• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR SELATAN KOTA SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR SELATAN KOTA SALATIGA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-9

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PENGARUH

PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR SELATAN KOTA SALATIGA

ARI FITRIANTO1, ANAK AGUNG GDE KARTIKA2 DAN PUTU GDE ARIASTITA3

1

email :

Mahasiswa Magister Manajemen Aset Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya,

ari_sst09@yahoo.co.id, 2

Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya

Abstrak—Pembangunan jalan lingkar bertujuan untuk mengurai dan memecah arus lalulintas pusat kota, dalam perkembangannya keberadaan jalan lingkar memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan dikawasan sepanjang jalan lingkar yaitu terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.

Tujuan kajian ini merupakan rekomendasi pengendalian perubahan lahan akibat pengaruh pembangunan jalan lingkar Kota Salatiga. Tahapan dalam mencapai tujuan kajian ini yaitu : 1) mengidentifikasi seberapa besar perubahan lahan pertanian; 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian; 3) merumuskan tipologi perubahan lahan pertanian; 4) merumuskan rekomendasi penanganan perubahan penggunaan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar.

Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan panjang jalan lingkar mempengaruhi perubahan lahan pertanian sebesar 0,077 Ha. Faktor yang paling kuat mempengaruhi perubahan lahan yaitu tingkat urbanisasi. Tipologi perubahan lahan pertanian dikelompokan menjadi cluster1 dan cluster2. Rekomendasi pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian dikawasan jalan lingkar pada cluster 1 yaitu dengan melakukan pengawasan, penertiban dan sosialisasi terhadap penduduk tentang Rencana Tata Ruang terkait dengan pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian; cluster 2 yaitu zonasi kawasan dengan membatasi pembangunan yang tidak sesuai RTRW, tidak memberikan fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan RTRW.

Kata kunci— Jalan, Lahan, Perubahan lahan

I. PENDAHULUAN

Pembangunan jalan yang semakin kompleks baik di dalam maupun di luar kota akan menimbulkan pusat-pusat kegiatan dan fungsi-fungsi perkotaan baru yang menempati tempat sepanjang jalur jalan yang ada sehingga perluasan permukiman paling banyak terjadi kiri kanan jalur transportasi. Hal ini mengakibatkan kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman, perdagangan maupun indus tri di sekitar jalur transportasi.

Kepadatan lalulintas di jalan-jalan nasional Kota Salatiga menyebabkan kemacetan di pusat kota. Untuk mengantisipasi masalah

tersebut Pemerintah Kota Salatiga membangun jalan lingkar selatan sepanjang ± 11,350 km, pembangunan dilaksanakan dari tahun 2005 hingga tahun 2010.

Dampak langsung yang di akibatkan pembangunan jalan lingkar dapat terlihat dan merupakan permasalahan yang kompleks adalah terjadinya konversi lahan pertanian menjadi kegiatan non pertanian. Masyarakat pemilik lahan pertanian di sepanjang jalan lingkar selatan melakukan alih fungsi lahan pertanian mereka menjadi bangunan berupa pemukiman maupun perdagangan dan jasa. Perubahan lahan pertanian dapat dilihat dari berkurangnya lahan pertanian dan meningkatnya lahan terbangun. Luas lahan

(2)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-10

pertanian sebesar 2.545 hektar pada tahun 2005, pada tahun 2010 luas lahan pertanian berkurang menjadi 1.950 hektar (Bappeda Kota Salatiga, 2010).

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Salatiga bahwa bentang alam wilayah yang dilewati jalan lingkar selatan sebagai kawasan tanaman pangan lahan basah dan lahan kering dengan fungsi utama pertanian pangan - holtikultura serta kawasan budidaya tanaman tahunan dan musiman.

Dengan fenomena diatas kiranya sangat menarik untuk dilakukan kajian tentang pengaruh dari pembangunan jalan lingkar selatan terhadap : 1. Seberapa besar perubahan lahan pertanian ke non pertanian; 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian; 3. Tipologi perubahan lahan pertanian ke non

pertanian; 4. Penanganan perubahan

penggunaan lahan pertanian ke non pertanian. lahan merupakan sumber daya alam yang terpenting dalam pembangunan wilayah, akan tetapi perlu dipahami bahwa lahan mempunyai karakteristik tertentu sifat khusus permanen (tidak dapat dihancurkan atau dibuat baru), lokasi yang pasti (tidak dapat dipindahkan), tidak ada satupun bidang tapak lahan yang mempunyai nilai lahan persis sama, lahan terbatas/langka dan merupakan tumpuan harapan dari berbagai kepentingan dan keinginan (baik yang dikuasai secara sah/legal, maupun tidak sah/ilegal menurut peraturan perundangan yang berlaku)[6].

Konversi lahan merupakan peralihan penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan lainnya atau berubahnya fungsi lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain. Perubahan lahan yang diakibatkan pembangunan jaringan infrastruktur merupakan salah satu faktor penyebab, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya penggunaan lahan, yaitu: perluasan batas kota; peremajaan di pusat kota; perluasan jaringan infrastruktur tertutama jaringan transportasi; serta tumbuh dan hilangnya pemusatan aktifitas tertentu [1]. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian seperti faktor kepadatan penduduk,

faktor kebutuhan lahan (perumahan, industri, perdagangan dan jasa), faktor ekonomi, faktor sosial, faktor otonomi daerah dan lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum dari peraturan-peraturan yang ada [4].

Pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian merupakan upaya pengendalian terhadap konversi lahan. tiga pendekatan secara bersamaan dalam kasus pengendalian alih fungsi lahan pertanian melalui regulation (pengambil kebijakan perlu menetapkan aturan pemanfaatan lahan berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial, pengambil kebijakan melalui (zoning) terhadap lahan yang memungkinkan alih fungsi), Acquisition and Management (menyempurnakan sistem dan aturan jual beli lahan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan guna mendukung upaya mempertahankan lahan pertanian) dan Incentive and Charges (pemberian subsidi kepada pemilik lahan yang mempertahankan lahan pertanian serta menerapkan sistem pajak yang tinggi terhadap pemilik lahan yang merubah lahan pertanian menjadi lahan non pertanian). Usaha pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian digunakan perangkat pengendalian pemanfaatan lahan melalui pendekatan pengambil kebijakan pewilayahan (zoning) atau kebijakan otoritas sentral, kebijakan insentif dan disinsentif serta mekanisme perizinan yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan

yang ada dalam proses alih fungsi

lahan.[2;3;4]

II. METODOLOGI

Penelitian ini berlokasi di Kota Salatiga dengan objek penelitian Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang berada di wilayah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Pulutan dan Kelurahan Blotongan.

Metoda penelitian ini menggunakan metode survei, penelitian dengan cara survei merupakan penelitian yang dilakukan secara instansional, dalam penelitian ini survei

(3)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-11

instansional adalah alat pengumpul data yang pokok. Metoda penelitian dengan penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan serta menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang. Variabel - variabel yang digunakan untuk mencapai sasaran penelitian yaitu :

a. Identifikasi kawasan yang mengalami perubahan lahan pertanian ke non pertanian.

Variabel jenis perubahan lahan pertanian dan variabel laju perubahan lahan pertanian dengan definisi operasional jenis/macam peruntukan lahan non pertanian, rata-rata perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian setiap tahunnya, menggunakan analisis deskriptif.

b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian.

Variabel kepadatan penduduk,variabel tingkat urbanisasi dan variabel tingkat pelayanan utilitas dengan definisi operasional angka kepadatan penduduk kelurahan-kelurahan dikawasan jalan lingkar selatan tahun 2005 hingga tahun 2010, perbandingan antara luas daerah terbangun dengan luas wilayah per kelurahan yang dilewati jalan lingkar selatan, perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah pemenuhan pelayanan jaringan air bersih dan jaringan listrik, menggunakan analisis regresi.

c. Merumuskan tipologi perubahan lahan pertanian ke non pertanian.

Variabel jenis dan laju perubahan lahan pertanian serta variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian dengan definisi operasional pengelompokan wilayah kelurahan berdasarkan tingkat perubahan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian menggunakan analisis cluster. d. Rumusan rekomendasi penanganan

perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian sesuai tipologi perubahannya.

Variabel tipologi perubahan lahan, variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan dan variabel fungsi dan kelas jalan lingkar selatan dengan definisi operasional pengendalian perubahan lahan berdasar tipologi perubahan lahan dikawasan jalan

lingkar selatan, pengendalian dari

kelompokan (cluster) wilayah kelurahan-kelurahan dikawasan jalan lingkar selatan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta pengendalian

berdasarkan fungsi dan kelas jalan lingkar

selatan dengan menggunakan analisis

kua litatif (triangulasi).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil survey instansional yang dilakukan diperoleh data dari tahun 2005 hingga tahun 2010 yaitu data pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan tahun 2010, data luas lahan pertanian tahun 2005-2010, data jenis lahan non pertanian, data luas wilayah kelurahan di kawasan jalan lingkar selatan, data jumlah penduduk dan data jumlah pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik).

a. Perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan. Proses perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang diakibatkan adanya pembangunan jalan lingkar selatan Kota Salatiga dalam penelitian ini hanya mengacu pada periode tahun 2005 hingga tahun 2010. Karateristik perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan dilihat dari jenis-jenis perubahan lahan pertanian. Dalam melakukan identifikasi jenis perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan diperlukan data pertumbuhan panjang jalan lingkar dan luasan lahan pertanian di wilayah pada masing-masing Kelurahan.

Gambar 1 menunjukan pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan dan gambar 2 merupakan data luas lahan pertanian tahun 2005 hingga tahun 2010, dari kedua gambar tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pertambahan panjang jalan mempengaruhi penggunaan lahan pertanian sehingga menyebabkan perubahan lahan pertanian.

- Jenis perubahan lahan pertanian

Perubahan lahan yang terjadi di wilayah sepanjang jalan lingkar selatan terbagi menjadi perubahan lahan perdagangan - jasa

(4)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-12

dan perubahan lahan perumahan. Berdasarkan data sekunder kemudian dilakukan perhitungan diperoleh rata-rata perubahan lahan perdagangan – jasa sebesar 0,118 Ha per tahun sedangkan rata-rata perubahan lahan perumahan sebesar 19,105 Ha per tahun.

- Tingkat perubahan lahan

Tingkat perubahan lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan ditunjukan pada tabel 1 Tingkat perubahan lahan pertanian ke non pertanian tahun 2005-2010.

Tabel 1 menunjukan terjadi perubahan lahan tertinggi di wilayah Kelurahan Blotongan yang tingkat perubahan luasnya sebesar 0,195 Ha, kemudian diikuti wilayah Kelurahan Kecandran 0,113 Ha, Kelurahan Cebongan 0,089 Ha dan Kelurahan Dukuh 0,076 Ha, adapun wilayah Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Randuacir dan Kelurahan Pulutan memiliki tingkat perubahan lahan yaitu 0,015 Ha, 0,011 Ha dan 0,006 Ha. Secara keseluruhan tingkat perubahan lahan sebesar 0,077 Ha.

b. Analisis faktor – faktor yang

mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi akibat pembangunan jalan lingkar selatan dengan menggunakan analisis regresi. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi karena ada variabel bebas [6]. Variabel dependen yaitu perubahan lahan pertanian ke non pertanian sedangkan variabel independen diantaranya kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi, dan tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan listrik). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan :

- Faktor kepadatan penduduk

Pertumbuhan penduduk yang meningkat menyebabkan kepadatan penduduk di suatu

wilayah, kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan perumahan dan perdagangan. Kepadatan penduduk yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan mencapai 18,69 jiwa/Ha seperti pada tabel 2 Kepadatan penduduk di kawasan jalan lingkar selatan.

- Faktor tingkat urbanisasi

Urbanisasi merupakan pertambahan penduduk suatu wilayah sebagai akibat migrasi penduduk dari daerah sekitarnya atau perpindahan penduduk dari wilayah lain (kamus istilah bidang PU, 2009). Tingkat urbanisasi diidentifikasikan dengan perbandingan antara luas lahan terbangun dengan luas wilayah. Tingkat urbanisasi yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan dapat dilihat pada tabel 3 Tingkat urbanisasi wilayah di kawasan jalan lingkar selatan. - Faktor tingkat pelayanan jaringan utilitas

Jaringan utilitas yang tersedia di kawasan jalan lingkar selatan terdiri dari jaringan perpipaan air bersih dan jaringan listrik. Tingkat pelayanan jaringan air bersih dan listrik seperi tabel 4 Tingkat pelayanan utilitas (jaringan air dan listrik).

Berdasakan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan di kawasan jalan lingkar selatan, kemudian dilakukan analisis dengan alat analisis regresi terhadap variabel dependen Y (tingkat perubahan lahan), dengan variabel independen X1 (tingkat urbanisasi), X2 (tingkat pelayanan) dan X3 (kepadatan penduduk) diperoleh nilai

Rsquare sebesar 0,998, hal ini berarti 99,8%

variabel dependen perubahan lahan dijelaskan oleh variabel independen dan faktor lain sebesar 0,2%. Persamaan yang di peroleh dari hasil regresi yaitu Y = -0,022 + 1,607X1 + 0,022X2 + 0,001X3, berdasarkan persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa variabel X1

c. Tipologi perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan.

(tingkat urbanisasi) merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi perubahan lahan pertanian.

Analisis perumusan tipologi perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan

(5)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-13

jalan lingkar selatan menggunakan analisis

cluster dengan software IBM SPSS 19.

Dengan menggunakan analisis cluster dapat diketahui tipologi perubahan lahan pertanian yang terjadi dimasing – masing kelurahan berdasarkan ciri yang homogen dan faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan lahan.

Input data dalam analisis cluter pada

penelitian ini yaitu data kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi dan data tingkat pelayanan utilitas. Analisis cluster ini menggunakan metode non-hirarkis, dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster yang diinginkan (dua, tiga, atau yang lain). Setelah jumlah cluster ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa mengikuti proses hirarki, yaitu metode

“K-Means Cluster”. Tabel 5 merupakan hasil

clustering :

Pada tabel 5 ditunjukan bahwa cluster 1 dipengaruhi oleh faktor tingkat urbanisasi dan pada cluster 2 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan tingkat pelayanan. berdasarkan nilai zscore kemudian dilakukan pengelompokan terhadap wilayah kelurahan, maka diperoleh hasil pada tabel 6 pengelompokan wilayah kelurahan.

Berdasarkan hasil analisis cluster dengan alat bantu software SPSS 19 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tipologi perubahan lahan di kawasan jalan lingkar selatan terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :

Cluster 1 wilayah yang dipengaruhi oleh

faktor tingkat urbanisasi yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Blotongan. Cluster 2 wilayah yang dipengaruhi oleh tingkat pelayanan (jaringan air bersih dan jaringan listrik) yaitu Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan.

d. Analisis rumusan penanganan pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian.

Penelitian kualitatif merupakan metode

yang berlandaskan pada filasafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana penelitian sebagai instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Triangulasi dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda yaitu penggabungan hasil

observasi/analisis, kebijakan/teori dan dokumen [6].

Penanganan perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan dilakukan penanganan pada masing-masing cluster perubahan lahan adalah sebagai berikut :

a. Penanganan terhadap cluster 1

Cluster 1 merupakan kelompok dengan cluster yang dipengaruhi oleh faktor

tingkat urbanisasi. Wilayah yang

termasuk dalam kelompok ini adalah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan

Blotongan. Pertumbuhan penduduk

meyebabkan peningkatan kebutuhan perumahan, keterbatasan lahan di kota mengakibatkan perubahan lahan pertanian. Mengacu pendapat dari Efendi (2006) dan Iqbal (2007) terhadap pengendalian perubahan lahan, maka penanganan faktor urbanisasi ini dilakukan dengan:

- pengawasan dan penertiban terhadap penduduk pendatang yang memanfaatkan lahan di kawasan jalan lingkar untuk kegiatan ekonomi dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar.

- melarang warga yang datang di kawasan jalan lingkar untuk bertempat tinggal di kawasan lahan pertanian Berdasarkan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang pengendalian ruang, pengendalian lahan dilakukan dengan penerapan pajak dan retribusi yang tinggi. Pengendalian terhadap nilai lahan dengan memberikan insentif kepada masyarakat yang masih mempertahankan lahan pertanian dan memberikan disinsentif kepada masyarakat yang melakukan perubahan lahan ke non pertanian.

b. Penanganan terhadap cluster 2

Cluster 2 merupakan kelompok dengan cluster perubahan lahan yang dipengaruhi

(6)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-14

termasuk dalam kelompok ini adalah Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan. Sesuai teori yang dikemukakan oleh Efendi (2006) dan Iqbal (2007) penanganan perubahan lahan dilakukan dengan pendekatan pengambil kebijakan pewilayahan (zoning) atau kebijakan

otoritas sentral, kebijakan insentif dan disinsentif serta mekanisme perizinan yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada dalam proses alih fungsi lahan. Tingkat pelayanan jaringan air bersih dan jaringan listrik perlu adanya upaya disinsentif terhadap penyediaan pelayanan utilitas (air bersih dan listrik) pada kawasan jalan lingkar selatan. Upaya pengendalian yang diterapkan di wilayah lain yaitu dengan tidak melakukan penambahan fasilitas penunjang pengembangan kegiatan yang dapat meningkatkan perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Undang-undang nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan mekanisme disinsentif dengan melakukan pembatasan serta pencabutan peyediaan jaringan infrastruktur pada kawasan yang peruntukan lahannya tidak sesuai dengan peraturan/kebijakan pemerintah (RTRW). c. penanganan pengedalian lahan berdasar

fungsi jalan lingkar

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 5 Tahun 1996 tentang RUTRK dan Peraturan Daerah nomor 8 Tahun 1997 tentang RDTRK, jalan lingar selatan direncanakan dan difungsikan sebagai arteri primer. Upaya penanganannya yaitu dengan menjaga tujuan dan syarat-syarat fungsi lahan yang berada disepanjang jalan arteri primer dengan pengaturan zonasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkembang di jalan lingkar selatan.

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan di atas, maka kesimpulan dari kajian ini yaitu :

-

Pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan mempengaruhi perubahan lahan pertanian dan mengakibatkan terjadinya perubahan lahan pertanian ke non pertanian pada wilayah Kelurahan Cebongan sebesar 0,089 Ha, Kelurahan Randuacir 0,011 Ha, Kelurahan Kumpulrejo 0,015 Ha, Kelurahan Dukuh 0,076 Ha, Kelurahan Kecandran 0,113 Ha, Kelurahan Pulutan 0,006 Ha dan Kelurahan Blotongan sebesar 0,195 Ha dengan total keseluruhan perubahan lahan sebesar 0,077 Ha.

-

Faktor yang mempengaruhi perubahan

lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan berdasarkan analisis regresi yaitu faktor tingkat urbanisasi.

- Tipologi perubahan lahan pertanian dikawasan jalan lingkar selatan beradasarkan analisis cluster terbagi menjadi 2 kelompok, pada cluster 1 yaitu wilayah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Blotongan yang dipengaruhi faktor tingkat urbanisasi. Cluster 2 terdiri dari wilayah Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan dengan dipengaruhi faktor tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik).

- Penanganan pengendalian perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan

dirumuskan berdasarkan tipologi

perubahan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pada tiap

cluster.

Penanganan Cluter 1, pengendalian perubahan lahan pertanian berdasarkan faktor tigkat urbanisasi yaitu dengan melakukan pengawasan dan penertiban terhadap penduduk pendatang yang memanfaatkan lahan pertanian dikawasan jalan lingkar untuk kegiatan ekonomi; dan Insentif berupa keringanan pajak bumi terhadap masyarakat pendatang maupun

(7)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-15

sekitar yang penggunaan lahannya sesuai dengan peruntukan tata ruang wilayah dalam hal ini lahan pertanian.

Penanganan Cluter 2, pengendalian perubahan lahan pertanian berdasar pada faktor tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik) yaitu dengan tidak memberikan fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan RTRW; Pencabutan instalasi air bersih dan instalasi jaringan listrik terhadap masyarakat pemilik lahan yang melakukan kegiatan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian; dan Membatasi fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah Kota Salatiga dikawasan jalan lingkar selatan.

V.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bourne, Larry S. 1982. Internal Structure

of the City, Readings on Urban form, Growth and Polic. New York: Oxford

University Press.

[2] Effendi. 2006. Alternatif kebijakan pengendalian konversi lahan sawah

beririgasi di indonesia jurnal Litbang

pertanian, Bogor.

[3] Iqbal, M dan Sumaryanto. 2007. strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian bertumpu pada partisipasi masyarakat.

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

[4] Iwan, Isa.--. Startegi pengendalian alih

fungsi lahan pertanian. Badan Pertanahan

Nasional, Jakarta.

[5] Sugiyono. 2011. Statistika untuk

Penelitian. Alfabeta, Bandung.

[6] Tamin O. Z. dan Russ Bona Frazilla. 1997. Arah Penerapan Konsep Interaksi

Tata Guna Lahan–Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi “ Jurusan Teknik Sipil, ITB.

(8)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-16 Gambar 1 pertumbuhan panjang jalan lingkar

tahun 2005-2010

Gambar 2 luas perubahan lahan pertanian

tahun 2005-2010

Tabel 1 Tingkat perubahan lahan pertanian ke

non pertanian tahun 2005-2010

Wilayah Luas lahan pertanian (Ha) Luas perub lahan (Ha) Tingk. Perb. lahan (Ha) Tahun 2005 2010 (05-10) (05-10)/05 Kel. Cebongan 54,54 49,66 4,88 0,089 Kel. Randuacir 222,99 220,43 2,55 0,011 Kel. Kumpulrejo 209,94 206,71 3,22 0,015 Kel. Dukuh 161,88 149,56 12,31 0,076 Kel. Kecandran 215,77 191,45 24,31 0,113 Kel. Pulutan 136,41 135,56 0,84 0,006 Kel. Blotongan 244,80 197,17 47,62 0,195 jumlah 1246,36 1150,59 95,76 0,077

Tabel 2 Kepadatan penduduk di kawasan jalan lingkar selatan No Wilayah Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (Ha) Kepadatan (jiwa/Ha) 1 Kel. Cebongan 4.417 138,10 31,98 2 Kel. Randuacir 5.178 377,60 13,71 3 Kel. Kumpulrejo 7.322 629,03 11,64 4 Kel. Dukuh 11.084 377,15 29,39 5 Kel. Kecandran 5.323 399,20 13,33 6 Kel. Pulutan 3.249 237,10 13,70 7 Kel. Blotongan 11.683 423,80 27,57 Jumlah 48.256 2.582 18,69

Tabel 3 Tingkat urbanisasi wilayah di kawasan jalan lingkar selatan

N o Wilayah luas terbang un (Ha) luas wilayah (Ha) Tingkat urbanisasi 1 Kel. Cebongan 4,88 138,10 0,04 2 Kel. Randuacir 2,557 377,60 0,01 3 Kel. Kumpulrejo 3,224 629,03 0,01 4 Kel. Dukuh 12,318 377,15 0,03 5 Kel. Kecandran 24,483 399,20 0,06 6 Kel. Pulutan 0,931 237,10 0,004 7 Kel. Blotongan 47,723 423,80 0,11 Jumlah 96,116 2.581,98 0,04

(9)

Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-17

Tabel 4 Tingkat pelayanan utilitas (jaringan air dan listrik)

Wilayah jumlah penduduk (jiwa) jumlah pelayanan tingkat pelayan an air listrik Kel. Cebongan 4.417 248 165 0,094 Kel. Randuacir 5.178 - 1.475 0,285 Kel. Kumpulrejo 7.322 - 924 0,126 Kel. Dukuh 11.084 2.253 2.665 0,444 Kel. Kecandran 5.323 492 500 0,186 Kel. Pulutan 3.249 131 1.205 0,411 Kel. Blotongan 11.683 1.431 1.465 0,248 jumlah 48.256 4.555 8.399 0,268

Tabel 5 hasil clistering

Final Cluster Centers Cluster 1 2 Zscore(Kepadatan.pendud uk) -,06051 ,15128 Zscore(Tingkat.urbanisasi) ,22067 -,55166 Zscore(Tingkat.pelayanan) -,50971 1,27428

Tabel 6 Pengelompokan wilayah kelurahan

Wilayah Z kep. penddk Z tingkat urbanis asi Z tingkat pelaya nan No cluster Kel. Cebongan 1,31506 0,0608 7 -1,2078 3 1 Kel. Randuacir -0,72254 -0,7380 9 0,2137 1 1 Kel. Kumpulrej o -0,9534 -0,7380 9 -0,9696 7 1 Kel. Dukuh 1,02621 -0,2054 5 1,3970 9 2 Kel. Kecandran -0,76492 0,5935 1 -0,5231 1 1 Kel. Pulutan -0,72365 -0,8978 8 1,1514 8 2 Kel. Blotongan 0,82323 1,9251 2 -0,0616 7 1

(10)

Gambar

Tabel 1 Tingkat perubahan lahan pertanian ke  non pertanian tahun 2005-2010
Tabel 4 Tingkat pelayanan utilitas (jaringan  air dan listrik)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 Deskripsi Hasil Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen Kelompok Eksperimen Pretest Posttest Mean 6,5 6,67 Std. Hasil tes kemampuan under basket shoot sebelum

Pada alur awal film ini, interaksi komunikasi antaretnik yang berbeda dapat dilihat pada scene 00:20, dimana pada scen tersebut memperlihatkan Ratu Victoria, seorang

Kuva Vihin aineistosta alkaa vähitellen seljetä kun huomio kiinnitetään levintäluokkien 1, 2 ja 3 välisiin eroihin. Näillä luokillahan esitettiin olevan ajallinen ulottuvuus kuvassa

menunjukkan bahwa pemberian TKKS berpengaruh terhadap kadar P daun hal ini sesuai dengan penelitian Ginting, et al (2011) menyatakan aplikasi TKKS pada

Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati dari alam.

Untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan oleh Bappeda dan Dinas Pekerjaan... Umum dengan program

Hasil pengujian kadar vitamin C sari buah songi ( Dillenia serrata Thunb.) menggunakan persamaan regresi linear y = 0,053x-0,177 sebesar 1,09% dengan

Hal ini ditandai dengan kadar protein karbonil pada lensa yang diberikan curcumin tidak mengalami perbedaan yang bermakna, yakni 33.16119.83 nm/ml pada kelompok konkol