• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN. a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi. Hamzah, sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN. a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi. Hamzah, sebagai berikut :"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

16

BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka

1. Tindak Pidana Korupsi

a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Diatur dalam Pasal 2 – 20 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Pengertian korupsi menurut para ahli yaitu Fockema Andreae dalam Andi Hamzah, sebagai berikut :

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus, yang selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata corrumpere, suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyakan bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu corruption, corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie, dapat atau patut diduga istilah korupsi berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”1

Dalam Kamus Umum Belanda Indonesia yang disusun oleh Wijowasito, “corruptie yang juga disalin corruptien dalam bahasa Belanda mengandung arti perbuatan korup, penyuapan”.2

Pengertian dari korupsi secara harafiah menurut John M. Echols dan Hassan Shadily “berarti jahat atau busuk, sedangkan menurut

1 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan

Internasional, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 4.

2 Ermansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Mandar Maju,

(2)

17 A.I.N. Kramer ST mengartikan kata korupsi sebagai busuk, rusak atau dapat disuap”.3

Dalam The Lexicon Webster Dictionary, kata korupsi berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah, seperti dapat dibaca dalam The Lexicon Webster Dictionary :

“Corruption The act of corruption or the state of being corrupt, putrefactive decompotion, pit rid matter, moral perversion, depravity, perversion of integrity, corrupt is dishonest proceedings, bribery, preversion from a state of purity, debasement as of a language, a debased from a word (The Lexicon 2978)”4

Pengertian korupsi menurut Gurnar Myrdar adalah “meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan lainnya seperti penyogokan”.5

Didalam buku Helbert Edelherz yang berjudul The Investigation of White Collar Crime, A Manual For Law Enforcement Agencies, ada istilah baru dalam pandangan Helbert Edelherz yang berbeda dengan ahli lain yakni istilah White Collar Crime untuk perbuatan tindak pidana korupsi. Seperti dapat dibaca dalam:

3Ibid., h. 25. 4Op. cit., h. 27.

(3)

18 The Investigation of White Collar Crime, A

Manual For Law Enforcement Agencies : “White Collar Crime: an illegal act of service of illegal acts commited by nonphysical means and by concealment of guile, to obtain or property, to avoid the payment or loss of money or property, to obtain business or personal advantage.”6

Yang dalam bahasa Indonesianya adalah kejahatan kerah putih merupakan suatu perbuatan atau serentetan perbuatan yang bersifat ilegal dengan dilakukan secara non fisik tetapi dengan akal bulus/terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan serta menghindari pembayaran/pengeluaran uang atau kekayaan atau untuk mendapat bisnis/keuntungan pribadi.

b. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Korupsi

Diatur dalam Pasal 21 – 24 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

c. Penanganan Tindak Pidana Korupsi (Penyidikan, Penuntutan dan Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan)

Diatur dalam Pasal 25 – 40 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

(4)

19

2.Tindak Pidana Koneksitas

a. Pengertian Koneksitas

Pengertian koneksitas diatur dalam KUHAP Pasal 89 ayat (1) yakni “Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut keputusan menteri Pertahanan dan Keamanan dengan persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer”.

b. Penanganan Perkara Koneksitas (KUHAP)

Penyidikan perkara koneksitas menurut KUHAP dilaksanakan oleh Tim Tetap yang terdiri dari Penyidik (Pasal 6 KUHAP), POM ABRI, Oditur Militer atau Oditur Tinggi Militer, sesuai dengan wewenang masing-masing (Pasal 89 (2) KUHAP), Yang mana cara bekerjanya disesuaikan dengan penggarisan dan batas-batas wewenang dan apabila dilakukan pemeriksaan secara terpisah, maka perkara dikembalikan ke penyidik yang berwenang menurut hukum acara yang sesuai dengan peradilannya masing-masing.

Dalam hal suatu perkara tidak dilakukan terpisah, maka penyidikan koneksitas akan berlanjut pada penuntutan dan pemeriksaan persidangan sesuai dengan peraturan mekanisme koneksitas yang ada di KUHAP. Tim penyidik tetap dibentuk dengan surat keputusan bersama antara

(5)

20 Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman (Pasal 89 ayat (3) KUHAP).7

Hasil penyidikan diperiksa oleh Jaksa/Jati dan Odmil/Odmilti untuk menetapkan pengadilan mana yang berwenang (Pasal 90 ayat (1) KUHAP). Hasil penelitian dituangkan dalam Berita Acara, ditanda tangani oleh para pihak.

Kemudian diatur mengenai wewenang mengadili menurut titik berat kerugian yang ditimbulkan, yaitu apabila titik berat kerugiannya terletak pada kepentingan sipil maka diperiksa dalam lingkup peradilan umum sedangkan apabila titik berat kerugiannya terletak pada kepentingan militer maka diperiksa dalam lingkup peradilan militer (Pasal 91 KUHAP).8

c. Kemungkinan Hasil Pemeriksaan

Apabila dalam pemeriksaan oleh tim tetap terdapat persesuaian pendapat, maka dilaporkan oleh Jaksa/Jati kepada Jaksa Agung dan oleh Oditur Militer/oditur Militer tinggi pada Oditur Jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Apabila dalam pemeriksaan oleh Tim Tetap tidak ada persesuaian: a) Melalui Jaksa Tinggi kepada Jaksa Agung dan

b) Melalui Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi kepada Oditur Jenderal ABRI (Pasal 93 ayat (1) KUHAP)

c) Jaksa Agung dan Oditur Jenderal ABRI bermusyawarah untuk mengakhiri perbedaan pendapat (Pasal 93 ayat (2) KUHAP)

7 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Edisi ke Dua, Cetakan ke Delapan, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, h. 30.

(6)

21 d) Jika masih ada perbedaan pendapat, maka pendapat Jaksa

Agung yang menentukan (Pasal 93 ayat (3) KUHAP) d. Pemeriksaan Perkara Koneksitas

Proses pemeriksaan perkara koneksitas adalah sebagai berikut: Oleh Peradilan Umum

Langkah-langkah:

a) Perwira penyerah perkara (Papera) segera membuat SK penyerahan perkara

Diserahkan melalui Oditur Miiliter atau Oditur Militer Tinggi kepada Penuntut Umum untuk dijadikan dasar pengajuan perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri yang berwenang (Pasal 91 ayat (1) KUHAP)

b) Pengesahan Berita Acara

Penuntut Umum yang mnegajukan perkara membubuhi catatan pada Berita Acara yang telah dibuat oleh tim tetap, bahwa Berita Acara tersebut telah diambil alih olehnya (Pasal 92 ayat (1) KUHAP)

c) Pemeriksaan Pengadilan

Perkara diadili oleh lingkungan peradilan umum dengan majelis hakim yang sekurang-kurangnya terdiri 3 orang hakim (Pasal 94 ayat (1) KUHAP)9 Oleh Peradilan Militer

Langkah-langkah: a) Usul pada Menhankam

Atas dasar pendapat bersama antara jaksa atau Jaksa tinggi dan Menteri Pertahan dan Keamanan agar dengan persetujuan Menteri Kehakiman dikeluarkan keputusan yang menetapkan bahwa perkara tersebut diadili oleh pengadilan

9 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana (Normatif, Teoretis, Praktik dan

(7)

22 dilingkungan peradilan militer (Pasal 91 ayat (1)

KUHAP)

b) Pengesahan Berita Acara

Oditur Militer membubuhi catatan pada Berita Acara yang dibuat oleh tim tetap, bahwa Berita Acara tersebut diambil alih olehnya (Pasal 92 ayat (2) KUHAP)

c) Pemeriksaan Pengadilan

Berdasarkan SK Menhankam tersebut Papera dan Jaksa atau Jaksa Tinggi menyerahkan perkara tersebut kepada Mahkamah Militer atau Mahkamah Militer Tinggi (Pasal 91 ayat (3) KUHAP).10

e. Susunan Majelis Hakim

1. Untuk mengadili perkara koneksitas dilakukan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim (Pasal 94 ayat (1) KUHAP)

2. Jika diadili diperadilan umum, maka susunan majelis hakimnya adalah:

a) Hakim ketua dari peradilan umum

b) Hakim anggota masing-masing ditetapkan dari peradilan umum dan peradilan militer secara berimbang

3. Jika diperadilan militer, maka susunan majelis hakim adalah:

a) Hakim ketua dari peradilan militer

b) Hakim anggota secara berimbang dari masing-masing lingkungan peradilan militer dan peradilan umum yang diberi pangkat militer tituler

4. Hakim anggota/Hakim perwira dalam perkara koneksitas diangkat melalui usul dari Menteri kehakiman untuk hakim yang berasal dari peradilan umum dan Menteri Pertahanan keamanan untuk hakim dari peradilan militer (Pasal 94 ayat (5) KUHAP).11

10Ibid., h. 58.

11 Hari Sasangka, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan dalam Teori

(8)

23

3. Penanganan Perkara Koneksitas Kasus Korupsi

Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang bersifat koneksitas harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur didalam Bab XI, Pasal 89 sampai dengan Pasal 94 KUHAP, karena rumusan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 berbunyi sebagai berikut: “Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku …”12

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan yang terdapat didalam Pasal 89 ayat (3) KUHAP yang menyebutkan tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) dibentuk dengan surat keputusan bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman, maka telah dikeluarkan Keputusan Bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman tanggal 29 Desember 1983 Nomor KEP-10/M/XII/1983-Nomor M.57.PR.09.03 Tahun 1983 tentang Pembentukan Tim Tetap untuk Penyidikan Perkara Tindak Pidana Koneksitas.13

Didalam Keputusan Bersama tersebut antara lain terdapat ketentuan bahwa Ketua Tim Tetap bertugas Mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyidikan oleh Tim Tetap yang bersangkutan agar dapat berjalan dengan lancar, terarah, berdaya guna dan berhasil guna. Di dalam Praktik sering terjadi ketidakpastian yang disebabkan tidak dipenuhinya prosedur dalam ketentuan di atas14

12 Ermansjah Djaja, Op.cit., h. 285

13 Surat keputusan bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman

Nomor: KEP.10/M/XII/1983- Nomor KEP.57.PR.09.03 Tahun 1983 yang pada pokoknya menentukan mengenai kedudukan, susunan dan tugas tim tetap koneksitas adapun kedudukannya ada di pusat dan di daerah yang mana berisi pejabat yang terdiri dari unsur peradilan umum dan peradulan militer; Penunjukan anggota dan ketua tim tetap koneksitas pusat dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah oleh Kapolri, Dan Puspom dan Orjen Abri, Penunjukan Anggota Tim Tetap Koneksitas Pengadilan Tinggi dan Tim Koneksitas Pengadilan Negeri dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah oleh Komandan/ Kepala Kesatuan, Dinas Jawatan masing-masing, Ketua Tim Tetap Koneksitas Pusat dijabat oleh salah seorang dari Anggota Tim Tetap Koneksitas Pusat secara bergantian dimulai dari unsur polri, polisi militer, dan oditur berlaku salama 1 (satu) tahun dan penggantian ketua tim koneksitas pusat dilakukan pada tiap tanggal 1 April.

14 Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

(9)

24 Pemeriksaan disidang pengadilan terhadap perkara tindak pidana, termasuk pula tindak pidana korupsi koneksitas sudah tentu mengikuti ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Bab XI, yaitu Pasal 89 sampai dengan Pasal 94 KUHAP.

Maksud dan tujuan dari mekanisme koneksitas adalah memberikan jaminan bagi terlaksananya peradilan koneksitas yang cepat dan adil, walaupun ada kemungkinan bahwa proses yang ditempuh tidak semudah pada perkara pidana biasa.

Dalam penyelesaian tindak pidana korupsi harus dilakukan secara cepat dan tepat. Sebagaimana Pasal 25 UU Tipikor yang menyebutkan bahwa penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana korupsi harus didahulukan dari perkara lain guna penyelesaian secepatnya. Ketentuan ini berkaitan dengan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

(10)

25

B. Hasil Penelitian

1. Kronologis Pengadaan

Berikut adalah hasil wawancara bersama Marsda Supriyatno Basuki (Tersangka TNI AU) oleh media: Dalam berita acara penelaahan pada tanggal 29 Juli 2015 dilakukan penelaahan pemutakhiran pagu anggaran rencana kerja anggaran TA 2016 Kementerian Pertahanan dan TNI dengan hasil pengadaan helikopter VVIP Presiden didasarkan pada direktif Presiden tanggal 27 Juli 2015. Terkait kelengkapan dokumen pengadaan helikopter VVIP Presiden tersebut akan disampaikan pada kesempatan pertama. Kemudian dalam rencana anggaran TNI AU tahun 2016 tanggal 29 Juli 2015 perihal pemutakhiran pagu anggaran Kementerian Pertahanan dan TNI TA 2016 dengan hasil TNI AU: Pengadaan helikopter VIP/VVIP Presiden sebesar Rp742.500.000.000.00,-

Pada awal bulan Desember 2015 pemerintah dalam hal ini adalah Presiden mengisyaratkan tidak setuju dengan pembelian helikopter VVIP Presiden karena terlalu mahal sesuai dengan Instruksi Presiden No 8 tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016. Pada akhir bulan Desember Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) bagian APBN 2016 kegiatan pengadaan helikopter VVIP Presiden diblokir oleh Kementerian Keuangan. Kemudian TNI AU mengajukan perubahan sasaran dari helikopter VVIP Presiden menjadi

(11)

26 helikopter angkut TNI AU sesuai dengan Perencanaan Strategis Lima Tahunan.

Pada bulan Juli 2016 blokir telah dicabut oleh Kementerian Keuangan dengan bunyi bahwa revisi DIPA yang diajukan TNI AU terkait pelepasan tanda blokir pengadaan helikopter TA 2016 sebesar Rp742.500.000.000.00,- sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Keuangan, sehubungan hal tersebut agar Kepala dinas Aeronautika Angkatan Udara (Kadisaeroau) segera melaksanakan proses selanjutnya. Pada Januari 2017 1 unit helikopter AW 101 sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma. Pada saat Presiden menolak pembelian helikopter AW 101, Menteri Pertahanan juga Panglima TNI turut menolak pembelian tersebut dan mengaggap pembelian tersebut benar telah dihentikan sehingga pada saat helikopter tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma Menteri Pertahanan dan Panglima TNI tidak tahu. Diduga karena menyimpang dari arahan Presiden maka Panglima TNI menyurati KASAU membentuk tim investigasi internal.15

2.Penanganan Kasus

a.Pembentukan Tim Penyelidik

Dalam hasil telewicara bersama Kadispen TNI AU Marsma TNI Jemi Trisonjaya bahwa tim investigasi KASAU akan dipimpin oleh Irjend TNI AU sesuai dengan SK Kasau yang berjumlah 10 sampai 12 perwira serta terdiri dari POM AU dan staff yang terkait. Tugasnya adalah meneliti proses perencanaan pengadaan dan menelisik pengiriman helikopter AW 101.

15 Ade Mulya, Begini kronologis Pembelian heli AW 101, Metro TV, diakses dari

https://www.metrotvnews.com/play/NL0U9QZ2-begini-kronologis-pembelian-heli-aw-101, pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

(12)

27 Hasil investigasi bahwa pengadaan penggantian jenis helikopter telah memenuhi persyaratan administrasi, prosedur dan sudah diketahui oleh semua pihak. Keputusan pembelian helikopter AW 101 juga sudah mendapatkan persetujuan baik DPR maupun pemerintah dalam anggaran 2016 untuk TNI AU.16

Tim investigasi Panglima TNI mendapatkan hasil yang sama dengan investigasi KASAU, namun hal ini disengaja oleh Panglima TNI dalam wawancaranya: “ini sebenarnya teknik untuk mengelabui para calon tersangkanya sehingga mereka enjoy. Ah tidak ada masalah”. 17

Penulis mencoba untuk memaparkan data Surat Keputusan (SK) Tim Investigasi yang dibentuk oleh KASAU dan Tim Penyidik Gabungan Pom TNI, Polri, KPK, PPATK dan BPK melalui media internet yang berisi No SK, Ketua Tim Investigasi maupun penyidik, Tugas pokok dan hasil investigasi dan Penyidikan tidak dapat diperoleh, kemudian penulis langsung bertanya kepada KPK melalui email tetapi penulis menerima kesulitan karena data tersebut tidak dapat diberikan oleh KPK dengan alasan proses kasus korupsi helikopter AW 101 masih berjalan.

b. Yang Dilakukan Tim Penyidik 1). Penyidik KPK

Ketua KPK, Agus Rahardjo, mengatakan penyidik KPK penyidik POM TNI menggeledah empat lokasi terkait

16 Isnan Sofia, Penjelasan TNI AU terkait pembelian Helikopter AW 101, Berita Satu,

diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=nDylU5QZhCc, pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

17 Yunita Rachmawati, Siasat Panglima TNI Kelabui Tersangka Korupsi Helikopter AW

101, diakses dari https://www.merdeka.com/peristiwa/siasat-panglima-tni-kelabui-tersangka-korupsi-helikopter-aw101.html, pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

(13)

28 kasus pembelian helikopter AW 101. Empat lokasi yang

digeledah adalah Kantor PT Diratama Jaya Mandiri di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Kemudian di Bidakara, salah satu kediaman saksi di Bogor, dan kediaman salah satu pihak swasta di Sentul City, Bogor.18 Penggeledahan dilakukan sebelum penetapan tersangka oleh POM TNI maupun KPK.

"KPK telah menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan helikopter angkut AW-101 di TNI AU tahun 2016-2017. Terkait hal tersebut, KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dan menetapkan IKS (Irfan Kurnia Saleh) sebagai tersangka," kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (16/6/2017). Dikatakan Basaria, Irfan sebagai bos PT Diratama Jaya Mandiri diduga telah menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dalam pengadaan helikopter AW-101 di TNI AU tahun anggaran 2016-2017.19

PPATK menemukan aliran dana pembelian helikopter AW 101 ke Singapura dan Inggris 340 Miliar. Kiagus Ahmad Badaruddin selaku Kepala PPATK mengungkapkan analisa PPATK atas pembayaran ke Singapura ditujukan kepada sebuah perusahaan yang terafiliasi dengan perusahaan penyedia helikopter AW 101 yang berada di Inggris. PPATK sudah menyampaikan hasil analisa terkait kasus pengadaan helikopter kepada KPK serta informasi transaksi keuangan ke Panglima TNI dan KASAU. Hal itu disampaikan Kiagus (Kepala PPATK) dalam rapat

18 Sigit Kurniawan, Panglima TNI Umumkan 3 Tersangka Korupsi Helikopter AW 101,

Koran Jakarta, diakses dari http://www.koran-jakarta.com/panglima-tni-umumkan-3-tersangka-korupsi-heli-aw-101/, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 21.00 WIB

19 Monalisa Natalian, Korupsi Helikopter AW 101, Berita Satu, diakses dari

http://baca-berita-teknologi.blogspot.com/2017/06/korupsi-helikopter-aw-101.html, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 21.00 WIB

(14)

29 dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (18 April 2018)20

Dengan adanya penemuan aliran dana oleh PPATK akan memperkuat penetapan para tersangka yang dilakukan oleh penyidik KPK dan Puspom TNI.

Penulis mendapatkan kesulitan dalam menemukan apa alat bukti permulaan yang ditemukan penyidik KPK dan POM TNI dalam menetapkan para tersangka karena tidak dijabarkan dalam press conference saat pengumuman penetapan para tersangka oleh Panglima TNI dan Ketua KPK, sehingga penulis mencoba langsung menanyakan kepada KPK melalui media email namun KPK tidak dapat memberikan informasi dengan alasan proses hukum masih berjalan serta KPK juga menyampaikan bahwa kasus pengadaan helikopter AW 101 yang saat ini sedang diproses oleh KPK adalah pihak tersangka swasta nya saja, selebihnya diserahkan ke peradilan militer. Sebagaimana dikemukakan oleh Ketua KPK sebagai berikut:

Ketua KPK Agus Raharjo pernah menyebut akan menangani para pelaku berlatar belakang sipil. Adapun pelaku berlatar belakang militer akan ditangani Puspom TNI. Selanjutnya para tersangka dari

20 Sabrina Asril, Kasus Korupsi Helikopter AW101, PPATK Temukan Aliran Dana ke

Singapura dan Inggris, KOMPAS, diakses dari

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/18/23524671/kasus-korupsi-helikopter-aw101-ppatk-temukan-aliran-dana-ke-singapura-dan Pada tanggal 10 November 2019 pukul 21.00 WIB

(15)

30 pihak TNI akan disidangkan di peradilan militer, sedang untuk pihak swasta akan disidangkan dipengadilan tipikor seperti biasanya21.

Dengan pernyataan tersebut sudah terang bahwa penanganan kasus korupsi pengadaan helikopter AW 101 dilakukan secara terpisah dan menyimpang dari aturan KUHAP tentang penanganan tindak pidana koneksitas.

2). Penyidik Pom TNI

Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan tim, diterima info bahwa lelang ini sudah diatur oleh Irfan Kurnia Saleh. “Diduga, dia telah melakukan kesepakatan kontrak langsung dengan pihak Agusta Westland (AW) selaku produsen Helikopter angkut dengan nilai Rp514 Miliar” . Namun, Irfan Kurnia Saleh (IKS) selaku Presiden direktur PT Diratama Jaya Mandiri melakukan kontrak dengan pihak TNI AU setelah memenangkan tender dengan nilai kontrak menjadi Rp738 Miliar sehingga berakibat terjadi kerugian negara sekira Rp224 Miliar.

Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan (12/11/2019), tersangka IKS telah melakukan kerja sama dengan produsen AgustaWestland di Inggris dan Italia. Kontrak pembelian yang disepakati antara IKS dengan produsen AgustaWestland di Inggris dan Italia waktu itu senilai Rp 514 miliar. Namun ketika lelang dilakukan dan PT Diratama Jaya Mandiri ditetapkan sebagai pemenang, nilai kontrak antara PT Diratama Jaya Mandiri dengan TNI AU dinaikkan menjadi Rp 738 miliar. Dengan demikian, terdapat

21 Indra Kurniawan, Misteri Dibalik Korupsi Pembelian Helikopter AW 101, GresNews,

diakses dari http://www.gresnews.com/berita/hukum/114034-misteri-dibalik-korupsi-pembelian-helikopter-aw-101/, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 21.00 WIB

(16)

31 selisih Rp 224 miliar yang dinilai menjadi potensi kerugian negara dalam proses pengadaannya.22

Menurut Juliandi Tigor Simanjuntak, (anggota tim Biro Hukum KPK) pengadaan helikopter angkut AW-101 bisa sampai terjadi terkait dengan pembayaran uang sejumlah 1 juta dolar AS oleh IKS kepada Agusta Westland untuk pemesanan helikopter VVIP23.

Pembayaran uang sejumlah 1 juta dolar AS yang diakui IKS, dilakukan oleh IKS sendiri kepada Agusta Westland sebelum pengadaan helikopter VVIP dilaksanakan. IKS melalui perusahaan yang dimiliki dan dikendalikannya, yaitu PT Diratama Jaya Mandiri merupakan agen dari pabrikan Agusta Westland untuk Indonesia. Setelah Irfan melakukan pembayaran 1 juta dolar AS kepada Agusta Westland, kemudia diminta membuat proposal pengadaan helikopter VVIP yang kemudian proposal itu menjadi dasar pengadaan. Karena IKS telah membayarkan uang sejumlah 1 juta dolar AS kepada Agusta Westland pada saat pengadaan belum dilakukan, oknum TNI AU kemudian tetap melakukan pengadaan helikopter, namun mengganti dengan spesifikasi helikopter AW 101 Angkut.

Pada kenyataannya pada akhir bulan Januari 2017 helikopter AW 101 yang tiba bukan jenis helikopter Aw 101 jenis Angkut, melainkan

22 Dani Prabowo, Ini Kasus heli AW 101, Yang Disebut Belum Diselesaikan KPK,

Kompas.com, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2019/11/12/18011821/ini-kasus-heli-aw101-yang-disebut-belum-diselesaikan-kpk?page=all, pada tanggal 25 November 2019 pukul 21.00 WIB

23 Liberty Jimadu, KPK Yakin IKS Terlibat Dalam Pengadaan Helikopter AW 101,

Suara.com, diakses dari https://www.suara.com/news/2017/11/07/003451/kpk-yakin-irfan-kurnia-saleh-terlibat-dalam-pengadaan-aw-101, Pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

(17)

32 helikopter AW 101 jenis VVIP yang pemesanannya tidak sesuai seperti yang direncanakan oleh TNI AU, sehingga pihak TNI AU tidak mau menerima helikopter tersebut dan saat ini helikopter tersebut masih berada di Bandara Halim Perdanakusuma.

Pada tanggal 09 Juli 2019 mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Anti Korupsi (PERMAK) mengungkapkan pihaknya menerima informasi mengenai aliran dana hasil korupsi helikopter AW 101 yang diduga mengalir kesebuah pembangunan SMA Pradita Dirgantara sekolah unggulan dengan fasilitas mewah dibawah naungan yayasan Yasarini milik TNI AU di Solo.24 Dugaan yang ditemukan oleh mahasiswa PERMAK akan memperkuat penetapan tersangka karena aliran dana korupsi helikopter AW 101 telah tersalurkan kesebuah pembangunan SMA Pradita Dirgantara yayasan Yasarini milik TNI AU.

Puspom TNI juga telah menyita uang sekitar Rp139 miliar, yang disimpan di rekening BRI atas nama Diratama Jaya Mandiri selaku penyedia barang dan menyita uang sebanyak Rp7,3 Miliar dari Letnan Kolonel TNI AU (Adm) berinisial WW selaku Pejabat Pemegang Kas.25. Puspom TNI menetapkan 5 orang tersangka yakni Marsekal Pertama Fachri Adamy sebagai pejabat pembuat komitmen atau Kepala Staf

24 Safari, PERMAK Desak Tuntaskan Kasus Korupsi Helikopter AW 101, diakses dari

https://www.harianterbit.com/nasional/read/108125/Datangi-KPK-Permak-Desak-Tuntaskan-Kasus-Korupsi-Helikopter-AW101, Pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

25 Muammar Fikrie, Korupsi Helikopter: Tiga Tersangka dan Malu Panglima Kepada

Presiden, Beritagar, diakses dari https://beritagar.id/artikel/berita/korupsi-helikopter-tiga-tersangka-dan-malu-panglima-pada-presiden, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 21.00 WIB

(18)

33 Pengadaan TNI AU 2016-2017, Letnan Kolonel TNI AU (Adm) berinisial WW selaku Pejabat Pemegang Kas, Pembantu Letnan Dua berinsial SS selaku staf Pekas (Ditetapkan tersangka pada tanggal 26 Mei 2017), Kolonel FTS selaku Kepala Unit Layanan Pengadaan, Marsekal Muda TNI SB selaku Asisten Perencana Kepala Staf Angkatan Udara (Ditetapkan tersangka pada tanggal 05 Agustus 2017).

Panglima TNI menyatakan kesimpulan tersangka itu berdasarkan hasil pemeriksaan tim POM TNI dan KPK terhadap enam orang saksi dari TNI dan tujuh orang sipil nonmiliter dengan melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

3). Penyidikan Tambahan

Selanjutnya Mantan KASAU Marsekal Purn. Agus Supriatna memenuhi panggilan pemeriksaan oleh KPK. Agus diperiksa sebagai saksi tambahan kasus korupsi pengadaan helikopter Agusta Westland AW-101. Juru Bicara KPK Febri Diansyah menyatakan Agus diperiksa untuk tersangka Direktur PT Diratama Jaya Irfan Kurnia Saleh.26

"Dari informasi yang Humas KPK dapatkan dari penyidik, saksi tidak bersedia menjelaskan atau menguraikan peristiwa yang terjadi pada saat itu karena menurut saksi saat peristiwa terjadi ia masih menjabat

26 Mulyani, KPK Periksa Mantan KASAU Agus Supriatna Terkait Kasus Korupsi Heli

AW 101, Berita Satu, diakses dari http://www.beritasatu.tv/news/kpk-periksa-mantan-ksau-agus-supriatna-terkait-korupsi-heli-aw-101/, pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 21.00 WIB

(19)

34 sebagai KASAU atau prajurit TNI aktif sehingga ada hal-hal yang bersifat rahasia yang tidak bisa disampaikan,"27

4). Hambatan

Hambatan Penanganan yang sedang dialami oleh KPK yakni tidak kooperatifnya saksi-saksi dari institusi terkait, harusnya Kementerian Pertahanan dan institusi yang bertanggung jawab kooperatif untuk mengungkap tuntas kasus. KPK juga mengalami hambatan untuk melanjutkan ketahap penuntutan karena BPK belum menyerahkan hasil audit kerugian negara terhadap pengadaan helikopter AW 101.

Pada tanggal 13 Agustus 2017 setelah para tersangka ditetapkan, jubir BPK Yudi Ramdan menyatakan “BPK saat ini masih mengaudit pengadaan alat utama sistem persenjataan di KemenHan, Mabes TNI dan tiga angkatan, tapi tidak spesifik untuk heli AW 101”.28

Pada tanggal 17 Juni 2019 pimpinan BPK Agung Firman Sampurna menyatakan “Kami memang telah secara khusus memeriksa AW 101 sebagai bagian dari pengadaan alutsista yang dilakukan TNI. Jadi perspektif BPK berdasar standarisasi sendiri, soal pengadaan alutsista itu bukan bagian yang dimasukkan sebagai keterbukaan informasi publik”29

27 Maya Saputri, Periksa Mantan KASAU, KPK Terkendala Alasan Rahasia Negara,

Tirto.id, diakses dari https://tirto.id/periksa-mantan-kasau-kpk-terkendala-alasan-rahasia-negara-cCHY, pada tanggal 18 November 2019 pukul 20.00 WIB

28 Hidayat, Kisruh Heli AW 101, Presiden Diminta Turun Tangan, Diakses dari

https://www.beritasatu.com/nasional/447164/kisruh-heli-aw-101-presiden-diminta-turun-tangan, Pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

29 Kartika Sari, BPK Ogah Buka Data Hasil Audit Helikopter AW 101, Diakses dari

https://rmco.id/baca-berita/government-action/11267/beralasan-tidak-untuk-konsumsi-publik-bpk-ogah-buka-data-hasil-audit-helikopter-aw-101, Pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB

(20)

35 Dari hal ini, TNI dan KPK dalam menetapkan para tersangka baik militer dan sipil belum membentuk tim tetap seperti yang diamanahkan oleh KUHAP untuk KPK dalam menangani kasus korupsi Helikopter AW 101.

(21)

36

C. Analisis

Unsur-unsur tindak pidana koneksitas: 1. Ada tindak pidana

2. TNI dan sipil bersama-sama sebagai pelaku

Unsur-unsur delik korupsi yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi : Setiap orang, Secara melawan hukum, Perbuatan memperkaya diri sendiri dan orang lain atau suatu korporasi, Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Sementara itu, dalam Pasal 3 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi unsur-unsur deliknya adalah sebagai berikut: Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, dan Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana harus memenuhi unsur tindak pidana dalam hukum pidana yaitu perbuatan manusia, memenuhi rumusan Undang-undang (Syarat formil) dan bersifat melawan hukum (syarat materil). Dalam kasus korupsi Helikopter AW 101 menurut penulis tersangka sudah memenuhi unsur tindak pidana karena unsur perbuatan manusia jelas tersangka berbuat suatu tindakan, memenuhi rumusan undang-undang jelas perbuatan itu memenuhi rumusan Undang-undang dan bersifat melawan hukum yakni perbuatan itu dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang-undang tersebut.

(22)

37 Dalam kasus korupsi pengadaan helikopter AW 101 penyidik yakni KPK dan Puspom TNI bersama-sama menangani kasus dan menetapkan tersangka 5 (lima) tersangka militer dan 1 (satu) tersangka sipil yang dijerat melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Dalam tahap penyelidikan dan penyidikan KPK dan puspom TNI menjalankan tugas dan wewenang masing-masing dan saling berkoordinasi. Dari hasil penyidikan ditemukan kerugian negara sekitar Rp224 Miliar, namun hasil pasti kerugian negara masih dalam proses perhitungan oleh BPK hingga saat ini. Berdasarkan karakter kasus korupsi pengadaan helikopter AW 101, seharusnya sudah memenuhi kriteria perkara koneksitas karena terdapat unsur militer dan sipil yang bersama-sama melakukan suatu tindak pidana.

Para pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka, dimana terdapat unsur militer dan sipil meskipun dalam hal ini baik KPK dan Puspom TNI akan memisah atau splitzing penanganan tersebut, sehingga mereka akan memeriksa dalam lingkungan peradilan masing-masing, dimana seharusnya perkara koneksitas diperiksa dan diadili dalam peradilan umum kecuali berdasarkan keputusan Menteri pertahanan dan keamanan dengan persetujuan Menteri Kehakiman perkara diperiksa dan diadili dalam peradilan militer sesuai dengan bunyi pasal 89 ayat (1) KUHAP, sehingga penanganan kasus ini tidak sesuai dengan perkara koneksitas yang diatur dalam KUHAP tentang Koneksitas.

(23)

38 Dalam penetapan para tersangka kasus korupsi helikopter AW 101 ditetapkan oleh penyidik KPK dan Puspom TNI. Seharusnya penyidik perkara koneksitas menurut KUHAP dilaksanakan oleh Tim Tetap yang terdiri dari Penyidik (Pasal 6 KUHAP), POM ABRI, Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi, sesuai dengan wewenang masing-masing (Pasal 89 (2) KUHAP), serta tim dibentuk dengan surat keputusan bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman (Pasal 89 (2) KUHAP). Namun dalam hal ini KPK dan Puspom TNI mengabaikan Pasal 89 ayat (2) KUHAP mengenai tim tetap koneksitas yang dibentuk dengan surat keputusan bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman.

Penyidik KPK dan penyidik Puspom TNI tidak membentuk tim tetap koneksitas sebagai langkah pertama dalam melakukan penyidikan kasus koneksitas, maka untuk tahap-tahap selanjutnya yang diatur dalam KUHAP tentang koneksitas tidak dijalankan oleh penyidik KPK dan Puspom TNI. Para penyidik telah men splitzing penanganan kasus dengan tersangka sipil diperiksa oleh penyidik KPK dan tersangka militer diperiksa oleh Pom TNI.

Seharusnya apabila ditangani oleh Tim tetap hasil penyidikan diperiksa oleh Jaksa/Jati dan Odmil/Odmilti untuk menetapkan pengadilan mana yang berwenang (Pasal 90 ayat (1) KUHAP). Hasil penelitian dituangkan dalam Berita Acara, ditanda tangani oleh para pihak. Pendapat dari penelitian bersama tersebut dituangkan dalam berita acara yang

(24)

39 ditandatangani oleh para pihak. Apabila dalam pemeriksaan oleh tim tetap terdapat persesuaian pendapat, maka dilaporkan oleh Jaksa/Jati kepada Jaksa Agung dan oleh Oditur Militer/oditur Militer tinggi pada Oditur Jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

b) Kewenangan Mengadili

Apabila menurut pendapat penelitian bersama, titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut terletak pada kepentingan umum dan karenanya perkara pidana itu harus diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Namun apabila menurut pendapat itu titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut terletak pada kepentingan militer sehingga perkara pidana itu harus diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.

Apabila dalam pemeriksaan oleh Tim Tetap tidak ada persesuaian pendapat maka:

a) Melalui Jaksa Tinggi kepada Jaksa Agung dan

b) Melalui Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi kepada Oditur Jenderal ABRI (Pasal 93 ayat (1) KUHAP)

c) Jaksa Agung dan Oditur Jenderal ABRI bermusyawarah untuk mengakhiri perbedaan pendapat (Pasal 93 ayat (2) KUHAP)

d) Jika masih ada perbedaan pendapat, maka pendapat Jaksa Agung yang menentukan (Pasal 93 ayat (3) KUHAP)

(25)

40 Jika penyidik KPK dan Puspom TNI membentuk tim tetap, yang kemudian dilakukan penelitian bersama oleh jaksa atau jaksa tinggi dan oditur militer atau oditur militer tinggi dalam kasus korupsi pengadaan helikopter AW 101, maka dilihat dalam titik berat kerugian yang dialami oleh TNI AU sekitar Rp224 Miliar, maka kerugian tersebut dapat dijadikan dasar bagi Oditur Jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk mengusulkan kepada Menteri Pertahanan dan Keamanan agar dengan persetujuan Menteri Kehakiman dikeluarkan keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan yang menetapkan bahwa perkara pidana tersebut diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.

Alasan para penyidik KPK dan Puspom TNI tidak melakukan apa yang sudah diatur dalam KUHAP masih belum terang, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah KPK tidak mampu berkoordinasi dalam institusi TNI AU sehingga harus mengorbankan aturan KUHAP? Serta kasus korupsi pengadaan helikopter AW 101 saat ini seperti tidak jelas perkembangannya karena KPK dan Puspom TNI beralasan sama-sama masih menunggu hasil audit yang sedang dilakukan oleh BPK dari tahun 2017 hingga sekarang belum selesai,

Referensi

Dokumen terkait

Yang dianggap turut berbuat tidak langsung ialah setiap orang yang mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum, atau

11 Karena hukuman had dan kifarat hanya dikenakan atas jarimah-jarimah tertentu yang benar- benar telah selesai, maka artinya setiap percobaan (memulai) sesuatu

Pendapat Van Hammel mengenai tindak pidana , Delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain dengan demikian pengertian sederhana tindak

او ا yang artinya perbuatan karena kesalahan adalah suatu perbuatan di mana pelaku sengaja melakukan suatu perbuatan, tetapi tidak ada maksud melawan hukum. Dari

Faktor kedua, bentuk uang tersebut harus berubah dana yang berasal dari tindak pidana korupsi hampir dipastikan berupa uang tunai. Uang tunai

Penyertaan dalam KUHPM mengacu kepada ketentuan yang ada pada KUHP, tetapi penyertaan di dalam KUHPM ada yang berdiri sendiri atau mempunyai ketentuan pidana sendiri,

Ibid, halaman 40.. unsur penadahan seperti yang diatur dalam Pasal 480 KUHP namun karena kualifikasi kejahatan sebagai pencuri maka ia tetap melanggar Pasal 362 KUHP bukan

a. Pasal 12 huruf e Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menerangakn bahwa pada dasarnya tindak pidana pemerasan adalah pemerasan yang dilakukan oleh pejabat