• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA SISWA KELAS V TENTANG KARIES MOLAR SATU PERMANEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA SISWA KELAS V TENTANG KARIES MOLAR SATU PERMANEN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No. 1 Bulan Maret 2021, ISSN: 2721-2033

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA SISWA KELAS V TENTANG KARIES MOLAR SATU PERMANEN

Brienda Virdayanti1 Sri Hidayati2 Siti Fitria Ulfah3

123Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Email : bbrienda29@gmail.com

ABSTRAK

Karies gigi menjadi salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang serius pada anak usia sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD). Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang pertama kali erupsi pada umur sekitar 6-7 tahun setelah pertumbuhan dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat, sehingga menjadi gigi yang paling berisiko terkena karies. Masalah dalam penelitian ini rendahnya prevalensi bebas karies gigi molar satu permanen siswa-siswi SDN Dayurejo II. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang karies gigi molar satu permanen. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 33 orang. Metode Pengumpulan data pengetahuan orang tua tentang karies molar satu diukur dengan menggunakan kuesioner dengan teknik analisa data yaitu menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan orang tua tentang gigi molar satu permanen sebesar 52,5% termasuk dalam kategori kurang, pengetahuan orang tua tentang lubang pada gigi molar satu permanen sebesar 62,5% termasuk dalam kategori sedang, pengetahuan orang tua tentang akibat tidak memelihara gigi molar satu permanen sebesar 64,5% termasuk kategori sedang dan pengetahuan orang tua tentang cara memelihara kesehatan gigi molar satu permanen sebesar 70,7% termasuk dalam kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua tentang gigi molar satu permanen termasuk dalam kategori sedang.

Kata Kunci :

Pengetahuan, molar satu permanen, karies.

ABSTRACT Key word:

Knowledge, first molar permanent, caries.

Introduction : : Dental caries is one of the dental health problem, especially for elementary school children. First molar is the permanent teeth that first erupted at around 6 – 7 years old, so it can be the most at risk for caries. the problem in this study is the lack of dental caries free a permanent tooth in fifth grade students on SDN Dayurejo II Prigen. This research was a descriptive study that aimed to find out description of fifth grade students parents knowledge about caries in first permanent molar. The total sample in this study was the parents of fifth grade students there were about 33 on SDN Dayurejo II Prigen. The method used questionaires and data analysis techniques by scoring. The result of this research about parents knowledge about caries in first permanent molar is 52,5% and the category of lack, the parents knowledge of the caries on first permanent molar tooth is 62,5% and the category of moderate, a parents knowledge of it’s not maintaining first permanent molar tooth is 64,5% and the category of moderate and a parents knowledge of how to maintain first permanent molar is 70,7% and the category of moderate. It may be concluded that the level of fifth grade parents knowledge about caries in first permanent molar tooth was in moderate category.

(2)

PENDAHULUAN

Kesehatan Gigi dan Mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut, yang memungkinkan individu, makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial ekonomi. [1] Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat gigi sebagaimana hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa 57.6% penduduk Indonesia mengalami kesehatan gigi dan mulut.[2] Sebanyak 21 provinsi mempunyai masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. [1]

Karies gigi menjadi salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang serius pada anak usia sekolah, terutama anak Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan kebersihan gigi dan mulut pada anak masih kurang baik karena belum mandirinya anak dalam mengurus kebersihan gigi dan mulut. Prevalensi karies gigi pada usia 6 tahun yang telah mengalami karies pada gigi molar permanen sebanyak 20% dan meningkat 60% pada usia 8 tahun, 85% pada usia 10 tahun dan 90% pada usia 12 tahun dimana usia tersebut merupakan usia anak sekolah. [3]

Gigi permanen yang pertama erupsi dalam rongga mulut pada usia 6 tahun yaitu gigi molar satu permanen. Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang terbesar dan baru erupsi setelah pertumbuhan dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat. Beberapa orang tua berpendapat bahwa gigi molar satu permanen masih mengalami pergantian, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan keadaan rongga mulut anaknya. Akibatnya, setelah gigi molar satu permanen terkena karies dibawa ke dokter gigi dan mendapat penjelasan tentang gigi molar satu permanen tersebut, baru orang tua mengetahui bahwa gigi molar satu permanen tersebut tidak akan mengalami pergantian lagi. [4]

Gigi molar satu permanen paling rentan mengalami karies gigi setelah erupsi. Gigi molar rentan terjadi karies karena mempunyai pit dan fissure sehingga menjadikan tempat retensi makanan dan memudahkan plak untuk menempel pada gigi. Gigi molar satu permanen merupakan kunci oklusi pada susunan gigi geligi. Erupsi gigi molar satu permanen mempunyai peran yang penting untuk koordinasi pertumbuhan wajah dan untuk menyediakan dukungan oklusi yang cukup agar system pengunyahan tidak terganggu. [5] Gigi molar satu permanen yang karies dapat mejadi

(3)

indikasi pencabutan. Pencabutan gigi molar satu permanen akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, mulai dari bergesernya gigi geligi disekitar molar satu, sampai dengan mempengaruhi oklusi dan sendi pada rahang serta dapat menganggu proses pengunyahan yang akan mempengaruhi penyerapan nutrisi dari makanan.[6] Pada usia 6 tahun menurut teori psikologis Bowlby kelekatan seorang anak berada pada fase mencari kedekatan dengan orang lain, orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu, ayah atau saudara dekatnya.[7] Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Dalam hal ini, peran orang tua sangat berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak. Sikap dan perilaku orang tua yang merupakan orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap sikap dan perilaku anak.[8]

Berdasarkan Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Kementerian Kesehatan tahun 2014 untuk pemerataan jangkauan UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan mulut tahun 2014 yang harus dicapai maka diterapkan strategi pentahapan UKGS yang disesuaikan dengan paket UKS yaitu target jangka pendek 2014 prevalensi bebas karies pada molar satu permanen sebanyak 50%.[9] Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada bulan September 2019 terhadap 33 siswa kelas V di SDN Dayurejo II Prigen, diperoleh data sebanyak 33,33% prevalensi bebas karies molar satu. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua siswa-siswi kelas V tentang gigi molar satu permanen.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua siswa kelas V tentang karies molar satu permanen. Penelitian dilakukan di SDN Dayurejo II Prigen pada bulan Januari 2020. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua orang tua siswa kelas V yang berjumlah 33 orang. Teknik pengambilan data yaitu: (a) mengumpulkan oang tua di sekolah, (b) menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini, (c) menyerahkan lembar kuisioner dan memberikan arahan tata cara pengisian, (d) menerima kembali kuisioner yang diterima oleh orang tua. Teknik analisis data yang diperoleh melalui kuesioner diolah secara manual yaitu dengan merekap hasil data yang telah dikumpulkan, setelah itu dilakukan perhitungan data setiap orang tua siswa. Hasil dari perhitungan dipersentasikan kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

(4)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan pada 33 orang tua siswa kelas V SDN Dayurejo II Prigen, didapatkan jawaban dari orang tua yang disajikan dalam bentuk tabel. Penilaian dalam tabel menggunakan teori Nursalam (2017) dengan kriteria Baik 76-100%, Cukup 56-75%, Rendah <56%. [10]

Tabel 1 Karakteristik orang tua siswa SDN Dayurejo II Prigen sebagai responden berdasarkan tingkat Pendidikan dan Pekerjaan.

Kategori N % Pendidikan  SD 3 9,1  SMP 4 12,1  SMA 16 48,5  Sarjana 10 30,3 Pekerjaan  Pedagang 8 24,24  Petani 5 15,15  Karyawan Swasta 9 27,27  Tidak Bekerja 11 33,33 Kategori N % Usia (tahun)  20-27 tahun 3 9,09  28-35 tahun 15 45,45  36-43 tahun 7 21,21  44-52 tahun 5 15,15

Pengetahuan orang tua tentang gigi molar satu permanen

Tabel 2 Tingkat pengetahuan orang tua tentang gigi molar satu permanen. N=104

No Pernyataan

Jawaban Responden Kriteria Penelitian Benar Salah Persentase (%) Persentase (%) 1. Waktu gigi molar

satu permanen tumbuh 10 30 23 70 76% - 100% Baik : Cukup : 56% - 75% Rendah : <56% 2. Letak gigi molar

satu permanen 14 42 19 58

3. Ciri gigi molar

satu permanen 14 42 19 58

(5)

satu permanen 5. Pentingnya gigi molar satu permanen 17 52 16 48 6. Pergantian gigi molar satu permanen 25 76 8 24 Jumlah 104 315 94 285

∑ Rata-rata 17,3 52,5 15,7 47,5 Rendah untuk

jawaban benar Sumber: Data Primer

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian responden menjawab benar tentang pengetahuan gigi molar satu permanen sebanyak (52,5%) dan sebagian kecil saja yang menjawab salah (47,5%) ini termasuk dalam kategori kurang.

Rendahnya pengetahuan orang tua tentang erupsi gigi molar satu permanen khususnya letak dan ciri gigi molar satu permanen dalam mulut yaitu orang tua belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang waktu erupsi gigi serta masih kurangnya keinginan orang tua untuk mencari informasi yang berkaitan dengan erupsi gigi molar satu permanen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pane dkk.[5] yaitu orang tua belum memahami tentang erupsi gigi molar satu permanen sehingga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap gigi molar satu permanen, orang tua masih berpendapat bahwa gigi ini masih memiliki gigi pengganti sehingga kurang optimal dalam upaya pencegahan karies.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan. Responden dalam penelitian ini mayoritas orang tua dengan pendidikan SMA. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sejalan dengan penelitian Afiati dkk.[11] yang menyatakan bahwa ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan lebih tinggi maka perhatian kesehatan gigi akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang, maka perhatian dan perawatan gigi juga rendah.

Berbeda dengan hasil penelitian Worang dkk.[12] yang menyatakan bahwa pendidikan dan pengetahuan orang tua tidak menjamin perilaku sehari-hari anak untuk merawat kesehatan gigi dan mulut mereka. Peran serta orang tua yang sangat dibutuhkan. Jadi antara hasil penelitian dan teori belum ada kesesuaian, karena seharusnya menurut teori Notoatmodjo[13] pengetahuan yang baik diimbangi dengan perilaku yang lebih baik juga.

(6)

Pengetahuan orang tua tentang lubang pada gigi molar satu permanen

Tabel 3 tingkat pengetahuan orang tua tentang lubang pada gigi molar satu permanen. N=104

No Pernyataan

Jawaban Responden Kriteria Penelitian Benar Salah Persentase (%) Persentase (%) 1. Lubang pada gigi

molar satu permanen 22 67 11 33 Baik : 76% - 100% Cukup : 56% - 75% Rendah : <56% 2. Tanda lubang pada

gigi molar satu

permanen 19 58 14 42 3. Penyebab gigi molar satu permanen berlubang 24 73 9 27 4. Urutan terbentuk

nya karies gigi 17 52 16 48

Jumlah 82 250 50 150

∑ Rata-rata 20,5 62,5 12,5 37,5 Cukup untuk

jawaban benar Sumber : Data Primer

Dari tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab benar tentang pengetahuan lubang pada gigi molar satu permanen sebanyak (62,5%) dan hanya sebagian besar saja yang menjawab salah sebanyak (37,5%) ini termasuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan orang tua siswa kelas V SDN Dayurejo II Prigen tentang lubang pada gigi molar satu permanen dalam kategori cukup, namun memiliki anak dengan presentase bebas karies gigi molar satu masih tinggi angka karies. Hal ini disebabkan karena orang tua belum memahami tentang tanda lubang pada gigi molar satu permanen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Silaban.[8] yaitu orang tua yang memiliki pengetahuan yang cukup hingga pengetahuan baik masih pada tahap awal pengetahuan yaitu tahu dan mamahami. Orang tua belum mengaplikasikan dan menginformasikan pengetahuan yang dimiliki kepada anak, sehingga orang tua masih mengabaikan kesehatan gigi molar satu permanen.

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu, tahu, memahami, aplikasi, analisisis, sintesis dan evaluasi. Cukupnya pengetahuan orang tua pada karies molar satu permanen dikarenakan orang tua belum tahu apalagi memahami tentang tanda-tanda karies, sehingga masih memiliki anak dengan jumlah karies. Pengetahuan orang tua masih pada batas mengetahui dan belum memahami

(7)

secara utuh sehingga belum terjadi adanya aplikasi dari pengetahuan yang dimiliki. Aplikasi dibutuhkan karena anak usia sekolah dasar masih kurang mampu untuk mengurus dirinya. Selain itu, orang tua beranggapan bahwa karies gigi bukanlah masalah yang serius, sehingga seringkali orang tua mengabaikan hal tersebut.

Jadi antara hasil penelitian dan teori belum ada kesesuaian, karena seharusnya menurut teori Notoatmodjo (2014) pengetahuan yang baik diimbangi dengan perubahan sikap dan tindakan yang lebih baik juga.

Pengetahuan orang tua akibat tidak memelihara gigi molar satu permanen Tabel 4 Tabel tingkat pengetahuan orangtua akibat tidak memelihara gigi molar satu

permanen yang berlubang. N=104

No Pernyataan

Jawaban Responden Kriteria Penelitian Benar Salah Persentase (%) Persentase (%) 1. Akibat dari gigi

molar satu permanen berlubang. 17 52 16 48 Baik : 76% - 100% Cukup : 56% - 75% Rendah : <56% 2. Akibat jika lubang

pada gigi molar satu permanen tidak dirawat.

18 55 15 45

3. Keadaan yang timbul jika gigi molar satu permanen berlubang.

27 82 6 18

4. Dampak, apabila kesehatan gigi dan mulut tidak dijaga.

23 69 10 31

Jumlah 85 258 47 142

∑ Rata-rata 21,3 64,5 11,8 35,5 Cukup untuk

jawaban benar Sumber : Data Primer

Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian responden menjawab benar tentang pengetahuan akibat tidak memelihara gigi molar satu permanen yang berlubang sebanyak (64,5%) dan sebagian kecil saja yang menjawab salah (35,5%) ini termasuk dalam kategori cukup. Sebagian besar responden tidak mengetahui akibat dari gigi molar satu yang berlubang. Hal ini dapat disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang karies gigi.

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo[13] perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor dintaranya faktor predisposisi yang salah satunya meliputi social ekonomi. Sebagian besar responden memiliki status pekerjaan tidak bekerja yaitu sebesar

(8)

33,33%. Asumsi peneliti sebagian besar responden berada pada tingkat status sosial yang kurang sehingga menganggap permasalahan kesehatan gigi tidak begitu penting daripada kesehatan lainnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Christiono dkk., yang menyatakan bahwa status karies dan kebersihan rongga mulut lebih baik pada anak dengan status pekerjaan orang tua dari kalangan menegah ke atas menganggap penting pemeliharaan kesehatan gigi serta mengharapkan gigi dapat berfungsi dengan optimal selama mungkin pada rongga mulut.[14] Pendapat yang sama, juga diperoleh dari penelitian A'yun dkk., yang menyatakan bahwa prevalensi karies lebih tinggi terjadi pada anak yang berasal dari status sosial rendah, antara lain disebabkan oleh kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi yang masih rendah.[15]

Pengetahuan orang tua tentang memelihara gigi molar satu permanen

Tabel 5 Tabel tingkat pengetahuan orangtua memelihara gigi molar satu permanen. N=104

No Pernyataan

Jawaban Responden Kriteria Penelitian Benar Salah Persentase (%) Persentase (%) 1. Mencegah lubang

pada gigi molar

satu permanen. 25 75 8 25 Baik : 76% - 100% Cukup : 56% - 75% Rendah : <56% 2. Mengurangi kerusakan gigi molar satu permanen. 21 63 12 37

3. Makan yang dapat mencegah gigi

berlubang. 17 51 16 49

4. Frekuensi

menggosok gigi. 27 81 6 19

5. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi.

24 72 9 28

6. Cara menyikat gigi

yang benar. 26 78 7 22

7. Waktu yang tepat untuk berkunjung

ke poli gigi, 25 75 8 25

Jumlah 165 495 66 205

∑ Rata-rata 23,6 70,7 9,4 29,3% Cukup untuk

jawaban benar. Sumber : Data Primer

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian responden menjawab benar tentang memelihara gigi molar satu permanen sebanyak (70,7%) dan sebagian kecil yang menjawab salah (29,3%) ini termasuk dalam kategori cukup. Sebagian besar

(9)

responden tidak mengetahui bagaimana cara mengurangi kerusakan pada gigi molar satu permanen.

Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat bahwa pencegahan karies daapat dilakukan sejak dini sehingga dapat mempengaruhi tingginya kejadian karies gigi pada anak. Dengan melakukan diet makanan yang mengandung kadar gula tinggi dan melakukan pembersihan gigi dengan teratur dapat menekan angka resiko karies. Sejalan dengan penelitian Wulandari dkk., yang menyatakan agar perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dapat optimal dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar air yang tinggi seperti buah dan sayur, sehingga kualitas hidup anak menjadi lebih tinggi.[16]

Tabel 6 Rekapitulasi Pengetahuan orang tua siswa kelas V SDN Dayurejo II tentang karies molar satu permanen.

N=104

No. Pernyataan Jawaban Responden (%) Benar Salah 1. Pengetahuan orang tua tentang gigi

molar satu permanen. 52,5 47,5

2. Pengetahuan orang tua tentang lubang

pada gigi molar satu permanen. 62,5 37,5

3. Pengetahuan orang tua akibat tidak

memelihara molar satu permanen. 64,5 35,5

4. Pengetahuan orang tua tentang

memelihara molar satu permanen. 70,7 29,3

Jumlah 250,2 149,8

Rata-rata 62,55 37,45

Berdasarkan tabel diatas Hasil dari rata-rata pengetahuan orang tua tentang molar satu permanen termasuk dalam kategori cukup yaitu 62,55%, namun memiliki anak dengan prevalensi bebas karies molar satu yang cukup tinggi .

Hal ini dapat disebabkan bukan hanya cukupnya pengetahuan orang tua tentang molar satu permanen tetapi adanya penyebab lain yang berasal dari anak itu sendiri seperti perilaku dan kebiasaan anak terhadap kebersihan gigi dan mulutnya. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa karies molar satu permanen tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang erupsi gigi molar satu permanen tetapi ada faktor lain seperti kebiassaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik, cara dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat serta kebiasaan anak yang tidak berkumur setelah makan.[5] Anak-anak juga lebih suka mengkonsumsi makanan kariogenik yang tinggi seperti cokelat, roti dan permen daripada buah dan sayur. Penelitian terdahulu pada tahun 2019 juga menyatakan bahwa resiko gigi berlubang pada anak sekolah meningkat dengan cepat bila pola

(10)

makan tidak terkontrol, mengingat bahwa anak usia sekolah lebih senang mengkonsumsi makanan kariogenik daripada non kariogenik.[17]

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan orang tua siswa kelas V di SDN Dayurejo II Prigen, Pasuruan dapat disimpulkan bahwa: Pengetahuan orang tua tentang gigi geraham satu permanen di SDN Dayurejo II Prigen, termasuk dalam kategori kurang. Pengetahuan orang tua tentang lubang pada gigi geraham satu permanen di SDN Dayurejo II Prigen, termasuk dalam kategori sedang. Pengetahuan orang tua tentang akibat tidak memelihara gigi geraham satu permanen yang berlubang di SDN Dayurejo II Prigen, termasuk dalam kategori sedang. Pengetahuan orang tua tentang memelihara kesehatan gigi geraham satu permanen di SDN Dayurejo II Prigen, termasuk dalam kategori sedang. Kemudian saran dari penelitian ini adalah:

1. Disarankan kepada orang tua siswa untuk dapat meningkatkan pengetahuan

dengan banyak membaca tentang erupsi gigi molar satu permanen, membawa anak yang mengalami karies ke pelayanan kesehtaan gigi terdekat agar dapat dilakukan penambalan gigi pada gigi yang berlubang.

2. Disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih perhatian terhadap masalah

Kesehatan gigi dan mulut siswa serta melanjutkan Kerjasama dengan pihak puskesmas, sehingga tercapai pencegahan penyakit gigi dan mulut sedini mungkin dan meningkatkan pengetahuan siswa tentang Kesehatan gigi dan mulut.

3. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk memberikan penyuluhan secara rutin

minimal setahun sekali, terhadap ornag tua siswa akan pentingnya menjaga Kesehatan gigi dan mulut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah atas bantuan dalam pelaksanaan penelitian , serta guru-guru, siswa-siswi dan orang tua siswa-siswi kelas V SDN Dayurejo II Prigen,

DAFTAR PUSTAKA

[1] T. Lembaran and N. Republik, BERITA NEGARA, no. 151. 2016.

[2] K. Riskesdas, “Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS),” J. Phys. A Math.

Theor., vol. 44, no. 8, pp. 1–200, 2018.

[3] S. U. Ningsih, T. Restuastuti, and R. Endriani, “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Menyikat Gigi pada Siswa-Siswi dalam Mencegah Karies di SDN 005 Bukit Kapur Dumai,” J. Online Mhs., vol. 3, no. 2, pp. 1–11, 2016.

(11)

[4] I. Wangidjaja, Anatomi Gigi, 2nd ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2012.

[5] Y. Srinai, Aljufri, and N. Pane, “Hubungan pengetahuan ibu tentang erupsi dan karies gigi m1 permanen di sdn 05 kota bukittinggi tahun 2017,” no. 26, pp. 23–31, 2017. [6] D. G. Poha, “Gambaran Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur

Dan Jenis Kelamin Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Manado Tahun 2012,” e-GIGI, vol. 2, no. 1, 2014.

[7] A. C. M. DAMIAN FARROW, JOSEPH BAKER, “No Title空間像再生型立体映像

の研究動向,” 2015.

[8] S. Silaban, “Prevalensi Karies Gigi Geraham Pertama Permanen Pada Anak Umur 8 – 10 Tahun Di Sd Kelurahan Kawangkoan Bawah,” e-GIGI, vol. 1, no. 2, 2013.

[9] Kementerian Kesehatan Ri Tahun 2012. 2012.

[10] Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika, 2017.

[11] S. Afiati, Risti. Ramadhani, Karina. Diana, “Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak,” Dentino

J. Kedokt. Gigi, vol. 2, no. 1, pp. 56–62, 2017.

[12] T. Y. Worang, D. H. C. Pangemanan, and D. A. Wicaksono, “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak Di Tk Tunas Bhakti Manado,” e-GIGI, vol. 2, no. 2, pp. 7–10, 2014.

[13] M. C. H. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. S.K.M., PROMOSI KESEHATAN DAN

PERILAKU KESEHATAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2014.

[14] S. Christiono and R. R. Putranto, “CARIES STATUS EARLY CHILDHOOD CARIES IN INDONESIAN CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS : Study In SDLB Central Java,” ODONTO Dent. J., 2016.

[15] Q. A’yun, J. Hendrartini, and A. Supartinah, “Pengaruh keadaan rongga mulut, perilaku ibu, dan lingkungan terhadap risiko karies pada anak,” Maj. Kedokt. Gigi Indones., vol. 2, no. 2, p. 86, 2016.

[16] N. Y. Wulandari, “PREVALENSI KARIES GIGI MOLAR SATU PERMANEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR USIA 8-10 TAHUN,” J. Ilm. dan Teknol. Kedokt. Gigi, 2019.

[17] D. E. Purwati and . Almujadi, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Orang Tua Terhadap Jumlah Karies Gigi Siswa Anak Sekolah Dasar 1 2,” vol. 04, 2017.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik orang tua siswa SDN Dayurejo II Prigen sebagai responden berdasarkan  tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
Tabel 5 Tabel tingkat pengetahuan orangtua memelihara gigi molar satu permanen.  N=104
Tabel 6 Rekapitulasi Pengetahuan orang tua siswa kelas V SDN Dayurejo II tentang karies  molar satu permanen

Referensi

Dokumen terkait

Anda juga dapat menggunakan tombol daya untuk mengaktifkan mode tidur atau hibernasi pada PC Notebook dan beralih kembali ke siaga dari mode tidur atau hibernasi.. Jika PC

Simpulan yang paling mungkin benar berdasarkan paragraf 4 adalah upaya-upaya konkret akan memperdalam akses keuangan , meningkatkan investasi, mempercepat sektor

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Bertitik tolak terhadap permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus dari fenomena tersebut dengan judul

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Metode Statistik

Bauran pemasaran adalah serangkaian alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan produk, harga, tempat (distributor), dan promosiyang di padukan oleh perusahaan

Unit Processor Yang Berisi Microprocessor atau Microcontroller Yang Bertugas Untuk Mengolah Sinyal Input Yang Sesuai Dengan Instruksi Yang Telah Di Program Untuk Menghasilkan