ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING
DAN PENENTUAN HARGA JUAL PADA PD. SULIH
MAULIDA JAYA
PUTRI MAYA WULANDARI
Program Studi Akuntansi – S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
URL : http://dinus.ac.id/
E-mail: 212201302538@mhs.dinus.ac.id ABSTRACT
PD. Sulih Maulida Jaya is a company that produces furniture according to customer orders that typically the cost of goods manufactured is determined in advance when there is an order from the consumer. Determining the cost of goods manufactured in advance is used so that the company can determine the expected profit of PD. Sulih Maulida Jaya during the bargaining process with consumers.
The research proves that the calculation of the cost of goods manufactured by PD. Sulih Maulida Jaya for ordering sills are Rp. 980.000. While the calculation of the cost of goods manufactured with job order costing method for ordering sills are Rp.1.074.587,01. Based on the analysis, the differences in calculation of the cost of goods manufactured between the calculation by the company with job order costing method because the company did not identify in detail the overhead cosst, which causes the calculated cost of goods manufactured is lower than job order costing method.
Keywords : Cost of Goods Manufactured; Job Order Costing; Overhead Costs.
ABSTRAK
Perusahaan PD. Sulih Maulida Jaya merupakan perusahaan yang memproduksi mebel sesuai dengan pesanan konsumen yang biasanya harga pokok produksi ditentukan dimuka ketika ada pesanan dari konsumen. Penentuan harga pokok produksi di muka tersebut digunakan agar perusahaan dapat menentukan laba yang diharapkan PD. Sulih Maulida Jaya ketika terjadi proses tawar menawar dengan konsumen.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam perhitungan harga pokok produksi menurut PD. Sulih Maulida Jaya untuk pesanan kusen sebesar Rp. 980.000. Sedangkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing untuk produk pesanan kusen Rp.1.074.587,01. Berdasarkan hasil analisis adanya perbedaan perhitungan harga pokok produksi antara perhitungan perusahaan dengan metode job order costing disebabkan karena perusahaan tidak mengidentifikasi biaya overhead secara rinci, yang menyebabkan harga pokok produksi yang dihitung perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok produksi metode job order costing.
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi; Job Order Costing; Biaya Overhead.
PENDAHULUAN
Harga pokok produksi perusahaan harus disusun dan dihitung kalkulasi harga pokok. Begitu pula dengan perhitungan biaya harus diperhatikan, karena untuk mendapatkan laba
yang diinginkan tersebut, perusahaan harus bisa mengendalikan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mencapai laba. Dari besarnya pesanan kemungkinan dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar pesanan yang diterima dari langganan menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya yang jumlahnya lebih besar dari laba kotor yang di peroleh. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan jumlah nilai rupiah penjualan atau kuantitas minimum untuk setiap kali pesanan, sehingga dapat menggurangi jumlah transaksi penjualan dan menaikkan laba (Bawole, 2013).
Banyak usaha yang dijalankan oleh masyarakat dewasa ini yang berkaitan dengan peluang usaha kecil yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang sangat terbatas dan pendirian tanpa izin usaha yang membuat masyarakat lebih leluasa untuk mendirikan usaha tersebut. Izin usaha sangatlah diperlukan oleh masyarakat agar usaha yang didirikan tersebut legal. Tujuan utama suatu usaha didirikan yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia agar mendapatkan kebutuhan yang layak. Dengan adanya kebutuhan yang layak maka dimungkinkan suatu usaha dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan dapat mengembangkan usahanya untuk lebih maju dan berkembang. Dan banyak masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan usahanya agar mendapatkan laba yang optimal. Untuk mendapatkan laba yang optimal tersebut, maka penjualan yang dilakukan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (Mahdi, 2013).
Perusahaan manufaktur maupun jasa pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang maksimal dengan melakukan proses manajemen yang baik, efektif, dan efisien dan memanfaatkan peran manajer melalui proses perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang berkaitan dengan biaya dalam organisasi.
Perhitungan harga pokok produksi suatu perusahaan dapat diketahui biaya produksi yang akan dikeluarkan dengan perhitungan harga pokok produksi yang tepat, akan mengakibatkan penetapan harga jual yang benar, tidak terlalu tinggi bahkan tidak terlalu rendah dari harga pokoknya, sehingga nantinya mampu menghasilkan laba sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya tujuan dari perhitungan harga pokok produksi yaitu sebagai dasar untuk menetapkan harga jual suatu produk, untuk menetapkan keuntungan atau laba yang diinginkan perusahaan, sebagai alat untuk mengukur atau menilai efisiensi dari proses produksi (Apriadi, 2014).
Harga pokok produksi yang akurat menurut Hansen dan Mowen (2013) yaitu penting untuk analisis profitabilitas dan keputusan strategis yang berkenaan dengan desain produk, penetapan harga dan bauran produk. Bustami dan Nurlela (2010) menjelaskan bahwa harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses akhir.
Dengan menggunakan metode job order costing maka perusahaan dapat menghitung dan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu pesanan setiap saat, karena metode job order costing ini maka biaya produksi masing-masing produk dipisahkan secara jelas sehingga dapat dihitung harga pokok produksi tiap pesanan dengan mudah. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, maka pesanan harus dapat diidentifikasi secara terpisah tiap pesanan. Maka dari itu dalam perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan sangat dibutuhkan kecermatan dan ketepatan yang tinggi agar perusahaan dapat menghindari kerugian dari hasil produksi tersebut. Meningkatkan keakuratan pembebanan biaya untuk menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, dapat digunakan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk menetapkan harga pokok produksi (Setiawan, 2010).
PD. Sulih Maulida Jaya adalah perusahaan yang usahanya bergerak dibidang produksi mebel. Ada berbagai jenis produk yang dihasilkan, yaitu kusen, daun pintu, daun jendela, almari, meja, dan kursi. Produk yang akan digunakan sebagai sample dalam penelitian ini
ialah kusen dengan bahan baku menggunakan kayu jati, karena jenis produk inilah yang banyak diminati oleh konsumen dan dalam cara perhitungan harga pokok produksi perusahaan masih menggunakan metode yang sederhana.
Dari semua penjelasan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap harga pokok produksi pada produksi mebel yang dihsilkan oleh PD. Sulih Maulida Jaya. Maka penulis tertarik untuk mengkaji ulang perhitungan harga pokok produksi dengan judul “ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING DAN PENENTUAN HARGA JUAL PADA PD. SULIH MAULIDA JAYA”.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi Biaya
Adapun pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2012) adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut,antara lain : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Biaya dalam arti sempit merupakan suatu pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa depan bagi organisasi. Biaya dikatakan sebagai setara kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan (Hansen dan Mowen, 2012).
Objek biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2012) Objek biaya disebut sebagai sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya pada entitas.objek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas dan lain-lain yang digunakan untuk mengukur dan membebankan biaya.
Penggolongan biaya
Menurut Mulyadi (2012) biaya dapat digolongkan menurut : a. Objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini,nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar ,maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
b. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu : a. Biaya produksi
Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi dan umum
Biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :
a. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
d. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi :
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh : gaji direktur produksi
e. Biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pengeluaran modal
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh : pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran.
b. Pengeluaran pendapatan
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contoh : biaya iklan, biaya tenaga kerja.
Klasifikasi biaya
Menurut Garrison (2013) biaya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : 1. Biaya produksi
Banyak perusahaan manufaktur membagi biaya-biaya produksi ke dalam tiga kategori : 1. Bahan langsung
Bahan yang akan digunakan dalam menghasilkan suatu produk jadi dapat disebut sebagai bahan baku atau bahan mentah. Bahan baku langsung merupakan bahan baku yang menjadi bagian utama dari produk jadi dimana biayanya dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Sedangkan bahan baku tidak langsung adalah barang yang tidak terlalu bermanfaat untuk menelusuri biaya bahan baku yang tidak berpengaruh secara signifikan dalam produk jadi.
2. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang tidak dapat ditelsuri ke produk tertentu karena rumit dan memakan biaya disebut tenaga kerja langsung
3. Overhead pabrik
Overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung. 2. Biaya Nonproduksi
Biaya nonproduksi umumnya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : a. Biaya penjualan
Mencakup semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan pelanggan. b. Biaya administrasi
Meliputi semua biaya yang berhubungan dengan manajemen umum organisasi.
Produksi
Menurut Mulyadi (2012) penentuan kos produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang diperhitungkan dalam kos produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan kos produksi yaitu metode full
costing dan metode variabel costing.
Harga Pokok Produksi
Hansen dan Mowen (2012) harga pokok produksi yang akurat adalah penting untuk analisis profitabilitas dan keputusan strategis yang berkenaan dengan desain produk, penetapan harga dan bauran produk.
Beberapa metode penentuan Harga Pokok Produksi telah ditemukan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi. Salah satunya menurut Blocher, et all., (2007) mengklasifikasikan beberapa sistem penentuan biaya produk yang pemilihannya tergantung pada (1) sifat industri dan produk atau jasa, (2) strategi perusahaan dan informasi manajemen yang dibutuhkan, dan (3) biaya dan manfaat untuk memperoleh, merancang, memodifikasi dan mengoperasikan sistem tertentu.
Blocher, et all. (2007) mengklasifikasikan beberapa jenis penentuan biaya produk yaitu : 1) Metode Akumulasi Biaya :
a) Sistem Biaya Berdasarkan Pesanan (job order costing), menjadikan pesanan atau satu batch produk atau jasa sebagai objek biaya. Sistem ini biasa digunakan oleh perusahaan yang mempunyai banyak jenis produk yang berbeda.
b) Sistem Biaya Berdasarkan Proses (process costing), menjadikan proses produksi atau departemen menjadi objek biaya. Sistem berdasarkan proses biasa digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk yang homogen yang memproduksi satu atau beberapa jenis produk secara masal.
2) Metode Pengukuran Biaya
a) Sistem Biaya Sesungguhnya (actual costing system), menggunakan jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk, yang meliputi biaya untuk bahan langsung, tenaga langsung, dan overhead pabrik.
b) Sistem Biaya Normal (normal costing), menggunakan biaya sesungguhnya untuk bahan langsung dan tenaga kerja langsung, dan biaya normal untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif yang ditentukan di muka.
c) Sistem Biaya Standar (standar costing), menggunakan tarif standar (biaya) dan kuantitas untuk ketiga jenis biaya produksi (bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik). Biaya standar merupakan target biaya yang ditetapkan di muka yang seharusnya dicapai oleh perusahaan.
3) Metode Pembebanan Biaya Overhead
a) Sistem Tradisional (traditional costing), mengalokasikan biaya overhead ke produk atau pesanan berdasarkan cost driver volume, seperti biaya tenaga kerja langsung atau jam kerja langsung.
b) Sistem Berdasarkan Aktivitas (activity based costing), mengalokasikan biaya
overhead ke produk dengan menggunakan kriteria sebab-akibat dengan cost driver
majemuk, cost driver berbasis volume dan cost driver yang tidak berbasis volume, supaya dapat mengalokasikan biaya overhead pabrik secara lebih akurat ke produk yang mendasarkan konsumsi sumber daya pada berbagai aktivitas.
4. Perlakuan Biaya Overhead Tetap
a) Sistem Biaya Variabel (variable costing), hanya memasukkan biaya produksi variabel dalam biaya produk dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya periode (beban/’expense’). Sistem biaya variabel untuk tujuan perencanaan dan pengendalian manajerial internal.
b) Sistem Biaya Penuh (full costing), memasukkan atau menyerap semua biaya produksi, baik yang tetap maupun variabel. Sistem biaya penuh disyaratkan untuk tujuan pelaporan kepada pihak luar.
Metode pengumpulan biaya produksi
Menurut Mulyadi (2012) dalam membuat produk ada dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku jadi produk, sedangkan biaya nonproduksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, misalnya kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.
Metode penentuan biaya produksi
Mulyadi (2012) mengemukakan bahwa, terdapat dua pendekatan dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, antara lain :
a. Full costing
Full costing merupakan metode untuk menentukan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik variabel xx Biaya overhead pabrik tetap xx
Kos produksi xx
b. Variable costing
Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik variabel xx
Job Order Costing
Sistem perhitungan berdasarkan pesanan (Job-Order Costing) digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk yang cukup berbeda antara yang satu dengan yang lain selama periode tertentu. Produk khusus atau produk yang dibuat menurut pesanan termasuk dalam kategori ini, begitu juga pesanan yang menyediakan jasa yang berbeda kepada pelanggan. Perusahaan yang umumnya menggunakan sistem berdasarkan pesanan adalah percetakan, konstruksi, pembuatan perabot, perbaikan mobil, perusahaan pakaian yang menerima order desain pakaian, dan perusahaan jasa seperti rumah sakit, kantor konsultan hukum, studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko reparasi. (Garisson, et all., 2013 dan Hansen dan Mowen, 2009)
Job Order Costing dimulai dengan adanya pesanan dari konsumen yang
menginginkan produk dengan spesifikasi tertentu. Pesanan tersebut kemudian dicatat pada kartu biaya pesanan yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
overhead. Pada saat produksi telah selesai, total biaya yang telah dicatat dalam kartu biaya
merupakan total biaya pesanan. Biaya rata-rata per unit ditentukan dengan cara membagi biaya pesanan total dengan jumlah unit pesanan yang dihasilkan. (Blocher, et all., 2007)
Semua biaya yang dicatat dalam kartu biaya dimasukkan dalam rekening produk dalam proses. Rekening pembantu untuk rekening produk dalam proses (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan berbagai overhead pabrik) terdiri dari kartu-kartu biaya yang di dalamnya memuat biaya produksi selama atau sebelum periode pemrosesan pesanan. Jumlah kartu biaya sama dengan jumlah pada sisi debit rekening produk dalam proses. Jumlah ini merupakan biaya produksi total yang dibebankan. Jumlah ini dilaporkan dalam laporan biaya/harga pokok produksi. (Blocher, et all., 2007).
Menurut Garison (2013), harga pokok pesanan (job order costing) digunakan dalam situasi dimana berbagai jenis barang berbeda diproduksi setiap periode tertentu. Sebagai contoh, pabrik Levi Strauss biasanya membuat berbagai jenis jeans untuk pria dan wanita selama sebulan. Suatu pekerjaan order bisa jadi terdiri atas 1.000 unit jeans biru. Pekerjaan order sebanyak 1.000 unit ini disebut sebagai pesanan (job). Dalam sistem arga pokok pesanan, biaya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan biaya rata-rata perunitnya.
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. UMKM adalah usaha kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan oleh undang-undang, antara lain bantuan kredit usaha dengan bunga rendah, kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya.
Undang-undang UMKM
UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Hal-hal pokok atau kebijakan secara umum yang berkaitan dengan pengembangan daya saing UMKM dalam UU No 20.
Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
a. Pengertian Iklim Usaha dan Pengembangan UMKM.
Pengertian ini penting untuk mendasari pemerintah, pelaku usaha UMKM dan dunia usaha dalam mengembangkan daya saing UMKM. Berikut pasal-pasal dalam UU tentang UMKM yang terkait dengan pengembangan daya saing UMKM.
i) Pasal 1 ayat (9) :
"Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan dan dukungan berusaha seluas-luasnya."
ii) Pasal 1 ayat (10):
"Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan untuk pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing UMKM."
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
Pasal 4 dan 5 UU UMKM ini memuat prinsip dan tujuan pemberdayaan yang harus dianut oleh pemerintah dalam mengembangkan UMKM.
Pasal 4 :
Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah:
Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan Usaha, Mikro dan Menengah untuk berkarya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan;
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha, Mikro, Kecil, Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
Meningkatkan peran Usaha, Mikro, Kecil dan Me- nengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, per- tumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
c. Peran Pemerintah UU UMKM ini juga memuat peran pemerintah dalam pengembangan UMKM, yaitu :
i) Pasal 7 ayat (1) :
Pemerintah dan Pemerintah daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: a. Pendanaan
b. Saran dan prasarana c. Informasi usaha d. Kemitraan e. Perizinan usaha f. Kesempatan berusaha g. Promosi dagang h. Dukungan kelembagaan
ii) Pasal 7 ayat (2) :
"Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan Iklim usaha sebagaimana dimaksud ayat (1)."
d. Kebijakan peningkatan daya saing UMKM
Pada Pasal 38 UU UMKM menyatakan bahwa koodinasi, pengendalian dan pemberdayaan UMKM ada pada menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang UMKM. Pada saat ini, menteri yang dimaksud dalam UU ini adalah Menteri Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah. Pada Pasal 38 ayat (2) disebutkan dinyatakan bahwa koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dilaksanakan secara nasional dan daerah yang meliputi penyusunan dan pengintegrasian kebijakan dan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM termasuk penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan UMKM.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif (data yang dinyatakan dalam bentuk angka). Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan skunder. Data primer diperoleh dengan meggunakan wawancara secara langsung dengan perusahaan serta observasi langsung untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data sekunder diperoleh dengan menggunakan dokumentasi perusahaan secara tidak langsung seperti data-data proses produksi yang sudah dilakukan oleh perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Survei pendahuluan
Peneliti melakukan peninjauan awal untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum perusahaan, untuk mengetahui informasi mengenai produksi dalam perusahaan, serta mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam perusahaan untuk diteliti lebih lanjut. Survei ini bertujuan untuk memastikan kondisi secara umum serta mengetahui tingkat relevansi topik penelitian dengan perusahaan yang akan diteliti.
2. Survei lapangan
Survei lapangan merupakan kelanjuatan dari survei pendahuluan dengan melakukan teknik pengumpulan data yang akan dijadikan subjek penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1) Wawancara, merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi yang dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak yng berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara secara langsung kepada bapak Carda selaku pemilik perusahaan perihal data-data yang terkait dengan sejarah berdirinya perusahaan tersebut, struktur organisasi, perhitungan harga pokok produksi, dan data biaya tak langsung.
2) Dokumentasi, merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki perusahaan.
3) Observasi langsung, merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data
dengan melakukan kunjungan langsung ke objek penelitian. Dilakukan dengan kunjungan langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu PD. Sulih Maulida Jaya untuk mengamati keadaan dari kondisi perusahaan.
Metode Analisis Data
Langkah-langkah teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mengumpulkan, mempelajari dan memahami data-data mengenai aktivitas-aktivitas
produksi serta data-data yang berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan. 2) Melaksanakan tahap-tahapa job order costing dalam rangka perhitungan harga pokok
produksi. Job order costing diawali dengan identifikasi proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan biaya-biaya yang digunakan untuk memproduksi produk.
3) Pengumpulan dan pengelompokkan biaya
Pengidentifikasian dan pengelompokan biaya berdasarkan teori harga pokok produksi sebagai berikut :
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Overhead Pabrik xxx
Harga Pokok Produksi xxx
4) Membandingkan informasi harga pokok produksi yang dihasilkan melalui job order
costing dengan informasi harga pokok produksi melalui metode yang diterapkan oleh
perusahaan.
5) Menyususn kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan analisis dari tahap ke 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PD. Sulih Maulida Jaya yang beralamat di Jl. KHA. Dahlan Rt. 01 Rw. 14 Pasarbatang. Usaha ini didirikan sejak tahun 2004. PD. Sulih Maulida Jaya memproduksi berbagai macam produk seperti kusen, daun pintu, daun jendela, almari, meja, dan kursi. Jam oprasional di PD. Sulih Maulida Jaya mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB untuk hari senin sampai hari jumat sedangkan untuk hari sabtu beroprasi pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
Berikut perhitungan harga pokok produksi kusen di PD. Sulih Maulida Jaya pada bulan Oktober 2016 :
Tabel 1
Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan
No Keterangan Harga Satuan (/ kubikasi) Jumlah Total Harga
1 Kayu Jati Rp.7.500.000 5 Rp.37.500.000
2 Bahan Finishing
Estimasi Perusahaan
Rp. 5.700.000
3 Biaya Tenga Kerja Rp.15.300.000
4 Biaya Listrik dan Telepon Rp. 300.000
Total harga pokok produksi Rp.58.800.000 Jumlah kusen yang diproduksi 60 buah
Total harga pokok produksi per unit Rp. 980.000
Sumber : PD. Sulih Maulida Jaya
Berikut perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing :
1. Biaya Bahan Baku
Tabel 2 Biaya Bahan Baku
No Bahan Baku Harga Satuan Kebutuhan Total Harga
1 Kayu Jati Rp.7.500.000 5 Rp.37.500.000
Jumlah Rp.37.500.000
Dari tabel 2 memperlihatkan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan adalah kayu jati. Yang akan di potong menjadi beberapa kayu yang berukuran 200 cm dan 80 cm untuk kusen pintu. Sedangkan untuk kusen jendela dibutuhkan ukuran 150 cm dan 50 cm. Biaya yang dibutuhkan perusahaan sebesar Rp.37.500.000.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam semua pekerjaan atau produksi yang dilakukan di PD.Sulih Maulida Jaya. Pada perusahaan PD. Sulih Maulida Jaya mempunyai 4 karyawan tenaga kerja langsung. Dalam sistem penggajiannya dilakukan setiap bulan.
Tabel 3
Biaya Tenaga Kerja Langsung Jenis
pekerjaan
Jumlah karyawan
Gaji per bulan Proporsi Upah 51,2% Total Biaya
Desain 1 Rp.3.700.000 Rp. 1.894.400 Rp. 3.700.000 Produksi 3 Rp.3.500.000 Rp. 5.376.000 Rp. 10.500.000
Jumlah Rp. 7.270.400 Rp. 14.200.000
Dari tabel 3 memperlihatkan bahwa pemilik usaha mengeluarkan biaya Rp. 7.270.400 untuk upah tenaga kerja dalam memproduksi kusen. Tenaga kerja bagian desain mendapatkan Rp. 1.894.400 sedangkan tenaga kerja bagian produksi mendapatkan Rp. 5.376.000 untuk 3 orang tenaga kerja.
3. Biaya overhead pabrik
Tabel 4
Biaya Overhead Pabrik
Keterangan Jumlah Total Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel
Biaya bahan baku penolong
Rp. 11.796.500 Rp. 11.796.500 Biaya listrik dan telepon Rp. 153.600 Rp. 153.600 Biaya pemeliharaan
mesin
Rp. 245.760 Rp. 245.760
Biaya penyusutan peralatan dan mesin
Rp. 33.506,64 Rp. 33.506,64
Jumlah Rp. 279.266,64 Rp, 11.950.100 Rp. 12.229.366,64
Tabel 4 merupakan tabel biaya overhead pabrik. Yang termasuk kedalam biaya
overhead pabrik yaitu biaya bahan baku penolong sebesar Rp. 11.796.500, biaya listrik dan
telepon sebesar Rp. 153.600, biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp. 245.760, biaya penyusutan peralatan dan mesin sebesar Rp. 33.506,64. Total biaya overhead pabrik yang pada perusahaan sebesar Rp. 12.229.366,64.
4. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mengatur, mengendalikan perusahaan dan untuk memberi upah pada karyawan administrasi yang ada di perusahaan.
Tabel 5
Biaya Administrasi dan Umum Keterangan Harga
(1)
Total Produksi (2)
Biaya Per Buah (3)=(1/2) Total Biaya (4)=(3x60 buah) Tenaga Administrasi Rp. 1.100.000 121 buah Rp. 9.090,9 Rp. 545.454
Total Biaya Administrasi dan Umum Rp. 545.454
Dari tabel 5 diketahui bahwa terdapat karyawan tenaga administrasi pada PD. Sulih Maulida Jaya dengan upah sebesar Rp. 1.100.000 per bulan. Sedangkan upah untuk pembuatan kusen pada bulan Oktober 2016 sebesar Rp. 545.454.
Tabel 6
Perhitungan Harga Pokok Produksi Kusendengan Metode Job Order Costing Keterangan Total Biaya Biaya Produksi :
Biaya Bahan Baku Rp. 37.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 14.200.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 12.229.366,64
Total Biaya Produksi Rp. 63.929.766,64 Biaya Non Produksi :
Biaya Administrasi dan Umum Rp. 545.454
Total Biaya Non Produksi Rp. 545.454 TOTAL HARGA POKOK PESANAN PER BULAN Rp.64.475.220,64 JUMLAH PESANAN 60 buah TOTAL HARGA POKOK PESANAN PER BUAH Rp. 1.074.587,01
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada pemesanan kusen, maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan PD. Sulih Maulida Jaya dengan hasil perhitungan harga pokok produksi menurut metode job order costing.
Tabel 7
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Kusen Menurut Metode Perhitungan Perusahaan dan Metode Job Order Costing pada Bulan Oktober 2016 Keterangan Perhitungan Harga Pokok Produksi Selisih Keterangan
PD. Sulih Maulida Jaya
Job Order Costing
Biaya Bahan Baku Rp.37.500.000 Rp.37.500.000 Rp.0 Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Rp.15.300.000 Rp.14.200.000 Rp.1.100.000 Perhitungan job order
costing berdasarkan
pesanan sedangkan perusahaan berdasarkan estimasi.
Biaya Overhead Pabrik :
Biaya Bahan Baku Penolong
Biaya Listrik dan Telepon
Biaya Pemeliharaan Mesin
Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin
Rp. 5.700.000 Rp. 300.000 Rp.0 Rp.0 Rp.11.796.500 Rp. 153.600 Rp 245.760 Rp. 33.506,64 Rp.6.096.500 Rp. 146.400 Rp. 245.760 Rp. 33.506,64 Perusahaan belum menghitung biaya
overhead pabrik secara
rinci.
Biaya Administrasi dan Umum
Rp.0 Rp. 546.584 Rp. 546.584 Perusahaan sudah melakukan perhitungan di biaya tenaga kerja.
Harga Pokok Pesanan Per Bulan
Rp.58.800.000 Rp.64.475.220,64 Rp.5.675.220,64
Harga Pokok Pesanan Per Buah
Rp. 980.000 Rp. 1.074.587,01 Rp. 94.587,01
Hasil dari tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dari hasil perhitungan harga pokok pesanan dari perhitungan yang dilakukan PD.Sulih Maulida Jaya dengan perhitungan harga pokok pesanan metode job order costing. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode job order costing memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan. Hasil perhitungan yang dilakukan PD. Sulih Maulida Jaya sebesar Rp. 58.800.000 sedangkan hasil yang dilakukan dengan metode
job order costing sebesar Rp. 64.475.220,64. Terdapat selisih dari perhitungan harga pokok
pesanan sebesar Rp. 5.675.220,64. Perbedaan ini terjadi karena perusahaan tersebut menghitung biaya tenaga kerja berdasarkan estimasi perusahaan, sedangkan metode job order
costing menghitung biaya tenaga kerja berdasarkan pada jumlah pesanan. Perusahaan
menghitung seluruh tenaga kerja yang ada seperti bagian administrasi, desain, dan produksi. Padahal untuk pengerjaan proses produksi hanya memerlukan tenaga bagian desain dan produksi saja, sedangkan karyawan dibagian administrasi tidak bertanggungjawab secara langsung terhadap proses produksi, oleh sebab itu karyawan bagian administrasi dikelompokkan kedalam biaya administrasi dan umum tetapi pengelompokkan biaya kurang tepat karena tenaga administrasi dimasukkan kedalam tenaga kerja bukan dibiaya administrasi dan umum.
Penyebab lain terdapat pada biaya bahan penolong dikarenakan perusahaan belum melakukan perhitungan biaya bahan penolong namun perusahaan menghitung biaya finishing. Selain itu terdapat perbedaan dalam menghitung biaya overhead pabrik seperti biaya listrik dan telepon. Dalam perhitungan menurut metode job order costing, biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan proporsi sebesar 51,2% yang diperoleh dari total produksi kusen dibagi total produksi bulan oktober 2016, sedangkan perusahaan tidak melakukan perhitungan biaya
overhead pabrik berdasarkan proporsi yang tepat.
Jika perusahaan dalam menghitung harga pokok pesanan dengan menggunakan metode job order costing maka perusahaan akan lebih mudah dalam menghitung keuntungan yang didapatkan untuk setiap produk yang diproduksi. Perusahaan juga akan lebih mudah dalam menentukan harga jual yang akan dibebankan pada konsumen.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan perhitungan harga pokok produksi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Dalam perhitungan harga pokok produksi PD. Sulih Maulida Jaya masih menggunakan perhitungan yang sederhana, hanya melakukan perhitungan biaya bahan baku, biaya bahan finishing, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan telepon, sehingga perhitungannya kurang akurat.
2. Harga pokok produksi dengan metode job order costing lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan perusahaan PD. Sulih Maulida Jaya.
3. Terdapat selisih antara metode job order costing dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan PD. Sulih Maulida Jaya. Selisih tersebut dititik beratkan pada biaya tenaga kerja langsung yang sudah diproporsikan pada metode job order costing sedangkan pada perusahaan tidak menghitung berdasarkan pada proporsional melainkan melakukan estimasi.
SARAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan perbandingan antara perhitungan menurut perusahaan PD. Sulih Maulida Jaya dengan perhitungan menurut metode job order costing, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Harga pokok pesanan dengan metode job order costing dapat dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan harga jual suatu produk, karena akan mempermudah perusahaan dalam menghitung laba yang diperoleh.
2. Perbedaan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan metode job order costing harus menjadi perhatian kusus dari pemilik perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi.
3. Bagi perusahaan, tindakan yang harus diambil adalah dengan melakukan koreksi pada perhitungan harga pokok produksi perusahaan harus sesuai dengan metode job order
costing dengan menghitung dan mengidentifikasikan biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menghitung semua produk yang diproduksi oleh perusahaan agar perusahaan lebih mudah dalam menetukan harga jual setiap produknya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, dkk. 2014. Analisis Metode Harga Pokok Pesanan Dalam Menentukan Harga Pokok
Produksi Pada PT. Mardika Griya Prasta Tahun 2014. Vol: 4 No:1 (2014).
Bawole, Tety Helga. 2013. Evaluasi Penerapan Metode Direct Costing sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan Harga Pokok Pesanan. Jurnal EMBA Vol.1 No.4
(2013): 709-717.
Blocher, Edward J, dkk. 2007. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
Bustami, B., & Nurlela. 2010. Akuntansi Biaya Edisi 2. Mitra Wacana Media. Jakarta. Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 14. Salemba Empat. Jakarta.
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. 2012. Akuntansi Manajemen Buku 1 Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta
Hendrich, Mahdi. 2013. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi pada Usaha Peternakan
Lele Pak Jay di Sukabangun II Palembang. Jurnal Imliah Volume V No. III
(2013).
Ray H. Garrison, Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial, Edisi
14-Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.
Setiawan, dkk. 2010. Evaluasi Penetapan Metode Job Order Costing dalam Penentuan
Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada PT. Organ Jaya).Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol. 10 No.2 (2010): 140-148.
Simangunsong, dkk. 2015. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batako untuk
Menentukan Harga Jual pada UD. Manna. Jurnal Akuntansi UBHARA. ISSN