• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Nama : Rudy Samudra P NIM : A Program Studi : Teknik Informatika S-1. Disusun Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. Nama : Rudy Samudra P NIM : A Program Studi : Teknik Informatika S-1. Disusun Oleh :"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA PERBANDINGAN QOS (QUALITY OF SERVICE)

VOIP (VOICE OVER INTERNET PROTOCOL) PADA

JARINGAN OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DAN RIP

(ROUTING INFORMATION PROTOCOL)

Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program studi Teknik Informatika S-1 pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Disusun Oleh :

Nama

: Rudy Samudra P

NIM

: A11.2009.04713

Program Studi : Teknik Informatika S-1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2013

(2)

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Pelaksana : Rudy Samudra P NIM : A11.2009.04713 Program Studi : Teknik Informatika S1 Fakultas : Ilmu Komputer

Judul Tugas Akhir : ANALISA PERBANDINGAN QOS (QUALITY OF SERVICE) VOIP (VOICE OVER INTERNET PROTOCOL) PADA JARINGAN OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DAN RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL)

Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, Oktober 2013

Mengetahui :

Pembimbing Dekan Fakultas Ilmu Komputer

(3)

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Nama Pelaksana : Rudy Samudra P NIM : A11.2009.04713 Program Studi : Teknik Informatika S1 Fakultas : Ilmu Komputer

Judul Tugas Akhir : ANALISA PERBANDINGAN QOS (QUALITY OF SERVICE) VOIP (VOICE OVER INTERNET PROTOCOL) PADA JARINGAN OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DAN RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL)

Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Sidang Tugas Akhir tanggal Oktober 2013. Menurut pandangan kami, Tugas

Akhir ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugerahan gelar Sarjana Komputer (S.Kom.)

Semarang, Oktober 2013 Dewan Penguji :

Anggota I Anggota II

Noor Ageng Setiyanto, M. Kom Sendi Novianto, S. Kom, M. T Ketua Penguji

(4)

PERNYATAAN

KEASLIAN TUGAS AKHIR

Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Rudy Samudra P NIM : A11.2009.04713

Menyatakan bahwa karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA PERBANDINGAN QOS (QUALITY OF SERVICE) VOIP (VOICE OVER INTERNET PROTOCOL) PADA JARINGAN OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DAN RIP (ROUTING INFORMATION

PROTOCOL)

Merupakan karya asli saya (kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-masing telah saya jelaskan sumbernya dan perangkat pendukung yang lain). Apabila dikemudian hari, karya saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, yang disertai dengan bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar saya beserta hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang Pada tanggal : Oktober 2013

Yang menyatakan,

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Rudy samudra P NIM : A11.2009.04713

Demi mengembangkan Ilmu Pemngetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non Eksklusif atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA PERBANDINGAN QOS (QUALITY OF SERVICE) VOIP (VOICE OVER INTERNET PROTOCOL) PADA JARINGAN OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) DAN RIP (ROUTING INFORMATION

PROTOCOL)

Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada tanggal : Oktober 2013

Yang menyatakan,

(6)

ABSTRAK

Teknologi Voice over Internet Procotol (VoIP) tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat luas karena dengan adanya VoIP maka sarana untuk melakukan komunikasi dari segi biaya yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit apabila dibandingkan dengan media telepon konvensional biasa.

VOIP memiliki bit-bit pada header yang mempertahankan nilai QoS (Quality of Service). Oleh karena itu, VOIP dapat menjamin ketersediaan bandwidth untuk setiap jenis trafik, sehingga voice yang sangat sensitif terhadap delay dapat dijamin kualitasnya. Menyadari hal itu, jaringan VOIP dapat digunakan sebagai infrastruktur jaringan untuk sebuah layanan komunikasi berbasis voice. Dalam penelitian ini akan mengimplementasi routing protocol RIP dan OSPF. Hasil dari implementasi diharapkan memberikan gambaran dalam pemilihan routing protocol yang pada jaringan VOIP. Dari hasil pengujian di laboraturium didapatkan bahwa penggunaan routing protocol OSPF memiliki QoS lebih baik dibandingkan RIP. Dilihat dari hasil throughput, delay, packet loss, dan jitter yang didapat dari jaringan VOIP.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Informatika di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Selain itu penulis juga dapat mencoba menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja.

Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Bapak Dr. Drs. Abdul Syukur, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

3. Bapak Dr. Heru Agus Santoso, M.Kom, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika S-1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Bapak Ajib Susanto, M.Kom, selaku Dosen Wali yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penulis dalam bangku perkuliahan.

5. Bapak Elkaf Rahmawan P .M.Kom, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menyusun tugas akhir ini.

(8)

6. Bapak/Ibu Dosen Universitas Dian Nuswantoro Semarang atas segala bimbingan dan curahan ilmu pengetahuan yang diberikan selama penulis dalam bangku perkuliahan.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang, Oktober 2013

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ... ii

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Batasan Masalah ... 2 1.4 Tujuan Penelitian ... 3 1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

2.1 Cara Kerja VOIP ... 4

2.2 Faktor Penentu pada saat pengujian ... 5

2.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas VOIP di jaringan ... 7

2.4 Routing ... 8

2.4.1 Algoritma Routing ... 8

(10)

2.5.1 Pengertian QOS ... 13

2.5.2 Tingkatan QOS ... 14

2.5.3 Parameter QOS ... 25

2.5.4 Pengaruh gangguan Trafik pada QOS ... 28

2.6 Wirshark ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Ruang Lingkup ... 30 3.2 Pengumpulan Data ... 30 3.2.1 Sumber Data ... 30 3.3 Metode Penelitian ... 31 3.3.1 Perencanaan …... 31 3.3.2 Setting ... 32

3.3.3 Analisa Kebutuhan Hardware dan Software ... 33

3.3.4 Faktor penentu pada saat pengujian ... 33

3.4 Pengambilan Data ... 35

3.5 Pencatatan Hasil ... 35

3.6 Analisa Hasil ... 35

3.7 Pengambilan Kesimpulan ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Hasil Pengujian Client 1 ... 37

4.1.2 Hasil Pengujian Client 2 ... 41

4.2 Pembahasan ... 45 4.2.1 Troughput ... 46 4.2.2 Packet Loss ... 47 4.2.3 Delay ... 48 4.2.4 Jitter ... 49 BAB V PENUTUP ... 52 5.1 Kesimpulan ... 52

(11)

5.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.5 Standar Delay ... 25

Tabel 2.6 Standar jitter ... 26

Tabel 2.7 Standar Packet Loss ... 27

Tabel 4.1 Tabel Rata-Rata Throughput ... 37

Tabel 4.2 Tabel Rata-Rata Packet Loss ... 38

Tabel 4.3 Tabel Rata-Rata Delay ... 39

Tabel 4.4 Tabel Rata-Rata Jitter ... 40

Tabel 4.5 Tabel Rata-Rata Throughput ... 41

Tabel 4.6 Tabel Rata-Rata Packet Loss ... 42

Tabel 4.7 Tabel Rata-Rata Delay ... 43

Tabel 4.8 Tabel Rata-Rata Jitter ... 44

Tabel 4.9 Tabel Rata-Rata Total Parameter Throughput ... 45

Tabel 4.10 Tabel Rata-Rata Total Parameter Packet Loss ... 46

Tabel 4.11 Tabel Rata-Rata Total Parameter Delay ... 47

Tabel 4.12 Tabel Rata-Rata Total Parameter Jitter ... 48

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Throughput ... 37

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Packet Loss ... 38

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Delay ... 39

Gambar 4.4 Grafik Rata-Rata Jitter ... 40

Gambar 4.5 Grafik Rata-Rata Throughput ... 41

Gambar 4.6 Grafik Rata-Rata Packet Loss ... 42

Gambar 4.7 Grafik Rata-Rata Delay ... 43

Gambar 4.8 Grafik Rata-Rata Jitter ... 44

Gambar 4.9 Grafik Rata-Rata Total Parameter Throughput ... 45

Gambar 4.10 Grafik Rata-Rata Total Parameter Packet Loss ... 46

Gambar 4.11 Grafik Rata-Rata Total Parameter Delay ... 47

Gambar 4.12 Grafik Rata-Rata Total Parameter Jitter ... 48

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

VoIP (voice over internet protokol) adalah teknologi yang mampu melewatkan suara atau video melalui jaringan IP. Semenjak keberhasilan transfer informasi real time (voice) melalui jaringan IP dengan kualitas yang cukup memadai (acceptable), mulai timbul adanya kecenderungan transfer informasi voice yang kurang jelas kualitas suaranya secara besar-besaran melalui jaringan paket (IP), dan juga informasi-informasi lainnya (video dan messaging).[1]

Semakin besarnya pengguna layanan VoIP, menuntut sebuah server yang memiliki spesifikasi sumber daya yang cukup tinggi. Karena, selain faktor bandwith, dalam sistem VoIP performa server sangat berpengaruh pada kualitas service VoIP yang dihasilkan. Semakin besarnya spesifikasi sebuah server VoIP, maka semakin bagus pula kualitas layanan yang dihasilkan. Parameter kualitas layanan VoIP, dapat diukur dari delay, jitter, packet loss yang terjadi pada saat server VoIP.[1][2]

Karena keunggulanya inilah, VOIP saat ini sering ditawarkan oleh service provider sebagai solusi terhadap sistem jaringan perusahaan- perusahaan besar dan memasarkan teknologi ini. Karena semakin banyaknya persaingan, maka masing-masing service provider dituntut untuk merancang komposisi pelayanan dan kualitas pelayanan yang ideal, efektif, dan efisien bagi sistem jaringan costumer-nya, sehingga dapat membantu untuk meningkatkan keamanan, kualitas layanan trafik voice dan data [2].

Protokol dalam suatu jaringan sangat berpengaruh dalam proses komunikasi, karena protokol di teknologi komunikasi digunakan untuk membawa pesan paket dan komunikasi terjadi melalui protokol tersebut dan juga karena routing protokol router mengetahui kemana data harus dikirim,

(15)

dan sebuah autonomous system memerlukan routing protokol yang dapat berkonvergensi dengan cepat dan efisien. Pemilihan router yang tepat akan memperkuat manajemen lalu lintas data karena routing protokol tidak hanya didesain untuk mengubah rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan dan mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat [3].

Pada tugas akhir ini dilakukan analisis QoS perbandingan VOIP pada jaringan OSPF dan RIP. Data yang akan diujikan berupa kualitas suara, dikarenakan kualitas suara merupakan aplikasi realtime yang sensitif terhadap delay dan packet loss. Diharapkan kualitas suara dapat diketahui routing protokol yang paling stabil untuk diimplementasikan dalam jaringan VOIP.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pada tugas akhir ini untuk mengetahui pengaruh routing protocol pada jaringan VOIP yang akan diujikan berupa trafik kualiatas suara. Ketika sebuah jaringan VOIP menggunakan routing protocol yang berbeda, yaitu RIP dan OSPF dalam kondisi yang berbeda dan akan diuji , maka routing protocol mana yang paling optimal, mempunyai kinerja yang baik dan paling efektif untuk diimplementasikan dalam jaringan VOIP.

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini terdapat beberapa batasan masalah yaitu :

1. Peningkatan kualitas QoS dilihat dengan menggunakan parameter delay, jitter, packet loss, throughput.

(16)

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan penyusunan tugas akhir ini antara lain : Mengetahui routing protocol yang paling optimal dan paling efektif antara routing protocol RIP dan OSPF untuk diimplementasikan di jaringan VOIP.

1.5 Manfaat Masalah

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama berada di bangku perkuliahan.

b. Dapat mengimplementasikan dan mengukur terhadap QoS (Quality of Service) pengaruh kinerja routing protokol RIP dan OSPF pada jaringan VOIP.

c. Untuk memenuhi persyaratan formal dalam menyelesaikan program studi Teknik Informatika S-1 pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro.

2. Bagi Akademik

a. Sebagai bahan evaluasi akademik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

b. Sebagai bahan referensi bagi mereka yang mengadakan penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut dengan permasalahan yang berbeda.

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan pengetahuan, pembanding dan acuan dalam menghadapi permasalahan atau kasus penelitian yang sama.

(17)

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1Cara Kerja VOIP

Prinsip kerja VoIP adalah mengubah suara analog yang didapatkan dari speaker pada Komputer menjadi paket data digital, kemudian dari PC diteruskan melalui Hub/ Router/ ADSL Modem dikirimkan melalui jaringan internet dan akan diterima oleh tempat tujuan melalui media yang sama. Atau bisa juga melalui melalui media telepon diteruskan ke phone adapter yang disambungkan ke internet dan bisa diterima oleh telepon tujuan.

Untuk Pengiriman sebuah sinyal ke remote destination dapat dilakukan secara digital yaitu sebelum dikirim data yang berupa sinyal analog diubah ke bentuk data digital dengan ADC (Analog to Digital Converter), kemudian ditransmisikan, dan di penerima dipulihkan kembali menjadi data analog dengan DAC (Digital to Analog Converter). Begitu juga dengan VoIP, digitalisasi voice dalam bentuk packets data, dikirimkan dan di pulihkan kembali dalam bentuk voice di penerima. Format digital lebih mudah dikendaika, dalam hal ini dapat dikompresi, dan dapat diubah ke format yang lebih baik dan data digital lebih tahan terhadap noise daripada analog.

Bentuk paling sederhana dalam sistem VoIP adalah dua buah komputer terhubung dengan internet. Syarat-syarat dasar untuk mengadakan koneksi VoIP adalah komputer yang terhubung ke internet, mempunyai sound card yang dihubungkan dengan speaker dan mikropon. Dengan dukungan software khusus, kedua pemakai komputer bisa saling terhubung dalam koneksi VoIP satu sama lain. Bentuk hubungan tersebut

(18)

bisa dalam bentuk pertukaran file, suara, gambar. Penekanan utama dalam VoIP adalah hubungan keduanya dalam bentuk suara.

Pada perkembangannya, sistem koneksi VoIP mengalami evolusi. Bentuk peralatan pun berkembang, tidak hanya berbentuk komputer yang saling berhubungan, tetapi peralatan lain seperti pesawat telepon biasa terhubung dengan jaringan VoIP. Jaringan data digital dengan gateway untuk VoIP memungkinkan berhubungan dengan PABX atau jaringan analog telepon biasa. Komunikasi antara komputer dengan pesawat (extension) di kantor adalah memungkinkan. Bentuk komunikasi bukan Cuma suara saja. Bisa berbentuk tulisan (chating) atau jika jaringannya cukup besar bisa dipakai untuk Video Conference. Dalam bentuk yang lebih lanjut komunikasi ini lebih dikenal dengan IP Telephony yang merupakan komunikasi bentuk multimedia sebagai kelanjutan bentuk komunkasi suara (VoIP). Keluwesan dari VoIP dalam bentuk jaringan, peralatan dan media komunikasinya membuat VoIP menjadi cepat popular di masyarakat umum.

2.2Faktor penentu pada saat pengujian

Agrawal (2006) membagi gangguan-gangguan yang berpengaruh terhadap kualitas voice call ke dalam 3 kelompok, yaitu gangguan pengolahan sinyal, gangguan jaringan, dan gangguan lingkungan. Gangguan pada saat pengolahan sinyal disebabkan oleh filter suara, quantizer, dan codec yang digunakan pada sistem. Gangguan jaringan berupa packet loss, delay, dan jitter. Sedangkan gangguan lingkungan meliputi faktor-faktor seperti tingkat kebisingan pada lokasi user.

Volpe (2009) menyatakan tiga gangguan mendasar yang berpengaruh terhadap kualitas voice call pada jaringan VoIP, yaitu packet loss, delay, dan jitter.

Emulator jaringan IP merupakan software yang dapat membangkitkan gangguan pada jaringan IP, seperti latency, delay, jitter, bandwidth

(19)

limitation, loss, duplication, dan modification of the packets. Software ini memungkinkan pengguna menggangu aliran pada jaringan IP untuk membantu mempelajari perilaku aplikasi,perangkat, atau layanan di dalam sebuah lingkungan jaringan yang terganggu. Gangguan dapat dibangkitkan dengan loss dan delay pada aliran IP yang diberikan olehuser (ZTI, 2012).

Beberapa contoh software emulator jaringan yangtersedia saat ini yaitu NetDisturb, NIST (NetworkImpairment Simulator) Net, dan NetEm.

Emulator jaringan yang digunakan pada penelitian ini adalah NetEm.

NetEm adalah sebuah tool yang dibuat oleh Stephen Hemminger di Open

Source Development Lab (OSDL) untuk mengontrol antrian dan trafik yang

didesainuntuk Linux. NetEm dibangun menggunakan fasilitas Quality of Service (QoS) dan Differentiated Services (Diffserv) yang tersedia di kernel

Linux (Hemminger, S.2005). Software ini menggunakan seperangkat

statistical routine untuk membangkitkan parameter-parameter gangguan

pada trafik jaringan.

NetEm terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu small kernel module untuk disiplin antrian dan command line utility untuk konfigurasinya. Kernel module dan command line terhubung viaNetwork socket interface. User menentukan parameter-parameter untuk mengemulasi jaringan dengan mengetikkan perintah “tc” pada command line. Parameter – parameter yang dapat dibangkitkan menggunakan NetEm adalah packet delay, loss, duplication, dan reordering (Hemminger, S. 2005).

Contoh command perintah untuk membangkitkan parameter - parameter jaringan pada NetEm seperti :

“tc qdisc add dev root netem delay 20ms 20ms loss 3%”

Perintah di atas merepresentasikan untuk membangkitkan delay sebesar 20 ms, jitter sebesar 20 ms, dan packet loss sebesar 3 % (Linux Foundation, 2009).

(20)

2.3Faktor yang mempengaruhi kualiatas VOIP di jaringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas VoIP antara lain: bandwidth, delay, jitter, arsitektur jaringan, skema kompresi, tingkat hilang paket, dan paketisasi; protokol persinyalan, kontrol admisi, keamanan, dan kemampuan melewati NAT dan Firewall.

Aspek penting di dalam skema kompresi adalah waktu tunda dan supresi hening. Pada percakapan biasa, pengguna hanya berbicara selama 35% dan sisanya adalah hening yang kemudian dikompres agar ukurannya menjadi lebih kecil. Skema kompresi juga menentukan waktu tunda yang disebut sebagai waktu tunda kompresi yang dirumuskan sebagai berikut:

Waktu tunda kompresi = (2N+1)*panjang frame + look-ahead time Paketisasi: Penggunaan paket yang kecil dapat menurunkan efektifitas jaringan sedangkan paket besar akan meningkatkan waktu tunda. Ukuran paket VoIP umumnya berkisar 10-30 ms. Layanan di koneksi dengan bandwidth rendah yang menggunakan teknik error concealment akan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan di koneksi dengan bandwidth tinggi namun tanpa teknik tsb.

Echo dibedakan ke dalam hybrid echo (pada proses konversi 2W/4W) dan acoustic echo yang disebabkan buruknya kopling antara mikropon dan speaker. Pada sistem VoIP, delay yang melebihin 30 ms dapat menyebabkan terjadinya echo.

(21)

2.4Routing

2.4.1 Algoritma Routing

a RIP

Routing Information Protocol (RIP) merupakan salah

satu protokol routing distance vector, sebuah protokol yang sangat sederhana. Dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Protokol distancevector sering juga disebut protokol Bellman-Ford, karena berasal dari algoritma perhitungan jarak terpendek oleh R.E Bellman, dan didistribusikan dalam bentuk algoritma terdistribusi pertama kali oleh Ford dan Fulkerson. RIP didefinisikan pada RFC -1058 dimana karakteristik dari RIP ini adalah sebagai berikut :

ƒ Termasuk jenis Distance Vector Protocol. ƒ Classfull routing protocol.

ƒ Menggunakan Hop untuk penentuan jalur terbaik ke jaringan tujuan.

ƒ Informasi routing dikirimkan secara regular setiap 30 detik.

b OSPF

Open shortest path first merupakan teknologi link-state yang dikembangkan dalam ARPnet untuk menghasilkan protocol yang distribusinya jauh lebih baik daripada protocol distance-vector.Setiap router dalam jaringan memilki peta jaringan yang dapat diperbaharui dengan cepat setelah perubahan teknologi yang sangat cepat berkembang. Perkembangan teknologi yang seperti sekarang ini sangat cepat berkembang dengan begitu jaringan-jaringan protokol ini sangat banyak dan bermacam-macam. Perkembangan teknologi ini akhirnya menghasilkan satu protocol yang disebut dengan nama open shortest path first ini.

(22)

Protocol ini dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di internet. Bahkan sekarang Internet Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti RIP. Semua router mempunyai peta jaringan dan menghitung semua router yang terbaik dari peta ini. Peta jaringan ini akan disimpan dalam sebuah basisdata dan setiap record pada basis data tersebut menyatakan sebuah link pada jaringan. Record-record tersebut akan dikirimkan oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing link. Karena setiap router pada jaringan perlu memiliki peta jaringan yang berguna untuk menggambarkan setiapkondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, dari setiap perubahan yang diikuti oleh perbahan dalam basis data linkstate yang terletak pada router. Dari perubahan tersebut akan dideteksi router yang mengubah basis data link-state router tersebut, kemudian akan dikirimkan perubahan-perubahan tersebut ke router-router yang lainnya.

OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area.

Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan. Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien,

(23)

lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing protokol yang selalu berusaha untuk bekerja demikian. Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi linkstate yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.

™ Cara Kerja OSPF

OSPF bekerja dengan link-state protocol yang memungkinkan untuk membentuk tabel routing secara hirarki. Sebelum berlanjut ke dalamnya, perlu dijelaskan sedikit istilah-istilah umum dalam OSPF, yaitu :

• Area, Area yaitu letak dimana berada sebuah kumpulan network, router dan host biasa. Area di sini bukan berarti area fisik.

• Backbone, Backbone adalah area yang khusus dimana area-area saling terhubungkan. Seluruh area yang ada, harus terhubung ke backbone.

(24)

• Stub Area Adalah area dimana hanya terdapat satu buah gateway / router, tidak ada alternatif lainnya.

OSPF bekerja dengan membentuk sebuah peta network yang dipelajari berdasarkan informasi dari router-router yang berada dalam neighbour. Peta tersebut akan berpusat pada local host. Dari localhost host tersebut akan ada cost untuk menuju network lain yang ditentukan dari hasil perhitungan.

™ Cara OSPF Membentuk Hubungan dengan Router

Lain

Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga. Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbor router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol. Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik

(25)

sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protocol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol dan pembentukan neighbour router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router OSPF berjalan.

™ Karakteristik Open Shortest Path First (OSPF):

1 Protokol routing link-state.

2 Merupakan open standard protocol routing yang dijelaskan di RFC 2328. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.

3 Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.

4 OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamiknetwork struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.

5 OSPF lebih efisien daripada RIP.

6 Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System ( AS ).

(26)

2.5Quality of Service ( QoS) 2.5.1 Pengertian QoS

Quality Of Service (QoS) merupakan kemampuan suatu network

untuk menyediakan service yang lebih baik untuk user dalam membagi bandwidth sesuai kebutuhan data dan voice yang digunakan. Dari segi networking, QoS mengacu kepada kemampuan memberikan pelayanan berbeda kepada lalulintas jaringan dengan kelas-kelas yang berbeda. Tujuan akhir dari QoS adalah memberikan network service yang lebih baik dan terencana dengan dedicated bandwith, jitter dan latency yang terkontrol dan meningkatkan loss karakteristik. QoS adalah kemampuan dalam menjamin pengiriman arus data penting atau dengan kata lain kumpulan dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif .

Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping atau bit error rate ( BER ) dapat dijamin. Jaminan QoS penting jika kapasitas jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-time seperti voice over IP, game online dan IP-TV, karena sering kali ini tetap memerlukan bit rate dan tidak diperbolehkan adanya delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource yang terbatas, misalnya dalam komunikasi data selular. Dalam ketiadaan jaringan, mekanisme QoS tidak diperlukan. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung QoS dapat menyepakati sebuah kontrak traffic dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi fase pembentukan.

Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu: a. Untuk memberikan prioritas untuk aplikasi-aplikasi yang

(27)

b. Untuk memaksimalkan penggunaan investasi jaringan yang sudah ada.

c. Untuk meningkatkan performansi untuk aplikasi-aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti Voice dan Video.

d. Untuk merespon terhadap adanya perubahan-perubahan pada aliran traffic di jaringan.

2.5.2 Tingkatan QoS

Terdapat 3 tingkat QoS yang umum dipakai, yaitu best-effort service, integrated service dan differentiated service. Ketiga level tersebut akan diuraikan lebih detail dibawah ini.

ƒ Best-Effort Service

Best-effort service digunakan untuk melakukan semua usaha agar dapat mengirimkan sebuah paket ke suatu tujuan. Penggunakan best-effort service tidak akan memberikan jaminan agar paket dapat sampai ke tujuan yang dikehendaki. Sebuah aplikasi dapat mengirimkan data dengan besar yang bebas kapan saja tanpa harus meminta ijin atau mengirimkan pemberitahuan ke jaringan. Beberapa aplikasi dapat menggunakan best-effort service, sebagai contohnya FTP dan HTTP yang dapat mendukung best-effort service tanpa mengalami permasalahan. Untuk aplikasi-aplikasi yang sensitif terhadap network delay, fluktuasi bandwidth, dan perubahan kondisi jaringan, penerapan best-effort service bukanlah suatu tindakan yang bijaksana. Sebagai contohnya aplikasi telephony pada jaringan yang membutuhkan besar bandwidth yang tetap, 0agar dapat berfungsi dengan baik; dalam hal ini penerapan

(28)

best-effort akan mengakibatkan panggilan telephone gagal atau terputus.

Integrated Service

Model integrated service menyediakan aplikasi dengan tingkat jaminan layanan melalui negosiasi parameter-parameter jaringan secara end-to-end. Aplikasi-aplikasi akan meminta tingkat layanan yang dibutuhkan untuk dapat beroperasi dan bergantung pada mekanisme QoS untuk menyediakan sumber daya jaringan yang dimulai sejak permulaan transmisi dari aplikasi-aplikasi tersebut. Aplikasi tidak akan mengirimkan trafik, sebelum menerima tanda bahwa jaringan mampu menerima beban yang akan dikirimkan aplikasi dan juga mampu menyediakan QoS yang diminta secara end-to-end. Untuk itulah suatu jaringan akan melakukan suatu proses yang disebut

admission control. Admission control adalah suatu mekanisme

yang mencegah jaringan mengalami over-loaded. Jika QoS yang diminta tidak dapat disediakan, maka jaringan tidak akan mengirimkan tanda ke aplikasi agar dapat memulai untuk mengirimkan data. Jika aplikasi telah memulai pengiriman data, maka sumber daya pada jaringan yang sudah dipesan aplikasi tersebut akan terus dikelola secara end-to-end sampai aplikasi tersebut selesai.

Differentiated Service

DiffServ adalah salah satu pendekatan dalam mengembangkan end-to-end pada intenet secara modular, incrementally deployable dan scalable. DiffServ bertujuan untuk memberikan pembedaan (diskriminasi) layanan terhadap aliran paket data tanpa memerlukan pensinyalan antar node

(29)

(per-hop signalling). DiffServ mengijinkan ISP untuk menawarkan layanan yang berbeda-beda kepada customer dalam hal forwarding paket data/aliran tertentu.

Differentiated Services (Diffserv) menyediakan

diferensiasi layanan, dengan membagi trafik atas kelas-kelas, dan memperlakukan setiap kelas secara berbeda. Tujuan utama dari arsitektur diffserv ini adalah untuk menyediakan frame yang scalable untuk mendukung tersedianya QoS tanpa perlu mempunyai per flow state. Hal ini terutama didapat melalui pengumpulan sejumlah flow dan memberinya perlakuan yang mirip (hampir sama).

Identifikasi kelas dilakukan dengan memasang semacam kode diffserv, disebut Diffserv Code Point (DSCP) ke dalam paket IP. Ini dilakukan dengan tidak menambah header baru, tetapi dengan menggantikan field TOS (Type of Service) di header IP dengan DS field. Dengan cara ini, klasifikasi paket melekat pada paket dan bisa diakses tanpa perlu protokol pensinyalan tambahan.

Berdasarkan kesepakatan bersama router yang lainnya dalam domain tersebut, yang menerima paket hanya melihat nilai diffserv codepoint (DSCP) yang memberi perlakuan istimewa pada paket tersebut. Perlakuan istimewa ini disebut Per-Hop Behavior (PHB). Dasar pemikiran pada arsitektur DiffServ adalah router pada suatu domain jaringan mempunyai kemampuan untuk meneruskan dan melakukan conditioning aliran trafik dimana aliran trafik menerima perlakuan yang berbeda-beda sesuai dengan per hop behavior (PHB). Arsitektur DiffServ tidak memakai suatu

(30)

pensinyalan antar masing-masing router tetapi semua forwarding behavior didefinisikan berdasarkan DSCP.

a. Keuntungan Differentiated Service 1)Scalability

Scalability sangat penting menyangkut sebagai sebuah jaringan inti dapat mempunyai jumlah flow yang sangat besar dan beberapa protokol yang memerlukannya untuk mengurus per flow state atau perhitungan kompleksitas yang tidak diskalakan dengan baik. Diffserv mengumpulkan banyak flow, oleh karena itu dapat menangani jumlah flow yang besar. Bahkan sejak PHB secara esensial menjadi sederhana, Diffserv meminjamkannya dengan baik untuk digunakan pada kecepatan yang tinggi yang membuatnya scalable dengan kecepatan.

2)Easy of administering

Dalam DS framework, domain diffserv yang berbeda dapat menerapkan PHB, apabila cocok, sejauh terdapat persetujuan terlebih dahulu dengan domain lainnya yang ditemui. Hal ini memberi service provider sebuah kebebasan untuk memilih penerapannya sebagai konsekuensi mereka dapat menyediakan Diffserv dengan perubahan yang minimal pada infrastruktur tersebut.

(31)

3)Simplicity

Penerapan diffserv tidak meyimpang / berbeda banyak dari dasar IP. Maka diffserv membentuk kesederhanaan dan kemudahan penerapan di dalamnya.

4)Measureable

Semenjak masing-masing hop berada dalam sebuah domain Diffserv, traffic conditioner dan shapers secara konstan melakukan pengukuran kecepatan kedatangan dan link schedulers melakukan monitoring paket yang dikirim, tidak banyak usaha yang diperlukan untuk mendapatkan informasi penting dari tingkah laku jaringan . Service providers dapat menggunakan informasi untuk alokasi bandwidth yang terbaik dan membuat SLA dengan pengguna.

b. Arsitektur Differentiated Service

Arsitektur Diffserv memiliki tiga komponen, yaitu:

1) Policy dan resource manager

Membuat kebijakan - kebijakan dan mendistribusikannya kepada Diffserv router. Sebuah kebijakan menentukan tingkatan layanan mana yang diberikan untuk suatu paket dalam jaringan. Penugasan ini akan bergantung pada kelakuan dari flow sumber tersebut (average rate-nya dan burstness-nya).

(32)

2) Edge routers

Bertanggung jawab untuk menandai paket dengan sebuah code point sesuai dengan kebijakan yang telah dispesifikasikan sebelumnya oleh administrator jaringan yang mereflesikan level layanan yang diinginkan. Untuk melakukannya edge router mengukur parameter input trafik dari setiap flow.

3) Core routers

Core routers bertugas memeriksa paket datang yang sebelumnya telah ditandai dengan code point oleh edge router. Core router meneruskan paket dating sesuai dengan tanda yang telah diberikan (menyediakan reaksi atas tanda yang diberikan edge router pada paket).

Gambar 2.1 : Contok Arsitektur Differentiated Service

c. Differentiated Service Filed

DiffServ menyediakan diferensiasi layanan dengan membagi trafik berdasar kelas-kelas pada edge router dengan menggunakan DSCP field atau IP precedence field untuk mengidentifikasi kelas-kelas layanan. Pada DiffServ, trafik dibagi kedalam beberapa kelas dan

(33)

masing-masing ditangani secara berbeda khususnya ketika jumlah resource jaringan terbatas.

Header IPv4 mengandung byte ToS dan aplikasi dapat men-set 3 bit di sebelah kiri (IP Precedence) untuk menunjukkan kelas layanan. Kemudian DiffServ menamai ulang byte ToS menjadi Differentiated Services field (DSfield), seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 : Contoh Differentiated Services field (DSfield). Arsitektur DiffServ menyediakan QoS dengan membagi trafik menjadi beberapa kategori, Menandai tiap paket dengan sebuah kode poin (code point) yang mengindikasikan kategorinya, dan menjadwal paket sesuai dengan code point tersebut. DiffServ dapat mendukung empat kelas trafik, setiap trafiknya memiliki tiga dropping precedences (hak di-drop terlebih dahulu) memperbolehkan perlakuan yang berbeda dari trafik dalam satu kelas. Paket dalam satu kelas trafik diantrikan ke satu antrian fisik RED yang berhubungan, dimana berisi tiga antrian virtual (satu untuk tiap drop precedence).

(34)

d. Traffic Conditioning

Gambar 2.3 : Alur Traffic Conditioning

Ketika suatu paket tiba di edge router, paket akan diperiksa oleh komponen classifier untuk menentukan milik kumpulan mana paket tersebut. Komponen meter akan mengupdate semua variable yang tersedia kemudian markerakan menentukan code point yang sesuai dengan Policy, kemudian paket diantrikan. Shaper/Dropper memberi keputusan akan men-delay atau men-drop paket sesuai dengan profil yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat 6 model policy :

1)Time Sliding Window with 2 Color Marking

(TSW2CMPolicer): Menggunakan sebuah CIR dan 2 drop precedences. Precedence yang lebih rendah digunakan secara probabilistik ketika CIR telah dilampaui.

2)Time Sliding Window with 3 Color Marking

(TSW3CMPolicer) : Menggunakan sebuah CIR, PIR dan 3 drop precedences. Drop precedence yang medium digunakan secara probabilistik ketika CIR dilampaui dan precedence terendah digunakan secara probabilistik ketika PIR dilampaui.

(35)

3)Token Bucket (tokenBucketPolicer) : Menggunakan sebuah CIR dan sebuah CBS serta 2 drop precedences. Paket yang datang ditandai dengan precedence yang lebih rendah jika dan hanya jika paket itu lebih besar dari token bucket.

4)Single Rate Three Color Marker (srTCMPolicer) : Menggunakan sebuah CIR, CBS, dan sebuah EBS untuk dipilih dari 3 drop precedences.

5)Two Rate Three Color Marker (trTCMPolicer) : Menggunakan sebuah CIR, CBS, PIR, dan sebuah PBS untuk dipilih dari 3 drop precedences.

6) NullPolicer : Tidak men-downgrade paket apapun.

e. Karakteristik Differentiated Service

ArsitekturDiffServ menyediakan frame yang scalable untuk mendukung tersedianya QoS tanpa perlu mempunyai per flow state. Hal ini terutama didapat melalui pengumpulan sejumlah flow dan memberinya perlakuan yang mirip. Pada jaringan diffserv, node-node di pinggir (ingress) sebuah domain memproses dan member tanda TOS (Type of Service) byte di dalam IP header dari sebuah paket oleh sebuah kode yang dinamakan Diffserv Code Points (DSCP) atau DS byte yang berdasarkan negosiasi kontrak dan router-router yang lainnya dalam domain tersebut. Dalam hal ini yang menerima paket hanya melihat nilai DSCP yang memberi perlakuan istimewa pada paket tersebut.

(36)

Perlakuan istimewa ini dinamakan Per-Hop

Behavior (PHB). Saat ini IETF (Internet Engineering

Task Force) mempunyai standar klasifikasi PHB, yaitu

Expedited Forwarding (EF), Assured Forwarding(AF),

Best Effort (BE). Masing-masing PHB ini

dikarakteristikkan dari sumber daya yang mereka miliki (seperti ukuran buffer dan bandwidth), prioritas relatif terhadap PHB lainnya atau karakteristik pengamatan yang mereka miliki (seperti delay dan loss). Klasifikasi trafik multimedia digolongkan dalam kelas diffserv meliputi voip dan video yang digolongkan kelas EF, data UDP sebagai kelas AF dan data TCP (FTP) sebagai kelas BE. Dari keterangan di atas dapat dijelaskan beberapa hal yang menjadi karakteristik diffserv, yaitu:

1)Header pada IP termasuk DSCP menunjukkan tingakat layanan yang diinginkan.

2)DSCP memetakan paket ke PHB tertentu untuk diproses oleh router yang kompatibel.

3)PHB didefinisikan sebagai suatu mekanisme forwarding paket yang dilakukan tiap node diffServ. Sebuah node mengalokasikan resources dengan Behaviour Aggregates (BA) yang berbeda dengan node yang lainnya. Mekanisme alokasi resource hop-by-hop ini merupakan dasar dari prinsip Differentiaterd Service. PHB digunakan untuk mengidentifikasi perlakuan yang akan diberikan pada sebuah flow khusus (atau kumpulan jika router adalah core router). Pada PHB terdapat proses pengaturan antrian (queuing) dan mekanisme dropping paket yang dilakukan di setiap hop dalam jaringan.

(37)

4) Assured Forwarding (AF) PHB merupakan suatu metode dari domain diffserv untuk menawarkan jaminan dari level forwarding yang berbeda untuk tiap paket IP yang diterima. Objektivitasnya adalah untuk mengirimkan paket sampai di tujuannya, maka dari itu delay dan jitter tidak sepenting packet loss. Spesifikasi AF yang ada sekarang ini menyediakan pengantaran paket-paket dalam 4 kelas yang masing-masing terdiri dari 3 drop precedence. Paket-paket yang berada dalam satu kelas harus di-forward terpisah dari paket-paket yang terdapat pada kelas AF yang lainnya. Dalam tiap kelas AF, paket IP ditandai dengan satu dari tiga kemungkinan nilai

drop precedence yang menentukan pentingnya

paket tersebut dalam suatu kelas. Dalam kasus kongesti, paket dengan drop precedence yang lebih rendah terlindungi dari kehilangan (packet lost) dengan lebih memilih membuang paket dengan drop

precedence yang lebih tinggi. Level drop

precedence ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini

(38)

2.5.3 Parameter-parameter Quality of Service 2.5.3.1 Delay

Delay diukur untuk mengetahui seberapa cepat jaringan yang dipakai dalam meneruskan paket dari pengirim ke penerima. Selain itu juga untuk mengetahui besarnya pengaruh dari background traffic terhadap penurunan kualitasnya.

Waktu yang dibutuhkan untuk sebuah paket untuk mencapai tujuan, karena adanya antrian yang panjang, atau mengambil rute yang lain untuk menghindari kemacetan. Delay dapat di cari dengan membagi antara panjang paket (L, packet length (bit/s)) dibagi dengan link bandwith (R, link bandwith (bit/s)).

Waktu Tunda (ms) Kualitas 0 – 150ms Baik

150 – 400ms Cukup, masih dapat diterima

>400ms Buruk Tabel 2.5 Standar Delay

2.5.3.2 Jitter

Perbedaan waktu kedatangan dari suatu paket ke penerima dengan waktu yang diharapkan. Jitter dapat menyebabkan sampling di sisi penerima menjadi tidak tepat sasaran, sehingga informasi menjadi rusak. Di bawah ini menunjukkan standar nilai variasi waktu tunda yang mempengaruhi kualitas layanan multimedia streaming. jitter dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut, J(i) = J(i-1) + ( |D(i-1,i)| - J(i-1) )/16.

(39)

Variasi Waktu Tunda (ms)

Kualitas

0 – 20ms Baik

20 – 50ms Dapat Diterima >50ms Tidak Dapat Diterima Tabel 2.6 Standar Jitter

2.5.3.3 Packet Loss

Packet Loss, merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima. Beberapa penyebab terjadinya paket loss yaitu:

ƒ Congestion, disebabkan terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan

ƒ Node yang bekerja melebihi kapasitas buffer ƒ Memory yang terbatas pada node

ƒ Policing atau kontrol terhadap jaringan untuk memastikan bahwa jumlah trafik yang mengalir sesuai dengan besarnya bandwidth. Jika besarnya trafik yang mengalir didalam jaringan melebihi dari kapasitas bandwidth yang ada maka policing control akan membuang kelebihan trafik yang ada.

(40)

Paket hilang (packet loss) merupakan penyebab utama pelemahan audio dan video pada multimedia streaming. Paket hilang dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (network loss) atau pembuangan paket di gateway/terminal sampai kedatangan terakhir (late loss). Kemacetan atau kongesti pada jaringan merupakan penyebab utama dari paket hilang. Menunjukkan rekomendasi nilai paket hilang yang mempengaruhi kualitas layanan (QoS). Packet Loss dapat dihitung dengan rumus berikut :

Paket Hilang (%) Kualitas

0 – 0,5% Sangat Baik 0,5% – 1,5% Baik

>1,5% Buruk Tabel 2.7 Standar Packet Loss

2.5.3.4 Throughtput

Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Troughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Throughput dapat dihitung dengan rumus :

(41)

2.5.4 Pengaruh gangguan traffic pada QoS

Gangguan-gangguan traffic dapat mempengaruhi menurun nya QoS sebuah jaringan. Perlu adanya sebuah pengamatan / monitoring terhadap sebuah jaringan, agar paket data yang melewati sebuah jaringan tersebut dapat terpantau sehingga tidak menurunkan QoS sebuah jaringan.

2.6Wireshark

Wireshark merupakan salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh Network administrator untuk menganalisa kinerja jaringannya terrmasuk protokol didalamnya. Wireshark banyak disukai karena interfacenya yang menggunakan Graphical User Interface (GUI) atau tampilan grafis.

Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berseliweran dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Karenanya tak jarang tool ini juga dapat dipakai untuk sniffing (memperoleh informasi penting spt password email atau account lain) dengan menangkap paket-paket yang berseliweran di dalam jaringan dan menganalisanya.

Wireshark dipakai oleh network administrator untuk menganalisa kinerja jaringannya. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan yang terlihat dan semua jenis informasi ini dapat dengan mudah dianalisa yaitu dengan memakai sniffing ,

(42)

dengan sniffing diperoleh informasi penting seperti password email account lain.

Wireshark merupakan software untuk melakukan analisa lalu-lintas jaringan komputer, yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi profesional jaringan, administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang piranti lunak jaringan. Wireshark dapat membaca data secara langsung dari Ethernet, Token-Ring, FDDI, serial (PPP dan SLIP), 802.11 wireless LAN, dan koneksi ATM. Program ini juga sering digunakan oleh chatters untuk mengetahui ip korban maupun para chatter lainnya lewat typingan room. Tool wireshark dapat menganalisa transmisi paket data dalam jaringan, proses koneksi dan transmisi data antar komputer.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap uji coba dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa perbandingan data hasil pengukuran, yang selanjutnya akan dilakukan analisa data untuk bisa mengetahui parameter QOS yang dibutuhkan pada jaringan yang akan digunakan untuk komunikasi serta kualitas suaranya. Pada percobaan ini membutuhkan 7 komputer dimana ada 1 server voip, 2 client dan 5 PC Router. Pengujian akan dilakukan di laboraturium Universitas Dian Nuswantoro. Ruang lingkup penelitian ini merupakan kajian untuk mengukur Quality of Service (QoS) dari routing protokol OSPF dan RIP.

3.2 Pengumpulan Data 3.2.1 Sumber Data

3.2.1.1 Data Primer

Data yang dipakai dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah Data Kuantitatif, dimana data tersebut di peroleh dari pengukuran data dengan parameter Quality of Service, yaitu delay, jitter, packet loss, dan throughput dan menambahkan bandwith yang bervariasi mulai dari bandwidth 64 Kbps, 128 Kbps, 256 Kbps serta 512 Kbps setiap parameternya.

(44)

Pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan langsung pengujian dengan membandingan performasi yang didapat dari jaringan VOIP yang menggunakan protokol OSPF dan RIP. Data akan dicatat menggunakan software wireshark sesuai dengan parameter – parameter dari Quality of Service.

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Perencanaan

Pada perencanaan disiapkan 7 PC komputer, dimana 1 PC komputer sebagai server voip dan 2 PC komputer sebagai client dan 5 PC komputer sebagai router. Pengujian ini di lakukan di laboraturium hardware Universitas Dian Nuswantoro. Pada pengujian akan dilakukan beberapa tahap ujicoba dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa perbandingan data hasil pengukuran. Berikut ini merupakan perencanaan jaringan VOIP dan kondisi pengujiannya :

1 Perancangan router VOIP dengan menggunakan paket yang mendukung untuk konfigurasi 2 algoritma routing dan client pada jaringan VOIP.

2 Setiap pengujian di lakukan sebanyak 10 kali dan waktu komunikasi selama 30 detik setiap pengujiannya.

3 Melakukan pengujian komunikasi voice dengan format client 1 pada jaringan VOIP menggunakan algoritma routing protocol RIP dengan menambahkan bandwith yang bervariasi mulai 64 Kbps, 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps. Dan selanjutnya pengujian dilanjutkan pada algoritma routing protocol OSPF.

4 Untuk mengukur parameter QoS dari packet voice menggunakan Wireshark dengan memonitoring dan mencatat packet voice yang melewati router.

(45)

5 Kemudian di rata – rata tiap parameter QOS.

6 Ulangi tahap 2 – 4 tetapi dengan pengujian komunikasi voice dengan format Client 2.

Untuk mengetahui kinerja layanan voice melalui 2 routing protocol jaringan VOIP, pengujian dilakukan dalam berbagai skenario. Topologi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3.1 Topologi Jaringan

3.3.2 Setting

Dibawah ini merupakan tabel pengalamatan Ipv6 yang di gunakan pada sistem di atas:

NO Nama Komputer Ipv6

1 Server Fa 0/0 10.10.12.0/24 2 Router 1 Router 2 Router 3 Router 4 192.168.10.2/24 192.168.20.2/24  192.168.30.2/24  192.168.40.2/24 

(46)

Router 5 192.168.50.2/24 

3 Client Fa 0/1 172.16.1.0/24

3.3.3 Analisa kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak

Dari analisis kebutuhan yan di lakukan dapat di indentifikasi kebutuhan software dan hardware sebagai berikut :

a. Hardware

• 7 buah PC : intel(R) Pentium(R) CPU 630 @2.70 GHz, 3296 MB RAM, OS XP profesional 5.1 Build 2600.

b. Software

• VMWare 8.0.2 Build-591240 sebuah aplikasi untuk melakukan vistualisasi, sehingga dengan aplikasi ini kita dapat menciptakan sebuah komputer virtual di dalam komputer.

• Wireshark : Sebagai Network Analyzer digunakan untuk capture paket voice dari sisi client dengan lama capture 30 detik. Proses capture dilakukan setiap kenaikan bandwith.

3.3.4 Faktor – Faktor penentu pada saat pengujian

3.3.4.1 Hardware

a. PC sebagai IP PBX Server

PC IP PBX Server merupakan seperangkat komputer yang berfungsi sebagai Proxy Server (SIP) dan Gatekeeper (H.323). Dalam komputer ini terdapat VQManager yang berfungsi sebagai tools untuk mengamati kualitas dari parameter yang dihasilkan dalam jaringan VoIP yang menggunakan protokol H.323 dan protokol SIP.

(47)

b. PC sebagai Voip Client

PC yang digunakan sebagai VoIP Client berfungsi untuk melakukan pemanggilan (calling) kepada user lain. VoIP Client yang akan digunakan berupa software SjPhone.

c. Router

Disini menggunakan router OSPF dan RIP, yang berbasis mirkotik.

d. Microphone dan Speaker

Seperti halnya telepon rumah, dalam melakukan komunikasi suara pada VoIP pun memerlukan

microphone dan speaker. Biasanya dalam sebuah

headphone perangkat tersebut sudah menjadi satu

kesatuan. Headphone ini akan dihubungkan dengan PC pada port sound card.

3.3.4.2 Software

a Wirshark

Software ini digunakan sebagai software pengamat jaringan yang akan dilakukan pada pengujian ini. Mengamati parameter parameter yang akan diukur dengan cara memfilter dan mengcapture paket yang diamati.

(48)

VQManager dapat memonitoring secara real-time VoIP QoS dan dapat dikonfigurasi sendiri. Dalam proses instalasinya,VQManager membutuhkan librari WinPCap sebelum VQManager di-install. Librari WinPCap ini berfungsi sebagai pengenal dan penyaring paket-paket yang akan masuk atau diterima oleh VQManager. Dengan begitu Software tools ini sangat cocok bagi pemula atau para peneliti. Beberapa fungsi penting yang mampu ditangani oleh VQManager adalah melihat user yang sedang melakukan komunikasi, perhitungan kualitas jaringan VoIP seperti : delay, jitter, dan packet loss.

3.4 Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali tiap routing OSPF pada client 1 dan client 2 dengan badwith yang berbeda dalam waktu komunikasi selama 30 detik setiap pengujiannya, setelah itu lakukan pada RIP pada client 1 dan client 2 dengan bandwith yang berbeda dalam waktu komunikasi selama 30 detik setiap pengujiannya.

3.5 Pencatatan Hasil

Pencatatan Hasil dilakukan dengan menggunakan software monitoring koneksi, yaitu wireshark. Pengambilan data dilakukan ketika proses voice berlangsung. Untuk mencatat QoS, diperlukan filter-ing paket pada wireshark. Filter paket ini dilakukan agar data yang didapat hanya data yang diperoleh dari voice. Maka diperlukan filter data berupa data TCP. Monitoring paket dilakukan selama 30 detik setiap pengujian. Kemudian di hitung berapa QoS tiap parameternya.

(49)

Setelah dilakukan pencatatan hasil, data setiap 10 kali pengujian dikelompokan berdasarkan client 1 dan client 2 yang dipakai, variasi kualitas bandwith yang digunakan, serta routing dan parameter QoS yang digunakan dan di rata – rata tiap parameternya. Hal hasil akan membentuk sebuah grafik pada penelitian tersebut. Setiap parameter QoS akan dilakukan analisa terhadap peningkatan atau penurunan kualitas QoS. Kemudian akan dibandingkan antara kedua client 1 dan client 2 pada tiap-tiap parameter QoS.

3.7 Pengambilan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan sementara, dilakukan setelah membandingkan data yang diperoleh dari masing-masing bandwith. Penarikan kesimpulan diperoleh dari menganalisa tiap-tiap pengujian yang telah dilakukan.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Pengukuran dilakukan dengan melakukan voice streaming sesuai dengan yang telah diskenariokan pada bab 3. Penangkapan paket dilakukan pada sisi client dan pengamatan dilakukan selama 30 detik. Proses pengujian menggunakan Bandwith yang berbeda 64 Kbps, 128 Kbps, 256 Kbps serta 512 Kbps, pengambilan data dilakukan 10 kali tiap routing protocol yang digunakan.

Di bawah ini merupakan data hasil pengujian komunikasi voice dengan format client 1 dan client 2 pada jaringan VOIP menggunakan algoritma routing protocol RIP dan OSPF, yang selanjutnya akan dilakukan analisa data untuk bisa mengetahui QoS yang dibutuhkan pada jaringan yang akan digunakan untuk voice streaming.

4.1.1 Hasil Pengujian client 1 4.1.1.1 Troughput

Tabel 4.1 Tabel rata – rata Throughput client 1 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 39,5bps 45,5bps 57,5bps 69,5bps OSPF 40,5bps 45bps 58bps 69bps

(51)

Gambar 4.1 Grafik rata – rata Throughput client 1 dari 10 kali pengujian.

Pada tabel di atas merupakan rata – rata dari 10 kali percobaan untuk tiap jenis bandwith, dapat dilihat perbandingan throughput dari pengukuran dengan bandwith yang berbeda. Dari hasil uji coba didapat bahwa nilai throughput semakin turun dengan kenaikan bandwith. Kenaikan bandwith membuat utilitas jaringan semakin tinggi sehingga dapat menimbulkan kemacetan.

4.1.1.2 Packet Loss

Tabel 4.2 Tabel rata – rata packet loss client 1 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 1,72% 29,23333% 45,06667% 59,93333% OSPF 1,7% 28,4% 43,86667% 53,83333%

(52)

Gambar 4.2 Grafik rata – rata packet loss client 1 dari 10 kali pengujian

Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapat bahwa nilai Packet Loss semakin naik dengan kenaikan bandwith. Semakin banyak data yang masuk pada suatu router membuat buffer pada router semakin penuh sehingga data yang tidak mendapat tempat pada buffer router akan dibuang.

4.1.1.3 Delay

Tabel 4.3 Tabel rata – rata delay client 1 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 14,73333s 15,13333s 23,86667s 35,23333s OSPF 14,7s 15,13333s 25,4s 35,13333s

(53)

Gambar 4.3 Grafik rata – rata delay client 1dari 10 kali pengujian Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Delay semakin naik dengan kenaikan bandwith. Hal ini dikarenakan semakin banyak data membuat buffer pada router semakin penuh sehingga lama waktu antrian pada router semakin lama mengakibatkan delay semakin besar nilainya.

4.1.1.4 Jitter

Tabel 4.4 Tabel rata – rata jitter dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 14,76667s 15,33333s 15,83333s 16,26667s OSPF 14,65s 15,16667s 15,86667s 16,1s

(54)

Gambar 4.4 Grafik rata – rata jitter client 1 dari 10 kali pengujian

Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Jitter semakin naik dengan kenaikan bandwith. Hal ini dikarenakan nilai Jitter berbanding lurus dengan nilai Delay, semakin besar nilai delay semakin besar pula nilai Jitter.

4.1.2 Hasil Pengujian client 2 4.1.2.1 Troughput

Tabel 4.5 Tabel rata – rata Throughput client 2dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 39,5bps 43,5bps 55,6bps 67,6bps OSPF 40,2bps 44,5bps 55,5bps 67,5bps

(55)

Gambar 4.5 Grafik rata – rata Throughput client 2 dari 10 kali pengujian

Pada tabel di atas merupakan rata – rata dari 10 kali percobaan untuk tiap jenis bandwith, dapat dilihat perbandingan throughput dari pengukuran dengan bandwith yang berbeda. Dari hasil uji coba didapat bahwa nilai throughput semakin turun dengan kenaikan bandwith Kenaikan bandwith membuat utilitas jaringan semakin tinggi sehingga dapat menimbulkan kemacetan.

4.1.2.2 Packet Loss

Tabel 4.6 Tabel rata – rata packet loss client 2 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 1,86% 29,3% 45,4% 59,8%

OSPF 1,7% 29,5% 44,3% 53,1%

(56)

Gambar 4.6 Grafik rata – rata packet loss client 2 dari 10 kali pengujian.

Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapat bahwa nilai Packet Loss semakin naik dengan kenaikan bandwith. Dari hasil pengukuran didapat bahwa nilai Packet Loss semakin naik dengan kenaikan bandwith. Semakin banyak data yang masuk pada suatu router membuat buffer pada router semakin penuh sehingga data yang tidak mendapat tempat pada buffer router akan dibuang.

4.1.2.3 Delay

Tabel 4.7 Tabel rata – rata delay client 2 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 14,6s 15,1s 23,2s 34,2s

(57)

Gambar 4.7 Grafik rata – rata delay client 2 dari 10 kali pengujian

Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Delay semakin naik dengan kenaikan bandwith. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Delay semakin naik dengan kenaikan bandwith. Hal ini dikarenakan semakin banyak data membuat buffer pada router semakin penuh sehingga lama waktu antrian pada router semakin lama mengakibatkan delay semakin besar nilainya.

4.1.2.4 Jitter

Tabel 4.8 Tabel rata – rata jitter client 2 dari 10 kali pengujian

64Kbps 128Kbps 256Kbps 512Kbps

RIP 14,9s 15,2s 15,8s 16,3s

OSPF 14,7s 15,5s 16s 16,5s

(58)

Gambar 4.8 Grafik rata – rata jitter client 2 dari 10 kali pengujian

Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Jitter semakin naik dengan kenaikan bandwith. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai Jitter semakin naik dengan kenaikan bandwith. Hal ini dikarenakan nilai Jitter berbanding lurus dengan nilai Delay, semakin besar nilai delay semakin besar pula nilai Jitter.

4.2Pembahasan 4.2.1 Troughput

Tabel 4.9 tabel rata – rata total parameter throughput Protocol Client 1 Client 2

RIP

52,5bps 51bps OSPF

(59)

Gambar 4.9 grafik rata – rata total

Berdasarkan gambar di atas dapat dianalisa bahwa Throughput yang dihasilkan routing protocol RIP dengan format client 1 sebesar 76,97dan untuk format client 2 sebesar 77,03. Untuk routing protocol OSPF, dengan format client 1 sebesar 77,02dan untuk format client 2 sebesar 77,01.

Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk routing protocol RIP merupakan routing protocol mempunyai kualitas Throughput paling baik karena mempunyai nilai rata – rata yang paling rendah dibandingkan routing protocol yang lainnya. Besarnya nilai throughput tergantung oleh besarnya ukuran data dan jumlah paket yang dikirim perdetik, semakin besar ukuran data dan jumlah paket yang dikirim perdetik maka nilai throughput akan semakin besar.

(60)

4.2.2 Packet Loss

Tabel 4.10 tabel rata – rata total parameter packet loss Protocol Client 1 Client 2

RIP

33,98% 34,09% OSPF

31,95% 32,15%

Gambar 4.10 grafik rata – rata total

Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata – rata Packet Loss saat melekukan proses komunikasi untuk routing protocol RIP dengan format client 1 sebesar 33,98 dan untuk format client 2 sebesar 34,09. Untuk routing protocol OSPF, dengan format client 1 sebesar 31,95 dan untuk format client 2 sebesar 32,15.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kedua routing protocol mempunyai rata – rata >25% dan merupakan kategori jelek atau buruk. Diantara kedua routing protocol tersebut, dan OSPF merupakan yang paling baik kualitas Packet Loss karena mempunyai rata – rata yang paling kecil.

(61)

4.2.3 Delay

Tabel 4.11 tabel rata – rata total parameter delay Protocol Client 1 Client 2

RIP

22,24s 21,77s OSPF

22,59s 22,67s

Gambar 4.11 grafik rata – rata total

Berdasarkan gambar di atas dapat dianalisa bahwa Delay yang dihasilkan routing protocol RIP dengan format client 1 sebesar 22,24 dan untuk format client 2 sebesar 21,77. Untuk routing protocol OSPF, dengan format client 1 sebesar 22,59 dan untuk format client 2 sebesar 22,67.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kedua routing protocol mempunyai kriteria yang bagus di parameter delay, tetapi OSPF mempunyai kualitas Delay paling baik diantara routing protocol lainnya karena memiliki rata – rata nilai delay yang paling rendah dan merupakan paling baik menurut standar parameter delay.

(62)

4.2.4 Jitter

Tabel 4.12 tabel rata – rata total parameter jitter Protocol Client 1 Client 2

RIP

15,55s 15,55s OSPF

15,44s 15,67s

Gambar 4.12 grafik rata – rata total

Berdasarkan gambar di atas dapat dianalisa bahwa Jitter yang dihasilkan routing protocol RIP dengan format client 1 sebesar 15,55 dan untuk format client 2 sebesar 15,55. Untuk routing protocol OSPF, dengan format client 1 sebesar 15,44 dan untuk format client 2 sebesar 15,67.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kedua routing protocol mempunyai rata – rata nilai jitter baik dalam standar ukuran QoS untuk parameter jitter, tetapi routing protocol OSPF adalah yang paling baik karena mempunyai rata – rata nilai jitter yang paling rendah.

(63)

Dari tabel dan grafik di atas yang sudah dianalisa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Gambar 4.13 Tabel Kesimpulan

RIP OSPF

Throughput 1,53bps 1,54bps

Jitter 3,09% 3,12%

Delay 4,48s 4,44s

Packet Loss 6,69s 6,62s

Gambar 4.13 Grafik Kesimpulan

Dilihat dari hasil Throughput, Packet Loss, Delay, Jitter yang didapat dari jaringan VOIP dan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa OSPF memiliki nilai tertinggi dibandingkan routing protocol yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa routing protocol OSPF memiliki QoS yang lebih baik dibandingkan routing protocol RIP.

(64)

Dengan menggunakan Dasar perhitungan Anova dalam taraf nyata pengujian (signifikan) ini. Taraf nyata di tentukan sebesar 5% atau 0,05. Aturan keputusan F hitung < 0,05 di tolak atau F hitung > 0,05 di terima

RIP OSPF Throughput 1,53bps 1,54bps Jitter 3,09% 3,12% Delay 4,48s 4,44s Packet Loss 6,69s 6,62s • Throughput

1,53 selisih 1,54 = 0,01 jadi F < 0,05 di tolak suaranya. • Jitter

3,09 selisih 3,12 = 0,03 jadi F < 0,05 ditolak suaranya. • Delay

4,48 selisih 4,44 = 0,04 F < 0,05 ditolak suaranya. • Packet Loss

6,69 selisih 6,62 = 0,07 F > 0,05 diterima suaranya

Jadi dalam hasil di atas packet loss memiliki kualitas suara yang bisa di terima signifikan di bandingkan dengan jitter, delay dan througput.

Gambar

Gambar 2.1 : Contok Arsitektur Differentiated Service
Gambar 2.2 :  Contoh Differentiated Services field (DSfield).
Gambar 2.3 : Alur Traffic Conditioning  Ketika suatu paket tiba di edge router, paket akan  diperiksa oleh komponen  classifier  untuk menentukan  milik kumpulan mana paket tersebut
Tabel 2.4 : Tabel Level drop precedence.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan mengangkat judul mengenai :“

Buku ini adalah hasil riset untuk disertasi pada Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi FISIP-UI, Salemba, Jakarta; yang merekam performa 10 surat

Reputasi auditor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberi hasil audit atas laporan keuangan untuk setiap perusahaan yaitu KAP (Kantor Akuntan Publik), dan dalam

Setelah memahami berbagai komponen pembelajaran, guru melakukan proses perencanaan pembelajaran untuk dapat melaksanakan sistem.. USAHA PENGENALAN

Program Proyek Akhir Arsitektur Periode LXVI yang berjudul Panti Asuhan Katolik.. dengan baik dan

As is in the planar case, one can perform various operations on this manipulator Jacobian to obtain different corresponding robots that still have the property of optimal

Oleh karena itu pada keadaan normal Mycobacterium tuberculosis complex selalu ditemukan di lobus atas paru yang baik siklus aerasi.(PDPI,2006) Secara patogenesis,

Di access switch tidak ada perintah switchport trunk encapsulation dot1q, karena switch layer dua ini tidak mendukung perintah encapsulation. Untuk pengecekan lakukan perintah