• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

9

2.1

Manajemen Pendidikan

Dalam konteks pendidikan, masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli.

Robins dan Coultar dalam Wibowo (2007:9) memberikan definisi manajemen sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisien menunjukkan hubungan antara input dan output dengan mencari biaya sumber daya minimum, sedangkan efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Mary Parker Follet dalam Wibowo (2007:9) menyatakan bahwa manajemen adalah the art

(2)

of getting things done though people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Hal ini meminta perhatian pada kenyataan bahwa manajer dalam mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan pekerjaan sendiri.

Engkoswara dalam Mulyasa (2006:8) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.

Sedangkan Mulyasa (2006:7) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan

(controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.

Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara

(3)

esensial dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian manajemen pendidikan,yaitu : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.1 Fungsi Manajemen

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Wibowo (2007:12) mengemukakan bahwa perencanaan (planning) mencakup mendefinisikan tujuan organisasi, mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan hirarki komprehensif dan rencana untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan

(4)

tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.

Menurut Wibowo (2007:12) bahwa organizing merupakan tanggung jawab menejer untuk mendesain struktur organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan. Termasuk mempertimbangkan apa tugas yang harus dilakukan, siapa melakukan, bagaimana tugas dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan dimana keputusan dibuat. Organizing merupakan persiapan sebelum pekerjaan sebenarnya dilakukan. 3. Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi

4. Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

(5)

Wibowo (2007:13) mengemukakan bahwa controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal berjalan seperti seharusnya dan memonitor kinerja organisasi. Kinerja aktual harus dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Jika terdapat deviasi signifikan, dilakukan koreksi dan dikembalikan kejalur yang tepat. Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan demikian controlling melakukan koreksi terhadap pelaksanaan dan untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

2.1.2 Bidang –bidang Manajemen Sekolah

Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku “Panduan Manajemen Sekolah” (1999), berikut ini akan diuraikan

(6)

secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :

a. Manajemen kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siklus manajemen kurikulum terdiri dari empat tahap :

1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah: (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.

(7)

3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran

4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)

(8)

Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :

Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;

1. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal;

2. Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan

3. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

c. Manajemen personalia.

Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :

1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga;

2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional;

3. Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh

(9)

terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan

4. Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

d. Manajemen keuangan

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.

Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan

(10)

keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

e. Manajemen perawatan sarana dan prasarana sekolah

Manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan prasarana, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan

(11)

terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

f. Manajemen Kinerja Guru.

Menurut Bacal dalam Wibowo (2007:66) mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan personalia secara langsung. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.

Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang : Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru yang meliputi (1)Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.(2) Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun

(12)

mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.(3) Bagaimana prestasi kerja akan diukur,dan (4) Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.

2.1.3 Tugas dan Peranan Kepala Sekolah Dalam Manajemen Sekolah

Dinas pendidikan telah menetapkan tujuh peran dan tugas kepala sekolah yang harus dilaksanakan , yaitu sebagai edukator, manajer, administrator,

supervisor, leader, innovator, dan motivator. E. Mulyasa dalam bukunya “Menjadi Kepala Sekolah

Profesional” 2006 menguraikan tugas dan peran kepala sekolah sebagai berikut :

1. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik) Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam

hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemempuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

(13)

Upaya-upaya dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :

(1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dengan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya memberikan kesempatan bagi guru yang belum mencapai jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.

(2) Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil kerja peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasi.

(3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru

untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta

(14)

memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai edukator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan meberi contoh mengajar.

2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk : memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependiikan kedalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah: (1) Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja

sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu

(15)

mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta

berusaha untuk senantiasa

mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.

(2) Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

(16)

(3) Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada azas tujuan, azas keunggulan, azas mufakat, azas kesatuan, azas persatuan, azas empirisme, azas keakraban, dan azas integritas.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Disamping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga

(17)

hubungan kemanusiaan dengan para staf, agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugas. Dengan demikian efektifitas kerja kepala sekolah bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga kependidikan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif.

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui : (1) diskusi kelompok, yaitu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru dan juga bisa melibatkan tenaga

(18)

administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah disekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Diskusi kelompok ini dapat dilakukan di ruang guru atau di ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang, sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. (2) kunjungan kelas, dilakukan oleh kepala sekolah sebagai salah satu tehnik untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung kemempuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. (3) pembicaraan individual, yaitu merupakan tehnik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru, baik berkaitan dengan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru. (4) simulasi pembelajaran, yaitu merupakan suatu tehnik supervisi berbentuk demontrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri,

(19)

walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik.

5. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Kemampuan kepala sekolah dapat dianalisis dari kepribadiannya, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemempuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

6. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan secara: (1) konstruktif, yaitu kepala sekolah harus mendorong dan membina tenaga kependidikan agar berkembang secara optimal; (2) kreatif, yaitu kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara

(20)

yang baru dalam melaksanakan tugasnya; (3) delegatif, yaitu berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing; (4) integratif, yaitu mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif,efisien dan produktif; (5) rasional dan objektif, yaitu berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif; (6) pragmatis, yaitu menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh guru, serta kemampuan yang dimiliki oleh sekolah; (7) keteladanan, yaitu berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik; (8) adaptabel dan fleksibel, yaitu mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan.

7. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan tugas dan fungsinya. Motivasi itu dapat ditumbuhkan melalui : (1) pengaturan lingkungan fisik, lingkungan fisik yang kondusif dapat menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya; (2) pengaturan suasana kerja, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan

(21)

kinerja.Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis; (3) disiplin, melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah; (4) dorongan, kepala sekolah harus memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh; (5) penghargaan, melalui penghargaan tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif. Kepala sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan secara tepat, efektif, dan efisien untuk menghindari dampak negatif yang bisa ditimbulkannya.

2.2 Profesionalisme Guru

Kata profesi dan profesional, melahirkan istilah ”Profesionalisme” yang berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional (Poerwadarminta, 2006: 608). Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional (Tafsir, 1994:107).

Menurut Satori (2008: 14), profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

(22)

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Terkait dengan profesionalisme guru sebagaimana yang diuraikan sebelumnya bahwa seorang guru dapat dikatakan profesional apabila ia telah memenuhi persyaratan akademik dan memiliki kualifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru pun harus memiliki kualifikasi atau kriteria profesional. Untuk itu guru sebagai tenaga profesi memerlukan dukungan semua perangkat akademik dan teoritik selain keterampilan metodologis. Agar menjadi guru yang sesuai dengan harapan masyarakat maka yang dibutuhkan adalah perlu adanya pembekalan terhadap seorang guru sebelum terjun ke dunia pendidikan dalam sebuah lembaga formal. Bekal yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional mengajar (Uno, 2009: 18).

Menurut Sanjaya (2005: 146) bahwa sebagai suatu profesi terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi kepribadian, kompetesi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan. a. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,

(23)

arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi : pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Surya, 2006: 176). Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,2008: 75). c. Kompetensi Profesional.

Kompetensi profesional guru adalah sejumlah kewenangan dan kemampuan guru dalam rangka

(24)

melaksanakan tugas profesinya, meliputi kompetensi sebagai berikut:

1) Menguasai landasan pendidikan, antara lain mengetahui pendidikan (pencapaian kompetensi dasar dan hasil belajar), mengenai fungsi sekolah dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

2) Menguasai bahan ajar; menguasai kurikulum pendidikan agama tahun 2007 (KTSP).

3) Menyusun silabus dan program pembelajaran; menetapkan pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, memilih bahan ajar, memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran, memilih media pengajaran, memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar.

4) Melaksanakan acara (program) pembelajaran; menciptakan suasana belajar yang kondusif, mengatur ruang belajar,mengelola interaksi belajar mengajar,

5) Menilai hasil belajar dengan menggunakan sistem penilaian berbasis kelas (Surya, 2006: 176). d. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: berkomunikasi lisan dan tulisan; menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

(25)

bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Surya, 2006: 176).

2.2.1 Ciri- ciri Profesionalisme Guru

Menurut Huole dalam Suyanto (2003) menyebutkan ciri- ciri profesionalisme guru adalah: (1) memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (2) harus berdasarkan kompetensi individual bukan atas dasar Korupsi,Kolusi dan Nepotisme, (3) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (4) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (5) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (6) memiliki prinsip-prinsip etik yang berupa kode etik, (7) memiliki sistem sanksi profesi, (8) adanya militansi individual, dan (9) memiliki organisasi profesi.

Menurut Mungin (2003) guru profesional memiliki ciri: (1) memiliki kepribadian matang dan berkembang, (2) memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, (3) penguasaan pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (4) memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan.

2.2.2 Peranan Guru sebagai Tenaga Profesional

Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun

(26)

dengan sifat yang lain. Peranan guru sebagai tenaga profesional antara lain sebagai informator, organisator, motivator, direktor atau pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.

2.2.3 Perilaku Profesional Guru

Kemampuan guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan ke dalam empat kemampuan yakni: merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya atau dibinanya.

Donald F. Clay dalam bukunya Curriculum: design for living (1966) mengemukakan beberapa sifat atau kriteria mengajar yang berhasil, antara lain: antusias dalam mengajar, menaruh minat terhadap anak didik, menggunakan bermacam-macam metode dan jenis material yang digunakan, mengetahui lebih baik dari pengetahuan mata pelajaran yang spesifik, mampu meningkatkan tanggung jawab siswa untuk mandiri dalam belajarnya, memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebudayaan, mengikutsertakan siswa dalam perencanaan kelas dan pengalaman evaluasi, mampu mengadakan komunikasi dengan pendek dan

(27)

jelas, menghias atau mengatur ruang kelas dengan baik dengan mengikutsertakan para siswa, memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip pertumbuhan manusia dan pengembangannya serta menerapkannya dalam praktek mengajar.

2.2.4 Syarat Guru Profesional

Levin dan Nolan(1996: 93) menyatakan, ada dua syarat utama menjadi guru profesional yaitu :

a. Memiliki dasar-dasar pengajaran yang efektif, meliputi penguasaantentang : model pembelajaran, motivasi peserta didik, mewujudkan harapan guru, mengajukan pertanyaan di kelas dan waktu untuk mengerjakan soal.

b. Memiliki kelebihan pendukung utama untuk keprofesionalan itu sendiri, yaitu berkaitan dengan: mengajar untuk memahami, pengajaran dengan pembuktian, berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, menciptakan komunitas belajar, mengajar untuk intelegensi jamak, dan motivasi kognisi peserta didik.

2.3

Pembelajaran yang Berkualitas

Sudjana (1991), menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor : (1) Tujuan pengajaran yang jelas, (2) bahan

(28)

pengajaran yang memadahi, (3) metodelogi pengajaran yang tepat, dan (4) cara penilaian yang baik.

Depdiknas (2004 : 33) dalam buku “Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah” menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pengelolaan sekolah,oleh sebab itu semua kegiatan pendukung lainnya harus diarahkan pada terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran yang aktif maksudnya adalah guru bertanggung jawab menumbuhkan aktivitas belajar peserta didik yang diajar; pembelajaran yang kreatif maksudnya guru dan peserta didik harus bisa ciptakan kreativitas dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar; kegiatan pembelajaran efektif artinya pembelajaran itu harus mempunyai makna dan berbekas pada diri siswa, dengan kata lain pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapan siswa secara bertahap dan berkelanjutan; sedangkan pembelajaran yang menyenangkan maksudnya adalah bagaimana situasi pembelajaran di kelas itu tumbuh dalam keadaan yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik. Pembelajaran harus memberikan ketrampilan pada siswa agar dapat belajar bagaimana belajar lebih lanjut, dan apa yang disajikan oleh guru dan didiskusikan bersama di kelas dapat berkembang berkelanjutan, sehingga tercipta peserta didik yang

(29)

aktif, kreatif, inovatif, dan siap menyongsong tantangan jaman.

Salah satu ciri dari pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas adalah dimanfaatkannya media pembelajaran, dalam proses pembelajaran. Di zaman yang serba canggih seperti kondisi saat ini dimana teknologi berkembang sedemikian pesatnya, komputer sudah bukan merupakan barang yang langka dan mewah. Dengan adanya media komputer sebagai pengolah informasi sudah selayaknyalah apabila di tiap- tiap sekolah dasar minimal memiliki satu unit komputer. Baik komputer sebagai sarana pengolah administrsi sekolah, dan akan lebih baik lagi apabila komputer dapat berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa.

Guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik, bertujuan agar terpenuhinya suatu kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar. Teknik penyajian dan pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dikuasai guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, di pahami, dimengerti dan digunakan oleh peserta didik dengan baik. semuanya harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

(30)

waktu yang diperlukan dalam mencapai ketuntasannya.

Kunci utama keberhasilan guru dalam mengajar yaitu dalam memilih strategi, model, maupun metode yang tepat serta didukung oleh teknik dan taktik dalam mengajar. Yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain atau dirancang oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya yaitu penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber atau media belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

(31)

2.4

Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Agar mutu pendidikan yang baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus didukung oleh sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu adalah “sekolah yang secara keseluruhan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan (masyarakat). Manajemen Kepala Sekolah (planning, organizing, actuating, controlling) Profeionalis me Guru Menyelesaikan Pendidikan S1 dan menyarankan study

lanjut S2, aktif dalam

organisasi keguruan

(KKG)

UKG secara rutin,

Kebijakan mensejahterakan

guru terutama GTT,

melaksanakan

(32)

Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan dukungan kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung kegiatan utama sekolah, yaitu proses pembelajaran di kelas dan hasil akhir dari proses pembelajaran. Manajemen kepala sekolah yang baik salah satunya adalah peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan menguasai kurikulum dan sarana dalam proses pembelajaran, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan mengikuti pelatihan dan pembinaan teknis yang dilakukan secara berkesinambungan di sekolah dan gugus sekolah.

Guru yang profesional akan menciptakan pembelajaran yang berkualitas, yaitu mempunyai tujuan yang jelas, mempunyai bahan pengajaran yang memadahi, metodelogi yang tepat dan penilaian yang baik, serta memanfaatkan media pembelajaran. Dengan pembelajaran yang berkualitas, maka akan di dapat prestasi yang diharapkan.

(33)

2.5

Penelitian yang Relevan

Yayan Mulyana (2011) dalam Penelitian yang berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Profesionalisme Guru” hasil penelitiannya adalah bahwa : upaya pengembangan profesionalisme guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari dalam dan di luar diri guru. Upaya dari dalam diri bersumber dari penghayatan tanggung jawab guru itu sendiri untuk mengembangkan kemampuan mengajarnya. Sementara upaya dari luar guru merupakan perwujudan tanggung jawab lembaga atau pimpinan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru. Pihak pimpinan mempunyai peranan yang cukup dalam menentukan usaha meningkatkan kualitas kemampuan mengajar guru-guru. Peranan Kepala Sekolah dalam mengembangkan kemampuan para guru adalah sebagai fasilitator, motivator, dan supervisor.

Munawir (2010) dalam penelitian Yang berjudul “Manajemen Kepala Sekolah dalam meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Negeri 1 Gemuh” dengan hasil penelitiannya adalah : Peningkatan profesionalisme guru di SMAN 1 Gemuh dilaksanakan melalui empat kompetensi , yaitu kompetensi pribadi, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut dilaksanakan secara bersinergi, saling

(34)

menyempurnakan dalam semua aktifitas guru di sekolah. Namun demikian, kompetensi yang dimiliki guru di SMAN 1 Gemuh masih belum sampai dalam taraf sempurna, masih perlu adanya pembenahan dan peningkatan kompetensi tersebut.

Peningkatan profesionalisme guru tidak dapat dilakukan dengan sendirinya, butuh dukungan dan kesempatan dari kepala sekolah dan beberapa pihak yang terkait. Manajemen Kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru tidak terlepas dari kegiatan manajemennya, baik dalam bidang kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan dan sarana prasarana.

Abdul Mu’min (2011), dengan judul “Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI Al-Ihsan” Hasil penelitian menunjukan bahwa: pelaksanaaan peran kepala sekolah di SDI Al-Ihsan berjalan dengan cukup baik dalam hal ini peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru sangat dominan. Pemberdayaan tenaga pengajar (peningkatan profesionalisme guru), karyawan, peningkatan sarana pembelajaran,pengawasan terhadap proses belajar mengajar yang kesemuanya dapat berjalan dengan cukupbaik.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, guru perlu melibatkan semua peserta didik untuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban- kewajiban mereka sehingga tanggung jawab itu akan

Penanganan yang lebih baik dari orang tua, maupun guru di sekolah dan pihak kesehatan seperti perawat dan psikolog yang bertanggung jawab terhadap peningkatan

Oleh karena itu, metode Guided Discovery Learning adalah metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik dimana peserta didik secara aktif terlibat

Model pembelajaran discovery (penemuan) juga diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar pada peserta didik sehingga motivasi dan semangat belajar peserta

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi

Peserta dan atau pemberi kerja wajib melaporkan akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi yang bertanggung jawab di

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses p embelajaran guru harus menciptakan suasana

Hasil penelitian adalah bahwa dalam proses pembelajaran dapat berjalan sangat baik dimana antara guru dan peserta didik bisa menjalin komunikasi yang baik sehingga dalam proses