperbaiki fungsi psikologis yang berhubungan dengan obesitas, bentuk tubuh proposional dan ideal, kebugaran terjaga dan lebih bertenaga, meningkatkan rasa percaya diri dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Anggraini, 2014).

(3)

2.1.2 Komponen Kebugaran Fisik

Kebugaran fisik ini melibatkan beberapa kompenen biomotorik termasuk komponen sistem peredaran berupa sistem jantung dan pembuluh darah serta sistem pernapasan berupa paru-paru, kemampuan jantung, pembuluh darah serta paru dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kerja otot disebut daya tahan umum. Daya tahan umum inilah kerapkali pengertiannya disamakan dengan daya tahan aerobik, kesegaran jasmani, atau kebugaran fisik (Suta, 2010).

Seseorang yang memiliki sistem jantung, paru dan pembuluh darah yang baik akan lebih efisien daripada orang yang tidak terlatih. Dengan melakukan aktivitas gerak dan olahraga secara teratur dan sistematis akan dapat meningkatkan kualitas sistem jantung paru dan pembuluh darah. Peningkatan denyut jantung setiap orang disebabkan oleh peningkatan kerja yang dilakukan. Peningkatan tersebut relatif berbeda-beda untuk setiap orang. Bagi kondisi fisik yang tidak prima, maka peningkatan tersebut akan lebih cepat daripada orang yang memiliki kondisi fisik yang prima. Bagi orang yang terlatih pada saat melakukan kerja, maka kenaikan frekuensi denyut jantung akan lebih lama dibantingkan pada orang yang tidak terlatih. Sedangka setelah melakukan pekerjaan (aktivitas fisik), denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah akan lebih cepat kembali keadaan normal daripada orang yang tidak terlatih (Wirata, 2012).

Tingkat kebugaran fisik yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan setiap orang. Baik buruk kebugaran fisik seseorang ditentukan oleh sepuluh komponen biomotorik yang meliputi : kekuatan, daya tahan , daya ledak, kelenturan, ketepatan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi dan koordinasi. Status

(4)

kebugaran fisik seseorang dijadikan dasar untuk menentukan tingkat beban kinerja yang boleh dilakukan sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Ada lima komponen kebugaran fisik yang erat hubungannya dengan kesehatan dan diperlukan dalam menunjang kehidupan sehari-hari 1) Kardio respirasi (jantung dan paru), 2) Daya tahan otot, 3) Kekuatan, 4) Kelenturan, 5) Komposisi tubuh (Wirata, 2012).

2.2 Daya Tahan Kardiovaskular

2.2.1 Pengertian Daya Tahan Kardiovaskular

Daya tahan adalah suatu aktivitas yang menetukan pada kemampuan tubuh dalam waktu yang agak lama dan terus menerus tanpa menimbulkan kelelahan berlebih setelah menyelesaikan suatu kegiatan. Daya tahan ada dua macam, daya tahan umum dan daya tahan otot. Daya tahan umum adalah meliputi kerja jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama, sedangkan daya tahan otot adalah kemampua otot melakukan gerakan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Wirata, 2012).

Daya tahan otot merupakan kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi atau gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dan beban tertentu (Suta, 2010). Bagi seorang olahragawan atau atlet yang berprestasi perlu memiliki daya tahan yang tinggi. Bagaimanapun tingginya ketrampilan yang dimiliki oleh seorang olahragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya itu tidak ada artinya. Untuk mengetahui daya tahan seseorang pengukuran mempergunakan

(5)

cara lari aerobik yang pengukurannya menitik beratkan pada banyaknya oksigen yang dikonsumsi selama mengikuti aktivitas (Wirata, 2012).

Daya tahan kardiovaskular merupakan kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kerja otot (Suta, 2010). Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas dengan waktu yang lama dan melibatkan otot-otot besar dengan intensitas sedang hingga intensitas tinggi. Daya tahan kardiovaskular berarti kemampuan melepaskan energi metabolisme yang ditujukan dengan kemampuan kerja fisiologis tubuh relatif untuk menghasilkan efisiensi dari pembuluh darah, jantung dan paru dalam periode waktu lama (Battinelli, 2000). Daya tahan kardiovaskuler atau kebugaran aerobik juga didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk menyediakan oksigen untuk kerja otot selama melakukan aktivitas yang ritmik dan kontinyu dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001).

Daya tahan kardiovaskular yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama (Sharkey, 2011). Daya tahan kardiovaskular yang baik akan meningkatkan kemampuan kerja manusia dengan intensitas lebih besar dan waktu yang lebih lama. Daya tahan kardiovaskular yang baik juga akan memungkinkan untuk membangun ketahanan yang lebih besar terhadap kelelahan sehingga dapat melakukan aktivitas untuk jangka waktu yang lebih lama. Besarnya kemampuan kardiovaskular ditentukan dengan pengukuran oksigen yang digunakan maksimal (ambilan oksigen maksimal) atau VO2 maks secara

(6)

2.2.2 Volume Oksigen Maksimal (VO2 maks)

Vo2 maks yaitu suatu ukuran kapasitas tubuh dalam menggunakan oksigen. VO2

maks merupakan jumlah oksigen maksimal yang dikonsumsi permenit ketika

seseorang telah mencapai usaha maksimal. VO2 maks merupakan faktor utama untuk

menentukan intensitas latihan atau kecepatan langkah yang dapat dilakukan secara terus-menerus. VO2 maks dinyatakan dalam berat badan dalam milliliter oksigen yang

dikonsumsi perkilogram permenit (ml/kg permenit). VO2 maks bergantung pada

transportasi oksigen, kapasitas ikatan oksigen dalam darah, fungsi jantung, kapabilitas difusi oksigen dan oksidatif potensial di otot. (Wiwin, 2008).

Kapasitas aerobik menggambarkan besarnya kemampuan motorik dari proses aerobik seseorang. Semakin besar kapasitas VO2 maks seseorang maka semakin besar

pula kemampuan untuk melakukan beban kerja yang berat dan proses pemulihan kebugaran fisik lebih cepat. VO2 maks yang besar berbanding lurus dengan

kemampuan seseorang melakukan beban kerja yang berat dalam waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan kapasitas anaerobik yang dimiliki seseorang sangat terbatas, sehingga sulit untuk bertahan dalam melakukan beban kerja/latihan yang berat. Oleh sebab itu sistem aerobik yang bekerja hanya dengan pemakaian oksigen merupakan kunci penentu keberhasilan dalam olahraga ketahanan. VO2 maks yang besar juga

mempercepat pemulihan setelah beraktivitas. VO2 maks yang tinggi memungkinkan

untuk melakukan pengulangan gerakan yang berat dan lebih lama. Untuk dosis aktivitas fisik yang sama maka VO2 maks yang lebih tinggi akan menghasilkan kadar

(7)

2.2.3 Manfaat Latihan Daya Tahan Kardiovaskular

Latihan daya tahan kardiovaskuler membantu tubuh menjadi lebih efisien dan lebih mampu mengatasi tantangan fisik. Hal ini juga menurunkan risiko berbagai penyakit kronis (Anonim, 2003). Adapun manfaat latihan daya tahan kardiovaskuler adalah sebagai berikut :

1. Meningkatan fungsi kardiovaskuler

Olahraga menyebabkan terjadinya peningkatan detak jantung dan tekanan darah, laju pernapasan, aliran darah ke otot rangka, dan keringat. Dalam jangka pendek, perubahan tersebut membantu respon tubuh terhadap tantangan latihan. Dengan melakukan latihan daya tahan secara teratur akan menyebabkan sistem kardiovaskuler beradaptasi secara permanen sehingga menjadi fisik yang kuat. Latihan daya tahan kardiovaskuler meningkatkan fungsi kardiovaskuler dengan :

a. Mempertahankan atau meningkatkan suplai oksigen.

b. Meningkatkan fungsi otot jantung, sehingga dapat memompa lebih banyak darah per menit. Peningkatan fungsi otot jantung membuat denyut jantung lebih rendah pada saat istirahat dan latihan. Denyut jantung orang yang normal 10-20 denyut per menit lebih rendah dari seorang yang tidak normal.

c. Memperkuat kontraksi jantung.

d. Meningkatkan ukuran rongga jantung (pada orang dewasa muda). e. Meningkatkan volume darah.

(8)

2. Peningkatan metabolisme seluler

Latihan daya tahan secara teratur dapat meningkatkan metabolisme tubuh, sampai ke tingkat sel serta meningkatkan kemampuan untuk memproduksi dan menggunakan energi secara efisien. Latihan daya tahan kardiovaskuler meningkatkan metabolisme yaitu dengan :

a. Meningkatkan jumlah kapiler di otot.

Penambahan jumlah kapiler di otot mempercepat proses metabolisme tubuh. Kapiler yang lebih besar juga membantu mempercepat penyembuhkan cedera dan mengurangi nyeri otot.

b. Melatihan otot untuk menghasilkan lebih banyak oksigen dan sumber energi sehingga dapat bekerja lebih efisien.

c. Meningkatkan ukuran dan jumlah mitokondria dalam sel otot, meningkatkan kapasitas energi sel.

d. Mencegah deplesi glikogen dan meningkatkan kemampuan otot untuk menggunakan asam laktat dan lemak sebagai sumber energi. Olahraga teratur juga dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan kimia yang disebabkan oleh agen yang disebut radikal bebas.

3. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis

Latihan daya tahan secara rutin menurunkan risiko penyakit kronis seperti: a. Penyakit kardiovaskular

Pola hidup yang sedentary merupakan kontributor utama penyakit kardiovaskular (CVD). CVD adalah kategori umum yang mencakup beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit

(9)

jantung koroner (yang dapat menyebabkan serangan jantung), stroke, dan hipertensi. Latihan daya tahan kardiovaskuler menurunkan risiko CVD dengan :

1) Latihan meningkatkan kadar "kolesterol baik" high-density

lipoprotein, atau (HDL) dan dapat menurunkan kadar "kolesterol jahat" (low-density ipoprotein, atau LDL).

2) Mengurangi tekanan darah tinggi.

3) Meningkatkan fungsi sel-sel yang melapisi arteri (sel endotel). 4) Mengurangi inflamasi.

5) Mencegah obesitas dan diabetes tipe 2, yang berkontribusi terhadap CVD.

b. Kanker

Latihan daya tahan mengurangi risiko kanker usus besar pada wanita, dan mengurangi risiko kanker payudara dan organ reproduksi. Aktivitas fisik yang tinggi pada sekolah dan perguruan tinggi sangat penting untuk mencegah kanker payudara di kemudian hari. Latihan juga mengurangi risiko kanker pankreas dan kanker prostat.

c. Diabetes tipe 2

Olahraga teratur membantu mencegah terjadinya diabetes tipe 2. Kegemukan merupakan faktor risiko utama untuk diabetes, dan olahraga membantu menjaga lemak tubuh pada tingkat yang sehat.

(10)

d. Osteoporosis

Sebuah keuntungan latihan daya tahan terutama bagi perempuan adalah perlindungan terhadap osteoporosis. Osteoporosis merupakan penyakit yang mengakibatkan hilangnya kepadatan tulang dan kekuatan tulang.

4. Kontrol lemak yang baik

Terlalu banyak lemak tubuh dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk CVD, kanker, dan diabetes tipe 2. Kelebihan kalori disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Olahraga yang teratur dapat meningkatkan pengeluaran kalori harian. Latihan daya tahan membakar kalori secara langsung sehingga mencegah peningkatan lemak dalam tubuh.

5. Peningkatan fungsi imun

Latihan dapat memberikan efek positif atau negatif pada sistem kekebalan tubuh, proses fisiologis yang melindungi kita dari penyakit. Latihan ketahanan moderat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sedangkan overtraining (training yang berlebihan). Selain olahraga ringan teratur, sistem kekebalan tubuh dapat diperkuat dengan makan nutrisi seimbang, menghindari stres, dan tidur 7-8 jam setiap malam (Anonim, 2003).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiovaskular

Daya tahan kardiovaskular dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu sebagai berikut: 1. Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan hasil dari berat badan (kilogram) dibagi kuadrat dari tinggi badan (meter). IMT menggambarkan adiposa pada tubuh seseorang.

(11)

Dengan pengukuran IMT diperoleh kategori sebagai berikut underweight, normal, overweight dan obesitas.

2. Umur

Umur mempengaruhi hampir semua komponen dalam kebugaran fisik. Umur dapat mempengaruhi daya tahan kardiovaskular seseorang. Ketahanan kardiovaskular mencapai puncaknya pada usia 10-20 tahun dengan nilai indeks jantung normal kira-kira 4 L/menit/m2. Ketahanan kardiovaskular menurun secara perlahan seiring dengan bertambahnya usia, dan pada usia 80 tahun nilai normal indeks jantung hanya tinggal 50%. Ini dikarenakan penurunan kekuatan kontraksi jantung, massa otot jantung, kapasitan vital paru dan kapasitas oksidasi otot skeletal.

3. Jenis kelamin

Daya tahan kardiovaskular antara pria dan wanita berbeda pada masa pubertas. Hal ini karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dibandingkan pria. Selain itu juga terdapat perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita yang disebabkan oleh perbedaan ukuran otot dan proporsinya dalam tubuh.

4. Aktivitas fisik (kebiasaan olahraga)

Kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh seseorang akan berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler. Orang yang terlatih akan memiliki otot yang lebih kuat, lebih lentur, dan memiliki ketahanan kardiorespirasi yang lebih baik. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan mangurangi lemak tubuh.

(12)

Aktivitas fisik yang baik dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular, yaitu penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, penurunan risiko, penyakit jantung dan hipertensi.

5. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat mengakibatkan penuruan performa pernafasan. Hal ini disebabkan oleh zat nikotin yang terkandung didalam rokok yang menyebabkan kontriksi bronkiolus terminalis paru sehingga menyebabkan peningkatan tahanan aliran udara ke dalam dan keluar paru. Selain itu nikotin dapat melumpuhkan silia pada permukaan epitel pernafasan secara normal terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernapasan, ini mengakibatnya lebih banyak debris berakumulasi dalam jalan napas dan menambah kesukaran bernapas. Efek iritasi asap rokok juga menyebabkan kenaikan sekresi cairan dalam cabang-cabang bronkus dan pembengkakan lapisan epitel. Kebiasan merokok digolongkan menjadi : a. Tidak pernah merokok.

b. Perokok, jika saat dianamnesis masih merokok.

c. Perokok berat indeks brinkman = jumlah rokok perhari dikali lama merokok (tahun) lebih dari 400 batang.

d. Bekas perokok jika saat dianamnesis telah berhenti 3 tahun yang lalu dan tidak pernah merokok lagi.

(13)

2.3 Cara Mengukur Tingkat Kebugaran Fisik

Cara mengukur tingkat kebugaran fisik adalah dengan cara International atau

Asian Committee for The Standardization of The Physical Fitness Test (ICSPFT atau

ACSPFT). Tes ini di Indonesia telah di modifikasi menjadi Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Dalam tes ini yang dinilai adalah kemampuan lari (daya tahan aerobik) kelentulan, daya tahan otot, kekuatan otot, dan kelincahan atau yang dinilai daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, kelenturan dan komposisi tubuh. Hasil akhir dari pengukuran kebugaran fisik adalah indeks kesegaran, yang merupakan penjumlahan skoring dibagi dengan jumlah yang di ukur (Suta, 2010).

Sedangkan daya tahan kardiovaskular yang diukur hanyalah kemampuan konsumsi oksigen (VO2 maks), dengan mempergunakan tes lari aerobik 2,4 km, lari

12 menit, naik turun bangku harvard, jantera berjalan (tredmill), sepeda ergometer, dan sebagainya, sebab daya tahan umumnya hanyalah merupakan salah satu komponen biomotorik saja. Agar mudah dan murah untuk melakukan praktis di lapangan, dimana hasilnya tidak jauh, dilakukan dengan cara tes lari aerobik 2,4 km atau tes naik turun bangku harvard. Tes ini sudah dianggap mewakili unsur Tes Kesegaran Jasmani Indonesia lainnya (Suta, 2010).

Tes lari 2,4 km yang dirancang oleh Cooper adalah salah satu bentuk tes lapangan untuk mengukur tingkat kebugaran fisik seseorang (Kleden, 2013). Mengetahui kebugaran fisik dan pada penelitian ini untuk mengetahui daya tahan umum Pelajar SMP di Yayasan Perguruan Kristen Harapan Denpasar, dipilih tes lari 2,4 km karena mudah dan murah dalam pelaksanaannya untuk kegiatan praktis di lapangan, dimana hasilnya tidak jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya (Nuada, 2013). Klasifikasi

(14)

tingkat kebugaran fisik berdasarkan waktu tempuh lari 2,4 km pada perempuan relevan disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Klasifikasi kebugaran fisik (tes lari 2,4 km) untuk golongan umur 13-19 tahun, perempuan (Cooper : 1,5 mil/ 2400 meter)

Waktu Tempuh Katagori Kebugaran Fisik

> 18,31 Sangat kurang

16,55-18,30 Kurang

14,31-16,54 Sedang

12,30-14,30 Baik

11,50-12,29 Baik sekali

< -11,50 Baik sekali dan terlatih Sumber : Cooper, 1982a

Keuntungan dan kerugian test lari 2,4 km menurut Kleden (2013) sebagai berikut: 1. Keuntungan

a. Hanya memerlukan jam atau stopwatch.

b. Jarak tempuh dapat digunakan jalan raya dan lapangan atau stadion. c. Sekaligus dapat diukur banyak orang.

2. Kerugian

a. Faktor cuaca yang tidak mendukung.

b. Motivasi para pengikut tes yang tidak dapat ditetapkan, dalam arti tidak dilakuakan dengan kemampuan optimal/maksimal.

(15)

2.4 Pelatihan Kebugaran Fisik

Pelatihan adalah merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangku waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan indivudual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal. Pelatihan kebugaran fisik mempunyai beberapa ciri atau kreteria antara lain: jenis atau tipe pelatihan, takaran pelatihan dan frekuensi pelatihan. Hal ini mempengaruhi hasil atau keberhasilan dari pelatihan yang dilakukan (Nuada, 2013). 2.4.1 Jenis atau tipe pelatihan

Sebelum melaksanakan pelatihan yang akan dipilih serta ditetapkan, maka tindakan selanjutnya menentukan takaran pelatihan dan sebelum takaran ditentukan harus dilakukan tes awal sebelum dilaksanakn perlakuan untuk mengetahui secara tepat kemampuan seseorang (Nuada, 2013). Pada usulan penelitian ini dipilih jenis pelatihan berupa Tari Galang Bulan. Jenis latihan ini dipilih karena gerakannya melibatkan sebagaian otot-otot tubuh, gerakannya dinamis, terdapat gerakan jaipong di akhir tarian, di iringan musik yang ceria, murah karena peralatannya sangat sedikit dan meriah karena membangkitkan kegembiraan serta aman untuk dilaksanakan. 2.4.2 Takaran pelatihan

Menurut Sudibjo (2009) latihan aerobik berdasarkan intensitasnya diklasifikasikan menjadi latihan aerobik intensitas ringan, sedang dan tinggi. Pada latihan aerobik intensitas ringan, sumber energi diperoleh dari oksidasi lemak, sedangkan latihan aerobik intensitas tinggi diperoleh dari oksidasi karbohidrat. Dalam

(16)

takaran pelatihan, latihan aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan intensitas, durasi serta frekuensi yang cukup.

1. Intensitas pelatihan : adalah menunjukan komponen kualitatif bukan kuantitatif seperti volume dan kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase (%) dari kemampuan maksimalnya. Tingkat intensitas ini mulai terendah sampai tertinggi, (rendah : 30-50%, intermedium : 50-70%, medium : 70-80%, submaksimal : 80-90%, maksimal : 80-100%, supermaksimal : 100-105% dari kemampuan maksimal). Sedangkan membagi intensitas ringan 120-150 denyut permenit, sedang 150-170 denyut per-menit, tinggi 170-185 denyut per-menit dan maksimal lebih dari 185 denuyut per-menit yang dipergunakan sebagai. Pada pelatihan Tari Galang Bulan akan dipergunakan intesitas sedang (medium) 70-80% dengan denyut nadi intensitas rendah 120-150 denyut per-menit. Volume pelatihan adalah intensitas sedang, karena termasuk pelatihan low impact.

2. Durasi : adalah bagian dari volume (durasi : lama waktu, jarak tempuh dan repetisi atau set. Pelatihan selama 10 menit lebih secara teratur akan meningkatkan kebugaran fisik. Pelatihan Tari Galang Bulan dengan durasi 10 menit 59 detik. Penelitian ini menggunakan 3 set dalam pelatihan inti yang di berikan dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif dengan durasi total pelatihan 44 menit 57 detik, dengan gerakan pemanasan dilakukan selama 6 menit , latihan inti dilakukan selama 32 menit 57 detik dan pendinginan dilakukan selama 6 menit.

(17)

3. Frekuensi : adalah kekerapan atau kerapnya pelatihan per-minggu. Menetapkan frekuensi pelatihan tergantung pada tipe olahraganya dan .jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan . Latihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu, dengan durasi latihan 20-30 menit setiap kali latihan atau durasi latihan 15-30 menit sudah dinilai cukup, dengan syarat didahului 3-5 menit pemanasan dan diakhiri dengan 3-5 menit pendinginan, serta dilakukan secara kontinu (Sudibjo, 2009). Latihan Tari

Galang Bulan dilakukan 3 kali perminggu selama 8 minggu diharapkan dapat

meningkatkan kebugaran fisik pada remaja, yang di mana nantinya diukur dengan lari 2,4 km (pre dan post).

2.5 Pelatihan Tari Galang Bulan

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan . Seni tari adalah salah satu bagian dari kesenian. Arti seni tari adalah keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa seni tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak berirama dan berjiwa harmonis. Seni tari Bali pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung (Rohayani, 2012). Seni tari juga merupakan pelajaran praktek yang lebih menitikberatkan pada aspek psikomotorik. Tari di Bali sangatlah unik dan dinamis karena memiliki beragam gerakan, macam-macam gerakan tari bali antara lain : gerakan kaki, gerakan tangan, gerakan jari, gerakan badan, gerakan leher dan mimik.

(18)

Tari Galang Bulan adalah tarian kreasi yang berkembang di Bali yang di ciptakan oleh I Ketut Rena, SST.,M.Si pada tahun 2006. Tari Galang Bulan dapat ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan karena merupakan tarian berpasangan dan tarian ini termasuk kelompok tarian balih-baliahan. Tari Galang Bulan bertemakan tentang pergaulan yang di mana ide dari tarian ini tentang keindahan saat bulan purnama. Tari

Galang Bulan menceritakan tentang para muda mudi berkumpul, bersenda gurau

saling menyatakan perasaan di bawah sinar rembulan yang sangat indah. Karena terbuai perasaan suka cita yang mendalam, malampun semakin larut akhirnya mereka sepakat pulang dan berharap bisa berjumpa pada galang bulan yang akan dating.

Menurut Griadhi & Primayanti (2014) dalam penelitiannya tarian tradisional Bali dapat memenuhi kriteria aktivitas. Karakteristik denyut nadi kerja dan jumlah pemakaian energi pada tarian tradisional Bali memenuhi kriteria aktivitas fisik aerobik intensitas ringan – sedang. Dengan demikian, tari tradisional Bali dapat digunakan sebagai alternatif pilihan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan menjaga kesehatan tubuh.

Tari Galang Bulan termasuk latihan aerobik low impact. Dengan intensitas sedang (medium) 70-80% di mana gerakannya dinamis dalam membantu meningkatkan otot-otot tubuh, meningkatkan kebugaran dan kesehatan dengan durasi 10 menit 59 detik. Penelitian ini menggunakan 3 set dalam pelatihan inti yang di berikan dengan melakukan gerakan terus menerus tanpa ada istirahat aktif dengan durasi total pelatihan 44 menit 57 detik, dengan gerakan pemanasan dilakukan selama 6 menit , latihan inti dilakukan selama 32 menit 57 detik dan pendinginan dilakukan

(19)

selama 6 menit, dengan frekuensi pelatihan selama tiga kali perminggu selama 8 minggu.

Struktur latihan Tari Galang Bulan ini terdiri gerakan dinamis pada Tari Galang

Bulan berdurasi 7 menit 8 detik dan gerakan statis 3 menit 51 detik.

1. Gerakan dinamis : Jalan menyilang pelan-pelan sebanyak 7 langkah, trisik ke depan, gerakan goyang pantat (ngegol), jalan samping kanan-kiri, jalan berputar, mundur kanan, maju kanan-kiri, jalan putar ngegol pegang selendang ke atas hadap ke depan dan jalan seblak sampur kedepan 2 kali.

Tujuan :

a. Menaikan suhu tubuh, memicu denyut jantung agar meningkatkan secara perlahan untuk persipkan melakukan gerakan berikutnya dan menghilangkan kekakuan pada otot persendian.

b. Melatih otot-otot lengan atas bawah, bahu, leher, pergelangan tangan, dada, perut, punggung dan kaki.

c. Koordinasi gerakan lengan dan kaki.

d. Mengatur napas, memacu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat

e. Meningkatkan stamina daya tahan.

2. Gerakan statis : Gerakan tangan memegang selendang dan lepas selendang dan agem kanan-kiri.

Tujuan :

a. Mengulur otot-otot lengan atas bawah, bahu, leher, pergelangan tangan, dada, perut, punggung dan kaki dalam persendian.

(20)

2.6 Pengaruh Latihan AerobikTerhadap Fungsi Fisiologi Organ Tubuh.

Seseorang yang tingkat kebugaran fisiknya baik maka dengan sendirinya organ-organ yang ada juga mempunyai kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimaksud adalah organ tubuh yang ada hubungannya langsung dengan aktivitas fisik seperti sistem peredaran berupa jantung dan pembuluh darah, sistem pernapasan berupa paru-paru dan sistem otot (Suta, 2010).

2.6.1 Pengaruh latihan aerobik terhadap jantung dan pembuluh darah

Secara fisiologi jantung akan memompa darah dari ke dua bilik ke seluruh tubuh dan paru-paru. Begitu pula jantung akan menerima darah balik dari seluruh tubuh maupun dari paru-paru ke sarambi kanan dan kiri. Jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru tergantung pada jumlah isi sekuncup dan juga jantung dalam satu menit. Sekali denyut jantung akan memompa darah sekitar 70-80 ml dari ke dua bilik jantung (Suta, 2010) dan ferkuensi denyut jantung rata-rata 70 kali satu menit, dengan demikian darah yang dipompakan oleh jantung baik dari bilik kanan dan kiri sebesar lebih kurang 5 liter (Nuada, 2013).

Penyebaran curah jantung saat istirahat, dimana paru-paru menerima semua darah yang dipompa keluar dari sisi kanan jantung, organ-organ sistemik masing-masing menerima sebagian darah yang dipompa oleh sisi kiri jantung dengan perbandingan saluran pencernaan 21%, hati 6%, ginjal 20%, ginjal 20%, kulit 9%, otak 13%, otot jantung 13%, otot rangka 15% dan organ-organ lainya 5% (Suta, 2010).

Aktivitas kerja termasuk pelatihan aerobik dapat menyebabkan penyebaran curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah ke jantung 4 kali lebih

(21)

besar dan penambahan aliran darah ke otot-otot yang sedang aktif mencapai 32 kali lebih besar, sebaliknya aliran darah ke organ-organ seperti ginjal, hati, sistem pencernaan turun sebesar 5 kali (Suta, 2010).

Pengaruh latihan aerobik pada jantung akan meningkatkan volume secukupnya yaitu jumlah darah yang dipompa pada sekali denyut jantung dan mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan ukuran bilik kiri jantung, penambahan penebalan otot jantung serta perbaikan kapasitas oksigen enzim. Kontribusi lain dari isi sekuncup dan curah jantung adalah distribusi ulang darah dari pencernaan dan organ lainnya ke otot yang bekerja. Pelatihan aerobik berupa tari galang bulan secara teratur akan mempengaruhi fungsi fisiologi jantung dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun kondisi pelatihan. Pemulihan kondisi jantung ke kondisi jantung sebelum pelatihan lebih cepat. Secara umum dapat dikatakan bahwa lebih untung dipertahankan suatu curah jantung dengan denyut jantung yang rendah dan volume sekuncup yang lebih besar (Suta, 2010).

2.6.2 Pengaruh latihan aerobik terhadap paru-paru

Paru-paru merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai sistem pernapasan baik pernapasan luar yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan maupun pernapasan dalam adalah penggunaan oksigen dan pembentukan karbodioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya (Nuada, 2013).

(22)

Frekuensi pernapasan manusia normal berkisar 12-15 kali dalam satu menit. Satu kali pernapasan sekitar 500 ml udara di masukan dan di keluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas yang terdapat dalam alveoli dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di kapiler paru sedangkan karbondioksida masuk ke dalam alveoli melalui proses difusi sederhana. Efektifitasnya pernapasan tergantung dari organ pernapasan itu sendiri yaitu paru-paru dan pompa ventilasi paru-paru seperti dinding dada, otot-otot pernapasan yang memperbesar dan memperkecil ukuran rongga dada (Suta, 2010).

Kemampuan kebugaran tubuh untuk menghirup, menyalurkan dan menggukan oksigen sebaik-baiknya dinyatakan dalam VO2 Maks. VO2 Maks salah satu indikator

menentukan kebugaran fisik seseorang. Pelatihan aerobik dapat meningkatkan efisiensi sistem pernapasan dan tidak merubah merubah ukuran paru-paru tetapi meningkatkan kondisi dan efisiensi otot-otot pernapasan, mengurangi volume udara residu. Pelatiahan aerobik juga memantapkan efisiensi pernapasan dengan mengurangi frekuensi pernapasan untuk menggerakan volume udara yang sama (Suta, 2010).

Individu yang terlatih mengeluarkan lebih banyak udara dengan pernapasan yang lebih sedikit yaitu sekitar 150 liter dalam satu menit dibandingkan yang tidak terlatih sebesar 120 liter dalam satu menit. Pernapasan yang lebih lambat dan dalam lebih efisien karena memungkinkan lebih banyak pernapasan mencapai porsi paru-paru dimana oksigen dan karbondioksida di pertukarkan. Meningkatkan defusi oksigen dari paru-paru ke dalam darah tergantung pada ventilasi yang baik dan aliran darah yang memadai dalam pembuluh kapiler (Suta, 2010).

(23)

Ada suatu keseimbangan antara dalamnya pernapasan dan kecepatan pernapasan yang memungkinkan seseorang melakukan pernapasan dengan efisiensi yang optimal dengan menggunakan energi yang minimal oleh otot-otot pernapasan. Frekuensi pernapasan dalam keadaan istirahat 10-20 kali semenit dan meningkat pada aktivitas maksimal yaitu 70 kali semenit pada umur 5 tahun, 55 kali semenit pada umur 12 tahun, 40-45 semenit pada umur 25 tahun (Suta, 2010).

Pelatihan aerobik meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pembentukan pembuluh darah di sekitar alveoli yang akan mempercepat suplai oksigen ke dalam sel-sel. Pada pelatihan aerobik terjadi peningkatan jumlah oksigen maksimal yang dibutuhkan seseorang untuk dapat digunakan. Hal ini dapat tercapai bila seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen secara optimal. Pelatihan aerobik meningkatkan nilai VO2 maks (Suta, 2010).

2.6.3 Pengaruh latihan aerobik terhadap sistem otot

Otot memiliki mekanisme kontraksi yang digerakan oleh potensial aksi. Protein kontraksi berupa aktin dan miosin selanjutnya menghasilkan kontraksi dengan jumlah yang sangat banyak di otot. Protein aktin dan protein miosin ditemukan diberbagai jenis sel dan protein miosin pengikat protein aktin adalah salah satu penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP menjadi gerakan suatu komponen seluler. Tersedianya ATP sangat tergantung 21 pada pemecahan sumber-sumber energi seperti glikogen, lemak baik secara anaerob maupun aerob dimana tersedia cukup oksigen untuk melakukan oksidasi. Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan kemampuan otot berkontraksi dengan pemanfaatan

(24)

oksigen. Metabolisme dengan pemanfaatan oksigen untuk penguraian karbohidrat dan lemak oleh enzim dan enzim ini merupakan enzim rantai pernapasan yang ada di mitokondria. Mitokondria merupakan organela sel yang banyak mengandung enzim untuk rantai pernapasan (Nuada, 2013).

Pengaruh latihan aerobik terhadap otot berupa meningkatkan enzim aerobik yang dibutuhkan untuk menguraikan metabolisme karbohidrat dan lemak untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP, meningkatkan ukuran dan jumlah mitokondria pembangkit tenaga energi sel yang menghasilkan energi secara aerobik , meningkatkan kemampuan otot untuk menggunakan lemak sebagai sumber tenaga, meningkatkan ukuran serat otot yang digunakan dalam latihan –latihan yang lama dan lambat, meningkatkan kapabilitas oksidari dari serat oksidasi lambat, meningkatkan kandungan mioglobin dalam serat otot, meningkatkan jumlah pembuluh kapiler yang melayani serat otot (Suta, 2010).

2.6.4 Pengaruh latihan aerobik terhadap sistem metabolisme energi

Pada aktivitas olahraga yang lama atau aktivitas olahraga yang membutuhkan daya tahan pembentukan ATP sebagai sumber energi terjadi dengan metabolisme aerobik. Metabolisme aerobik jauh lebih aefisien dari metabolisme anaerobik. Bila oksigen mencukupi untuk pembakaran maka 1 melekul glikogen dipecah secara sempurna menjadi karbondiosida dan air menghasilkan 38 ATP dibandingakan dengan metabolisme anaerobik yang hanya mengahasilkan 2 ATP (Suta, 2010).

Pada metabolisme aerobik energi didapat terutama dari karbohidrat dan lemak dan oksigen dari aliran darah. Pada proses aerobik energi mula-mula berasal dari penguraian glikogen otot, glukosa dan cadangan glikogen hati, lemak dan terakhir

(25)

protein. Peningkatan intesitas pelatihan mengakibatkan otot akan mulai menghasilkan energi secara anaerobik yang mengakibatkan akumulasi asam laktat dalam otot dan darah. Asam laktat ini merupakan tanda bahwa penggunaan energi lebih cepat dari yang dapat dihasilkan secara aerobik. Asam laktat yang berlebihan mengganggu kontraksi otot dan kapabilitas metabolisme (Suta, 2010).

Pelatihan aerobik akan meningkatkan fungsi fisiologi jantung dan pembuluh darah sebagai sistem peredaran, meningkatkan meningkatkan fungsi fisiologi paru-paru sebagai sistem pernapasan dan sistem otot. Peningkatan fungsi fisiologi sistem organ tesebut memungkinkan tersedianya oksigen yang cukup dalam metabolisme energi secara aerobik. Dengan tersedianya cukup oksigen maka oksidasi terjadi secara sempurna sehingga menghasilkan banyak molekul ATP sebagai sumber energi kontrasi otot disamping itu oksidari secara sempurna dapat mengurangi terbentuknya asam laktat. Pelatihan aerobik meningkatkan daya tahan secara umum karena terbentuknya banyak molekul ATP sebagai sumber energi dan sedikit menghasilkan asam laktat sehingga dapat memperpanjang periode latihan (Suta, 2010).

2.7 Analisis Pelatihan Tari Galang Bulan

Tujuan dari pelatihan aktivitas aerobik ini adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal. Gerakan pelatihan aerobik ini kaya akan variasi dan melibatkan hampir semua komponen biomotorik di dalamnya, dalam hal ini latihan aktivitas aerobik berupa olahraga yang di gunakan penulis sebagai bahan penelitian yaitu Tari

(26)

Pengaruh pelatihan aerobik pada Tari Galang Bulan yaitu jatung akan terlatih menerima beban latihan fisik yang dapat merangsang jantung yaitu memompa darah lebih banyak, menurunkan denyut nadi, meningkatkan pengambilan oksigen serta mendistribusikan oksigen melalui ikatan hemoglobin. Peningkatakan fungsi fisiologi jantung dan pernapasan terjadi peningakat kebugaran fisik bila diberikan dengan frekuensi, intensitas,time dan tipe pelatiahan yang sesuai.

Tari Galang Bulan memiliki gerakan yang melibatkan semua unsur pergerakan otot, terutama otot-otot besar. Beban latihan yang ada cukup merangsang sistem kardiovaskular dan respirasi. Untuk prinsip pembebanan, beban latihan untuk masing-masing otot tidak terlalu tinggi sehingga kelelahan tidak terjadi secara primer pada otot-otot karena otot-otot tidak bekerja secara berlebihan, tetapi secara sekunder oleh karena kurang mempunyai mekanisme penyediaan O2 dan menyingkirkan

sisa-sisa metabolisme pada saat itu.

Secara anatomi hiperthopy yaitu banyaknya terbentuk kapiler darah yang baru dan bertambahnya jumlah dan ukuran mitrokodria. Secara biokimia terjadinya peningkatan pada jumlah mioglobin dan enzim oksidasi dan secara fisiologi pelatihan aerobik dapat meningkatkan daya tahan dinamis yaitu kemampuan otot untuk mengulang kontraksi dengan frekuensi yang maksimal dan mempertahankan dalam waktu yang maksimal sehingga membantu peningkatan sistem kardiovaskular.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan instagram sebagai media pemasaran online pada matakuliah kewirausahaan dikarenakan Instagram adalah media sosial yang

Dengan metode multivariate time series tidak hanya dapat meramalkan harga saham perusahaan selular, tapi juga bisa menjelaskan hubungan antar saham perusahaan

Menurut kelompok kami dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tunjangan karyawan merupakan kompensasi tidak langsung yang diberikan kepada karyawan

Pemerintah daerah dapat menggunakan penelitian ini untuk mengukur keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerahnya, bermanfaat sebagai bahan evaluasi keterbukaan

Penelitian tindakan kelas tentang «untung dan rugi dalam jual beli» untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SDN Bintara XI perlu ditindaklanjuti sehingga siswa lebih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM

Ketiga, berdasarkan hasil penelitian dengan analisis laboratorium menunjukan bahwa jenis tanah di Kenagarian Lubuk Besar dan Kenagarian Alahan Nan Tigo yang

Pada awal hingga akhir penelitian Optimasi PSO Untuk Metode Clustering Fuzzy C-Means Dalam Pengelompokan Kelas dengan variabel nilai akademik dan variabel nilai perilaku atau