• Tidak ada hasil yang ditemukan

distributed, (2) multivariate test, using binary logistic regression to determine the factors that affect income smoothing. Based on the results of mu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "distributed, (2) multivariate test, using binary logistic regression to determine the factors that affect income smoothing. Based on the results of mu"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF FACTORS INFLUENCING INCOME SMOOTHING

ON MANUFACTURING COMPANIES OF BASIC AND

CHEMICAL INDUSTRY SECTOR LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE (2004 – 2008)

Fadhli Azhari

Undergraduate Program, Faculty of Economics Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keyword: Income Smoothing, Size, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Assets, Financial Leverage

ABSTRACT

Income smoothing is a common practice by corporate managers to reduce fluctuations in earnings, which are expected to have beneficial effects for management performance evaluation. However, this practice has been criticized by many people because it can lead to disclosures in the financial statements to be inadequate. As a result, the financial statements no longer reflect the real situation about the things that happen in companies that should have known by the users of financial statements.

This study aims to examine the factors that influence the practice of income smoothing is Size, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Assets, and Financial Leverage. The sample consists of 30 manufacturing companies of basic and chemical industry sector listed in Indonesia Stock Exchange during five years from 2004 to 2008, with a subsample of 150 financial statements.

To identify firms that do not practice income smoothing and income smoothing practice using Eckel Index. Eckel index calculation is done through three stages, i.e. in 2004-2006, 2004-2007, and 2004-2008. Statistical analysis consisted of (1) univariate test, to determine the significance of the difference between the company of income smoothing and not income smoothing, in this case using the Independent Samples T-test if normally distributed data and Mann-Whitney test if data were not normally

(2)

distributed, (2) multivariate test, using binary logistic regression to determine the factors that affect income smoothing.

Based on the results of multivariate analysis simultaneously or separately on five independent variables, only the variable Net Profit Margin and Operating Profit Margin is having significant influence on income smoothing. However, net profit margin variables most influence on income smoothing because it has the effect of 59.91%.

(3)

ABSTRAK

Perataan laba (income smoothing) adalah praktik yang umum dilakukan oleh manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba, yang diharapkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen. Namun demikian, praktik ini telah dikritik oleh banyak pihak karena dapat menyebabkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai. Akibatnya, laporan keuangan tidak lagi mencerminkan keadaan sebenarnya mengenai hal-hal yang terjadi di perusahaan yang seharusnya perlu diketahui oleh pemakai laporan keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage. Sampel terdiri dari 30 perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari tahun 2004 – 2008, dengan subsampel sebanyak 150 laporan keuangan.

Untuk mengidentifikasi perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan tidak melakukan praktik perataan laba dengan menggunakan Indeks Eckel. Perhitungan Indeks Eckel dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahun 2004 - 2006, 2004 - 2007, dan 2004 - 2008. Analisis statistik yang digunakan terdiri dari (1) pengujian univariate, untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara perusahaan perata dan bukan perata, dalam hal ini menggunakan Independent Samples T-Test jika data terdistribusi normal dan Mann-Whitney Test jika data tidak terdistribusi normal, (2) Pengujian multivariate, dengan menggunakan binary logistic regression untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba.

Berdasarkan hasil analisis multivariate secara serentak maupun terpisah terhadap kelima variabel independen, ternyata hanya variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Namun, variabel Net Profit Margin paling berpengaruh terhadap perataan laba karena memiliki pengaruh sebesar 59,91%.

Kata Kunci: Perataan Laba, Besaran Perusahaan (Size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, Financial Leverage

(4)

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi (Budiasih, 2009). Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pemakai internal antara lain, karyawan perusahaan, pihak manajemen, dan direksi. Sedangkan pihak eksternal antara lain, pemegang saham, kreditur, lembaga pemerintah, fiskus, masyarakat umum, dan sebagainya. Laporan keuangan disusun oleh manajemen sebagai pertanggungjawaban kepada pemakai laporan keuangan, sehingga laporan keuangan menunjukkan kinerja manajemen sekaligus digunakan untuk mengukur kinerja manajemen. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kinerja manajemen perusahaan adalah laba yang dihasilkan. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Salah satu tindakan yang dilakukan manajemen adalah melakukan praktik perataan laba (income smoothing).

Dalam memahami tujuan laporan keuangan (SFAC No. 1) ada dua kata kunci yang harus dipahami: pertama, laporan keuangan harus memberikan informasi yang kreatif dan yang kedua, untuk digunakan dalam membuat keputusan yang rasional. Dari kedua kata kunci tersebut, dapat dikemukan bahwa laporan keuangan akan bermanfaat untuk digunakan dalam membuat keputusan investasi kredit dan sejenisnya apabila yang menggunakan laporan keuangan tersebut bersifat rasional. Artinya pembuatan keputusan didasarkan atas informasi bukan intuisi.

Teori keagenan (agency theory) menyatakan manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri (disfunctional behavior). Perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manajer melakukan manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba (earnings manipulation) (Yulianto, 2007). Hal ini juga dikemukan oleh Beattie et al. (1994) bahwa perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Tindakan perataan laba (income smoothing) merupakan tindakan yang sengaja dilakukan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu.

Menurut Barnea, Ronen, dan Sadan (1975) dalam Yulianto (2007) manajemen melakukan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa depan. Beidlemen (1973) dalam Syahriana (2006), mengemukakan bahwa tindakan manajer meratakan laba adalah untuk membuat arus penghasilan stabil dan mengurangi covarian return dengan pasar. Perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah periode sebelumnya (Salno, 2003 dalam Yulianto, 2007). Namun usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan jumlah laba tahun sebelumnya, karena dalam

(5)

mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut (Yulianto, 2007). Dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil informasi laba jika laba aktual lebih besar dari laba normal dan usaha memperbesar informasi laba jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Namun, tindakan ini dapat menyebabkan pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Menurut Nasir dkk. (2002) dalam Budiasih (2009) praktik perataan laba merupakan fenomena umum yang terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Jika praktik perataan laba ini dilakukan secara sengaja, maka akan menyebabkan pengungkapan laba yang menyesatkan terutama bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Jatiningrum (2000), menjelaskan bahwa perataan laba merupakan salah satu hal yang biasa dilakukan untuk menyalahgunakan laporan keuangan, sehingga para pengguna informasi laporan keuangan seharusnya mewaspadai hal tersebut.

Menurut Beidlemen (1973) dalam Masodah (2007) bahwa meratakan earnings yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi di sekitar tingkat earnings tertentu dianggap normal bagi sebuah perusahaan. Dalam hal ini praktik perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen dalam menstabilkan laba yang dihasilkan selama masih dalam kaidah-kaidah yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Praktik perataan laba yang dilakukan secara artifisial oleh manajemen perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai suatu usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang diperoleh perusahaan.

Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002 dalam Budiasih, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak (Budiasih, 2009). Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus berusaha memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akan disampaikan kepada para investor guna pengambilan keputusan investasi.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Syahriana (2006), yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Variabel independen yang diuji yaitu, besaran perusahaan, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Return On Asset yang memiliki pengaruh pada praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penulis tertarik untuk meneliti kembali beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu, besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Return On Asset dengan menambah satu variabel independen Financial Leverage karena penulis berpendapat bahwa variabel tersebut secara signifikan dapat mempengaruhi praktik perataan laba sesuai dengan penelitian Widyaningdyah (2001). Penulis ingin meneliti praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur khususnya sektor industri dasar dan kimia karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pembangunan, industri, dan perekonomian di Indonesia. Sektor industri dasar dan kimia merupakan industri strategis karena memproduksi barang-barang yang

(6)

dibutuhkan oleh industri lain sehingga sering menjadi perhatian investor dalam menanamkan modalnya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Faktor apakah yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage mempengaruhi perataan laba dan faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

TELAAH PUSTAKA

Studi Kandungan Informasi Atas Laba

Menurut Hasanah (2006: 18) studi kandungan informasi atas laba meneliti hubungan laba dengan return yang didasarkan pada anggapan bahwa laba bermanfaat bagi investor. Ball dan Brown (1968) dalam Syahriana (2006: 10) menduga manfaat keberadaan angka laba akuntansi dengan menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka laba tersebut. Mereka memperlihatkan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi adalah berguna, yaitu jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor, maka pasar bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar tanggal pengumuman laba. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar daripada laba yang diharapkan dan sebaliknya harga saham cenderung turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil dari laba harapan.

Beaver (1968) dalam Syahriana (2006: 10) menyatakan bila pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham saat itu selama periode pengumuman. Hasil penelitiannya memberi bukti bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan.

Manajemen Laba

Menurut Yulianto (2007: 8) perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (earnings management). Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Menurut Yulianto (2007: 8) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuagan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa. Manajemen laba sebagai suatu proses

(7)

mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principle (GAAP).

Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994) yang dikutip M. Ma’ruf (2006: 17) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan.

Sedangkan menurut Scott (1997) dalam Syahriana (2006: 11) earnings management sebagai tindakan manajemen untuk memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan.

Ada beberapa bentuk manajemen laba, diantaranya menurut Scott (2000: 296) dalam Kusuma dan W. A. Udiana Sari (2003) adalah taking a bath, income minimization, income maximization dan income smoothing. Taking a bath digunakan selama periode organizational stress atau reorganisasi. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat ditimpahkan ke manajer lama, jika terjadi pergantian manajer. Income minimization dipilih selama periode dengan profitabilitas tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis, dapat diatasi dengan pengambilan jatah laba sebelumnya. Income maximization dilakukan manajer terutama untuk tujuan mendapatkan bonus. Perusahaan yang berada pada pelanggaran syarat perjanjian utang juga melakukan income maximization. Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor adalah risk averse dan menyukai laba yang relatif stabil (Indraningrum, 2002 dalam Kusuma dan W. A. Udiana Sari, 2003). Teori Keagenan (Agency Theory)

Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995: 569) yang dikutip oleh M. Ma’ruf (2006: 15) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Hubungan agency muncul ketika satu pihak (principal) membayar pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa dan mendelegasikan otoritas wewenang pengambil keputusan kepada agent (Syahriana, 2006: 12). Dalam lingkup perusahaan yang modalnya terdiri atas saham-saham, pemegang saham bertindak sebagai principal dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent dari mereka. Pemegang saham mempekerjaan CEO dan manajemen perusahaan untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka.

Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupaun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO sehari-hari untuk mamastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya

(8)

ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetris informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetris informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetris informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.

Perataan Laba

Menurut Assih dan Gudono (2000) perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Sedangkan menurut Belkaoui (2007: 192) perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau tingkat yang diinginkan. Arens et al. (2005: 310) mendefinisikan income smoothing (perataan laba) adalah “a form of earnings management in which revenues and expenses are shifted between periods to reduce fluctuations in earnings”. Selain itu, menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 245) perataan laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menstabilkan laba.

Menurut Yulianto (2007: 10) alasan adanya perataan laba antara lain, pertama rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi hutang pajak. Kedua, tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan laba dan kebijakan deviden sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Keempat, tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan.

Perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu melalui kebijakan yang dimiliki, mengubah metode akuntansi, dan manajer memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu ke dalam kategori berbeda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Menurut Juniarti dan Corolina (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba suatu perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, rencana bonus dan kebangsaan. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut berbeda meskipun mengukur hal yang sama.

Menurut Yusuf dan Soraya (2004) beberapa peneliti menyatakan bahwa manajer perusahaan sangat cenderung melakukan perataan penghasilan. Secara rasional manajer ingin meratakan penghasilan yang dilaporkannya dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan.

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Banyak penelitian empiris terdahulu telah menguji faktor-faktor tersebut dan temuan empiris yang didapat menunjukkan kesimpulan yang

(9)

belum disepakati, karena untuk beberapa faktor masih disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Berikut ini disajikan penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dan tidak mempengaruhi perataan laba. Pada Tabel 1. berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan tidak mempengaruhi perataan laba.

Tabel 1.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Tidak Mempengaruhi Perataan Laba

No. Faktor yang berpengaruh No. Faktor yang tidak berpengaruh 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Besaran perusahaan: Total aktiva Profitabilitas Kelompok usaha Kebangsaan Harga saham

Perbedaan laba aktual dan laba normal

Kebijakan akuntansi mengenai laba Leverage operasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Besaran perusahaan:  Total aktiva  Penjualan

 Nilai pasar saham Profitabilitas

Kelompok usaha Rencana bonus Proporsi kepemilikan Status badan usaha

(10)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 – 2008. Sedangkan sampel diambil dengan menggunakan metode purposive judgement sampling, dimana perusahaan yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Pemilihan dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel diperoleh perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian dan disajikan pada Tabel 2. berikut ini:

Tabel 2. Seleksi Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah sampel awal 56

 Pelanggaran kriteria 1

Emiten yang tidak terdaftar sebelum 31 Desember 2004 dan delisting

selama 31 Desember 2004 – 31 Desember 2008. 10

 Pelanggaran kriteria 2

Emiten yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2004 – 2008. 0  Pelanggaran kriteria 3

Emiten yang melakukan akuisisi atau merger minimal sekali selama periode 31 Desember 2004 – 31 Desember 2008, melakukan restrukturisasi, dan mengalami perubahan kelompok usaha. 9  Pelanggaran kriteria 4

Emiten yang mengalami kerugian minimal 3 tahun. 7

Jumlah sampel akhir 30

Sumber: Indonesia Capital Market Directory (data diolah)

Jumlah sampel yang terpilih sebanyak 30 perusahaan merupakan 53,57% dari seluruh perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama jangka waktu 2004 – 2008. Selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelompok perata dan kelompok bukan perata laba.

Model Klasifikasi Sampel

Jumlah sampel yang telah diseleksi diklasifikasikan ke dalam kelompok perata dan bukan perata dengan menggunakan Indeks Eckel (1981). Perhitungan Indeks Eckel dilakukan melalui 3 tahap yaitu dari tahun 2004 – 2006, 2004 – 2007, dan 2004 – 2008.

(11)

CV ΔI Indeks Eckel =

CV ΔS

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejak kapan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Indeks Eckel akan membedakan antara perusahaan-perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan perataan laba. Pendeteksian perataan laba dengan Indeks Eckel sesuai dengan penelitian Eckel (1981), Yusuf dan Soraya (2004), Juniarti dan Corolina (2005), Suwito dan Herawaty (2005), Masodah (2007), Hasanah (2007), Mawarti (2007), dan Budiasih (2009). Adapun untuk menghitung Indeks Eckel dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ΔI = Perubahan laba dalam satu periode ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode

CV = Koefisien variasi (standard deviation/expected value) yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.

Indeks Eckel untuk perusahaan bukan perata laba adalah ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perata laba adalah < 1 (Eckel, 1981).

CV ΔS atau CV ΔI dapat dihitung sebagai berikut:

Variance CV ΔS atau CV ΔI = Expected Value atau Σ (ΔX – ΔX)2 CV ΔS atau CV ΔI = : ΔX n - 1 Keterangan:

ΔX = Perubahan laba (I) atau penjualan (S)

ΔX = Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) n = Banyaknya tahun yang diamati

(12)

Data Yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data-datanya adalah sebagai berikut:

1. Total aktiva tahun 2004 – 2008 2. Total kewajiban tahun 2004 – 2008

3. Laba bersih sebelum pajak tahun 2004 – 2008 4. Laba bersih setelah pajak tahun 2004 – 2008 5. Laba operasi tahun 2004 – 2008

6. Penjualan bersih tahun 2004 – 2008

7. Net Profit Margin (NPM) tahun 2004 – 2008 8. Operating Profit Margin (OPM) tahun 2004 – 2008 9. Return On Asset (ROA) tahun 2004 – 2008

10. Financial Leverage tahun 2004 – 2008

Pengumpulan data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui berbagai sumber seperti Website BEI (www.idx.co.id), Indonesia Capital Market Directory (ICMD), IDX statistik tahunan, publikasi-publikasi dalam berita bisnis, dan sumber lainnya.

Identifikasi dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status perataan laba yang diukur dengan Indeks Eckel. Penggunaan indeks ini dapat mengetahui apakah perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak.

b. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Besaran perusahaan (size) yang diukur dengan total aktiva.

2. Net Profit Margin (NPM) yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan.

3. Operating Profit Margin (OPM) yang diukur dari rasio antara laba operasi dengan total penjualan.

4. Return On Asset (ROA) yang diukur dari rasio antara laba bersih sebelum pajak (EBIT) dengan total aktiva.

5. Financial Leverage yang diukur dari rasio antara total kewajiban dengan total aktiva.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage tidak mempengaruhi perataan laba (income smoothing).

Ha: Besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage mempengaruhi perataan laba (income smoothing).

Teknik Analisis Yang Digunakan

(13)

Status: a + b1 (TA) + b2 (NPM) + b3 (OPM) + b4 (ROA) + b5 (FL) + c

a. Statistik deskriptif

Untuk menggambarkan karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel. b. Statistik inferensia

1. Pengujian Univariate

Pengujian univariate adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap variabel bebas diantara perusahaan perata laba dan bukan perata laba. Analisis univariate yang digunakan:

a. Uji normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. b. Uji beda Independent Samples T-Test.

c. Uji Mann-Whitney Test. 2. Pengujian Multivariate

Pengujian Multivariate digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel yang dianalisis dapat berpengaruh secara simultan atau tidak. Analisis multivariate dalam penelitian ini menggunakan binary logistic regression. Model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Status : status perusahaan perata atau bukan perata.

0 untuk perusahaan perata dan 1 untuk perusahaan bukan perata. TA : Total Aktiva

NPM : Net Profit Margin OPM : Operating Profit Margin ROA : Return On Asset

FL : Financial Leverage

PEMBAHASAN

Berdasarkan data laba (earnings) dan penjualan (sales) dari 30 sampel perusahaan, maka dilakukan perhitungan indeks perataan laba menggunakan Indeks Eckel terhadap masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Perhitungan Indeks Eckel dilakukan melalui 3 tahap yaitu dari tahun 2004 – 2006, 2004 – 2007, dan 2004 – 2008. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejak kapan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Perhitungan Indeks Eckel dimaksudkan untuk menentukan kategori suatu perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak melakukan praktik perataan laba. Perusahaan dikategorikan melakukan praktik perataan laba apabila memperoleh nilai Indeks Eckel < 1, sedangkan perusahaan yang memperoleh Indeks Eckel ≥ 1 dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Berikut ini akan disajikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba:

Tabel 3.

Jumlah Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba

Status Perusahaan 2004 – 2006 2004 – 2007 2004 – 2008

Perata 6 6 10

Bukan Perata 24 24 20

(14)

Analisis Statistik Secara Umum Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan perata laba maupun perusahaan bukan perata laba. Diharapkan hasil uji statistik secara umum dapat melegitimasi validitas dan reliabilitas variabel yang digunakan dalam uji statistik setiap hipotesis penelitian. Dari 30 sampel perusahaan dilakukan 3 tahap pengamatan untuk menentukan status perataan laba. Jadi terdapat 90 sampel yang dapat diolah untuk menganalisis perataan laba. Hasil analisis statistik deskriptif dengan bantuan komputer program SPSS Statistics 17.0 disajikan pada Tabel 4. berikut ini:

Tabel 4.

Statistik Deskriptif Perusahaan Sampel

Variabel N Mean Standard

Deviation Minimum Maximum Besaran perusahaan (size)

Net Profit Margin Operating Profit Margin Return On Asset Financial Leverage 90 90 90 90 90 2.020.394,66 0,02222253 0,05509640 0,05939137 0,48148089 3.316.657,781 0,128253480 0,148028593 0,107837776 0,215866800 33.674 -1,006415 -1,021494 -0,274603 0,054581 17.243.721 0,206681 0,277414 0,423691 0,899470 Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Analisis Pengujian Univariate

Analisis univariate yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata dari variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage diantara perusahaan yang melakukan perataan laba dan tidak melakukan perataan laba, dilakukan dengan uji beda (Independent Samples T-Test) bila asumsi normalitas terpenuhi atau teknik nonparametrik Mann-Whitney Test bila asumsi normalitas tidak terpenuhi. Oleh karena itu, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi normalitas distribusi data untuk menentukan apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak.

Hasil pengujian normalitas data masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 17.0 dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 5.

Hasil Pengujian Normalitas Data

Variabel ρ-value Keterangan Distribusi Besaran perusahaan (size) 0,000 ρ < 0,05 Tidak normal Net Profit Margin 0,000 ρ < 0,05 Tidak normal Operating Profit Margin 0,000 ρ < 0,05 Tidak normal Return On Asset 0,033 ρ < 0,05 Tidak normal Financial Leverage 0,154 ρ > 0,05 Normal Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Return On Asset tidak berdistribusi secara normal. Ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas (ρ-value) atau

(15)

Asymp. Sig (2-tailed) yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian maka pengujian univariate menggunakan teknik nonparametrik Mann-Whitney Test. Sedangkan untuk variabel Financial Leverage yang datanya berdistribusi normal, maka analisis menggunakan uji beda Independent Samples T-Test.

Hasil pengujian univariate pada tingkat signifikansi 5% (0,05) dengan menggunakan SPSS Statistics 17.0 , hasilnya disajikan pada Tabel 6. berikut ini:

Tabel 6.

Hasil Pengujian Univariate

Variabel Uji ρ-value Keterangan Ho

Besaran perusahaan (size) Mann-Whitney 0,264 ρ > 0,05 Diterima Net Profit Margin Mann-Whitney 0,814 ρ > 0,05 Diterima Operating Profit Margin Mann-Whitney 0,329 ρ > 0,05 Diterima Return On Asset Mann-Whitney 0,276 ρ > 0,05 Diterima Financial Leverage T-Test 0,407 ρ > 0,05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage memiliki nilai probabilitas (ρ-value) atau Asymp. Sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05. Penerimaan Ho berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage diantara perusahaan perata dan bukan perata laba.

Analisis Pengujian Multivariate

Analisis multivariate digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage secara serentak (simultan) maupun secara individual (parsial) terhadap praktik perataan laba. Analisis multivariate dilakukan dengan teknik analisis regresi logistik (binary logistic regression) dengan bantuan komputer program SPSS Statistics 17.0. Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis teknik analisis yaitu analisis multivariate secara serentak (simultan) dan analisis multivariate secara terpisah (backward stepwise).

Pengujian multivariate dilakukan secara serentak untuk kelima variabel independen dengan menggunakan binary logistic regression. Hasil pengujian atas kelayakan model regresi (goodness of fit test) yang diukur dengan nilai Chi-Square pada uji Hosmer and Lemeshow Test, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,867 (diatas 0,05), berarti model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Tabel 7.

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

(16)

Analisis Multivariate Secara Serentak

Analisis multivariate secara serentak berarti bahwa kelima variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage secara serentak (simultan) dimasukkan ke dalam model regresi logistik dan dilakukan estimasi. Hasil pengujian multivariate secara serentak disajikan pada Tabel 8. berikut ini:

Tabel 8.

Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak

Variabel ρ-value Keterangan Ho Besaran perusahaan (size) 0,106 ρ > 0,05 Diterima Net Profit Margin 0,002 ρ < 0,05 Ditolak Operating Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Return On Asset 0,517 ρ > 0,05 Diterima Financial Leverage 0,324 ρ > 0,05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Hasil pengujian multivariate secara serentak pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa untuk variabel besaran perusahaan (size), Return On Asset, dan Financial Leverage memiliki probabilitas (ρ-value) lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima dan sebaliknya Ha ditolak yang berarti ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Hanya variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang memiliki nilai probabilitas (ρ-value) lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba.

Analisis Multivariate Secara Terpisah

Analisis multivariate secara terpisah (backward stepwise) berarti bahwa pengaruh kelima variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage diestimasi secara bertahap (stepwise), dimulai dengan memasukkan kelima variabel tersebut kedalam model pada pengujian secara serentak, kemudian bergerak mundur (backward), mengeluarkan satu variabel yang memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 pada tahap pertama. Proses ini terus berlanjut ke tahap berikutnya dan berakhir dimana tidak ada lagi variabel yang dikeluarkan dari model karena nilai ρ-value lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian pada tahap terakhir, model hanya menyisakan variabel yang memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Jadi hanya variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Hasil pengujian multivariate secara serentak pada Tabel 4.8 terlihat bahwa variabel Return On Asset memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Selanjutnya pada pengujian secara terpisah tahap pertama, analisis dilakukan terhadap keempat variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Financial Leverage. Hasil analisis disajikan pada Tabel 9. berikut ini:

(17)

Tabel 9.

Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap I

Variabel ρ-value Keterangan Ho Besaran perusahaan (size) 0,126 ρ > 0,05 Diterima Net Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Operating Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Financial Leverage 0,415 ρ > 0,05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap pertama pada tabel 9. dapat dilihat bahwa variabel besaran perusahaan (size) dan Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (p-value) untuk kedua variabel tersebut berada diatas 0,05, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hanya variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang memiliki nilai probabilitas (p-value) dibawah 0,05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin berpengaruh terhadap perataan laba pada pengujian multivariate tahap I. Variabel Financial Leverage memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Selanjutnya pada tahap kedua, analisis dilakukan terhadap ketiga variabel besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin. Hasil analisis disajikan pada Tabel 10. berikut ini:

Tabel 10.

Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II

Variabel ρ-value Keterangan Ho Besaran perusahaan (size) 0,158 ρ > 0,05 Diterima Net Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Operating Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap kedua pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa variabel besaran perusahaan (size) memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Hanya variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang memiliki nilai probabilitas (p-value) dibawah 0,05, yang berarti variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin berpengaruh terhadap perataan laba pada pengujian multivariate tahap II. Selanjutnya pada tahap ketiga, analisis dilakukan terhadap kedua variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin. Hasil analisis disajikan pada Tabel 11. berikut ini:

Tabel 11.

Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III

Variabel ρ-value Keterangan Ho Net Profit Margin 0,001 ρ < 0,05 Ditolak Operating Profit Margin 0,003 ρ < 0,05 Ditolak Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah)

(18)

Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap ketiga pada Tabel 11. dapat dilihat bahwa variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin memiliki nilai probabilitas (ρ-value) lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil pengujian multivariate secara serentak dan terpisah membuktikan bahwa variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Namun, variabel Net Profit Margin lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan variabel Operating Profit Margin karena variabel Net Profit Margin memiliki nilai korelasi positif sedangkan variabel Operating Profit Margin memiliki nilai korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi Net Profit Margin sebesar 0,774. Kuadrat dari koefisien ini diperoleh sebesar (0,774)2 = 0,5991, jadi sekitar 59,91% perubahan praktik perataan laba dapat dijelaskan oleh variabel Net Profit Margin.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji lima faktor yang dapat mempengaruhi praktik perataan laba yaitu besaran perusahaan (size), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage. Pengklasifikasian antara perusahaan yang melakukan perataan laba dan tidak melakukan perataan laba dilakukan dengan menggunakan Indeks Eckel terhadap laba bersih setelah pajak (earning after tax) untuk perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan analisis multivariate (binary logistic regression) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik perataan laba, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Besaran perusahaan (size), Return On Asset, dan Financial Leverage tidak mempengaruhi perataan laba secara serentak dan terpisah. Namun, hanya variabel Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang berpengaruh secara serentak maupun terpisah terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

a. Tidak berpengaruhnya besaran perusahaan (size) terhadap perataan laba karena investor mengabaikan asumsi bahwa perusahaan besar selalu memiliki nilai total aktiva yang besar. Selain itu, semakin besar perusahaan maka kecenderungan pengawasan atau audit dilakukan secara ketat dan kompeten.

b. Berpengaruhnya Net Profit Margin terhadap perataan laba karena laba bersih setelah pajak sering dijadikan tujuan perataan laba dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh investor. Oleh karena itu, manajemen ingin menunjukkan kepada investor bahwa kinerja perusahaan tersebut efektif. c. Berpengaruhnya Operating Profit Margin terhadap perataan laba karena laba

operasi menggambarkan laba yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan manufaktur. Apabila laba operasi perusahaan manufaktur terlihat baik dan stabil, maka akan menunjukkan kegiatan manufaktur yang baik pula sehingga manajer memiliki kecenderungan untuk meratakan laba tersebut agar dapat menarik investor.

d. Tidak berpengaruhnya Return On Asset terhadap perataan laba karena adanya standar akuntansi yang mengatur tentang pengakuan penghasilan atas kenaikan aset atau penurunan kewajiban secara bersamaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 92.

(19)

e. Tidak berpengaruhnya Financial Leverage terhadap perataan laba karena terdapat kemudahan yang diberikan pasar modal dalam memfasilitasi pembayaran utang perusahaan sehingga risiko yang diakibatkan oleh utang dapat berkurang.

2. Dari kelima faktor yang diuji hanya Net Profit Margin dan Operating Profit Margin yang berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Namun, variabel Net Profit Margin lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan variabel Operating Profit Margin karena variabel Net Profit Margin memiliki nilai korelasi positif sedangkan variabel Operating Profit Margin memiliki nilai korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi Net Profit Margin sebesar 0,774. Kuadrat dari koefisien ini diperoleh sebesar (0,774)2 = 0,5991, jadi sekitar 59,91% perubahan praktik perataan laba dapat dijelaskan oleh variabel Net Profit Margin. Dengan demikian, Net Profit Margin adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Implikasi

Penelitian di masa yang akan datang hendaknya dapat meningkatkan cara untuk mendeteksi adanya praktik perataan laba serta mengamatinya dalam konteks yang berbeda, siklus ekonomi, jumlah perusahaan yang dijadikan sampel, kebijakan akuntansi, peraturan pajak, dan sebagainya. Selain itu, pengaruh diterapkannya standar akuntansi, peraturan Bapepam, dan peraturan perpajakan yang baru sebaiknya juga diperhatikan dalam melakukan pengujian.

Karena hanya ada dua faktor yang berpengaruh yaitu Net Profit Margin dan Operating Profit Margin, maka untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan beberapa faktor lainnya seperti, harga saham, leverage operasi, pos-pos luar biasa (extraordinary items), kebijakan akuntansi mengenai laba, kelompok usaha, dan sebagainya. Sehingga usaha manajemen untuk meratakan laba melalui faktor-faktor lain dapat terdeteksi. Jika dimungkinkan, penelitian dapat dikembangkan melalui perbandingan praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia dengan perusahaan-perusahaan di bursa efek yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ayoib Che and Nooriha Mansor, 2009. “Board independence, ownership structure, audit quality and income smoothing activities: A study on Malaysian market”, Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol. 5, No. 11: 1 – 13. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. 2005. Auditing and Assurance

Services: An Integrated Approach. Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Assih, Prihat dan M. Gudono, 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi

Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 1: 35 – 53.

Badan Pengawas Pasar Modal. 26 April 2010. Laporan Tahunan 2004.

(20)

_____________________________. 26 April 2010. Laporan Tahunan 2005.

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/annual_report/AR-BAPEPAM-LK_2005.pdf.

_____________________________. 26 April 2010. Laporan Tahunan 2006.

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/annual_report/AR-BAPEPAM-LK_2006.pdf.

_____________________________. 26 April 2010. Laporan Tahunan 2007.

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/annual_report/AR-BAPEPAM-LK_2007.pdf.

_____________________________. 26 April 2010. Laporan Tahunan 2008.

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/annual_report/AR-BAPEPAM-LK_2008.pdf.

Beattie, Vivien et al., 1994. “Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach”, Journal Business Finance and Accounting, Vol. 21, No. 6: 791– 811.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Budiasih, Igan, 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No. 1: 1 – 14.

Gumanti, Tatang Ary, 2000. “Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2: 104 – 115.

Halim, Julia, Carmel Meiden, dan Rudolf Lumban Tobing, 2005. “Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September.

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Hasanah, Nurul. 2007. “Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar LQ-45)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat.

Indonesia Capital Market Directory. 25 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2004. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan _keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahu n%202004/Desember%202004/.

_____________________________. 26 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2005. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan _keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahu n%202005/Auditan/.

_____________________________. 27 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2006. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan _keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahu n%202006/Auditan/.

_____________________________. 28 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2007. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan _keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahu n%202007/LK%20Auditan%20Per%2031%20Desember%202007/.

(21)

_____________________________. 29 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2008. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan _keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahu n%202008/LKT%20Desember%202008_Audit/.

Irawati, Zulfa dan Anugerah Maya A., 2007. “Analisis Perataan Laba (Income Smoothing): Faktor Yang Mempengaruhinya dan Pengaruhnya Terhadap Return dan Resiko Saham Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 11, No. 1: 46 – 58.

Jatiningrum, 2000. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan atau Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2: 145 – 155.

Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz, 1998. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2: 174 – 191.

Juniarti dan Corolina, 2005. “Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2: 148 – 162.

Kustono, Alwan Sri, 2009. “Pengaruh Ukuran, Deviden Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002 – 2006”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3: 200 – 205.

Kusuma, Hadri dan Wigiya Ayu Udiana Sari, 2003. “Manajemen Laba oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 7, No. 1: 21 – 36.

Ma’ruf, Muhammad. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Masodah, 2007. “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya”, Proceeding PESAT, Vol. 2: A16 – A23.

Mawarti, Yuliana. 2007. “Pengaruh Income Smoothing (Perataan Laba) Terhadap Earning Response (Reaksi Pasar) Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Nasser, Etty M. dan Herlina, 2003. “Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Go Publik”, Jurnal Ekonomi, Vol. 7, No. 3: 291 – 305.

Prasetio, Januar Eko, Sri Astuti, dan Agung Wiryawan, 2002. “Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 6, No. 2: 45 – 63.

Rahmawati, 2007. “Model Pendeteksian Manajemen Laba Pada Industri Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVIII, No. 1: 23 – 34.

Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah, 2006. “Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23 – 26 Agustus.

(22)

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Salno, Hanna Meilani dan Zaki Baridwan, 2000. “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 1: 17 – 34.

Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Santoso, Singgih. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Stice, Earl K., James D. Stice, and K. Fred Skousen. 2004. Intermediate Accounting (Akuntansi Intermediate). Buku Satu. Edisi Kelima Belas. Jakarta: Salemba Empat.

Suwito, Edy dan Arleen Herawaty, 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September.

Syahriana, Nani. 2006. ”Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000 – 2004)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Uyanto, Stanislaus S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2: 89 – 101.

Yulianto, Agus. 2007. “Analisis Perataan Laba: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Yusuf, Muhammad dan Soraya, 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 8, No. 1: 99 – 125.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur yang dilakukan LIPI sebagai salah satu lembaga pemerintah yang bertindak sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dalam penyusunan serta penyajian laporan keuangan

507), dan Youngson (1997: 9-11) pelaksanaan KJL untuk penolong satu orang dapat dikerjakan dengan cara korban harus dalam posisi horisontal dan diletakkan di atas lantai

Segala puji dan syukur kepada Allah atas kasih setia-Nya yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Stres Akulturasi

PENGADILAN TINGGI MEDAN Putusan No.43/pid.sus.anak/2016/pt.mdn Halaman 3 memeriksa penumpang dan barang bawaannyayang ada di dalam Bus, setelah supir turun saksi Joko Sugito

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

[r]

data yang telah diubah atau tombol kembali untuk menuju halaman

The TBS model can be distinguished from the afore discussed scaffoldings in terms of orientation and induction, identify key concepts and focus group discussions