• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETI IBRIANTI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETI IBRIANTI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN

DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LINGGA PERIODE 2011-2013

ETI IBRIANTI 080420103089

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau

ABSTRAK

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat hunian hotel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga.

Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga. Sampel dalam penelitian ini adalah Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan 2013. Metode analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu dengan metode Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan SPSS Versi 21 yang nantinya menggambarkan pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

Kata Kunci : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian Hotel, Pendapatan sektor Pariwisata

(2)

2

PENDAHULUAN

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Agar dapat mewujudkan hal tersebut, segala potensi dan sumber daya yang ada harus dialokasikan secara efektif dan efisien secara terus-menerus yang disebut dengan pembangunan nasional. Dalam mewujudkan pembangunan nasional bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat saja, tetapi pemerintah daerah juga memiliki peran yang sama untuk keberhasilan tersebut. Hal ini terlihat pada pemerintah pusat melalui otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengelolah daerahnya sendiri.

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintah bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemberian otonomi daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah selain perimbangan keuangan antar pusat dan daerah yang kurang merata, prospek kemampuan pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan dan pelayanan masyarakat dianggap belum maksimal. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan. Berikut merupakan data pendapatan sektor pariwisata pada pemerintah Kabupaten Lingga :

(3)

3

Pendapatan Sektor Pariwisata

No Tahun Jumlah

1 2011 179.055.665

2 2012 1.678.881.991

3 2013 60.447.600

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, 2015

Berdasarkan dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa pendapatan sektor pariwisata pada Pemerintah Kabupaten Lingga pada Tahun 2012 merupakan angka tertinggi dengan mencapat nilai 1.678.881.991 dan pada tahun 2013 merosot jauh menjadi 60.447.600 hal ini tentu saja menjadi pertimbangan bahwa pemerintah Kabupaten Lingga harus memperhatikan sektor pariwisata kabupaten Lingga agar dapat memberikan dampak baik bagi pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

Pembiayaan pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat hunian hotel (Pendit,2003).

Kepariwisataan dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam menggalakkan pembangunan perekonomian karena memberikan dampak terhadap perekonomian di Negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan pada suatu daerah

(4)

4

tujuan wisata telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat. Seperti halnya dengan sektor lainnya, pariwisata juga berpengaruh terhadap perekonomian di suatu daerah atau negara tujuan wisata.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah

Sebagai salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi pariwisata. Kabupaten lingga membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi yang dibanggakan. Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti menjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar atau sekedar mendapatkan ketenangan

Selain itu Kabupaten Lingga merupakan daerah dengan letak wilayah yang masih asli dengan kondisi daerah yang hijau serta memiliki kebudayaan asli yang belum tercampur dengan kebudayaan luar, tidak menutup kemungkinan untuk para wisatawan transit sejenak di Kabupaten Lingga. Keragaman produk dan potensi pariwisata yang ada ditambah tersedianya fasilitas penunjang pariwisata yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata, bermanfaat sebagai pengenalan sektor pariwisata kepada wisatawan yang datang di Kabupaten Lingga dan akan meningkatkan penerimaan daerah dalam sektor pariwisata

Dalam Penelitian ini penulis tertarik ingin meneliti dan menganalisis suatu judul penelitian dengan judul : “PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LINGGA”

(5)

5

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pendapatan Daerah

Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 adalah Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut:

a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah.

Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Pendapatan pariwisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah yang berasal dari kegiatan kepariwisataan, seperti retribusi tempat rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan rupiah pertahun (Yoeti, 1996). Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas yang dimaksud dengan pendapatan sektor pariwisata adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah.

(6)

6

Jumlah Kunjungan Wisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan menurut Sammeng yaitu:

“Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di tempat yang dikunjunginya”.

Ada beberapa manfaat jika banyak wisatawan mengunjungi suatu tujuan wisata tertentu, salah satunya melalui penerimaan berbagai retribusi dan pajak yang disetorkan kepada daerah setempat. Dalam bukunya Nawawi mengutip pernyataan dari Ramdani yang pada intinya berisi mengenai pengaruh langsung kunjungan wisatawan terhadap pendapatan dan perekonomian daerah. Semakin lama wisatawan menginap dalam setiap kunjungan wisata maka secara langsung pengaruh ekonomi dari keberadaan wisatawan tersebut juga semakin meningkat.

Salah satu pengaruh ekonomi dalam kegiatan pariwisata di suatu daerah terletak pada purchasing power yang diperoleh masyarakat di daerah penerima wisatawan melalui pengeluaran dari wisatawan yang cenderung membelanjakan lebih banyak uang daripada yang dilakukan wisatawan tersebut di daerah asalnya. Selanjutnya pengeluaran wisatawan tersebut menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah (PAD), pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan (Nawawi,2003).

Menurut Apriori dalam Ida Austriana (2005), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik,

(7)

7

maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan wisata pada setiap tahunnya mengalami peningkatan sehinnga nantinya akan memberikan dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga. Dapat diketahui pada tahun 2013 pendapatan sektor pariwisata merosot jauh akan tetapi pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisata meningkat hal ini tentunya menjadi permasalahan yang akan diteliti sehingga penulis akan melihat apakah jumlah kunjungan wisata berpengaruh terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

Objek Wisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan menurut Sammeng yaitu: “Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di tempat yang dikunjunginya”. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam.

Menurut Mursid (2003), obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut.

Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

(8)

8

d. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.

e. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

Prasarana Obyek Wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan (Mursid, 2003). Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lainlain. Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya yang tentu saja meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

Sarana Obyek Wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya (Mursid, 2003). Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak

(9)

9

semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan. pada kabupaten lingga dapat diketahui jumlah objek wisata pada akhir tahun 2013 yaitu berjumlah 7 objek wisata.

Tingkat Hunian Hotel

Dalam Agin dan Christiono (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Tingkat Hunian pada Keputusan Investasi Proyek Hotel Santika Surabaya, tingkat hunian kamar hotel (okupansi hotel) adalah banyaknya kamar yang dihuni dibagi kamar yang tersedia dikalikan 100%. Tingkat okupansi menjadi salah satu unsur pengitung pendapatan hotel. Tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar-kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Pengertian rasio occupancy merupakan tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual produk utamanya, salah satunya yaitu kamar (Vicky,Hanggara, 2011).

Pada jurnal yang berjudul Menggali Sumber PAD DIY Melalui Pengembangan Industri Pariwisata yang ditulis oleh Barudin (2001) dalam jurnalnya, menyatakan bahwa ketika jumlah kamar hotel yang tersedia memadai, maka jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dan semakin banyak pula permintaan terhadap kamar hotel. Saat hotel tersebut terasa nyaman untuk disinggahi, mereka akan semakin nyaman untuk tinggal lebih lama lagi.Sehingga industri pariwisata dan kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, baik berbintang atau melati akan memperoleh pendapatan pariwisata yang semakin tinggi jika wisatawan semakin lama menginap.Sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak penghasilan.

(10)

10

Menurut Wahab (2003) dalam Pleanggra (2012) peran hotel dalam industri pariwisata adalah:

1. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan atau sedang berwisata tidak akan lepas dari kebutuhan dalam hidup yang paling pokok, yaitu makan dan tidur. Hotel menyediakan jasa penginapan, makan, dan minum serta jasa lainnya yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup para wisatawan.

2. Hotel menggantikan fungsi rumah “di luar rumah” (away home from home) bagi para wisatawan atau pelaku perjalanan, dengan usaha memberikan: Rasa aman (secure), Rasa kenyamanan yang menyenangkan (comfort), Kesendirian (privacy).

3. Hotel sebagaimana rumah adalah tempat awal atau basis seseorang dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari, seperti bekerja, bersantai, hidup bermasyarakat, berolaraga dan kegiatan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini hotel menyediakan fasilitas serta sarana yang diperlukan seperti televisi, telepon, lobby, aula, computer, dan lain lain .

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep teori di atas maka peneliti mencoba menguraikan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4 Jumlah Kunjungan Wisata (X1)

Jumlah Objek Wisata (X2)

Tingkat Hunian Hotel (X3)

(11)

11

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Jumlah kunjungan wisata terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik wisata yang besar. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan daerah sektor pariwisata perlu dikaji pengelolaanya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. pendapatan sektor pariwisata dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan dimana dalam hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat dbuat suatu hipotesis sebagai berikut :

H1 : Jumlah Kunjungan Wisatawan berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

Pengaruh Jumlah objek wisata terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata

Jumlah objek wisata dalam suatu daerah merupakan sarana yang dapat dikunjungi oleh wisatawan untuk berlibur. Datangnya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah juga didasarkan oleh banyaknya objek wisata yang akan dikunjungi. hal ini dapat diketahui juga akan memberikan dampak bagi pendapatan sektor pariwisata di daerah dimana dengan adanya jumlah objek wisata yang banyak dan menarik maka akan meningkatkan pendapatan sektor pariwisata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pleanggra (2012) dimana dalam penelitiannya jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut :

H2 : Jumlah Objek Wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

(12)

12

Pengaruh Tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata

Banyaknya wisatawan yang diikuti dengan lamanya waktu tinggal di suatu daerah tujuan wisata tertentunya akan membawa dampak positif terhadap tingkat penerimaan pariwisata. Hal ini berarti pengelolaan perhotelan sebagai sarana tempat tinggal wisatawan memberikan dampak terhadap pendapatan pariwisata. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya dapat diketahui bahwa tingkat hunian hotel berpengaruh terhadap penerimaan sektor pariwisata. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :

H3 : Tingkat Hunian Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat

(13)

13

hunian hotel (Pendit,2003). Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :

H4 : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian menurut Iqbal Hasan (2004:4) adalah sebagai berikut : “Penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan mempelajari secara cermat dan sungguh sungguh) sehingga diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan sebagainya).”

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif bersifat Asosiatif, yaitu berupaya menggambarkan hubungan diantara variabel yang diteliti. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.

Variabel Dependen

Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang keadaannya merupakan hasil dari pengaruh variabel-variabel independen yang ada. Pendapatan Sektor Pariwisata (Y) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari tahun 2011 sampai dengan 2013

Variabel Independen

1. Jumlah Kunjungan Wisata (X1) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kunjungan wisata dari tahun 2011 sampai dengan 2013

2. Jumlah Objek Wisata (X2) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data objek wisata dari tahun 2011 sampai dengan 2013 3. Tingkat Hunian Hotel (X3) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data tingkat hunian hotel dari tahun 2011 sampai dengan 2013

(14)

14

Sampel Data Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Data penelitian yang digunakan adalah sebanyak 36 sampel data. Data dalam penelitian dilakukan melalui tahapan pengujian data yaitu Outliers. Outliers adalah data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang lainnya dalam suatu rangkaian data. Adanya data outliers ini akan membuat analisis terhadap serangkaian data menjadi bias, atau tidak mencerminkan fenomena yang sebenarnya. Deteksi terhadap outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang dapat dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan mengkonversikan nilai data ke dalam skor standaridized atau yang biasa disebut z-score. Menurut Ghozali (2006:40) standar skor yang dapat digunakan dalam penentuan outlier adalah nilai -2,5 < z-score < 2,5.

Dalam penelitian ini sampel yang dinyatakan sebagai data outlier sebanyak 3 data sehingga harus dihapus dari sampel penelitian, dari total 36 data penelitian setelah dilakukan pengujian outlier data, maka jumlah data sampel penelitian yaitu 33 sampel.

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap temuan-temuan empiris mengenai pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata dan tingkat hunian hotel sebagai variabel independen terhadap pendapatan sektor pariwisata sebagai variabel dependen. Adapun hasil olahan statistic deskriptif data yang menjadi variabel penelitian dengan menggunakan spss versi 22 disajikan dalam tabel berikut.

(15)

15

Statistik Deskriptif Data Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Kunjungan_Wisata 33 1044.00 12013.00 4473.8182 3471.08678 Objek_Wisata 33 5.00 7.00 6.0606 .86384 Hunian_Hotel 33 473.00 1204.00 927.3636 185.59412 Pendapatan_Sektor_Pariwis ata 33 2475600.0 0 194800130.00 39989644. 4242 59642746.2 1869 Valid N (listwise) 33

Sumber : Output SPSS 22. 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tersebut nampak bahwa 33 sampel yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Variabel kunjungan wisata mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81 dengan nilai minimum sebesar 1044. Variabel objek wisata diperoleh rata-rata sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar 5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum sebesar 1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui dari tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah 39.989.644.

Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan.

(16)

16

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji Statistik Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 43429651.4094 9222

Most Extreme Differences Absolute .131

Positive .131

Negative -.131

Test Statistic .131

Asymp. Sig. (2-tailed) .161c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Hasil Olahan SPSS Versi 22

Berdasarkan hasil analisis metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,161 lebih besar dari 0,05, ini berarti variabel residual berdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) Kunjungan_Wisata .911 1.098 Objek_Wisata .895 1.117 Hunian_Hotel .964 1.038

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

(17)

17

Berdasarkan Tabel 4.3 nilai Tolerance dan VIF terlihat bahwa tidak ada nilai Tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF tidak ada di atas 10 hal ini berarti ketiga variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan multikolinieritas dan dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan sektor pariwisata selama periode pengamatan 2011-2013.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Hal yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 22, 2016

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

(18)

18

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berbeda antara nol dan satu.

Hasil koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .685a .470 .415 45620740.8553 7 1.164

a. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata b. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel-variabel independen (x) dengan variabel dependen (y). Dari hasil olehan data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,685 < 0,32 artinya pengaruh antara variabel x (Hunian Hotel, Kunjungan Wisata dan Objek Wisata) terhadap variabel y (Pendapatan Sektor Pariwisata) memiliki pengaruh yang signifikan.

R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R Square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Jumlah Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Maka dapat disimpulkan bahwa kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel serta jumlah objek wisata berpengaruh terhadap pendapatan sektor pariwisata.

(19)

19

Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan output SPSS versi 22 terhadap ketiga variabel independen yaitu jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata serta tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata ditunjukkan pada tabel berikut :

Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218 Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000 Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750 Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berdasarkan tabel di atas maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Y = 82538694.147 + 10869.596X1 - 3173919.857X2 - 77576.656X3

Berdasarkan model regresi dan tabel di atas maka hasil regresi berganda dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Persamaan regresi linear berganda diatas, diketahui mempunyai konstanta sebesar 82.538.694,147. Sehingga besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen (jumlah kunjungan wisata, jumlah ojek wisata, tingkat hunian hotel) akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor pariwisata sebesar 82.538.694,147

(20)

20

2. Koefisien variabel kunjungan wisata 10.869,596 berarti setiap kenaikan kunjungan wisata sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor pariwisata sebesar 10.869,596.

3. Berdasarkan tabel diatas, koefisien variabel objek wisata sebesar -3.173.919,857 artinya bahwa setiap terjadi kenaikan objek wisata sebesar 1% maka tidak akan memberikan dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Lingga

4. Koefisien variabel Hunian Hotel sebesar -77.576,656 menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan hunian hotel sebesar 1% maka tidak akan memberikan dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata di kabupaten lingga.

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen (jumlah kunjungan wisata, jumlah onjek wisata serta tingkat hunian hotel) terhadap variabel dependen (pendapatan sektor pariwisata). Untuk menguji pengaruh parsial tersebut dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai probabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan.

Hasil uji analisis regresi coefficients dengan menggunakan SPSS versi 22 terlihat pada di bawah ini :

Hasil Uji t (parsial)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218 Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000 Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750 Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

(21)

21

Dari tabel di atas, maka hasil regresi berganda dapat menganalisis pengaruh dari masing-masing variabel jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata serta tingkat hunian hotel terhadap pendaptan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Variabel jumlah kunjungan wisata mempunyai arah yang positif, sedangkan variabel objek wisata dan hunian hotel menunjukkan arah negatif.

1. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata (X1) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata (Y)

Variabel Jumlah Kunjungan Wisata mempunyai thitung 4,465 dan dapat diketahui nilai ttabel untuk sampel 36 dengan tingkat kesalahan 5% yaitu sebesar 2,03, sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu 4,465>2,03. Berdasarkan nilai probabilitas sebagai dasar pengambilan keputusan dapat diketahui bahwa Sig. < α, untuk α = 5%, maka Ha diterima. Dapat diketahui bahwa nilai signifikasi untuk Kunjungan Wisata yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor Wisata.

2. Pengaruh Jumlah Objek Wisata (X2) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata (Y)

Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini bernilai 0,322 sedangkan nilai t tabel 2,02, dimana hal ini menunjukkan bahwa jumlah objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.

3. Pengaruh Tingkat Hunian Hotel (X3) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata (Y)

Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini bernilai -1,753, sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata adalah negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hunian hotel tidak

(22)

22

mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Lingga.

Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Wahid Sulaiman,2004:86). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

2. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan mengambil keputusan 5%

3. Pengambilan Keputusan

a. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen b. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen

Hasil Uji F ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5347592175862 0072.000 3 1782530725287 3360.000 8.565 .000 b Residual 6035630788960 0336.000 29 2081251996193 115.200 Total 1138322296482 20400.000 32

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

b. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

(23)

23

Pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,565 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikasi tersebut lebih kecil dari pada 0,05 dimana berdasarkan nilai probabilitas nilai Sig. < α, untuk α = 5%, maka Ha diterima sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependent. Dapat diketahui berdasarkan hasil pengujian tersebut diatas bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dimana variabel independen yaitu Kunjungan Wisata, Objek Wisata, dan Hunian Hotel secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata. Nilai f tabel pada taraf kepercayaan signifikansi 0,05 adalah 4,11 dengam demikian F hitung = 8,565 > F tabel = 4,11 dengan demikian maka model regresi dapat dikatakan bahwa Jumlah Kunjungan Wisata (X1), Jumlah Objek Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel kunjungan wisata mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81 dengan nilai minimum sebesar 1044. Variabel objek wisata diperoleh rata-rata sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar 5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum sebesar 1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui dari tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah 39.989.644.

2. Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot, dapat disimpulkan bahwa pola grafik normal terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal

(24)

24

dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas.

3. R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R Square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

4. Secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor Wisata.

5. Objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.

6. Tingkat hunian hotel tidak mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Lingga

7. Kunjungan Wisata (X1), Objek Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.

Saran

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pemerintah kebupaten lingga khususnya pada sektor pariwisata untuk dapat mengolah daerahnya menjadi lebih menarik perhatian pengunjung baik itu dari luar daerah maupun dari luar negeri sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pendapatan sektor pariwisata pemerintah Kabupaten Lingga

(25)

25

2. Dalam pengelolaan kepariwisataan dapat disarankan kepada pemerintah Kabupaten Lingga untuk dapat membuat objek wisata yang menggambarkan objek wisata khas daerah sehingga hal ini dapat memicu kedatangan tamu dari luar daerah maupun luar negeri untuk dapat memberikan dampak baik bagi pertumbuhan pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

3. Dalam pengelolaan sektor pariwista dapat disarankan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam hal ini dapat dikatakan investor untuk dapat mengembangkan daerah Lingga menjadi daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi.

4. Kepada Pemerintah Kabupaten Lingga khususnya Dinas Pariwisata disarankan untuk lebih memperhatikan perkembangan pariwisata dengan membuka Obyek Wisata baru atau lebih mengembangkan potensi wisata yang sudah ada sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Lingga sehingga diharapkan penerimaan sektor pariwisata juga akan meningkat.

5. Pemerintah Kabupaten Lingga diharapkan untuk dapat memberikan pelatihan kepada pelaku wisata untuk dapat meningkatkan kualitas kepariwisataan kabupaten lingga yang nantinya dapat berdampak baik bagi pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan BPFE Yogyakarta. Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata”. Skripsi. Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro

Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok –Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif ). Jakarta: Bumi Aksara

Mursid. (2003). Manajemen Pemasaran. Edisi 1. Penerbit Bumi Aksara Jakarta Bekerja Sama Dengan Pusat Antar Universitar Studi Ekonomi UI, Jakarta.

(26)

26

Nasrul, Qadarochman .2010, “Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata Di Kota Semarang dan Faktor Yang Mempengaruhinya”. Skripsi. Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetitif. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pendit, Nyoman . 2003. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradaya

Pleanggra,. 2008.Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan Pendapatan perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah . Jurnal Pariwisata. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 Rudi,

Supriyanto.2010, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Wonogiri Tahun 2001-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi,Universitas Sebelas Maret

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja, PT.Pertja Jakarta Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung

Gambar

Tabel diatas menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R  square)

Referensi

Dokumen terkait

Figure 4.28 Sequence Diagram Master Pasien for Pelabuhan Hospital Staff 129 Figure 4.29 Sequence Diagram Master Pengguna for Pelabuhan Hospital Staff130 Figure 4.30

[r]

[r]

hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dan tumbuhan dan lingkungan hidupnya; perkembangan dan pertumbuhan manusia, ciri perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan,

 Bumi dan tata surya Bumi dan tata surya , yang mencakup tanah, , yang mencakup tanah, bumi, tata surya, dan benda langit lainnya.. bumi, tata surya, dan benda

Siswa aktif melakukan kegiatan untuk menjawab permasalahan yang muncul di awal pembelajaran. Guru memberi konsultasi atau membantu jika siswa

1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun

Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi sebagai langkah awal standardisasi ekstrak etanol daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dari tiga tempat tumbuh di