• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL DALAM SEDIAAN LIP BALM DENGAN PEWARNA EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus Web.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "APLIKASI DESAIN FAKTORIAL DALAM SEDIAAN LIP BALM DENGAN PEWARNA EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus Web.)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

PREDIKSI KOMPOSISIGLYCERYL MONOSTEARATEDANCETYL

ALCOHOLSEBAGAIEMULSIFYING AGENTMENGGUNAKAN

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL DALAM SEDIAANLIP BALM DENGAN PEWARNA EKSTRAK BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizusWeb.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Agata Dessynta Putri NIM : 088114129

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PREDIKSI KOMPOSISIGLYCERYL MONOSTEARATEDANCETYL

ALCOHOLSEBAGAIEMULSIFYING AGENTMENGGUNAKAN

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL DALAM SEDIAANLIP BALM DENGAN PEWARNA EKSTRAK BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizusWeb.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Agata Dessynta Putri NIM : 088114129

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

“Apapun yang terjadi,yang Anda yakini adalah kekuatan Anda Apapun yang terjadi, Anda harus tetap pada tujuan Anda Apapun yang terjadi, yang Anda yakini adalah yang akan terjadi.”

Mario Teguh Kupersembahkan karya kecilku

untuk yang kukasihi :

Papa, Mama, dan Adrian

Teman-teman dan Almamaterku

(7)

vii PRAKATA

Puji Syukur dan terima kasih dihanturkan kepada Allah Bapa di Surga atas berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya selama penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Prediksi KomposisiGlyceryl monostearate dan Cetyl alcohol sebagai

Emulsifying agent menggunakan Aplikasi Desain Faktorial dalam Sediaan Lip balm dengan Pewarna Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizusWeb.)” sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran selama pembuatan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi penguji.

4. Ibu Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt selaku Dosen Penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi penguji.

(8)

viii

6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kesabarannya dalam mengajar penulis selama perkuliahan.

7. Pak Musrifin, Wagiran, Agung, Ottok, Iswandi, serta laboran-laboran lain dan segenap karyawan atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

8. Partnerku selama penelitian dan penyusunan skripsi, Evelyn Puspita Rini dan Lies Dewi, terima kasih atas segala kerja sama, dukungan, dan canda tawa yang mencerahkan hati.

9. Teman-teman skripsi lantai satu Anastasia Mardilla, Yessy Lusiana Dewi, Dea Greta Zagoto, Sin Lie Fransisca Martina Octaviani, Intan Cyntia, Arum Mangastuti Poernomo, Budiastuti Nurrochmah, Dian Prasanti,Mariana, Yohana Tika Ameliawati, Octo Rahadian Pius, Ananda Siwi Lesmana, Natalia Noveli Hardita, Silvia Natalia, Eddie Hindrianto, dan kelompok atas bantuan, kerja sama, dukungan, dan canda tawanya di laboratorium.

10. Teman-teman angkatan 2008, khususnya teman-teman FST atas suka duka dan kebersamaannya selama ini “One for the FST”, dan untuk kelompok praktikum C1.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang berguna bagi perkembangan penulis.

(9)
(10)

x INTISARI

Penelitiaan ini bertujuan untuk memprediksi komposisi dari

emulsifying agent yang diteliti dan mengetahui faktor yang berpengaruh secara signifikan antara glyceryl monostearate,cetyl alcohol, ataukah interaksi keduanya terhadap daya sebar, daya lekat, dan pergeseran ukuran droplet sediaan lip balm

dengan pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.). Penelitian ini merupakan rancangan kuasi eksperimental dengan variabel eksperimental ganda (desain faktorial) dengan dua faktor, yaitu glyceryl monostearate dan cetyl alcohol dengan dua level, yaitu level tinggi dan level rendah. Sifat lip balm yang diuji adalah daya sebar dan daya lekat, sedangkan stabilitaslip balmyang diuji adalah ukuran droplet, pergeseran ukuran droplet, dan stabilitas warna setelah penyimpanan selama 1 bulan.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa glyceryl monostearate

mempengaruhi respon daya sebar dan daya lekat secara signifikan. Namun baik

glyceryl monostearate, cetyl alcohol, dan interaksi keduanya tidak signifikan mempengaruhi respon ukuran droplet dan pergeseran ukuran droplet. Tidak dapat ditemukan area superimposed contour plot dari pergeseran ukuran droplet, daya lekat, dan daya sebar.

(11)

xi ABSTRACT

With the aims to determine the emulsifying agent composition and to determine the significant influence among glyceryl monostearate, cetyl alcohol, and its interaction on the spreadability, adhesion , and droplet size shift of lip balm with red dragon fruits extract colour (Hylocereus polyrhizusWeb.). This study was quasi experimental research with double experimental design (factorial design) with two factor glyceryl monostearate-cetyl alcohol and two level which are high level-low level. The propeties of lip balm investegeted were adhesion and spreadability, while the stability tests were droplet size, droplet size shift, and colour stability after one month storage.

The result showed that glyceryl monostearate significantly influenced on determining adhesion and spreadability. Whereas glyceryl monostearate, cetyl alcohol, and its interaction did not significantly influenced on determining droplet size and droplet size shift. The superimposed contour plot area of droplet size shift, adhesion, and spreadability can not be obtained.

(12)

xii

(13)

xiii

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...28

(14)

xiv

A. Penyarian Pigmen Betasianin Buah Naga Merah ...38

B. Analisis Kualitatif Betasianin menggunakan Spektrofotometri Visibel...39

C. Pembuatan BasisLip balm...41

D. Pembuatan SediaanLip balm...43

E. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Lip balm......47

F. Daya Sebar, Daya Lekat, dan Stabilitas SediaanLip balmdengan Pewarna Ekstrak Buah Naga Merah...51

G. Prediksi KomposisiGlyceryl monostearate dan Cetyl alcohol...68

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi per 100 gram daging buah naga merah...6

Tabel II. Karakteristik fisika kimia buah naga merah...7

Tabel III. Hubungan HLB...21

Tabel IV. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor & dua level ...24

Tabel V. Formulalipstickacuan...33

Tabel VI. Formula modifikasi dalam 100glip balm...33

Tabel VII. Range bahan yang digunakan dan yang diperbolehkan...47

Tabel VIII. Nilai HLB formula...50

Tabel IX. Analisis variansi respon ukuran droplet sediaanlip balm......52

Tabel X. Efekglyceryl monostearate, cetyl alcohol, dan interaksinya terhadap respon ukuran droplet sediaan lip balm.......52

Tabel XI. Hasil perhitungan ukuran droplet setelah pembuatan dan setelah penyimpanan satu bulan...54

Tabel XII. Analisis variansi respon pergeseran ukuran droplet sediaan lip balm...58

Tabel XIII. Efekglyceryl monostearate, cetyl alcohol, dan interaksinya terhadap respon pergeseran ukuran droplet sediaanlip balm...58

Tabel XIV. Hasil pengukuran daya sebar sediaan lip balm...61

(16)

xvi

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah naga merah...6

Gambar2. Struktur Betasianin...8

Gambar3. Struktur fisiologi bibir...9

Gambar4. Struktur cetyl alcohol...19

Gambar5. Struktur glyceryl monostearate...20

Gambar 6. Gugus kromofor dan auksokrom betasianin...39

Gambar 7. Spektra absorbsi betasianin buah naga merah literatur...40

Gambar 8. Spektra absorbsi betasianin ekstrak buah naga merah...40

Gambar 9. Browning reaction dan pengaruh vitamin C...45

Gambar 10. Pewarnaanlip balmdenganmethylen bluesecara mikroskopik...48

Gambar 11. Pewarnaanlip balmdengansudan IIIsecara mikroskopik...49

Gambar 12. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate, cetyl alcohol,dan interaksinya terhadap respon ukuran droplet (µm)...53

Gambar 13. Kurva ukuran droplet dan frekuensi formula 1...55

Gambar 14. Kurva ukuran droplet dan frekuensi formula a...56

Gambar 15. Kurva ukuran droplet dan frekuensi formula b...56

Gambar 16. Kurva ukuran droplet dan frekuensi formula ab...57

(18)

xviii

Gambar 18. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate, cetyl alcohol,

dan interaksinya terhadap respon daya sebar (cm)...62 Gambar 19. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate, cetyl alcohol

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial...77

Lampiran 2. Data perhitungan HLB dan rHLB ...78

Lampiran 3. Data pengujian sediaanlip balm...80

Lampiran 4. Perhitungan efek...90

Lampiran 5. Hasil uji menggunakan Program R...92

Lampiran 6. Penentuan rentang daya lekat dan daya sebarlip balm...94

Lampiran 7. Penimbangan jumlah penambahan bahanlip balm...96

Lampiran 8. Determinasi buah naga merah (Hylocereus polyrhizusWeb.)...97

Lampiran 9. Fotolip balm...98

Lampiran 10. Dokumentasi...100

Lampiran 11. Diagram warnaMunsell Color System...102

(20)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis dengan terik sinar

matahari yang cukup besar karena terletak di tengah garis khatulistiwa. Hal ini

berpotensi menyebabkan bibir kering, pecah-pecah, bahkan penyakit actinic

chelitis. Untuk memperbaiki kondisi bibir tersebut, diperlukan sediaan kosmetik

lip balm yang dapat merawat bibir. Lip balm tidak hanya berfungsi sebagai lip

moisturizer yang memberi kelembapan pada bibir, namun lip balm juga berfungsi

memberikan lapisan occlusive sebagai perlindungan.

Saat ini timbul ketertarikan konsumen untuk membeli produk kosmetik

yang alami dan aman. Hal ini masuk akal karena kosmetik kontak dengan badan

sehingga harus selektif dalam memilih kosmetik. Selain itu dengan adanya

„natural and green issue‟ membuat produk kosmetik yang alami menjadi laku di

pasaran (Fridd, 1999).

Dalam penelitian ini, dibuat lip balm yang mengandung ekstrak buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) sebagai pewarna alami dan sumber

antioksidan. Buah naga merah dapat digunakan sebagai pewarna alami karena

mengandung pigmen merah-ungu betasianin yang termasuk dalam pigmen larut

air (Tang and Norziah, 2007). Warna memainkan peran penting pada sediaan

kosmetik karena dapat menarik minat konsumen dan memberikan nilai estetika

(21)

berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas reactive

oxigen species (ROS) yang dihasilkan oleh sinar matahari.

Pigmen betasianin dan vitamin C dalam ekstrak buah naga merah

bersifat larut air. Sedangkan lip balm mempunyai basis minyak dan lilin sehingga

keduanya tidak dapat bercampur. Untuk mengatasi hal ini dibuat sediaan lip balm

dengan sistem emulsi air dalam minyak yang berada dalam range HLB 4-6.

Diperlukan emulsifying agent untuk menurunkan tegangan permukaan agar

ekstrak buah naga merah dan basis dapat bercampur.

Emulsifying agent yang digunakan adalah glyceryl monostearate dan

cetyl alcohol. Digunakan kombinasi emulsifying agent karena dapat

meningkatkan stabilitas lip balm. Emulsifying agent yang digunakan dalam

penelitian ini adalah emulsifying agent non ionikkarena sifatnya yang tidak toksik

dan tidak mengiritasi kulit. Glyceryl monostearate adalah emulsifying agent

dengan nilai HLB 3,8 yang efektif digunakan pada sistem w/o atau o/w dan

merupakan agen pendispersi pigmen pada minyak maupun padatan dalam lemak,

sedangkan cetyl alcohol sering digunakan sebagai emulsifying agent kombinasi

bagi sistem w/o dengan nilai HLB 15,5 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2006).

Dilakukan prediksi komposisi kedua emulsifying agent tersebut dengan

metode desain faktorial agar didapatkan sediaan yang acceptable. Dengan desain

faktorial dapat diketahui efek faktor yang berpengaruh terhadap respon (Amstrong

and James, 1996). Respon yang diteliti adalah daya sebar, daya lekat, dan

(22)

1. Rumusan permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Adakah pengaruh yang signifikan antara glyceryl monostearate, cetyl alcohol

atau interaksi keduanya terhadap daya sebar, daya lekat, dan pergeseran

ukuran droplet lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah?

b. Apakah ditemukan area prediksi komposisi antara glyceryl monostearate dan

cetyl alcohol yang sesuai standarterbatas pada level yang diteliti?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, buah naga merah

telah banyak digunakan sebagai bahan pewarna makanan dan sediaan kosmetik

namun penggunaan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) sebagai

pewarna alami lip balm dengan komposisi emulgator glyceryl monostearate dan

cetyl alcohol belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis : dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

menambah informasi ilmu pengetahuan mengenai lip balm dengan

pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) dengan

menggunakan glyceryl monostearate dan cetyl alcohol sebagai emulsifying

(23)

b. Manfaat metodologis : dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menambah informasi ilmu pengetahuan mengenai aplikasi desain faktorial

dalam bidang kefarmasian untuk menghasilkan suatu formula lip balm

yang sesuai standar terbatas pada level yang diteliti.

c. Manfaat praktis : dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memperoleh komposisi formula yang sesuai standar sehingga

menghasilkan lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus Web.) yang memenuhi standar daya sebar, daya

lekat, dan pergeseran ukuran droplet.

B. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui faktor yang berpengaruh secara signifikan antara glyceryl

monostearate, cetyl alcohol, ataukah interaksi keduanya terhadap daya

sebar, daya lekat, dan pergeseran ukuran droplet lip balm dengan pewarna

ekstrak buah naga merah.

b. Memperoleh prediksi komposisi glyceryl monostearate dan cetyl alcohol

sebagai emulsifying agent dalam lip balm dengan pewarna ekstrak buah

(24)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Buah Naga Merah

1. Klasifikasi

Buah naga merupakan kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae

(sub famili Hylocereanea). Buah ini termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari

beberapa spesies, diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan

bernilai komersial tinggi. Secara lengkap klasifikasi buah naga merah disajikan

sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus polyrhizus Web.

(25)

2. Morfologi

Gambar 1. Buah naga merah (Hardjadinata,2010)

Bentuk buah ada yang bulat dan bulat panjang. Umumnya buah berada

di dekat ujung cabang atau pertengahan cabang. Buah bisa tumbuh lebih dari satu

pada setiap cabang sehingga terkadang posisi buah saling berdekatan. Saat matang

sempurna daging buah sangat tebal, berair (juicy), dan warna daging buah sangat

menawan (tergantung jenisnya). Daging buah dihiasi dengan tebaran biji-biji kecil

berwarna hitam pekat. Rata-rata bobot buah umumnya berkisar 400-800 g/buah,

tergantung jenis buah naga yang dibudidayakan (Hardjadinata,2010).

3. Kandungan

Tabel I. Komposisi per 100 g daging buah naga merah

Zat Gizi Kandungan

Air (g) 82,5-83,0

Protein (g) 0,16-0,23 Lemak (g) 0,21-0,61 Serat/dietary fiber (g) 0,7-0,9 Betakaroten (mg) 0,005-0,012 Kalsium (mg) 6,3-8,8 Fosfor (mg) 30,2-36,1 Besi (mg) 0,55-0,65 Vitamin B1 (mg) 0,28-0,30 Vitamin B2 (mg) 0,043-0,045 Vitamin C (mg) 8-9 Niasin (mg) 1,297-1,300

(26)

4. Kegunaan

Buah naga mungkin masih awam di telinga sebagian orang. Selain

namanya unik, bentuk buahnya juga ganjil. Namun di balik bentuknya yang unik

ini, buah naga banyak dibudidayakan karena memiliki beragam khasiat. Isi

buahnya memiliki banyak khasiat seperti mencegah kanker usus besar,

menurunkan kadar kolesterol, menjaga kesehatan jantung, mengobati kencing

manis, darah tinggi, meredakan penyakit asma, batuk, keracunan kimia logam,

bahkan dapat meningkatkan ketajaman mata, menguatkan daya kerja otot, dan

dapat menghaluskan kulit. Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah

segar sebagai penghilang dahaga, karena buah naga mengandung kadar air tinggi

sekitar 90% dari berat buah (Khairuzzaman, 2010).

5. Karakteristik fisika kimia

Tabel II. Karakteristik fisika kimia buah naga merah

Sifat (per 100 g) Nilai

pH 4,3-4,7

Total titratable acids (g.L-1) 2,4-2,5 Total soluble solids (°Brix) 7,1-10,7

Energi (kcal.100g-1) 37,9

(Phebe and Chew, 2009).

B. Betasianin

Pigmen utama bunga dan buah adalah antosianin, karotenoid, dan

betalain. Betalain merupakan pigmen bernitrogen dan bersifat larut dalam air.

Betalain mempunyai dua subklas yaitu betasianin dan betaxantin yang

masing-masing memberikan warna merah-violet dan kuning-oranye pada bunga, buah,

(27)

Betasianin merah-ungu merupakan hasil kondensasi asam belatamat

dengan cyclo-DOPA menjadi betanidin aglikon yang merupakan bentuk

mayoritas betasianin secara alami (Christinet, 2004).

Gambar 2. Struktur betasianin (Stintzing et al., 2004)

Pigmen betasianin mempunyai stabilitas yang rendah terhadap panas,

cahaya, oksigen, dan sulfur dioksida, terutama pada kondisi berarir. Hal ini

membuat betasianin tidak dapat diproses dengan panas terlalu lama. Bentuk

serbuk kering dari pigmen betasianin mempunyai stabilitas yang lebih baik bila

dibandingkan bentuk cairnya karena keterbatasan kandungan air. Penambahan

vitamin C juga dapat membantu menstabilkan pigmen. Pigmen stabil pada pH 5.0

dan kestabilan warna tidak dipengaruhi pH pada range 3.0 hingga 7.0 (Fridd,

1999).

Betasianin mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Betasianin dapat

menjerap reactive oxigen spesies seperti radikal hidroksil (OH·) yang merupakan

(28)

C. Bibir

Gambar 3. Struktur fisiologi bibir (Taylor, 2011)

Lapisan terluar dari kulit adalah epidermis dan lapisan ini mempunyai

pelindung yang disebut dengan stratum corneum. Di bawah lapisan epidermis ini

terdapat dermis. Seperti bagian lain pada kulit, bibir memiliki ketiga lapisan

tersebut, perbedaannya adalah lapisan stratum corneum pada bibir lebih tipis dari

lapisan kulit lain pada tubuh. Bibir juga tidak mempunyai kelenjar minyak yang

menjaga kulit tetap lembab dan satu-satunya sumber pelembab bagi bibir adalah

air liur. Hal ini menyebabkan kulit bibir menjadi mudah kering dan pecah-pecah

(Anonimb, 2009).

Bibir mempunyai sedikit keratin dan kulit bibir relatif lebih tipis

dibandingkan lapisan kulit pada umumnya. Bibir juga tidak mempunyai pigmen

melanin sehingga pembuluh darah kapiler dapat terlihat dan menyebabkan bibir

berwarna merah (Mitsui, 1997). EPIDERMIS

DERMIS

CORNEOCYTES

S. SQUAMOUS

S. SPINOSUM

(29)

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum

germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit

bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit

lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan

untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat

pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM,

1985).

Kulit bibir dapat mengalami kerusakan. Salah satunya adalah actinic

chelitis yang merupakan kelainan degeneratif kronis pada bibir. Etiologi akibat

terpapar cahaya matahari yang cukup lama. Gambaran klinis pada tahap awal

terlihat mild edema dan erythema serta bersisik dan kering pada vermillion border

bibir bawah. Pada lesi yang telah berkembang, epitel menjadi tipis dan halus

dengan area putih keabu-abuan diikuti erythema. Cara perawatan dengan proteksi

bibir terhadap cahaya matahari.

Beberapa metode perawatan actinic chelitis adalah :

a. Cryosurgery dan electrosurgery. Kelemahan dari metode ini adalah timbul

rasa sakit dan nyeri, kerusakan sel, dan pembentukan scar.

b. Carbon dioxide laser. Kelemahan dari metode ini adalah timbulnya scar.

c. Chemical peeling. Menggunakan 50% asam trikloroasetat. Penelitian

menunjukkan keberhasilan dari metode ini kurang dari 30%. Selain itu timbul

rasa nyeri selama pengobatan. Peeling dan scrubber juga menyebabkan

(30)

Cara terbaik mencegah actinic chelitis adalah dengan menghindari

paparan sinar matahari terlalu lama dan menggunakan produk perawatan bibir

yang mampu melindungi kerusakan akibat cahaya matahari (Anonimc, 2009).

D. Kosmetik

Kosmetik diambil dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu “cosmetic”.

Kata “cosmetic” ini berasal dari bahasa Yunani, “kosmetikos”, yang berarti

kecakapan dalam menghias, juga dari kata “kosmein” yang berarti menata atau

menghias. Dalam pengertiannya, kosmetik adalah paduan beragam bahan yang

siap digunakan pada bagian luar badan, seperti kulit, rambut, kuku, bibir, dan

organ kelamin luar. Kosmetik dapat juga digunakan pada gigi dan rongga mulut.

Fungsinya untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Sari, 2011).

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah

untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,

meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut

dari kerusakan sinar ultra violet, polusi, dan faktor lingkungan yang lain,

mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan

menghargai hidup (Kusantati, 2008).

Sub Bagian Kosmetik Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, membagi kosmetik

(31)

a. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas: kosmetik

pembersih (cleansing), kosmetik pelembab (moisturizing), kosmetik

pelindung (protecting), dan kosmetik penipis (thinning).

b. Kosmetik rias/dekoratif, yang terdiri atas: kosmetik rias kulit terutama

wajah, kosmetik rias rambut, kosmetik rias kuku, kosmetik rias bibir, dan

kosmetik rias mata.

c. Kosmetik pewangi/parfum. Termasuk dalam golongan ini: deodoran dan

antiperspiran, after shave lotion, dan parfum.

Dengan penggolongan yang sederhana ini, setiap jenis kosmetik akan

dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi acuan bagi konsumen di dalam

bidang kosmetologi (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetika yang digunakan untuk perawatan kulit harus berfungsi

untuk memelihara kesehatan kulit, mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik

dan mampu mencegah timbulnya kelainan kulit (Kusantati, 2008).

Usaha kembali ke alam (back to nature) mempengaruhi pula dunia

kosmetik dengan adanya usaha untuk mempopulerkan kembali serta menggali

kembali kosmetika tradisional yang telah lama terlupakan. Namun oleh sebagian

produsen, mungkin berdasarkan pertimbangan teknis ekonomis, hanya

menggunakan sebagian unsur tradisional saja pada kosmetika produksinya, selain

bahan yang sering dipakai dalam kosmetika modern dan cara modern yang tidak

memakai tenaga manusia secara langsung. Hal ini yang kita kenal sebagai

(32)

E. Lip balm

Lip balm adalah bahan dari lilin yang diaplikasikan secara topikal pada

bibir untuk mengurangi bibir kering. Cuaca kering, suhu dingin, dan angin

mempunyai efek kering pada kulit karena menghilangkan kelembapan kulit. Efek

kekeringan ini terutama terlihat pada bibir karena kulit bibir sangat tipis sehingga

bibir terlebih dahulu memperlihatkan tanda kekeringan. Bahan pelindung seperti

waxes dan petroleum jelly mencegah hilangnya kelembapan. Bahan tambahan

lain seperti perasa, pewarna dan, sunscreeens masing-masing mempunyai

keunggulan spesifik sehingga dapat meningkatkan fungsi lip balm (Anonimd,

2010).

Ada dua jenis lip balm, berbentuk stik padat seperti lipstick dan berupa

krim dalam pot kecil. Fungsi dari lip balm adalah untuk melindungi bibir dari

kekeringan akibat sinar matahari dan menjaga kelembapannya. Lip balm melapisi

permukaan bibir sehingga mencegah bakteri dan kuman penyebab penyakit

menempel pada bibir. Cara memakai lip balm dengan cara mengoleskan langsung

lip balm stik pada bibir dan menggunakan jari atau cotton bud untuk lip balm krim

dalam pot. Oleskan dua atau tiga kali sehari. Sebagian orang menambahkan lip

gloss di atas lip balm untuk menghindari kesan seperti lilin pada bibir (Han,2010).

Sebelum memakai lipstick, sebaiknya bibir diolesi dengan lip balm

yang berfungsi untuk melembabkan dan membantu mencegah bibir pecah-pecah

serta terkelupas. Lip balm diperlukan agar lipstick tampak lebih menyatu

(33)

1. Komposisi lip balm

Bahan baku kosmetika (lip balm) sangat bervariasi dan banyak

jumlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan dasar produksi, ada beberapa bahan baku

yang penting, yaitu :

a. Waxes dan oils

Wax (malam) adalah bahan mirip material plastis yang dibuat dari

sarang lebah, terdiri atas: wax sejati yang terdiri atas ester asam lemak bebas dan

alkohol dengan berat molekul yang tinggi, misalnya beeswax; wax ester yang

sebenarnya bukan wax asli karena mengandung gliserida yaitu ester gliserol dan

asam organik lainnya; wax mineral atau hidrokarbon; wax sintesis; waxy

substances yaitu hidrogenated oils dan alkohol semacam setil alkohol, dikenal

sebagai lanette wax.

b. Pengawet

Kosmetika yang terdiri atas berbagai macam lemak dan minyak

merupakan bahan yang mudah ditumbuhi mikroorganisme bakteri, amuba, dan

jamur yang akan merusak bahan sehingga terjadi perubahan bau (tengik) dan

warna. Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan zat pengawet (preservatif).

Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan cara

menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

c. Antioksidan

Kosmetika juga mudah teroksidasi oleh udara sehingga terjadi

pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan mengubah warna dan

(34)

Bahan dasar kosmetika yang mudah teroksidasi adalah bahan yang berasal dari

lemak, misal : minyak mineral, minyak jagung, dan minyak kastor. Antioksidan

yang digunakan harus memenuhi syarat tidak berbau agar tidak mengganggu

wangi wangi parfum dalam kosmetika, tidak berwarna, tidak toksik, dan tidak

berubah meskipun disimpan lama.

d. Pewarna

Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas 2

jenis, yaitu :

1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan (soluble), air, alkohol, atau minyak.

Contoh warna kosmetik ialah pewarna asam (acid dyes) yang merupakan

golongan terbesar pewarna pakaian, makanan, dan kosmetik; solvent dyes

yang larut dalam air atau alkohol; dan xanthene dyes yang biasa dipakai

dalam lipstick.

2. Pewarna yang tidak dapat larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri atas

bahan organik dan inorganik, misalnya lakes dan besi oksida.

Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetika. Kulit di

beberapa bagian tubuh sensitif terhadap warna tertentu sehingga memerlukan

warna khusus, seperti kulit sekitar mata, kulit sekitar mulut, bibir, dan kuku

(Wasitaatmadja, 1997).

e. Parfum

Perlu perhatian khusus dalam memilih parfum, terutama harus dapat

diterima konsumen dan bebas dari resiko iritasi. Parfum yang dipilih harus

(35)

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan sediaan

pewarna bibir untuk memudahkan pembasahan dan dispersi partikel-partikel

pigmen warna yang padat (Wilkinson and Moore, 1982).

2. Persyaratan lip balm

Persyaratan atau karakteristik yang diharapkan pada sediaan bibir yang

berwarna adalah sebagai berikut.

a. Harus memiliki penampilan yang menarik, yaitu permukaan yang halus

dari warna yang seragam, bebas dari kerusakan seperti berlubang atau

permukaan yang tidak halus disebabkan oleh agregat warna atau kristal.

b. Harus tidak berbahaya, baik secara dermatologi maupun saat digunakan.

c. Harus mudah digunakan, memberikan lapisan pada bibir tidak berlebihan

berminyak dan mempunyai warna yang stabil (Wilkinson and Moore,

1982).

3. Pembuatan lip balm

Secara umum metode pembuatan lip balm sama dengan pembuatan

lipstick yaitu pencetakan hasil leburan menurut tahapan berikut ini:

a. Pelarutan zat warna dalam fase minyak. Proses pelarutan ini bila perlu

dapat dibantu dengan pemanasan untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik.

b. Penyiapan komponen basis lemak dan lilin dengan teknik

peleburan/pelelehan, penyaringan (bila perlu), dan pengadukan.

(36)

tetapi sebaiknya dipisah antara lilin dan lemak, setelah keduanya melebur

baru dicampur.

c. Pendispersian zat warna ke dalam campuran basis lemak dan lilin yang

telah dilebur dengan pengadukan sampai homogen, setelah suhu turun

ditambahkan pengharum.

d. Pencetakan lip balm. Setelah dicetak, lip balm akan segera membeku dan

siap untuk dikemas (Nowack, 1985).

F. Sistem Emulsi Kosmetik

Emulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari 2 cairan yang tidak

saling campur, dimana salah satu fase terdispersi di dalam fase yang lain dan

biasanya terdiri dari air dan minyak. Jika air yang merupakan fase kontinyu, maka

disebut sistem emulsi minyak dalam air (M/A) dan ketika fase kontinyu adalah

minyak, maka disebut emulsi air dalam minyak (A/M). Salah satu faktor yang

mempengaruhi pembentukan tipe emulsi adalah emulsifying agent yang dipilih

(Aulton dan Diana, 1991).

Uji yang dapat digunakan untuk mengetahui emulsi tipe M/A atau

A/M adalah :

1. Miscibility test

Emulsi M/A dapat bercampur dengan air dan tipe A/M dapat

(37)

2. Conductivity measurement

Emulsi dengan fase kontinyu berupa air dapat menghantarkan listrik,

sedangkan emulsi dengan fase kontinyu berupa minyak tidak dapat

menghantarkan listrik.

3. Staining test

Menggunakan pewarna yang larut air atau minyak, dimana salah

satunya akan terlarut, dan mewarnai fase kontinyu (Billany, 2002).

Sistem emulsi pada kosmetik mempunyai banyak keunggulan, sebagai

contoh dapat sebagai barrier perlindungan melawan hilangnya kandungan lembab

pada kulit dan dapat berfungsi sebagai penangkal cahaya matahari (pada emulsi

sunscreen). Karakteristik fisika kimia yang perlu dikontrol pada sistem emulsi

kosmetik adalah formulasi dan stabilitas pada penyimpanan seperti sifat alir yang

mengontrol daya sebar sediaan. Dalam pembuatan emulsi kosmetik juga perlu

mengontrol proses yang dapat menghasilkan distribusi ukuran droplet yang baik

(Tharwat, 2005).

G. Emulsifying agent

Emulsifying agent merupakan suatu molekul yang mempunyai rantai

hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulsifying

agent akan dapat menarik fase minyak dan fase air sekaligus dan emulsifying

agent akan menempatkan diri berada di antara kedua fase tersebut. Keberadaan

emulsifying agent akan menurunkan tegangan permukaan fase minyak dan fase air

(38)

Penggunaan campuran dua macam emulsifying agent biasanya lebih

stabil dibanding penggunaan emulsfying agent tunggal dengan menjumlahkan

HLB secara langsung. Emulsifying agent dapat dicampurkan dengan

perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen, 2002).

Surfaktan non ionik biasa digunakan dalam seluruh tipe produk

kosmetik dan farmasetik (Rieger, 1996). Surfaktan non ionik memiliki rentang

dari komponen larut minyak untuk menstabilkan emulsi A/M hingga material

larut air yang memberikan produk M/A. Surfaktan ini biasa digunakan untuk

kombinasi emulsifying agent larut air dan larut minyak untuk membentuk lapisan

antarmuka yang penting untuk stabilitas emulsi yang optimum. Emulsifying agent

non ionik memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah (Billany, 2002).

Pada penelitian ini digunakan dua macam emulgator, yaitu

1. Cetyl alcohol

Gambar 4. Struktur cetyl alcohol (Anonima, 1986)

Cetyl alcohol digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan

pengeras dalam sediaan topikal. Cetyl alcohol dapat meningkatkan viskositas dan

kestabilan sediaan. Kelarutan dapat meningkat jika suhu dinaikkan. Titik lelehnya

45-52°C dan titik didihnya 344°C. Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan

meningkat dengan meningkatnya temperatur, bercampur bila dilelehkan dengan

lemak, parafin, dan isopropil miristat (Anonima, 1986).

(39)

dan lembut. Cetyl alcohol juga memberikan kelembutan pada kulit tempat

aplikasi, dan menghasilkan produk yang mudah berpenetrasi. Cetyl alcohol

mempunyai nilai HLB sebesar 15 (Bennett, 1970).

2. Glyceryl monostearate

Gambar 5. Struktur Glyceryl monostearate (Anonima, 1986)

Glyceryl monostearate digunakan sebagai non ionik emulsifier,

stabilizer, emollient dan plastictizer pada berbagai macam jenis makanan dan

sediaan farmasetik. Glyceryl monostearate efektif digunakan pada emulsi w/o

maupun o/w dan merupakan agen pendispersi pigmen pada minyak maupun

padatan dalam lemak. Nilai HLB glyceryl monostearate adalah 3,8 (Rowe et al.,

2006).

Glyceryl monostearate larut dalam etanol panas (95%), eter,

kloroform, aseton panas, dan minyak mineral. Praktis tidak larut dalam air, namun

dapat didispersikan dalam air dengan penambahan sedikit surfaktan. Titik leleh

50-60°C. Umumnya tidak menyebabkan toksik dan iritasi (Anonima, 1986).

H. Hidrophile-Lipophile Balances (HLB)

Aplikasi sistem HLB dapat menghasilkan sistem emulsi air dalam

minyak (A/M), minyak dalam air (M/A), atau membuat sistem bertindak sebagai

detergen dan agen pelarut. Tabel II menunjukkan bahwa emulgator dengan

(40)

akan menghasilkan tipe emulsi M/A. Sedangkan emulgator dengan karakter lipofil

Range HLB Penggunaan

4-6 Emulsi A/M

Penggunaan emulgatoragent dapat berupa campuran dua macam

emulgatoragent. Adapun perhitungan HLB campurannya yaitu:

HLB (

) ( )

Dimana :

x : jumlah/volume emulgatoragent 1

y : jumlah/volume emulgatoragent 2

x + y : jumlah/volume total kedua emulgatoragent

A : nilai HLB emulgatoragent 1

B : nilai HLB emulgatoragent (Allen, 2002).

I. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental kuno yang

(41)

variabel lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk

menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang

signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada

faktor-faktor menyebabkan perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990).

Perencanaan percobaan faktorial merupakan suatu metode rasional

untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang

berpengaruh terhadap kualitas produk (Voigt, 1984).

Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,

efek, dan respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon

(Voigt, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah

perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau

interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon

pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati.

Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang

masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan

level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk

mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu

respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan

pertanyaan sebagai berikut.

a. Apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?

(42)

c. Apakah interaksi faktor A dan B memilii pengaruh yang signifikan terhadap

suatu respon? (Bolton, 1990).

Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu

teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu

atau lebih variabel bebas. Model yang dipilih dari analisis tersebut adalah model

matematika (Bolton, 1990).

Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan

level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri

dari kombinasi semua level dari faktor. Desain percobaan yang paling sederhana

adalah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level (22). Dari percobaan dengan desain

faktorial 22 dapat diperoleh persamaan dengan konsep :

Y = B0+B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)

Untuk penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X1 dan

X2 pada level rendah, X1 pada level tinggi dan X2 pada level rendah, X1 pada level

rendah dan X2 pada level tinggi, X1 dan X2 pada level tinggi. Untuk

mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level

(43)

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah

faktor).

Tabel IV. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor & dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis,

dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi dengan

menggunakan rumus :

1. Efek A

=

( ( )) ( )

2. Efek B = ( ( )) ( )

3. Efek interaksi A dan B = ( ) (( ) )

(Bolton, 1990).

Desain faktorial mempunyai beberapa keuntungan. Metode ini

(44)

dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa

metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor,

maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi

jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara

terpisah (Bolton, 1990).

J. Landasan Teori

Sinar matahari dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur kulit

bibir. Paparan sinar matahari yang terlalu lama bahkan dapat mengakibatkan

actinic chelitis dan mengaktifkan ROS yang dapat merusak kulit. Untuk

mengatasi hal ini diperlukan adanya kosmetik skin care yang mampu melindungi

terhadap cahaya matahari dan mengandung antioksidan. Salah satu produk

kosmetik perawatan bibir yang sering digunakan oleh wanita adalah lip balm. Lip

balm dapat melindungi kulit bibir yang tipis dari kekeringan dan pecah-pecah

dengan cara melapisi kulit bibir (occlusive) dan melembapkannya. Lip balm yang

beredar di pasaran banyak yang mengandung zat pewarna untuk menambah

estetika, memberi warna tipis natural pada bibir, serta lebih menarik minat

konsumen dibandingkan lip balm yang transparan.

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) dapat diekstrak dan

digunakan sebagai pewarna alami dan sumber antioksidan pada lip balm karena

buah naga merah mengandung pigmen betasianin yang berwarna merah-ungu.

Pigmen betasianin ini bersifat larut air, sedangkan basis lip balm bersifat minyak

(45)

balm dan bahan-bahan lip balm lainnya diperlukan emulgator pada formulasi lip

balm. Adanya emulgator dapat membentuk sistem emulsi w/o pada proses

pencampuran bahan pada sediaan lip balm dan menjaga sistem tetap dalam bentuk

w/o saat lip balm memadat, sehingga zat warna betasianin dapat bercampur dalam

basis lemak dari sediaan lip balm.

Dipilih glyceryl monostearate dan cetyl alcohol sebagai emulsifying

agent dalam formulasi lip balm karena keduanya termasuk emulgator non ionik

yang aman digunakan dan tidak membuat iritasi pada kulit bibir. Digunakan

kombinasi dua macam emulgator agar diperoleh sediaan yang stabil dengan HLB

campuran yang mendekati rHLB sistem emulsi A/M. Komposisi dari glyceryl

monostearate dan cetyl alcohol harus diperhatikan karena akan berpengaruh

terhadap respon daya sebar, daya lekat, dan pergeseran ukuran droplet pada

sediaan lip balm. Pengaruh yang terjadi dapat dievaluasi menggunakan desain

(46)

K. Hipotesis

Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara glyceryl monostearate, cetyl

alcohol, atau interaksi keduanya terhadap daya sebar, daya lekat, dan

pergeseran ukuran droplet lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga

merah (Hylocereus polyrhizus Web.).

2. Adanya area prediksi komposisi dari glyceryl monostearate dan cetyl

alcohol sebagai emulsifying agent yang sesuai standar terbatas pada level

(47)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan

menggunakan variabel eksperimental ganda (desain faktorial).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi glyceryl

monostearate dan cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam formula lip balm

dengan pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.), dalam

level rendah dan level tinggi.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah daya sebar, daya lekat,

ukuran droplet, pergeseran ukuran droplet, dan stabilitas warna sediaan.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat dan

bahan yang digunakan, suhu pemanasan, suhu pendinginan, dan lama waktu

pencampuran.

4. Variabel pengacau tak terkendali

(48)

kelembaban udara ruangan untuk pembuatan dan saat penyimpanan, kontaminasi

debu, dan kontaminasi mikroba.

C. Definisi Operasional

1. Lip balm adalah bahan dari lilin yang diaplikasikan secara topikal pada bibir

untuk mengurangi bibir kering.

2. Ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) adalah hasil

penyarian daging buah naga merah dengan pelarut etanol 80%. Pada

penelitian ini digunakan daging buah naga merah yang didapatkan dari

perkebunan buah naga di Sendangsana, Kulon Progo, Yogyakarta.

3. Betasianin adalah pigmen yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai sifat

larut dalam air berwarna merah-violet.

4. Emulsifying agent adalah molekul dengan salah satu ujungnya berupa

hidrokarbon non-polar, dan ujung lainnya polar, hal ini memudahkan

memegang kedua fase minyak dan fase air sehingga dapat mempertahankan

tegangan antar muka kedua fase.

5. Cetyl alcohol merupakan campuran dari alkohol alifatik yang biasa digunakan

sebagai pengemulsi dan bahan pengeras dalam sediaan topikal.

6. Glyceryl monostearate adalah nonionik emulsifier, stabilizer, emollient dan

plastictizer pada berbagai macam jenis makanan dan sediaan farmasetik,

efektif digunakan pada emulsi w/o maupun o/w dan merupakan agen

(49)

7. Daya sebar adalah kemampuan lip balm untuk menyebar pada bibir setelah lip

balm dioleskan. Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji daya sebar

berupa kaca bulat berskala yang diberi beban 200 g dan dinyatakan dalam

satuan cm.

8. Daya lekat adalah kemampuan lip balm untuk melekat cepat pada bibir setelah

lip balm dioleskan. Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji daya lekat

yang dibebani beban dengan berat 20 g dan dinyatakan dalam satuan detik.

9. Stabilitas warna adalah kemampuan lip balm untuk bertahan dalam batas

spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode waktu penyimpanan dan

penggunaan untuk menjamin kekuatan dan kualitas warna.

10. Ukuran droplet adalah besarnya droplet sediaan lip balm yang diamati

menggunakan mikroskop.

11. Desain faktorial merupakan pendekatan eksperimental sederhana yang

dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan

menjaga variabel lain konstan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial

dua faktor (glyceryl monostearate dan cetyl alcohol) dan dua level (level

rendah dan level tinggi).

12. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara kuantitatif

dalam penelitian, dalam hal ini daya sebar, daya lekat, ukuran droplet, dan

pergeseran ukuran droplet.

13. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon.

Faktor pertama dalam penelitian ini yaitu glyceryl monostearate dan faktor

(50)

14. Level adalah jumlah atau banyaknya faktor yang nilainya dinyatakan secara

numerik. Penelitian ini menggunakan dua level yaitu level rendah dan level

tinggi baik untuk glyceryl monostearate maupun untuk cetyl alcohol.

15. Efek adalah pengaruh perubahan faktor terhadap respon karena adanya variasi

level, dapat dihitung secara matematis berdasarkan rumus desain faktorial

dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi respon level

rendah.

16. Spektrofotometri visibel adalah alat yang digunakan untuk mengukur serapan

senyawa yang berwarna. Nilainya dinyatakan dalam absorbansi.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daging buah naga

merah (Hylocereus polyrhizus Web.) dari perkebunan buah naga merah di

Sendangsana, Kulon Progo, Yogyakarta; white oil dari PT Brataco Chemica

Yogyakarta; paraffinum liquidum dari PT Brataco Chemica Yogyakarta; beeswax

dari PT Brataco Chemica Yogyakarta; carnauba wax dari CV Total Equipment

Semarang,; lanolin dari Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta; madu dari Carefour Yogyakarta; vitamin C dari

Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; methyl

paraben dari Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas Sanata Dharma; vanilli

dari Carefour Yogyakarta; glyceryl monostearate dari PT Brataco Chemica

(51)

Dharma Yogyakarta; etanol 80% dari Laboratorium Farmakognosi Fitokimia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; methylen blue dariLaboratorium Sediaan

Steril Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sudan III dari Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (

Pyrex-Germany), neraca analitik (Mettler Toledo GB3003-Switzerland), waterbath

(Tamson Zoetermeer 0023-Holland), hotplate (LMS-1003 Daihan Labtech

co.,LTD-Korea), termometer, cawan porselen, lemari pendingin (Sanken), alat uji

daya lekat, gelas objek (2,54 cm x 7,62 cm dan tebal 0.8 mm microscope slides

-China), kaca bulat berskala, seperangkat anak timbang, stopwatch, kain

penyaring, mikroskop (Motic, B3 Professional Series), sentrifuge (Dijkstra),

rotary evaporator (Kika Labortechnik), alumunium foil, diagram munsell color

system, Spektrofotometri visibel (Optima SP3000).

E. Tata Cara Penelitian

Pembuatan lip balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus

polyrizus Web.) menggunakan acuan formula dasar komposisi lipstick yang

dimodifikasi. Menggunakan formula acuan lipstick karena basis lip balm sama

dengan lipstick. Perbedaannya adalah lipstick diformulasikan untuk kosmetik

dekoratif sedangkan lip balm diformulasikan untuk merawat bibir (skin care).

(52)

Tabel V. Formula lipstick acuan

Formula lipstick di atas dimodifikasi menjadi :

Tabel VI. Formula modifikasi dalam 100 g lip balm

Formula Bahan F1 Fa Fb Fab

Pewarna Ekstrak buah naga

(53)

Pembuatan sediaan lip balm dengan ekstrak buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus Web.) :

a. Penyarian pigmen betasianin pada daging buah naga

Buah naga yang telah dipilih dicuci hingga bersih kemudian daging

buah dipisahkan dari kulitnya. Daging buah yang telah dipisahkan ditimbang

sebanyak 20 g. Selanjutnya ditambahkan 40 mL etanol 80% kemudian diblender

selama 15 menit. Campuran kemudian disaring dengan menggunakan kain

penyaring dan filtratnya dikumpulkan kemudian di evaporasi menggunakan rotary

evaporator pada suhu 40˚C hingga massa menjadi setengah dari massa awal atau

lebih pekat. Kemudian masukkan dalam oven pada suhu 40°C selama 2 hari

hingga ekstrak berbentuk pasta kental. Sampel yang didapatkan kemudian

disimpan pada wadah yang ditutup dengan alumunium foil. Penyimpanan

dilakukan dalam almari pendingin pada suhu 4˚C (Phebe and Chew, 2009).

b. Pembuatan basis lip balm

Carnauba wax dimasukkan di atas waterbath diatur suhunya pada

suhu 80oC-86°C. Setelah meleleh sempurna beeswax dilelehkan di atas waterbath

pada suhu 66°C-68°C. Setelah semua wax meleleh sempurna, di tempat yang

terpisah lanolin dinaikkan di atas waterbath, tunggu hingga meleleh kemudian

dicampurkan dalam campuran carnauba wax dan beeswax.

c. Pembuatan sediaan lip balm

White oil dan paraffin liquidum ditambahkan sedikit demi sedikit

(54)

sempurna, turunkan suhu hingga 45°C dan tambahkan emulgator glyceryl

monostearate dan aduk hingga leleh dan terlarut homogen

Pigmen hasil ekstraksi daging buah naga merah dilarutkan dengan

sedikit aquadest, kemudian dicampur dengan emulgator cetyl alcohol yang

sebelumnya sudah digerus dan ditambah sedikit aquadest. Diaduk homogen.

Kemudian tambahkan vitamin C, metil paraben, madu, dan vanilli. Kemudian

diaduk dalam cawan porselin hingga larut homogen. Campuran tersebut

dimasukkan dalam campuran basis lip balm dan minyak yang telah diangkat dari

waterbath, kemudian diaduk hingga homogen. Setelah bercampur homogen dan

agak kental, campuran dituang ke dalam pot wadah lip balm, kemudian cetakan

diketuk-ketuk agar campuran mencapai dasar pot dan tidak ada rongga, kemudian

dibiarkan hingga dingin dan memadat pada suhu ruangan.

d. Penentuan tipe emulsi

Lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah diletakkan pada

gelas objek. Masing-masing lip balm tersebut ditambahkan 1 tetes methylen blue.

Cara yang sama dilakukan dengan menggunakan pereaksi warna sudan III.

Kemudian dilakukan pengamatan apakah lip balm bertipe O/W atau W/O secara

mikroskopik.

e. Pengujian daya sebar lip balm

Lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah ditimbang 0,1 g

dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala yang sudah diolesi gelatin. Kaca

bulat lainnya yang sudah ditimbang diletakkan di atasnya dan diletakkan beban

(55)

f. Pengujian daya lekat lip balm

Seperangkat alat uji daya lekat, gelas objek, anak timbangan 1000 g

dan 20 g, dan stopwatch disiapkan. Sebanyak 0,03 g lip balm dioleskan pada gelas

objek yang telah ditentukan luasnya (2,54 cm x 6 cm), gelas objek lain diletakkan

di atas olesan lip balm tersebut, kemudian ditekan dengan beban 1000 g selama 5

menit. Gelas objekdipasang pada alat uji, kemudian dilepaskan beban seberat 20

g dan dicatat waktunya hingga objek gelas terpisah (Mardianti, 2011).

g. Pengujian Mikromeritik

Lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah diletakkan di atas

gelas objek. Kemudian ditetesi methylen blue dan ditutup dengan gelas penutup.

Lalu objek gelas diletakkan pada mikroskop dan dilakukan pengamatan. Diameter

droplet yang ada diukur sebanyak 500 partikel. Pengujian dilakukan pada lip balm

48 jam sesudah pembuatan dan 1 bulan penyimpanan (Kusumowardani, 2010).

h. Pengujian stabilitas warna lip balm

Warna lip balm dilihat kesesuaiannya dengan diagram warna dari

Munsell Color System yang memiliki kode tertentu. Pengujian dilakukan setelah

48 jam sesudah pembuatan, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan.

F. Analisis Hasil

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data daya lekat-daya

sebar, ukuran droplet, pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan,

dan pergeseran warna. Melalui model rancangan desain faktorial dapat dihitung

(56)

sediaan lip balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.)

sebagai pewarna.

Ukuran droplet dilihat dari nilai percentile 90 menggunakan program

PSPP. Perhitungan perbandingan ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan

dianalisis signifikansinya terhadap ukuran droplet 48 jam setelah pembuatan

dengan analisis statistik parametrik untuk distribusi normal dan analisis

nonparametrik untuk distribusi tidak normal. Analisis parametrik dilakukan

dengan uji T berpasangan dan untuk analisis nonparametrik dapat dilakukan

dengan Mann-Whitney untuk data yang tidak berpasangan atau Wilcoxon untuk

data yang berpasangan.

Data daya sebar, daya lekat dan ukuran droplet lip balm 48 jam setelah

pembuatan, serta stabilitas ukuran droplet yang diamati dengan adanya pergeseran

ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan dianalisis menggunakan program R

pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis, akan diperoleh nilai p

(probability value) persamaan. Apabila nilai p yang diperoleh kurang dari 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya dapat memberikan

(57)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini sediaan yang dibuat adalah lip balm. Lip balm

merupakan salah satu jenis kosmetik untuk merawat dan melembabkan kulit bibir.

Menurut Mitsui (1997) lapisan stratum corneum pada bibir sangat tipis dan

dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak,

sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang

dingin dan kering. Iklim tropis di Indonesia yang kering dan kuatnya paparan

sinar matahari juga berbahaya bagi kulit bibir. Untuk itu, diperlukan sediaan lip

balm yang berfungsi sebagai pelembab dan pelindung karena lip balm membentuk

lapisan tipis pada permukaan bibir. Lapisan ini juga dapat menghambat

penguapan air kulit dari stratum corneum sehingga kandungan air tetap terjaga

dan kulit bibir menjadi lembab.

Lip balm yang dibuat menggunakan pewarna dari ekstrak buah naga

merah yang mengandung pigmen alami betasianin dan vitamin C yang bermanfaat

bagi kulit bibir karena bersifat antioksidan. Ekstrak buah naga merah diperoleh

dengan proses penyarian dengan pelarut etanol 80%. Ekstrak yang diperoleh

berbentuk ekstrak kental.

A. Penyarian Pigmen Betasianin Buah Naga Merah

Pigmen betasianin buah naga merah diperoleh melalui proses ekstraksi

(58)

80% karena betasianin bersifat polar dan dapat larut dalam etanol. Selain itu

etanol juga mudah diuapkan pada saat menghilangkan pelarut menggunakan

rotary evaporator. Suhu yang digunakan pada rotary evaporator dan oven adalah

40°C untuk menghindari rusaknya pigmen betasianin yang tidak tahan terhadap

panas diatas suhu 50°C.

B. Analisis Kualitatif Betasianin menggunakan Spektrofotometri Visibel

Spektrofotometri visibel merupakan suatu teknik spektroskopik

menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak dengan menggunakan

spektrofotometer. Suatu senyawa yang dapat dianalisis menggunakan

spektrofotometri visibel adalah senyawa yang memiliki kromofor dan auksokrom,

serapannya antara 380-780 nm (Rohman dan Gandjar, 2007).

(59)

Transisi yang terjadi pada suatu molekul dengan struktur yang berbeda

adalah tidak sama satu dengan molekul lain sehingga spektra absorpsinya juga

berbeda. Dengan demikian dapat bermanfaat sebagai analisis kualitatif. Betasianin

menunjukkan absorbansi pada panjang gelombang 537 nm (Tang and Norziah,

2007).

Uji kualitatif senyawa betasianin dilihat dari spektra absorbansi

maksimum ekstrak buah naga merah yang dibuat dibandingkan dengan spektra

absorbsi dalam literatur. Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa spektra ekstrak

sesuai dengan literatur.

Gambar 7. Spektra absorbsi betasianin buah naga merah literatur (Tang and Norziah, 2007)

(60)

C. Pembuatan Basis Lip balm

karena beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat yang baik, dimana membantu

untuk menghasilkan massa homogen. Beeswax mempunyai sifat retensi minyak

yang baik dimana berperan sebagai pengikat untuk bergabung bersama komponen

yang berbeda dalam formulasi dan dapat memperbaiki struktur. Peran sebagai

pengikat yang baik dapat membantu untuk menghasilkan massa yang homogen.

Carnauba wax juga digunakan sebagai campuran waxes dengan

beeswax. Carnauba wax yang digunakan tidak boleh terlalu banyak karena akan

membuat lip balm terlalu keras dan sulit dioleskan pada bibir. Digunakan dua

jenis waxes karena penggunaan satu jenis waxes saja belum cukup untuk

menghasilkan sediaan lip balm yang baik. Selain itu penggunaan beeswax secara

tunggal akan membuat permukaan lip balm menjadi tidak rata.

Menurut Wasitaatmadja (1997), fungsi dan guna wax dalam kosmetika

adalah membentuk film penolak air, larut dalam minyak sehingga membentuk

lapisan emollien yang tertinggal pada kulit, serta dapat membentuk lapisan

(61)

sesuai bila digunakan sebagai basis lip balm karena mampu melindungi kulit bibir

dan menjadikan bibir terlihat berkilau indah.

Lanolin digunakan sebagai plasticizers. Lanolin merupakan pelumas

yang berasal dari lemak (sebum) pada kulit domba. Lanolin yang digunakan

dalam pembuatan lip balm ini tidak terlalu banyak, karena apabila terlalu banyak

maka akan membuat lip balm menjadi berbau tidak sedap (tengik).

Lanolin diklaim mempunyai sifat melarutkan pewarna dan dapat

bertindak sebagai agen pengikat untuk bahan lain, cenderung dapat

meminimalkan retak pada basis, keluarnya cairan dari permukaan basis, dan

berperan sebagai plasticizers. Direkomendasikan untuk meningkatkan kilauan dari

basis (Wilkinson dan Moore, 1982).

Proses pembuatan basis lip balm dilakukan dengan cara melelehkan

kedua wax pada suhu 80°C-86°C karena titik leleh carnauba wax sebesar

80°C-86°C. Carnauba wax dilelehkan pertama, setelah meleleh sempurna kemudian

suhu diturunkan menjadi 66°C-68°C untuk melelehkan beeswax. Pelelehan wax

tersebut di atas waterbath menggunakan cawan porselin. Pemanasan bertujuan

untuk mempermudah pencampuran karena semua bahan sudah berbentuk cairan,

dimana mencampurkan bahan yang berupa cairan lebih mudah dan homogen

daripada bahan yang berupa padatan atau semi padat. Prinsip pemanasan

menggunakan waterbath, yaitu dengan menggunakan panas uap air, sehingga

bahan-bahan yang dilelehkan tidak kontak langsung dengan panas untuk

(62)

Urutan pencampuran dimulai dari wax lalu kemudian lanolin karena

jika dilihat dari urutan titik lebur masing-masing bahan, titik lebur lanolin paling

rendah yaitu berkisar antara 38-44°C. Hal ini bertujuan agar menjaga kestabilan

dari lanolin yang mempunyai titik lebur di bawah beeswax karena apabila

pencampuran dilakukan dari titik lebur yang paling rendah, maka ketika akan

mencampur bahan yang titik leburnya lebih tinggi maka harus menaikkan suhu

dan hal ini berpotensi menurunkan kestabilan dari lanolin yang suhu titik leburnya

lebih rendah. Pencampuran juga dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk agar

campuran yang dihasilkan dapat homogen.

D. Pembuatan Sediaan Lip balm

Sediaan lip balm merupakan salah satu jenis kosmetik untuk perawatan

kulit bibir. Dalam pembuatan lip balm, seringkali produsen menambah bahan

pewarna untuk manarik minat konsumen karena lip balm yang berwarna memberi

kesan bibir terlihat cerah alami dan berkilau. Pada penelitian ini digunakan

pewarna dari bahan alami ekstrak buah naga merah yang mengandung pigmen

betasianin agar sediaan lip balm berwarna pink keunguan.

Sediaan lip balm harus mengandung emollien yang cukup terkait

fungsinya yang melindungi kulit bibir dari kekeringan. Campuran minyak

digunakan sebagai emollien untuk memperoleh paduan yang tepat dengan wax

membentuk lapisan yang sesuai dalam pengaplikasiannya pada kulit bibir.

Menghasilkan produk lip balm yang mudah disebar dan memiliki lapisan tipis

Gambar

Tabel XVIII. Analisis variansi respon daya lekat sediaan lip balm......................64
Gambar 18.Grafik hubungan efek faktor glyceryl monostearate, cetyl alcohol,
Gambar 1. Buah naga merah (Hardjadinata,2010)
Tabel II. Karakteristik fisika kimia buah naga merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent , sorbitol sebagai humektan, atau interaksi kedua faktor tersebut pada level yang diteliti terhadap sifat fisis

Metode yang digunakan untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit buah naga merah dalam penelitian ini adalah well diffusion (difusi sumuran) yaitu salah satu metode

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK EKSTRAK AIR KENTAL BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DALAM BENTUK LIKUID.. DEWI NUR HAYATI

80 dalam virgin coconut oil cream menggunakan desain faktorial bertujuan untuk menentukan komposisi optimum dari emulsifying agent yang diteliti, mengetahui faktor yang

konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah dapat mempengaruhi sifat fisik dari sediaan lotio itu sendiri formula yang memiliki konsentrasi yang paling baik

Formula dalam penelitian ini menggunakan formula acuan dari Rahmawati, Suci dan Ikhda (2019) yang dimodifikasi dengan pergantian pewarna sintetik menjadi ekstrak buah

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kering buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus) (10%; 15% dan 20%) yang digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi sediaan

sediaan dalam bentuk lotio Variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah dapat mempengaruhi sifat fisik dari sediaan lotio itu sendiri formula yang memiliki