• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALOPATRIK REVISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALOPATRIK REVISI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP TERJADINYA SPESIASI ALOPATRIK KONSEP TERJADINYA SPESIASI ALOPATRIK

Oleh : Oleh : Nama

Nama : : Rahma Rahma AdilahAdilah NIM

NIM : : B1A015074B1A015074 Rombongan

Rombongan : : IVIV Kelompok

Kelompok : : 22 Asisten :

Asisten : Prafangasta Rifki Indriaika SariPrafangasta Rifki Indriaika Sari

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIPENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO PURWOKERTO 2017 2017

(2)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang  berlangsung sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga merupakan perkembangan makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dari bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek. Evolusi juga dapat diartikan proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama (Widodo, 2013).

Seperti diketahui bahwa keanekaragaman muncul melalui cladogenesis. Cladogenesis merupakan bentuk penyimpangan dari perbedaan genetic dari nenek moyangnya. Perbedaan genetic ini disebabkan karena adanya variasi genetic dalam satu keturunan. Variasi ini sebagai hasil meiosis dan rekombinasi pada fertilisasi organisme. Jadi fertilisasi organisme merupakan factor yang sangat penting dalam  proses terjadinya variasi ini. Semakin bervariasi, semakin beranekaragam spesies

yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak spesies baru yang bermunculan (Corebima, 2000).

Spesiasi atau proses pembentukan spesies baru merupakan bagian penting dari proses evolusi yang pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh interaksi individu. Ada sejumlah mekanisme yang mengatur berhasil tidaknya perkawinan memperoleh keturunan. Bermacam-macam barier terdapat pada suatu spesies atau kelompok spesies dan biasanya barier yang bekerja tidak bekerja secara unik, tetapi beberapa  barier bekerja sekaligus. Proses spesiasi berlangsung sangat efektif pada pulau atau

daerah yang terisolasi, karena memang kalau ditinjau dari segi genetik, maka frekuensi gen yang jarang di daerah yang luas akan dapat menjadi sangat efisien di daerah yang terbatas luasnya (Wallace, 1992).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara konsep terjadinya spesiasi alopatrik adalah: 1. Memahami konsep spesiasi.

2. Memahami konsep spesiasi pada ikan.

3. Menggunakan software  aplikasi komputer yang mendukung penelitian tentang konsep terjadinya spesiasi

(3)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya Spesiasi merupakan terbentuknya spesies baru. Terdapat dua proses yang mengakibatkan terbentuknya spesiasi yaitu spesiasi baru dan spesiasi yang terbentuk karena isolasi reproduksi, seperti dalam poliploidi dan spesies baru terbentuk karena rekonstruksi genetik secara gradual didalam populasi. Model spesiasi ada tiga macam, yaitu spesiasi alopatrik, spesiasi parapatrik dan spesiasi simpatrik (Wallace, 1992). Mekanisme spesiasi telah menjadi topik utama dalam ilmu evolusioner.  Namun, pertanyaan yang jarang ditanyakan meliputi bagaimana kecepatan pada spesies baru yang diciptakan tergantung pada sejarah kehidupan organisme, struktur geografis, stabilitas habitat, sistem perkawinan, interaksi spesies, dan lain-lain (Yamaguchi & Yoh, 2013).

Model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Spesiasi Alopatrik

Kata Allopatrik berasal dari bahasa latin allos yang artinya berbeda, dan patria yang artinya daerah asal (Starr dan Taggart, 1984). Odum (1993) menyatakan spesiasi allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang terjadi melalui  pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi allopatrik ini. Proses spesiasi allopatrik didahului oleh pemisahan suatu populasi menjadi dua  group  (subpopulasi) yang dikarenakan adanya barier ruang. Selanjutnya kedua subpopulasi tersebut akan menempuh rute evolusi yang  berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan lainnya pada akhirnya. Sehingga  pada saat kedua subpopulasi tersebut bertemu kembali di suatu wilayah, mereka tidak dapat melakukan perkawinan (tidak dapat melakukan pertukaran gen-gen) (Wallace, 1992).

2. Spesiasi Parapatrik

Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang  berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga

(4)

spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo, 2003). Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis. Meski hanya terhalang sungai, setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin. Seleksi  parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi

induk.

3. Spesiasi Simpatrik

Kata Simpatrik artinya adalah daerah asal yang sama (Starr dan Ralph, 1984). Spesiasi simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi karena tinggal/terdapat pada daerah yang sama, dalam hal ini perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan mudah. Mekanisme terjadinya spesiasi simpatrik adalah diawali dengan adanya suatu  populasi. Selanjutnya bagian dari populasi tersebut mengalami perbedaan genetik. Dari perubahan genetik tersebut maka terjadilah isolasi reproduksi (Odum, 1993).

4. Spesiasi Peripatrik 

Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah,  baik secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru  berpisah dari populasi induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke

terbentuknya evolusi (Mallet, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya spesiasi yaitu: 1. Isolasi Geografis

Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi adalah pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang sama masih berhubungan secara langsung atau tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri - sendiri. Semakin lama

(5)

kedua populasi tersebut akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya sendiri (Stearns & Rolf, 2003)

2. Isolasi Reproduksi

Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding  jika kedua populasi itu berkumpul lagi setelah batas  pemisahannya sudah tidak ada (Stearns & Rolf, 2003).

Ikan baceman (sebutan orang Banyumas) atau ikan baung ( Hemibagrus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia dan merupakan komoditas yang  popular dan memiliki nilai ekonomis tinggi di Kalimantan Selatan. Ikan baung hidup di dasar atau dekat dasar perairan. Ikan baung merupakan ikan dasar yang banyak terdapat di hulu sampai hilir bahkan di air payau seperti muara sungai. Selain itu ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi masyarakat. Ikan baung  bersifat omnivora (pemakan segala macam makanan), antara lain ikan-ikan kecil,

udang-udang kecil, remis, insekta, moluska, dan rumput (Komari et al., 2013).

Perangkat lunak  Molecular Evolutionary Genetics Analysis (MEGA) dikembangkan untuk analisis komparatif urutan DNA dan protein yang bertujuan untuk menyimpulkan pola evolusi gen, genom, dan spesies molekuler dari genotipe. (Tamura et al., 2013). MEGA saat ini didistribusikan dalam dua edisi: edisi antarmuka pengguna grafis (GUI) dengan alat visual untuk eksplorasi data, hasil analisis dan edisi perintah (MEGA-CC), yang dioptimalkan untuk analisis iteraktif dan terpadu (Tamura et al., 2012). Molekuler Evolusioner Genetika Analisis versi 5 (MEGA5), yang merupakan perangkat lunak yang mudah untuk pertambangan secara online database, membangun keberpihakan urutan dan pohon filogenetik, dan menggunakan metode evolusi bioinformatika di dasar biologi, biomedis, dan evolusi.

(6)

BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak preparat, pinset,  jangka sorong, sterofoam, kertas milimeter, jarum pentul, kamera, Komputer/laptop

dan software MEGA 5.05.

Bahan yang digunakan adalah beberapa spesies ikan baceman ( Hemibagrus nemurus) dari sungai Serayu, sungai Banjaran, dan sungai Klawing

B. Metode Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Preparat diletakkan di atas kertas milimeter blok yang telah dialasi dengan  sterefoam.

2. Preparat diukur morfologi tubuhnya berdasarkan titik-titik patokan dan hasilnya digambar dan dicatat.

3. Preparat dihitung jumlah perbedaan pada morfologi dibandingkan dengan  preparat yang lain.

4. Dibuat pohon filogenetik dari jumlah perbedaan morfologi preparat yang sudah dihitung sebelumnya.

5. Hubungan kekerabatan antar prerarat dianalisis lebih lanjut menggunakan  software MEGA 5.05.

(7)

DAFTAR REFERENSI

Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan rekombinasi. Malang: UM Press.

Komari, N., Utami I dan Etty N. 2013. Kandungan Kadmium dan Seng pada Ikan Baung ( Hemibagrus nemurus) di Perairan Trisakti Banjarmasin Kalimantan   Selatan. Jurnal Ilmiah Berkala Sains dan Terapan Kimia, 7(1),pp. 42-49 Mallet, J. 2001. Specie Concept of Encyclopedia of Biodiversity. London: Academic

Press.

Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM press

Starr, C dan Ralph T. 1984. Biology the Unity and Diversity of Life. California: Wadsworth Publishing company.

Stearns, dan Rolf. F. 2003. Evolution an Introduction.USA: OxfordUniversity Press. Tamura, K., Glen S., Daniel P dan Sudhir K. 2012. MEGA-CC: Computing Core of 

Molecular Evolutionary Genetics Analysis Program for Automated and Iterative Data Analysis. Journal Bioinformatics 28(2),pp. 2685

 – 

2686.

Tamura, K., Glen S., Daniel P., Alan F dan Sudhir K. 2013. MEGA6: Molecular  Evolutionary Genetics Analysis Version 6.0. Journal Molecular Biology and    Evolution, 30 (12),pp. 2725-2729.

Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher Inc. Waluyo, L. 2005.  Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang Press

Widodo. 2003. Evolusi. Malang: UM Press

Yamaguchi, R dan Yoh I. 2013. First Passage Time to Allopatric Apeciation. The Royal Society Publishing ,3(6),pp. 1-11.

Referensi

Dokumen terkait

DEGRADASI LAHAN PADA SAWAH BEKAS PERTAMBANGAN BATU BATA DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 (Sebagai Bahan Pengayaan dalam Pembelajaran Geografi Pada

Tujuan dari kegiatan pengabdian ini yaitu: 1) melatih KSM Pasar Sampangan Baru mengolah sampah organik menjadi pupuk organik yang siap jual. 2) membantu peme- rintah

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

masyarakat dalam mencari informasi tempat ibadah yang berada di kecamatan Toboali.tempat ibadah merupakan hal yang penting yang harus ada disetiap daerah. Sarana tempat

Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Treatment Approaches : Food First for Weight Management

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Keberhasilan pengendalian hayati tergantung akan : spesifik inang, keterkaitan akan hama, pertumbuhan yang cepat, mampu bertahan dengan sedikit hama dan memiliki kemampuan mencari

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf