GAMBARAN KECEMASAN MAYARAKAT DALAM BERKUNJUNG KE PELAYANAN KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19
Livana PH1*, Amalia Khoerina1, Edi Sofiyan1 , Dewi Kurnia Ningsih1, Kandar2, Titik Suerni2
1
Program Studi sarjana Keperawatan dan Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A Kendal, Jawa Tengah 51311, Indonesia
2
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Jl. Brigjen Sudiarto No.347, Gemah, Kec. Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50611, Indonesia
*[email protected] ABSTRAK
Penyebaran COVID-19 berlangsung dengan cepat di Indonesia dan menyebabkan kekhawatiran sehingga menimbulkan perasaan cemas dan takut yang merupakan respon umum dari manusia dengan lingkungan yang tedampak. Kecemasan merupakan perasaan yang hampir sama dengan rasa takut, tetapi kecemasan cendurung kurang spesifik. penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecemasan masyarakat ke pelayanan kesehatan dpada masa pandemi COVID-19 di desa Sendangdawung Kecamatan Kangung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain deskriptif survey. Hasil penelitian terhadap 20 responden di ketahui bahwa 90,0% masyarakat merasa cemas untuk datang ke pelayanan kesehatan dan data terrendah masyarakat tidak memeriksakan diri selama paandemi COVID – 19 sebesar (45,0%).
Kata kunci: kecemasan; pandemi COCID-19; pelayanan kesehatan
DESCRIPTION OF COMMUNITY ANXIETY IN VISITING HEALTH SERVICES DURING THE COVID-19 PANDEMIC
ABSTRACT
The spread of COVID-19 is taking place rapidly in Indonesia and causing concern, causing feelings of anxiety and fear which are a common response of humans to the affected environment. Anxiety is a feeling that is almost the same as fear, but anxiety tends to be less specific. This study was to determine the description of public anxiety to health services during the COVID-19 pandemic in Sendangdawung Village, Kangung District. The research method used is quantitative with a descriptive survey design. The results of the study on 20 respondents found that 90.0% of the community felt anxious to come to health services and the lowest data was that the community did not check themselves during the COVID-19 pandemic (45.0%).
Keywords: anxiety; COVID-19 pandemic; health services
PENDAHULUAN
Corona virus (Coronavirus Disease, COVID-19) merupakan jenis penyakit yang menginfeksi sistem pernafasan dan tidak diketahui etiologinya. Pada banyak kasus virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu, namun virus ini juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti pneumonia. Corona virus berasal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada tanggal 7 Januari 2020. Corona virus (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemik oleh Word Health Organization (WHO) sejak 30 Januari 2020 karena kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran diberbagai negara. Kasus global sampai dengan 17 Agustus dilaporkan total kasus terkonfirmasi potitif COVID-19 sebesar 21.549 [1].
Di Indonesia kasus COVID-19 pertama kali muncul pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melporkan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 846.765 dengan kematian 24.645 jiwa berdasarkan data per 12 Januari 2021 dan menduduki peringkat ke-18 tertinggi di dunia. Kasus tersebut dilaporkan dari 34 Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Jawa Tengah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 11.675 dan 791 meninggal dan 7.327 sembuh [2].
Penyebaran COVID-19 berlangsung dengan cepat di Indonesia dan menyebabkan kekhawatiran sehingga menimbulkan perasaan cemas dan takut yang merupakan respon umum dari manusia dengan lingkungan yang tedampak. Kecemasan merupakan perasaan yang hampir sama dengan rasa takut, tetapi kecemasan cendurung kurang spesifik [3]. Kecemasan juga dapat diartikan kekhawatiran pribadi dimasa mendatang, dimana biasanya disertai dengan gejala fisik seperti tegang, perasaan ingin menghindar, berdebar-debar, muncul keringat dingin, pikiran kacau, sulit tidur, kesulitan berkonsentrasi, tubuh mengalami tremor, perasaan tidak tenang dan mudah tersinggung [4].
Kecemasan yang berkepanjangan akan menyebabkan stress sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan ketidakstabilan situasi dan kondisi salah satunya masyarakat takut untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan [5]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari Puspita, R & utami. U tentang Study Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Kepatuhan Kunjungan Posyandu Di Masa Pandemi Covid-19 didapatkan hasil 12 responden tidak cemas dan patuh dalam melakukan kunjungan posyandu selama masa pandemic, 13 responden mengalami kecemasan ringan dan 5 responden mengalami kecemasan berat. Akibat dari kekhawatiran tersebut akan membuat masyarakat takut untuk melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan seniri atau bersama-sama dalam organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat[6]. Maka dari itu pelayanan kesehatan sangat penting bagi masyarakat akan tetapi saat pandemic COVID-19 masyarakat enggan untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan karena takut tertular corona virus.
Hasil studi pendahuluan di kabupaten Kendal didapatkan bahwa dari 20 orang diantaranya 3 tidak mengalami kecemasan, 5 mengalami kecemasan ringan, 7 mengalami kecemasan sedangkdan 5 mengalami kecemasan berat bahkan mereka tidak berani pergi ke pelayanan kesehatan sama sekali. Berdasarkan latarbelakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan masyarakat dalam berkunjung ke pelayanan kesehatan selama pandemic COVID-19.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain deskriptif survey, yaitu metode yang mengambil sampel dari suaru populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini mendeskripsikan tingkat kecemasan masyarakat ke pelayanan kesehatan pada masa pandemic COVID-19. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kabupaten Kendal. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah individu yang pernah berkunjung ke pelayanan kesehatan sebelum pandemic COVID-19 dan dapat menggunakan ponsel android Instrumen pada penelitian ini yaitu kuesioner dengan pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner secara daring melalui google form. Data dianalisis secara
univariat menggunakan distribusi frekuensi. HASIL Tabel 1. Karakteristik Responden (n=272) Variabel f % Usia Remaja 38 14 Dewasa 133 49 Lansia 101 37 Jenis Kelamin Laki-laki 125 46 Perempuan 147 54 Pendidikan Rendah 24 9 Menengah 150 55 Tinggi 98 36
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia dewasa. Berjenis kelamin perempuan, dan berpendidikan menengah.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kecemasan Masyarakat Berkunjung ke Pelayanan Kesehatan (n=20)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f % Apakah pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan pada
saat pandemi COVID – 19? 108 40 164 60 Apakah saat pandemi COVID – 19 Anda merasa takut untuk
periksa ke pelayanan kesehatan? 198 73 74 27 Apakah Anda khawatir tertular COVID – 19? 272 100 0 0 Apakah menurut Anda Virus COVID – 19 sangat berbahaya? 243 89 29 11 Apakah Anda merasa terganggu dengan kondisi ini? 223 82 49 18 Apakah Anda merasa cemas saat ingin datang ke pelayanan
kesehatan 214 89 58 21
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dimasa pandemi COVID -19 karena masyarakat yang merasa takut untuk periksa ke pelayanan kesehatan, masyarakat takut tertular COVID -19, Seluruh responden khawatir tertular COVID-19. Mayoritas masyarakat menganggap virus COVID -19 berbahaya, masyarakat merasa terganggu dengan kondisi ini dan merasa cemas untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia dewasa (49%). Usia dewasa merupakan populasi yang rentan terjadinya penyakit yang dipengaruhi oleh banyak hal antara lain faktor biologi, fisik dan gaya hidup [7]. Masa dewasa merupakan masa awal dan masa yang dianggap sulit bagi seorang individu dalam menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan baru dan harapan soaial barunya, dimana individu dituntut untuk melepaskan
ketergantungan dari orangtua dan berusaha untuk mandiri sebagai seorang manusia dewasa[8]. Berdadarkan hasil penelitian dan beberapa pengertian tentang usia dewasa maka peneliti simpulkan bahwa individu yang berusia dewasa mempunyai kerentanan menderita penyakit karena faktor biologis, fisik, dan gaya hidup sedangkan secara psikologis pada usia dewasa merupakan masa sulit karena dituntut untuk hidup mandiri sehingga hal ini menyebabkan kekahwatiaran individu dalam mengambil keputusan salah satunya dalam menggunakan pelayanan kesehatan selama masa pandemic COVID-19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (54%). Perempuan lebih banyak mengalami kecemasan dari pada laki-laki [9]. Perempuan lebih menggunakan perasaan dari pada berpikir logika, hal ini yang menyebabkan perempuan lebih mengalami kecemasan dari pada laki-laki [10]. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan bahwa perempuan yang berkunjung ke pelayanan kesehatan lebih mengalami kecemasan selama pandemi COVID-19 dibandingkan laki-laki dikarenakan perempuan lebih menggunakan perasaan dari pada logika dalam berpikir.
Hasil penelitian terkait tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan menengah, hal ini terjadi karena kriteria inklusi penelitian merupakan individu yang dapat menggunakan ponsel android karena pertanyaan penelitian disajikan dalam google form sehingga hanya individu yang memahami ponsel android yang dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka semakin mudah individu
menerima informasi [11]. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program
peningkatan pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku [12]. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa tingkat pendidikan responden yang pernah berkunjung ke pelayanan kesehatan mayoritas bberpendidikan tingkat menengah dimana individu mempunyai kemampuan yang mudah memahami dalam menerima informasi.
Hasil penelitian terhadap 272 responden di ketahui bahwa 89% masyarakat merasa cemas untuk datang ke pelayanan kesehatan. penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa masyarakat yang mengalami kecemasan berat sebanyak 59,6% saat berkunjung ke posyandu[13]. Pemilihan layanan kesehatan pada masyarakat dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat akan pneyakit yang dideritanya [14]. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan peneliti bahwa masyarakat merasa cemas untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan dikarenakan masyarakat berpendapat bahwa kekhawatiaran masyarakat tertular COVID-19. Mayoritas masyarakat berpendapat bahwa COVID-19 berbahaya sehingga membuat masyarakat measa terganggu dengan kondisi tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa kecemasan pada masyarakat saat pandemi COVID – 19 di Indonesia dengan tingkat kecemasan rendah [15].
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden merasa khawatir tertular COVID-19 jika berkunjung ke pelayanan kesehatan, hal ini menunperlu adanya sosialisasi dan edukasi dari pihak pemerintah desa maupun pelayanan kesehatan setempat, dalam pelayanan pemeriksaan di pelayanan kesehatan dengajukkna bahwa masyarakat sadar akan bahaya COVID-19 sehingga masyarakat waspada dan menghindari terjadinya penularan COVID-19 dengan mematuhi protocol kesehatan dengan menerapkan minimal 3 M yaitu, menggunakan masker dan mencuci tangan serta menjaga jarak [16].
SIMPULAN
Sebagian besar masyarakat merasa cemas dan takut untuk datang ke pelayanan kesehatan sehingga masyarakat memilih tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama paandemi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. P. Velavan and C. G. Meyer, “The COVID‐19 epidemic,” Trop. Med. Int. Heal., vol. 25, no. 3, p. 278, 2020.
[2] V. Moorthy, A. M. H. Restrepo, M.-P. Preziosi, and S. Swaminathan, “Data sharing for novel coronavirus (COVID-19),” Bull. World Health Organ., vol. 98, no. 3, p. 150, 2020. [3] L. Ph, Y. Susanti, D. Rahmawati, S. Program Studi Ners, I. Tinggi, and K. Kesehatan, “GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PASIEN DAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS.”
[4] P. H. Livana, B. A. Keliat, and Y. S. E. Putri, “Penurunan Respons Ansietas Klien Penyakit Fisik dengan Terapi Generalis Ansietas di Rumah Sakit Umum,” J.
Keperawatan Jiwa, vol. 4, no. 1, pp. 13–20, 2016.
[5] M. F. Mubin and Livana PH, “Reduction of family stress level through therapy of psychoeducation of skizofrenia paranoid family,” Enferm. Clin., vol. 30, pp. 155–159, Mar. 2020.
[6] I. I. Mustopa, “Standar Operasional Prosedur PELAYANAN KESEHATAN UMUM Nomor: SOP 343.002/KP 04 05/ISN,” 2018.
[7] S. Haryani, J. Sahar, and S. Sukihananto, “Penyuluhan Kesehatan Langsung dan melalui Media Massa Berpengaruh terhadap Perawatan Hipertensi pada Usia Dewasa Di Kota Depok,” J. Keperawatan Indones., vol. 19, no. 3, pp. 161–168, 2016.
[8] F. Maulidya and M. Adelina, “Periodesasi Perkembangan Dewasa,” Periodesasi
Perkemb. Dewasa, pp. 1–10, 2018.
[9] K. Ainunnisa and D. Hudiyawati, “Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020. [10] L. Prihastari, “Gambaran status ketakutan dan kecemasan terhadap perawatan gigi di
wilayah administrasi Kepulauan Seribu,” ODONTO Dent. J., vol. 5, no. 2, pp. 116–125, 2018.
[11] E. Ivoryanto and R. K. Illahi, “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral di Apotek Kecamatan Klojen,” Pharm. J. Indones., vol. 2, no. 2, pp. 31–36, 2017.
[12] R. Ariwibowo, “Hubungan antara umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap praktik safety riding awareness pada pengendara ojek sepeda motor di Kecamatan Banyumanik,” J. Kesehat. Masy. Univ. Diponegoro, vol. 2, no. 1, p. 18819, 2013.
[13] R. P. Sari and U. Utami, “STUDI ANALISIS TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN POSYANDU DI MASA PANDEMI COVID 19,” J. Ilm.
Matern., vol. 4, no. 2, 2020.
[14] S. Fatimah, “Faktor Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas,” HIGEIA (Journal
Public Heal. Res. Dev., vol. 3, no. 1, pp. 121–131, 2019.
[15] M. R. Rinaldi and R. Yuniasanti, “Kecemasan pada Masyarakat Saat Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia,” COVID-19 dalam Ragam Tinj. Perspekt., pp. 137–150, 2020. [16] Kemenkes. RI, “Protocol Kesehatan,” 2020. https://kemkes.go.id/