i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
KE-2 (SeNdiMat II) 2014
Inovasi Teknologi untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013
Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Pendidikan Matematika
di Indonesia
ISBN: 978-602-70422-1-6 Tim penyunting makalah: 1. Prof. Dr.rer.nat Widodo, M.S. 2. Sumaryanta, M. Pd.
3. Titik Sutanti, M.Ed. 4. Jakim Wiyoto, S. Si.
Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
ii
Makalah-makalah dalam prosiding ini telah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ke-2 (SeNdiMat II) 2014 pada tanggal 27 – 28 November 2014 yang diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika.
Diterbitkan oleh: PPPPTK Matematika
Jl. Kaliurang Km.6 Sambisari Condongcatur Depok Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
iii
Makalah-makalah dalam prosiding ini telah direview dan dipresentasikan dalam Seminar
Tim reviewer prosiding:
1. Prof. Dr.rer.nat Widodo, M.S. 2. Dr. Sahid
3. Dr. Supinah 4. Dr. Wahyudi 5. Dra. Sri Wardhani
6. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A. 7. Dra. Th. Widyantini, M. Si. 8. Adi Wijaya, S. Pd., M.A. 9. Sumardyono, M.Pd. 10. Sigit Tri G, M. Si. 11. Untung T.S, S. Pd, M. Si. 12. Fajar Shadiq, M. App. Sc. 13. Drs. Markhaban, M. Si. 14. Sapon Suryopurnomo, M. Si. 15. Agus Dwi Wibawa, M. Si. 16. Wiworo, S. Si, M. M.
17. Drs. Marsudi Raharjo, M. Sc. Ed 18. Dra. Pujiati, M. Ed.
19. Drs. Agus Suharjana, M. Pd. 20. Sri Wulandari D, S. Si., M. Pd. Si. 21. Fajar Nur Hidayat, M. Ed.
22. Joko Purnomo, M. T. 23. Muh. Tamimuddin, M. T. 24. Sumaryanta. M. Pd. 25. Titik Sutanti, M.Ed. 26. Marfuah, S. Si., M. T.
27. Estina Ekawati, S. Si., M. Pd. Si. 28. Ashari Sutrisno, M. T.
Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan kekuatan
sehingga prosiding SeNdiMat 2014 ini dapat diterbitkan. Prosiding ini merupakan
dokumentasi makalah yang telah dipresentasikan pada SeNdiMat 2014 yang
diselenggarakan pada tanggal 27 – 28 November 2014 di PPPPTK Matematika.
Pada SeNdiMat 2014 ini dipresentasikan 119 judul makalah dari 124 judul makalah
yang lolos seleksi yang ditulis oleh pendidik dan tenaga kependidikan matematika,
dosen, mahasiswa, dan para praktisi dibidang pendidikan matematika. Makalah yang
dipresentasikan tersebut terbagi dalam 7 ruang lingkup, yaitu: TIK dan Media dalam
Pembelajaran Matematika, TIK dalam Peningkatan Kompetensi PTK Matematika,
Inovasi Pembelajaran Matematika, Evaluasi Pendidikan dan Penilaian Pembelajaran
Matematika, Pembelajaran Matematika SD, SMP, atau SMA/SMK, Manajemen
Sekolah dan Supervisi Akademik, dan Matematika Terapan. Setelah melalui proses
review dan revisi oleh pemakalah, dari 119 makalah yang dipresentasikan terpilih 82
judul makalah yang diterbitkan dalam prosiding ini. Selain itu dipresentasikan juga
makalah dari para keynote speaker dan invited speaker berikut ini.
1.
Dr. Abi Sujak (Sekretaris BPSDMPK & PMP)
Topik: Pemanfaatan TIK untuk Mendukung PKB Guru dan Implementasi
Kurikulum 2013
2.
Prof. Yaya Sukjaya Kusumah, M.Sc., Ph.D. (Universitas Pendidikan
Indonesia)
Topik: Tantangan Pendidikan Matematika di Era Teknologi dan Informasi
3.
Untung Trisna Suwaji, M.Si. dan Fadjar Noer Hidayat, M. Ed.
(Widyaiswara PPPPTK Matematika)
Topik: Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Matematika pada Kurikulum 2013
untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pembelajaran
v
Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu matematika secara umum dan
lebih khusus kemajuan pendidikan matematika di Indonesia. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
terhadap terbitnya prosiding ini.
Yogyakarta, Juni 2015
Kepala PPPPTK Matematika
Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
PPPPTK Matematika sebagai penyelenggara SeNdiMat 2014 mengucapkan
terimakasih kepada:
1.
Dr. Abi Sujak. (Sekretaris BPSDMPK & PMP)
2.
Prof. Yaya Sukjaya Kusumah, M.Sc., Ph.D. (Universitas Pendidikan Indonesia)
3.
Untung Trisna Suwaji, M.Si. dan Fadjar Noer Hidayat, M. Ed. (Widyaiswara
PPPPTK Matematika)
4.
Semua peserta
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv UCAPAN TERIMAKASIH ... vi DAFTAR ISI ... vii PENGGUNAAN TEKNIK ORIGAMI UNTUK PEMAHAMAN KONSEP DASAR
BANGUN DATAR ... 1
Abdul Azis Faizal1), Marwan2),Dian Risma3)
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI KELAS IX B SMPN 4
CIBADAK ... 10
Abdul Karim
DAMPAK DIKLAT IN ON IN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN (PKB) GURU MATEMATIKA DI PPPPTK MATEMATIKA
TAHUN 2013... 22
Adi Wijaya
MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 KAWUNGANTEN CILACAP ... 32
Agoeng Siswantara
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA HANMIK UNTUK PEMBELAJARAN
PECAHAN SISWA SEKOLAH DASAR ... 43
Agus Sukamto
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 2 BANJAR ... 50
Anti Wijayanti
KONSTRUKSI TEORITIK TENTANG BERPIKIR REFRAKSI DALAM
MATEMATIKA ... 58
Anton Prayitno1, Akbar Sutawidjaja2, Subanji3, Makbul Muksar4
TIPE REPRESENTASI SISWA PADA PEMECAHAN WORD PROBLEM
MATEMATIS ... 69
Anwar Muttaqien
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR
MELALUI PENERAPAN THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XII IPS.3 SMA 1 SRAGI ... 77
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
viii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI TL 3 SMKN 3
YOGYAKARTA TAHUN 2014-2015 ... 88
Arga Daniati
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN SISWA PADA OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN KOIN BILANGAN DI KELAS VIIA SEMESTER GANJIL SMPN 2 SAWAHAN ... 99
Bambang Tri Handoko
INVESTIGASI PENGETAHUAN GURU TENTANG KONTEN DAN PEMIKIRAN SISWA DALAM MEMPELAJARI JAJARGENJANG MELALUI ANALISIS
PEKERJAAN SISWA ... 107
Bettisari Napitupulu
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 BANTUL TAHUN 2013/2014 ... 118
Christina Sri Purwanti
STRUKTUR KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SMP ... 128
Diayu Nugrahaini Putri Prasetya1), Teguh Wibowo2)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA LHOKSEUMAWE ... 136
Didi Pianda, ST., MSM 1) ... 136 PENEMUAN TERBIMBING MENGGUNAKAN ALAT PERAGA 3R UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BRSL SISWA SMPN 18 TANGERANG ... 146
Dyah Sinto Rini
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SMP MENURUT KURIKULUM 2013 ... 156
Ena Suhena Praja
ANALISIS KETERKAITAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA DAN IPA
KELAS VII SMP PADA KURIKULUM 2013 ... 167
Endah Tri Wahyuni
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP .... 178
Endang Kusumaningtyas
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TRANSFORMASI GEOMETRI
BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH UNTUK SISWA KELAS XI SMK ... 188
ix
OBJEK-OBJEK MATEMATIKA DI LINGKUNGAN SMP NEGERI 8
YOGYAKARTA ... 199
Febyanita Sari1), Wiworo2)
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEARNING
TOGETHER PADA SISWA KELAS XII UPW1 SMKN 1 CILACAP ... 208 Fetty Handina Prayekti
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN SPREADSHEET PADA
POKOK BAHASAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DAN GETARAN TEREDAM ... 217
Hanafi1), Andika Kusuma Wijaya2,3)
IMPLEMENTASI MULTIMEDIA ASYIK BELAJAR MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEGITIGA DAN
JAJARGENJANG SISWA KELAS IV ... 225
Hendrik Hermawan
PEMBELAJARAN FUNGSI DENGAN MENGGUNAKAN POHON MATEMATIKA DAN EFEKTIVITASNYA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 AMPELGADING
KABUPATEN MALANG ... 235
Hidayah Susatri
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI KESEBANGUNAN MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 3 KEDIRI ... 245
Drs. Jawahir
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LAYANG-LAYANG DAN BELAH
KETUPAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA SISWA KELAS VII – 4 SMP NEGERI 3 SALAHUTU ... 256
Kasman Samin Kamsurya
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS X SMA NEGERI 1 LIMBOTO ... 266
Khardiyawan A. Y. Pauweni1), Syamsu Q. Badu 2)
PEMANFAATAN MEDIA GEOKOMAT UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BANGUN RUANG SISI DATAR ... 271
Kholifatur Rosyidah
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA “GARIS SINGGUNG” UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHITUNG PANJANG GARIS
SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN... 279
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
x
ANALISIS PENGETAHUAN KONTEN KHUSUS MAHASISWA PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA STAIN TULUNGAGUNG PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR 2 VARIABEL (SPLDV) ... 290
Maryono1)
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF TRIGONOMETRI SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN PROSES BELAJAR KURIKULUM 2013 KELAS XI SMKN 1 KARIMUNJAWA JEPARA ... 300
Maskur
POLA AKSES INTERNET PESERTA DIKLAT TERHADAP LMS (LEARNING
MANAGEMENT SYSTEM) DIKLAT ONLINE PPPPTK MATEMATIKA ANGKATAN
1 TAHUN 2014 ... 310
Muh.Tamimuddin H
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENYISIPKAN MATERI MATEMATIKA REKREASI PADA SISWA KELAS VIIIH SMPN 6 SALATIGA TAHUN AJARAN 2014-2015 ... 317
Muhamad Nurul Huda
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X IPS 2 SMAN 1 KATAPANG MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING ... 328
Musthafa Lutfi
KETERKAITAN MATEMATIKA DALAM SEMUA MATA PELAJARAN JENJANG SMP/MTs ... 338
Nabila Rahma Khairunnisa1), Wiworo2)
ANALISIS VALIDASI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MODEL PLOMP PADA MATERI GEOMETRI ... 348
Neneng Aminah
MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (GAGASAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMK N 1 KALIBAGOR
BANYUMAS) ... 356
Noorul Fatimah
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI BARISAN DAN DERET ARITMETIKA KELAS X MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI MELALUI KONTEKS KAIN
SONGKET ... 367
Novi Komariyatiningsih
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA ... 377
xi
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL
COOPERATIF LEARNING TIPE STAD PADA MATERI PELUANG SISWA KELAS
XII TKJ 2 SMK NEGERI 2 TEMANGGUNG ... 388
Nur Hamidah
MENINGKATKAN PEMAHAMAN GEOMETRI DAN PRESTASI BELAJAR
DENGAN MENERAPKAN FASE PEMBELAJARAN VAN HIELE PADA KELAS X3 MAN KARANGANYAR ... 399
Nur Handayani
PEMBINAAN GURU MATEMATIKA DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN SUPERVISI INDIVIDUAL PENDEKATAN
SANI (SANTUN, TERBUKA, KOMUNIKATIF) DI SMA ... 408
Nur Isnaini Taufik
PEMBINAAN GURU KONTES LITERASI MATEMATIKA MELALUI MODEL
SUPERVISI ARTISTIK DI SEKOLAH ... 419
Nur Isnaini Taufik
EKSPLORASI GEOGEBRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
BLENDED LEARNING ... 430 Nurhayati
MENINGKATKAN PENALARAN SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
INQUIRY PADA MATERI STATISTIKA ... 441 Nurlela
PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR ... 452
Nursyamsi
MEDIA PINTAR (PEMBELAJARAN INTERAKTIF, NARATIF, DAN REALISTIK) SEBAGAI SARANA MEMPERMUDAH PEMAHAMAN SISWA TENTANG
KONSEP TRANSFORMASI ... 461
Paulus Pintarko
PENGARUH PENGAJARAN DENGAN ALAT PERAGA TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP GEOMETRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 10 GORONTALO ... 473
Nurhayati Abbas1), Perry Zakaria2)
KONSTRUK EFIKASI DIRI GURU MATEMATIKA SMP ... 484
Rachmadi Widdiharto
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN
TEMATIK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ... 497 DI SD NEGERI SUMBERAGUNG ... 497
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
xii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS 10 MIA 1 SMAN 1 CIKULUR MELALUI MODEL PENEMUAN
TERBIMBING ... 508
Retno Siswanto
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 5E LEARNING CYCLE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS X
SMAN 10 BOGOR ... 519
Retno Widiowardhani
BARET RATIH, ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMAHAMI
KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT ... 532
Reza Fahdina
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODELLUS 4.01 PADA
POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI DALAM FISIKA ... 538
Sari Asih1), Andika Kusuma Wijaya2,3)
UPAYA MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 PADA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI MODEL BELAJAR KAMI DI MTs NEGERI SINTANG TAHUN 2014 ... 547
Sariyanto, S.Pd.M.Si
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS X AP 2 SMK N 1 DEMAK MENGGUNAKAN MODEL STAD BERBANTUAN PAKAR SOAL ... 558
Sarli Bamoris Maya Kusuma
PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA DENGAN MODEL PROBLEM
BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PADA
MATA KULIAH KALKULUS III ... 570
Setiyani1), Anggita Maharani2), Ferry Ferdianto3)
SURVEY PEMANFAATAN FACEBOOK SISWA KELAS XII RPL 1 DAN XII RPL 2
SMK NEGERI 1 PURBALINGGA ... 580
Seto Eko Purwanto
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MELALUI
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN HEURISTIC POLYA DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA ... 587
Siti Kawiyah, S.Pd.
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DENGAN BANTUAN LCD DAN MEDIA VISUAL BANNER GARIS BILANGAN
BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ... 596
xiii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DI SD
MUHAMMADIYAH SAPEN YOGYAKARTA (BEST PRACTICE PENDIKAR 2013) ... 607
Sofyan
PENGGUNAAN ALAT PERAGA LIPATAN PERSEGIPANJANG DALAM MATERI PENEMUAN RUMUS LUAS BANGUN DATAR ... 618
Sohibah Sain
PERMAINAN LINGKARAN OBIBU UNTUK MELATIH KETERAMPILAN
MELAKUKAN OPERASI BILANGAN BULAT ... 627
Sorta Corie Ivana Panjaitan
GESTURE DAN PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA AUTIS ... 633 Sriyanti Mustafa1), Toto Nusantara2), Subanji3)
MEMAHAMI OPERASI HITUNG PECAHAN DENGAN KOTAK-KOTAK
PECAHAN ... 639
Sugiati Tabrang
MODEL EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ... 649
Sugiyanto
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MATLAB 7.6 PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA UNTUK
PERSAMAAN SCHRODINGER TAK BERGANTUNG WAKTU ... 657
Nilawati Lestari 1), Andika Kusuma Wijaya 2,3), Suliswa 1)
PROOF WITHOUT WORDS: LUAS ELLIPS ... 666
Sumardyono
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA KABUPATEN GORONTALO MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ... 677
Syamsu Q. Badu1), Evi Hulukati2), Khardiyawan A. Y. Pauweni3)
MENINGKATKAN PERAN AKTIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMKN 2 PURWOKERTO DENGAN PENEMUAN TERBIMBING... 686
Tato Sugianto
JENIS IMAJINASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA ... 697
Teguh Wibowo1, Abdurrahman As’ari2
PROFIL IMPLEMENTASI PENILAIAN SIKAP PADA KURIKULUM 2013 PESERTA DIKLAT E-TRAINING TERSTRUKTUR UNTUK GURU SMA/SMK
ANGKATAN II TAHUN 2014 ... 705
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
xiv
JUDUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI DISCOVERY LEARNING BAGI SISWA
KELAS X MIA SMA NEGERI 2 SRAGEN ... 714
Titik Purwandari, S.Pd.
PROFIL PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI GURU MATEMATIKA SMP PADA ASPEK PKs. DAN PPr. KONSEP PECAHAN SUB-KONSTRUK BAGIAN
KESELURUHAN ... 724
Usman H.B
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN ... 734
Wenni Meliana
RESPON DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX MTS MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN TERHADAP PEMANFAATAN CD PEMBELAJARAN,
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA ... 746
Wenni Meliana, S.Pd
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD NEGERI 2 GUNEM DENGAN
DISCOVERY LEARNING... 757 Widi Ardianto
MATEMATIKA DALAM ARSITEKTUR MASJID DI YOGYAKARTA ... 766
Wina Fauriza Syafni1), Wiworo2)
PENINGKATAN MUTU GURU MATEMATIKA MELALUI LESSON STUDY DI
SMP NEGERI 1 SUNGAI SELAN KAB. BANGKA TENGAH TAHUN 2014 ... 775
Wilson Sandi, S.Si, M.Pd1)
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN BERORIENTASI
TEMATIK- SAINTIFIK ... 786
Wisulah 1), I Ketut Suastika 2)
CARA MENENTUKAN BANYAK FAKTOR BILANGAN BULAT POSITIF ... 798
58
KONSTRUKSI TEORITIK
TENTANG BERPIKIR REFRAKSI
DALAM MATEMATIKA
Anton Prayitno1, Akbar Sutawidjaja2, Subanji3, Makbul Muksar4
1
Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika UM, arsedi2003@gmail.com
2
Dosen S3 Pendidikan Matematika UM
3
Dosen S3 Pendidikan Matematika UM, subanji@mat.um.ac.id
4
Dosen S3 Pendidikan Matematika UM, mmuksar@yahoo.com
Abstrak: Refraction atau yang dikenal dengan refraksi adalah peristiwa perubahan atau
pembelokan arah gelombang akibat melewati bidang batas dua medium yang mempunyai kerapatan berbeda. Refraksi terjadi karena adanya refleksi yang “diisyaratkan” dengan cahaya melewati suatu medium yang memicu terjadinya berpikir kritis, sehingga cahaya yang keluar dari medium tidak sama seperti refleksi. Refraksi merupakan perubahan pengetahuan yang memvalidasi anasis kritis dan interpretasi masalah dengan mempertimbangkan konten dan konteks. Hal ini berarti bahwa, komponen yang dilewati terjadinya berpikir refraksi adalah refleksi dan berpikir kritis. Kajian ini membahas tentang konstruksi berpikir refraksi dalam matematika yang didasarkan pada pada pengertian dan pemikiran dari refleksi dan berpikir kritis dalam matematika. Berdasarkan kajian dari refleksi dan berpikir kritis, diperoleh kategori berpikir refraksi yaitu: similar refraction, relevance refraction, evaluation refraction dan clarification refraction.
Kata Kunci: Berpikir reflektif, berpikir kritis, berpikir refraksi
1. Pendahuluan
Refraction atau yang dikenal dengan refraksi adalah peristiwa perubahan atau pembelokan
arah gelombang akibat melewati bidang batas dua medium yang mempunyai kerapatan berbeda. Dalam bidang kesehatan, refraksi terjadi pada penglihatan. Penglihatan terjadi karena mata harus memfokuskan cahaya yang masuk pada retina, yang berarti membengkokkan cahaya saat memasuki mata. Struktur mata yang melakukan refraksi adalah kornea dan lensa.
Downey [5] menggunakan metaphor cahaya untuk menggambarkan proses refraksi yang dihasilkan dari refleksi menuju berpikir kritis (gambar 1). Refraksi merupakan suatu proses dimana cahaya (refleksi) membentur medium sehingga menyebabkan “reaksi” pada medium yang memicu terjadinya berpikir kritis. Menurut Pagano & Roselle [11]; Medeni [10], refraksi terjadi karena adanya refleksi yang “diisyaratkan” dengan cahaya melewati suatu medium yang memicu terjadinya berpikir kritis, sehingga cahaya yang keluar dari medium tidak sama seperti refleksi. Hal ini berarti, komponen yang dilewati terjadinya berpikir berpikir refraksi adalah refleksi dan berpikir kritis.
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
59
Gambar 1. Proses terjadinya refraksi
Kajian tentang berpikir reflektif sebagai proses awal mengembangkan berpikir kritis masih belum cukup. Beberapa peneliti, telah banyak mengkaji tentang berpikir reflektif sebagai proses menuju berpikir kritis (Colley & Billics, [4]; Taylor, [18]; Asare, [2]; Park & Kastanis; [12]; Park Ji Yong, [13]; Choy, S. Chee, [3]). Dari kajian tersebut, diperoleh beberapa temuan antara lain: berpikir reflektif merupakan salah satu alat untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi; berpikir kritis merupakan hasil dari refleksi seseorang dalam belajar dan mengembangkan kesadarannya dalam bentuk perasaan dan tindakan; berpikir reflektif mendukung kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah sosial dan politik; berpikir reflektif meningkatkan berpikir kritis siswa dan pemahaman yang dipelajarinya; refleksi mengarah siswa berpikir kritis untuk menghasilkan pengetahuan baru; berpikir reflektif bagian dari proses berpikir kritis secara khusus mengacu pada proses menganalisis dan membuat penilaian tentang apa yang telah terjadi. Sebagian besar peneliti belum memberikan strategi yang efektif tentang cara untuk mengkonstruksi dua konsep tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini, komponen berpikir reflektif dan berpikir kritis untuk membangun berpikir refraksi sangat perlu untuk dikaji.
Mengkonstruksi berpikir refraksi diperlukan adanya komponen dari berpikir refraksi sendiri. Oleh karena itu, terlebih dahulu diperlukan kajian teori berpikir reflektif dan berpikir kritis.Perlu disetarakan beberapa komponen berpikir reflektif dan kritis yang didasarkan pada pengertian dan pemikiran orang lain.
2. Berpikir Reflektif Sebagai Awal Terjadinya Berpikir Refraksi
Komponen berpikir reflektif ditentukan dahulu beberapa komponen berpikir reflektif dari beberapa pandangan. Sebelumnya perlu disetarakan beberapa komponen berpiki reflektif yang ada, yaitu komponen berpikir reflektif Lee [9] yang disingkat (KRL); berpikir reflektif Zehavi dan Mann [19] yang disingkat (KRZ), berpikir reflektif Jansen dan Jansen [7] yang disingkat (KRJ) dan berpikir reflektif Rosen [16] yang disingkat (KRR). Adapun kesetaraan berpikir reflektif terdapat pada tabel 1 berikut.60
Tabel 1 Kesetaraan berpikir reflektif
Lee [9] Zehavi dan Mann [19] Jansen dan spitzer [7] Rosen [16]
Recall
Mendeskripsikan apa yang
dialami
Menafsirkan situasi
berdasarkan ingatan atau pengalaman
Meniru cara-cara yang
diamati
Selection of techniques
Memilih teknik yang relevan
untuk memunculkan ide dalam memecahkan masalah
Deskripsi
Menggambarkan
sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang
Location and definition of the problem
Membatasi dalam
merumuskan masalah
Monitoring of the solution process
Memvisualisasikan ide
dalam bentuk gambar atau simbol
Recognize or felt difficulty
Merasakan dan mengidentifikasi masalah Rasionalisasi Menghubungan antara pengalaman dengan konsep yang ditemui
Menafsirkan situasi secara
rasional
Menggeneralisasi
pengalaman sampai pada prinsip terpadu Conceptualization Menghubungkan antar konsep Interpretasi Menafsirkan hasil yang diperoleh Membentuk dugaan
atau hipotesis yang menjelaskan bagaimana pengetahuan yang dimiliki mendukung berpikir siswa
The mental elaboration of the idea or supposition
mengembangkan ide
untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Reflectivity
Melakukan pendekatan
terhadap pengalaman dengan tujuan mengubah atau memperbaiki dimasa mendatang
Menganalisis pengalaman
dengan berbagai perspektif
insight or ingenuity,
kecerdikan memilih ide
untuk menyelesaikan masalah Suggestion of possible solution Mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi dalam pemecahan masalah
Testing the hypothesis by overt or imaginative action.
Melakukan pengujian hipotesis dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan Dalam tabel di atas tampak perbandingan komponen berpikir reflektif Lee (KRL); berpikir
reflektif Zehavi dan Mann (KRZ), berpikir reflektif Jansen dan Spitzer (KRJ) dan berpiki reflektif Rosen (KRR):
1. Komponen Selection of techniques digabung dengan monitoring of the solution process karena untuk memviasualisasi ide menjadi gambar diperlukan adanya ide yang dapat ditemukan dengan cara/teknik yang relevan.
2. Komponen Location and definition of the problem digabung dengan Recognize or felt
difficulty karena dalam mengidentifikasi masalah dapat terjadi pula merumuskan
masalah.
3. Komponen Selection of techniques dan monitoring of the solution process pada KRZ; komponen Deskripsi pada KZL dankomponen Location and definition of the problem dan Recognize or felt difficulty pada KRR dapat disetarakan dengan Recall pada KRL karena untuk mendeskripsikan sesuatu diperlukan penafsiran berdasarkan ingatan, sehingga dimungkinkan memunculkan ide yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
61
4. Komponen Conceptualization pada KRZ, interpretasi pada KRJ dan The mental
elaboration of the idea or supposition pada KRR dapat disetarakan dengan rasionalisasi
pada KRL karena memiliki indikator yang sama seperti menafsirkan dan menghubungkan antar informasi sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
5. Komponen Reflectivity pada KRL, insight or ingenuity pada KRZ, dan Suggestion of
possible solution pada KRR dapat disetarakan karena masing-masing komponen
melakukan pangajuan kemungkinan alternatif penyelesaian berdasarkan ide yang diperoleh dari pengalaman.
Berdasarkan adanya kesamaan indikator pada masing-masing komponen berpikir reflektif, maka Prayitno [15] mengkonstruksi berpikir reflektif. Adapun hasil kontruksi berpikir reflekti terdapat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil kontruksi berpikir reflektif
Lee 2005
Zehavi & Mann (2006)
Jansen & spitzer (2009) JG Rosen (2010) Berpikir reflektif Recall Selection of techniques
Deskripsi Location and definition of
the problem
Description of problem monitoring of the
solution process
Recognize or felt difficulty
Rasionalisasi Conceptualization Interpretasi The mental elaboration of
the idea or supposition
Define the problem
Reflectivity insight or ingenuity, Suggestion of possible
solution
Collection of information Testing the hypothesis by
overt or imaginative action.
Conclusion belief
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh kontruksi berpikir reflektif dengan alasan sebagai berikut:
1. Komponen Selection of techniques dan monitoring of the solution process pada KRZ; komponen Deskripsi pada KZL dankomponen Location and definition of the problem dan Recognize or felt difficulty pada KRR serta Recall pada KRL merupakan bagian dari berpikir reflektif yang sifatnya hanya menafsirkan situasi berdasarkan ingatan dan menggambarkan informasi yang diperoleh seseorang sebelum menyelesaikan masalah, maka komponen tersebut dapat disebut sebagai description of problem.
2. Komponen define the problem dapat dikatakan sebagai komponen yang menafsirkan informasi secara rasional dan menghubungkan konsep dengan pengetahuan sehingga dapat mendefinisikan masalah. Komponen ini merupakan kontruksi dari rasionalisasi pada KRL, conceptualization pada KRZ, interpretasi pada KRJ, dan the mental
elaboration of the idea or supposition pada KRR.
3. Komponen reflectivity, insight or ingenuity, dan Suggestion of possible solution indikatornya adalah pengajuan beberapa alternatif berdasarkan kumpulan ide terhadap informasi, sehingga dapat disebut sebagai Collection of information.
4. Conclution belief dapat pula disejajarkan dengan Testing the hypothesis by overt or
imaginative action karena pada bagian ini adalah membuat hipotesis atau kesimpulan
62
3. Berpikir Kritis Sebagai Proses Menuju Berpikir Refraksi
Pagano dan Roselle [11] menyatakan bahwa setelah berpikir reflektif, proses selanjutnya menuju proses mental yang lebih aktif disebut berpikir kritis. Dalam berpikir kritis salah satu tujuan utama adalah untuk mengenali keterkaitan pandangan yang berbeda oleh karena itu seseorang perlu mempertimbangkan bahan yang dikumpulkan dan persediaan yang diambil dalam tahap refleksi. Dalam berpikir kritis, siswa secara aktif mencoba untuk mengembangkan keterampilan dengan mengonseptualisasikan, analisis, sintesis, evaluasi, mengingat, dan atau menerapkan informasi untuk mencapai kesimpulan atau menjawab pertanyaan (Facione, [6]; Jenicek, [8]).
Untuk membuat kategori berpikir kritis ditentukan dahulu beberapa komponen berpikir kritis. Sebelumnya perlu disetarakan beberapa komponen berpikir kritis yang ada, yaitu komponen berpikir kritis Jenicek [8] yang disingkat (KKJ); berpikir kritis Plymouth University [1] yang disingkat (KKP) dan berpikir kritis Facione [6] yang disingkat (KKF). Adapun kesetaraan berpikir kritis terdapat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3 Kesetaraan berpikir kritis
Jenicek [8]
Learning Development, Plymouth University [1] Facione [6] Conceptualizing Mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi Description
mendefinisikan dengan jelas informasi yang akan diselesaikan
Interpretation
Berkaitan dengan memahami dan mengekspresikan makna dari pengalaman, data atau peristiwa.
Applying
Menggunakan informasi yang diperoleh untuk berbagai situasi
Analysis
memeriksa dan menjelaskan bagian-bagian informasi yang sesuai
memberikan alasan (reasonable).
membandingkan dan membedakan informasi yang berbeda
menunjukkan pemahaman hubungan
Analysis
Mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan dan konsep.
Analyzing
mengidentifikasi bagian-bagian suatu informasi.
menganalisis hubungan antar bagian.
mengenali prinsip yang ada di informasi
Synthesizing
mengintegrasikan beberapa informasi sehingga membentuk sesuatu yang baru (hipotesis)
Inference
Kemampuan mengenali informasi yang dibutuhkan untuk menentukan kesimpulan yang akurat atau hipotesis dari informasi.
Evaluating information
memberikan penilaian terhadap suatu materi sesuai tujuan yang telah ditentukan
menyimpulkan denganvalid
Evaluation
menilai keberhasilan atau kegagalan sesuatu
Evaluation
Menilai kredibilitas pernyataan atau representasi lain dan menilai kekuatan logis dari hubungan antara pernyataan.
Explanation
Menjelaskan kembali informasi sehingga sepenuhnya dipahami oleh orang lain.
Self Regulasi,
kesadaran diri untuk memantau aktivitas kognitif seseorang
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
63
Dalam tabel di atas tampak perbandingan komponen berpikir kritis Jenicek (KKJ); berpikir kritis Plymouth University (KKP) dan berpikir kritis Facione (KKF) sebagai berikut:
1. Komponen Conceptualizing pada KKJ, Description pada KKP, dan Interpretation pada KKF dapat disejajarkan karena mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi untuk membuat suatu konsep berkaitan dengan memahami masalah
2. Komponen Analysis pada KKP merupakan gabungan dari Analysis dan Inference pada KKJ. Komponen Analysis dan Inference pada KKJ dapat disetarakan dengan Applying,
Analyzing, Synthesizing pada KKF, karena indikator-indikator dari komponen tersebut
terlihat dalam komponen itu seperti mengidentifikasi hubungan antar konsep, dan kemampuan mengenali unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan.
3. Komponen evaluation dapat disejajarkan karena memiliki kesamaan indikator, seperti menilai kredibilitas dari kesimpulan secara logis.
Berdasarkan adanya kesamaan indikator pada masing-masing komponen, maka dapat dikontruksi komponen berpikir kritis. Adapun hasil kontruksi berpikir kritis terlihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil kontruksi berpikir kritis
Jenicek (2011) Plymouth University (2010) Facione (2013) Berpiki Kritis
Conceptualizing Description Interpretation Exploration the information
Applying Analysis Analysis Relevance of
informatioan Analyzing
Synthesizing Inference
Evaluating information Evaluation Evaluation Evaluation Explanation clarification Self Regulasi,
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh kontruksi berpikir kritis dengan alasan sebagai berikut: 1. Komponen Conceptualizing pada KKJ, Description pada KKP, dan Interpretation pada
KKF secara umum memiliki indikator mengorganisasikan informasi untuk membuat suatu konsep yang berkaitan dengan memahami dan mendefinisikannya. Seseorang harus dapat mengeksplorasi informasi untuk mengkontruksi makna/arti dari informasi tersebut, sehingga komponen tersebut dapat disebut exploration the information.
2. Karena pada komponen Applying, Analyzing, Synthesizing pada KKJ, dan Analysis,
Inference pada KKF memiliki indikator yang terlihat sama pada analysis dalam KKP
seperti mengidentifikasi hubungan antar konsep, dan kemampuan mengenali unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan. Maka indikator ini terkait dengan menghubungkan masing-masing informasi untuk membuat suatu kesimpulan sehingga disebut dengan Relevance of information.
3. Komponen evaluation memilikikesamaan indikator pada komponen berpikir kritis KKJ, KKP dan KKF seperti menilai kesimpulan secara valid.
4. Komponen clarification merupakan gabungan dari komponen explanation dan self
regulation pada KKF karena explanation dan self regulation merupakan disposisi/
kebiasaan seseorang berpikir kritis, sehingga komponen tersebut hanya digunakan mengklarifikasi hasil yang diperoleh
64
4. Konstruksi Berpikir Refraksi dalam Matematika
Komponen pada refleksi dan berpikir kritis sifatnya tidak hirarki, artinya kriteria tersebut dapat bertukar posisi menuju komponen yang lain. Secara umum, kriteria berpikir reflefksi akan selalu muncul dalam menyelesaikan masalah atau ketika seseorang menilaikeberhasilan menjawab. Schon [17] menjelaskan bahwa refleksi dapat terjadi ketika seseorang memeriksa kembali tentang apa yang dikerjakan (reflection on action) dan refleksi terjadi pada proses menyelesaikan masalah (reflection in action).
Pada proses berpikir refraksi diperlukan adanya komponen berpikir refraksi. Oleh karena itu, untuk membangun berpikir refraksi ditentukan dahulu komponen berpikir reflektif dan berpikir kritis. Pada proses berpikir refraksi, refleksi dan berpikir kritis tidak dapat disejajarkan, sehingga komponen berpikir reflektif yang menuju berpikir kritis kemungkinan dapat bertukar posisi. Adapun komponen berpikir reflektif dan berpikir kritis terdapat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Indikator dari komponen berpikir reflektif dan berpikir kritis
Komponen berpikir reflektif dapat bertukar posisi menuju berpikir refraksi, maka kemungkinan akan terjadi situasi sebagai berikut:
1. Ketika seseorang ingin mengumpulkan dan mengelompokkan informasi maka terlebih dulu seseorang mengidentifikasi informasi pada masalah dan menafsirkannya. Proses ini
Komponen Berpikir reflektif
Komponen Berpikir kritis
Description of problem
Mendeskripsikan informasi yang akan
diselesaikan
Menafsirkan situasi berdasarkan ingatan atau
pengalaman
menggunakan cara yang relevan untuk
menafsirkan situasi
Exploration the information
Mengumpulkan dan mengelompokkan
informasi
mendefinisikan dengan jelas informasi yang
akan diselesaikan
Define the problem
Mengidentifikasi masalah
Menafsirkan situasi secara rasional.
memvisualisasikan ide dalam bentuk simbol
Relevance of information
membandingkan dan membedakan informasi
yang berbeda
Mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,
pertanyaan dan konsep.
mengenali prinsip yang ada di informasi
(focus)
mengintegrasikan beberapa informasi
sehingga membentuk sesuatu yang baru (hipotesis)
Collection
Kecerdikan memilih ide untuk memberikan
alternative solusi
Mengajukan beberapa kemungkinan alternatif
solusi dalam pemecahan masalah
Evaluation
Menyimpulkan dengan valid
Menilai kredibilitas pernyataan atau
representasi lain dan menilai kekuatan logis
Conclusion belief
Melakukan pengujian hipotesis dan
menggunakannya sebagai bahan pertimbangan
Clarification
Menjelaskan kembali informasi yang
dihasilkan
kesadaran diri untuk memantau hasil
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
65
merupakan komponen description dan define problem pada berpikir reflektif yang menuju pada exploration of information pada berpikir kritis.
2. Ketika seseorang mengajukan beberapa alternatif yang diperoleh dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan dengan benar, maka proses tersebut akan menuju pada proses membandingkan atau menghubungkan informasi. Proses ini merupakan komponen
define problem dan Collection pada berpikir reflektif yang menuju relevance of information pada berpikir kritis.
3. Ketika seseorang mengajukan alternatif dan melakukan pengujian terhadap alternatif tersebut, maka kemungkinan seseorang akan mengklarifikasi terhadap alternatif yang digunakan. Proses ini merupakan komponen conclution belief dan Collection dalam berpikir reflektif yang menuju clarification pada berpikir kritis
4. Ketika seseorang mengajukan beberapa alternatif yang diperoleh saat mengidentifikasi masalah, maka alternatif tersebut dievaluasi kebenaran dari alternatif tersebut. Proses ini merupakan komponen define problem dan Collection pada berpikir reflektif yang menuju evaluation pada berpikir kritis.
Dari beberapa kemungkinan adanya komponen refleksi menuju berpikir kritis, maka berpikir refraksi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Similar refraction, peristiwa ini terjadi karena adanya komponen berpikir reflektif
menuju komponen exploration the information pada berpikir kritis. Kemungkinan komponen yang terjadi pada berpikir reflektif menuju exploration the information pada berpikir kritis adalah semua komponen atau hanya beberapa komponen. Proses terjadinya Similar refraction digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Proses terjadinya Similar refraction
2. Relevance refraction, peristiwa ini terjadi karena adanya komponen berpikir reflektif
yang menuju relevance of information pada berpikir kritis. Komponen berpikir reflektif menuju relevance of information pada berpikir kritis, kemungkinannya hanya beberapa atau semua komponen. Proses terjadinya Relevance refraction digambarkan sebagai berikut:
Exploration the information Description of problem
Define the problem Collection Conclusion belief
66
Gambar 3. Proses terjadinya Relevance refraction
3. Evaluation refraction, peristiwa ini terjadi karena adanya komponen berpikir reflektif
menuju evaluation pada berpikir kritis. Kemungkinan komponen berpikir reflektif menuju berpikir kritis hanya beberapa komponen atau semua komponen, seperti
Description of problem dan Collection pada berpikir. Proses terjadinya Evaluation refraction digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Proses terjadinya Evaluation refraction
4. Clarification refraction, peristiwa ini terjadi karena adanya komponen berpikir reflektif
menuju clarification pada berpikir kritis. Komponen berpikir reflektif yang menuju
clarification dapat terjadi hanya beberapa komponen saja atau semua komponen yang
menuju berpikir kritis. Proses terjadinya Clarification refraction digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Proses terjadinya Clarification refraction elevance of
information scription of problem
Define the problem Collection Conclusion belief
Evaluation tion of problem
Define the problem Collection Conclusion belief
Clarification Description of problem
Define the problem Collection Conclusion belief
PPPPTK Matematika, Jl. Kaliurang Km 6, Sambisari, Condong catur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta Telp. 0274 881717, Faks. 0274 885725
67
5. Kesimpulan dan Saran
Pada saat diberikan masalah matematika, siswa terkadang akan mengalami kebingungan sehingga memungkinkan siswa melakukan refleksi. Siswa akan cenderung mengaitkan masalah tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki. Siswa juga akan mengaitkan masalah dengan pengalaman yang dimilikinya. Selanjutnya, siswa mengevaluasi informasi yang terkumpul pada saat melakukan refleksi, sehingga akan memungkinkan siswa memilih alternatif dengan cara mengeliminasi informasi secara bertahap. Kemudian, siswa menyelesaikannya dengan mempertimbangkan beberapa informasi sehingga menghasilkan informasi yang lebih sedikit. Karena itu, proses berpikir refraksi merupakan proses berpikir yang “mengerucutkan” pilihan dari beberapa alternatif dengan cara mengeliminasi informasi secara bertahap. Terjadinya berpikir refraksi dalam matematika dapat dikelompokkan menjadi empat ketegori, yaitu:similar refraction, relevance refraction, evaluation refraction dan clarification refraction.
Daftar Pustaka
[1]. Anonymous. 2010. Critical Thinking. Learning Development, Plymouth University.
http://www.learningdevelopment.plymouth.ac.uk/LDstudyguides/pdf/8Criticalthinking.pdf.
diakses tanggal 13 November 2013
[2]. Asare, Samuel Amoah. 2012. Reflective Collaborative Practices: What Is the Teachers’ Thinking? A Ghana Case. Creative Education. Vol.3, No.4, 448-456. Atkins, S. & Murphy, K. 1994. Reflective Practice. Nursing Standard, 8(39), pp.49-56.
[3]. Choy, S. Chee., & Oo, Pou San. 2012. Reflective Thinking and Teaching Practices: A Precursor for Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?. International Journal of
Instruction. Vol.5, No.1, 167-182.
[4]. Colley, Binta M, & Billics, Andrea R., & Lerch, Carol M. 2012. Reflection: A Key Component to Thinking Critically.The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3. Issue. 1, 1-19.
[5]. Downey, Greg. 2005. How to Guide and Facilitate Self Reflective Practice in Re-Entry
Programs. Presented at CIEE Conference, Miami, FL.
[6]. Facione, P. A. 2013. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae, CA: Measured Reasons and The California Academic Press.
[7]. Jansen and Spitzer. (2009). Prospective Middle School Mathematics Teacher’s Reflective Thinking Skills: Descriptions of Their Students’ Thinking and Interpretations of Their Teaching. J Math Teacher Educ, 12, 133–151
[8]. Jenicek, M., Croskery, Pat,. 2011. Evidence and its uses in health care and research: The role of critical thinking. Medical Science Monitor. 17(1): RA12–RA17.
[9]. Lee, H. 2005. Understanding and Assesing Preservice Teachers Reflective thinking. Teaching
and Teacher Education. USA. 21 (699-715)
[10]. Medeni, Tunch D., & Medeni, I Tolga. 2012. Reflection and Refraction For Knowledge Management Systems. International Journal of Ebusiness and Egovernment Studies. Vol 4, No 1, 55-64.
[11]. Pagano, M., & Roselle, L. 2009. Beyond Reflection: Refraction and International Experiential Education. Frontiers: The Interdisciplinary Journal of Study Abroad. 18, 217-229.
[12]. Park, J.Y., & Kastanis, L.S. 2009. Reflective Learning Through Social Network Sites In Design Education. The International Journal of Learning, 16(8), 11-22.
68
[13]. Park, Ji Yong & Son, Jeong Bae. 2011. Expression and Connection: The Integration of the Reflective Learning Process and the Public Writing Process into Social Network Sites.
MERLOT Journal of Online Learning and Teaching. Vol. 7, No. 1, 170-178.
[14]. Prayitno, A. 2014. Construction Theory of Critical Thinking As Process Towards Refraction
Thinking In Mathematics. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional di UNISMA
Malang.
[15]. Prayitno, A. 2014. Konstruksi Teoritik Tentang Berpiki Reflektif Sebagai Awal Terjadinya
Berpikir Refraksi Dalam Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional di ITS
Surabaya.
[16]. Rosen, JG. 2010. Problem solving and reflective thinking: John Dewey, Linda Flower, Ricard Young. Journal of Teaching Writing. 69-78
[17]. Schon, D. 1991. Educating the Reflective Practitioner. San Francisco: Jossey-Bass.
[18]. Taylor, L. 1992. Mathematics Attitude Development From A Vygotskian Perspective.
Mathematics Education Research Journal, 4,8-23.
[19]. Zehavi, N. 2006. Instrumented Techniques and Reflective Thinking in Analitic Geometry. The