• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Sistem Informasi Manajemen 2.1.1 Sistem Informasi

Menurut (Marakas & O'Brien, 2014: 25), sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output.

1. Input

Meliputi mengambil dan mengumpulkan elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Sebagai contoh adalah bahan baku, energi, data dan usaha manusia yang harus teroganisir dan aman dalam pemprosesan

2. Processing

Meliputi proses transformasi atau perubahan yang mengubah input menjadi output. Sebagai contoh adalah proses manufaktur, atau proses produksi, proses pernapasan atau proses pembuatan masakan.

3. Output

Meliputi mengubah elemen yang telah diproduksi oleh proses perubahan atau transformasi ke tujuan akhir. Sebagai contoh, barang jadi, jasa manusia, dan informasi manajemen yang harus dikirimkan kepada pengguna.

Sebagai ilustrasi, sebuah sistem manufaktur menerima bahan baku sebagai input dan memproduksi barang jadi sebagai output. Sebuah sistem informasi menerima sumber(data) sebagai input, dan memprosesnya menjadi produk (informasi) sebagai produk. Menurut (Marakas & O'Brien, 2014: 32) informasi sebagai data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pengguna akhir tertentu juga dan menurut (Marakas & O'Brien, 2014: 6), sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan, serta prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Adapun pengertian sistem informasi lain dikemukakan oleh Al-Bahra bin Ladjamudin (2005:13) yang mengatakan bahwa sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam

(2)

organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan sebuah informasi. Menurut Rahadi, (Rahadi, Musadieq, & Susilo, 2014: 2) mengatakan bahwa sistem informasi adalah suatu kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang akan mendukung pembuatan dan pengambilan keputusan dan melakukan pengendalian. Menutur mereka, suatu sistem diganti atau diperbaharui dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Ketidakberesan

Dalam suatu sistem yang lama, ketidakberesan dapat menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pertumbuhan organisasi

Pertumbuhan atau perkembangan suatu organisasi mengharuskan organisasi untuk menyusun sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi antara lain adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, serta perubahan prinsip akuntansi yang baru. Karena dengan adanya perubahan tersebut, maka akan menyebabkan suatu sistem yang sudah lama tidak lagi berjalan dengan efektif, sehingga sistem yang lama sudah tidak memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen. 3. Untuk meraih kesempatan yang ada

Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dengan cepat membuat organisasi telah merasakan bahwa teknologi informasi sangat perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen. Dalam keadaan pasar yang bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan suatu strategi dan rencana-rencana yang telah disusun mengalami keberhasilan atau tidak. Bila pesaing dapat memanfaatkannya dan perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, maka kesempatan-kesempatan tersebut akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan ini dapat berupa peluang pasar, pelayan yang meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, dan sebagainya.

4. Ada instruksi

Penyusunan sistem yang baru dapat terjadi karena adanya intruksi-instruksi dari pimpinan ataupun dari luar perusahaan, seperti misalnya peraturan pemerintah.

(3)

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem informasi adalah pengintegrasiaan dari sebuah sistem yang bertujuan untuk menyajikan dan menyebarkan informasi, dan adapun beberapa peran sistem informasi dalam bisnis meliputi mendukung proses dan operasi bisnis, mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya, mendukung berbagai strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Gambar 2. 1 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis Sumber: Marakas & O’Brien (2014 : 7)

2.1.2 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen merupakan sistem informasi yang memberikan informasi pada para praktisi bisnis dalam berbagai bentuk yang mudah digunakan (O'Brien, 2008:18). Adapun menurut (Gaol, 2008:14) sistem informasi manajemen adalah sebuah bentuk sistem informasi yang selain melakukan pengolahan transaksi untuk organisasi, sistem informasi manajemen juga banyak memberikan dukungan informasi dan pengolahan utnuk fungsi manajemen dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen secara umum dapat dikatakan sebagai sebuah sistem manusia dan mesin yang terintegrasi dalam menyediakan informasi guna mendukung fungsi operasi manajemen dan penentuan alternatif pengambilan keputusan dalam sebuah sistem perusahaan tersebut. Dalam operasinya, sistem informasi menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, prosedur, model manajemen, dan keputusan, serta sebuah terminal data. Sistem informasi manajemen sebagai suatu kumpulan manusia dan sumber modal di dalam suatu organisasi bertanggung jawab untuk pengumpulan dan pengolahan data sewaktu mengasilkan informasi yang

(4)

berguna untuk setiap tingkatan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan organisasi. Menurut Asemi dan Safari (2011:165) mengatakan sistem informasi manajemen merupakan satu dari sistem informasi berbasis komputer yang paling umum, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi umum yang dibutuhkan oleh seluruh manajer dalam perusahaan atau di dalam beberapa subunit organisasional dalam perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan, sistem informasi manajemen adalah salah satu dari sistem informasi yang digunakan untuk membantu atau mempermudah dalam kegiatan manajemen pada perusahaan, sehingga pada akhirnya dapat membantu para manajer dalam pengambilan keputusan.

2.2 Penjualan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dikutip dari contoh-contoh proposal penjualan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas lainnya dalam suatu periode. Menurut Arief, Yanuar, & Synthia (2010:133) penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan. Penjualan terdiri dari 2 jenis antara lain:

1. Penjualan Tunai

Penjualan tunai adalah penjualan dimana pembayarannya dilakukan secara langsung ketika terjadinya transaksi

2. Penjualan Kredit

Penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan kemudian hari, dalam jangka waktu yang ditentukan setelah barang diterima oleh pelanggan.

3. Pengertian Retur Penjualan

Menurut Soemarso (2009:41), “Retur penjualan adalah barang dagang yang dijual mungkin dikembalikan oleh pelanggan atau oleh karena kerusakan atau alasan-alasan lain, pelanggan diberikan potongan harga (pengurangan harga atau sales allowance).”

(5)

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa retur penjualan adalah pembatalan atau pengembalian barang yang dilakukan oleh pelanggan karena barang tersebut mengalami kerusakan, cacat atau alasan lainnya sehingga mengakibatkan pembeli menerima suatu penggantian barang atau pengurangan harga.

Menurut Reeve, Warren, & Duchac, 2012:256) penjualan adalah total yang dikenakan kepada konsumen atas barang yang terjual, baik penjualan secara tunai maupun kredit.Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu proses transaksi yang dilakukan oleh pelanggan secara tunai maupun kredit sehingga dapat meningkatkan aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu

2.3 Pembelian

Menurut Gelinas dan Dull (2008:420), pembelian adalah sebuah struktur yang berinteraksi dengan orang, peralatan, metode, dan kontrol yang dirancang untuk mencapai fungsi-fungsi utama antara lain menangani rutintas kerja yang berulang dari departemen pembelian dan departemen penerimaan, mendukung kebutuhan pengambilan keputusan dari orang-orang yang mengatur departemen pembelian dan penjualan, serta membantu dalam penyiapan laporan internal dan eksternal. Menurut Rama dan Jones (2006:20) siklus pembelian dari organisasi-organisasi yang berbeda hampir sama karena memiliki beberapa atau semua operasi di bawah ini:

1. Konsultasi dengan para pemasok. Sebelum memutuskan untuk membeli, perusahaan akan menghubungi beberapa pemasok untuk memperoleh informasi mengenai barang dan jasa yang tersedia termasuk harganya. 2. Memproses permintaan. Dokumen permintaan barang dan jasa terlebih

dahulu dipersiapkan oleh pegawai dan disetujui oleh atasan. Permintaan pembelian kemudian dipakai oleh bagian pembelian untuk melaksanakan pemesanan dengan pemasok.

3. Membuat kesepakatan dengan pemasok untuk membeli barang atau jasa dikemudian hari. Persetujuan dengan pemasok termasuk purchase order ataupun kontrak dengan pemasok

(6)

4. Menerima barang atau jasa dari pemasok. Organisasi harus memastikan bahwa barang yang benar diterima dan dalam kondisi yang baik. Pada organisasi besar, bagian penerimaan yang terpisah bertanggung jawab atas penerimaan barang. Bagian penerimaan barang, menerima barang dan meneruskannya ke departemen permintaan.

5. Mengakui klaim atas barang dan jasa yang telah diterima. Setelah abrang diterima, pemasok mengirimkan sebuah invoice. Jika tagihannya benar, bagian piutang mencatat invoice

6. Membuat cek. Setelah invoice dipilih untuk dibayar, cek akan dibuat, ditandatangani, dan dikirim ke pemasok.

2.4 Persediaan

Persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan, pengertian tersebut dinyatakan oleh Heizer & Render (2010: 82) dan Detiana(2011:185) menyebutkan, pada salah satu sisi manajemen menghendaki biaya yang tertanam pada persediaan itu seminim mungkin, namun di sisi lain, seringkali konsumen mengeluh akibat kurangnya persediaan.

Menurut Jacobs & Chase (2011:549) persediaan adalah stock barang atau sumber daya yang digunakan di dalam sebuah organisasi. Muttaqin, Musadiq, dan Riyadi (2014:2) mendefinisikan persediaan sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan atau inventory merupakan simpanan material yang berupa barang mentah, pemrosesan, dan barang jadi.

Sementara Rahadi, Musadieq, & Susilo (2014: 3) mendefinisikan persediaan sebagai simpanan bahan, baik bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah jadi, bahan jadi, maupun bahan lain-lain, yang dimaksud untuk kebutuhan yang akan datang. Penyimpanan ini dilakukan karena perusahaan bisa saja sewaktu-waktu membutuhkan bahan-bahan tersebut, sehingga perusahaan tidak akan kerepotan dalam mendapatkannya.

(7)

2.4.1 Tujuan Persediaan

Jacobs & Chase (2011:595) menjelaskan bahwa seluruh perusahaan (termasuk proses JIT) menyimpan pasokan persediaan untuk alasan-alasan sebagai berikut:

1. Untuk menjaga independensi operasi

Pasokan bahan baku pada pusat kerja memungkinkan fleksibilitas pusat dalam operasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi yang identik akan bervariasi dari satu unit ke unit berikutnya. Oleh karena itu, dengan adanya persediaan akan memangkas waktu kerja sehingga dapat mengkompensasi waktu kerja yang lama.

2. Untuk memenuhi variasi pada permintaan produk

Jika permintaan akan produk dapat diketahui secara tepat, sangat memungkinkan (meskipun tidak harus ekonomis) untuk memproduksi produk agar dapat memenuhi permintaan dengan tepat. Biasanya, permintaan tidak sepenuhnya diketahui secara pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi.

3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi

Stock persediaan dapat meringankan tekanan pada sistem produksi untuk mengeluarkan barang jadi. Ini akan menyebabkan waktu tunggu (lead time) yang lebih lama, yang memungkinkan perencanaan produksi untuk alur yang lebih halus dan operasi rendah biaya melalui produksi lot-size yang lebih besar. Biaya penyetelan (setup cost) yang tinggi, sebagai contoh adalah mendukung produksi jumlah unit yang lebih besar setelah penyetelan dibuat.

4. Untuk menyediakan perlindungan bagi variasi dalam waktu pengiriman bahan baku. Saat bahan baku dipesan dari vendor, penundaan dapat terjadi karena berbagai alasan: variasi normal dalam waktu pengiriman, kekurangan bahan baku di pabrik vendor menyebabkan backlogs, pemogokan tak terduga pada pabrik vendor, atau pada satu perusahaan ekspedisi, pesanan yang hilang atau kiriman bahan baku yang salah atau rusak.

5. Untuk mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian Ada biaya untuk melakukan pemesanan: tenaga kerja, panggilan telepon, pengetikan, ongkos kirim, dan lain sebagainya. Maka dari itu, semakin

(8)

besar pemesanan yang dilakukan, semakin kecil pemesanan yang harus ditulis. Selain itu, biaya pengiriman (shipping costs) mendukung pemesanan ynng lebih besar – lebih besar pengiriman, maka biaya per unit semakin rendah.

2.4.2 Fungsi Persediaan

Heizer & Render (2010:182), mengatakan bahwa ada 4 fungsi persediaan, antara lain:

1. Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi

2. Melakukan proses "decouple" perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian daalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

4. Melindungi perusahaan dari inflasi dan kenaikan harga

Detiana (2011:186)menjelaskan bahwa fungsi dari persediaan adalah melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan lebih fleksibel, sebagai berikut:

1. Untuk memberikan stok agar dpt memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi

2. Untuk menyeimbangkan produksi dan distribusi

3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak sehingga mendapatkan diskon

4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan dalam pengiriman.

6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses (work in process)

(9)

2.4.3 Jenis – Jenis Persediaan

Di dalam bukunya, Heizer dan Render (2010:83) menyatakan, untuk mengakomodasikan fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan, antara lain:

1. Persediaan bahan baku yang telah dibeli, tetapi belum diproses (raw material inventory)

Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple (pemisahan) pemasok dari proses produksi. Pendekatan yang dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP inventory)

Work in process inventory – persediaan barang setengah jadi adalah komponen-komponen atau bahan baku yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP terjadi karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Mengurangi waktu siklus akan dapat mengurangi persediaan. Tugas ini tidaklah sulit, selama sebagian besar waktu sebuah produk "sedang dibuat", barang tersebut sebenarnya hanya diam.

3. Pemeliharaan, perbaikan, dan operasi (Maintenance, Repair, Operating – MRO)

MRO adalah persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus dapat diantisipasi

4. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menuju pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.

(10)

2.4.4 Biaya-Biaya Persediaan

Deitiana (2011: 189) mengatakan, masalah utama yang ingin diatasi oleh pengendalian persediaan adalah meminimumkan biaya operasi total perusahaan. Dalam hal ini ada dua keputusan yang harus diambil, yaitu berapa jumlah yang harus dipesan setiap kali pemesanan, dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Dalam menentukan jumlah yang dipesan pada setiap kali pemesanan, pada dasarnya harus dipertemukan dua titik ekstrim yaitu memesan dalam jumlah yang sebesar-besarnya untuk meminimumkan ordering cost dan memesan dalam jumlah yang sekecil-kecilnya untuk meminimumkan carrying cost .

Heizer dan Render (2010: 91) menyatakan, biaya-biaya yang perlu diperhitungkan disaat mengevaluasi masalah persediaan, diantaranya:

1. Biaya pemesanan (ordering cost)

Merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan barang sehingga siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut. Mencakup biaya-biaya dari persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan sebagainya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan.

2. Biaya penyetelan (setup cost)

Merupakan biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.

3. Biaya penyimpanan (holding cost)

Merupakan biaya yang terkait dengan menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang using dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Banyak perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua biaya penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarnya.

(11)

2.4.5 Manajemen dan Pengendalian Persediaan

Menurut Pramana, F. G. (2011: 25) pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali. Pengendalian persediaan merupakan faktor yang cukup kuat dalam menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan yang telah terencana, pengendalian juga merupakan salah satu fungsi manajemen. Oleh karena itu pengendalian perlu dilaksanakan pada setiap tingkat manajemen. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dana dalam persediaan, maka akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan.

MenurutAdeyemi & Salami (2010:136) manajemen persediaan penting di dalam efektivitas dan efisiensi perusahaan. Selain itu juga penting di dalam mengendalikan material dan barang yang harus ada (disimpan) untuk digunakan pada waktu produksi atau aktivitas pertukaran dalam kasus pelayanan.

Manajemen persediaan mengacu pada semua kegiatan yang terlibat dalam mengembangkan dan mengelola tingkat persediaan bahan baku, bahan setengah jadi (work in-progress) dan barang jadi sehingga persediaan yang cukup tersedia dan biaya persediaan tersebut rendah.

Tujuan utama dari manajemen persediaan termasuk menyeimbangkan masalah perekonomian dimana tidak diinginkannya menyimpan banyak persediaan. Sehingga membutuhkan banyak uang untuk menanggung timbulnya biaya seperti penyimpanan, pembusukan, pencurian dan keusangan serta keinginan untuk membuat barang tersedia kapanpun dan dimanapun jika dibutuhkan (dengan kualitas dan jumlah yang bagus) demi menghindari biaya yang tidak diinginkan.

Danil dan Siswanto (2014:148) mendefinisikan pengendalian persediaan sebagai suatu usaha memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan toko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah usaha memonitor dan menentukan komposisi tingkat persediaan yang optimal dan menentukan kapan saatnya pemesanan harus dilakukan untuk menunjang kelancaran dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan operasional bisnis. Mogere & Oloko, (2013:12) menyatakan persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum

(12)

digunakan. Persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa mendatang pada saat aktif. Fungsi manajemen persediaan:

1. Perencanaan persediaan: menentukan kebutuhan material untuk memenuhi rencana produksi yang telah disusun.

2. Pengendalian persediaan: menentukan tingkat persediaan yang sesuai, dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan tingkat dan kondisi persediaan.

Perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif akan memberikan pemenuhan kebutuhan secara tepat baik waktu, jumlah maupun spesifikasi dengan total biaya persediaan yang optimal (Yuliana & Octavia, 2001: 74).

Menurut Suswardji et al (2012: 1073) pengendalian persediaan adalah kegiatan untuk memelihara dan mengendalikan, juga suatu teknik pemesanan dan pemantauan barang-barang dalam kuantitas, jumlah dan waktu sesuai dengan yang direncanakan. Sistem pengendalian persediaan memainkan peranan penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menangani persediaan pada perusahaan.

Pramana (2011:26) menyatakan tujuan pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat (memutuskan konsumen).

b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tida mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.

c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

(13)

2.4.5.1 Model Persediaan 2.4.5.1.1 EOQ

Menurut Heizer dan Render (2010: 92) model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity – EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi:

a. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen

b. Waktu tunggu – yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan – diketahui dan kosntan

c. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu

d. Tidak tersedia diskon kuantitas

e. Biaya variabel hanya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya penyimpanan persediaan dalam wkatu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa)

f. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat

Menurut Heizer dan Render (2010: 95) secara matematis rumus EOQ adalah: Q* =

N = Dimana:

Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)

D = permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = biaya penyetelan atau pemesanan setiap pesanan

H = biaya penyimpanan atau penyimpanan per unit per tahun N = jumlah pemesanan

(14)

2.4.5.1.2 EOI (Economic Order Interval)

Economic order interval (EOI) atau yang juga disebut sistem persediaan periodik adalah sistem persediaan yang berdasar pada periode pemesanan, bukan berdasar jumlah sisa persediaan seperti pada sistem persediaan kontinu. Adapun jumlah pemesanannya bergantung pada pemakaian (permintaan) selama periode waktu tertentu.

Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014: 5), model persediaan EOI memiliki interval waktu yang konstan dalam melakukan pemesanan kembali

(reorder), tetapi kuantitas produk yang dipesan dapat berubah-ubah (dinamis) hingga mencapai optimal. EOI menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Sebuah pesanan dilakukan untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pemesanannya tergantung berapa jumlah yang berkurang (maximum inventory level). Jadi, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu-waktu melakukan

perhitungan. Terdapat dua parameter yang digunakan yaitu periode tetap pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara matematis rumus EOI adalah:

T’ =

Safety stock = Z σ

E = safety stock + D (T’ + L) I = safety stock + ( D T’)

Q* = maximum inventory level (E) – average inventory level (I)

TC = PD + + (safety stock + ) Cc Dimana: T’ = periode Co = biaya pemesanan Cc = biaya penyimpanan Z = service level σ = standar deviasi

(15)

L = lead time

E = maximum inventory level I = averge inventory level P = harga

D = permintaan

2.4.5.1.3 ROP dan Safety Stock

Suswardji, Eman, & Ratnaniningsih( 2012:1074) menjelaskan ROP (Reorder Point) sebagai titik/tingakt persediaan, dimana pemesanan kembali harus dilakukan, model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa penerimaan suatu pesanan bersifat seketika, artinya model persediaan mengasumsikan bahwa setiap perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol, sebelum perusahaan memesan kembali dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Sementara lebih lanjut dijelaskan bahwa safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan/barang, misalnya karena penggunaan bahan yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan yang dipesan.

Menurut Heizer & Render (2010: 99) model-model persediaan sederhana mengasumsikan sebuah pesanan akan diterima saat itu juga. Dengan kata lain, mereka mengasumsikan sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol dan perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung. Bagaimanapun juga, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu pengantaran, bisa jadi hanya beberapa jam atau bisa juga mencapai beberapa bulan. Jadi, keputusan kapan harus memesan biasanya dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik pemesanan ulang (reorder point – ROP). Titik pemesanan ulang adalah tingkat (titik) persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang.

Untuk permintaan produk yang tidak pasti (tidak konstan) dapat meningkatkan kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan dalam persediaan. Seperti yang telah kita catat, persediaan seperti ini biasanya disebut persediaan pengaman

(16)

Dalam menentukan persediaan pengaman (safety stock), dipengaruhi oleh tingkat pelayanan (service level). Menurut Heizer & Render( 2010:109)tingkat pelayanan (service level) adalah komplemen dari probabilitas kehabis persediaan. Sebagai contoh, jika probabilitas kehabisan persediaan adalah 0,05, maka tingkat pelayanannya adalah 0,95.

Dengan demikian, ROP dapat dihitung dengan rumus: ROP = d x L + safety stock

Dan safety stock dapat dihitung dengan rumus: Safety stock = Z x σ x Dimana:

ROP = titik ulang pemesanan

d = permintaan

L = waktu tunggu

Safety stock = persediaan pengaman Z = service level

σ = standar deviasi

2.4.5.1.4 Min-Max

Menurut Sarjono & Aryanto (2014:6), cara kerja sistem ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum (minimum stock) merupakan batas tingkat reorder. Batas maksimum (maximum stock) merupakan batas ketersediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maksimum untuk dapat menentukan order quantity. Secara matematis, rumusnya adalah sebagai berikut:

Safety stock =

Min Stock = (DL) + safety stock Max stock = (2)(DL) + safety stock Order (min-max) = max stock – min stock

N =

(17)

Dimana:

D = permintaan

n = jumlah hari kerja

L = lead time

Q* = jumlah optimum unit per pesanan (order) N = jumlah pemesanan dalam satu tahun

P = harga

Co = biaya pemesanan Cc = biaya penyimpanan 2.4.5.1.4 Just In Time Inventory

Menurut Kasmari, Tristianan, & Lie (2011:11), persediaan merupakan salah satu unsur terbesar yang menuntut investasi tinggi, karena alasan tersebut maka metode Just In Time (JIT) dikembangkan dengan maksud untuk menghilangkan ketergantungan terhadap inventory. Ide dasar dari filosofi metode Just In Time (JIT) sangat sederhana, yaitu hanya memproduksi barang yang diminta dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan pada waktu yang telah ditentukan sehingga akan dapat mengurangi persediaan.

Metode JIT merupakan filosofi dimana perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan dan tanpa menanggung biaya persediaan. Sistem pembelian barang secara JIT dilakukan atas dasar tarikan permintaan, sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. Berdasar sistem tarikan (pull system), barang yang diterima dari pembelian segera digunakan untuk memenuhi permintaan produksi dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga mencapai sediaan nol (zero inventory).

Menurut Mangan, Lalwani, Butcher, & Javadpour (2012:206), konsep utama dari pengurangan persediaan pada JIT adalah:

1. Persediaan menyembunyikan masalah. Menyimpan persediaan dibutuhkan karena beragamnya permintaan. Peralatan rusak, kualitas produksi yang buruk, menyebabkan terjadinya variasi masalah di dalam manufaktur, dan persediaan dibutuhkan untuk menutupi semua masalah tersebut. JIT menangani masalah ini secara langsung ke akar pemasalahan mengapa persediaan harus disimpan; dengan secarra sengaja mengurangi jumlah

(18)

penyimpanan persediaan, masalah persediaan yang muncul tersebut akan terselesaikan.

2. Memproduksi dalam jumlah yang kecil. Keuntungan dari melakukan pemesanan dalam jumlah yang kecil adalah membuat rata-rata tingkat persediaan juga sedikit. Apa yang sulit untuk mencapai hal ini? Masalahnya adalah banyaknya pemesanan yang dibuat terkait dengan biaya pemesanan. JIT mencari cara untuk mengurangi biaya pemesanan ini sehingga pemesanan dalam jumlah yang ideal tersebut tercapai. Misalnya dengan mencari pemasok yang lebih dekat. Dalam manufaktur, pemesanan juga meliputi penyetelan mesin dan peralatan manufaktur. Setiap ada order, mesin tersebut harus sudah dipasang untuk digunakan. Waktu dan usaha untuk menyetel mesin ini hampir sama dengan biaya pemesanan. JIT mencari cara untuk memfasilitasi produksi dalam jumlah kecil dengsn memperbaiki proses pemesanan sehingga waktu dan usaha dalam pemesanan tersebut berkurang secara drastis.

Secara matematis, rumus untuk Just-in-time adalah sebagai berikut: d = Fp = = = Siklus pesanan = Wp = c x C N = = x K Dimana: d = kebutuhan harian D = permintaan Fp = frekuensi pengiriman

Fb = pemesanan bahan baku bulanan

|A| = jumlah hari yang digunakan untuk sekali pesan B = frekuensi pengangkutan per hari

(19)

Wp = waktu pemesanan c = siklus pesanan (hari) C = selang waktu pengangkutan a = koefisien pengaman

K = kapasitas peti kemas

2.5 Konsep Peramalan (Forecasting)

Menurut Ghiani, Laporte, & Roberto (2013) peramalan adalah usaha untuk menentukan hasil yang paling mendekati dari ketidakpastian variabel. Peramalan yang dibutuhkan dalam sistem persediaan antara lain:

Tabel 2. 1Kebutuhan Peramalan

Area Pengambilan Keputusan Peramalan

Purchasing Prices of raw materials, components

and semi-finished goods

Availibility of raw materials, components and semi-finished goods

Facility Location Fixed location cost

Variable location costs

Demand of the logistic nodes to be served

Inventory Picking rate of the products in the warehouse

Inventory cost

Distribution Travel times

Customer demand (both location and time pattern)

Menurut Heizer dan Render (2010:162) peramalan adalah sebagai seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Heizer dan Render (2010:164) mengatakan peramalan merupakan satu-satunya prediksi atas permintaan hingga permintaan yang

(20)

sebenarnya diketahui. Perusahaan selalu dituntut untuk memperkirakan atau meramalkan besarnya permintaan pelanggan akan produknya. Sedangkan menurut Russel & Taylor (2011:497) peramalan permintaan produk menentukan seberapa banyak persediaan yang dibutuhkan, seberapa banyak produk yang harus dibuat dan seberapa banyak material yang harus dibeli dari supplier untuk mencapai kebutuhan pelanggan yang sudah diramalkan. Tanpa peramalan yang tepat, persediaan dalam jumlah dan biaya yang besar harus dipersiapkan untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan yang dilakukan oleh pelanggan. Meskipun peramalan yang akurat tidak pernah mungkin bisa dilakukan, tetapi peramalan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai masa yang akan datang.

MenurutSanwanlani & Vijayalakshmi, 2013:39) peramalan penjualan merupakan bagian penting dari manajemen rantai pasokan baik pada pengecer akhir dan distributor, manufaktur dan pemasok. Peramalan penjualan yang tepat waktu dan akurat sangat penting dalam menjembatani kesenjangan antara pasokan dan permintaan, sehingga mengurangi biaya penyimpanan ketika menjaga kemungkinan kehabisan persediaan.

2.5.1 Proses Peramalan

Proses peramalan dikemukakan oleh Ghiani, Laporte, & Roberto (2013:51) dibagi menjadi 3 tahap antara lain:

1. Menyiapkan data

2. Memilih metode peramalan

3. Evaluasi keakuratan data peramalan

Menurut Russel dan Taylor (2011:502) peramalan tidak hanya sekedar mengidentifikasi dan menggunakan metode untuk menghitung perkiraan secara numerik permintaan di masa yang akan datang. Peramalan adalah proses yang bekelanjutan yang membutuhkan pemantauan yang konstan dan penyesuaian yang diilustrasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(21)

Gambar 2. 2 Tahapan forecasting Sumber: Russel dan Taylor (2011 : 502)

2.5.2 Jenis – Jenis Peramalan

Menurut Heizer dan Render (2010:164), organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan:

1. Peramalan ekonomi (economic forecast): menjelaskan tentang siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun peramalan dan indikator perencanaan lainnya.

2. Peramalan teknologi (technologial forecast): memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

3. Peramalan permintaan (demand forecast): proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga

(22)

peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia.

2.5.3 Metode Peramalan

Menurut Ghiani, Laporte, dan Roberto (2013: 46) metode peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu:

1. Metode peramalan kuantitatif 2. Metode peramalan kualitatif

2.5.3.1 Metode Peramalan Kuantitatif

Menurut Heizer dan Render (2010: 163) peramalan biasanya diklasifikasikan dengan horizon waktu yaitu:

1. Peramalan jangka pendek (Short-range forecast)

Jangka waktu peramalan ini hingga 1 tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Digunakan untuk merencanakan (purchasing), penjadwalan kerja (job scheduling), jumlah tenaga kerja (workforce levels), penugasan kerja (job assignments), dan tingkat produksi (production levels).

2. Peramalan jangka menengah (Medium-range forecast)

Jangka waktu peramalan ini antara 3 bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan (sales), perencanaan produksi dan anggaran (production planning and budgeting), anggaran kas, dan menganalisis macam-macam rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang ini biasa digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.

Secara lebih lanjut Heizer dan Render (2010: 163) menjelaskan bahwa metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kategori yaitu:

a. Model deret waktu (time-series model)

Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Deret waktu didasarkan pada urutan dari

(23)

titik-titik data yang berjarak sama dalam waktu (mingguan, bulanan, kuartalan, dan lain-lain). Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lal utersebut intik melakukan peramalan. Meramalkan data deret waktu berarti nilai masa depan diperkirakan hanya dari nilai masa lalu dan variabel lain diabaikan walaupun variable-variabel tersebut mungkin sangat bermanfaat. Yang termasuk dalam model peramalan deret waktu diantaranya:

1. Naïve

Pendekatan naïve merupakan teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. 2. Rata-rata bergerak (Moving Average)

Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan periode berikutnya. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.

3. Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted-Moving Average)

Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untu menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman.

4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Penghalusan Eksponensial ini merupakan suatu teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan di mana titik-titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis.

(24)

Menurut Stevenson & Chuong (2014: 88) exponential smoothing adalah metode untuk menghitung rata-rata tertimbang yang canggih serta relatif mudah digunakan dan dipahami. Setiap ramalan baru didasarkan pada ramalan sebelumnya ditambah dengan persentase selisih antara ramalan dengan nilai aktual dari deret pada titik tersebut. Artinya:

Ramalan berikutnya = ramalan sebelumnya + α (Aktual – Ramalan sebelumnya)

(Aktual – ramalan sebelumnya) mewakili kesalahan ramalan dan α

adalah persentase dari kesalahan.

5. Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Eksponential Smoothing with Trend)

Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respon terhadap tren yang terjadi. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah dengan menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk keterlambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α

untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode.

Menurut Stevenson & Chuong (2014: 93) variasi pemulusan eksponensial sederhana dapat digunakan saat deret berkala memperlihatkan trend linear. Metode ini disebut juga pemulusan eksponensial dengan mempertimbangkan trend (trend-adjusted exponential smoothing) atau pemulusan ganda, yang membedakan dari pemulusan eksponensial sederhana yaitu ketika data bervariasi di sekitar rata-rata atau memiliki perubahan langkah atau perubahan bertahap. Apabila deret memperlihatkan trend dan pemulusan sederhana digunakan pada deret tersebut, semua ramalannya akan ketinggalan dari trend. Jika data bertambah, setiap ramalan akan menjadi terlalu rendah, jika data berkurang, setiap ramalan akan menjadi terlalu tinggi.

Peramalan dengan mempertimbangkan tren (Trend Adjusted Forecast) terdiri atas dua unsur, yaitu kesalahan yang diratakan dan faktor trend.

(25)

TAFt+1 = St + Tt Dimana:

St = ramalan sebelumnya ditambah kesalahan yang diratakan Tt = estimasi trend saat ini

Dan

St = TAF1 + α(At – TAFt)

Tt = Tt-1 + β (TAFt – TAFt-1 – Tt-1)

Yang mana α dan β adalah konstanta pemulusan. Untuk menggunkan metode ini, seseorang harus memilih nilai α dan β (biasanya melalui uji coba) serta mulai membuat ramalan dan estimasi trend berdasar nilai β

yang lebih kecil dari nilai α yang sebelumnya telah dilakukan.

b. Model Kausal

Model kausal (atau model asosiatif / hubungan sebab-akibat), seperti regresi linier, menggabungkan banyak variable atau faktor yang mungkin memengaruhi kualitas yang sedang diramalkan. Metode peramalan yang termasuk dalam model kausal yaitu:

1. Proyeksi tren

Proyeksi tren merupakan suatu metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam peramalan masa depan untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.

2. Regresi Linear (Linear Regression)

Pada model peramalan kausal, biasanya diperhitungkan beberapa variabel yang berhubungan dengan besaran yang diprediksi. Saat variabel terkait ini ditentukan, dibuat model statistik yang digunakan untuk peramalan.

Menurut Jacobs dan Chase (2011: 525), regresi linear digunakan baik di deret waktu (time-series) dan kausal. Saat variabel terikat (digambarkan dengan sumbu vertikal pada grafik) berubah sebagai hasil dari waktu (digambarkan dengan sumbu horizontal), maka termasuk dalam analisis

(26)

deret waktu. Apabila satu variabel berubah karena perubahan pada variabel lain, maka merupakan hubungan kausal.

2.5.3.2 Metode Peramalan Kualitatif

Metode kualitatif umumnya berdasarkan pada penilaian ahli atau pada pendekatan eksperimental, meskipun mereka juga dapat menggunakan mathematical tools untuk mengkombinasikan peramalan yang berbeda. Metode kualitatif biasa digunakan untuk peramalan jangka menengah dan peramalan jangka panjang saat data yang ada tidak mencukupi untuk melakukan metode kualitatif Ghiani, Laporte, dan Musmanno (2013:46).

Heizer dan Render (2010:167) menyatakan peramalan kualitatif menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Terdapat empat teknik peramalan kualitatif yaitu:

1. Keputusan dari pendapat juri eksekutif

Pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi, seringdikombinasikan dengan models statistic, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok

2. Metode Delphi

Ada tiga jenis peserta dalam metode Delphi: pengambil keputusan, karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri dari 5 hingga 10 orang pakar yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu pengambilan keputusan dengan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuesioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang, biasanya ditempatkan di tempat berbeda, di mana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan sebelum peramalan dibuat.

3. Gabungan tenaga penjualan

Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa penjualan yang bisa ia lakukan dalam wilayahnya. Peramalan ini kemudian dikaji untuk memastikan apakah peramalan cukup realistis. Kemudian peramalan dikombinasikan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan.

(27)

Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka di masa depan. Hal ini membantu tidak hanya dalam menyiapkan peramalan tetapi juga memperbaiki desain produk dan perencanaan produk baru. Survei konsumen dan gabungan tenaga penjualan bisa jadi tidak benar, karena peramalan yang berasal dari input konsumen yang terlalu optimis.

2.5.4 Evaluasi Peramalan

Heizer dan Render (2010: 177) menyatakan akurasi keseluruhan dari setiap model peramalan – rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, atau lainnya – dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nlai aktual atau nilai yang sedang diamati. Jika Ft melambangkan peramalan pada periode t, dan At melambangkan permintaan aktual pada periode t, maka kesalahan peramalannya (deviasi) adalah sebagai berikut:

Kesalahan peramalan = Permintaan aktual – Nilai peramalan = At - Ft

Menurut Heizer dan Render (2011:145) untuk mengevaluasi hasil peramalan, terdapat beberapa cara perhitungan yang digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total, perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model-model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Beberapa cara perhitungan tersebut antara lain:

1. Mean Absolute Deviation MAD (Deviasi Mutlak Rerata) MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari setiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).

MAD =

2. Mean Squared Error – MSE (Kesalahan Kuadrat Rerata)

MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan nilai yang diamati.

(28)

MSE =

2.6 Object-Oriented Analysis and Design

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012:241), object oriented analysis (OOA) mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukan interaksi pengguna yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

Sedangkan Object-Oriented Design (OOD) mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas.

2.6.1 Unified Process (UP)

MenurutSatzinger, Jackson dan Burd (2012: 446), Unified Process (UP) merupakan suatu orientasi objek sistem pengembangan metodologi yang awalnya dikembangkan Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson dan awalnya ditawarkan oleh Rational Software yang sekarang menjadi bagian dari IBM. Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson adalah perintis yang juga berada di balik keberhasilan mendefinisikan metodologi lengkap untuk model sistem dan menjelaskan fitur yang unik dengan UML dan UP yang dapat mendeskripsikan fitur yang unik tersebut lebih dulu. Dalam UP jangka waktu proses pembangunan sejalan atau identik dengan metodologi pengembangan.

Analisis dan perancangan sistem berorientasi objek yang lakukan dengan menggunakan metodologi Unified Process (UP). Adapu fase-fase dan tujuan UP yaitu:

1. Inception: Fase ini meliputi pengembangan, visi sistem, pembuatan business case, penentuan cakupan, dan pembuatan perkiraan kasar mengenai biaya dan jadwal.

2. Elaboration: Fase ini meliputi perbaikan visi, pengidentifikasian dan penggambaran semua kebutuhan, pematangan cakupan, perancangan dan pengimplementasian arsitektur dan fungsi inti, dan pembuatan perkiraan yang realistis mengenai biaya dan jadwal.

(29)

3. Construction: Fase ini meliputi implementasi elemen-elemen yang beresiko rendah, dapat diprediksi, dan mudah yang tersisa secara iteratif dan persiapan untuk deployment.

4. Transition: Fase ini meliputi uji beta, dan deployment, sehingga pengguna memiliki sistem kerja dan siap untuk menerima manfaat seperti yang diharapkan.

Gambar 2. 3The Unified system Development Life Cycle Sumber:Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 446)

Dalam UP terdapat salah satu istilah yang disebut dengan discipline untuk aktivitas yang fungsinya saling berhubungan dan berkontribusi untuk satu aspek dari pengembangan proyek UP. Ada 6 discipline utama dalam UP, antara lain:

1. Business Modeling

Tujuan utama dari Business Modeling adalah untuk memahami dan mengkomunikasikan lingkungan dimana sistem akan digunakan. Analisi harus dapat memahami permasalahan yang sedang terjadi dan peningkatan potensial yang mungkin untuk dilakukan dengan sistem baru. Selain itu seorang analis dan tim harus bisa mengkomunikasikan pemahaman ini kepada pengguna sistem, manajer, dan programmer yang akan mengerjakan proyek. Berikut adalah tiga kegiatan dari business modeling:

a. Understand the business environement (Mengetahui lingkungan bisnis), adalahuntuk mengetahui lingkungan bisnis, permasalahan yang terjadi pada proses bisnis dan harus diselesaikan. Selain itu juga mengidentifikasi pihak-pihak yang akan terkena dampak dari proyek sistem baru.

(30)

b. Create the system vision (Membuat visi suatu sistem), adalah untuk menentukan tujuan dari sistem, kemampuan yang dimiliki, dan keuntungan yang akan diberikan dari adanya sistem baru

c. Create business models (Membuat model bisnis), adalah untuk membuat satu model baik itu berupa chart, diagram, skema, workflow, dan sebagainya yang menunjukan bagaiman proses bisnis baru yang terjadi apabila sistem baru diterapkan.

2. Requirement

Tujuan utama dari requirement adalah untuk memahami dan mendokumentasikan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan atau organisasi, dan proses requirement untuk sistem baru. Kata kunci yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah discover dan understanding yang memiliki arti mencari dan memahami apa yang akan dibutuhkan oleh user. Kegiatan yang terdapat dalam requirement antara lain:

a. Gather detailed information (Mengumpulkan informasi secara detail), adalah mencari informasi sebanyak mungkin dari user mengenai permasalahan yang dihadapi, dan bagaimana sistem baru dapat mengatasinya. Mencari informasi dapat dilakukan dengan cara wawancara, bertanya, membaca dokumen ataupun prosedur yang ada.

b. Define functional requirements (Menentukan kebutuhan fungsional), adalah menentukan aktifitas apa saja yang akan dilakukan oleh sistem. Digambarkan dengan diagram yang berisi informasi kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh user.

c. Define nonfunctional requirements, adalah menentukan kebutuhan non-fungsional secara detail. Termasuk kebutuhan terkait teknologi, ekspektasi performa, kegunaan, daya tahan, dan keamanan.

d. Prioritize requirements: menentukan level prioritas sistem dan terhadap kebutuhan user yang akan menggunakan.

e. Develop user interface dialogs: menentukan jenis tampilan user interface (UI) yang cocok digunakan oleh user. Bisa dilakukan dengan cara wawancara user dan menggambar sketsa.

f. Evaluate requirements with users: anggota tim proyek melakukan review dengan user untuk mendapat pencapaian yang akurat.

(31)

3. Design

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendesain sistem sebagai solusi atas kebutuhan yang didapat sebelumnya. Dengan High-level design, analis dapat membangun struktur arsitektur komponen software, database dan user interface, serta pedoman penggunaan. Sedangkan Low-level design, analis dapat menentukan class, methods, dan struktur yang dibutuhkan untuk membangun software. Aktivitas dalam design antara lain:

a. Design the support service architecture and deployment environement: mendesain kebutuhan komputer yang digunakan, jenis koneksi, dan operating system yang akan menjadi tempat bagi sistem baru.

b. Design the software architecture: membuat detail dari program menjadi subsistem atau komponen-komponen. Detail desain dibuat dari tiap use case pada arsitektur sistem.

c. Design use case realizations: desain software yang mengimplementasikan tiap use case. Didokumentasikan lagi dengan class diagram dan interaksinya.

d. Design the database: mendesain class diagram untuk database sistem.Dan database sistem baru harus terintegrasi dengan database sistem yang sudah digunakan sebelumnya.

e. Design the system and user interfaces: mendesain tampilan untuk tiap dialog sistem. Dan mendesain laporan dalam bentuk online dan cetak. f. Design the system security and controls: mendesain kontrol dan

(32)

Gambar 2. 4 UP disciplines

Sumber:Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 448) 2.6.2 Unified Modeling Language (UML)

Menurut Lano (2009), UML merupakan sesuatu yang dirancang untuk menjadi sebuah penambahan melalui penggunaan definisi profil dan stereotypes baru di dalam sebuah metamodel. Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012: 46), dengan analis dan end user menggunakan UML, mereka dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.

2.6.2.1 Pengertian Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:57), activity diagram adalah sebuah tipe dari workflow diagram yang menggambarkan aktivitas dari user dan flownya secara berurutan. Notasi pada activity diagram dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(33)

Gambar 2. 5 Activity Diagram symbols. Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 58)

Langkah dalam membuat activity diagram adalah mengidentifikasikan setiap pelaku atau agent untuk membuat swimlane. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat acitvity diagram adalah penggunakan simbol keputusan (decision symbols) untuk menggambarkan suatu keadaan satu alur menuju alur lainnya tetapi bukan keduannya. Penggunaaan synchronization bar untuk alur yang paralel – keadaan dimana kedua alur dilakukan.

(34)

Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 59) 2.6.2.2Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 78)usecase diagram adalah model UML yang digunakan secara grafis untuk menunjukkan usecase dan hubungannya dengan user. Yang termasuk di dalam usecase diagram adalah orang yang menggunakan sistem, yang disebut sebagai actor. Actor biasanya berada di luar automation boundary dari sistem tetapi bagian dari manual sistem. Automation boundary menggambarkan batas antara bagian terkomputerisasi dan orang-orang yang mengoperasikan aplikasi, digambarkan sebagai persegi panjang yang berisi use case.

Gambar 2. 7 Contoh Use Case Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012:82)

(35)

2.6.2.3Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 121), usecase description adalah model tekstual yang mendaftarkan dan menjelaskan rincian proses untuk usecase. Metode formal yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan usecase. Fully developed description merupakan metode yang paling formal mendokumentasikan sebuah use case. Meskipun memerlukan waktu lebih untuk mengerjakan, jenis dari use case description ini dapat meningkatkan kemungkinan akan pemahaman mengenai proses bisnis.

Gambar 2. 8 Contoh Use Case Description Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 123)

(36)

2.6.2.4 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 101), class adalah kategori atau klasifikasi dari kumpulan objek atau benda. Sedangkan class diagram digunakan untuk menunjukkan class dari objek untuk sebuah sistem. Domain model class diagram adalah sebuah class diagram yang hanya memasukkan class dari sebuah problem domain.Tipe lain dari notasi class diagram UML digunakan untuk membuat desain class diagram ketika merancang class perangkat lunak. Di classdiagram, persegi panjang mewakili kelas, dan garis yang menghubungkan persegi panjang menunjukkan asosiasi antara kelas. Dalam persegi panjang(kotak) terbagi dua, bagian atas berisi nama kelas, dan bagian bawah merupakan atribut kelas. Nama kelas selalu diawali dengan huruf kapital, dan atribut nama selalu diawali dengan huruf kecil. Diagram class digambarkan dengan menampilkan kelas dan asosiasi antara kelas.

Gambar 2. 9 Contoh Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 101)

Gambar 2. 10 Notasi Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2012:102)

(37)

2.6.2.5System Sequence Diagram

Menurut Whitten, et al., (2007), System Sequence Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara aktor dan sistem untuk skenario dalam usecase.Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010), System sequence diagram digunakan untuk menggambarkanaliran dari informasi yang masuk dan keluar dari sistem yang terotomatisasi. System sequence diagram merupakan tipe dari interaction diagram yaitu communication diagram atau sequence diagram yang menunjukkan interaksi diantara objek.

Gambar 2. 11 Contoh System Sequence Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010:253)

2.6.2.6 First Cut Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:312), First Cut Design Class Diagram dikembangkan dengan memperluas model domain class diagram dan memerlukan dua langkah yaitu mengelaborasi atribut-atribut dengan tipe dan nilai informasi inisial dan langkah ke dua adalah menambahkan panah navigasi visibilitas.

(38)

Gambar 2. 12 Contoh First Cut Design Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 313)

2.6.2.7 Multi-layer Design Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 345) pengembangan first-cut sequence diagram hanya berfokus pada class-class yang ada di problem domain layer. Setiap sistem akan membutuhkan view layer classes untuk menggambarkan layar input dan output untuk aplikasi. Multi-Layer Design Sequence Diagram terdiri dari data access Layer dan view layer untuk memastikan bahwa user interface yang dikembangkan konsisten dengan desain aplikasi. Semua pesan masuk yang ada pada System Sequence Diagram harus ditangani oleh user interface (Satzinger, 2012: 349).

(39)

Gambar 2. 13 Contoh Multi-layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 346)

2.6.2.8 Updated Class Diagram

Satzinger, Jackson & Burd (2012: 351) menyatakan Updated class diagram dibuat ketika sequence diagram telah selesai dibuat, dan informasi seperti methods dapat ditambahkan ke dalam classes. Langkah dalam membuat updated class diagram pertama adalah menambahkan method berdasarkan informasi dari sequence diagram. Setiap pesan yang muncul pada sequence diagram akan membutuhkan sebuah method agar sampai ke objek tujuan. Proses menambahkan method ke dalam class berasal dari setiap sequence diagram dan mencari pesan yang akan dikirimkan ke class tersebut. Setiap pesan menggambarkan sebuah method

(40)

Gambar 2. 14 Contoh Updated Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 352)

2.6.2.9 Communication Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 349), communication diagram adalah suatu diagram yang digunakan untuk membuat sketsa rancangan ide dalam rapat. Communication diagram menggunakan simbol yang sama bagi aktor, objek dan pesan seperti sequence diagram. Tetapi lifeline dalam sequence tidak digunakan dalam communication diagram. Namun yang berbeda adalah simbol yang digunakan dalam communication diagram.

(41)

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012:350) 2.6.2.10 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 459), package diagram di dalam UML hanyalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas kelompok terkait. Bagian sebelumnya yang digambarkan dalam threelayer yang meliputi lapisan tampilan, lapisan domain, dan lapisan akses data. Dalam diagram interaksi , benda-benda dari setiap lapisan ditunjukkan bersama-sama dalam diagram yang sama.Namun , desainer kadang-kadang perlu untuk mendokumentasikan perbedaan atau persamaan dalam hubungan objek yang berbeda lapisan - mungkin memisahkan atau mengelompokkan mereka berdasarkan pada didistribusikanpengolahan lingkungan . Informasi ini dapat ditangkap dengan menunjukkan setiap lapisan sebagaipaket terpisah

Gambar 2. 16 Contoh Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 459)

(42)

2.6.2.11User Interface

Menurut, Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 189) User Interface adalah bagian dari sebuah sistem informasi yang membutuhkn interaksi pengguna untuk membuat input dan ouput.

Gambar 2. 17 Contoh User Interface Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 203)

2.6.2.12 Persistent Object

Menurut (Whitten, et al., 2007), Persistent Class adalah sebuah kelas yang menggambarkan sebuah objek yang hidup dalam suatu eksekusi program yang dibuat.

Tabel 2.2 Persistent Object Sumber: Data Penulis

(43)

2.6.2.13 Entity Relationship Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 98) entity relationship diagram (ERD) adalah sebuah diagram yang berisi entitas data (kumpulan dari benda) dan hubungannya. Pada ERD, persegi melambangkan entitas data, dan garis yang menghubungkan persegi tersebut menunjukkan hubungan antar entitas data.

Menurut Romney dan Steinbart (2012: 514) entity-relationship (E-R) diagram adalah sebuah teknik grapis untuk menggambarkan skema database. Dipanggil E-R diagram karema menunjukan beragam entitas yang dimodelkan dan hubungan yang penting diantaranya. Entitas merupakan segala hal yang organisasi butuhkan untuk mengumpulkan dan dan menyimpan informasi. Sebagai contoh database Fred’s Train Shop’s memiliki entitas untuk karyawan, pelanggan, pemasok, persediaan dan kegiatan bisnisnya seperti penjualan ke pelanggan dan pengiriman dari pemasok. Di dalam relational database, tabel-tabel terpisah akan dibuat untuk menyimpan informasi entitas yang berbeda; di dalam object-oriented database, class-class terpisah dibuat untuk menyimpan entitas yang berbeda.

Gambar 2. 18 Notasi ERD

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 98)

(44)

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 99)

2.6.2.14 Navigation Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009:504 ), navigation diagram adalah proses mengeluarkan sebuah objek pengenal dari satu objek dan menggunakannya untuk akses objek lain.

Gambar 2. 20 Contoh Navigation Diagram Sumber: www.slideshare.net

(45)

2.7 Software Architecture

Menurut Satzinger (2005:264), Software Architecture merupakan arsitektur yang mengarah kepada “Big Picture” aspek struktur dari sistem informasi. Dua aspek yang paling penting yaitu pembagian software ke dalam kelas-kelas dan distribusi dari kelas yang terkait selama proses lokasi dan spesifikasi komputer.

Bagian Penjualan Bagian Gudang Bagian Admin komputer komputer komputer printer printer printer Server data

Gambar 2. 21Contoh Software Architecture Sumber : Penulis

(46)

2.8 Kerangka Berpikir

Berikut merupakan kerangka berpikir untuk penelitian ini:

Gambar 2. 22 Kerangka Berpikir

Fase elaboration

PT. Mutiara Motor

Observasi dan wawancara proses bisnis berjalan

Identifikasi masalah

Melakukan forecastig menggunakan dengan metode:

Naive Moving Average

Weighted Moving Average Exponential Smoothing

ExponentialSmoothing with Trend Linear Regression

Identifikasi MAD & MSE paling kecil

Identifikasi proyeksi model persediaan yang paling efisien

dari segi biaya menggunakan model:

Min – Max EOQ

EOI Just in Time Inventory

Menarik kesimpulan

Perancangan sistem pengendalian persediaan dengan OOAD

Fase inception

Mendefinisi perancangan dan ruang lingkup sistem pengelolaanpersediaan

Activity Diagram

Use Case Description

Use case Class Diagram Sequence Diagram Fase construction User Interface Perencanaan Implementasi ERD Kebutuhan hardware Kebutuhan software Kebutuhan SDM Melakukan studi pustaka

First-cut Class Diagram

Updated –class Diagram

Multilayer sequence

Package diagram

Persistent Object Navigation Diagram Usulan Pemecahan

(47)

Gambar

Gambar 2. 1 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis  Sumber: Marakas & O’Brien (2014 : 7)
Tabel 2. 1Kebutuhan Peramalan
Gambar 2. 2 Tahapan forecasting  Sumber: Russel dan Taylor (2011 : 502)
Gambar 2. 3The Unified system Development Life Cycle  Sumber:Satzinger, Jackson dan  Burd (2012: 446)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat membuat model bisnis ini yaitu pertama-pertama harus menentukan terlebih dahulu produk apa yang ingin dibuat model bisnis nya atau

Terdapat sebelas tabel pada database dalam aplikasi peramalan persediaan yang terdiri dari : permintaan, produk jadi, permintaan produk jadi, peramalan, bill of

Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan berdampak kepada masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan

Tipe ini merupakan proses pelacakan permintaan konsumen pada waktu yang sama (real time), sehingga proses produksi dapat menyediakan persediaan ulang barang secara

Menurut Assauri (2008:242), safety stock adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah teradinya kekurangan persediaan ketika permintaan tidak pasti atau karena faktor

Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan permintaan dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana memahami karateristik suatu metode peramalan

Menurut Gasperz (2002), peramalan adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk membantu memberikan gambaran tentang permintaan terhadap produk atau jasa tertentu di masa

Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk