• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) SECARA IN VITRO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) SECARA IN VITRO SKRIPSI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti NIM : 168114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti NIM : 168114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)

SECARA IN VITRO

Skripsi yang diajukan oleh:

Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti NIM : 168114091

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan

engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati. (Ulangan 31:8)

(6)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 12 Februari 2020

Penulis,

Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti

(7)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti

Nomor Mahasiswa : 168114091

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)

SECARA IN VITRO

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Februari 2020 Yang menyatakan

(Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti)

(8)

viii PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, pernyertaan serta kasih dan karunia-Nya dari awal penyusunan sampai akhir penelitiaan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Amilase oleh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees.) secara In Vitro” dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strasta Satu Program Studi Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang telah senantiasa memberikan arahan, masukan, serta pendampingan dengan sabar selama proses awal penyusunan sampai akhir penelitian.

2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt. selaku dosen penguji pada skripsi ini yang telah memberikan bantuan serta saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. selaku dosen penguji pada skripsi ini yang telah memberikan saran serta bantuan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan pendampingan sejak awal memasuki dunia perkuliahaan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

5. Pak Yohanes Wagiran yang telah membantu kelancaran penelitian penulis. 6. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan informasi selama perkuliahan.

7. Bapak, Ibu, dan Adek yang selalu memberikan dukungan baik secara psikologis maupun material sejak aku lahir

(9)

viii

8. Rekan penelitian atas segala kerja sama, solidaritas, serta seluruh suka duka sedari awal penyusunan hingga akhir penelitian.

9. Albertus Magnus Arya Abisatya selaku partner yang senantiasa memberikan motivasi, nasihat, serta dukungan.

10. Teman-teman FSMB 2016 yang telah hadir sejak awal masuk dunia perkuliahan hingga saat ini.

11. Teman-teman oscaranger yang selalu menjadi support system sejak awal memasuki dunia perkuliahan hingga kapanpun.

12. Serta seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Selama proses penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam naskah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan yang membangun agar naskah kripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi dan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Yogyakarta, 12 Februari 2020

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

KESIMPULAN ... 24

SARAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

LAMPIRAN ... 27

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT serbuk simplisia dan

ekstrak etanol daun sambiloto ... 17 Tabel II. Persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh

ekstrak etanol daun sambiloto………. 19 Tabel III. Persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh

ekstrak etanol daun sambiloto………. 19 Tabel IV. Tabel hasil analisis uji Mann-Whitney pada persen

penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak

etanol daun sambiloto ... 21 Tabel V. Nilai IC50 larutan acarbose………. 22

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil elusi KLT ... 16 Gambar 2. Serbuk Simplisia Daun Sambiloto ... 27 Gambar 3. Ekstrak Etanol Daun Sambiloto ... 27

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Serbuk Simplisia Daun Sambiloto dan Ekstrak

Etanol Daun Sambiloto ... Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman

Andrographis paniculata Nees. Oleh Fakultas Farmasi

UGM ... Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian

CE&BU Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat,

dan Keperawatan UGM ... 28

27

(14)

xiii ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi, kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi cukup insulin atau ketidakmampuan untuk menggunakan insulin. Salah satu tanaman Indonesia yang banyak digunakan secara tradisional di masyarakat sebagai obat penyakit diabetes mellitus adalah sambiloto. Berdasarkan aktivitas antihiperglikemi dari tanaman sambiloto, maka dilakukan penelitian mengenahi efek penghambatan enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto secara invitro. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan

hasil bahwa terdapat aktivitas penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto, dilihat dari nilai % penghambatan dan nilai IC50. Berdasarkan analisis statistika dari nilai persen penghambatan,

didapatkan hasil bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun sambiloto, maka persen (%) penghambatan yang dihasilkan semakin baik hal ini dapat dilihat dari bentuk kurva yang linier serta hasil yang berbeda bermakna antar konsentrasi (p-value<0,05). Nilai IC50

rata-rata acarbose sebesar 0,972 ± 0,044 mg/ml dan nilai IC50 rata-rata ekstrak

etanol daun sambiloto adalah 9,253 ± 0,116 mg/ml. Berdasarkan hasil statistika antara dua kelompok didapatkan hasil yang berbeda bermakna (p-value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan daya hambat antara acarbose dengan ekstrak etanol daun sambiloto terhadap aktivitas enzim alfa amilase.

Kata kunci: diabetes, daun sambiloto, ekstrak etanol, remaserasi, antidiabetes, spektrofotometri, enzim alfa amilase

(15)

xiv ABSTRACT

Diabetes is a metabolic disease with hyperglycemic characteristic, this condition is caused of inability to produce enough insulin or inability of the body to use it. One of many plants in Indonesia that has been used traditionally to cure diabetes such as sambiloto. Based on it is anti-hyperglycemic activity from sambiloto, so the research of it’s alpha amylase enzyme inhibition from sambiloto ethanol extract as in vitro. Based on the results of tests, it was found that there was an inhibitory activity of the alpha amylase enzyme activity by the ethanol extract of the sambiloto leaf, seen from %inhibitory and IC50 value. Based on statistical

analysis of the value of %inhibition, it was found that along with the increase in the concentration of ethanol extract of sambiloto leaf, the %inhibition produced the better this can be seen from the linear curve shape and the significantly different results between concentrations. Acarbose IC50 mean value is 0,972±0,044 mg/ml and sambiloto ethanol

extract IC50 mean value is 9,253±0,116 mg/ml. Based on statistic result of

these two groups it can be concluded that the result has a significant different (p-value<0,05), so it can be concluded that there is a different inhibition ability between acarbose and sambiloto ethanol extract toward alpha amylase enzyme activity.

Keyword: diabetes, sambiloto leave, ethanol extract, re-maceration, anti-diabetic, spectrophotometry, alpha amylase enzyme

(16)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi, kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi cukup insulin atau ketidakmampuan untuk menggunakan insulin (International Diabetes Federation, 2015). Tingkat prevalensi penderita diabetes di dunia pada tahun 2017 terdapat sebanyak 425 juta penduduk menderita diabetes, diperkirakan pada tahun 2045 jumlah tersebut akan meningkat sebesar 48% menjadi 629 juta penduduk. Sedangkan tingkat prevalensi di Indonesia pada tahun 2017, terdapat sebanyak 10 juta penduduk Indonesia menderita diabetes, dan dengan angka tersebut Indonesia menduduki urutan ke enam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di Dunia (International Diabetes Federation, 2017).

Pemberian penghambat enzim alfa amilase merupakan salah satu talaksana keadaan hiperglikemi pada pasien penderita diabetes melitus. Pemberian penghambat enzim alfa amilase ini dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah postprandial dengan mekanisme kerja menghambat pemecahan karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorbsi glukosa (Ali, Houghton, and Soumyanath, 2006). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa hingga saat ini sebanyak 65% dari penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional, termasuk penggunaan obat-obat dari bahan alam (Departemen Kesehatan RI, 2007). Selain itu, menurut hasil penelitian Supardi dan Susyanty (2010), dalam kurun waktu tujuh tahun, presentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam pengobata sendiri terus meningkat. Salah satu tanaman Indonesia yang banyak digunakan secara tradisional di masyarakat sebagai obat penyakit diabetes mellitus adalah sambiloto (Andrographis paniculata Nees.).

Menurut penelitian Chao and Lin (2010), tanaman sambiloto mengandung beberapa senyawa utama seperti diterpen lakton dan flavonoid. Andrografolid merupakan salah satu senyawa yang masuk ke dalam golongan diterpen lakton dan banyak terdapat pada tanaman sambiloto terutama pada bagian daun. Ekstrak daun dari tanaman sambiloto mengandung 0,5 - 6% senyawa. Menurut

(17)

Subramanian et al (2008), andrografolid dilaporkan memiliki bebagai macam aktivitas biologis salah satunya adalah antidiabetes. Kandungan senyawa andrografolid dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah dengan membantu menghambat penyerapan glukosa melalui penghambatan enzim alfa glukosidase dan alfa amilase. Pada penelitian ini ektraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008), pembuatan ekstrak dari serbuk kering simplisia dibuat dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang sesuai, pelarut yang sesuai untuk pembuatan ekstrak tanaman sambiloto adalah etanol.

Sampai saat ini sudah terdapat banyak penelitian mengenahi ekstrak etanol daun sambiloto yang mampu menghambat penyerapan glukosa melalui penghambatan enzim alfa amilase. Menurut penelitian Subramanian, Asmawi, dan Sadikun (2008), ekstrak etanol daun sambiloto mampu menghambat aktivitas enzim alfa amilase secara in vitro. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 20% dan dilakukan dengan metode microplate. Penelitian ini dilakukan padaa enam tingkat konsentrasi yakni 1,95 ; 3,9 ; 7,8 ; 15,6 ; 31,25 ; 62,5 mg/mL, dari enam konsentrasi tersebut dihasilkan nilai persen penghambatan berkisar antara 12,5 hingga 52,5%. Selain itu menurut penelitian Rais dkk (2013), pemberian isolate andrografolide memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilase. Konsentrasi paling rendah menunjukan aktivitas penghambatan sebesar 16%, sedangkan aktivitas tertinggi daya hambat enzim alfa amilase ditunjukkan pada dosis 5 mg/mL dengan persen penghambatan 28%. Pada penelitian dilakukan dengan menggunakan metode microplate. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap potensi dari ekstrak etanol daun sambiloto dalam menghambat aktivitas enzim alfa amilase, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penderita diabetes.

(18)

METODE PENELITIAN Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi senyawa baku andrografolide (SIGMA), etanol teknis 70%, etanol pro analysis (E.Merck), toluene pro analysis (E.Merck), kloroform pro analysis (E.Merck), methanol pro analysis (E.Merck), aqua bidestilata, dimethylsulfoxide pro analysis (E.Merck), enzim alfa amilase (SIGMA), tablet acarbose, amilum, natrium fosfat, dan natrium klorida. Seluruh bahan yang digunakan diperoleh dari laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Universitas Sanata Dharma. Serta serbuk simplisia daun sambiloto yang diperoleh dari PT. HRL Internasional, Jawa Timur.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan analitik (Mettler Toledo®), seperangkat alat penyulingan untuk penetapan kadar air (MTOPS®), alumunium foil, shaker (Innova® 2100), corong buchner, kertas saring whatman no. 1, pompa vakum (GAST®), waterbath, hot plate, vortex, spektrofotometer (Shimadzu), rotary evaporator (BUCHI ®), mikropipet, corong pisah, glass firn, cawan porselin, sendok sagu, mortir, stamper serta alat-alat gelas (Pyrex®).

Tata Cara Penelitian

Pengumpulan Bahan Uji dan Identifikasi Serbuk Simplisia Daun Sambiloto Bahan uji yang digunakan adalah serbuk simplisia daun sambiloto yang diperoleh dari PT. HRL Internasional, Jawa Timur. Kemudian dilakukan identifikasi serbuk simplisia daun sambiloto di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Uji Kualitatif Serbuk Simplisia Daun Sambiloto

Uji kualitatif kandungan andrografolid dalam penelitian ini menggunakan metode KLT sesuai yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia (2008).

(19)

Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan penjenuhan bejana dengan menggunakan kertas saring yang telah disesuaikan tinggi dan lebarnya dengan bejana yang digunakan. Pengujian secara kualitatif dengan KLT dilakukan dengan menyiapkan 1 g serbuk simplisia dalam 10 ml etanol pa yang kemudian dikocok diatas penangas air selama 10 menit dan 0,01 g pembanding andrografolid dalam 10 mL etanol pa. Fase gerak yang digunakan adalah kloroform : methanol dengan perbandingan 9 : 1, sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat KLT silica gel 60 GF245. Volume penotolan larutan uji dan larutan senyawa pembanding sebanyak 4 µL. Pengamatan noda dilakukan pada UV254. Parameter yang diukur dalam identifikasi senyawa aktif adalah warna

bercak yang dibandingkan dengan senyawa pembanding dan nilai Rf dari bercak yang terelusi (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2008). Adapun plat KLT yang digunakan dengan rancangan : tinggi plat 15 cm lebar plat 5 cm, batas tepi bawah sebesar 1,5 cm, jarak elusi senyawa 10 cm, jarak antar totolan perlakuan 1 cm.

Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Sambiloto

Penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008) penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode destilasi toluen. Pertama tama terlebih dahulu dibuat pereaksi toluen jenuh air dengan cara mengocok toluen P dengan sedikit air dengan menggunakan corong pisah kemudian dibiarkan terpisah dan lapisan air dibuang. Setelah itu, 10 gram simplisia kering daun sambiloto dan 200 ml toluen jenuh air dimasukan kedalam labu. Kemudian labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4 tetes tiap detik, dan penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Setelah selesai, tabung didinginkan hingga suhu ruang dan

(20)

kemudian volume air dibaca setelah toluen dan air terpisah. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

adar olume air

erat simplisia yang ditimbang g Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

Pembuatan ekstrak etanol daun sambiloto dilakukan dengan metode maserasi sesuai dengan Thangraj (2016) dan Farmakope Herbal Indonesia (2008). Sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditimbang dan dilarutkan ke dalam 100 mL pelarut etanol 70% , ditutup, kemudian dibiarkan selama 24 jam, terlindung dari cahaya matahari, dan sambil terus diaduk dengan menggunakan alat shaker dengan kecepatan 200 rpm. Hasil maserat kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang telah dilapisi kertas saring Whatman No. 1 sambil di vakum. Serbuk hasil penyarian dimaserasi kembali dengan pelarut etanol yang baru sebanyak 100 mL selama 24 jam, proses maserasi ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk mengoptimalkan penyarian senyawa andrografolid pada serbuk simplisia daun sambiloto.

Hasil maserat pertama, kedua, dan ketiga kemudian dimasukkan ke dalam rotary evaporator pada suhu 60 oC untuk menguapkan pelarut etanol yang terdapat pada ekstrak. Kemudian, ekstrak diletakkan pada cawan petri dan diuapkan kembali dengan menggunakan waterbath pada suhu 60-75 oC untuk menghilangkan pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak kental dengan bobot tetap sesuai dengan syarat yang ada. Selanjutnya, rendemen dihitung dengan menggunakan rumus:

endeman obot ekstrak g

obot simplisia yang hitung g

(21)

Uji Kualitatif Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

Uji kualitatif kandungan andrografolid yang terdapat pada ekstrak etanol daun sambiloto dilakukan dengan menggunakan metode KLT. Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan penjenuhan bejana dengan menggunakan kertas saring yang telah disesuaikan tinggi dan lebarnya dengan bejana yang digunakan. Larutan uji yang masih berupa ekstrak kental ekstrak etanol daun sambiloto, diencerkan dengan menggunakan pelarut DMSO 1% sesuai dengan perlakuan ekstrak pada uji penghambatan aktivitas enzim alfa amilase. Konsentrasi larutan uji yang digunakan merupakan konsentrasi terkecil pada uji penghambatan aktivitas enzim alfa amilase yakni sebesar 2,5 mg/ml. Senyawa pembanding yang digunakan yaitu andrografolid 0,1%.

Fase gerak yang digunakan adalah kloroform : methanol dengan perbandingan 9 : 1, sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat KLT silica gel 60 GF245. Adapun plat KLT yang digunakan dengan rancangan : tinggi plat 15 cm lebar plat 5 cm, batas tepi bawah sebesar 1,5 cm, jarak elusi senyawa 10 cm, jarak antar totolan perlakuan 1 cm. Volume penotolan larutan uji dan larutan senyawa pembanding sebanyak 4 µL. Pengamatan noda dilakukan pada UV254.

Parameter yang diukur dalam identifikasi senyawa aktif adalah warna bercak yang dibandingkan dengan senyawa pembanding dan nilai Rf dari bercak yang terleusi (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2008).

Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Amilase

Uji aktivitas penghambatan enzim alfa amilase merujuk pada modifikasi penelitian milik Bhutkar et al. (2018).

Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 6,9

Natrium fosfat (NaOH) sebanyak 328 mg dilarutkan ke dalam 40 mL aqua bidestilata dan dimasukan kedalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan 39,195 mg natrium klorida (NaCl) yang telah diencerkan dengan aqua bidestilata sebanyak 10 mL, kemudian larutan buffer diencerkan dengan aqua bidestilata hingga 100 mL.

(22)

Pembuatan Larutan Enzim Alfa Amilase

Pembuatan larutan enzim alfa amilase dilakukan dengan mengambil sebanyak 2,5 µL enzim alfa amilase SIGMA, kemudian diencerkan dengan menggunakan buffer fosfat pH 6,9 hingga 50 mL.

Pembuatan Larutan DMSO 1%

Dimethylsulfoxide pro analysis (DMSO) 1 ml diencerkan dengan aqua bidestilata hingga 100 ml.

Pembuatan Larutan Pati 1%

Pembuatan larutan pati 1% dilakukan dengan melarutkan serbuk pati sebanyak 0,5 gram ke dalam 50 mL aqua bidestilata.

Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

Seri konsentrasi Ekstrak dibuat dalam konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/mL. Sebanyak 100 mg ekstrak kental daun sambiloto dilarutkan kedalam labu ukur 10 mL dengan menggunakan DMSO 1%, dihasilkan konsentrasi ekstrak 10 mg/mL (labu 1). Diambil sebanyak 7,5 mL dari labu pertama, dan dimasukan kedalam labu ukur kedua, kemudian ditambah DMSO 1% hingga tanda batas, dan dihasilkan konsentrasi ekstrak 7,5 mg/mL (labu 2). Diambil 6,67 mL larutan dari labu kedua, dan dimasukan ke dalam labu ukur ketiga, kemudian ditambah DMSO 1% hingga tanda batas dan dihasilkan konsentrasi ekstrak 5 mg/mL (labu 3). Konsentrasi 2,5 mg/mL dibuat dengan mengambil sebanyak 5 mL larutan dari labu ketiga dan dimasukan ke dalam labu ukur keempat, kemudian ditambah DMSO 1% hingga tanda batas.

Pembuatan Seri Konsentrasi Acarbose

Seri konsentrasi acarbose dibuat dalam konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/mL. Sebanyak 2 tablet acarbose digerus kemudian dilarutkan kedalam labu ukur 10 mL dengan menggunakan aqua bidestilata, dihasilkan konsentrasi acarbose 10 mg/mL (labu 1). Diambil sebanyak 7,5 mL dari labu pertama, dan dimasukan kedalam labu ukur kedua, kemudian ditambah aqua bidestilata hingga tanda batas, dan dihasilkan konsentrasi acarbose 7,5 mg/mL (labu 2). Diambil

(23)

6,67 mL larutan dari labu kedua, dan dimasukan ke dalam labu ukur ketiga, kemudian ditambah aqua bidestilata hingga tanda batas dan dihasilkan konsentrasi acarbose 5 mg/mL (labu 3). Konsentrasi 2,5 mg/mL dibuat dengan mengambil sebanyak 5 mL larutan dari labu ketiga dan dimasukan ke dalam labu ukur keempat, kemudian ditambah aqua bidestilata hingga tanda batas.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang dilakukan sebelum dilakukan pengujian untuk menentukan kondisi optimum. Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sebanyak 1 mL ekstrak dengan konsentrasi terkecil yang digunakan dalam pengujian efek penghambatan, yakni 2,5 mg/ml . Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 30 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 400-800 nm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Penentuan Optimization Time

Penentuan optimization time dilakukan sebelum dilakukan pengujian untuk menentukan waktu optimum yang dibutuhkan oleh enzim untuk bereaksi. Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sebanyak 1 mL ekstrak dengan konsentrasi terkecil yang digunakan dalam pengujian efek penghambatan, yakni 2,5 mg/ml . Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 5 ; 10 ; 15 ; 30 menit untuk menentukan waktu optimum enzim untuk beraksi. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya

(24)

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 1 mL aqua bidestilata. Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Kontrol Blanko Acarbose

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 1 mL aqua bidestilata. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 3 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Acarbose

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian larutan acarbose dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/ml diambil masing masing 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

(25)

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian larutan acarbose dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/ml diambil masing masing 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan 3 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Blanko Sampel

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 1 mL DMSO 1%. Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N. , kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Kontrol Blanko Sampel

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 1 mL DMSO 1%. Setelah itu, ditambahkan 3 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Sampel

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian larutan uji ekstrak etanol daun sambiloto dengan konsentrasi 2,5

(26)

; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/ml diambil masing masing 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan 1 mL enzim alfa amilase dan 2 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Pengujian Efek Penghambatan Larutan Kontrol Sampel

Larutan pati 1% diambil sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian larutan uji ekstrak etanol daun sambiloto dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/ml diambil masing masing 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan 3 mL buffer fosfat pH 6,9, kemudian larutan digojog hingga homogen dengan menggunakan vortex kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksinya dihentikan dengan penambahan 1 mL HCL 1 N, kemudian ditambahkan 0,1 ml indikator iodine-iodide. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah dicari sebelumnya dan dilakukan pengujian sebanyak 3 kali.

Perhitungan Nilai IC50

Perhitungan % aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

nhibisi As

Ac

(Bhutkar et al. 2018)

Keterangan:

Ac : Perubahan absorbansi larutan uji tanpa ekstrak etanol daun sambiloto (Blanko (abs dengan enzim) – Kontrol blanko (abs tanpa enzim)) As : Perubahan absorbansi larutan uji dengan ekstrak etanol daun sambiloto

(27)

Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi linier

untuk menentukan persaman y = bx + a. Aktivitas penghambatan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu konsentrasi dari sampel yang

dapat menghambat aktivitas enzim sebesar 50% (Subramanian et al, 2008). Nilai konsentrasi sampel sebagai variable x sedangkan % inhibisi sebagai variable y. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti y = 50. Atau dihitung dengan menggunakan rumus:

a b Analisis Hasil

Data uji KLT dibuat dalam bentuk tabel dan grafik, selanjutnya hasil di deskripsikan. Data uji aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dihitung dari nilai absorbansi dan persen penghambatan yang di dapatkan, kemudian menghitung nilai IC50 dengan menggunakan regresi linier.

Analisis data persen penghambatan diukur secara statistik yang diawali dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. Apabila data yang didapatkan terdistribusi normal (nilai P > 0,05), maka dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA, dan apabila ditemukan perbedaan maka dilanjutkan dengan Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan apabila didapatkan data yang tidak terdistribusi normal (nilai P < 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis, dan apabila ditemukan perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan analisis data nilai IC50 dilakukan

dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, yang kemudian dlanjutkkan dengan uji T tidak berpasangan.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Serbuk simplisia daun sambiloto yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari PT. HRL Internasional, Jawa Timur. Serbuk simplisia tersebut diidentifikasi dengan menggunakan metode mikroskopis. Hasil Identifikasi serbuk menunjukan bahwa serbuk simplisia yang digunakan adalah daun sambiloto dengan nama latin Andrographis paniculata Nees. yang ditunjukan pada surat keterangan (Lampiran 2) sehingga serbuk simplisia yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat.

Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar air pada serbuk simplisia daun sambiloto dengan menggunakan metode destilasi toluen sesuai yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia. Prinsip dari penetapan kadar air dalam simplisia adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, yang dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri, sedangkan tujuan dari penetapan kadar air adalah memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2000). Persyaratan kadar air untuk serbuk simplisia yang dapat diterima adalah ≤ 1 adan Pengawas Obat dan Makanan, 2 14 ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Kelebihan air di dalam serbuk simplisia dapat menyebabkan memudahkan pertumbuhan mikroba, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Dalam penetapan kadar air serbuk simplisia daun sambiloto didapatkan volume air sebesar 0,7 ml dan berat serbuk simplisia yang ditimbang adalah 10 gram sehingga kadar air serbuk simplisia daun sambiloto yang didapatkan dalam penelitian ini sebesar 7%. Dari hasil penelitian tersebut, menunjukan bahwa kadar air serbuk simplisia daun sambiloto telah memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan yaitu ≤ 1 .

Ekstraksi serbuk simplisia daun sambiloto dilakukan dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan suatu metode ekstraksi cara dingin dengan cara perendaman dengan menggunakan pelarut dengan sesekali pengocokan atau pengadukan dengan temperatur kamar

(29)

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Prinsip dari metode maserasi adalah pelarut masuk ke dalam rongga sel yang mengandung suatu zat aktif, sehingga zat aktif akan larut ke dalam cairan penyari. Perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan larutan zat aktif di luar sel, akan menyebabkan terjadinya distribusi zat aktif ke luar sel. Peristiwa tersebut terjadi secara berulang, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara larutan di dalam sel dengan di luar sel (Sulistyani, 2018).

Proses maserasi dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan pelarut dan jumlah pelarut yang sama untuk mengoptimalkan penyarian senyawa andrografolid pada serbuk simplisia daun sambiloto. Setelah dilakukan proses maserasi berulang (remaserasi) sebanyak 3 kali, kemudian maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan dengan Rotary evaporator pada suhu 60oC sesuai informasi yang tertera dalam layar Rotary evaporator. Kemudian filtrat yang sudah dipekatkan diupkan kembali diatas waterbath dengan suhu 78oC untuk menghilangkan pelarut yang masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang di dapatkan merupakan ekstrak kental dengan bobot tetap. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008), bobot tetap diperoleh apabila 2 kali penimbangan secara berturut-turut setelah dipijarkan selama 1 jam tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbanagn tidak melebihi 0,5 mg.

Dilakukan 3 kali replikasi dalam pembuatan ekstrak kental daun sambiloto. Bobot ekstrak kental yang didapatkan pada replikasi pertama adalah 2,1242 dan serbuk yang ditimbang adalah 10,0011 gram sehingga didapatkan % rendeman sebesar 21,2397%. Pada replikasi kedua, bobot ekstrak kental yang didapatkan adalah 1,5404 dan serbuk yang ditimbang adalah 10,0052 gram sehingga didapatkan % rendeman sebesar 15,3960%. Sedangan pada replikasi ketiga, bobot ekstrak kental yang didapatkan adalah 2,0406 dan serbuk yang ditimbang adalah 10,0048 gram sehingga didapatkan % rendeman sebesar 20,3962%. Hasil dari % rendemen menunjukan besarnya nilai ekstrak yang dihasilkan, semakin tinggi nilai rendemen yang didapatkan menendakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Wijaya, 2018).

(30)

Pada penelitian ini dilakukan uji kandungan kimia pada serbuk simplisia dan ekstrak secara kualitatif sesuai yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Tujuan dari uji kualitatif adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan senyawa andrografolid pada serbuk simplisia daun sambiloto dan ekstrak etanol daun sambiloto. Uji kualitatif dilakukan dengan membandingkan nilai Rf larutan uji dengan senyawa standar andrografolid. Penetuan kandungan kimia dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) karena metode ini merupakan metode kromatografi yang paling mudah dilakukan, pemisahan berlangsung cepat, banyak digunakan, serta dapat memisahkan sampel uji dalam jumlah yang kecil. Bejana yang digunakan dalam penelitian harus berada dalam posisi yang rata dan terlebih dahulu dilakukan penjenuhan bejana, supaya elusi dapat berjalan dengan baik. Bejana yang telah jenuh, ditandai dengan kertas saring yang telah terbasahi seluruhnya oleh fase gerak yang digunakan (kloroform : metanol). Penggunaan kertas saring bertujuan untuk meratakan penjenuhan uap di dalam bejana yang digunakan. Selama proses elusi, bejana kromatografi harus ditutup dengan rapat agar proses pemisahan senyawa dalam ekstrak berjalan dengan baik (Gandjar dan Rohman, 2007).

Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah silica gel GF254.

Lempeng silica yang digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu dengan memanaskan di dalam oven untuk menghilangkan kelembaban air yang terdapat pada lempeng karena jika silica masih dalam keadaan basah maka akan sulit untuk menyerap senyawa yang akan dipisahkan. Lempengan silica dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven selama 30 menit dengan suhu 120oC (Wulandari, 2011). Penelitian yang dilakukan menggunakan sampel berupa serbuk simplisia daun sambiloto dan ekstrak etanol daun sambiloto.

Elusi yang dihasilkan dideteksi dibawah sinar Ultraviolet (UV). Deteksi dapat dilakukan dengan pemeriksaan dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pada metode KLT, identifikasi awal suatu senyawa didasarkan pada perbandingan nilai Rf larutan uji dibandingkan dengan nilai Rf standar (Gandjar dan Rohman, 2007).

(31)

(Wulandari, 2011).

(a) (b)

Gambar 1. Hasil elusi KLT dengan lampu UV 254 (a) Hasil uji KLT serbuk simplisia daun sambiloto; (b) Hasil uji KLT ekstrak etanol daun sambiloto

Keterangan :

A = Baku Andrografolid; B = Replikasi Ekstrak dan serbuk simplisia 1; C = Replikasi Ekstrak dan serbuk simplisia 2; D = Replikasi Ekstrak dan serbuk simplisia 3. A B C D A B C D

(32)

Tabel I. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun sambiloto dengan lampu UV 254

No Sampel Serbuk simplisia daun sambiloto

Ekstrak etanol daun sambiloto

Rf Warna Rf Warna

1 Standar Andrografolid

0,50 Kuning kecoklatan 0,40 Kuning kecoklatan 2

Replikasi 1

0,48 Kuning kecoklatan 0,37 Kuning kecoklatan 0,72 Coklat 0,57 Kuning kecoklatan 0,96 Coklat kehitaman 0,77 Hijau kecoklatan 3

Replikasi 2

0,48 Kuning kecoklatan 0,37 Kuning kecoklatan 0,72 Coklat 0,48 Kuning kecoklatan 0,97 Coklat kehitaman 0,68 Hijau kecoklatan 4

Replikai 3

0,50 Kuning kecoklatan 0,33 Kuning kecoklatan 0,74 Coklat 0,48 Kuning kecoklatan 0,97 Coklat kehitaman 0,68 Hijau kecoklatan

Gambar 2 merupakan hasil elusi dari serbuk simplisia daun sambiloto dan ekstrak etanol daun sambiloto. Pengujian KLT pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan fase gerak kloroform : methanol dengan perbandingan 9 : 1, sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat KLT silica gel 60 GF245. Volume penotolan larutan uji dan larutan senyawa pembanding sebanyak 4 µL dan dilakukan pengamatan dibawah sinar ultraviolet 254 nm sesuai yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia (2008). Senyawa andrografolid dijadikan standar pada pengujian kromatografi untuk membandingkan bercak yang didapat oleh sampel dengan bercak yang dihasilkan oleh standar setelah keduanya dielusikan dengan menggunakan fase gerak. Berdasarkan hasil yang didapat pada pengujian KLT serbuk simplisia, nilai Rf standar andrografolid adalah 0,5 sedangkan nilai Rf serbuk simplisia daun sambiloto replikasi satu hingga tiga

(33)

secara berturut turut adalah 0,48 ; 0,48 ; 0,5. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Berdasarkan nilai Rf yang didapatkan, uji KLT ini sudah cukup membuktikan bahwa terdapat kandungan senyawa andrografolid pada serbuk simplisia daun sambiloto. Sedangkan berdasar hasil yang didapatkan pada pengujian KLT ekstrak, nilai Rf standar andrografolid adalah 0,40 sedangkan nilai Rf pada ekstrak etanol daun sambiloto replikasi satu hingga tiga secara berturut turut adalah 0,37 ; 0,37 ; 0,33. Dalam penelitian ini, nilai Rf pada ekstrak hampir mirip dengan standar andrografolid, hal ini dapat disebabkan karena volume totolan terlalu kecil, kadar sampel yang terlalu kecil serta sampel belum murni, sehingga terdapat senyawa lain dalam sampel. Warna bercak standar andrografolid dibawah sinar UV 254 nm adalah kuning kecoklatan, sedangkan warna bercak ekstrak etanol daun sambiloto adalah kuning kecoklatan. Berdasarkan warna bercak dan nilai Rf yang dihasilkan, uji KLT ini sudah cukup membuktikan adanya senyawa andrografolid pada ekstrak etanol daun sambiloto. Selain itu, perbedaan nilai Rf larutan pembanding pada pengujian serbuk dengan pengujian ekstrak berbeda, dapat dikarenakan akhibat dari penyimpanan larutan yang cukup lama.

Ekstrak etanol daun sambiloto diuji secara in vitro. Prinsip dasar dari pengujian ini adalah mengetahui aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dengan mengamati penurunan intensitas warna biru pada kompleks iodin-pati karena berkurangnya substrat pati akibat hidrolisis yang dilakukan oleh enzim alfa amilase (Wardani, 2017). Pengukuran penurunan intensitas warna dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu) pada panjang gelombang 568,5 nm yang sebelumnya telah dilakukan inkubasi selama 10 menit. Panjang gelombang yang digunakan diperoleh dari penentuan panjang gelombang maksimum larutan enzim alfa amilase dengan tujuan untuk menentukan panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum dari larutan uji. Sedangkan waktu inkubasi yang digunakan diperoleh dari penentuan Optimization Time. Uji aktivitas penghambatan dilakukan pada larutan blanko acarbose, kontrol blanko

(34)

acarbose, blanko sampel uji, kontrol blanko sampel uji, larutan acarbose, kontrol acarbose, larutan sampel uji, kontrol sampel uji.

Pengujian larutan blanko dan kontrol blanko bertujuan untuk mengetahui aktivitas dari enzim alfa amilase tanpa penambahan larutan sampel uji dan larutan acarbose. Pengujian kontrol sampel uji dan kontrol acarbose dilakukan sebagai faktor koreksi terhadap larutan sampel uji dan larutan acarbose. Sedangkan pengujian larutan sampel uji dan larutan acarbose dilakukan untuk mengetahui aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilae.

Pengujian sampel ekstrak etanol daun sambiloto dan acarbose dibagi menjadi empat peringkat konsentrasi, yaitu 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/ml dengan kondisi pengujian yang sama. Pengujian dilakukan pada beberapa konsentrasi yang berbeda untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi pada peningkatan kemampuan dalam menghambat enzim alfa amilase. Hasil yang didapatkan pada penelitian adalah nilai absorbansi larutan. Nilai absorbansi tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai persen (%) penghambatan dan nilai IC50.

Tabel II. Persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto

Tabel III. Persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh acarbose Konsentrasi (mg/ml) Replikasi 1 (%) Replikasi 2 (%) Replikasi 3 (%) 2,5 41,98 41,88 42,07 5 45,01 45,01 44,87 7,5 48,09 48,13 47,53 10 50,89 50,47 51,31 Konsentrasi (mg/ml) Replikasi 1 (%) Replikasi 2 (%) Replikasi 3 (%) 2,5 52,21 52,16 52,16

(35)

Berdasarkan nilai persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto (Tabel II) didapatkan nilai r secara berurutan dari replikasi 1 hingga replikasi 3 sebesar 0,999 ; 0,998 ; dan 0,997 dengan rata rata nilai persen penghambatan secara berurutan konsentrasi terendah hingga tertinggi sebesar 41,98% ; 44,96% ; 47,92% ; dan 50,89%. Sedangkan nilai r yang dihasikan pada larutan acarbose secara berurutan dari replikasi 1 hingga replikasi 3 sebesar 0,998 ; 0,997 ; dan 0,998 dengan nilai rata rata persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh acarbose (Tabel III) secara berurutan dari konsentrasi terendah hingga tertinggi sebesar 52,18% ; 55,12% ; 59,15% ; dan 62,11%.

Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk memastikan kebermaknaan nilai persen penghambatan antar konsentrasi. Uji pertama yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas data digunakan untuk melihat apakah data tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Jika data <50 maka digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk yang hasilnya dapat menentukan jenis uji yang digunakan selanjutnya.Hasil uji yang didapatkan menunjukan nilai p-value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persen penghambatan antar konsentrasi tidak terdistribusi secara normal. Pengujian statistik kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan data antar konsentrasi, dan di dapatkan nilai p-value < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persen penghambatan antar konsentrasi (Dahlan, 2014).

5 55,28 54,95 55,14

7,5 59,23 59 59,23

(36)

Tabel IV. Tabel hasil analisis uji Mann-Whitney pada persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto

EDS 2,5 mg/ml EDS 5 mg/ml EDS 7,5 mg/ml EDS 10 mg/ml EDS 2,5 mg/ml BB BB BB EDS 5 mg/ml BB BB BB EDS 7,5 mg/ml BB BB BB EDS 10 mg/ml BB BB BB

Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p < 0,05) EDS = Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

Selanjutnya, nilai persen penghambatan yang didapatkan pada empat peringkat konsentrasi kemudian dibandingkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan uji Mann-Whitney, dan didapatkan hasil yang berbeda bermakna antar semua konsentrasi, baik pada ekstrak etanol daun sambiloto maupun pada acarbose, hal ini kemungkinan terjadi karena semakin besar konsentrasi yang digunakan maka kandungan senyawa yang berperan semakin banyak pula, sehingga nilai persen penghambatan semakin tinggi. Kemudian selain itu, berdasarkan kurva yang dihasilkan dari replikasi 1 hingga replikasi 3, baik pada ekstrak etanol daun sambiloto maupun acarbose dihasilkan nilai r yang baik, yakni mendekati angka 1, sehingga pada hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi, maka persen (%) penghambatan yang dihasilkan semakin baik.

Parameter aktivitas penghambatan pada suatu senyawa atau ekstrak dinyatakan dalam IC50. IC50 merupakan konsentrasi dari senyawa atau ekstrak

(37)

Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linier yang menyatakan

hubungan antara konsentrasi senyawa atau ekstrak sebagai variabel x dengan % nilai penghambatan sebagai variabel y. Semakin kecil konsentrasi yang menimbulkan IC50, maka aktivitas penghambatan senyawa atau ekstrak semakin

baik.

Tabel V. Nilai IC50 larutan acarbose

Acarbose Replikasi IC50 (mg/ml) Rata-rata (mg/ml) 1 0,921 0,972 ± 0,044 2 0,994 3 1,001

Persamaan linier dari kurva acarbose pada 3 replikasi berturut turut adalah y = 1,357x + 48,750; y = 1,333x + 48,675; dan y = 1,368x + 48,63, dengan nilai r secara berturut turut adalah 0,998; 0,997; dan 0,998. Berdasarkan tabel V, hasil replikasi pengujian menunjukan bahwa larutan uji acarbose memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilase dengan nilai IC50

sebesar 0,921 ; 0,994 ; dan 1,001 mg/ml dengan rata rata IC50 sebesar 0,972 ±

0,044 mg/ml.

Tabel VI. Nilai IC50 larutan sampel uji

Ekstrak etanol daun sambiloto

Replikasi IC50 (mg/ml) Rata-rata (mg/ml)

1 9,195

9,253 ± 0,116

2 9,386

3 9,177

Persamaan linier dari kurva sampel uji ekstrak etanol daun sambiloto pada 3 replikasi berturut turut adalah y = 1,192x + 39,040 ; y = 1,156x + 39,150 ; dan y = 1,215x + 38,850. dengan nilai r secara berturut turut adalah 0,999 ; 0,998 ;

(38)

dan 0,997. Berdasarkan tabel VI, hasil pengujian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilase dengan nilai IC50 sebesar 9,195 ; 9,386 ; 9,177 mg/mL dengan rata rata

IC50 sebesar 9,253 ± 0,116 mg/ml.

Nilai IC50 yang kecil disebabkan oleh persen penghambatan yang besar

dari beberapa variasi konsentrasi sampel ekstrak, sedangkan nilai IC50 yang besar

disebabkan oleh kandungan senyawa memiliki efek yang kecil dalam menghambat aktivitas enzim alfa amilase. Berdasarkan nilai rata rata IC50 sampel

ekstrak dan acarbose, menunjukan bahwa acarbose memiliki nilai IC50 yang lebih

kecil dibandingkan dengan sampel ekstrak. Berdasarkan dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa persen penghambatan aktivitas enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto lebih rendah dibandingkan dengan acarbose.

Data IC50 acarbose dan ekstrak etanol daun sambiloto dibandingkan

dengan melakukan uji statistik dengan menggunakan program SPSS (Lampiran 10) dengan tujuan untuk membandingkan antara kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil statistika, didapatkan hasil yang berbeda bermakna, dilihat dari nilai p yang dihasilkan yakni p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek penghambatan terhadap aktivitas enzim alfa amilase antara ekstrak etanol daun sambiloto dengan acarbose.

Apabila dibandingkan dengan penelitian Subramanian, et al (2008), nilai % penghambatan dan nilai IC50 dari ekstrak etanol daun sambiloto berbeda

dengan yang didapatkan pada penelitian ini. Konsentrasi terkecil ekstrak etanol daun sambiloto (7,8 mg/ml) pada penelitian Subramanian menghasilkan nilai % penghambatan sebesar 12,5% sedangkan pada konsentrasi terbesar (62,5 mg/ml) menghasilkan nilai % penghambatan sebesar 52,5%. Sedangkan untuk nilai IC50

yang dihasilkan pada penelitian Subramanian sebesar 50,9 ± 0,17. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan konsentarsi pelarut yang digunakan, metode penelitian yang digunakan, serta perbedaan asal bahan baku daun tanaman sambiloto yang digunakan dalam penelitian.

(39)

Senyawa pada daun tanaman sambiloto yang diduga memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilase adalah andrografolide. Andrografolid merupakan salah satu senyawa yang masuk ke dalam golongan diterpenoid,. Berdasarkan penelitian Al-Asri (2014), sampai saat ini belum diketaui makanisme aksi struktur diterpenoid dalam menghambat aktivitas enzim alfa amilase. Namun berdasarkan hasil permodelan molekuler, didapatkan hasil yang menunjukan penghambatan secara kompetitif dari enzim alfa amilase oleh senyawa diterpenoid. Penghambatan secara kompetitif ini, diduga karena adanya kesamaan struktur cincin benzene dan gugus hidroksil pada senyawa diterpenoid.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji aktivitas penghambatan yang telah dilakukan, menunjukan hasil bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun sambiloto, maka nilai persen (%) penghambatan yang dihasilkan semakin tinggi, dengan nilai presisi (r) yang baik yakni mendekati angka 1 dan hasil statistik yang berbeda bermakna antar konsentrasi (p > 0,05). Berdasarkan hasil statistika dari nilai rata rata IC50 acarbose dan ekstrak etanol daun sambiloto,

didapatkan hasil berbeda bermakna (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat aktivitas penghambatan enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol daun sambiloto dan terdapat perbedaan efek antara daya hambat acarbose dengan ekstrak etanol daun sambiloto.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur kadar andrografolid yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sambiloto. Selain itu, perlu juga dilakukan uji lanjut secara in vivo dalam membuktikan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto dapat menurunkan kadar gula darah pada hewan uji.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H., Houghton, P.J., dan Soumyanath, A., 2 6. α-Amylase Inhibitory Activity of Some Malaysian Plants Used to Treat Diabetes; with Particular Reference to Phyllanthus Amarus. Journal of Ethnopharmacology., 107(2006), 449-455.

Al-Asri, J., 2014. Controlling Hyperglycemia: Discovery of Novel Small α-Amylase Inhibitors Using Structure-Based Virtual Screening. Freien Universität Berlin, Berlin.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Bhutkar, M. A., Bhinge, S.D., Randive, D.S., Wadkar, G.H., and Todkar, S.S., 2018. In Vitro Studies on Alpha Amylase Inhibitory Activity of Some Indigenous Plants. Modern Applications in Pharmacy and Pharmacology., 1 (4), 1-5.

Chao, W.W. and Lin, B.F., 2010. Isolation and Identification of Bioactive Compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chinese Medicine., 5 (17), 1-15.

Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, edisi 6. Epidemiologi Indonesia, Jakarta, pp. 92-99, 110-127.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Badan POM Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar. Yogyakarta, pp. 353-361.

International Diabetes Federation, 2015. IDF Diabetes Atlas. Ed. 7. International Diabetes Federation, 2017. IDF Diabetes Atlas. Ed. 8.

Rais, I.R., Samudra, A.G., Widyarini, S., dan Nugroho, A. E., 2013. Penentuan Aktivitas solat Andrografolid terhadap α-Amilase dan α- Glukosidase menggunakan Metode Apostolidis dan Mayur. Traditional Medicine Journal., 18(3), 162-166.

(41)

S GMA Aldrich. 2 19. Product Specification of α-Amylase, heat-stable-solution, for use in Total Dietary Fiber Assay, TDF-100A. URL https://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/sigma/a3306?lang=en&reg ion= ID (accessed 09.10.19).

Subramanian, ., Asmawi, M. Z., and Sadikun, A., 2 8. n itro α-Glucosidase and α-Amylase Enzyme Inhibitory Effects of Andrographis paniculata Extract and Andrographolide. Acta Biochimica Polonica., 55 (2), 391-398.

Sulistyani, N., 2018. Modul 006: Pengembangan Sediaan Obat Tradisional. Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Supardi, S., dan Susyanty, A. L., 2010. Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Jakarta., 38 (2), 80-89.

Thangaraj, P., 2016. Pharmacological Assays of Plant Based Natural Products. Springer, United Kingdom, pp. 20, 139-140

Wardani, N. A. K., 2017. Enzim Alfa Amilase Inhibutor pada Ekstrak Air Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) untuk penanggulangan Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian.1 (2), 50-59.

Wijaya, H., Novitasari, Jubaidah, S., 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia caseolaris L. Engl). Jurnal Ilmiah Manuntung. 4 (1), 79-83.

Wulandari, L., 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Taman Kampus Presindo. Jember, pp. 17-18, 26-27, 33, 54-55.

(42)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Serbuk Simplisia Daun Sambiloto dan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

Gambar 2. Serbuk Simplisia Daun Sambiloto

(43)

Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Andrographis paniculata Nees. Oleh Fakultas Farmasi UGM

(44)

Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM

(45)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis naskah skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Amilase oleh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees.) secara In Vitro” yang memiliki nama lengkap Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti, lahir di Yogyakarta, 28 Oktober 1997. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Nicansius Esmu Wardoyo dengan Ibu Seraphine Neni Trianawati. Pendidikan formal yang tempuh oleh penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius Demangan Baru (2004-2010), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Yogyakarta (2010-2013), dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Yogyakarta (2013-2016). Penulis melanjutkan pendidiikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2016. Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi atara lain menjadi angota divisi Pengabdian Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (2018/2019), anggota divisi konsumsi Pharmacy performance (2016), dan sebagai koordinator divisi konsumsi TITRASI (2018). Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum Percikan obat (2018), FTSF (2019), dan Botani Farmasi (2019).

Gambar

Tabel I.  Nilai  Rf  dan  warna  hasil  uji  KLT  serbuk  simplisia  dan
Gambar 1.  Hasil elusi KLT ........................................................................................
Gambar 1.  Hasil elusi  KLT  dengan lampu UV 254  (a) Hasil uji  KLT serbuk  simplisia  daun  sambiloto;  (b)  Hasil  uji  KLT  ekstrak  etanol  daun  sambiloto
Tabel I. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT serbuk simplisia dan ekstrak  etanol daun sambiloto dengan lampu UV 254
+5

Referensi

Dokumen terkait

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk memperoleh duration of action ekstrak etanol daun sambiloto yang lebih panjang sehingga kelak dapat digunakan sebagai obat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan

Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus pada Media yang Diekspos dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yulinah (2001) yaitu uji toleransi glukosa pada tikus dan mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan, sedangkan pada

Oleh karena adanya flavonoid yang terkandung dalam akar Sambiloto maka dilakukan penelitian apakah ekstrak etanol akar Sambiloto dapat menghambat aktivitas xanthine oxidase..

Rata-rata Nilai AUC Total dan Rata-rata Persen Penghambatan Inflamasi (%PI) Mencit yang di Induksi Karagenin pada Penelitian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Sambiloto

Selanjutnya dilakukan uji T tak berpasangan dan didapatkan hasil yang berbeda bermakna, dilihat dari nilai p &lt; 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek