• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Tinjauan Pustaka 03

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II - Tinjauan Pustaka 03"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

jumlah yang berbeda-beda, hal ini menunjukkan bahwa bahan-bahan dalam pengolahan brownies tidak mengalami perubahan sejak ratusan tahun yang lalu.

Brownies merupakan produk yang memiliki tekstur yang lembut, lembab dan berwarna coklat. Brownies merupakan variasi antara cake dan cookies sehingga sering disebut chewy type cookies (Sultan, 1969).

Brownies merupakan salah satu jenis cake yang berwarna coklat kehitaman. Berdasarkan cara pengolahan, brownies terdapat dua macam yaitu brownies kukus dan brownies oven. Struktur dari brownies adalah memiliki keseragaman pori remah ketika dipotong dan saat dikonsumsi karena tekstur yang lembut, lembab dan menghasilkan flavor yang baik.

Brownies mempunyai tekstur lebih keras dari cake karena tidak membutuhkan pengembangan yang tinggi (Sulistiyo, 2006). Secara umum, komposisi brownies terdiri dari tepung terigu, gula pasir, mentega, telur, coklat, dan bahan lain seperti keju, almond, mente dan sebagainya. Gambar dari brownies dapat dilihat pada Gambar 2.1. di bawah ini.

(2)

Gambar 2.1. Brownies

Sumber : Ferona (2011) 1. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah bahan pokok dalam pembuatan produk

bakery. Tepung Lunak (Soft Flour) digunakan dalam pembuatan brownies

dimana kandungan proteinnya rendah (weak flour) yaitu sebesar 7-9%. 2. Margarin

Lemak nabati jenuh merupakan lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan cake seperti margarin. Margarin adalah bahan pangan berlemak dalam bentuk emulsi air dalam lemak yang ditambahkan bahan-bahan bukan lemak (vitamin, zat warna, bahan-bahan pengawet dan garam dapur) (Ketaren, 2008). Margarin merupakan salah satu shortening yang dapat digunakan untuk mengempukkan, melembabkan, dan melezatkan

brownies. Lemak berfungsi sebagai pemerangkap udara yang tergabung selama proses pengocokkan, melembutkan tekstur, memberikan flavor yang spesifik dan memberikan keempukan. Lemak cenderung membentuk cekungan kecil yang dikelilingi oleh gelembung gas, cekungan ini terdistribusi dalam crumb (Charley, 1982).

3. Telur

Pada pembuatan brownies digunakan bagian putih dan kuning telur yang berfungsi sebagai pengempuk dan sekaligus sebagai pengeras produk. Telur juga berfungsi sebagai pengemulsi disebabkan oleh gugus

(3)

karena gula dapat meningkatkan volume dan menstabilkan foam dari putih telur serta menghasilkan brownies dengan tekstur yang lembut (McWilliams, 1997). Gula dapat memperbaiki tekstur dan keempukan dari brownies, dan mengurangi kadar air dari brownies yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Gula berperan penting dalam penyerapan air karena adanya gugus polar yang mempengaruhi gaya tarik terhadap air sehingga gula akan bersaing dengan protein dan pati dalam penguapan air (Sultan, 1969).

Menurut Pomeranz (1991), gula dapat menyebabkan terbentuknya warna melalui reaksi Maillard dan karamelisasi terutama pada bagian

crust, peningkatan aroma akibat terbentuknya asam-asam organik yang besifat volatil seperti 2-metilpropanal, metilbutanal, 2,butadion dan 3-metilbutanal (DeMan, 1999). Selain itu gula dapat menurunkan water activity (Aw) dari suatu produk sehingga memperpanjang umur simpan

brownies.

5. Bahan Pengembang

Bahan pengembang adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan brownies yang berfungsi untuk mengembangkan adonan supaya adonan menggelembung, meningkatkan volume, dan adonan menjadi lebih mengembang saat dipanggang. Jika bahan pengembang dicampurkan ke dalam adonan maka akan terbentuk gas CO2. Gas CO2

(4)

mengembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak. Bahan pengembang yang umum digunakan dalam pembuatan

brownies adalah :

a.

Baking powder

Baking powder merupakan campuran antara sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening acid).

b. Cake emulsifier

Cake emulsifier adalah bahan yang digunakan untuk menstabilkan dan melembutkan adonan cake dan juga dapat menghemat penggunaan telur dalam pembuatan brownies. Contoh cake emulsifier adalah Ovalet, SP, Spontan 88, dan TBM.

c. GMS (Gliserin Monostearat)

GMS adalah emulsifier yang berfungsi untuk mendorong pembentukan dan mempertahankan emulsi agar tetap stabil.

6. Coklat

Menurut Sultan (1969), coklat berperan penting dalam karakteristik rasa dan flavour dari produk bakery. Pada pembuatan

brownies digunakan coklat masak yaitu coklat polos atau tanpa susu

(Plain / Dark Cooking Chocolate). Warna dari coklat ini lebih hitam dan coklat ini lebih awet dibandingkan coklat yang mengandung susu. Dalam pembuatan brownies menggunakan coklat jenis ini dan coklat ini dapat memberikan warna coklat pada brownies.

Pembuatan brownies dibagi menjadi dua macam yaitu :

1.

Brownies panggang atau oven

Brownies ini memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan brownies kukus. Brownies oven memiliki tekstur yang lebih gurih.

(5)

Proses pembuatan brownies secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.2 di bawah ini

Gambar 2.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Brownies

Sumber : Comeford (2010) 1. Pencampuran

Proses ini bertujuan untuk mencampur semua bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies hingga homogen. Pada pencampuran I, mentega dan gula dicampur dengan kecepatan sedang. Selanjutnya pada pencampuran II, telur ditambahkan satu per satu

Pencampuran II Coklat Ekstrak vanila Telur Tepung terigu Pencampuran I Mentega Gula Halus Adonan Pencetakan Pemanggangan Brownies

(6)

dengan kecepatan sedang kemudian ditambahkan coklat dan ekstrak vanila.

2. Pencetakan

Pencetakan dilakukan agar brownies yang terbentuk memiliki bentuk yang baik. Sebelum dilakukan pencetakan dalam loyang, loyang harus dilapisi dengan kertas loyang (parchment paper) dan margarin terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengeluaran produk dari loyang setelah adonan matang.

3. Pemanggangan

Proses pemanggangan bertujuan untuk mematangkan brownies agar dapat matang secara merata dan proses ini dilakukan pada suhu 177°C selama 35 menit. Pada proses ini, sejumlah gas yang terperangkap dalam adonan akan dibebaskan sehingga terjadi pengembangan volume adonan.

2.2 Tepung Kedelai

Tepung Kedelai adalah salah satu produk inovasi dari biji kedelai utuh yang dikeringkan, digiling dan diayak menjadi tepung. Biji kedelai mengandung kadar protein sekitar 40% (Suprapto, 1993). Tepung kedelai kaya akan protein dan nutrisi yang lain. Selain itu, tepung kedelai akan meningkatkan tekstur dan rasa untuk berbagai produk (Anonimous, 2011). Kandungan gizi tepung kedelai secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah ini.

(7)

Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air 29,9 g 195 mg 544 mg 8,4 mg 140 SI 0,77 mg 0 mg 9,0 mg Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996)

Menurut Warisno (2010) dan Koswara (1995) dalam pembuatan tepung kedelai memerlukan beberapa tahapan proses pada Gambar 2.3. yang ditunjukkan di bawah ini.

(8)

Gambar 2.3. Skema Pembuatan Tepung Kedelai Sumber : Warisno dan Kres (2010)

Kedelai Sortasi Perendaman (8 jam) Pengupasan kulit Pencucian Pengukusan (1 jam) Pengeringan Penggilingan Pengayakan (60 mesh) Tepung Kedelai

(9)

benda asing yang tidak diinginkan dalam proses pembuatan tepung. 2. Perendaman

Proses perendaman dilakukan selama 8-16 jam dan proses ini bertujuan untuk :

• Menaikkan kadar air hingga konduktivitas panas biji kedelai lebih baik.

• Mempermudah destruksi antitripsin. 3. Pencucian

Selama proses pencucian, peremasan pada kacang kedelai perlu dilakukan agar kulit biji terlepas dan menghilangkan kotoran-kotoran pada kacang kedelai.

4. Pengukusan

Pengukusan bertujuan untuk menginaktifkan antitripsin dan enzim lipoksigenase sehingga tepung yang dihasilkan bergizi tinggi dan tidak berbau langu.

5. Pengeringan

Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari kacang kedelai agar kering secara sempurna. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penjemuran kacang kedelai selama 2 sampai 3 hari dengan sinar matahari atau pengovenan (50°C selama 8 jam).

(10)

6. Penggilingan

Penggilingan merupakan proses pengecilan ukuran sehingga diperoleh tepung kedelai dengan ukuran partikel yang halus.

7. Pengayakan

Proses pengayakan bertujuan untuk mendapatkan tepung dengan ukuran yang seragam. Pengayakan dilakukan dengan ayakan ukuran 60 mesh, karena akan menghasilkan tepung kedelai dengan kualitas yang baik.

Gambar

Gambar 2.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Brownies Sumber : Comeford (2010)
Gambar 2.3. Skema Pembuatan Tepung Kedelai Sumber : Warisno dan Kres (2010)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi usahatani

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal haemorrhages),

Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan salah satu daerah hasil pemekaran kabupaten Tapanuli Selatan. Perbedaan antara sebelum dan sesudah pemekaran wilayah adalah adanya

Penelitian difokuskan pada status gizi dan latihan fisik sehari-hari para kadet AAL, yang bertujuan untuk mengetahui perubahan antropometri seperti tinggi badan,

Sesuai dengan kajian teori tentang pendapatan desa yang telah dijabarkan sebelumnya terhadap hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan bahwa peran desa

Berdasarkan tabel rekapitulasi variabel X menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada Dinas Perhubungan Kota Medan yang terdiri dari indikator pendidikan dan

NO NAMA SEKOLAH/MADRASAH ALAMAT KECAMATAN ISI PROSES LULUSAN TENDIK SARPRAS PENGELOL AAN PEMBIAYA AN PENILAIAN AKHIR NILAI

Fenil propanoida merupakan turunan dari fenil propana yang mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzena (C 6 ) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C 3