• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara individu atau bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, dengan mencegah, mengobati penyakit,dan memulihkan kesehatan baik secara perorangan, keluarga, ataupun masyarakat.1Faktor penunjang yang sangat berpengaruh didalam keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah dengan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas.

Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas menjadi tugas dan tanggung jawab negara sebagaimana telah diatur didalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 34 ayat (3) yang menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwafasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang saat ini

       1 Azrul Azwar, 1988(A),

(2)

mengalami perkembangan cukup pesat adalah keberadaan intansi rumah sakit yang jumlahnya semakin banyak di tengah-tengah masyarakat. Rumah sakit merupakan sebuah instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas, maka dengan keadaan tersebut rumah sakit perlu memperhatikan pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada pasien sebagai pengguna jasanya.    Rumahsakit diharapkan dapat menyajikan pelayanan kesehatan yang layak

dan berkualitas dengan mampu memahami kondisi pasien secara keseluruhan, dengan senantiasa memberikan perlindungan terhadap jaminan keamanan dan keselamatan pasien.2 Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berorientasi kepada perlindungan keselamatan pasien merupakan suatu kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus, karena bagaimanapun pasien merupakan penilai dari baik maupun buruknya suatu pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit.

Keselamatan pasien di rumah sakit itu sendiri merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi penilaian (assessment)

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegahterjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

       2 Sri Praptianingsih, 2006,

Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit, Raja Grafindo, Jakarta., hlm. 89

(3)

Perhatian terhadap keselamatan pasien menjadi begitu penting didalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini tercermin dengan diaturnya keselamatan pasien didalam beberapa pasal pada ketentuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pasal 3 huruf (b) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

2. Pasal 32 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan juga bahwa setiap pasien mempunyai hak : memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.

3. Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan keselamatan pasien, maka setiap rumah sakit diwajibkan untuk membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana teknis dalam menerapkan keselamatan pasien,hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) PERMENKES Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien. Keberadaan Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) di instansi rumah sakit dapat berfungsi sebagai

(4)

bagian/unit khusus yang dapat memfokuskan tugasnya berkaitan dengan keselamatan pasien selama di rumah sakit.

Rumah sakit juga diberikan suatukewajiban untuk menerapkan standar keselamatan pasien sebagai pedoman didalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasien, hal ini berdasarkan pada Pasal 7ayat (1) PERMENKES Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien. Uraian atas standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat(1) tersebut,diaturdidalam Pasal 7 ayat (2) PERMENKES Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien yang menyatakan bahwa standar keselamatan pasien dirumah sakitmeliputi;

a. Hak pasien

b. Mendidik pasien dan keluarga

c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien f. Mendidik staff tentang keselamatan pasien

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien.

Pelayanan kesehatan dengan mengutamakan keselamatan pasien perlu dilakukan diseluruh bagian rumah sakit, termasuk salah satunya di instalasi rawat inap. Instalasi rawat inap merupakan suatu tempat dilakukannyaproses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien

(5)

diinapkan pada suatu ruangan di rumah sakit.Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan, adapun kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif dimana pasien perlu diinapkan dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter, perawat, maupun petugas medik lainnya setiap hari.3

Pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien pada instalasi rawat inap di rumah sakit dapat menyimpan potensi risiko terjadinya insiden yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Terdapat banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan jenis prosedur perawatan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, merupakan hal yang memungkinkan untuk terjadinya suatu insiden keselamatan pasien.

Insiden keselamatan pasien itu sendiri merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya dapat dicegah pada pasien atas adanya suatu kejadian tidak diharapkan. Insiden keselamatan pasien atas terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan merupakan insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien atas suatu kejadian yang

       3Trisnantoro. L,

Paradigma Baru Pelayanan Kesehatan, Universitas GadjahMada, Yogyakarta, 1996. Hlm 19.

(6)

tidak diharapkan dalam mengambil suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.4

Dampak dari insiden keselamatan pasien tersebut dapat menimbulkan keluhan, ketidakpuasan, kerugian dan berkurangnya kepercayaan pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tidak sedikit ketidakpuasan atas pelayanan kesehatan dewasa ini disampaikan dengan melakukan tuntutan hukum maupun gugatan terhadap rumah sakit. Tuntutan hukum dan gugatan yang dilakukan oleh pasien merupakan hak pasien yang diatur berdasarkanPasal 32 huruf (q) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap pasien mempunyai hak untuk menggugat dan/atau menuntut rumah sakitapabila diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

Perkembangan rumah sakit yang saat ini jumlahnya terus bertambah, nampaknya belum diikuti dengan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Kenyataan di lapangan peristiwa mengenai insiden keselamatan pasien yang mengakibatkan pasien mengalami cedera masih dijumpai, salah satu contohnya adalah peristiwa pasien terjatuh dari tempat tidur.Seorang pasien di Rumah Sakit Cut Nyak Dien Meulaboh bernama Zainal (53) asal Woyla Barat terjatuh dari tempat tidur ketika sedang mendapatkan perawatan diruang rawat inap penyakit dalam.Peristiwa terjatuhnya pasien dari tempat tidur dikarenakan fasilitas pendingin ruangan pada

       4Rhudy Marseno, 2011,

Patient Safety (Keselamatan

(7)

instalasi rawat inap tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Saksi mata mengatakan jatuhnya pasien di RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh, dikarenakan pasien gelisah akibat kepanasan, selain itu saksi mata menyatakan terdapat unsur kelalaian dari pihak perawat rumah sakit yang tidak melakukan pengawasan/control kepada pasien

secara rutin dan tidak memasang pengaman disisi tempat tidur. Pada akhirnya pasien harus dibawa ke ruang ICU (Instensive Care Unit) untuk perawatan lebih lanjut.5

Peristiwa lain terjadi di Pamekasan, seorang pasien bernama Amyani jatuh dari tempat tidur hingga tangan kirinya patah. Jatuhnya pasien yang akan menjalani operasi payudara itu diduga karena kelalaian perawat. Pasien Amyani terpaksa menunggu lebih lama untuk menjalani operasi, lantaran harus menunggu lengannya yang patah itu sembuh. Musibah yang menimpa Amyani itu berawal dari perintah seorang perawat yang meminta Amyani pindah dari ranjang karena akan dibersihkan. Usai menyuruh pindah, sang perawat keluar ruangan meninggalkan Amyani yang kondisi fisiknya lemah dan berusaha turun ranjang untuk pindah. Sedetik kemudian, tubuh Amyani terjatuh dan lengan kirinya patah. Sekitar 10 menit tubuh Amyani tergolek di lantai Ruang 3A, Direktur RSUD Pamekasan dr Iri Agus Zubairi mengakui memang terdapat beberapa perawat yang masih kurang profesional dalam melayani pasien.6

      

5Muchlis, 2012, Akibat Kepanasan Pasien Rsud Meulaboh Jatuh Dari Ranjanghttp://diliputnews.com/,

kamis 28/06/2012, diunduh tanggal 20/07/2012

6 Ardi Yanuar, 2011, Pasien Jatuh Dari Ranjang Diduga Keteledoran

(8)

Peristiwa atas terjadinya insiden keselamatan pasien tersebut mencerminkan masih kurangnya perhatian rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien. Rumah Sakit Multazam Medika merupakan salah satu instansi rumah sakit yang saat ini memberikan fokus utamanya untuk menjamin keselamatan dan kesembuhan pasien selama pelayanan kesehatan diberikan. Terkait dengan masalah keselamatan pasien, Rumah Sakit Multazam Medika juga pernah mendapat keluhan atas ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan. Keluhan atas ketidakpuasan pelayanan kesehatan yang disampaikan oleh pasien, adalah terkait dengan fasilitias di instalasi rawat inap yang belum standar dan dapat menyebabkan terjadinya insiden keselamatan pasien dirumah sakit.

Peristiwa insiden keselamatan pasien yang telah diuraikan tersebut merupakan cerminan belum terwujudnya pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan pasien. Permasalahan lain mengenai adanya insiden keselamatan pasien umumnya juga ditemukan secara kebetulan saja, sebagian besar cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, dan luput dari perhatian semua pihak. Dengan keadaan inilah diperlukannya penerapan standar keselamatan pasien di rumah sakit, selain itu diperlukannya juga penegakan atas perlindungan hukum bagi pasien ketika memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit juga perlumemiliki kebijakan maupun pedoman yang mengatur secara khusus mengenai keselamatan pasien, dan diimplementasikan dengan membentuk bagian/tim khusus yang membawahi dan memfokuskan tugasnya terhadap pelaksanaan keselamatan pasien.

(9)

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk penulisan tesis dengan judul Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Pada Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan pada instalasi rawat inap di Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi ?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum atas keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan padainstalasi rawat inap di Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi ? 3. Bagaimanakah kebijakan internal yang terdapat pada instalasi rawat inap di

Rumah Sakit Multazam Medika Bekasiterkait dengan penyelenggaraan keselamatan pasien?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

Dalam penelitian ini tujuan secara obyektif yang ingin dicapai diantaranya sebagai berikut ;

a. Untuk mengetahui hal-hal mengenai pelaksanaan keselamatan pasien, ketika pasien memperoleh pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi.

(10)

b. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum bagi pasien terkait dengan keselamatan pasien ketika memperoleh pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi.

c. Untuk mengetahui kebijakan maupun pedoman yang digunakan oleh rumah sakit didalam pelaksanaan keselamatan pasien di instalasi rawat inap.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan subyektif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data, informasi, dan bahan yang relevan dengan topik yang diteliti dalam rangka penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Hukum Kesehatan pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Program Studi Magister Hukum Kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur didalam dunia kepustakaan sebagaipengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam aspek hukum kesehatan.

2. Manfaat Praktis

(11)

a) Manfaat bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, dan pengetahuan penulis dalam bidang hukum kesehatan, khususnya terkait dengan keselamatan pasien di rumah sakit.

b) Manfaat bagi Rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana, informasi, dan inspirasi bagi rumah sakit akan pentingnya penerapan standar keselamatan pasien dan pembentukkan komite/bagian/tim khusus keselamatan pasien di Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

c) Manfaat bagi Masyarakat (Pasien)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi secara yuridis mengenai perlindungan hukum bagi pasien terkait dengan keselamatan pasien ketika mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

d) Manfaat bagi pemerintah

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah maupun instansi yang berwenang dalam mengambil kebijakan terkait dengan hukum kesehatan terutama aspek keselamatan pasien.

(12)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang mengkaji tentang aspek yuridis terhadap pelaksanaan keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan pada instalasi rawat inap di Rumah Sakit Multazam Medika Bekasi sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya dan sifat dari penelitian ini adalah asli, adapun beberapa penelitian mengenai keselamatan pasien yang peneliti ketahui adalah sebagai berikut;

1. Dyah Ratnawati (2010) yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang (Patient Safety) Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai

Dengan Standar Operasional Prosedur, dengan rumusan permasalahanbagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang (Patient Safety) dalam tindakan pemasangan infus sesuai dengan

pelaksanaan standar operasional prosedur di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental

dengan pendekatan diskriptif korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah

perawat Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebanyak 103 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil Penelitian diperoleh hasil dengan uji chi square bahwa p value adalah 0.406, dengan tingkat kesalahan 0,05 (5%). Karena p value > α maka Ho diterima.7

2. Christina anugrahini dengan judul Faktor Individu Dan Organisasi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Pedoman (Patient Safety) Di RSAB

       7Dyah Ratnawati, 2010,

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang (Patient Safety) Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur, Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang

(13)

Harapan Kita Jakarta, dengan rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman (Patient Safety)

dengan mengidentifikasi hubungan antara faktor individu dan organisasi dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman (Patient Safety) di

RSAB Harapan Kita Jakarta, jenis penelitiannya adalah desain penelitian korelasi deskriptif dengan cross sectional, kesimpulan hasil penelitian

ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia, tingkat pendidikan, masa kerja, kepemimpinan, struktur organisasi, desain kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman (Patient Safety).8

Perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini pembahasan yang dilakukan adalah dengan menitikberatkan pada pelaksanaan keselamatan pasien ditinjau dari implementasi peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kebijakan yang diterapkan di Rumah Sakit Multazam Medika sebagai bentuk perlindungan hukum bagi pasien terhadap keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan pada instalasi rawat inap di Rumah Sakit Multazam Medika bekasi, oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian asli. Dalam hal terdapat penelitian serupa yang tidak diketahui oleh peneliti, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian lainnya.

       8Christina Anugrahini, 2010,

Hubungan Faktor Individu Dan Organisasi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety Di RSAB Harapan Kita Jakarta, Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini menerangkan tentang proses bagaimana musik keroncong mengiringi ibadah liturgi dan dampak yang terjadi terhadap jemaat GKJ Jemaat Ambarrukma.. Penelitian

Control bits (stacking or summing bits) allow the contents of the corresponding destinatio,n addresses to be added to the operation results before sto rage back

4. Dengan mengamati gambar siswa dapat menunjukan alat-alat yang digunakan untuk membersihkan kandang ayam dengan percaya diri. Dengan demonstrasi siswa dapat

Populasi merupakan suatu Populasi menurut Sugiyono (2000) mengemukakan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

Hukum kepailitan perlu menyediakan upaya hukum yang dapat digunakan oleh kreditur lain dengan adanya keberatan kreditur lain tersebut, maka perlu dibahas tentang

Sedangkan pandangan lain mengenai benchmarking dari Pettersen (1996) menyatakan benchmarking adalah suatu proses yang membandingkan dan mengukur kinerja suatu

/esio alam pelaanan lao'ato'ium a'us iientiAiasi an itina

Penerapan media audio visual mempunyai peran yang sangat penting yaitu dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran,