PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada
beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan.
Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang
kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham,
sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut
sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang
ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya (Harjito dan Martono, 2005: 2).
Hasnawati (2005) mengungkapkan semakin tinggi nilai perusahaan maka
semakin sejahtera para shareholdernya. Semakin tinggi nilai perusahaan maka
semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Bagi
perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui harga
pasar saham. Harga pasar saham adalah harga yang bersedia dibayarkan oleh
Elin Tri Budiyani, 2014
Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bei tahun 2009-2011
calon investor apabila ia ingin memiliki saham suatu perusahaan, sehingga harga
saham merupakan harga yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan
Sudiyatno (2010) mengungkapkan bahwa harga pasar saham merupakan
reprensentasi dari nilai perusahaan dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor
internal perusahaaan, ekternal perusahaan, dan teknikal. Faktor internal dan
eksternal merupakan faktor yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh para investor dipasar modal, sedangkan faktor teknikal lebih
bersifat teknis dan psikologis, seperti volume perdagangan saham, nilai transaksi
perdagangan saham, dan kecenderungan naik turunnya saham.
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi apakah mau menjual, menahan, atau membeli
saham. Tabel 1.1 berikut ini merupakan Indeks Harga Saham Sektoral ( IHSS )
periode tahun 2008 – 2012.
Tabel 1.1
Indeks Harga Saham Sektoral periode tahun 2008 – 2012
No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
Average change 2008 -2012
(%)
1 Agriculture 918.766 1,753.090 2,284.319 2,146.036 2,062.937 -2.21
2 Mining 877.678 2,203.475 3,274.163 2,532.378 1,863.665 -13.64
3 Basic Industry 134.987 273.932 387.254 408.273 526.551 30.45
4 Miscellaneous Industry 214.937 601.469 967.023 1,311.147 1,336.524 53.64
5 Consumer Goods 326.843 671.305 1,094.653 1,315.964 1,565.878 51.13
6 Property & Real Estate 103.489 146.800 203.097 229.254 326.552 11.63
7 Infrastructure 490.349 728.528 819.209 699.446 907.524 7.41
8 Finance 176.334 301.424 466.669 491.776 550.097 32.00
9 Trade & Service 148.329 275.758 474.080 582.186 740.949 41.51
Dari tabel Indeks Harga Saham Sektoral di atas dapat diketahui bahwa
sektor mining (pertambangan) dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan
2012 merupakan salah satu sektor yang memiliki indeks saham terendah dari
sektor lainnya bahkan pertumbuhannya bernilai negatif.
Gambaran ini menunjukkan apresiasi pasar terhadap perusahaan
pertambangan tidak begitu membaik, hal ini disebabkan adanya wacana bea
keluar hingga harga kontrak yang di bawah ekspektasi. Menurut Kepala Riset HD
Capital Yuganur Wijanarko salah satu sentimen datang dari Peraturan Menteri
ESDM Nomor 7/2012 soal bea keluar sebesar 20%. Meski aturan ini belum
efektif diterapkan, perusahaan tambang harus memiliki smelteralias pabrik
pengolahan dan pemurnian komoditas mineral, jika perusahaan tidak memilikinya
maka akan terkena aturan tersebut. Padahal tidak semua perusahaan tambang
memiliki smelter. Kalaupun memiliki, kondisinya sudah tua sehingga tidak bisa
maksimal, karena rata-rata produksi tambang secara umum masih bahan mentah
sehingga otomatis terkena aturan bea keluar untuk ekspor tambang mineral
mentah.
Selain itu menurut Yuganur Wijanarko kinerja keuangan berbagai emiten di
sektor tambang tidak menggembirakan pada kuartal I-2012. Menurutnya, rata-rata
kinerja emiten pertambangan mencatatkan keuntungan di bawah ekspektasi.
Penurunan laba itu, dipicu oleh produksi yang turun dan tidak mencapai target
produksi. Beberapa emiten yang smelternya sudah tua seperti TINS dan ANTM.
Kondisi itu diperparah oleh cuaca yang terus hujan dan kalaupun kemarau tidak
Masalah lain pada sektor pertambangan adalah beberapa kontrak batu bara
di bawah ekspektasi yakni US$92 per metrik ton dari ekspektasi US$100 per
metrik ton. Kondisi ini juga turut memicu penurunan laba bersih dari emiten
pertambangan. Pada saat yang sama, dolar AS yang terus menguat terhadap
rupiah. Akibatnya, semakin banyak eksposur utang dalam AS, utang perseroan di
sektor tambang juga naik sehingga turut juga berperan menggerogoti laba.
(www.pasarmodal.inilah.com)
Tabel 1.2
Harga Saham Sektor Pertambangan Tahun 2009 - 2012
No. Kode Nama Perusahaan Harga Saham
2009 2010 2011 2012 1 ADRO Adaro Energy Tbk. 1.730 2.550 1.770 1.590 2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. 2.200 2.450 1.620 1.280
3 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk. 470 280 255 260
4 ATPK ATPK Resources Tbk. 225 187 166 129
5 BUMI Bumi Resources Tbk. 2.425 3.025 2.175 590 6 BYAN Bayan Resources Tbk. 5.650 18.000 18.000 8.450 7 CITA Cita Mineral Investindo Tbk. 317 317 315 315
8 CTTH Citatah Tbk. 68 72 71 58
9 DEWA Darma Henwa Tbk. 123 71 78 50
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk. 1.564 1.586 670 153
11 ELSA Elnusa Tbk. 355 325 230 173
12 ENRG Energi Mega Persada Tbk. 181 124 178 82 13 INCO Vale Indonesia Tbk. 3.650 4.875 3.200 2.350 14 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 31.800 50.750 38.650 41.550 15 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk. 2.200 3.700 6.450 2.475 16 MEDC Medco Energi Internasional Tbk. 2.450 3.395 2.425 1.630
17 MITI Mitra Investindo Tbk. 55 54 51 83
18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk 310 174 182 225 19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) bk. 17.250 22.950 17.350 15.100 20 PTRO Petrosea Tbk. 10.350 26.000 33.200 1.320 21 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk. 183 200 220 195 22 TINS Timah (Persero) Tbk. 2.000 2.750 1.670 1.540
Rata-rata harga saham 3.889 6.538 5.860 3.618
Dari tabel Harga Saham Sektor Pertambangan di atas dapat diketahui pada
dengan nilai sebesar 678 dibanding tahun 2010 demikian juga pada tahun 2012
rata-rata harga saham mengalami penurunan sebesar 2.242 dibanding tahun 2011.
Alasan meneliti sektor pertambangan karena perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan (seperti emas, batu bara, minyak bumi dan lain sebagainya)
terjadi fluktuasi harga saham amat tinggi dimana harga saham dapat turun naik
sangat cepat hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Fluktuasi yang drastis ini tentu
saja dapat mempengaruhi harga jual saham.
Sudana (2009:5) mengungkapkan tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan kekayaan pemilik saham, yang dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan. Manajemen keuangan dalam suatu
perusahaan memiliki fungsi dasar pembuat keputusan keuangan. Kegiatan-kegitan
yang dilakukan oleh manajer keuangan meliputi kegiatan membuat
keputusan-keputusan keuangan. Keputusan manajermen keuangan dalam perusahaan secara
umum meliputi : keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan
kebijakan dividen. Keputusan- keputusan ini memiliki hubungan dengan tujuan
perusahaan dimana tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan
pemegang saham
Menurut Hasnawati optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang
diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada
nilai perusahaan. Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan
penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan
akan memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan
kemakmuran kekayaan pemegang saham (Hasnawati, 2005).
Keputusan yang berkenaan dengan nilai perusahaan adalah keputusan
investasi, dimana keputusan investasi dalam hal ini adalah investasi jangka
pendek dan dan jangka panjang. Menurut Hidayat (2010), keputusan investasi
merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan, dimana nilai
perusahaan juga ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham hanya akan
dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan.
Keputusan lain yang berkenaaan dengan nilai perusahaan adalah
keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen
keuangan untuk mendapatkan dana (baik dari pasar uang maupun pasar modal).
Setelah mendapatkan dana, manajemen keuangan akan menginvestasikan dana
yang diperoleh ke dalam perusahaan.
Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:6), keputusan pendanaan
merupakan tanggung jawab utama kedua manajer keuangan untuk menggalang
dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Ketika suatu
perusahaan perlu mendapatkan dana, perusahaan itu bisa mengundang para
investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba di masa depan,
atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus tingkat bunga tetap.
Keputusan pendanaan dan investasi (baik jangka panjang maupun jangka
pendek) tentu saja saling terkait. Jumlah investasi menentukan jumlah pendanaan
mengharapkan pengembalian investasi di masa depan. Oleh sebab itu, investasi
yang dilakukan perusahaan saat ini harus menghasilkan pengembalian di masa
depan untuk dibayarkan kepada para investor (Brealey, Myers, dan Marcus,
2008:7)
Satu lagi kebijakan lain yang harus diperhatikan dalam mengoptimalkan
nilai perusahaan adalah kebijakan deviden dimana para investor memiliki tujuan
utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian
dalam bentuk dividen maupun capital gain, sedangkan perusahaan mengharapkan
pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan memberikan kesejahteraan kepada pemegang sahamnya, kebijkaan
dividen penting untuk memenuhi harapan pemegang saham dengan tidak
menghambat perumbuhan perusahaan disisi yang lainnya (Wijaya dan Wibawa,
2010).
Martono dan Agus Harjito (2005:3) mengungkapkan nilai perusahaan dapat
mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga.
Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi
rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor
yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen.
nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen.
Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang
dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan
juga tinggi. Sebaliknya bila jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham
perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat
Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, inflasi perkembangan
teknologi yang semakin cepat, tumbuhnya perhatian terhadap faktor lingkungan,
krisis energi dan tanggung jawab sosial memaksa para manajer keuangan untuk
bertindak sebagai general manager. Manajer keuangan harus dapat
menterjemahkan tujuan strategis ke dalam tujuan jangka pendek. Mereka dituntut
fleksibilitasnya dalam menangkap dan mengantisispasi perubahan di masa datang
untuk secara dini melakukan penyesuaian dan mengambil keputusan secara tepat
dan akurat. Manajer keuangan harus mampu mengambil ketiga keputusan
keuangan secara efektif dan efisien. Efektif dalam keputusan investasi akan
tercermin dalam pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. Efisien dalam
pembiayaan investasi akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya
minimum, sedangkan kebijakan dividen yang optimal akan tercermin dalam
peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan.
Penelitian mengenai nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibawa (2010) dengan judul
“Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen
Terhadap nilai perusahaan” yang menujukan bahwa keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,8% perubahan nilai
perusahaan dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen, sedangkan sisanya 82,2% dipengaruhi oleh faktor lain diluar
model penelitian.
Hasil yang serupa dapat diketahui pada penelitian Hasnawati (2005)
Di Bursa Efek Jakarta” yang menunjukkan hasil penelitian bahwa keputusan
investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25% sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan deviden,
faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan
ekonomi, politik dan psychology pasar.
Umi Murtini (2008), meneliti tentang pengaruh manajemen keuangan
terhadap nilai perusaahaan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penentuan
kebijakan manajemen keuangan yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan
perusahaan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dimana idealnya setiap
keputusan yang diambil oleh manajemen keuangan akan berpengaruh terhadap
nilai keuangan. Dengan menggunakan analisis regresi, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan investasi dan
kebijakan pendanaan tetapi diketahui bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan periode pengamatan yaitu tiga
tahun yakni tahun 2009-2011, informasi yang diperoleh dari pelaporan keuangan
diharapkan menghasilkan pengujian penelitian yang lebih akurat. Penelitian ini
menggunakan laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan Tobins Q sebagai proksi dari nilai
perusahaan, Capital Addition to Assets Book Value Ratio (CAP/BVA) sebagai
proksi dari variabel keputusan investasi, Debt to Equity Ratio (DER) sebagai
proksi dari varibel keputusan pendanaan, dan Dividend Payout Ratio (DPR)
sebagai proksi dari variabel kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik
Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang tertuang dalam skripsi dengan
judul “PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”
1.2 Rumusan Masalah
Sektor pertambangan selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2008
sampai dengan 2012 terjadi penurunan rata-rata IHSS sebesar -13.64 % nilai
paling rendah diantara sektor lainnya. Fluktuasi harga saham sektor pertambangan
amat tinggi yaitu dapat turun naik sangat cepat. Fluktuasi yang drastis ini tentu
saja dapat mempengaruhi harga jual saham.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membatasi permasalahan pada
penelitian ini adalah pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
2. Bagaimana pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
3. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai
keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI. Selain itu pnelitian ini dilakukan untuk
mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi terhadap nilai
perusahaan pertambangan tahun 2009- 2011.
2. Untuk mengetahui pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan pertambangan tahun 2009- 2011.
3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan.pertambangan tahun 2009-2011.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis
dan empiris bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan penjelasan bahwa harga
saham sebagai representasi dari nilai perusahaan tidak hanya ditentukan
oleh faktor internal perusahaan, tetapi juga oleh faktor eksternal
perusahaan.
Faktor internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan
merupakan faktor fundamental yang sering dipakai sebagai dasar oleh
Faktor internal perusahaan terdiri dari faktor kebijakan
perusahaan yang dalam penelitian ini ditekankan pada kebijakan
manajemen keuangan yang meliputi keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen dan faktor lainya adalah kinerja
keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan. Sedangkan faktor
eksternal perusahaan seperti peraturan pemerintah, nilai kurs dll.
2. Kegunaan Empiris
a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan informasi penetapan keputusan keuangan yang diduga
memiliki dampak terhadap nilai perusahaan.
b. Bagi calon investor dan investor, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi salah satu tambahan informasi dalam menilai tindakan
manajerial perusahaan yang terkait dengan keputusan keuangan