• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RKS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT ( R K S )

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN GEDUNG BETINGKAT

PROYEK : PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 2 LANTAI TYPE 226/240 m2

TAHUN ANGGARAN : 2010

LOKASI : JL. Gejayan – Gg. Endra, Yogyakarta

BAB I

SYARAT – SYARAT UMUM

Pasal 01 : KETENTUAN UMUM

Dalam rangka kegiatan Pembangunan / Rehabilitasi Bangunan Rumah Tinggal mengacu pada ( sepanjang belum Diterbitkan ketentuan yang baru ) : a. Keputusan Bupati / Walikota tentang Harga Satuan Setempat / SEB

Menteri PPN / Ketua BAPPENAS dan Menteri Keuangan tanggal 11 Januari 1999 No. 181 / D.VI / 01 / 1999-SE-07 / A / 21 / 0 / 1999 tentang Harga Satuan Pembangunan Gedung Negara tahun anggaran 1999 / 2000. b. Keputusan Dirjen Cipta Karya No. 295 / KPTS / CK / 1997 tanggal 1

April 1997 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung. c. Kep. Men. PU No. 441 / KPTS / 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung serta No. 468 / KPPS / 98 tentang Persyaratan Teknis Aksebilitas pada Bangunan Gedung.

Pasal 02 : PEMBERI TUGAS PEKERJAAN

Pemberi Tugas Pekerjaan ialah :

NUGROHO, warga Sleman jl. Gejayan Gg Endra.

Pasal 03 : DIREKSI PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pembangunan ini bertindak sebagai Direksi adalah Pengelola Proyek yang terdiri dari : Bimbingan Pelaksanaan Kegiatan (TBPK) yang ditunjuk dengan Keputusan Pemimpin Kegiatan Pembuatan Desain Rumah tinggal Type 226/240 No: ………. Tanggal ………. dan Konsultan Pengawas.

Pasal 04 : P E R E N C A N A

Perencana untuk pekerjaan ini adalah :

PT. TATAREKA PARADYA. Alamat : Dn Mlatidukuh, No. 179, RT 12, RW 05, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyaklarta. Telp. 0274 – 7483267.

Pasal 05 : PENGAWAS LAPANGAN

a. Tim Pengawas dari Bimbingan Pelaksanaan Kegiatan (TBPK) yang ditunjuk.

b. Dalam pelaksanaan sehari – hari di tempat pekerjaan ditunjuk Pengawas Lapangan oleh Pemberi Tugas ( Ketua Tim Pendiri ).

c. Bilamana Pengawas Lapangan menjumpai kejanggalan – kejanggalan dalam pelaksanaan atau penyimpangan dari bestek / RKS supaya segera memberitahukan kepada Direksi / Pemimpin Proyek / Ketua Tim Pendiri .

(2)

Pasal 06 : PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Bilamana Pelaksana akan memulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, agar supaya memberitahukan kepada Pemimpin Proyek dan Pejabat / Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat secara tertulis.

b. Pihak Pelaksana supaya menempatkan seorang pelaksana yang ahli dalam bidangnya.

Pasal 07 : SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN

a. Sebelum pelaksana mulai pelaksanaan pekerjaannya diharuskan / diwajibkan mengadakan penelitian terhadap :

1. Lapangan / Lokasi Pekerjaan. 2. Bahan / Material yang tersedia.

b. Pengadaan bahan / material yang harus dilaksanakan, berpedoman pada : 1. RKS untuk pekerjaan proyek ini.

2. Petunjuk – petunjuk dari Pemimpin Proyek / Direksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 08 : PENETAPAN UKURAN – UKURAN DAN PERUBAHAN

PERUBAHANNYA

a. Pelaksana bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran – ukuran yang tercantum dalam Gambar Bestek / RKS / RAB.

b. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan – perubahan, maka Pelaksana tidak berhak minta ongkos kerugian, kecuali pihak Pelaksana dapat membuktikan bahwa dengan adanya perubahan – perubahan tersebut Pelaksana menderita kerugian.

c. Dalam pelaksanaan pekerjaan Pelaksana tidak boleh menyimpang dari ketentuan – ketentuan RKS dan ukuran – ukuran pada Gambar / Bestek / RAB, kecuali seijin dan sepengetahuan Pemimpin Proyek / Direksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 09 : PENJAGAAN DAN PENERANGAN

a. Pelaksana bertanggung jawab atas penjagaan dalam kerja dan di luar jam kerja ( siang / malam ) dalam komplek pekerjaan, termasuk bangunan yang dikerjakan gudang dan lain – lain yang berkaitan dengan proyek tersebut.

b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan / lampu pada tempat – tempat tertentu, penempatan lampu – lampu tersebut disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.

c. Segala resiko dan kemungkinan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 10 : KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA

a. Bila tejadi kecelakaan Pelaksana harus segera mengambil tindakan, dan segera melaporkan / memberitahukan kepada Direksi / Pimpinan Proyek / Pengawas Lapangan.

b. Pelaksana harus mematuhi / mentaati peraturan – peraturan tentang perawatan korban dan keluarga.

c. Pelaksana harus menyediakan obat – obat yang tersusun menurut syarat – syarat Palang Merah yang lengkap dan selalu siap apabila diperlukan. d. Pelaksana memberikan pertolongan kepada pekerjanya dan juga

(3)

Pasal 11 : PENGGUNAAN BAHAN – BAHAN BANGUNAN

a. Semua bahan – bahan bangunan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan / Direksi / Pimpinan Proyek.

b. Semua bahan – bahan bangunan yang telah dinyatakan “ tidak dapat dipakai “ oleh Direksi / Pengawas Lapangan harus segera disingkirkan keluar lapangan / lokasi pekerjaan.

c. Bilamana Pelaksana melanjutkan pekerjaan dengan bahan –bahan bangunan yang telah ditolak, maka Direksi / Pengawas Lapangan berhak memerintahkan membongkar dan harus diganti dengan bahan – bahan yang memenuhi syarat. Semua kerugian akibat pembongkaran ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

d. Diutamakan penggunaan bahan produksi lokal, dalam negeri yang berkualitas baik.

Pasal 12 : KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE

a. Kerugian yang diakibatkan adanya kenaikan harga, Pelaksana tidak dapat mengajukan Claim kepada Pemberi Tugas.

b. Kerugian akibat force majeure berupa bencan alam antara lain : angin topan , banjir , pemberontakan / perang , gempa bumi , dan kejadian tersebut dapat dibenarkan oleh Pemerintah , tidak menjadi tanggung jawab Pelaksana .

c. Apabila terjadi force majeure, pihak Pelaksana harus segera memberitahukan secara tertulis dan lengkap kepada pemberi tugas.

Pasal 13 : LAIN – LAIN

a. Hal – hal yang belum diatur / tercantum dalam RKS akan diberi petunjuk oleh Pemimpin Proyek / Ketua Tim Pendiri.

b. Bilamana jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar RAB terdapat kekurangan maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan menurut pos – pos masing – masing dengan menambah nomor / alpabet pada pos – pos yang bersangkutan.

(4)

BAB II

SYARAT – SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 01 : PROGRAM KERJA PELAKSANAAN ( TIME SCHEDULE )

a. Pelaksana harus membuat Program kerja pelaksanaan pekerja ( Time Schedule ) yang disetujui oleh Direksi / Pemimpin Proyek, selambat lambatnya satu minggu setelah SPK diterbitkan, serta daftar nama pelaksana yang dipekerjakan untuk menyelesaikan proyek tersebut.

b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Program Kerja Pelaksanaan ( Time Schedule ) tersebut.

Pasal 02 : LAPORAN MINGGUAN DAN BULANAN

a. Laporan mingguan dan prestasi pekerjaan dibuat oleh Pengawas Lapangan bersama –sama Pelaksana dan dilegalisir / diketahui oleh Direksi , Pengawas pekerjaan / Pimpro / Ketua Tim Pendiri.

b. Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang telah diselesaikan tidak termasuk bahan – bahan yang telah didatangkan, dan tidak atas dasar besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh Pelaksana .

c. Contoh blangko laporan mingguan dan bulanan dapat dilihat pada format yang ada dikonsultasikan dengan Direksi / Pengawas Pekerjaan.

Pasal 03 : PEMBAYARAN

Pembayaran dilakukan secara berangsur – angsur sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai , dengan Perincian sebagai berikut :

a. Pembayaran dilakukan seminggu sekali berdasarkan laporan Pelaksana yang telah disetujui Pengawas lapangan/Direksi

b. Tiap pembayaran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, dilampiri hasil Opname Pekerjaan yang telah diselesaikan / keterangan selesai masa pemeliharaan.

Pasal 04 : PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Selambat – lambatnya dalam waktu satu minggu terhitung dari tanggal SPK dikeluarkan oleh Pemimpin Proyek pekerjaan harus sudah dimulai. b. Pekerjaan dapat diserahkan pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah

selesai 100 % dan diterima oleh Pemimpin Proyek dengan Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Pertama serta dilampiri hasil Opname Pekerjaan 100 %.

c. Untuk memudahkan dalam penelitian sewaktu diadakan pemeriksaaan teknis dalam rangka pembayaran angsuran dan penyerahan pekerjaan, maka surat permohonan pemeriksaaan teknis yang diajukan kepada Pemimpin Proyek supaya dilampiri Laporan Prestasi Pekerjaan yang telah dicapai / keterangan selesai masa pemeliharaan.

d. Surat permohonan pemeriksaaan teknis tersebut yang dikirim kepada Pemimpin Proyek maupun tembusannya yang diajukan kepada direksi Pekerjaan / BPP harus sudah dikirim selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari sebelum waktu pemeriksaaan teknis dilaksanakan / batas waktu penyerahan pekerjaan.

(5)

Pasal 05 : JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selambat – lambatnya 90 (Sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Kerja ( SPK )

Pasal 06 : MASA PEMELIHARAAN ( ONDERHOUD TERMIJN )

a. Jangka waktu masa pemeliharaan selama 30 ( tiga puluh ) hari kalender terhitung sejak penyerahan pekerjaan pertama.

b. Bilamana dalam masa pemeliharaan terjadi kerusakan – kerusakan atau terdapat kekurang sempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka Pelaksana segera memperbaiki dan menyempurnakannya.

Pasal 07 : PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN PEKERJAAN

a. Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan pekerjaan dimungkinkan belum dapat diselesaikan, maka pelaksana harus mengajukan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan kepada Pemimpin Proyek.

b. Surat permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kepada Pemimpin Proyek harus sudah diterima selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari sebelum batas waktu pelaksanaan pekerjaan berakhir dan dilampiri :

1. Data – data / alasan – alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. 2. Time Schedule baru yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan.

c. Permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan dapat diterima oleh Pemimpin Proyek apabila :

1. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan ( meer of manderweek ) yang tidak dapat dilaksanakan lagi setelah atau sebelum SPK ditanda tangani.

2. Adanya perintah tertulis dari Pemimpin Proyek tentang pekerjaan tambahan.

3. Adanya perintah tertulis dari Pemimpin Proyek tentang pekerjaan untuk sementara dihentikan.

4. Adanya force mejure ( bencana alam, gangguan keamanan, pemogokan ) dimana kejadian tersebut dibenarkan oleh yang berwenang.

5. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan yang secara langsung mengganggu pekerjaan, yang dilaporkan secara tertulis oleh Pengawas Lapangan yang dilegalisir oleh unsur teknis yang bersangkutan.

Pasal 08 : SANGSI DAN DENDA

a. Jika Pelaksana setelah mendapatkan peringatan tertulis 3 ( tiga ) kali berturut – turut tidak mengindahkan kewajiban – kewajiban sebagaimana tercantum dalam RKS maka untuk setiap kelalaian Pelaksana wajib membayar “ denda kelalaian “ sebesar 2 % ( dua persen ) dari biaya pelaksanaan, dengan ketentuan bahwa Pelaksana tetap berkewajiban untuk memenuhi ketentuan RKS.

b. Bilamana batas waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dilampaui (tidak terpenuhi )maka Pelaksana dikenakan denda kelambatan sebesar 1 0/

00 ( satu permil ) dari biaya pelaksanaan untuk setiap hari

(6)

biaya pelaksanaan, jika denda telah mencapai 5 %,ternyata Pelaksana tetap melakukan keterlambatan maka akan berlaku pasal 17

janjian ini.

c. Bila ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak disebutkan jangka waktunya maka jangka waktu penyelesaian pekerjaan tidak ditambah.

d. Jumlah denda komulatif maksimum ditetapkan sebesar 10 % ( sepuluh persen ) dari biaya pelaksanaan pekerjaan.

e. Denda – denda tersebut dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, akan diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran Pemberi Tugas kepada Pelaksana.

Pasal 09 : DOKUMENTASI

a. Sebelum pekerjaan dimulai keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0 (Nol) %, supaya diadakan pemotretan di tempat – tempat yang dianggap penting.

b. Setiap permintaan pembayaran termen harus dilampiri foto kegiatan proyek

( foto proyek 0 %, 30 %, 100 % ) dengan ukuran 3 R ( kartu post ).

Pasal 10 : PENCABUTAN PEKERJAAN

a. Pemimpin Proyek berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan Pelaksana apabila ternyata Pelaksana tidak mampu melanjutkan pekerjaan atau menyerahkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian kepada pihak lain semata – mata hanya untuk mencari keuntungan dari pekerjaan dimaksud.

b. Pada pencabutan pekerjaan Pelaksana hanya dapat dibayarkan pekerjaan yang telah selesai dan telah diperiksa / disetujuai oleh Pemimpin Proyek, sedangkan barang / material yang belum terselesaikan menjadi tanggung jawab Pelaksana .

Pasal 11 : SYARAT – SYARAT

a. Buku rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS ) pelaksanaan pekerjaan ini dilampiri volume jenis pekerjaan yang kesemuanya diserahkan oleh Pemimpin Proyek kepada Pelaksana dalam satu bendel / buku berikut lampiran – lampiranya.

b. Bilamana ternyata ada hal – hal yang berbeda dengan keterangan – keterangan dalam RKS / RAB, maka RAB yang menjadi pedoman , namun tetap harus dikonsultasikan / minta petunjuk Pengawas Lapangan / Direksi.

c. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan , maka Perencana harus memberi RKS / RAB revisi yang dibuatnya atas biaya Perencana.

Pasal 12 : PEMILIHAN TEMPAT KEDUDUKAN HUKUM

Sehubungan dengan perjanjian ini maka Pelaksana harus memilih tempat kedudukan hukum yang tetap di Kantor Pengadilan Negeri Cilacap.

Pasal 13 : PIMPINAN PELAKSANAAN

Pihak Pelaksana harus menunjuk seorang atau lebih sebagai pelaksana, yang ahli dan diberi kuasa penuh untuk bertindak atas namanya dalam pelaksanaan pekerjaan sehari – hari di tempat pekerjaan.

(7)

Pasal 14 : JAMINAN – JAMINAN PERTANGGUNGAN

a. Pelaksana bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja / tenaga kerja, kebersihan halaman, bangunan – bangunan, gudang, alat – alat dan bahan – bahan bangunan selama pekerjaan berlangsung.

b. Pelaksana wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan kerja, guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan.

c. Jika terjadi kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan, maka Pelaksana wajib memberi pertolongan kepada korban – korban dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibatnya, menjadi beban, tanggung jawab Pelaksana .

d. Pelaksana wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi syrat – syarat kesehatan dan ketertiban, dalam hal para pekerjanya tinggal sementara di lokasi pekerjaan.

e. Hubungan antara tenaga kerja dengan Pelaksana sepanjang tidak diatur secara khusus, tunduk pada Peraturan Perburuhan yang berlaku.

Pasal 15 : R E S I K O

1. Jika hasil pekerjaan Pelaksana musnah oleh musibah atau sesuatu hal sebelum diserahkan kepada pemberi tugas, maka pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali jika pemberi tugas telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. 2. Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah di luar kesalahan kedua belah pihak ( akibat keadaan memaksa ) sebelum pekerjaan diserahkan kepada pemberi tugas dan pemberi tugas tidak lalai untuk menerima / menyetujui hasil pekerjaan tersebut, maka segala kerugian yang timbul akibat itu, akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan mufakat.

3.Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah disebabkan oleh cacat – cacat tersembunyi dalam strukturnya maka Pelaksana bertanggung jawab selama 1 ( satu ) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan hasil pekerjaan kepada Pemberi Tugas.

4. Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah disebabkan karena kesalahan bestek dan atau disebabkan karena berubahnya penggunaan / fungsi kerugian yang timbul ditanggung oleh Pemberi Tugas.

5. Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan – kemacetan yang diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan – bahan dan alat – alat karena semata – mata kesalahan Pelaksana , maka segala resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

6. Segala persoalan dan tuntutan para tenaga kerja menjadi beban dan tanggung jawab sepenuhnya dari Pelaksana, atau dengan kata lain tuntutan para tenaga kerja yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan dalam maupun di luar pengadilan.

7. Bilamana selama Pelaksana melaksanakan pekerjaan ini menimbulkan kerugian bagi pihak KETIGA ( orang – orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan dalam perjanjian ini ), maka segala kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Pelaksana.

Pasal 16 : PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(8)

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak , maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.

2. Jika perselisihan ini tidak bisa diselesaikan secara musyawarah, maka akan diselesaikan oleh suatu panitia “ Panitia Pendamai “ yang berfungsi sebagai juri / wasit, dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak yang terdiri dari :

a. Seorang wakil dari pemberi tugas sebagai anggota.

b. Seorang wakil dari pelaksana sebagai anggota.

c. Seorang PIHAK KETIGA yang ahli sebagai ketua, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

3. Keputusan “ Panitia Pendamai “ ini mengikat kedua belah pihak , dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul secara bersama.

4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini tidak dapat diterima oleh satu atau kedua belah pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan Negeri.

Alternatif 2 :

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.

2. Jika perselisihan ini tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan diselesaikan oleh suatu “ Panitia arbitrase “ yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak.

3. Keputusan “ Panitia arbitrase “ ini mengikat kedua belah pihak secara mutlak untuk tingkat pertama dan terakhir, serta tidak dapat diajukan banding.

4. Biaya penyelesaian untuk “ Panitia arbitrase “ ditanggung bersama yang sama besarnya.

Alternatif 3 :

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan diselesaikan secar musyawarah.

2. Jika perselisihan ini tidak bisa diselesaikan secara musyawarah, maka akan diputuskan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia ( BANI ), putusan mana secara mutlak mengikat kepada kedua belah pihak untuk tingkat pertama dan terakhir.

3. Biaya penyelesaian untuk “ Panitia arbitrase “ ditanggung bersama yang sama besarnya.

Pasal 17 : PEMUTUSAN PERJANJIAN

1. Pemberi Tugas berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak, dengan pemberitahuan tertulis 7 ( tujuh ) hari sebelum jangka waktu peringatan ketiga berakhir dalam hal Pelaksana :

a. Dalam satu bulan terhitung tanggal surat Perjanjian ini tidak atau belum mulai melaksanakan pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 01.

b. Dalam waktu satu bulan berturut – turut tidak melanjutkan pekerjaan yang telah dimulainya.

c. Secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat penyelesaian pekerjaan ini.

d. Memberikan keterangan tidak benar yang merugikan atau dapat merugikan Pemberi Tugas, sehubungan dengan pekerjaan ini.

e. Jika pekerjaan ini dilaksanakan oleh Pelaksana tidak sesuai dengan jadwal waktu ( Time Schedule ) yang dibuat oleh Pelaksana dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas atau Direksi Pekerjaan.

(9)

2. Jika terjadi pemutusan perjanjian secara sepihak oleh Pemberi Tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, Pemberi Tugas dapat menunjuk pihak lain dan atas kehendak kedua belah pihak untuk menyerahkan pekerjaan tersebut dan Pelaksana harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas segala arsip, gambar-gambar, perhitungan-perhitungan dan keterangan-keterangan lainnya.

BAB III

PENJELASAN TEKNIS

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL TYPE 87 TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 CILACAP

Pasal 01. LOKASI DAN JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan :

Rumah Tinggal Bertingkat 2 lantai Type 226 / 240 m2

2. Proyek ini terletak di Jl. Gejayan – Gg, Endra, Yogyakarta

3. Membuat papan nama ukuran 80 x 120 cm dari seng / triplek.

Pasal 02. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Kontor Direksi keet dan barak ukuran 3 x 4 meter dibuat atap seng pagar triplek dan kerangka kayu tahun.

2. Pada prinsipnya pekerjaan ini antara lain pasang bouwplank, pembersihan lokasidan pemasangan papan nama proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu areal dibersihkan dari bongkaran rumput, semak dan akar pohon.

4. Lapangan harus tetap terjaga kebersihannya sebelum pekerjaan dimulai.

Pasal 03. PEKERJAAN TANAH

1. Pekerjaan tanah dilakukan sesuai dengan ukuran bouwplank yang ada. 2. Pengurugan tanah dilakukan dengan tujuan untuk pemadatan dan

pemerataan kandungan tanah / permukaan tanah.

3. Pada lantai galian pondasi di urug dengan pasir agar permukaan pondasi dengan pasangan batu kali untuk pondasi dapat saling menguat.

Pasal 04. PEKERJAAN PASANGAN

Untuk pekerjaan pasangan lantai keramik putih 40 x 40, sebelum pengurugan pasir / tanah untuk lantai terlebih dahulu dibersihkan dari sampah, humus, sisa-sisa material dan sisa-sisa kotoran lainnya.. Lantai keramik putih 30 x 30 harus dipasang rapi, lurus dan datar serta dipasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan. Keramik putih 40 x 40 yang dipasang harus yang berkualitas baik dan dengan spesi 1 Pc : 4 Pasir.

Pasal 05. PEKERJAAN DINDING

1. Lingkup pekerjaan meliputi : a. Dinding sisi luar bangunan. b. Dinding penyekat antar ruang. c. Plesteran untuk dinding dan kolom.

(10)

2. Bahan dan Peralatan

a. Batu bata harus berkualitas baik, tidak pecah, matang pembakarannya, bila direndam dalam air tidak runtuh / tetap utuh.

b. Adukan pasangan batu bata dipakai 1 Pc : 3 Kpr : 10 Psr.

c. Peralatan berupa alat Bantu harus yang masih baik dan memadai. d. Pasir, kerikil, Pc dan besi beton yang berkualitas baik ( SNI 2002 ). 3. Pelaksanaan

a. Permukaan yang akan dipasang batu bata harus bersih dan basah, sedangkan batu bata sebelum dipasang harus dicelup / dibasahi dengan air, batu bata yang pecah tidak lebih dari 10 %.

b. Adukan harus dibuat secara hati-hati, diaduk dalam bak kayu dan besarnya memenuhi syarat. Semen dan pasir harus dicampur dalam keadaan kering, kemudian diberi air sesuai dengan persyaratan sampai didapat campuran yang plastis. Adukan yang sudah mengering tidak boleh dicampur dengan adukan baru.

c. Didalam pemasangan batu bata dinding tembok harus tegak lurus dan tidak boleh ada sisa vertikal yang berurutan secara terus-menerus. d. Semua rangka kayu / kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk

dapat melanjutkan pekerjaan pasangan. Pemasangan harus diperkuat dengan angker besi berbentuk L yang ujungnya disekrupkan ke dalam kusen, sedang ujung bengkoknya ditanamkan kedalam pasangan dinding.

e. Didalam satu hari khusus untuk pasangan batu bata tidak boleh lebih tinggi dari 1 ( satu ) meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun untuk menghindari retaknya dinding dikemudian hari.

f. Untuk pekerjaan beton bertulang K. 175, sebelum pemasangan begisting baja tulangan harus dipasang dengan ketentuan PBI 1971, baja tulangan harus diikat dengan kuat agar memperoleh pengecoran yang baik. Adukan beton bertulang K. 175 dipakai 1 Pc : 2 Psr : 3 Kerikil, untuk tulangan pokok dipakai Φ 12 mm dan sengkang Φ 6 mm – 20 cm. Pengecoran dilakukan terus-menerus, sebelum pengecoran dilaksanakan agar sebelumnya diberitahukan kepada Direksi / Pengawas Lapangan.

g. Setelah pekerjaan pasangan batu bata selesai, diadakan pekerjaan plesteran, khusus untuk pasangang batu bata siar harus dikerok sedalam 1 ( satu ) cm dan harus benar-benar baik adukannya.

Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan pasangan, sebelum diplester permukaan dinding harus disiram air terlebih dahulu. Permukaan plesteran harus rata serta diaci, sehingga diperoleh permukaan dinding yang halus dan rata.

(11)

Pasal 06. PEKERJAAN KUDA – KUDA BAJA

1. Ketentuan Umum

Sebelum memulai pekerjaan pemasangan penutup atap Pemborong harus memeriksa telebih dahulu apakah seluruh rangka atap telah selesai dipasang dan sudah diberi dasar dengan jenisanya menurut ketentuan dalam persyaratan teknis ini. Pelaksanaan pekerjaan ini baru dapat dimulai setelah diijinkan oleh KP.

2. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyiapanbagian yang dipasang penutup atap yaitu kaso, reng, bubungan /nok, gording dan lain-lain sesuai gambar rencana. Pekerjaan yang berhubungan dengan ini yaitu pekerjaan kerangka atap, pekerjaan talang, pekerjaan listplank, pekerjaan listrik sesuai gambar rencana.

3. Bahan-bahan

Digunakan baut kait yang khusus untuk hal ini sesuai petunjuk pabrik. Pelaksana harus mengajukan contoh yang terlebih dahulu disetujui oleh Pengawas dan bahan yang digunakan sesuai dengan contoh yang telah disetujui.

Bahan genteng menggunakan genteng tanah terakota glazuur dari type Maradional dengan produksi dari Padil atau Jatiwangi.

4. Cara pelaksanaan

Genteng harus dipasang oleh tenaga yang ahli dalam hal ini sehingga didapatkan hasil yang rapi dalam segala arah, kaitan dan saling menutupnya harus cocok dan rapat.

Teknik pemasangan dan penyelesaian detail-detail yang belum jelas dalam gambar, harus mengikuti ketentuan dari pabrik genteng tersebut. Pemotongan hanya diperbolehkan pada pinggul-pinggulnya atau lembah dengan cara sedemikian rupa sehingga bagian untuk menempatkan kedudukannya tidak boleh dibuang.

Pasal 07. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup pekerjaan meliputi : a. Pemasangan genteng bubungan b. Pemasangan genteng Prima Roof .

c. Rangka Langit-langit eternit dan list eternit dari kayu tahun. d. Lisplang kayu lokal 3 / 30 cm.

2. Bahan dan Peralatan

a. Untuk bahan penutup atap memakai genteng plastic Prima Roof b. Rangka Langit-langit untuk pemasangan eternit menggunakan kayu

tahun.

c. Lisplang 3 / 30 cm menggunakan kayu bengkirai. 3. Pelaksanaan

a. Untuk penutup atap dari genteng terlebih dahulu dipasang usuk, reng dan kemudian baru penutup atap, sesuai dengan gambar dan petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.

(12)

b. Dalam pembuatan eternit harus disesuaikan dengan tinggi bangunan yang ada dan disesuaikan dengan gambar bestek. Langit-langit tersebut harus dipasang datar dan kayu yang digunakan menggunakan kayu tahun yang berkualitas baik.

c. Pada ujung atap dipasang lisplang yang rata genteng sehingga diperoleh atap yang rapi dengan susunan gentengnya. Untuk menghindari lisplang dari kerusakan maka lisplang harus dimenie terlebih dahulu sebelum dicat.

d. Ukuran atap rangka plafond digantung dengan penggantung dari bahan kayu / baja tulangan berdiameter 10 mm. Pemasangan penutup plafond harus dikerjakan dengan baik, rapi permukaan water pass dan tidak boleh ada bagian-bagian yang melengkung.

Pasal 08. PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA

1. Lingkup Pekerjaan Meliputi:

a. Penyediaan bahan-bahan dan pembuatan kusen untuk daun pintu, daun jendela dan boven lengkap dengan bahan perekat dan bahan finishingnya.

b. Pemasangan pintu panil dan jendela dari bahan yang kuat. c. Pemasangan kaca mati.

d. Pasang jalusi kayu. 2. Bahan dan Peralatan

a. Kusen-kusen pintu, jendela dan boven dari kayu bengkirai kualitas baik, tua, kering dan tidak pecah-pecah.

b. Pintu panil dan jendela kaca dari kayu lokal yang berkualitas baik. c. Kaca bening 5 mm.

3. Pelaksanaan

a. Sebelum dipakai semua bahan kayu terlebih dahulu harus diperiksa dan diterima baik oleh Direksi / Pengawas Lapangan.

b. Permukaan kayu yang kelihatan harus diserut sampai rata, halus dan siku dengan permukaan kusen lainnya.

c. Sebelum dipasang semua permukaan kusen harus dimenie sedikitnya 2 ( dua ) kali.

d. Pada pertemuan kusen dengan plesteran harus diberi alur sponing 1 (satu) cm.

e. Pemasangan kusen harus tegak lurus dengan alat penyipat ( water pass ).

f. Setelah kusen terpasang dengan baik, kusen tersebut harus diperkuat dengan penyangga / skoor dan dilepaskan setelah dinding selesai terpasang.

g. Pembuatan pintu harus disesuaikan dengan tinggi rendahnya lantai tegel yang akan dipasang, untuk lebih jelasnya diperhatikan gambar bestek / petunjuk Pengawas Lapangan.

h. Pintu panil yang dipakai adalah pintu panil yang kuat dengan bidang pintu yang rajin dan halus tebuat dari kayu kruing / lokal.

i. Semua bahan harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari Direksi / Pengawas Lapangan.

j. Kaca bening dipasang dalam sponingnya dengan dempul dan list kaca. Pendempulan harus cukup rapat dan tidak bergetar akibat tekanan angin. Kaca yang retak atau gompil akibat pemasangan kurang baik atau kurang hati-hati harus segera diganti.

(13)

k. Daun pintu dan daun jendela harus rata, diamplas kemudian dicat. Setiap daun pintu diberi 3 buah engsel kupu-kupu dengan peredam / cincin plastik berkualitas baik. Sedangkan untuk daun jendela diberi dua buah engsel.

Pasal 09. PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

1. Lingkup pekerjaan meliputi :

- Dan lain-lain serta pemasangannya pada pintu dan jendela-jendela. 2. Bahan dan Peralatan

a. Untuk engsel dipakai engsel kupu-kupu dengan peredam / cincin plastik berkualitas baik.

b. Alat-alat pengunci lengkap dengan pegangannya yang berkualitas baik.

c. Pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin berkualitas baik. 3. Pelaksanaan

a. Semua pintu memakai engsel masing-masing 2 ( dua ) buah, untuk jendela masing-masing memakai 2 ( dua ) engsel. Daun jendela dilengkapi dengan grendel dan hak angin masing-masing 2 ( dua ) buah.

b. Untuk semua pintu diberi kunci tanam merk Jangkar atau kuda yang berkualitas baik.

c. Semua alat-alat penggantung dan pengunci untuk pintu dan jendela harus dipasang dengan baik serta lengkap sesuai dengan system pembukaannya.

d. Pemasangan engsel, pengunci dan alat penggantung harus menggunakan skrup yang sesuai, pemakaian paku tidak diperbolehkan.

Pasal 10. PEKERJAAN CAT – CATAN

1. Lingkup pekerjaan meliputi : a. Pengecatan tembok ( baru ). b. Permukaan plafond.

c. Kusen, daun pintu dan daun jendela. d. Mengeteer.

2. Bahan dan Peralatan

a. Untuk cat tembok maupun cat kayu digunakan cat merk yang berkualitas baik sesuai produksi daerah setempat.

b. Cat yang digunakan harus masih dalam keadaan baik, tertutup dan sedapat mungkin menghindarkan bahan pengencer.

c. Untuk bahan teer dipakai yang bekualitas baik.

3. Pelaksanaan

a. Sebelum dicat terlebih dahulu harus dimenie, diplamuur dan dicat dasar. Penentuan warna cat sesuai petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan dan pelaksanaannya harus sesuai aturan pabrik serta peraturan yang berlaku.

b. Semua pekerjaan kayu yang bersinggungan dengan beton atau pekerjaan pasangan harus dimenie minimal 2 ( dua ) kali.

c. Pengecatan dinding bagian luar maupun dalam dan plafond sebanyak 2 ( dua ) lapis sehingga rata dan rapi.

(14)

Pasal 11. PEKERJAAN LISTRIK

1. Lingkup pekerjaan meliputi :

- Pengadaan dan pemasangan pipa-pipa, stop kontak, saklar, fitting, armature lampu dan panil pembagi untuk penerangan.

2. Bahan dan Peralatan

a. Pipa dipakai jenis paralon.

b. Kabel dipakai sesuai dengan tegangan yang ada ( 220 V atau 240 V ). Menggunakan kabel NYM penampang minimal 2,5 mm2 ex. dalam negeri.

c. Stop kontak, saklar, fitting dan armature lampu dipakai ex. dalam negeri yang sesuai dengan kondisi dipasaran daerah yang bersangkutan.

d. Untuk panil pembagi dipakai yang berkualitas baik ex. dalam negeri. 3. Pelaksanaan

a. Pelaksana diwajibkan membuat gambar skema listrik untuk diperiksa dan disetujui Direksi / Pengawas Lapangan.

b. Pelaksana harus memberi contoh alat-alat listrik dan armature lampu untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan. c. Pemasangan pipa dan kabel dengan system in-bouw dan harus

dilakukan dengan rapi.

d. Setelah jaringan terpasang dengan rapi, Pelaksana diwajibkan untuk mengadakan pengetesan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 12. PERSYARATAN DAN BAHAN

1. Semua bahan-bahan yang akan dipergunakan akan mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.

2. Persyaratan dan Bahan a. Air untuk pekerjaan

Air untuk mengaduk spesi, untuk pemasangan batu maupun pasangan batu bata sedapat mungkin menggunakan air dari setempat dan harus diendapkan dahulu kotorannya dalam bak hingga bersih dan jernih. Atau dari air yang dibuat pelaksana, tempat pembuatan sumur harus disetujui oleh Pengawas Lapangan.

b. Bambu

Bambu hanya dipergunakan untuk pekerjaan perancah, profil-profil untuk pasangan batu kali ( pondasi ), sedangkan untuk profil-profil pasangan batu bata harus menggunakan kaso / reng atau kayu tahun yang lurus dan rata ataupun usuk glugu yang lurus.

c. Glugu yang boleh digunakan hanya glugu yang betul-betul tua dan kering. Digunakan untuk patok-patok bouwplank dan stutwerk untuk pekerjaan beton.

d. Batu Bata

Batu bata yang dipergunakan harus berkualitas baik, yang cukup matang dibakar, dengan prosentase pecah maksimum 10 %. Sebelum dipasang batu merah harus direndam terlebih dahulu, tidak dibenarkan jika disiram saja.

e. Batu Kali

Batu kali yang dibenarkan untuk dipakai adalah batu kali yang sudah dibersihkan dan tidak dibenarkan batu kali di tempat lokasi pekerjaan. f. Batu Split

(15)

Untuk pekerjaan beton bertulang menggunakan batu split ukuran sesuai PBI 1971.

g. Pasir

Pasir yang digunakan tidak mengandung kotoran-kotoran Lumpur dan dianggap perlu harus dicuci terlebih dahulu sebelum dicampur dengan spesi.

h. Kapur

Supaya menggunakan kapur dari daerah Gombong, jika mengunakan kapur prongkol harus dikawur / disiram air ( blusen sekurang-kurangnya 2 minggu kemudian sebelum dipakai ).

h. Portland Semen ( PC )

PC digunakan keluaran Nusantara / Holcim, selanjutnya harus diperhatikan syarat dalam PBI 1971.

j. Besi Beton

Besi beton yang digunakan harus masih baru kualitas U. 22 memenuhi syarat PBI 1971.

k. Kayu

Untuk pekerjaan ini digunakan kayu dengan jenis kruing dan kayu tahun yang harus memenuhi syarat kualitas baik, cukup tua dan kering.

Kayu harus lurus dan tanpa dicat, tidak terdapat kayu putih dan atau sprint, jika pekerjaan kayu diselenggarakan diluar lokasi pekerjaan maka Direksi berhak memeriksa hasil pekerjaan yang bersangkutan di bengkel dan transport ditanggung oleh Pelaksana.

Kusen pintu / jendela serta pekerjaan kayu lainnya yang dikirim ke tempat lokasi pekerjaan tidak boleh dimenie sebelum diperiksa oleh Pengawas Lapangan dan disetujui.

Pasal 13. BAHAN – BAHAN YANG DINYATAKAN TIDAK MEMENUHI

SYARAT

1. Bahan-bahan yang dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh Pengawas Lapangan dan diakui oleh Pelaksana harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan selambat-lambatnya 2 x 24 jam sesudah pemeriksaan.

2. Jika Pelaksana melalaikan atau mengabaikan peringatan tersebut diatas, maka bahan-bahan yang dimaksud akan dikeluarkan oleh Pengawas Lapangan dengan biaya dari Pelaksana.

Pasal 14. PENUTUP

1. Pelaksana harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan ( 100 % ) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini serta petunjuk dari Direksi / Pengawas Lapangan.

2. Segala sesuatu yang dianggap perlu, tetapi belum diatur / tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini akan disesuaikan dengan petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

apabila Bupati atau pejabat yang ditunjuk menerima atas keberatan, maka Koordinator dan Pendamping Desa yang telah dikeluarkan Surat Pemberitahuan Pemutusan

Berdasarkan karakteristik tempat maupun suasana di puskesmas, yang membedakan beban kerja, petugas/staf medisnya,kemampuan penyelenggaraannya dan akan

It includes LiDAR data and aerial orthophotos in the RGB color space (Fig. 1) LiDAR data was acquired by the GeoIntelligence SA over the above area and is in the form

Harian Kompas adalah satu diantara dua (2) koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulation (ABC). Koran lainnya yang diaudit adalah Warta Kota. Harian

Oleh karena itu, berikut ini terdapat contoh penggunaan media pembelajaran dalam matematika yaitu Monika (monopoli matematika); Jarimatika, digunakan sebagai media

Dimulai dari suatu himpunan tak kosong G dengan satu operasi biner * yang disebut dengan grup (G, *), kemudian mempelajari konsep semi- grup yang digunakan sebagai dasar

bermain game online yaitu untuk tujuan mencari hiburan yang bisa memecah kebosanan yang dialaminya, terpengaruh oleh lingkungan dan kesulitan personal yang

Dalam hal ini BI tidak menerima pelanggaran terhadap Tidak Setia Vokal, dan Tidak Setia Nasal karena apabila stem yang terdiri dari satu silabel mengalami