• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN BAHAN BAKU DAGING DOMBA OLEH PEDAGANG OLAHAN DAGING DOMBA DI JALUR KAWASAN WISATA PUNCAK BOGOR JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMILIHAN BAHAN BAKU DAGING DOMBA OLEH PEDAGANG OLAHAN DAGING DOMBA DI JALUR KAWASAN WISATA PUNCAK BOGOR JAWA BARAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN BAHAN BAKU DAGING DOMBA OLEH PEDAGANG

OLAHAN DAGING DOMBA DI JALUR KAWASAN WISATA PUNCAK

BOGOR JAWA BARAT

THE CHOICE OF MUTTON AS RAW MATERIAL BY FOOD VENDORS

IN PUNCAK TOURISM AREA, BOGOR WEST JAVA

Muchammad Rijal Hilmi*, Cecep Firmansyah**, dan Sondi Kuswaryan** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 SUMEDANG 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: muchammadrijalh@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Jalur Kawasan Wisata Puncak Bogor Jawa Barat yang dibatasi dari Cipanas Kab. Cianjur sampai dengan Ciawi Kab. Bogor dari bulan September-Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi pedagang makanan olahan daging domba dalam memilih daging domba sebagai bahan baku berdasarkan atribut yang melekat pada daging domba dan mengetahui sikap para pedagang makanan olahan terhadap setiap atribut. Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan jumlah responden sebanyak 37 pedagang makanan olahan. Penelitian atribut yang valid untuk menjadi dasar preferensi didapat melalui metode analisis Cochran Q Test dan analisis sikap para pedagang terhadap atribut didapat melalui model analisis Multiatribut Fishbein. Hasil penelitian menunjukan bahwa atribut yang dipertimbangkan sebagai indikator preferensi konsumen terhadap daging secara berturut-turut adalah kebersihan daging, aroma daging, lokasi pembelian daging, warna daging, perlemakan, metode penyimpanan daging dan penanganan karkas. Responden memiliki sikap yang positif terhadap setiap atribut dan tidak terdapat sikap yang negatif terhadap setiap atribut.

Kata Kunci : Atribut, Daging Domba, Sikap, Preferensi ABSTRACT

This research was conducted along the Tourism Area of Puncak Bogor, West Java which is restricted from Cipanas up with Ciawi from September to October 2014. This study aims to determine the preferences of food vendors in choosing the mutton as a raw material based on the attributes which attached to the mutton and the attitude for each attribute. This study used a survey method, the number of respondents are 37 food vendors. Attribute is determined using Cochran Q test method and analysis of attitude use multiatributte fishbein. The results showed that the attributes which considered as an indicator of consumer preference row is the cleanliness of the meat, favor, purchase location, the color of the meat, fatty, meat storage and handling methods carcass. Respondents have a positive attitude towards each attribute and there are no negative attitudes towards each attribute.

Key Word : Attitude, Attribute, Mutton, Preference

(2)

PENDAHULUAN

Kawasan Wisata Puncak Bogor Jawa Barat adalah salah satu kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kawasan ini banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik atau internasional. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor pada tahun 2012 adalah sebesar 3.729.151 (Disparbud Provinsi Jawa Barat 2012).

Wisatawan dalam kunjungannya memerlukan fasilitas seperti restoran sehingga banyak berdiri restoran yang menyediakan pangan berasal dari olahan daging domba sebagai bahan baku utama. Pedagang makanan olahan daging domba dalam menghasilkan produk olahan yang tepat, sesuai dengan keinginan konsumen harus dapat memilih bahan baku yang tepat. Pemilihan bahan baku ini menjadi suatu hal yang penting supaya produsen makanan olahan dapat menjaga kualitas dan mempertahankan hasil produk olahannya. Bahan baku yang dipilih oleh para pedagang makanan olahan daging domba pada umunya dalam bentuk daging domba. Pemilihan bahan baku oleh pedagang dipengaruhi oleh sikap dalam memutuskan pembelian. Sikap dikemas dalam suatu preferensi yang akan diterjemahkan oleh atribut. Pemilihan bahan baku juga dapat dipengaruhi oleh konsumen.

Setelah mengetahui preferensi yang dimiliki oleh pedagang makanan olahan daging domba, para peternak atau pedagang domba dan daging domba dapat mengetahui jenis produk bahan baku yang sesuai dengan preferensi konsumen pengolah daging domba.

OBJEK DAN METODE 1. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah pedagang makanan olahan daging domba yang berada di sepanjang jalur wisata Jalan Raya Puncak Bogor Jawa Barat.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai. Survai adalah suatu penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh mana sampel itu diambil (Paturochman, 2012). (1) Penentuan Daerah Penelitan

Penentuan daerah penelitian dari banyaknya restoran yang mengolah makanan menggunakan bahan baku daging domba dan wilayah ini merupakan wisata yang memjadi kunjumgam rutin para wisatawan.

(2) Penentuan Responden

Menurut Paturochman (2012), jika populasi sampel tidak diketahui maka jumlah sampel yang diambil harus lebih banyak dari 30 unit. Hal tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan

(3)

data agar setiap data yang diperoleh dari tiap pedagang olahan makanan dapat mewakili bagian atau populasi yang ada. Menurut Central Limit Theorem, dalam menentukan jumlah sampel untuk populasi baik yang berdistribusi normal maupun tidak, distribusi sampling akan menjadi normal jika jumlah sampel minimal 30 (n=30) (Israel, 2009). Sehingga, 37 responden dipilih untuk mewakili populasi pedagang makanan olahan.

(3) Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh melalui wawancara langsung, berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner).

3. Model Analisis (1) Pengujian Atribut

Pengujian validitas atribut menggunakan Analisis Cochran Q test. Menurut Simamora (2002), metode ini memberikan pertanyaan tertutup kepada responden, yaitu pertanyaan yang pilihan jawabannya sudah disediakan. Metode ini adalah perluasan dari McNemar Test, yang dipergunakan untuk lebih dari 2 variabel apabila kedua variabel tersebut berhubungan (Rangkuti, 2011).

(2) Analisis Sikap terhadap Produk dan Perilaku Pembelian dengan Pendekatan Model Fishbein

Sikap konsumen terhadap objek, diketahui dengan melakukan analisis kuantitatif menggunakan model Fishbein. Model Fishbein.Model Fishbein ini digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap objek dan sikap konsumen terhadap perilaku (attitude toward) (Simamora, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Keragaman karakteristik yang ada sehingga karakteristik pedagang responden dibagi menjadi 3 (tiga) karakteristik yang lebih khusus yaitu karakteristik berdasarkan jenis usaha, kebutuhan bahan baku, dan jumlah bahan baku daging yang dibutuhkan setiap pembelian. (1) Jenis Usaha

Jenis usaha berkaitan dengan skala usaha dan produk yang dihasilkan. Jenis usaha dapat dibagi menjadi 3 kategori yang terdiri dari restoran, rumah makan khusus pengolah daging domba dan pedagang kaki lima. Produk yang dihasilkan oleh setiap jenis usaha antara lain sate, sop, nasi goreng kambing, gule, steak dan tongseng. Usaha dengan jenis atau kategori pedagang kaki lima hanya menghasilkan produk dari satu sampai dua macam produk makanan olahan daging yang berbeda. Sedangkan restoran dan rumah makan khusus olahan daging domba memiliki menu dengan paduan diantara menu tersebut atau paduan semua menu yang tersedia

(4)

untuk diolah. Berikut pengelempokkan responden berdasarkan jenis atau kategori usaha dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Usaha

No. Jenis Usaha Jumlah (Orang) Proporsi (%)

1 Restoran 1 2,70

2 RM Khusus Olahan Daging Domba 13 35,13

3 Kaki Lima 23 62,16

Jumlah 37 100

(2) Kebutuhan Bahan Baku

Pembelian bahan baku oleh responden dibedakan berdasarkan bentuk bahan bakunya seperti membeli domba hidup, membeli domba hidup/karkas, membeli karkas, membeli karkas/daging, dan membeli daging. Responden dalam memilih untuk mendapatkan bahan baku memiliki keragaman. Tabel 3 menunjukkan keragaman responden dalam mendapatkan dan memilih sumber bahan baku.

Tabel 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kebutuhan Bahan Baku No. Kebutuhan Bahan Baku Jumlah (Orang) Proporsi (%)

1 Membeli Domba Hidup 4 10,81

2 Membeli Domba Hidup/Karkas 1 2,70

3 Membeli Karkas 5 13,51

4 Membeli Karkas/Daging 4 10,81

5 Membeli Daging 23 62,16

Jumlah 37 100

(3) Jumlah Bahan Baku Daging yang diolah

Bahan baku yang dibutuhkan oleh responden memiliki keragaman. Setiap jenis usaha memiliki kebutuhan yang berbeda dengan jenis usaha lainnya dalam menyediakan jumlah bahan baku yang dibeli. Pada tabel 4 menunjukan jumlah bahan baku yan dibutuhkan oleh setiap responden dalam untuk dilakukan pengolahan setiap produksi.

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Bahan Baku Daging yang Diolah No. Bahan Baku Yang Diolah (hari) Jumlah (Orang) Proporsi (%)

1 >60 Kg 1 2,70 2 46 - 60 Kg 1 2,70 3 31 - 45 Kg 0 0,00 4 16 - 30 Kg 2 5,40 5 1 - 15 Kg 30 81,08 6 <1 Kg 3 8,11 Jumlah 37 100

(5)

2. Atribut yang Dipertimbangkan

Menurut Tjiptono (2001), atribut produk adalah unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut akan menjadi unsur yang mungkin dipertimbangkan oleh para pedagang dalam membeli bahan baku daging domba.

Para pedagang bertindak sebagai buyer yang membeli bahan baku daging domba untuk kemudian diolah menjadi makanan olahan daging domba dan disajikan kepada konsumen makanan olahan. Jumlah atribut dalam penelitian ini sebanyak 18 atribut yang dipertanyakan kepada responden dengan pertanyaan tertutup, dari hasil analisis pengujian atribut menggunankan Cochran Q test, diperoleh tujuh atribut yang valid dipertimbangkan oleh pedagang olahan makanan daging domba di kawasan puncak dengan uraian yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Atribut Valid yang Dipertimbangkan.

No Atribut Jawaban YA

Frekuensi (orang) Proporsi (%)

1 Kebersihan daging 37 100

2 Aroma daging 37 100

3 Lokasi pembelian daging 36 97,30

4 Warna daging 36 97,30

5 Perlemakan daging 34 91,89

6 Metode penyimpanan daging 34 91,89

7 Penanganan karkas 33 89,19

Keterangan : n = 37 responden untuk setiap atribut

Atribut yang valid pada Tabel 5 menunjukan adanya kesamaan dari ketujuh atribut yang dianggap penting untuk dipertimbangkan oleh pedagang makanan olahan. Program SPSSTM digunakan untuk mendapatkan hasil dari Qhit. Perbandingan antara Qhit dan Qtabel menujukan bahwa Qhit =0,05 (11,172) < Qtabel =0,05 (12,592). Q tabel diperoleh dari tabel Chi square distribusion dengan  = 0,05 dan df = k-1. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya dengan tingkat kepercayaan 95% para pedagang memiliki kesamaan pertimbangan terhadap ketujuh atribut tersebut dalam mengambil keputusan untuk membeli daging domba sebagai bahan baku.

Klasifikasi kelas atribut dibagi menjadi atribut intristik dan ekstrinsik (Mowen dkk, 2002). Kebersihan daging, aroma daging, warna daging, dan perlemakan daging termasuk kedalam atribut intristik, sedangkan lokasi pembelian daging, metode penyimpanan daging, dan penanganan karkas termasuk kedalam atribut ekstrinsik dari ketujuh atribut yang valid.

(6)

Afiati (2009), mengatakan bahwa daging merupakan pangan yang mudah tercemar oleh mikroorganisme dan mudah busuk, sehingga penanganan daging setelah dilakukan pemotongan perlu mendapatkan perhatian. Daging harus terhindar dari darah, kotoran dan benda lain yang tidak dikehendaki agar kualitas daging dapat terjaga.

Sebanyak 37 (100%) pedagang atau seluruh responden setuju untuk mempertimbangkan kebersihan daging sebagai salah satu atribut yang dipertimbangkan dalam faktor penentu pemilihan bahan baku. Pedagang makanan olahan percaya bahwa, apabila daging dicuci dengan air sebelum diolah, maka daging akan cepat busuk sesuai dengan pernyataan (Afiati, 2009) bila permukaan daging relatif kering, daging dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar, sehingga mempengaruhi daya simpan.

(2) Aroma Daging

Falvour (aroma) dan cita rasa adalah sensasi yang kompleks, melibatkan bau dan rasa /

taste, tekstur, suhu dan pH dari semua ini, bau adalah yang paling penting (Soeparno, 2005). Rasa dan aroma dipengaruhi oleh jenis pakan (Afiati, 2009). Pedagang makanan olahan memperhitungkan aroma daging domba sebagai salah satu atribut yang menentukan dalam keputusan pembelian. Sebanyak 37 (100%) responden atau seluruh responden pada penelitian ini setuju untuk mempertimbangkan aroma sebelum melakukan pembelian bahan baku. Aroma daging domba yang dipertimbangkan sesuai presepsi para pedagang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jawaban Konsumen terhadap Aroma Daging Domba

No Jawaban Konsumen Responden

Jumlah Proporsi (%)

1 Aroma Khas Daging Domba 29 78,38

2 Tidak Bau Busuk / Prengus 8 21,62

Jumlah 37 100

Tabel 6 menunjukan suatu kecenderungan pedagang dalam memilih dan menyukai aroma yang terdapat pada daging. Aroma khas daging domba memiliki nilai kecenderungan dipilih oleh para pedagang yaitu sebanyak 29 responden (78,38%) dan sebanyak 8 responden (21,62%) memilih aroma daging yang tidak berbau busuk atau prengus. Menurut Afiati (2009), perubahan aroma dan rasa daging dapat mengindikasikan daging mengalami penurunan kualitas. Aroma khas daging domba dan tidak berbau busuk menjadi pilhan para pedagang untuk menjadi atribut penentu pemilihan bahan baku.

(3) Sumber Daging (Lokasi Pembelian)

Tempat menunjukan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh bagi konsumen sasaran (Kotler, 1992). Lokasi atau tempat

(7)

dimana para pedagang makanan olahan mendapatkan sumber daging, menjadi salah satu pertimbangan dalam keputusan pembelian bahan baku. Sebanyak 36 pedagang (97,29%) menyetujui untuk mempertimbangkan sumber/lokasi pembelian sebagai atribut pertimbangan pemilihan bahan baku dan hanya 1 pedagang yang menjawab tidak mempertimbangkan atribut tersebut.

Pedagang yang tidak mempertimbangkan sumber ketersediaan daging dalam memilih bahan baku, merupakan pedagang olahan yang berkategori sebagai pedagang kaki lima. Pedagang tersebut tidak mempertimbangkan sumber ketersediaan daging sebagai atribut yang dipertimbangkan karena kebutuhan daging yang diperlukan tidak dalam jumlah yang banyak. Sehingga, pedagang tersebut percaya dapat mendapatkan daging dari berbagai sumber dengan kriteria atribut yang sesuai dengan pertimbangannya.

Para pedagang mempercayai untuk membeli bahan baku kepada beberapa produsen atau pemasok daging domba yang sudah menjadi langganan bagi para pedagang. Lokasi pembelian atau sumber daging ini dipertimbangkan karena penting untuk tercapainya ketersediaan daging domba sebagai bahan baku makanan olahan.

(4) Warna Daging

Warna daging merupakan salah satu penentu kualitas daging yang dihasilkan. Warna ini dapat menjadi salah satu indikator kualitas daging yang dinilai secara fisik. Menurut Afiati (2009), penurunan kualitas daging dapat diindikasikan dari perubahan warna, rasa, aroma dan bahkan pembusukan. Banyak faktor yang mempengaruhi warna daging, termasuk pakan spesies, bangsa umur, jenis kelamin, stres (tingkat aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen (Soeparno, 2005). Sebanyak 36 (97,29%) responden mempertimbangkan warna sebagai atribut yang menjadi faktor sebagai penentu pemilihan bahan baku daging domba. Presepsi para pedagang terhadap warna dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jawaban Konsumen terhadap Warna Daging Domba

No Jawaban Konsumen Responden

Jumlah Proporsi (%) 1 Merah Segar, Tidak Ada Bercak Hitam / Biru 22 59,46

2 Merah Cerah 5 13,51

3 Merah Tua 0 0,00

4 Merah Darah 0 0,00

5 Merah Aga Keputihan 9 24,32

Jumlah 36 97,30

Pedagang mempercayai dengan warna merah khas daging domba sebagai warna yang segar dan terhindar dari kebusukan daging. Warna yang terlalu tua dipercaya akan menyulitkan dalam

(8)

pengolahan dan menghasilkan makanan yang terlalu alot dan tidak dikehendaki oleh konsumen makanan olahan.

(5) Perlemakan

Perlemakan merupakan kandungan lemak yang terdapat pada bagian daging yang dibeli oleh para pedagang. Kandungan Lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular) (Afiati, 2009). Kandungan lemak mempengaruhi banyaknya jumlah hasil makanan olahan yang dihasilkan. Jawaban para pedagang untuk atribut perlemakan dengan berbagai kandungan lemak dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jawaban Konsumen terhadap Perlemakan Daging Domba

No Jawaban Konsumen Responden

Jumlah Proporsi (%)

1 Tidak Ada Lemak 5 13,51

2 Sedikit Lemak 28 75,68

3 Banyak Lemak 1 2,70

Jumlah 34 91,89

Sebanyak 5 pedagang (13,51 %) memilih daging yang tidak ada lemak. 28 pedagang (75,68 %) memilih daging dengan sedikit lemak. Para pedagang tidak menghendaki kandungan yang terlalu banyak yang terdapat pada daging yang dibeli dan digunakan sebagai bahan baku. Lemak hanya digunakan sebagai tambahan untuk memberikan cita rasa dan aroma yang lebih baik untuk dijadikan makanan olahan. Kandungan lemak yang terlalu banyak mengakibatkan kuantitas hasil dari makanan olahan lebih sedikit sehingga para produsen lebih sedikit mendapatkan keuntungan. Hanya terdapat 1 pedagang (2,70 %) yang menghendaki daging dengan kandungan lemak yang banyak. Pedagang yang memilih daging dengan kandungan lemak yang banyak merupakan pedagang yang mengolah bahan baku daging domba tidak hanya berupa sate, pedagang yang memilih daging dengan kandungan lemak yang banyak merupakan pedagang yang mengolah daging menjadi sop. Sesuai dengan pernyataan Afiati (2009), bahwa marbling berpengaruh terhadap cita rasa.

(6) Penanganan Karkas

Penanganan karkas dilakukan pada saat tahap penyiapan karkas. Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan proses penyiapan karkas. Pedagang olahan mempercayai penanganan karkas menjadi salah satu atribut yang penting untuk dipertimbangkan. Penanganan karkas dengan cara digantung akan menghasilkan karkas dengan kualitas yang baik agar proses pengulitan lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Soeparno (2005),

(9)

kebaikan pengulitan dengan digantung adalah kulit dan karkas tidak kotor, dan cacat yang terjadi tidak banyak.

Sebanyak 33 (89,19%) pedagang percaya bahwa karkas yang ditangani dengan baik akan menghasilkan bahan baku dan makanan olahan yang baik. Karkas yang ditangani secara digantung dipercaya dapat menghasilkan karkas yang lebih bersih sehingga, para pedagang tidak kesulitan untuk melakukan tahap pembersihan karkas lebih lanjut.

(7) Metode Penyimpanan Daging

Sebanyak 34 pedagang menyetujui hal tersebut dan hanya 3 responden yang tidak menyetujui hal tersebut penting untuk dipertimbangkan. Ketiga pedagang yang tidak memperhitungkan metode penyimpanan daging oleh para penjual daging domba memiliki alasan tersendiri seperti mempercayai bahwa daging dengan metode penyimpanan seperti apapun dapat digunakan dengan dibantu cara pengolahan yang baik. Mereka lebih mementingkan ketersediaan bahan baku yang dijual oleh para pemasok. Responden mempercayai dengan menyimpan daging secara digantung dapat mempertahankan kualitas karkas dan dapat menjadikan kualitas karkas tidak cepat menurun. Penyimpanan daging juga dipercaya dapat menentukan dan memilih antara daging yang segar atau daging yang sudah tidak segar. Metode penyimpanan ini menjadi salah satu cara untuk mempertahankan daging agar dapat disimpan lebih lama. Dengan metode penyimpanan digantung, responden percaya bahwa daging akan memiliki waktu penyimpanan yang lebih lama dan dapat mempertahankan kualitas daging tersebut.

2. Sikap dan Preferensi Konsumen (1) Sikap terhadap Objek

Sikap yang ditujukan para pedagang terhadap atribut yang dipertimbangkan dalam proses suatu keputusan pembelian bahan baku daging domba, diketahui dengan metode model analisis

Multiatribut Fishbein. Model analisis ini didapat dengan cara menghitung skor kepercayaan dan evaluasi untuk setiap atribut pada setiap kuesioner yang telah diisi yang kemudian diinterpretasikan kedalam skor untuk menunjukan nilai sikap yang dibentuk oleh para pedagang. Tabel 9. Interpretasi Sikap terhadap Objek Menurut Responden

No Interprestasi Jumlah 1 Sangat Negatif 0 2 Negatif 0 3 Netral 4 4 Positif 33 5 Sangat Positif 0 Total 37 Keterangan : n = 37

(10)

Hasil dari analisis model ini didapat bahwa para pedagang memiliki rata-rata sikap yang positif terhadap setiap atribut dalam menentukan keputusan pembelian bahan baku daging domba. Hasil analisis yang didapat dari gabungan sikap kepercayaan dan evaluasi para pedagang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 menujukan bahwa sebanyak 33 pedagang memiliki nilai sikap postif terhadap setiap atribut, 4 pedagang bersikap netral dan tidak ada pedagang yang memiliki nilai negatif atau sangat negatif. Para pedagang yang memiliki sikap netral merupakan pedagang yang tidak terlalu memperhatikan bahan baku sebagai faktor utama dalam menghasilkan olahan yang baik, dengan proses pengolahan dan tidak mengandalkan bahan baku yang baik para pedagang dapat menghasilkan olahan makanan yang memiliki cita rasa dan kualitas tinggi.

(2) Preferensi Konsumen

Preferensi menunjukkan suatu nilai kecenderungan yang dibentuk oleh para pedagang dari atribut yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian bahan baku. Preferensi ini dibentuk dari nilai yang diberikan pedagang untuk skor kepercayaan pada setiap atribut. Hasil dari perhitungan skor memberikan bukti bahwa para pedagang lebih menyukai dan memilih atribut daging dengan atribut A9 (Kebersihan Daging). Hal ini menunukan bahwa pedagang memiliki nilai kecenderungan terhadap daging yang memiliki atribut kebersihan. Kebersihan daging ini merupakan hal yang paling diutamakan para pedagang dalam memutuskan memilih daging sebagai bahan baku.

Tabel 10. Preferensi Konsumen

Atribut Jumlah Nilai Kepercayaan Rangking

A9 164 1 A16 162 2 A6 158 3 A11 157 4 A12 155 5 A10 155 6 A15 145 7 Keterangan :

A6 = Lokasi Pembelian Daging A9 = Kebersihan Daging A10 = Perlemakan Daging A11 = Warna Daging A12 = Aroma Daging A15 = Penanganan Karkas

A16 = Metode Penyimpanan Daging

Secara berturut-turut para pedagang memiliki preferensi terhadap atribut A9 (Kebersihan Daging) > A16 (Metode Penyimpanan Daging) > A6 (Lokasi Pembelian Daging) > A11 (Warna

(11)

Daging) > A12 (Aroma Daging) > A10 (Perlemakan) > A15 (Penanganan Karkas). Jumlah nilai yang menjadi preferensi para konsumen dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan tingkat preferensi pedagang terhadap atribut bahan baku yang dianggap penting untuk dipertimbangkan, para produsen daging domba atau peternak perlu untuk lebih memperhatikan hal tersebut. Meskipun hingga sampai saat ini para produsen atau pedagang sudah dapat menyediakan bahan baku yang sesuai dengan beberapa preferensi para pedagang, perlu adanya peningkatan penyediaan produk yang tepat dan sesuai dengan preferensi para pedagang. Agar para pedagang dapat memberikan dan menyediakan olahan daging domba yang memiliki kualitas dan dapat memberi kepuasan kepada konsumen makanan olahan daging domba.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

1. Atribut yang memiliki kesamaan yang dipertimbangkan oleh para pedagang olahan daging domba di Jalur Kawasan Wisata Puncak Bogor Jawa Barat, yaitu : kebersihan daging domba, aroma daging, sumber daging domba, warna daging, perlemkan daging, metode penyimpanan daging, dan penanganan karkas..

2. Pedagang olahan daging domba di Jalur Kawasan Wisata Puncak Bogor Jawa Barat dalam memilih daging domba memiliki preferensi lebih menyukai daging dengan atribut secara berturut turut : kebersihan daging, metode penyimpanan daging yang digantung, sumber daging, warna daging dengan warna merah segar, aroma daging khas daging domba, perlemakan dengan daging yang memiliki sedikit lemak, penyimpanan secara digantung dan penanganan karkas saat setelah dilakukan pemotongan.

3. Sikap konsumen terhadap ketujuh atribut yang valid memberikan respon positif dan tidak ada yang memberikan respon negatif.

2. Saran

1. Para produsen daging domba diharapkan dapat menyediakan bahan baku daging domba yang sesuai dengan preferensi para pedagang makanan olahan daging domba, sehingga dapat mendapatkan suatu kepuasan terhadap para pedagang dalam mendapatkan bahan baku sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para pedagang makanan olahan di Kawasan Wisata Puncak Bogor Jawa Barat.

2. Teknik penyimpanan daging secara digantung yang merupakan salah satu atribut dipertimbangkan oleh para pedagang dalam membeli bahan baku, masih terdapat kesalahan. Sebaiknya para pedagang menyimpan bahan baku digantung dengan menggantung karkas pada bagian pangkal ekor.

(12)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Cecep Firmansyah, S.Pt., MP., selaku dosen pembimbing utama, dan Ir. Sondi Kuswaryan, MS., selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing serta selalu memberikan motivasi dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini, kepada para dosen pembahas Dr. Ir. Taslim, MS., Syahirul Alim S.Pt., M.Si., Ir. Denny Suryanto Sutardjo, MP., yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Civitas Akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah membekali ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

DAFTAR PUSTAKA

Afiati. F. 2009. Pilih-Pilih Daging Asuh. BioTrends Vol.4 No.1.

Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat. 2012. Data Kunjungan Wisatawan Ke Akomodasi dan Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. [Online]. Available at :http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=statistikwisatawa n&act=showdetail&catid=8&id=88 (diakses 01 Juni 2014, jam 18:30 WIB).

Israel, Glenn D. 2009. Determining Sample Size. Program Evaluation. IFAS. Universuty of Florida. [Online]. Available at : http://edis.ifas.ufl.edu.pdf, (diakses 12 September 2014, jam 08:40 WIB).

Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan dan Pengendalian). Jilid 1. Diterjemahkan oleh Jaka Wasana. Erlangga. Jakarta. 203;212.

Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah Dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Unpad Press. Bandung. 50; 93.

Rangkuti, F. 2011. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. 183.

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. 80-83; 200-207.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 8-9;197;264;306;312.

Gambar

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Bahan Baku Daging yang Diolah  No
Tabel 5. Atribut Valid yang Dipertimbangkan.
Tabel 7. Jawaban Konsumen terhadap Warna Daging Domba
Tabel  9  menujukan  bahwa  sebanyak  33  pedagang  memiliki  nilai  sikap  postif  terhadap  setiap  atribut,  4  pedagang  bersikap  netral  dan  tidak  ada  pedagang  yang  memiliki  nilai  negatif  atau sangat negatif

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja / serikat buruh atau beberapa serikat pekerja / serikat buruh

Merkurius : Merupakan planet terkecil dalam tata surya dan mempunyai jarak paling dekat dengan matahari sehingga waktu yang diperlukan untuk mengelilingi matahari lebih

tradisi tersebut terdeskripsikan dalam 3 tema yaitu: ibu-ibu postpartum.. merasa bahwa tradisi yang dilakukan sangat membantu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen per lembar saham memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (harga saham).. Hal ini mengindikasikan, bahwa terjadi

Dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing, siswa diharapkan dapat menentukan volume bola menggunakan model setengah bola dan kerucut yang jari-jarinya

Kesempatan yang diberikan pemerintah juga ditunjukkan dari adanya peluang yang diciptakan pemerintah, dimana pemerintah memberi peluang kepada masyarakat untuk terlibat

5. Menurut saudara stasiun apa yang perlu diperbaiki sistem pekerjaannya?.. Menurit saudara, apakah informasi label tentang nama makana/produk penting dicantumkan

Penerapan metode certainty factor untuk mendiagnosa dan pencegahan penyakit cacingan pada anak balita diharapkan mendapatkan solusi penanggulangan terbaik dan