• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. 1"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar dalam kehidupan manusia serta membawa manusia kepada persaingan global. Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada saat ini dan masa yang akan datang akan semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan itu sendiri.

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap Negara. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran.2 Tiga bagian yang sangat penting dalam pendidikan adalah kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian. Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran.

1

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 1 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

(2)

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang ditujukan agar peserta didik dapat belajar melalui perencanaan dan pengaturan lingkungan, sarana, dan prasarana yang mendukung terwujudnya kegiatan belajar. Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian kurikulum.

Mengingat pentingnya tes hasil belajar, maka dalam melaksanakan tes hasil belajar dibutuhkan instrumen butir soal yang berkualitas sehingga dapat menjamin kualitas tes yang disajikan kepada peserta didik. Untuk mendapatkan soal yang bermutu maka sebelum soal digunakan setiap butir soal perlu dianalisis terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi apakah peserta didik telah menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif yang berkaitan dengan isi dan bentuk soal maupun kuantitatif yang berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya.

karena telah banyak ditemukan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan pendidik ternyata belum sepenuhnya menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang sesungguhnya, karena guru belum melakukan analisis butir soal, sehingga tidak mengetahui indikator atau kompetensi dasar mana yang belum mampu dicapai oleh peserta didik, dan Selama ini tim pembuat soal mengetahui baik atau tidaknya sebuah soal hanya berdasarkan pilihan jawaban terbanyak yang dipilih peserta didik. selain itu nilai

(3)

prestasi siswa dalam mata pelajaran fikih juga rendah dengan ditemukannya banyak siswa yang mendapat nilai di bawah standar penilaian, bahkan ada beberapa siswa yang mengikuti remidi karena nilainya masih jauh di bawah standar. Adanya hal tersebut membuat tes yang dibuat oleh tim pembuat soal tes belum diketahui kehandalan dan keterpercayaannya, sehingga peserta didik hanya menerima apapun hasilnya. Sering kali kesalahan pengerjaan tes tidak hanya diakibatkan pada kurang telitinya peserta didik dalam mengerjakan akan tetapi diakibatkan oleh lemahnya butir-butir soal pada soal tes yang disusun.

Soal- soal tes dianalisis untuk diketahui soal yang baik dan soal yang tidak baik. Soal yang baik dapat dijadikan alat ukur dan acuan dalam pembuatan soal ujian yang akan datang. Untuk soal yang tidak baik dapat direvisi sehingga jika digunakan untuk acuan dalam ujian soal tersebut tidak merugikan peserta didik.

Adanya kondisi tersebut di atas antara lain disebabkan karena guru belum memahami dan belum mengembangkan soal, dan menganalisis butir soal sesuai dengan prinsip, mekanisme, dan prosedur penilaian sebagaimana diuraikan di atas.

Di Kota Palembang analisis soal tes ujian baik secara kualitatif maupun kuantitatif belum pernah dilakukan sehingga dari tahun ke tahun kualitas soal masih belum diketahui.

(4)

Melihat adanya keadaan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian analisis “KUALITAS TES HASIL BELAJAR SOAL UJIAN AKHIR

SEMESTER KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI MATA

PELAJARAN FIQIH DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2014”. Penelitian ini

digunakan untuk melihat kualitas tes soal ujian tersebut memiliki kualitas yang baik sehingga mampu mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang sesungguhnya ataukah belum.

Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan adalah analisis validitas soal, reliabilitas soal, derajat kesukaran soal, daya pembeda soal dan fungsi pengecoh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas tes hasil belajar soal Ujian Akhir Semester (UAS) kelas XI Madrasah Aliyah Negeri mata pelajaran fikih di kota Palembang tahun 2014 ditinjau dari tingkat derajat kesukaran, daya pembeda, dan penggunaan pengecoh (distractor) pada butir soal?

2. Bagaimana kualitas tes hasil belajar soal Ujian Akhir Semester (UAS) kelas XI Madrasah Aliyah Negeri mata pelajaran fikih di kota Palembang Tahun 2014 ditinjau dari tingkat validitas dan reliabilitas?

(5)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kualitas butir soal Ujian Akhir Semester (UAS) mata

pelajaran fikih kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Tahun Ajaran 2014/2015 di kota Palembang ditinjau dari tingkat derajat kesukaran, daya pembeda, dan penggunaan pengecoh (distractor) pada butir soal.

b. Untuk mengetahui kualitas butir soal Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran fikih kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Tahun Ajaran 2014/2015 di kota Palembang ditinjau dari Tingkat validitas dan reliabilitas.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan di bidang agama. 2) Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya. b. Secara Praktis

1) Bagi Kepala Kementrian Agama Kota Palembang

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala Kementrian Agama Kota Palembang dalam mengambil kebijakan

(6)

terkait dengan pembuatan tes hasil belajar sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur dalam membuat soal ujian yang baik dan berkualitas. 2) Bagi pembuat tes hasil belajar yaitu Musyawarah Kerja Kepala

Madrasah (MKKM) Kementrian Agama Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran dalam peningkatan kualitas butir soal agar mampu membuat butir soal yang berkualitas di masa yang akan datang.

3) Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan analisis butir soal serta sebagai usaha pembuktian tentang teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah agar peneliti benar-benar memiliki pemahaman yang tidak hanya sekedar di dalam ruang kelas, tetapi juga praktiknya di lapangan.

D. Tinjauan Pustaka

Pada hakikatnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang, baik dalam bentuk skripsi, buku dan

(7)

dalam bentuk tulisan lainnya maka penulis akan memaparkan bentuk tulisan yang sudah ada.

Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang peneliti lakukan di Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang, belum ditemukan penelitian yang secara khusus meneliti tentang analisis butir soal. Oleh sebab itu penulis mengambil dari media internet yang memiliki dasar kajian serupa dengan yang dilakukan oleh penulis, diantaranya yaitu:

Skripsi yang disusun oleh Andi Ashari (1706500926)), Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal dengan judul “Uji Validitas Konstruk Soal Ulangan Akhir Semester I Mata Pelajaran

Matematika Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Balapulang Tahun Pelajaran

2009/2010”. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Andi Ashari adalah untuk mengetahui apakah soal Ulangan Akhir Semester (UAS) I mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri se-kecamatan Balapulang tahun pelajaran 2009/2010 memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Simpulan dari penelitian ini adalah Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) I mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri se-kecamatan Balapulang tahun pelajaran 2009/2010 memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Adapun penelitian ini membahas tentang analisis butir soal Ujian Akhir Semester kelas XI Madrasah Aliyah Negeri mata pelajaran fikih Tahun Ajaran 2013/2014. Antara penelitian yang dilakukan Andi Ashari dengan penelitian ini memiliki persamaan yaitu

(8)

sama-sama membahas soal ujian akhir semester. Kemudian perbedaan penelitian yang dilakukan Andi Ashari dengan penelitian ini yaitu terletak pada butir soal, kelas, sekolah, tahun pelajaran dan tujuan penelitian yang diambil. Dalam penelitian yang dilakukan Andi Ashari tujuannya hanya untuk mengetahui validitas isi dan validitas konstruk saja, sedangkan tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, efektivitas pengecoh, validitas, dan reliabilitas.

Skripsi yang disusun oleh Dini Kurniawati (209821420929), Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang dengan judul ”Validasi Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran

Geografi Semester 2 Kelas X di SMA Negeri Kepanjen Kabupaten Malang Tahun

Ajaran 2007/2008”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas soal termasuk di dalamnya validitas kurikuler dan validitas item. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui tingkat kesukaran (TK), daya beda (DB), reliabilitas soal, dan untuk mengetahui kekuatan masing-masing opsi dalam soal (analisis opsi) khusus untuk mata pelajaran geografi. Hasil penelitian menunjukkan soal UAS geografi ini memiliki validitas kurikuler yang baik dan validitas item yang jelek. Proporsi distribusi tingkat kesukaran soal geografi adalah jelek sedangkan daya beda soal adalah cukup baik. Soal UAS Geografi ini memiliki hasil reliabilitas yang tinggi yaitu dengan hasil perhitungan 0,7423 baik untuk taraf kepercayaan 0,05 maupun 0,01. Pada analisis opsi diperoleh hasil yaitu sebagian

(9)

besar soal memiliki distraktor yang jelek, artinya dari 4 distraktor yang disiapkan ada rata-rata 3 distraktor yang tidak berfungsi sama sekali dalam mengecoh peserta didik.

Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan Dini Kurniawati dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas soal ulangan akhir semester. Penelitian yang dilakukan Dini Kurniawati menggunakan validasi, sedangkan peneliti ini menggunakan kata kualitas. Kemudian perbedaannya terletak pada soal, semester, mata pelajaran, sekolah dan tahun pelajaran.

E. Kerangka Teori

1. Ujian Akhir Semester

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan disebutkan bahwa ujian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Sedangkan ujian akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Mengukur di sini berarti menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji pencapaian kompetensi peserta didik dalam bentuk tes hasil belajar.

(10)

Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.3

Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester tersebut. Ulangan akhir semester ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini adalah mata pelajaran fiqh.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik.4 Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh materi yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik.

Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, diantaranya adalah:

a. Validitas b. Reliabilitas c. Objektivitas d. Praktikabilitas

3 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 259.

(11)

e. Ekonomis5

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang analisis kualitas tes hasil belajar ditinjau dari tingkat kesukaran, daya pembeda, fungsi pengecoh, validitas dan reliabilitas butir soal.

a. Tingkat Kesukaran

Berkualitas atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar dapat dianalisis dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing soal yang diujikan kepada siswa. Butir soal yang baik adalah apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah atau dengan kata lain derajat kesukaran item adalah berada pada kategori sedang atau cukup.6

Menurut Crocker dan Algina yang dikutip dari buku evaluasi hasil

belajar mengatakan tingkat kesukaran didefinisikan sebagai proporsi siswa

peserta tes yang menjawab benar.7

Dari pengertian di atas bisa disimpulkan Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu.

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 57.

6

Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 188 7 Ibid., hlm. 99

(12)

b. Daya Beda

Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.8 Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendeskriminasikan) antara siswa yang berkemampuan tinggi (pintar) dengan siswa yang berkemampuan rendah sehingga siswa yang pintar akan menjawab dengan benar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang kurang pintar.9

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antar 0,00 sampai 1,00.10

Dilihat dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa daya beda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.

8 Ibid., hlm. 102 9

Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 386

(13)

c. Pengertian Pengecoh (distractor)

Pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Misalnya: pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci jawabannya adalah salah maka benar merupakan pengecoh. Pada soal objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a, b, c, d dan kunci jawabnya adalah c maka a, b, d, merupakan pengecoh.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa Fungsi pengecoh (distraktor) adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia

d. Pengertian Validitas

Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken dalam buku Evaluasi

Pendidikan, mengatakan “validity of a test has been defined as the extent to

which the test measures what it was designed to measure” (Validitas tes didefinisikan sebagai sejauh mana tes mengukur apa yang dirancang untuk mengukur ).12 Mengutip dari Cureton dalam buku Evaluasi Pendidikan,

bahwa “ The essential question of test validity is how well a test does the job

it is employed to do” (Pertanyaan penting dari uji validitas adalah seberapa baik tes melakukan pekerjaan itu digunakan untuk melakukan).13 Selanjutnya, Sutrisno Hadi dalam buku Evaluasi Pendidikan menyatakan

11 Purwanto, Op. Cit, hlm. 75 12

Fajri Ismail, Evaluai Pendidikan, (Palembang : Tuna Gemilang Press, 2014), hlm. 215 13 Ibid., hlm. 216

(14)

“keshahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrument untuk

mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran”.14

Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan diukur.15 Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai16

Anasti dan Urbina dalam buku Evalusai Hasil Belajar menjelaskan validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya.17

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Dan dapat diberikan pengertian bahwa:

1. Validitas berkaitan dengan pengukuran

2. Validitas memberikan informasi berkaitan dengan tujuan

3. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya di ukur.

14 Ibid., hlm. 216

15 Purwanto, Op. Cit., hlm. 114

16 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.12

(15)

Djali dan Pudji Mulyono dalam buku Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa ada tiga jenis validitas yag sering digunakan dalam penyusunan instrument yakni validitas isi, validitas bangun pengertian, dan empiris.18 1) Validitas Isi

Menurut Gregory dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan

“validitas ini menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir

dalam suatu tes atau instrument mampu mewakili secara keseluruhan

dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut”. 19

Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrument mengukur isi yang harus diukur. Ciri khusus validitas isi ini adalah validitas ini mendasarkan pada analisis logika, tidak dihitung secara statistik.20

2) Validitas konstruk

Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang melihat dari segi susunan, kerangka atau rekaannya21. Menurut Sopiah dan Sangaji sebagaimana dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan

“mengatakan bahwa validitas konstruk menunjuk kepada seberapa jauh

18 Fajri Ismail, Loc. Cit, hlm. 216 19 Ibid., hlm. 217

20

Anas Sudijono, Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm. 164 21 Ibid., hlm. 166

(16)

suatu tes mengukur sifat atau bangunan pengertian (konstruk) tertentu dan validitas ini penting bagi tes-tes yang digunakan untuk menilai kemampuan dan sifat-sifat kejiwaan seseorang termasuk sikap, bakat,

minat, konsep diri, motivasi dan sebagainya”.22

Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku

Evaluasi Pendidikan “mengatakan bahwa untuk menentukan validitas

konstruk suatu instrument harus dilakukan melalui proses penelahaan teoritis dari suatu konsep variable yang hendak kita ukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrument”23.

3) Validitas empiric

Validitas empirik merupakan validitas yang didasarkan pada analisa data empirik yang bersumber atau didapatkan dari pengamatan di lapangan. Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan menjelaskan bahwa validitas empirik sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrument itu sendiri yang menjadi kriteria,

22

Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 224 23 Ibid.,

(17)

sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrument atau tes lain di luar instrument itu sendiri yang menjadi kriteria.24

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid secara empirik apabila tes itu diuji dan dianalisa berdasarkan hasil yang didapat dari lapangan.

Validitas butir soal item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.25 Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku Evaluasi

Pendidikan mengatakan bahwa “validitas butir soal merupaka validitas internal di

mana validitas butir soal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir

tersebut konsisten dengan hasil ukur instrument secara keseluruhan”.

e. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliable yang artinya dapat dipercaya.26 Secara etimologi reliabilitas mengisyaratkan bahwa reliabilitas dalam kontek hasil belajar adalah sejauh mana tes tersebut dapat dipercaya dan diandalkan.27 Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya28

Beberapa ahli memberikan batasan tentang reliabilitas. Menurut Thordike dan Hagen yang dikutip dari buku Evaluasi Hasil Belajar

24 Ibid., hlm. 226

25 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 182 26 Purwanto, Op. Cit, hlm. 153 27

Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 249 28 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm.16

(18)

“reliabilitas berkaitan dengan akurasi instrumen dalam mengukur yang

hendak diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya

dilakukan pengukuran ulang”.29

Menurut Hopkin dan Antes yang dikutip

dari buku Evaluasi Hasil Belajar menyatakan “reliabilitas sebagai

konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada

satu objek maupun sejumlah objek.”.30

Menurut Kusaeri yang dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa “reliabilitas memiliki karakteritik sebagai berikut: 1) reliabilitas merujuk pada hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes, bukan merujuk kepada instrumennya sendiri. 2) reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum cukup untuk syarat validitas. 3) reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik”.31

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu keajegan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur.

F. Definisi Operasional

Kualitas tes adalah taraf baik atau buruknya suatu tes untuk mencapai penyempurnaan secara berkesinambungan sehingga sesuai dengan persyaratan tes.

29 Purwanto, Loc. Cit, hlm. 154 30

Ibid., hlm. 154

(19)

Tes hasil belajar adalah alat untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik.

Ujian akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Mata Pelajaran Fiqh adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

G. Metodologi Penelitian

Metode berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi metodologi

adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan fikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.32 Jika kita kaitkan dengan penelitian maka metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan fikiran secara seksama agar tercapai suatu tujuan.33

32 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hal.1 33

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm.11

(20)

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang menjadi sumber sampel.34 Bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa unit populasi disebut contoh atau sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 3 Madrasah Aliyah Negeri di Kota Palembang siswa siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri di Kota Palembang yang berjumlah 800 orang.

Tabel 1 Anggota Populasi

No Nama Sekolah Jumlah

1 MAN 1 Palembang 200 orang 2 MAN 2 Palembang 250 orang 3 MAN 3 Palembang 290 orang

Jumlah 840 orang

Sedangkan, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.35 Penarikan sampel dalam penelitian ini berdasarkan simple random sampling atau pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu.36 Adapun yang menjadikan sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 211 orang.

34 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 130.

35Ibid, hlm. 131. 36

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 121.

(21)

Tabel 2 Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Siswa-siswi per kelas 1 Kelas XI MAN 1 Palembang 66 orang

2 Kelas XI MAN 2 Palembang 71 orang 3 Kelas XI MAN 3 Palembang 74 orang

Jumlah 211 orang

Cara menentukan ukuran sampel, dalam hal ini penulis menggunakan tingkat kesalahan 10% dengan rumus sebagai berikut:

a. MAN 1 Palembang

=

66

Jadi yang dijadikan sampel di MAN 1 Palembang sebanyak 66 orang b. MAN 2 Palembang

(22)

Jadi yang dijadikan sampel di MAN 2 Palembang sebanyak 71 orang c. MAN 3 Palembang

=

74

Jadi yang dijadikan sampel di MAN 3 Palembang sebanyak 74 orang 2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan dengan lokasi Madrasah Aliyah Negeri di Kota Palembang. Penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.37

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif yaitu dengan menganalisis data dengan menggunakan statistik. b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

(23)

1. Sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari objek penelitian. Objek penelitian disini adalah soal tes ujian akhir semester kelas XI mata pelajaran fiqh di Kota Palembang tahun 2014.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan, buku, maupun lembaga-lembaga terkait yakni orang-orang yang dapat memberikan keterangan tentang objek penelitian seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan semua aspek yang mendukung penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.38 Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data butir-butir soal, kunci jawaban, dan hasil tes siswa.

5. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoeh dari hasil penelitian sehingga dapat mudah dipahami. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisis statistik.

(24)

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan serta memudahkan dalam pembahasan serta memudahkan bagi para pembaca untuk memahami isi dari skripsi ini disusun dengan per bab. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II Landasan Teori yang membahas tentang pengertian tes hasil belajar, ujian akhir semester, pengertrian derajat kesukaran, pengertian daya pembeda soal, pengertian pengecoh (distactor) butir soal, pengertian validitas dan pengertian reliabilitas.

BAB III Kondisi umum yang berisikan tentang sejarah berdirinya Madrasah-madraah Aliyah Negeri di Kota Palembang, jumlah siswa, guru, karyawan, struktur organisasi dan sarana prasarana.

BAB IV Analisis data tentang kualitas tes hasil belajar soal ujian akhir semester kelas XI mata pelajaran fikih Madrasah Aliyah Negeri di Kota Palembang Tahun Ajaran 2014.

(25)

BAB II

KUALITAS TES HASIL BELAJAR A. Tes

1. Pengertian Tes

Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu tanah, dan sebagainya. Menurut Anne Anastasi, “Tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan

keadaan psikis atau tingkah laku individu”.39

Zainal Arifin mengartikan tes sebagai suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.40 Di sisi lain, menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu sama lain.41

Dari pengertian beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam rangka

39 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2011), hlm. 66

40

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.118 41 Anas Sudijono, Op.Cit., hlm 66

(26)

pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Tes tersebut dapat berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Macam-macam Tes

Sebagai alat pengukur dan penilai dalam evaluasi hasil belajar, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan. Secara garis besar, tes sebagai alat evaluasi digolongkan menjadi dua macam yaitu tes dan bukan tes (non tes).

Tes dapat digolongkan menjadi beberapa macam yaitu:

a) Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan / Kemajuan Belajar Peserta Didik

b) Kemajuan Belajar Peserta Didik. 1) Tes Seleksi 2) Tes Awal 3) Tes Akhir 4) Tes Diagnostik 5) Tes Sumatif 6) Tes Formatif

c) Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkapkan. 1) Tes Intelegensi

2) Tes Kemampuan 3) Tes Sikap

4) Tes Kepribadian 5) Tes Hasil Belajar d) Penggolongan Lain –lain

1) Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes. a) Tes Individual.

b) Tes Kelompok.

2) Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes.

a) Power Test b) Speed Test

(27)

3) Dilihat dari segi bentuk responnya.

a) Verbal Test b) Nonverbal Test

4) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban.

a) Tes Tertulis b) Tes Lisan42 B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu

“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu

perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.43

Dengan memperhatikan teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku jiwa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proes belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun pikomotorik.

42

Anas Sudijono, Op.Cit., hlm 68-74

(28)

2. Domain Hasil Belajar

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiawaan yang akan diubah dalam proeses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain: kognitif afektif dan piskomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari tujuh aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi. Seperti

yang diungkapkan Anas Sudijono “Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak)”.44

Menurut Bloom dalam Anas Sudijono segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.45 Pada awalnya Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, akan tetapi Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis. Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember),

44

Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 49 45 Ibid.,

(29)

memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural

knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah afektif merupakan internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila telah memiliki penguasaan yang tinggi pada ranah kognitifnya. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagi tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar seperti yang dikemukakan Nana Sudjana, Kategorinya dimulai dari

(30)

tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, meliputi:

1. Menerima (receiving), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

2. Menjawab (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

3. Penilaian (valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

4. Organisasi (organization), yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai (characterization by a

value or value complex), yakni keterpaduan semua sistem nilai

yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.46

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerak tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan sederhana sampai gerakan yang kompleks. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni:

1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak disadari). 2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dll.

4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada ketrampilan kompleks.

(31)

6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.47

Menurut Anas Sudijono ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.48 Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Penilaian psikomotor memang lebih sulit dan subjektif dibandingkan dalam aspek kognitif karena penilaian psikomotorik memerlukan pengamatan dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi-dimensi yang akan diukur. Apabila pengukuran dalam aspek psikomotor ini tidak dilakukan secara cermat maka aspek subjektivitas akan lebih dominan.

C. Tes Hasil Belajar

1. Pengertian Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik.49 Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh

47 Ibid,.hlm.23 48

Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 57 49 Purwanto, Op .Cit., hlm. 66.

(32)

materi yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik.

Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, diantaranya adalah:50

a. Validitas

Kata valid dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan istilah

shahih. Sebuah tes dapat dikatakan telah memiliki “validitas” apabila tes

tersebut dengan shahih telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur lewat tes tersebut. Dalam pembicaraan evaluasi pada umumnya orang hanya mengenal istilah “valid” untuk alat evaluasi atau instrumen evaluasi.

Hingga saat ini belum banyak yang menerapkan istilah “valid” untuk data.

Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya.

b. Reliabilitas

Reliabilitas sering dikaitkan dengan masalah kepercayaan. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berbeda maka setiap siswa akan tetap berada pada ururan (ranking) yang sama pada kelompoknya.

c. Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor-faktor subjektivitas yang mempengaruhi. Dalam hal ini kaitannya dengan sistem pemberian skor terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada penyusun tes. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

d. Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:

50

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 57.

(33)

1. Mudah dilaksanakan 2. Mudah pemeriksaannya

3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

e. Ekonomis

Yang dimaksud ekonomis adalah pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Menurut Daryanto menjelaskan 4 cara dalam menilai soal yang baik: a. Meneliti secara jujur soal-soal yang disusun, kadang-kadang terdapat

ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran atau penyebab lainnya dari soal-soal tersebut. Dalam hal ini secara kualitatif kita membuat serangkaian pertanyaan-pertanyaan, misalnya: a) apakah pertanyaan setiap topik sudah seimbang? b) apakah semua soal sudah memuat dan menanyakan bahan yang telah diajarkan? c) apakah soal yang kita susun memiliki pertanyaan yang membingungkan (dapat disalah artikan)? d) apakah soal yang kita buat sudah mengacu kepada SK, KD dan indikator? e) apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti? f) apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?

b. Mengadakan analisis soal dimana analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun fungsinya adalah: a) membantu mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek. b) memperoleh informasi yang akan digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut. c) memperoleh gambaran secara sekintas tentang keadaan yang kita susun. c. Menguji dengan cara menvalidasi tes tersebut dan validasi yang paling

penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk mengadakan checking bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut. Validasi kurikuler sangat cocok digunakan pada kurikulum saat ini karena memiliki SK, KD dan indikator dalam setiap proses pembelajaran.

d. Menguji dengan cara mengecek tingkat reliabilitas soal tersebut. Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes yang mempunyai daya pembeda tinggi.51

(34)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu tes hasil belajar dapat dikatakan baik apabila tes itu diuji dan dianalisa berdasarkan hasil yang didapat dari lapangan.

2. Ciri-ciri Kualitas Tes Hasil Belajar

Analisis kualitas tes merupakan suatu tahapan yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes. Dalam penilaian hasil belajar diharapkan tes dapat menggambarkan hasil yang objektif dan akurat. Dalam melaksanakan analisis kualitas tes, pembuat soal dapat melakukan analisis secara kualitatif, dalam kaitannya dengan isi dan bentuk, dan analisis secara kuantitatif dalam kaitannya dengan ciri-ciri statistikanya atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup tingkat kesukaran, daya beda, fungsi pengecoh, validitas dan reliabilitas soal.

a. Tingkat Kesukaran

Berkualitas atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar dapat dianalisis dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing soal yang diujikan kepada siswa. Butir soal yang baik adalah apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

(35)

mudah atau dengan kata lain derajat kesukaran item adalah berada pada kategori sedang atau cukup.52

Menurut Crocker dan Algina yang dikutip dari buku evaluasi hasil belajar mengatakan tingkat kesukaran didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar.53

b. Daya Beda

Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.54 Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendeskriminasikan) antara siswa yang berkemampuan tinggi (pintar) dengan siswa yang berkemampuan rendah sehingga siswa yang pintar akan menjawab dengan benar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang kurang pintar.55

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antar 0,00 sampai 1,00.56

52 Fajri Ismail, Evaluai Pendidikan, (Palembang : Tuna Gemilang Press, 2014), hlm. 188 53 Ibid., hlm. 99

54 Ibid., hlm. 102 55

Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 386

(36)

c. Pengertian Pengecoh (distractor)

Pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Misalnya: pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci jawabannya adalah salah maka benar merupakan pengecoh. Pada soal objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a, b, c, d dan kunci jawabnya adalah c maka a, b, d, merupakan pengecoh.57

Dengan demikian, efektivitas distractor adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distractor tersebut, maka distractor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

d. Pengertian Validitas

Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken dalam buku Evaluasi

Pendidikan, mengatakan “validity of a test has been defined as the extent to which the test measures what it was designed to measure” (Validitas tes

didefinisikan sebagai sejauh mana tes mengukur apa yang dirancang untuk mengukur ).58 Mengutip dari Cureton dalam buku Evaluasi Pendidikan,

bahwa “ The essential question of test validity is how well a test does the

job it is employed to do” (Pertanyaan penting dari uji validitas adalah

57

Purwanto, Op. Cit, hlm. 75 58 Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 215

(37)

seberapa baik tes melakukan pekerjaan itu digunakan untuk melakukan).59 Selanjutnya, Sutrisno Hadi dalam buku Evaluasi Pendidikan menyatakan

“keshahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrument untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran”.60

Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan diukur.61 Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.62

Anasti dan Urbina dalam buku Evalusai Hasil Belajar menjelaskan validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya.63

Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.64 Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut.65

Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.

59 Ibid., hlm. 216 60 Ibid.,hlm.216 61

Purwanto, Op. Cit., hlm. 114 62 Nana Sudjana, Op.Cit., hlm.12 63 Ibid.,hlm. 153

64

Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 2011), hlm. 122.

65

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 31.

(38)

Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Dan dapat diberikan pengertian juga bahwa:

1. Validitas berkaitan dengan pengukuran

2. Validitas memberikan informasi berkaitan dengan tujuan

3. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya di ukur.

Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi Fiqh belum tentu

valid untuk bidang yang lain misalnya bidang Qur’an Hadits. Validitas

memiliki beberapa karakteristik, antara lain:66

1. Menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya.

2. Menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid.

3. Tidak berlaku umum. Suatu tes Fiqih menunjukkan validitas tinggi untuk mengukur keterampilan memahami, tetapi hanya sedang dalam memahami kemampuan berpikir tentang Fiqh, bahkan rendah dalam memprediksi keberhasilan dalam fiqh untuk masa yang akan datang.

66

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 228-229.

(39)

Ada dua unsur penting dalam validitas. Pertama, validitas menunjukan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Sebagaimana pendapat R.L. Thorndike dan H.P. Hagen bahwa “validity is always in relation to a specific decision or use” (Validitas selalu dalam kaitannya dengan keputusan tertentu atau penggunaan). Sementara itu, Gronlund mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes, yaitu:67

1. Faktor instrumen evaluasi

2. Faktor administrasi evalusai dan penskoran 3. Faktor dari jawaban peserta didik

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes dan faktor yang berasal dari peserta didik yang bersangkutan.68

a. Faktor yang berasal dari dalam tes.

Beberapa sumber yang pada umumnya berasal dari faktor internal tes evaluasi di antaranya sebagai berikut:

1. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.

2. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, terlalu sulit.

3. Item-item tes dikonstruksi dengan jelek.

4. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima peserta didik.

5. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.

6. Jumlah item tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel materi pembelajaran.

7. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi peserta didik.

67 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 247-248.

(40)

b. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor. Faktor ini dapat mengurangi validitasi interpretasi tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya berasal dari proses administrasi dan skor.

1. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga peserta didik dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa.

2. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara peserta didik yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.

3. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua peserta didik.

4. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, misalnya pada tes esai, juga dapat mengurangi validitas tes evaluasi.

5. Peserta didik tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.

6. Adanya joki (orang lain bukan peserta didik) yang masuk dan menjawab item tes yang diberikan.

c. Faktor-faktor yang berasal dari jawaban peserta didik Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban peserta didik daripada interpretasi item-item pada tes evaluasi. Sebagai contoh, sebelum tes para peserta didik menjadi tegang karena guru pengampu mata pelajaran dikenal killer, galak dan sebagainya sehingga peserta didik yang ikut tes banyak yang gagal. Contoh lain, ketika peserta didik melakukan tes penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga para peserta didik tidak dapat konsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas instrumen evaluasi.

Djali dan Pudji Mulyono dalam buku Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa ada tiga jenis validitas yag sering digunakan dalam penyusunan instrument yakni validitas isi, validitas bangun pengertian, dan empiris.69 1. Validitas Isi

Menurut Gregory dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan “validitas ini menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrument mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional

perilaku sampel yang dikenai tes tersebut”. 70

69

Fajri Ismail, Loc. Cit, hlm. 216 70 Ibid., hlm. 217

(41)

Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrument mengukur isi yang harus diukur. Ciri khusus validitas isi ini adalah validitas ini mendasarkan pada analisis logika, tidak dihitung secara statistik.71

2. Validitas Konstruk

Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang melihat dari segi susunan, kerangka atau rekaannya72. Menurut Sopiah dan Sangaji sebagaimana dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan “mengatakan bahwa validitas konstruk menunjuk kepada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangunan pengertian (konstruk) tertentu dan validitas ini penting bagi tes-tes yang digunakan untuk menilai kemampuan dan sifat-sifat kejiwaan seseorang termasuk sikap, bakat, minat, konsep diri, motivasi

dan sebagainya”.73

Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku Evaluasi

Pendidikan “mengatakan bahwa untuk menentukan validitas konstruk

suatu instrument harus dilakukan melalui proses penelahaan teoritis dari suatu konsep variable yang hendak kita ukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrument”74.

3. Validitas empirik

Validitas empirik merupakan validitas yang didasarkan pada analisa data empirik yang bersumber atau didapatkan dari pengamatan di lapangan. Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan menjelaskan bahwa validitas empirik sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrument itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrument atau tes lain di luar instrument itu sendiri yang menjadi kriteria.75

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid secara empirik apabila tes itu diuji dan dianalisa berdasarkan hasil yang didapat dari lapangan.

71 Anas Sudijono, Op.Cit,. hlm. 164 72 Ibid., hlm. 166

73 Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 224 74

Ibid.,

(42)

Validitas butir soal item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.76 Menurut Djali dan Pudji Mulyono seperti dikutip dari buku

Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa “validitas butir soal merupaka

validitas internal di mana validitas butir soal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur instrument secara

keseluruhan”.

e. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliable yang artinya dapat dipercaya.77 Secara etimologi reliabilitas mengisyaratkan bahwa reliabilitas dalam kontek hasil belajar adalah sejauh mana tes tersebut dapat dipercaya dan diandalkan.78 Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya79

Beberapa ahli memberikan batasan tentang reliabilitas. Menurut Thordike dan Hagen yang dikutip dari buku Evaluasi Hasil Belajar

“reliabilitas berkaitan dengan akurasi instrumen dalam mengukur yang

hendak diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya

76 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 182 77 Purwanto, Op. Cit, hlm. 153 78

Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 249 79 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm.16

(43)

dilakukan pengukuran ulang”.80

Menurut Hopkin dan Antes yang dikutip

dari buku Evaluasi Hasil Belajar menyatakan “reliabilitas sebagai

konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik

pada satu objek maupun sejumlah objek.”.81

Menurut Kusaeri yang

dikutip dari buku Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa “reliabilitas

memiliki karakteritik sebagai berikut: 1) reliabilitas merujuk pada hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes, bukan merujuk kepada instrumennya sendiri. 2) reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum cukup untuk syarat validitas. 3) reliabilitas utamanya berkaitan dengan

statistik”.82

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.83

Menurut Nana Sudjana, “Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya”. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang

80 Purwanto, Loc. Cit, hlm. 154 81 Ibid., hlm. 154

82

Fajri Ismail, Op. Cit., hlm. 250

83

(44)

relatif sama.84 Hal senada juga diungkapkan Chabib Thoha “reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan”. Artinya, suatu tes memiliki keterandalan jika tes tersebut dipakai mengukur berulang ulang hasilnya sama.85

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu keajegan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur. Reliabilitas merupakan salah satu persyaratan bagi sebuah tes. Reliabilitas sebuah soal perlu karena sebagai penyokong terbentuknya validitas butir soal sehingga sebuah soal yang valid biasanya reliabel. 3. Fungsi Tes Hasil Belajar

Tes sebagai instrumen dalam kegiatan evaluasi memiliki makna tersendiri dalam dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran. Tes merupakan prosedur yang sistematis dipandang sebagai alat dan teknik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tes banyak digunakan oleh seorang guru untuk melakukan evaluasi hasil belajar. Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah

84 Nana Sudjana, Op.Cit., hlm 16

85

M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 118

(45)

dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.86

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar afektif dan psikomotor.87 Dengan demikian fungsi tes sebagai instrumen evaluasi adalah untuk mengukur prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Selain itu tes juga berfungsi untuk mengukur keberhasilan mutu program pengajaran.

1. Macam-macam dan Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar a. Macam-macam Tes Hasil Belajar

THB dapat di kelompokkan kedalam beberapa kategori. Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, THB dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik dan tes penetapan.

86

Anas Sudijono. Op.Cit, hlm 67 87Nana Sudjana.Op.Cit.hlm 35

(46)

Tes formatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang berarati membentuk. Jadi yang dimaksud dengan tes formatif yaitu suatu tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tes formatif dalam praktik pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.

Tes sumatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “sum”

yang artinya jumlah atau total. Jadi tes sumatif adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester. Dalam praktik pembelajaran tes sumatif dikenal sebagai ujian semester.

Tes hasil belajar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik adalah tes diagnostik. Dalam tes diagnostik tes hasil belajar digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Berdasarkan pemahaman mengenai siswa bermasalah dan masalahnya maka guru dapat mengusahakan pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan masalahnya.

Tes penetapan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Misalnya siswa yang masuk ke sekolah

(47)

SMA memperoleh tes penetapan untuk menempatkan siswa ke dalam kelompok IPA,IPS, atau BAHASA. Sebagai pribadi, setiap siswa bersifat unik dan mempunyai kebutuhan pembelajaran yang khas, sehingga memerlukan layanan pembelajaran yang bersifat individual.88

b. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar

THB dapat berbentuk objektif dan esai. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Dibandingkan tes objektif, soal esai mempunyai beberapa keunggulan yaitu pertama, kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi. Kedua, memberi kesempatan pada siswa untuk menyusun jawaban sesuai pikirannya sendiri. Meski soal esai sangat berguna, namun memilki beberapa kelemahan. Pertama, terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda ata situasi berbeda. Kedua, tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak. Ketiga, penggunaan tes esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai. 89

Tes Objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Tes objektif memiliki beberapa

88 Gronlund, Norman E dan Linn, Robert L. (1990). Measurement and Evaluation in

teaching. New York.

(48)

keunggulan. Pertama, penilaiannya yang sangat objektif, dengan sebuah jawaban yang hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah. Kedua, dalam tes bentuk objektif kemungkinan dapat di tulis butir soal dalam jumlah banyak. Disamping kelebihan itu tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, tes objektif kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat. Kedua, peluang melakukan tebakan sangat tinggi, karena siswa akan menggunakan informasi yang diingatnya untuk menjawa soal.90

90

Gambar

Tabel 1  Anggota Populasi
Tabel 2  Jumlah Sampel
Grafik Kualitas Tes Hasil Belajar Ditinjau dari Tingkat Kesukaran
Grafik Kualitas Tes Hasil Belajar Ditinjau dari Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikianlah informasi yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan dengan adanya 55+ Contoh Soal UAS Seni Budaya Kelas 10 SMA/MA dan Kunci Jawabnya Terbaru ini para siswa akan

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keungan dan non keuangan yang terdapat dalam website perusahaan dan Volume perdagangan saham yang

Pada pengukuran Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.55 mengklasifikasikan aset keuangan dengan dapat diukur dengan nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi

Serta pelayanan publiknya pun masih sangat rendah dalam melakukan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat kurangnya kebijakan atau peraturan yang ada dikantor kelurahan koya barat

PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF ADVENTURE GAME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) di dalam maupun di luar rumah kaca, menghitung nilai evapotranspirasi

UNIT LAYANAN PENGADAAN MAHKAMAH AGUNG RI KORWIL SULSELBAR PADA EMPAT LINGKUNGAN

Putra Remaja Rute Yogyakarta-Merak ” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta4.