• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 7 JANUARI – 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm. 1306343416

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 7 JANUARI – 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm. 1306343416

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Lembaga Pemerintah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Suku Dinas Kesehatan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berlangsung pada periode 7 – 30 Januari 2014.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan Laporan PKPA ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada:

1. Bapak Widi Nugroho, S.Farm., Apt., selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

2. Ibu Dr. Berna Elya, MS., selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan PKPA serta dalam penulisan laporan ini.

3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

4. Bapak Dr. Hayun, M. Si., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Pembimbing akademis Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

6. Ibu Widiastuti, selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

(7)

melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

7. Ibu drg. Fatmiaty, selaku Ketua Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

9. Seluruh staf di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, khususnya Para Staf Seksi Sumber Daya Kesehatan.

10. Seluruh keluarga atas kasih sayang, perhatian, kesabaran, dorongan semangat, doa, dan dukungan baik moral maupun finansial yang selama ini diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat (Mutia, Welly, Komang, dan Marvi) atas kerjasama selama pelaksanaan PKPA.

12. Teman-teman angkatan LXXVIII Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun demi tercapainya hasil yang lebih baik lagi dari pembaca. Penulis berharap bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dengan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh dari Praktek Kerja Profesi Apoteker.

Penulis

(8)
(9)

ABSTRAK

Nama : Asvinastuti Rikasih Program Studi : Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Periode 7 Januari – 30 Januari 2014

Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat bertujuan agar dapat mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan me n g e na i tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan, khususnya Seksi Sumber Daya Kesehatan. Tugas Khusus yang diberikan berjudul analisis distribusi dan pemetaan perizinan apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2012-2013. Metode yang digunakan yaitu penelusuran database perizinan apotek di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat dengan melakukan perhitungan jumlah dan pemetaan apotek yang terdapat pada 8 kecamatan menggunakan program Microsoft Office Excel. Dari data perizinan apotek, terdapat 89 apotek dengan jumlah tertinggi terdapat pada Kecamatan Cengkareng dengan persentase sebesar 23,60%, sedangkan terendah terdapat pada Kecamatan Tambora dengan persentase sebesar 3,37%.

Kata kunci : apotek, database, pemetaan, perizinan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan.

Tugas Umum : xiii + 45 halaman; 1 gambar; 14 lampiran Daftar acuan : 14 (1993-2012)

Tugas Khusus : vi + 22 halaman; 2 gambar; 9 tabel; 1 lampiran Daftar acuan : 11 (1945-2013)

(10)

ABSTRACT

Name : Asvinastuti Rikasih Program Study : Apothecary

Title :Report of Apothecary Profession Internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat on January 7th - January 30th 2014

Pharmacists Professional Practice at Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat aims to identify, understand and be able to apply duties and functions of Suku Dinas Kesehatan, especially Seksi Sumber Daya Kesehatan. Specific assignment has given titled distribution analysis and mapping of licensing pharmacies in the area of Kota Administrasi Jakarta Barat 2012-2013. The method used is processing database of pharmacy licensing in Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat by calculation and mapping of pharmacies contained in 8 districts using Microsoft Office Excel. From pharmacy licensing data, there are 89 pharmacies with the highest number found in Cengkareng with a percentage of 23.60%, while the lowest was on Tambora with a percentage of 3.37%.

Keywords : database, licensing, mapping, pharmacy, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan.

General Assignment : xiii + 45 pages; 1 pictures; 14 appendices Bibliography : 14 (1993-2012)

Specific Assignment : vi + 22 pages; 2 pictures; 9 tables; 1 appendices Bibliography : 11 (1945-2013)

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ... 3

2.1 Instansi Kesehatan ... 3

2.2 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat ... 4

2.3 Visi dan Misi ... 6

2.4 Sasaran Mutu dan Kebijakan Mutu ... 6

2.5 Struktur Organisasi ... 7

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN... 15

3.1 Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan ... 15

3.2 Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian ... 16

3.3 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman ... 18

3.4 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan obat ... 30

BAB 4. PEMBAHASAN ... 32

4.1 Perizinan Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan ... 33

4.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) Tenaga Kesehatan dan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman ... 36

4.3 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat ... 37

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ... 47

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) ... 48

Lampiran 3. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) ... 49

Lampiran 4. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ... 50

Lampiran 5. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) ... 51

Lampiran 6. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (SIA) yang Bekerjasama dengan Pihak Lain ... 52

Lampiran 7. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek ... 54

Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek ... 55

Lampiran 9. Surat Izin Apotek (SIA) ... 59

Lampiran 10. Surat Izin Apotek Rakyat ... 60

Lampiran 11. Formulir Permohonan Surat Izin Pedagang Eceran Obat ... 61

Lampiran 12. Formulir Permohonan Perubahan Izin Pedangan Eceran Obat .. 62

Lampiran 13. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) ... 63

(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang telah dijamin oleh negara seperti yang tertera pada Undang-Undang Republik Indonesia. Salah satu hak tersebut yaitu tiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, serta terjangkau. Berdasarkan hak tersebut, pemerintah pusat berkewajiban untuk memenuhinya yaitu dengan cara melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Tugas pemerintah pusat, salah satunya di bidang kesehatan didelegasikan kepada pemerintah daerah dengan membentuk badan berwenang di masing-masing daerah untuk mengurus bidang kesehatan sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia. Badan berwenang yang dibentuk di tingkat provinsi adalah Dinas Kesehatan Provinsi. Badan berwenang yang dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di provinsi non DKI Jakarta atau Suku Dinas Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Walikota yang bersangkutan (Presiden Republik Indonesia, 2004).

Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2008. Suku Dinas Kesehatan memiliki beberapa tugas, salah satu tugasnya yaitu memberikan perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang telah memenuhi syarat. Kualitas sarana dan tenaga kesehatan yang telah mendapat izin dianggap telah terjamin sehingga akan memberikan kepercayaan bagi masyarakat. Selain itu, dengan adanya izin maka sarana dan tenaga kesehatan akan mendapat perlindungan hukum ketika menjalankan tugas pelayanannya. Suku Dinas Kesehatan juga bertugas melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

(15)

untuk menjamin bahwa kualitas sarana dan tenaga kesehatan telah dan tetap memenuhi syarat (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Sebagai salah satu sumber daya manusia pada bidang ilmu yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi mengenai perizinan, serta kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA ini dilaksanakan pada tanggal 7 - 30 Januari 2014 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran dan fungsi profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman bagi calon apoteker dalam menjalankan tugas tersebut.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker :

a. Mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan mengenai tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

b. Mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan mengenai tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

c. Mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan mengenai tata cara perizinan, pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan, khususnya tenaga kefarmasian.

d. Mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan mengenai tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman serta cara pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di Suku Dinas Kesehatan.

(16)

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2. 1 Instansi Kesehatan

Instansi pemerintahan khusus yang menangani bidang kesehatan di Indonesia secara hirarki sebagai berikut:

a. Kementerian Kesehatan

Kementerian kesehatan (Kemenkes) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian kesehatan dipimpin oleh seorang Menteri Kesehatan (Menkes). Kementerian Kesehatan berada di bawah presiden, bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional.

b. Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009)

c. Suku Dinas Kesehatan

Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administratif yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009)

(17)

d. Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah tertentu. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran aktif masyarakat, dengan biaya yang ditanggung oleh pemerintah mengikuti diberlakukannya sistem SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) mulai tahun 2014. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Berdasarkan cakupan wilayahnya, Puskesmas dibagi menjadi Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan. Puskesmas Kecamatan bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kecamatan tertentu. Puskesmas Kecamatan berada di tiap kecamatan di Jakarta Barat, sehingga total jumlah Puskesmas Kecamatan di Jakarta Barat sebanyak 8 Puskesmas Kecamatan. Puskesmas Kecamatan merupakan tempat rujukan pasien selanjutnya dari Puskesmas Kelurahan. Puskesmas Kelurahan merupakan unit pelayanan teknis (UPT) dengan cakupan wilayah yang lebih sempit, yaitu bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di lingkungan kelurahan.

2. 2 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat

Suku dinas kesehatan kota administrasi merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi dengan tugas pokok, yaitu pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku dinas kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

(18)

5

Adapun fungsi dari suku dinas kesehatan kota administrasi, y a i t u ( Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas.

b. Pelaksanaan DPA suku dinas.

c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan kejadian luar biasa (KLB).

e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular.

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana

pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima suku dinas.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi, perizinan, rekomendasi, atau sertifikasi di bidang kesehatan.

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kota administrasi.

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup kota administrasi.

(19)

prasarana dan sarana kerja suku dinas.

p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara suku dinas.

s. Penyiapan bahan laporan dinas kesehatan dan kota administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi suku dinas.

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas kesehatan untuk teknis dan administrasi disampaikan oleh kepala suku dinas kepada kepala dinas dan untuk operasional disampaikan oleh kepala suku dinas kepada walikota (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

2. 3 Visi dan Misi

Visi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah Jakarta Barat sehat untuk semua. Adapun misi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah:

a. Meningkatkan fungsi binwasdal program kesehatan masyarakat dan sumber daya kesehatan.

b. Mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).

c. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, tanggap dan unggul. d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam rangka mewujudkan

upaya kemandirian di bidang kesehatan.

e. Meningkatkan sarana dan prasarana yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

2. 4 Sasaran Mutu dan Kebijakan Mutu

Sasaran mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah:

a. Kepuasan pelanggan eksternal 85% b. Kepuasan pegawai 85%

(20)

7

d. Komplain yang ditindaklanjuti 100%.

Kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dengan sumber daya kesehatan yang bermutu, senantiasa melakukan perbaikan berkesinambungan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan sasaran mutu yang terukur dan mengacu kepada standar mutu internasional.

2. 5 Struktur Organisasi

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Gambar 2.1) terdiri dari: a. Kepala Suku Dinas

b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan

f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

g. Subkelompok Jabatan Fungsional (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009)

Suku dinas kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya bertanggungjawab secara teknis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Wakil Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta dan secara operasional kepada walikota. Setiap subbagian atau seksi dipimpin oleh seorang kepala subbagian atau kepala seksi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada kepala suku dinas kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

2. 5. 1 Kepala Suku Dinas

Tugas Kepala Suku Dinas:

a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan

subkelompok jabatan fungsional.

(21)

perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

[Sumber: Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan; Telah diolah kembali]

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan

2. 5. 2 Subbagian Tata Usaha

Subbagian tata usaha merupakan satuan kerja staf suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum suku dinas kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Subbagian tata usaha mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas.

(22)

9

suku dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

j. Melaksanakan publikasi kegiatan upacara dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan

penerimaan retribusi suku dinas kesehatan.

l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha.

m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) suku dinas.

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

2. 5. 3 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja lini suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan.

(23)

dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi.

h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.

2. 5. 4 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja lini suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan.

(24)

11

kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam atau Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.

2. 5. 5 Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja lini suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seseorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Seksi sumber daya kesehatan mempunyai tugas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

(25)

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu pada puskesmas.

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktor,

assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, pedagang eceran obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga.

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi.

p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan.

2. 5. 6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja lini suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Seksi pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/KLB dan kesehatan lingkungan.

(26)

13

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerjasama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan SKPD, UKPD dan instansi/pemerintah/swasta/masyarakat.

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi.

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi.

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau KLB dan surveilans.

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat- tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan atau upaya pemantauan lingkungan.

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.

(27)

kesehatan kerja.

q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

(28)

15

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3. 1 Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi sumber daya kesehatan memiliki tiga kegiatan, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan, dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu kesehatan. Adapun sasaran mutu dari seksi sumber daya kesehatan adalah jumlah obat kedaluwarsa mencapai 0% dan waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling lama 15 hari kerja.

3. 1. 1 Kegiatan yang Berhubungan dengan Tenaga Kesehatan

Kegiatan terkait tenaga kesehatan pada seksi sumber daya kesehatan mencakup sebagai berikut (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009): a. Pemberian perizinan praktik tenaga kesehatan (dokter, apoteker, tenaga

teknis kefarmasian, perawat, bidan, optisien, terapi wicara, fisioterapi, dan radiografer).

b. Pelaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. c. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

3. 1. 2 Kegiatan yang Berhubungan dengan Farmasi, Makanan, dan Minuman

Kegiatan terkait farmasi, makanan, dan minuman pada seksi sumber daya kesehatan mencakup sebagai berikut (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):

a. Pemberian perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman seperti apotek, pedagang eceran obat, usaha mikro obat tradisional (UMOT), industri rumah tangga pangan (IRTP).

b. Pelaksanaan kegiatan Binwasdal sarana farmasi, makanan, dan minuman. c. Pemantauan dan pengendalian harga obat.

(29)

3. 1. 3 Kegiatan yang Berhubungan dengan Standardisasi Mutu Kesehatan

Kegiatan terkait standardisasi mutu kesehatan pada seksi sumber daya kesehatan mencakup sebagai berikut (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009): a. Pembuatan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. b. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan.

c. Pelaksanaan audit internal dan eksternal sistem manajemen mutu. d. Pendampingan penerapan sistem manajemen mutu di puskesmas. e. Pengembangan mutu melalui forum komunikasi dan fasilitator.

f. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

3. 2 Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian 3. 2. 1 Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Setiap apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Surat izin bagi apoteker terbagi menjadi 2 macam, yaitu S u r at Iz in P ra kt e k Apo t ek er ( SIPA) bagi apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan praktek bersama dokter) dan Surat Izin Ker ja Apot eker ( SIKA) bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran (industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF)).

Permohonan SIPA atau SIKA harus mengisi formulir permohonan SIPA atau SIKA (Lampiran 1) dengan melampirkan (Menteri Kesehatan RI, 2011):

a. Foto kopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dilegalisir oleh Komisi Farmasi Nasional (KFN) yang masih berlaku.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi

(30)

17

atau distribusi/penyalur.

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi sesuai tempat praktek.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar).

e. Surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana apoteker dimaksud bekerja (khusus bagi apoteker yang berpraktek atau bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau sarana pelayanan kesehatan yangditunjuk pemerintah.

f. Foto kopi kartu tanda penduduk (KTP).

g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA.

h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktek/bekerja di sarana (kecuali rumah sakit (RS) dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).

3. 2. 2 Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi atau asisten apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Setiap tenaga teknis kefarmasian yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja. Surat izin bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian adalah surat izin kerja tenaga teknis kefarmasian (SIKTTK).

Permohonan SIKTTK harus mengisi formulir permohonan SIKTTK (Lampiran 2) dengan melampirkan (Menteri Kesehatan RI, 2011): a. Foto kopi STRTTK yang dilegalisasi.

b. Surat pernyataan apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan.

c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar).

(31)

e. Foto kopi KTP.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat harus menerbitkan SIPA/SIKA (Lampiran 3 dan 4) atau SIKTTK (Lampiran 5) paling lama 15 hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

3. 3 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman 3. 3. 1 Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

Surat izin apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Untuk mendapatkan SIA, apoteker pengelola apotek (APA) mengajukan formulir permohonan surat izin apotek (Lampiran 6) atau formulir perubahan izin apotek (Lampiran 7) kepada kepala suku dinas kesehatan setempat. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, kepala seksi sumber daya kesehatan beserta staf turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan setempat.

Peninjauan ke lokasi bertujuan untuk menilai apakah di lokasi tersebut layak didirikan atau diadakan pelayanan kesehatan apotek tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi persyaratan fisik dan bangunan, kelengkapan ketenagaan, kelengkapan peralatan lain baik yang khusus maupun umum yang diperlukan untuk peracikan dan lainnya kemudian dilaporkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan (BAP) (Lampiran 8). Dalam jangka waktu 15 hari kerja setelah menerima laporan hasil

(32)

19

pemeriksaan, suku dinas kesehatan kota administrasi setempat akan mengeluarkan SIA (Lampiran 9) yang berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan masih memenuhi persyaratan.

SIA dapat dicabut apabila terjadi pelanggaran dari peraturan perundangundangan yang berlaku, misalnya SIPA dicabut atau apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ada. Jika apotek melakukan pelanggaran, maka pertama-tama akan diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan. Akan tetapi pembekuan izin dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Menteri Kesehatan RI, 2002).

Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan SIA adalah sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 2002):

a. Data Apoteker, meliputi: fotokopi KTP APA, pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar), fotokopi SIPA, fotokopi surat lolos butuh dari dinas kesehatan provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/surat berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Jakarta, surat izin dari atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI, dan surat keterangan masa bakti bagai APA yang PNS/TNI/POLRI.

b. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA), meliputi: fotokopi KTP pemilik sarana apotek (PSA), fotokopi nomor poko wajip pajak (NPWP), dan pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar).

c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk Comanditaire Venootschap (CV) pengesahan dari pengadilan. d. Salinan akte perjanjian kerjasama antara APA dan pemilik sarana apotek

(PSA) atau surat keputusan (SK) pengangkatan bagi perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) (Kimia Farma).

(33)

e. Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat/bila sewa lampirkan surat perjanjian sewa menyewa.

f. Fotokopi izin mendirikan bangunan (IMB) dan bagi sarana berada di pusat pasar/hotel dan sarana umum lain, lampirkan surat keterangan dari pengelola. g. Fotokopi undang-undang gangguan dan bagi sarana yang berada di perkantoran/pasar swalayan/hotel melampirkan fotokopi undang-undang ganguan gedung.

h. Fotokopi surat keterangan domisili.

i. Surat pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain di atas materai Rp 6.000,-.

j. Surat pernyataan dari APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-.

k. Surat pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep dokter di atas materai Rp 6.000,-.

l. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-. m. Gambar peta lokasi tempat usaha.

n. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. o. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana. p. Rencana jadwal buka apotek.

q. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

r. Kelengkapan tenaga teknis kefarmasian, meliputi: fotokopi SIKTTK, fotokopi KTP, dan surat Pernyataan bersedia bekerja di atas materai Rp 6.000,-.

s. Daftar peralatan apotek

t. Formulir laporan pamakaian narkoba dan psikotropika.

u. Daftar buku pustaka, minimal: peraturan perundang-undangan di bidang farmasi, farmakope Indonesia edisi terbaru.

(34)

21

3. 3. 2 Depo Farmasi

Persyaratan perizinan depo farmasi meliputi:

a. Data Apoteker, meliputi: fotokopi KTP dan NPWP APA, pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar), fotokopi SIK/surat penugasan, surat pengangkatan apoteker sebagai penanggung jawab depo farmasi, fotokopi surat lolos butuh dari dinas kesehatan provinsi bagi apoteker yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/surat perhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Jakarta, dan surat izin dari atasan bagi apoteker yang PNS/TNI/POLRI.

b. Data Pemilik Depo Farmasi, meliputi: fotokopi KTP klinik/dokter yang masih verlaku, fotokopi NPWP, dan pas foto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar).

c. Fotokopi izin klinik/praktek dokter yang masih berlaku

d. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM RI bila dalam bentuk PT dan pengesahan dari pengadilan bila dalam bentuk CV.

e. Fotokopi perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik depo.

f. Surat pernyataan apoteker yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-.

g. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik/dokter (bukan resep dari umum), kecuali atas nama pasien klinik/dokter.

h. Surat pernyataan pemilik depo tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-.

i. Proposal untuk mendirikan depo farmasi.

j. Fotokopi surat izin undang-undang gangguan (UUG) klinik. k. Status gedung atau sertifikat gedung sewa minimal 2 tahun. l. Peta lokasi seatap/sepekarangan dengan klinik.

m. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana. o. Rencana jadwal buka depo farmasi.

(35)

q. Kelengkapan tenaga teknis kefarmasian, meliputi: SIKTTK, fotokopi KTP,dan surat pernyataan bersedia bekerja di atas materai Rp 6.000,-.

r. Daftar buku pustaka minimal peraturan perundang-undangan di bidangfarmasi, dan Farmakope Indonesia edisi terbaru.

s. Daftar peralatan peracikan obat.

t. Form laporan narkotika dan psikotropika.

u. Perlengkapan administrasi, seperti: contoh etiket, blanko SP, blanko faktur, kartu stok, dan copy resep.

3. 3. 3 Apotek Rakyat

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284 Tahun 2007 yang dimaksud apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasiaan dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Dalam hal ini, perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggaraka upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pendirian sebuah apotek termasuk apotek rakyat membutuhkan surat izin, dalam hal ini apoteker penanggungjawab apotek rakyat berhak memperoleh surat izin apotek rakyat (Lampiran 10). Adapun pengaturan apotek rakyat ini bertujuan untuk dapat dijadikan pedoman bagi pedagang eceran obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat, pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat, untuk melindungi masyarakat dan agar masyarakat memperoleh pelayanan kefarmasiaan yang baik dan benar.

Persyaratan perizinan apotek rakyat meliputi (Menteri Kesehatan, 2007): a. Data apoteker, meliputi: fotokopi KTP APA, fotokopi NPWP APA,

pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar), fotokopi SIPA, fotokopi surat lolos butuh dari dinas kesehatan provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/surat berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah

(36)

23

bekerja di DKI Jakarta, dan surat izin dari atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI.

b. Data PSA, meliputi: fotokopi KTP PSA, fotokopi NPWP, pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar).

c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Depkeh dan HAM RI dalam bentuk per se ro a n t er bat as ( PT) dan pengesahan dari pengadilan bila dalam bentuk CV.

d. Fotokopi akte perjanjian kerjasama antara APA dan PSA/SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN (Kimia Farma).

e. Bukti kepemilikan tempat, surat perjanjian sewa menyewa bila sewa. f. Fotokopi IMB (bila diluar sentra pasar).

g. Fotokopi surat izin UUG bila diluar sentra pasar.

h. Fotokopi surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain diatas materai Rp 6.000,-

j. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada perlakuan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-

k. Surat pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu di atas materai Rp 6.000,-

l. Surat pernyataan PSA tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-

m. Peta lokasi apotek.

n. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. o. Struktur organisasi dan tata kerja / tata laksana. p. Rencana jadwal buka apotek.

q. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

r. Kelengkapan tenaga teknis kefarmasian, meliputi: fotokopi SIKTTK, fotokopi KTP, dan surat pernyataan bersedia bekerja diatas materai Rp 6.000,-.

s. Daftar buku pustaka, minimal peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan Farmakope Indonesia edisi terbaru.

(37)

t. Daftar perlengkapan administrasi

u. Surat rekomendasi dari ikatan sarjana farmasi indonesia (ISFI) bagi APA

3. 3. 4 Pedagang Eceran Obat

Pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum di Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) serta untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai yang tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat-obat-obat bebas terbatas (Daftar W) dalam bungkusan pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, atau perorangan (Menteri Kesehatan RI, 2002).

Penanggung jawab teknis farmasi pada pedagang eceran obat adalah seorang tenaga teknis kefarmasian. Izin pedagang eceran obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan izin pedagang eceran obat kepada suku dinas kesehatan kota administrasi setempat. Surat izin untuk pedagang eceran obat hanya berlaku selama 2 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan (Menteri Kesehatan RI, 2002).

Persyaratan perizinan pedagang eceran obat harus mengisi formulir permohonan surat izin pedagang eceran obat (Lampiran 11) atau formulir permohonan perubahan izin pedagang eceran obat (Lampiran 12) dengan melampirkan persyaratan meliputi (Menteri Kesehatan RI, 2002):

a. Fotokopi KTP dari pemilik pedagang eceran obat.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk CV pengesahan dari pengadilan.

c. Gambar peta lokasi tempat usaha d. Denah ruangan toko.

e. Fotokopi ijazah tenaga teknis kefarmasian.

(38)

25

persayaratan SIKTTK.

g. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab teknis pedagang eceran obat diatas materai Rp 6.000,-. h. Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat/bila sewa lampirkan surat

perjanjian sewa menyewa.

i. Fotokopi surat izin usaha perdagangan (SIUP). j. Fotokopi NPWP pemilik/badan hukum.

k. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tidak akan menjual obat daftar G dan tidak melayani resep dokter diatas materai Rp 6.000,-. l. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tetap patuh dan

tidak pernah melanggar peraturan undang-undang (UU) yang berlaku dibidang obat/farmasi diatas materai Rp 6.000,-.

m. Pas foto berwarna pemilik ukuran 4x6 cm (2 lembar).

n. Pas foto berwarna tenaga teknis kefarmasian 4x6 cm (2 lembar).

Setelah persyaratan perizinan pedagang eceran obat lengkap, dilakukan pemeriksaan/peninjauan lapangan yang dilaporkan dalam suatu berita acara pemeriksaan. Pedagang eceran obat harus mengikuti ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku dalam menjalankan usahanya. Jika pedagang eceran obat melakukan pelanggaran maka akan dikenakan sanksi administratif berupa surat peringatan, penghentian sementara pedagang eceran obat, dan pencabutan surat izin ataupun sanksi pidana berupa pengajuan ke pengadilan.

3. 3. 5 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)

Usaha mikro obat tradisional adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 6 Tahun 2012). Persyaratan izin UMOT meliputi:

a. Surat permohonan.

b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(39)

c. Susunan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan.

d. Fotokopi KTP/ identitas pemohon dan/atau direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas.

e. Pernyataan pemohon dan/atau direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan

g. Surat tanda daftar perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan. h. Fotokopi SIUP dalam hal permohonan bukan perseorangan.

i. Fotokopi NPWP.

j. Fotokopi surat keterangan domisili.

Permohonan izin UMOT diajukan kepada kepala suku dinas kesehatan kota administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permohonan izin UMOT, kepala suku dinas kesehatan kota administrasi menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis. Hasil pemeriksaan disampaikan kepada kepala suku dinas kesehatan kota administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, kepala suku dinas kesehatan kota administrasi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala balai setempat. Apabila dalam 30 hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh kepala suku dinas kesehatan kota administrasi tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada kepala suku dinas kesehatan administrasi (Menteri Kesehatan RI, 2012).

UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Permohonan izin UKOT diajukan kepada dinas kesehatan dengan tembusan kepada dinas kesehatan kota dan balai pengawas obat dan makanan (Balai POM ) setempat.

(40)

27

Persyaratan yang harus dilengkapi dalam permohonan izin UKOT terdiri dari (Menteri Kesehatan RI, 2012):

a. Surat permohonan;

b. Fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Susunan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas;

d. Fotokopi KTP/identitas direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas; e. Pernyataan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas tidak

pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;

g. Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL);

h. Surat tanda daftar perusahaan;

i. Fotokopi surat izin usaha perdagangan; j. Fotokopi NPWP;

k. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota;

l. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung jawab;

m. Fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan perusahaan; n. Fotokopi surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian;

o. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;

p. Diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional yang akan dibuat; dan

q. Daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya.

Izin usaha kecil obat tradisional dikeluarkan oleh dinas kesehatan berdasarkan rekomendasi dari Balai POM setempat dan suku dinas kesehatan kota administrasi. Kepala balai setempat wajib melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan cara pembuatan obat tradisiona l yang baik (CPOTB) dan kepala suku dinas kesehatan administrasi wajib melakukan verifikasi kelengkapan administratif selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak menerima tembusan permohonan untuk izin UKOT. Kepala balai setempat wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada kepala dinas

(41)

kesehatan provinsi dan kepala suku dinas kesehatan kota administrasi wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah pemeriksaan. Setelah menerima laporan dari kepala suku dinas kesehatan dan kepala balai, kepala dinas kesehatan provinsi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UKOT selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 hari kerja (Menteri Kesehatan RI, 2012).

Bentuk usaha lain di bidang obat tradisional adalah usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong. Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sedangkan, usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berbeda dari UKOT dan UMOT, pendirian usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak wajib memiliki izin dari menteri kesehatan. Namun, suku dinas kesehatan kota administrasi melakukan pembinaan terhadap usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong ini.

3. 3. 6 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

Industri rumah tangga pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan usahanya, IRTP harus mempunyai Sertifikat Produksi Pangan untuk Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan sertifikat kelayakan pangan industri rumah tangga adalah mengisi formulir permohonan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (Lampiran 13) dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:

(42)

29

b. Foto kopi KTP penanggung jawab.

c. Data perusahaan pangan industri rumah tangga. d. Data produk makanan yang akan diproduksi. e. Peta lokasi tempat usaha.

f. Denah ruangan beserta ukuran. g. Rancangan etiket/label.

h. Pas foto berwarna pemilik ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar.

i. Pas foto berwarna penanggungjawab ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar. j. Foto kopi surat tanda daftar indusri kecil dari sudin perindustrian dan

energi bagi perusahaan yang memiliki modal peralatan lebih dari Rp. 5.000.000,-

k. Surat keterangan asal produk bila repacking.

l. Foto kopi tanda bukti kepemilikan tempat/surat sewa bila sewa minimal 2 tahun.

m. Sertifikat keamanan pangan (mengikuti penyuluhan keamanan pangan). Setelah persyaratan perizinan lengkap seksi sumber daya kesehatan melakukan peninjauan lapangan untuk pemeriksaan terhadap kelengkapan produksi pangan industri rumah tangga dan dilaporkan dalam bentuk berita acara.

3. 3. 7 Perubahan Perizinan

Perubahan baik fisik maupun non fisik dari sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman dapat terjadi setiap saat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dari sarana kesehatan tersebut. Perubahan dapat terjadi karena berakhirnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dengan penanggung jawab teknis dan lain-lain. Agar pelayanan ataupun produksi tidak terganggu maka perlu dibuat aturan perubahan perizinan. Setiap perubahan fisik maupun non fisik harus mengajukan permohonan tertulis kepada suku dinas kesehatan. Untuk permohonan perizinan perubahan fisik maka proses perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman tersebut harus dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ke lokasi oleh petugas yang berwenang, sedangkan perubahan non fisik tidak

(43)

cukup melengkapi persyaratan administrasinya saja. Secara umum perubahan fisik terjadi karena:

a. Perubahan alamat atau pindah alamat sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

b. Perubahan letak lokasi atau denah ruangan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

c. Penambahan jenis atau bentuk produksi sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

d. Perpanjangan izin sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman (pedagang eceran obat).

Secara umum perubahan non fisik terjadi karena :

a. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

b. Perubahan atau pergantian kepemilikan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

c. Perubahan atau pergantian tenaga ahli sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

d. Perubahan atau pergantian nama sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman.

e. Perubahan surat izin sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman hilang.

3. 4 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan obat

3. 4. 1 Fungsi Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Gudang obat suku dinas kesehatan kota administrasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk obat buffer dan obat program. Obat yang diterima di gudang obat suku dinas kesehatan kota administrasi berasal dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari kementerian kesehatan. Obat-obat yang disimpan ini digunakan untuk stok buffer bagi puskesmas, bakti sosia, atau untuk kegiatan/program tertentu seperti program Tuberculosis (TBC), program kesehatan ibu anak (KIA), gizi dan lain-lain; dicatat dalam surat bukti barang keluar (Lampiran 14).

(44)

31

3. 4. 2 Manajemen Persediaan Obat

Perencanaan obat di suku dinas kesehatan kota administrasi dilakukan oleh seksi sumber daya kesehatan. Rincian kebutuhan obat diberikan ke tim pengadaan yang berada di bawah subbagian tata usaha untuk selanjutnya diadakan. Tim pengadaan obat akan melakukan pengadaan obat-obat yang direncanakan. Saat obat diantar oleh produsen/distributor obat, maka obat diterima oleh tim penerima barang lalu diperiksa oleh tim pemeriksa barang dan akan diserahterimakan kepada koordinator gudang farmasi kabupaten/kota. Kemudian obat disimpan di dalam gudang dengan menggunakan sistem ( First Expired First Out) FEFO dan ( First In First Out) FIFO. Proses distribusi obat di gudang obat suku dinas kesehatan kota administrasi berlangsung secara sistem 1 pintu, yang berarti obat masuk dan keluar melalui 1 pintu yang dalam hal ini adalah koordinator gudang farmasi kabupaten/kota.

(45)

BAB 4 PEMBAHASAN

Terjadi perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah) sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Melalui Undang-Undang tersebut, terdapat pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah pada urusan Pemerintah pusat dan beberapa urusan lainnya yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Penanganan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah Daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kota. Di tingkat provinsi, bidang kesehatan merupakan tanggung jawab dari Dinas Kesehatan setempat. Penjelasan lebih lanjut mengenai peran dan fungsi Dinas Kesehatan sebagai Prangkat Daerah diatur oleh Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.150 tahun 2009.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan bagian dari Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dikepalai oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi satu Subbagian Tata Usaha dan empat Seksi yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kapada Kepala Suku Dinas. Keempat Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Suku dinas kesehatan kota administrasi ,erupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, sudinkes melakukan fungsi seperti pelayanan perizinan, binwasdal terhadap

(46)

33

sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, perencanaan pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menilar dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, seta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di kota administrasi yang bersangkutan.

Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat pada tanggal 7 - 30 Januari 2014 dilakukan di subbagian Seksi Sumber daya Kesehatan (SDK). Kegiatan yang dilaksanakan di seksi SDK terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan stnadarisasi mutu kesehatan. Sasaran mutu dari seksi SDK adalah jumlah obat daluarsa yang disistribusikan mencapai 0% dan waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling lama 12 hari kerja.

Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan kota Adminitasi Jakarta Barat ini, selain memahami mengenai suku dinas kesehatan, dan subbagian di dalamnya, mahasiswa calon apoteker diharapkan juga dapat mengetahui, mamahami dan menerapkan mengenai tata cara perizinan tenaga kesehatan khususnya tenaga kefarmasian, sarana kesehatan, serta bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang merupakan bagian dari tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Pada pelaksanaan PKPA ini, kegiatan dari seksi sumber daya kesehatan yang dilakukan langsung oleh mahasiswa diantaranya pemberian perizinan apotek, pemberian perizinan praktek tenaga kesehatan (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian), pengelolaan perbekalan dan persediaan obat di gudang obat dan mempersiapkan paket obat bencana banjir untuk didistribusikan ke posko banjir di tiap kecamatan di Jakarta Barat sebagai tindak lanjut dari terjadinya bencana banjir pada bulan Januari di beberapa daerah di Jakarta Barat.

4. 1 Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Salah satu tugas pokok Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah pemberian perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Barat. Kebijakan dan pedoman serat persyaratan dalam pelaksanaan perizinan, pengawasan, pembinaan serta pengendalian sarana

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan ................................
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan
Foto  4x6 cm
Gambar 4.1   Peta kota administrasi Jakarta Barat .........................................
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desa Padang Leban pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur. Pokja I Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kaur akan mengadakan klarifikasi

Kepala Madrasah Guru Kelas VI.

Kompresi data adalah suatu proses untuk mengubah sebuah input data stream ( stream sumber atau data mentah asli) ke dalam aliran data yang lain yang berupa output atau stream

Aplikasi Kompresi File dengan Algoritma Elias Gamma.. Jurnal CORE

DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS (TESIS). No Judul Artikel Penulis

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang mewakili seluruh

1 Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

Nui keng 60 tahun Perempuan Hipertensi Medan Positif (Perifer). Minah 80 tahun Perempuan DM Medan